Anda di halaman 1dari 33

Telah diterima/disetujui

Hari/tanggal :
Tanda Tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN &


STRATEGI PELAKSANAAN

Keperawatan Jiwa

JUDUL KASUS
“KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF”

OLEH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KONSEP TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Koping adalah upaya individu berupa pikiran dan tindakan dalam
mengatasi situasi yang dirasa menekan, menantang atau mengancam. Koping
merupakan strategi penyesuaian diri dalam mengatasi ancaman untuk
keseimbangan diri yang merupakan suatu proses. Koping adalah aktivitas
kognisi dalam bentuk penilaian kognisi terhadap kejadian dan reaksi, kemudian
menetapkan respon-respon yang didasarkan pada proses penilaian tersebut.
Ketidakefektifan Koping adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian
valid tentang stresor, ktidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan , dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia. (Carpenito,
2000).
Koping individu tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana individu
mempunyai pengalaman atau mengalami keadaan yang beresiko tinggi, suatu
ketidakmampuan untuk mengatasi stressor internal dan eksternal secara adekuat
yang berhubungan dengan tidak kuatnya sumber-sumber (fisik, psikologi,
perilaku dan kognitif) . (NANDA, 2011, Wilkinson, 2007).
Koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan menilai dan
merespons stressor dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber
yang ada untuk mengatasi masalah. (Carpenito-Moyet, 2007).

B. ETIOLOGI
Menurut NANDA (2011) koping individu tidak efektif dapat disebabkan karena
adanya:
1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajat ancaman yang tinggi
5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap stressor
8. Sumber yang tersedia tidak adekuat
9. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik
hubungan
10. Krisis maturasional
11. Krisis situasional
12. Ragu/tidak percaya
13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah

C. RENTANG RESPON
rentang respon mekanisme koping dapat digambarkan sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Jadi, karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut :


1. Menurut (Friedman dalam Carpenito, 2007), Adaptif jika memebuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Dapat menceritakan secara verbal tentang perasaannya
b. Mengembangkan tujuan realistis
c. Dapat mengidentifikasi sumber koping
d. Dapat menimbulkan mekanisme koping yang efektif
e. Mengidentifikasi alternatif strategi
f. Memilih strategi yang tepat
g. Menerima dukungan
2. Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Merasa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah secara efektif
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif
c. Perasaan lemas, takut, marah, irritable, tegang, gangguan
fisiologis adanya stress kehidupan
d. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

