Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

DI DESA PAKU ALAM RT. 03 KECEMATAN SUNGAI


TABUK KABUPATEN SUNGAI TABUK

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Devi Cahyana
NIM: 11194692110095

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DI DESA PAKU ALAM RT. 03 KECEMATAN SUNGAI TABUK
KABUPATEN SUNGAI TABUK

Tanggal Oktober 2021

Disusun oleh :

Banjarmasin, 12 Oktober 2021

Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Malisa Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep Ansor, S.Kep.Ns


NIK. 1166022015081 NRPTT. 011.1.1
1. Penyakit (Sesuai Kasus)
a. Definisi
Ansietas dalam bahasa Latin “anxius” dan dalam bahas Jerman “angsi”
kemudian menjadi “anxiety” yang berati kecemasan adalah perasaan tidak
menyenangkan berupa perasaan gelisah, tegang dan ketidaknyamanan
yang tidak bisa dijelaskan disertai gejala fisiologis maupun psikologis
(Purnama, 2019). Menurut kamus kedokteran Dorland, kata ansietas atau
disebut denga anxiety adalah keadaan emosional yang tidak menyengkan,
berupa respon-respon psikologis yang timbul sebagai antisipasi bahaya
yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh konflik
intrapsikis yang disadari secara langsung.
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh
respon autonom (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap
individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap
bahaya (Alfiah, 2020).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ansietas merupakan
perasaan tidak nyaman sehingga menyebabkan rasa takut akan
ketidakpastian dimasa mendatang akan terjadi suatu hal yang buruk.
b. Klasifikasi
Macam – macam ansietas menurut Zaviera (2016), diantaranya yaitu:
1) Ansietas obyektif (Realistics)
Kecemasan obyektif (Realistics) ialah jenis kecemasan yang
berorientasi pada aspek bahaya – bahaya dari luar seperti misalnya
melihat atau mendengar sesuatu yang dapat berakibat buruk.
2) Ansietas neurosis
Kecemasan neurosis adalah suatu bentuk jenis kecemasan yang
apabila insting pada panca indera tidak dapat dikendalikan dan
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat dikenakan sanksi
hukum.
3) Ansietas moral
Kecemasan moral adalah jenis kecemasan yang timbul dari perasaan
sanubari terhadap perasaan berdosa apabila seseorang melakukan
sesuatu yang salah.
c. Gejala Klinis
Menurut Yunita (2020) keluhan yang sering ditemukan pada seseorang
yang mengalami ansitas antara lain sebagai berikut:
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
dan mudah tesinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4) Gangguan pada pola tidur dan muncul mimpi yang menegangkan.
5) Keluhan somatik, misalnya terjadi rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala.
d. Rentang Respon
Ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, ketidakamanan, dan merasa
dirinya seddang terancam. Pengalaman ansietas dimulai pada masa bayi
berlanjut hingga sepanjang hidup, pengalaman seseorang akan berakhir
dengan rasa takut terbesar terhadap kematian (Yunita, 2020).
Dalam menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh ansietas pada
respon pisiologis, tingkat ansietas ringan dan sedang meningkatkan
kapasitas seseorang. Sebaliknya ansietas berat dan panik melumpuhkan
kapasitas. Respon fisiologis yang berhubungan dengan ansietas diatur
oleh otak melalui sistem saraf otonom. Ada dua jenis respon otonom yaitu:
1) Parasimpatik: melindungi respon tubuh
2) Simpatik: mengaktifkan respon tubuh
Reaksi simpatik yang paling sering terjadi pada respon ansietas,
dimana reaksi ini menyiapkan tubuh untuk menghadapi situasi darurat
dengan reaksi flight-or-flight. Hal ini dapat memicu sindrom adaftif umum.
Ketika korteks merasakan ancaman, otak akan mengirimkan stimulus ke
cabang simpatik dari respon saraf otonom ke kelenjar adrenal. Karena
pelepasan efinefrin maka pernafasan menjadi dalam, jantung berdetak
lebih cepat, dan tekanan arteri meningkat. Darah bergeser jauh dari
lambung dan usus ke arah jantung, respon saraf pusat dan otot.
Glikogenolisis dipercepat dan menyebabkan kadar glukosa meningkat
(Yunita, 2020).
Pada beberapa orang reaksi parasimpatik dapat hidup berdampingan
atau mendominasi serta menghasilkan efek yang berlawanan. Reaksi
fisiologis lainnya juga mungkin jelas. Berbagai respon terhadap ansietas
yang dapat diamati oleh perawat pada klien dapat dilihat dalam gambar
berikut.

Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas (Struart, 2016)

RESPON ADAFTIF RESPON MALADAPTIF

ANTISIPASI RINGAN SEDANG BERAT PANIK

Rentang respon tingkat kecemasan menurut Yusuf, PK, & Nihayati

(2015) yaitu:

1) Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
2) Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.
3) Kecemasan berat
Seseorang akan sangat mengurangi lahan persepsinya. Seseorang
cenderung akan memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan
untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

4) Tingkat panik
Berhubungan dengan terpengaruh ketakutan teror. Tanda dan gejala
dari tingkat panik yaitu peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan persepsi yang
menyimpang.
e. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi
a. Teori psikoanalitik
Teori ini menjelaskan adanya konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian diantaranya id dan ego. Id memiliki dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan ego sendiri
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma dan budaya orang tersebut.
b. Teori interpersonal
Teori ini menjelaskan kecemasan seseorang timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma yang
pernah dialami atau tidak, seperti perpisahan dan kehilangan.
c. Teori perilaku kecemasan
Teori perilaku kecemasan disebabkan oleh stimulus lingkungan yang
ada. Pola berpikir yang salah, atau tidak produktif dapat menyebabkan
perilaku maladaptive.
d. Teori biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor yang
dapat meningkatkan neurogelator inhibisi (gaba) yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
kecemasan.
f. Faktor Presipitasi
1) Faktor Presipitasi
a) Ancaman integritas fisik
Meliputi ketidaknyamanan fisiologis terhadap kebutuhan dasar sehari
– hari contohnya sakit, trauma fisik dan kecelakaan.
b) Ancaman sistem diri
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang berintegrasi pada individu.
g. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Bell (1996) dalam Stuart (2016) meliputi:
1) Mekanisme koping yang destruktif (maladaftif)
Suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman atau
mengalami keadaan yang beresiko tinggi suatu ketidakmampuan untuk
mengatasi stressor. Koping maladaptif menggambarkan individu yang
mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap kejadian-kejadian
yang sangat menekan. Karakteristik koping maladaptif yaitu:
menyatakan tidak mampu, tidak mampu menyelesaikan masalah secara
efektif, perasaan lemas, takut, gangguan fisiologis, adanya stress
kehidupan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
2) Mekanisme koping yang konstruktif (adaptif)
Merupakan suatu kejadian dimana individu dapat mengatur berbagai
tugas mempertahankan konsep diri, mempertahankan hubungan
dengan orang lain dan mempertahankan emosi serta pengaturan stress.
Karakteristik mekanisme koping adaptif yaitu: dapat menceritakan
secara verbal tentang perasaan, mengembangkan tujuan yang realistis,
dapat mengidentifikasi sumber koping, dapat mengembangkan
mekanisme koping yang efektif, memilih strategi yang tepat, dan
menerima dukungan.
2. Proses Terjadinya Masalah
Beck, Amey & Greenberg (Freeman & Di Tomasso dalam Wolman &
Stricker, 1994) dalam (Yunita, 2020) mengemukakan bahwa dari sudut
pandang kognitif (cognitive model), terdapat lima kemungkinan faktor
predisposisi atau faktor yang secara potensial dapat menyebabkan individu
mengalami kecemasan, diantaranya:
a. Generative inheritability (pewarisan genetik)
Faktor hereditas mempengaruhi mudah tidaknya saraf otonom
menerima rangsang. Dengan kata lain, seseorang dengan sejarah keluarga
atau keturunan yang memiliki gangguan dalam kecemasan bila dihadapkan
pada situasi yang mencemaskan.
b. Physical disease states (penyakit fisik)
Pandangan kognitif mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit
fisik dapat membuat individu mengalami kecemasan.

c. Phychological trauma/mental trauma (trauma mental)


Individu akan lebih mudah cemas ketika ia dihadapkan pada situasi
yang serupa dengan pengalaman terdahulu yang menimbulkan trauma,
dimana situasi tersebut seperti skema yang telah dipelajari.
d. Absence of coping mechanisms (tidak adanya mekanisme penyesuaian
diri)
Individu yang mengalami kecemasan akan sering menunjukkan
defisit dalam respon penyesuaian diri terhadap kecemasan itu sendiri.
Mereka merasa tidak berdaya untuk menemukan strategi dalam mengatasi
kecemasannya tersebut. Akibatnya individu tersebut membiarkan diri
mereka berada dalam situasi yang secara potensial yang dapat membuat
mereka cemas.
e. Irrational thoughts, assumptions and cognitive processing errors
(pikiran-pikiran irasional, asumsi dan kesalahan proses kognisi)
Pada individu yang memiliki gangguan kecemasan, keyakinan yang
tidak realistik atau keyakinan semu mengenai suatu ancaman atau bahaya
dianggap dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang mirip dengan situasi
ketika keyakinan semu tersebut dipelajari. Jika skema keyakinan semu
tersebut teraktifkan, maka skema ini akan mendorong pikiran, tingkah laku
dan emosi orang tersebut untuk masuk dalam keadaan cemas.
Selain faktor predisposisi kecemasan, Freeman dan Di Tomasso (dalam
Wolman & Stricker, 1994) dalam (Yunita, 2020) mengungkapkan bahwa
terdapat beberapa faktor pencetus kecemasan, yaitu:
a. Masalah fisik, dapat menyebabkan kelelahan sehingga mempengaruhi
ambang toleransi individu untuk menghadapi stressor dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Stressor eksternal yang berat, seperti kematian orang yang dicintai atau
kehilangan pekerjaan.
c. Stressor eksternal yang berkepanjangan dan berlangsung dalam jangka
waktu lama, sehingga membuat usaha coping individu menjadi lemah.
d. Kepekaan emosi, dimana sesuatu yang menimbulkan kecemasan pada
seseorang belum tentu memiliki pengaruh yang sama pada orang lain.
3. Pohon Masalah

4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
1 Ansietas 1. Mengungkapkan merasa 1. Ekspresi tampak gelisah
bingung 2. Tampak tegang
2. Mengungkapkan merasa 3. Muka tampak pucat\
khawatir dengan akibat 4. Kontak mata buruk
kondisi yang dihadapi 5. Tekanan darah
3. Mengungkapkan sulit meningkat
berkonsentasi 6. Suara bergetar
4. Mengungkapkan merasa
pusing
5. Mengungkapkan merasa
tidak berdaya

2 Gangguan 1. Mengungkapkan ingin diakui 1. Merusak diri sendiri


konsep diri : jati dirinya 2. Merusak orang lain
harga diri rendah 2. Mengungkapkan tidak ada 3. Menarik diri dari
lagi yang peduli hubungan sosial
3. Mengungkapkan tidak bisa 4. Tampak mudah
apa-apa tersinggung
4. Mengungkapkan dirinya 5. Tidak mau makan dan
tidak berguna tidak tidur
5. Mengkritik diri sendiri 6. Perasaan malu
7. Tidak nyaman jika jadi
pusat perhatian

3 Koping individu 1. Mengungkapkan tidak 1. Tidak mampu memenuhi


tidak efektif mampu mengatasi masalah peran yang diharapkan
2. Tidak mampu (sesuai usia)
memenuhi kebutuhan dasar 2. Menggunakan mekanisme
3. Mengungkapkan koping yang tidak sesuai
kekhawatiran kronis 3. Memanipulasi orang lain
4. Mengungkapkan tidak untuk memenuhi keingan
mampu menilai dan nya sendiri
merespon stressor 4. Perilaku tidak asertif
5. Ketidakcukupan 5. Partisipasi sosial kurang
persiapan untuk
menghadapi stresor

5. Diagnosa Keperawatan Jiwa


a. Ansietas
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
6. Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa
No Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
1 Ansietas Tingkat ansietas klien Reduksi Ansietas
dapat menurun kriteria (I.09314)
hasil:
1. Bina hubungan
Tingkat Ansietas
saling percaya
(L.09093)
dengan
1. Perilaku gelisah
menggunakan
menurun
komunikasi
2. Perilaku tegang
teraupetik
menurun
2. Identifikasi tingkat
3. Keluhan pusing
ansietas
menurun
3. Identifikasi tanda-
4. Pucat menurun
tanda ansietas
5. Tekanan darah dalam
4. Temani pasien
batas normal
untuk mengurangi
6. Ada kontak mata
kecemasan
5. Dengarkan dengan
penuh perharian
6. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
7. Latih teknik
relaksasi
2 Harga diri rendah Dapat melakukan Promosi Harga Diri
hubungan sosial secara (I.09308)
bertahap kriteria hasil: 1. Identifikasi
Harga Diri (L.09069) penilaian klien
1. Penilaian klien terhadap diri
terhadap diri sendiri sendiri
positif 2. Monitor verbalisasi
2. Klien dapat tidur merendahkan diri
3. Ada kontak mata sendiri
4. Klien berbicara dengan 3. Monitor pola tidur
percaya diri pasien
5. Klien tidak ada 4. Monitor tingkat
perasaan tidak mampu harga diri, sesuai
melakukan apapun kebutuhan
6. Klien mau 5. Diskusikan
mengutarakan masalah pernyataan tentang
yang dihadapi harga diri
6. Latih cara berpikir
dan perilaku positif
7. Berikan umpan
balik positif atas
peningkatan
mencapai tujuan
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, A., & Kadrianti, E. (2020). Hubungan Penerapan Atraumatic Care dengan
Kecemasan Pada Anak Yang Menjalani Hospitalisasi di RSUD Kota
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15(3), 212-215.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/354

Purnama, A. 2018. Penerapan Atraumatic Care Dengan Medical Play Terhadap


Respon Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami
Hospitalisasi Di Ruang Rawat Inap Anak. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia, 8(04), 516-521.
Https://Doi.Org/10.33221/Jiiki.V8i04.156

Zaviera, F. (2016). Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta : Pismashopie.

Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore: Elseiver.

Yunita. (2020). Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Operasi


Mioma Uteri Dengan Masalah Keperawatan Ansietas. Tugas Akhir (D3)
thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai