B. ETIOLOGI
Menurut SDKI (2016), penyebab koping tidak efektif adalah :
1. Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
2. Ketidakadekuatan system pendukung
3. Ketidakadekuatan strategi koping
4. Ketidakteraturan persiapan untuk menghadapi stressor
5. Sisfungsi system keluarga
6. Krisis situasional
7. Kerentanan personalitas
8. Ketidak pastian
D. RENTANG RESPON
Keterangan :
1. Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yg positif dg latar belakang
pengalaman nyata yg sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalaman yg positif dlm
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal posisif maupun yg negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah: individu cenderung utk menilai dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain
4. Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dlm kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yg
harmonis
5. Depersonaisasi: perasaan yg tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yg
berhubungan dg kecemasan, kepanikan serta tdk dapat membedakan dirinya dg orang
lain.
E. PROSES TERJADINYA
1. Factor predisposisi
a. Biologis
1) Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang
dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak
ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit kronis yang
membutuhkan perawatan diri yang kompleks
5) Ada riwayat sering menderita sakit
6) Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik, nikotin,
kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol, narkotik dan sedatif-
hipnotik)
b. Psikologis
1) Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
2) Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
3) Self kontrol:
Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri yang
rendah
Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap
stressor
4) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
5) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori misalnya
lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk, polusi udara, aktivitas
yang berlebihan)
6) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan
yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan social.
7) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan
c. Social budaya
1) Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik terutama
remaja dan dewasa awal.
2) Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping (wanita lebih
banyak daripada pria (2:1)
3) Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak mandiri
dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi
4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
5) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang dialaminya
6) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan budaya
misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
7) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber
pendukung yang tersedia tidak adekuat
2. Factor presipitasi
a. Biologis
1) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh sehingga mengalami
gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab peran, kehilangan
salah satu anggota tubuhnya
2) Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita penyakit kronis yang
membutuhkan perawatan diri yang kompleks, tindakan operasi yang
menyebabkan kerusakan anggota tubuh
3) Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai akibat dari
peningkatan asupan makanan sebagai respon dari stress
4) Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta
5) Adanya perubahan fisik akibat penuaan
6) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood, tumor (otak,
kimiawi tubuh, retardasi mental)
b. Psikologis
1) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan zat, retardasi
mental, tumor otak yang menyebabkan perubahan afek atau mood
2) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya sehingga
mengalami ketidakpastian
3) Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam konsep diri
4) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian atau
perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan, gagal sekolah, dll.
5) Ketidakmampuan mengatasi kecemasan
c. Social budaya
1) Usia: Krisis maturasional
2) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
3) Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal sekolah
4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
(sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan ketidakcukupan
keuangan, adanya perubahan status finansial
5) Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau baru terkena PHK,
turun jabatan, memasuki masa pension
6) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan sumber
pendukung yang tersedia tidak adekuat.
F. MEKANISME KOPING
1. Koping jangka pendek
Mekanisme koping jangka pendek yang sering dilakukan antara lain:
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara misalnya ikut kelompok social,
keagamaan, dan politik.
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara seperti mengikuti suatu kompetisi
atau kontes popularitas.
d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan (Ade Herman, 2011)
2. Koping jangka panjang
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil, maka mekanisme jangka
panjang dapat dilakukan, antara lain:
a. Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau
potensi diri sendiri.
b. Identitas negative merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat.
Remaja mungkin akan menjadi individu antisocial, hal ini disebabkan karena ia
merasa tidak memiliki identitas yang positif. (Ade Herman, 2011)
3. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan antara lain fantasi, regresi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang
lain.dalam keadaan berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian
seperti:, bunuh diri, penggunaan zat berbahaya, dan penganiayaan.(Ade Herman,
2011)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik alamat.
b. Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
c. Alasan masuk rumah sakit
1) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah tersebut
ketika di rumah?
3) Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?
2. Faktor Predisposisi
Menurut Ade Herman ( 2011 ), faktor predisposisi antara lain:
a. Faktor biologis
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi
kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan
harga diri rendah semakin besar karena klien lebih di kuasai oleh pikiran negative
dan tidak berdaya.
b. Faktor psikologis
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami koping individu inefektif
meliputi: Mengingkari masalah, Harga diri rendah, Penolakan, Perasaan malu dan
bersalah, Perasaan tidak berdaya, klien mengatakan bila mempunyai masalah
sering dipendam dalam hati, tampak diam, klien jarang berkomunikasi dengan
teman satu ruangan
c. Faktor social
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi koping individu inefektif,
antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial
yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d. Faktor kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri
rendah antara lain wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluh
tahunan, perubahan kultur ke arah gaya hidup individualisme.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini bisa ditimbulkan dari dalam maupun luar individu meliputi :
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : frustasi, ketegangan peran terbagi menjadi transisi peran
perkembangan adalah perubahan normatif yang berhubungan dengan
pertumbuhan. Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambahnya atau
berkurangnya anggota melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat-sakit
sebagai akibat dari pergeseran keadaan sehat menjadi sakit (kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
4. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
b. Ukuran tinggi badan dan berat badan
c. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun.
d. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
e. Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai dengan keluhan yang ada.
5. Pengkajian Psikososial
a. Genogram
1) Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggabarkan hubungan klien
dan keluarga.
2) Menjelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
6. Konsep diri
a. Citra Tubuh : Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
b. Identitas Diri : Status dan posisi klien sebelum di rawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
c. Peran Diri : Tugas atau peran diri yang diemban dalam keluarga atau kelmpok
atau masyarakat, klien dalam melaksanakan peran atau tugas tersebut.
d. Ideal Diri : Harapan terhadap tubuh. Posisi, status, tugas atau peran, harapan klien
terhadap lingkungan, dan harapan kilen terhadap penyakitnya.
e. Harga Diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilain dan penghagaan orang
lain terhadap diri dan lingkungannya.
f. Hubungan Sosial : Orang yang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu,
tempat berbicara, minta bantuan atau sokongan, apakah klien pernah mengikuti
kegiatan di masyarakat, sejauh mana klien terlibat dalam kelompok itu.
7. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang di anut, pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan Ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat klien dan
keluarga tentang kegiatan ibadah.
8. Status Mental
a. Penampilan : biasanya tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
b. Pembicaraan : biasanya pembicaraan klien lambat, sedikit dan volume suara
rendah.
c. Aktiviatas motorik : pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
terlihat letih lesu dan penurunan produktivitas.
d. Alam perasaan : klien dengan gangguan konsep : harga diri rendah sering merasa
sedih dan putus asa serta merasa khawatir.
e. Afek : klien dengan ganguan konsep diri : harga diri rendah sering terlihat datar.
f. Interaksi selama wawancara : klien biasanya tampak tidak kooperatif, mudah
tersinggung mungkin menunjukan ansietas selama interaksi.
g. Persepsi : klien mengalami persepsi halusinasi.(kaji isi halusinasi, frekuensi,
gejala yg tampak pada saat klien berhalusinasi, kaji perasaan klien terhadap
halusinasi)
h. Proses fikir : klien mengalami blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa
gangguan eksteral kemudian dilaksanakan kembali), perseverasi (pembicaraan
yang di ulang berkali-kali)
i. Isi fikir : klien sering mengalami obsesi (fikiran yang muncul walau klien
berusaha menghilangkannya)
j. Tingkat kesadaran : klien bingung, kacau, gangguan orientasi dan waktu.
k. Memori : kaji memori jangka panjang, jangka pendek, dan sekarang.
l. Tingkat konsentrasi dan terhitung : mudah teralihkan, tidak mampu konsentrasi,
tidak mampu berhitung.
m. Kemampuan penilaian, tidak mampu mengambil keputusan yang sederhana.
n. Daya tilik diri : mengikari penyakit yang di deritanya dan merasa tidak perlu
pengobatan. Pada klien gangguan harga diri rendah akan ditemukan ungkapan
yang menyalahkan hal-hal diluar dirinya (menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan kondisinya saat ini)
B. Analisa data
NO DATA MASALAH
C. Masalah keperawatan :
D. Pohon masalah :
Factor-faktor pencetus
STRATEGI PELAKSANAAN :
1. SP 1 Pasien :
a. Bina hubungan saling percaya
Salam terapeutik
Perkenalan diri
Jelaskan tujuan wawancara
Ciptakan lingkungan yang tenang
Buat kontrak yang jelas (waktu,tempat,dan topic pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya
c. Identifikasi koping yang selama ini digunakan
d. Membantu menilai koping yang bisa digunakan
e. Melatih koping : berbincang/asertif technics (meminta, menolak, dan
mengungkapkan/membicarakan masalah secara baik)
f. Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan
2. SP 2 pasien
a. Validasi masalah dan latihan sebelumnya
b. Melatih koping : beraktivitas
c. Membimbing dan memasukkan dalam jadwal kegiatan
3. SP 1 keluarga
a. Bina hubungan saling percaya
b. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
c. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala koping individu tidak efektif yang dialami
beserta proses terjadinya.
d. Menjelaskan cara-cara merawat pasien koping individu inefektif
4. SP 2 keluarga
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien koping individu tidak efektif
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien koping individu tidak
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
Penebit Buku Kedokteran EGC
Lynda, Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Penerbit DPP PPNI.