D. MANIFESTASI KLINIK
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala Koping
Individu Tidak Efektif :
Menurut Carpenito-Moyet (2007) Koping individu tidak efektif sering
ditunjukkan dengan
a. Mayor :
1. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
2. Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
3. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
b. Minor :
1. Rasa khawatir kronis dan ansietas
2. Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
3. Ketidakefektifan partisipasi sosial
Perilaku destruktif yang ditujukan pada diri sendiri atau orang lain
4. Tingginya insiden kecelakaan
5. Sering sakit
6. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
7. Pola respon non asertif
8. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
9. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
E. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Proses terjadinya
1. Faktor Predisposisi
- Biologis
- Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang
sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
- Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia
dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
- Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam
kandungan.
- Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis
yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks
- Ada riwayat sering menderita sakit
- Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
- Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik,
nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol, narkotik
dan sedatif-hipnotik)
- Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor
(otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
a) Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks
frontal
b) Sistem neurokimia: GABA mengalami defisiensi relatif atau
ketidakseimbangan. Norephinefrin terlalu aktif atau kurang aktif di
bagian otak yang berkaitan dengan ansietas. Serotonin kekurangan
ayau ketidakseimbangan
2. Psikologis
1) Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
2) Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
3) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap
stressor
4) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
5) Mengalami gangguan penglihatan dan pendegaran yang menyulitkan
untuk melakukan interaksi atau komunikasi dengan orang lain atau
membantu anggota keluarga yang sakit. Kesulitan melakukan
komunikasi verbal akibat pemasangan NGT, ETT, trakeostomi dalam
jangka panjang
6) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: ada riwayat penggunaan
zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek
atau mood
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian
atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah,
kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan sedih dan putus
asa , kehilangan orang yang dicintai, penculikan, perampokan,
kehamilan di luar nikah, perselingkuhan.
8) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh, dan
kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang menyebabkan
perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri rendah, gangguan citra
tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang tidak realistis serta
kerancuan identitas
9) Sumber psikologis yang adekuat yang dapat mengancam konsep diri :
tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan
mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keuakinan
negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang negatif
10) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan selama fase
perkembangan awal, misalnya:
a) Metode disiplin yang tidak konsisten
b) Takut kegagalan
c) Trauma masa kanak-kanak
d) Orang tua dengan penyalahgunaan obat-obat terlarang
e) Penolakan orang tua
f) Keterampilan sosial yang buruk
g) Penolakan sebaya
11) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya
lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara,
aktivitas yang berlebihan)
12) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan
sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan
kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar .
13) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan
dengan cara yang memadai cenderung menguatkan pertahanan
sehingga sehingga memudahkan menggunakan mekanisme pertahanan
yang tidak adaptif, individu mempunyai kerentanan yang tinggi,
kepribadian narsistik, menghindar, obsesif kompulsif, dependen
14) Pertahanan psikologis : adanya konflik antara dua elemen kepribadian,
id dan superego
3. Sosial budaya
1) Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal.
2) Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping
(wanita lebih banyak daripada pria (2:1)
3) Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak
mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi
4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-
hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan
ketidakcukupan keuangan
5) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan
musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat
karena kematian
6) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
7) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat karakteristik
hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua angkat, relokasi.
Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan, institusional,
penjara. Belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
8) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
9) Agama dan keyakinan: kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
10) Keikutsertaan daam politik: sebagai pengurus atau post power
sindrome
11) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain:
2. Faktor Presipitasi
a) Nature
1) Biologis
a) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga
mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung
jawab peran, kehilangan salah satu anggota tubuhnya
b) Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita penyakit
kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks, tindakan
operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
d) Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai
akibat dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari stress
e) Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta
f) Adanya perubahan fisik akibat penuaan
g) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood,
tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
2) Psikologis
a) Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap ancaman
yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya kemampuan
memahami (intelegensi yang rendah)
b) Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa dan sehingga tidak
mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang dialami akibat
stressor yang datang
c) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan zat,
retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek
atau mood
d) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya
sehingga mengalami ketidakpastian
e) Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam
konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam
kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan,
model peran yang negatif
f) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh,
dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang
menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri
rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang
tidak realistis serta kerancuan identitas
g) Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota tubuh
yang berdampak pada perubahan citra tubuh
h) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB sehingga menjadi harga diri rendah dan gangguan
citra tubuh karena terjadi perubahan penampilan
i) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya
perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan,
gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan
sedih dan putus asa
j) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk,
polusi udara, aktivitas yang berlebihan)
k) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi
kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan
pertahanan sehingga keluarga melakukan penolakan pada klien
dan terhadap pengobatan
l) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan
sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan
kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar .
m) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri
terhadap stressor
n) Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam konsep diri
(1) Masa remaja
 Perubahan fisik dan emosional
 Kemandirian dari keluarga
 Hubungan persahabatan
 Kesadaran seksual
 Kebutuhan pendidikan
 Pilihan karier
(2) Dewasa muda
 Pilihan karier
 Kebutuhan pendidikan
 Menjadi orang tua
 Meninggalkan rumah
 Menikah
(3) Usia paruh baya
 Tanda-tanda fisik penuaan
 Tekanan karier
 Masalah membesarkan anak
 Masalah dengan kerabat
 Kebutuhan status sosial
 Orang tua yang menjadi lansia
(4) Lansia
 Perubahan fisik
 Perubahan status finansial
 Perubahan tempat tinggal
 Pensiun
 Respons orang lain terhadap individu lansia

3) Sosial budaya
a) Usia: Krisis maturasional
b) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
c) Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
d) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan
ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status finansial
e) Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau baru
terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
f) Status sosial :
1) Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber
pendukung yang tersedia tidak adekuat
2) Perpisahan dengan keluarga karena harus dirawat di rumah
sakit atau perawatan di panti
3) Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan,
institusional, penjara
4) Adanya perubahan tempat tinggal
5) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
6) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti
kegiatan politik dan organisasi atau post power sindrom
7) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang, pekerjaan
musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang terdekat
karena kematian
8) Peran sosial: keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di
masyarakat yang kurang.
b) Origin
1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain
dan lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang
sekitar/masyarakat serta peer group
c) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang atau
terus menerus
d) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai
masalah yang sangat berat

F. DIAGNOSA MEDIS
Koping individu tidak efektif

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup).Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik)(Hawari,2001).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama(Maramis,2005).
3. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untukmeningkatkan kemampuan
sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal.Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata(Eko, 2014).
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples.Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5
joule/detik (Maramis, 2005).

H. KOMPLIKASI
Koping individu tidak efektif dapat mengakibatkan seseorang akan cenderung
menyendiri dan menarik diri Sehingga dapat mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial. (Prabowo, 2014).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahapan pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social dan sepiritual.
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang : nama
mahasiswa, nama panggilan, lau dilanjut melakukan pengkajian dengan nama
klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM,tanggal pengkajian dan
sumber data yang didapat.

2. Alasan masuk
Penyebabnya klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien
mengalami koping individu tidak efektif, apa yang klien lakukan dirumah, apa
yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
3. Faktor predisposisi
Menurut Herman ( 2012 ), faktor predisposisi antara lain:
a. Faktor biologis
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak
pada keseimbangan neurotransmitter di otak contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih di
kuasai oleh pikiran negative dan tidak berdaya.
b. Faktor psikologis
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami koping individu
inefektif meliputi : Mengingkari masalah, Harga diri rendah, Penolakan,
Perasaan malu dan bersalah, Perasaan tidak berdaya, klien mengatakan bila
mempunyai masalah sering dipendam dalam hati, tampak diam, klien jarang
berkomunikasi dengan teman satu ruangan
c. Faktor sosial
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi koping individu
inefektif, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan
rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d. Faktor kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga
diri rendah antara lain wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua
puluh tahunan, perubahan kultur ke arah gaya hidup individualisme.
(Herman, 2012)

4. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar individu yaitu :
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : frustasi, ketegangan peran terbagi menjadi transisi
peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berhubungan dengan
pertumbuhan. Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambahnya atau
berkurangnya anggota melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran
sehat-sakit sebagai akibat dari pergeseran keadaan sehat menjadi sakit
(kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan dan
fungsi tubuh.
c. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
b. Ukuran tinggi badan dan berat badan
c. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun.
d. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
e. Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai dengan
keluhan yang ada.
d. Pengkajian psikososial
a. Genogram
- Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggabarkan hubungan
klien dan keluarga.
- Menjelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
- Citra Tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai
dan tidak disukai.
- Identitas Diri
Status dan posisi klien sebelum di rawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
- Peran Diri
Tugas atau peran diri yang diemban dalam keluarga atau kelmpok atau
masyarakat, klien dalam melaksanakan peran atau tugas tersebut.
- Ideal Diri
Harapan terhadap tubuh. Posisi, status, tugas atau peran, harapan klien
terhadap lingkungan, dan harapan kilen terhadap penyakitnya.

- Harga Diri
Hubungan klien dengan orang lain, penilain dan penghagaan orang
lain terhadap diri dan lingkungannya.
- Hubungan Sosial
- Orang yang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat
berbicara, minta bantuan atau sokongan, apakah klien pernah
mengikuti kegiatan di masyarakat, sejauh mana klien terlibat dalam
kelompok itu.
- Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan
norma budaya dan agama yang di anut, poandangan masyarakat
setempat tentang gangguan jiwa.
 Kegiatan Ibadah
Kegiatan Ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat
klien dan keluarga tentang kegiatan ibadah
- Status Mental
 Penampilan : biasanya tidak rapi, penggunaan pakaian tidak
sesuai, cara berpakaian tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
 Pembicaraan : biasanya pembicaraan klien lambat, sedikit dan
volume suara rendah.
 Aktiviatas motorik : pada klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah terlihat letih lesu dan penurunan produktivitas.
 Alam perasaan : klien dengan gangguan konsep : harga diri
rendah sering merasa sedih dan putus asa serta merasa khawatir.
 Afek : klien dengan ganguan konsep diri : harga diri rendah
sering terlihat datar.
 Interaksi selama wawancara : klien biasanya tampak tidak
kooperatif, mudah tersinggung mungkin menunjukan ansietas
selama interaksi.
 Persepsi : klien mengalami persepsi halusinasi.(kaji isi halusinasi,
frekuensi, gejala yg tampak pada saat klien berhalusinasi, kaji
perasaan klien terhadap halusinasi)
 Proses fikir : klien mengalami blocking (pembicaraan terhenti
tiba-tiba tanpa gangguan eksteral kemudian dilaksanakan
kembali), perseverasi (pembicaraan yang di ulang berkali-kali)
 Isi fikir : klien sering mengalami obsesi (fikiran yang muncul
walau klien berusaha menghilangkannya)
 Tingkat kesadaran : klien bingung, kacau, gangguan orientasi dan
waktu.
 Memori : kaji memori jangka panjang, jangka pendek, dan
sekarang.
 Tingkat konsentrasi dan terhitung : mudah teralihkan, tidak
mampu konsentrasi, tidak mampu berhitung.
 Kemampuan penilaian, tidak mampu mengambil keputusan yang
sederhana.
 Daya tilik diri : mengikari penyakit yang di deritanya dan merasa
tidak perlu pengobatan. Pada klien gangguan harga diri rendah
akan ditemukan ungkapan yang menyalahkan hal-hal diluar
dirinya (menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan kondisinya saat ini)

- Mekanisme Koping
- Koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek yang sering dilakukan oleh antara
lain:
 Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus
menerus.
 Kegiatan mengganti identitas sementara misalnya ikut kelompok
social, keagamaan, dan politik.
 Kegiatan yang member dukungan sementara seperti mengikuti
suatu kompetisi atau kontes popularitas.
 Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,
seperti penyalahgunaan obat-obatan

- Koping jangka panjang


Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil, maka
mekanisme jangka panjang dapat dilakukan, antara lain:
 Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi
identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
 Identitas negative merupakan rintangan terhadap nilai dan
harapan masyarakat. Remaja mungkin akan menadi individu
antisocial, hal ini disebabkan karena ia merasa tidak memiliki
identitas yang positif.

- Mekanisme pertahanan ego


Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan antara lain:
 Regresi (kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih
dini) ,
 Disasosiasi (pemisahan suatu kelompok proses mental atau
perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Keadaan dimana
trdapat dua atau lebih kepribadian pada diri individu,contohnya
 : seorang laki-laki yang dibawa ke ruang gawat darurat karena
mengamuk, ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian
tersebut (lupa sama sekali)
 Proyeksi (pengalihan buah pkiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginana, perasaan, emosional, dan
motivasi yang tidak dapat ditoleransi),
 Pemisahan/ splitting (sikap mengelompokkan orang atau keadaan
hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk. Orang
seperti ini mengalami kegagalan untuk memadukan nilai-nilai
positif dan negatif didalam diri sendiri).
 Mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
Dalam keadaan berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan
penyesuaian seperti: bunuh diri, penggunaan zat berbahaya

5. Pohon masalah

Resiko Perilaku Kekerasan


Efek

Harga Diri Rendah Situasional


Core Problem

Koping Individu tidak Efektif


Causa

Kurang Pengetahuan

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :

a) Risiko Bunuh Diri


b) Harga Diri rendah
c) Gangguan Konsep Diri
d) Koping Individu Tidak Efektif
e) Koping Keluarga Tidak Efektif
f) Intoleransi Aktivitas
g) Gangguan Defisit Perawatan Diri
h) Risiko Tinggi Isolasi Sosial

7. Intervensi
Rencana Keperawatan
Klien Dengan Koping Individu Tidak Efekif

Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

TUK I : 1. Pasien mau membelas 1. Beri salam/panggil


Klien dapat salam nama
membina 2. Pasien mau menjabat a. Sebutkkan nama perawat
hubungan saling tangan b. Jelaskan maksud hubungan
percaya dengan 3. Pasien menyebutkan interaksi
perawat. nama c. Jelaskan akan kontrak yang
Kriteria evaluasi 4. Pasien mau tersenyum akan dibuat
dalam d. Beri rasa aman dan sikap
berinteraksi klien empati
menunjukkan e. Lakukan kontak singkat tapi
tanda-tanda sering.
percaya pada
perawat
TUK II: 1. Klien dapat meningkatkan 1. Bantu klien mengeksplorasi
Klien dapat harga dirinya perasaan
meningkatkan 2. Klien dapat mengidentifikasi a. Biarkan klien
harga diri aspek positif yang mengungkapkan
dimilikinya perasaannya
b. Ajak klien untuk
berbincang-bincang
mengenai perasaannya
namun jangan mamaksa
2. Identifikasi aspek positif yang
dimiliki
3. Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan
(misal : hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal)
TUK III : 1. Klien dapat menyebutkan 1. Diskusikan kegiatan fisik
Klien dapat cara koping yang efektif : yang biasa dilakukan klien.
mendemonstr a. Tarik nafas dalam 2. Beri pujian atas kegiatan fisik
asikan cara fisik 2. Klien dapat klien yang biasa dilakukan
untuk mendemonstrasikan cara 3. Diskusikan satu cara fisik
mendapatkan fisik untuk koping yang yang paling mudah dilakukan
koping yang efektif yaitu : Tarik nafas dalam
efektif 3. Klien mempunyai jadwal 4. Diskusikan cara melakukan
untuk melatih cara nafas dalam dengan klien
pencegahan fisik yang telah 5. Beri contoh klien tentang cara
dipelajari sebelumnya. menarik nafas dalam
4. Klien mengevaluasi 6. Minta klien mengikuti contoh
kemampuan dalam yang diberikan sebanyak 5
melakukan cara fisik sesuai kali.
jadwal yang telah disusun 7. Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan cara
nafas menarik dalam
8. Tanyakan perasaan klien
setelah selesai bercakap-
cakap
9. Anjurkan klien menggunakan
cara yang telah dipelajari,
ketika klien merasa sedih,
marah, jengkel, dll.
10. Lakukan hal yang sama
dengan 1,2 dan 3 untuk cara
fisik lain dipertemuan yang
lain.
11. Diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi latihan
yang akan dilakukannya
sendiri oleh klien.
12. Susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang telah
dipelajari
13. Klien mengvaluasi
pelaksanaan latihan yang
telah dilakukan
TUK IV : 1. Klien dapat melakukan 1. Evaluasi kegiatan
Klien dapat kegiatan sebelumnya. sebeleumnya.
mengikuti 2. Klien dalam keadaan 2. Diskusikan kegiatan fisik
kegiatan fisik tersenyum dan terlihat lebih yang biasa dilakukan klien.
untuk carah 3. Beri pujian atas kegiatan fisik
mendapatkan 3. Klien mau melakukan klien yang biasa dilakukan :
koping yang kegiatan latihan fisik lainnya: bersepeda
efektif Bersepeda 4. Diskusikan waktu kegiatan
yang akan dilakukan 5-10 menit
5. Siapkan alat untuk bersepeda
6. Tanyakan kepada klien
apakah sudah sering
melakukan bersepeda
7. Awasi kegiatan
8. Susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang telah
dipelajari
9. Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan yang
telah dilakukan
10. Beri pujian atas
keberhasilan klien,
tanyakan kepada klien
“bagaimana perasaan klien
setelah melakukan kegiatan
bersepeda ?” apakah perasaan
klien sudah merasa tenang ?”
TUK V : 1. Klien dapat 1. Diskusikan cara bicara yang
Klien dapat mendemonstrasikan cara baik dengan klien
mendemonstras verbal yang baik 2.Beri contoh cara bicara yang
ikan cara sosial 2. Klien mempnyai jadwal baik mengungkapkan perasaan
untuk untuk melatih cara bicara dengan baik”
mendapatkan yang baik. 3.Meminta mengikuti contoh cara
koping efektif Klien melakukan evaluasi bicara yang baik :
terhdap kemampuan cara Mengungkapkan perasaanya
bicara yang sesuai dengan dengan baik “saya kesal karena
jadwal yang telah disusun. permintaan saya tidak
dikabulkan” dll.
4. Minta klien mengulangi
sendiri
5. Beri pujian atas
keberhasilan pasien
6. Diskusikan dengan klien
tentang waktu dan
kondisi cara bicara,yang dapat
dilatih ketika
“mengungkapkan perasaanny
ke perawat”
7. Susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang telah
dipelajari
8. Klien mengevaluasi kegiatan
9. Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latiha :
“beri pujian atas keberhasilan
klien, tanyakan kepada klien
bagaimana perasaan klein
setelah mengungkapkan
TUK VI : Keluarga dapat 1. Identifikasikan keluarga
Klien dapat mendemonstrasikan cara dalam merawat klien sesuai
mendapatkan merawat klien dengan yang telah dilakukan
dukungan dari keluarga selama ini.
keluarga dalam 2. Jelaskan keuntungan peran
melakukan serta keluarga dalam merawat
koping yang klien
efektif 3. Jelaskan cara-cara merawat
klien :
a. Sikap dan bicara
b. Membantu mengenal penyebab
masalah dan pelaksanaan
penyelesaian masalah
c. Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
d. Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan
demonstrasi
e. Anjurkan keluarga
mempraktikkan pada klien
selama dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah
pulang kerumah.
IMPLEMENTASI
Diagnosa SP 1 SP 2 SP 3
Koping 1. Identifikasi koping 1. Validasi masalah 1. Mengevaluasi
individu tidak yang selama ini dan latihan pelaksaan
efektif digunakan. sebelumnya. sebelumnya.
2. Membantu menilai 2. Melatih koping: 2. Mengajarkan
koping yang biasa beraktivitas. koping
digunakan. 3. Membimbing konstruktif:
3. Mengidentifikasi memasukkan latihan fisik
cita-cita atau tujuan dalam jadwal dengan olahraga
yang realistis. kegiatan 3. Menganjurkan
4. Melatih koping: pasien
teknik relaksasi menerapkan pola
5. Membimbing koping yang
memasukkan dalam konstruktif dalam
jadwal kegiatan kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

I. Strategi Pelaksanaan
A. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi bapak A. Perkenalkan saya S, bapak bisa memanggil saya
perawat S. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai
14.00 nanti dan saya yang akan merawat bapak. Nama bapak siapa? bapak
senangnya dipanggil siapa?”
2. Evaluasi / validasi:
“Baiklah, bagaimana keadaan bapak A hari ini?”
3. Kontrak:
a. Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar
tentang keadaan bapak?”
b. Waktu :
“Saya rasa 30 menit cukup pak. Apakah bapak bersedia?
c. Tempat :
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”

B. Tahap kerja
1. “Baiklah bapak, bisa bapak jelaskan kepada saya bagaimana perasaan
bapak saat ini?”
2. “Saya mengerti bapak sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang bapak harus bias menghadapi dan mengatasi
masalah ini. Sabar ya, pak.”
3. “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung bapak. Tapi coba bapak
pikir, jika bapak pulang ke rumah nanti, bapak akan menjalankan peran
sebagai kepala keluarga lagi. Jadi bapak harus berusaha menghadapi
semuanya agaranggota keluarga yang bapak pimpin dapat kembali ke
jalan yangseharusnya.”
4. “Bapak, seluruh cobaan yang dihadapi manusia semua sudah diatur oleh
Tuhan. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya
ataupun bapak sendiri. Dan saya yakin bahwa Tuhan tidak akan
memberikan cobaan di luar batas kemampuan seseorang untuk
menghadapinya.”
5. “Bapak sudah bisa memahaminya?”
6. “Bapak tidak perlu cemas. Umur bapak masih muda, Bapak bisa mencoba
mencari pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan keluarga bapak dan
kesibukan lainnya agar bapak tidak memikirkan kejadian yang bapak
alami saat ini. Saya percaya bapak mempunyai keahlian yang bisa
digunakan. Bapak juga tidak akan hidup sendiri. Bapak masih punya
keluarga dan orang lain yang sayang dan peduli sama bapak. Disamping
itu, anak-anak bapak  juga masih memerlukan perhatian bapak saat ini.”
7. “Untuk mengurangi rasa cemas bapak, sekarang bapak ikuti teknik
relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang bapak tarik napas yang dalam,
tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahan-lahan.”
8. “Ya, bagus sekali pak, seperti itu.”
9. “Bapak juga bisa meluapkan amarah bapak dengan cara berteriak atau
menangis. Tetapi saran saya, jika bapak ingin berteriak sekencang-
kencangnya, sebaiknya bapak pergi ke tempat yang jauh dari keramaian
agar tidak mengganggu aktivitas orang-orang sekitar. Dengan caraseperti
itu, beban yang bapak hadapi akan sedikit berkurang dan bapak akan
mampu menghadapi permasalahan yang muncul.”

C. Tahap terminasi
1. Evaluasi :
- Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak sekarang? Apa bapak sudah
mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?” 
- Objektif : “Kalau begitu, coba bapak jelaskan lagi, hal-hal yang
bapak dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba bapak ulangi
teknik relaksasi yang telah kita lakukan.”
2. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali pak. Nah, setiap kali bapak merasa cemas, bapak dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali bapak merasa bahwa bapak
tidak terima dengan kenyataan ini, bapak dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini.
3. Kontrak yang akan datang :
”Sudah 30 menit ya, pak. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah
cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk
membicarakan tentang hobi Bapak. Mungkin besok kita bisa berbincang-
bincang di taman depan ya pak”. “Apa ada yang ingin bapak tanyakan?
Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya pak”.
4.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Eko, P. (2014). Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hawari, D. (2001). Manajemen Stres, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Herdman, H. T. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Maramis, W. F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC.
Prabowo, E. (2014). Konsep Dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai