Anda di halaman 1dari 21

PRE PLANNING

TERAPI BERMAIN “MEWARNAI GAMBAR” PADA ANAK UMUR 3-6


TAHUN DI RUANG KENARI RUMAH SAKIT DKT PROVINSI JAMBI
RABU, 21 NOVEMBER 2012

OLEH:
KELOMPOK I “MARGARETH A. NEWMAN”
1. DEWI MARLINA, S. Kep
2. EMI MAILISNA, S. Kep
3. ETTI CHANDRA, S. Kep
4. MESTI SITANGGANG, S. Kep
5. ORY ANGGRAENI, S. Kep
6. SULISTIYAWATI, S. Kep
7. UMMI HIDAYAH, S. Kep
8. RINI FEBRIYANTI S. Kep.

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2012
PRE PLANNING

TERAPI BERMAIN “MEWARNAI GAMBAR”


Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Ruang Kenari
Rumah Sakit Dr. Bratanata Jambi
Rabu, 21 November 2012
Topik : Terapi bermain ” Mewarnai Gambar ”
Hari/Tgl : Rabu, 21 November 2012
Waktu : 15.30 – 16.00 WIB
Tempat : Ruang Kenari Rumah Sakit DKT Jambi

A. LATAR BELAKANG

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,

makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan

pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk

perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta

intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh

kembang anak Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang

direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam

menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak

menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan

serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun

pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka

dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 1999: 121).

Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu

menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan

ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 1993: 78).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.

Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi,

sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin
lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi

salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan

perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari

lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong,

1995).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum

hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak

dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya,

lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan

berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru

pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan /

ketakutan (Carson, dkk, 1992: 1139).

Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya

kecemasan bagi anak. Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit

aktivitas bermain tetap dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan kondisi

anak. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat

melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreativitas anak dan anak dapat beradaptasi lebih efektif

terhadap stress. Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh

kembang anak dengan baik. Salah satu karakteristik perkembangan motorik

halus pada anak pre-school adalah mampu mengenali warna. Dengan

permainan mewarnai menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu

mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis

menggambarkan bahwa selama mewarnai anak akan mengekspresikan


imajinasinya dalam goresan warna pada gambar sehingga untuk sementara

waktu anak akan merasa lebih rileks.

Di unit rawat ianap ruang Kenari Rumah Sakit DKT Jambi rata-rata

anak dirawat pada 3 bulan terakhir berjumlah 24 orang dalam sehari, yang

50% diantaranya atau 12 orang anak berusia pre-school (3-6 tahun), 25%

berusia 2-3tahun, 15% berusia sekolah dan selebihnya berusia < 2 tahun. Dari

hasil observasi perawat pada saat dinas didapatkan data 50% anak yang

dirawat merasa takut sama perawat, takut dengan berbagai prosedur yang

akan dijalaninya. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru

yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah

sakit.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya

program terapi bermain di rumah sakit khususnya di ruang perawatan anak,

untuk itu pada kesempatan ini mahasiswa praktik profesi keperawatan

tertarik mengadakan kegiatan terapi bermain tentang “Mewarnai Gambar

pada anak usia 3-6 tahun di ruang Kenari rumah sakit DKT Jambi tahun

2012”, sehingga diharapkan terapi bermain dapat menunjang proses asuhan

keperawatan secara optimal.

B TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan tindakan bermain diharapkan anak dapat melanjutkan
tumbuh kembangnya, mengembangkan aktivitas dan kreativitas melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena sakit
dan dirawat di Rumah Sakit.

2 TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan kegiatan bermain dengan anak selama 30 menit,


diharapkan :

a. Dapat menurunkan tingkat kecemasan dan kejenuhan pada anak selama dirawat
di Rumah Sakit
b. Anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan kesenangan
c. Gerakan motorik halus pada anak lebih terarah
d. Anak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya
yang dirawat di ruang yang sama di rumah sakit
C. KRITERIA KLIEN
1. Anak usia 3-6 tahun didampingi 1 orang orangtua/keluarga
2. Keadaan umum mulai membaik
3. Tanda- tanda vital normal

D. SASARAN : Anak usia 3-6 tahun yang dirawat di ruang


Kenari rumah
sakit DKT Jambi

E. TARGET : 8 orang anak yang memenuhi kriteria

F. PROSES SELEKSI
1. Identifikasi klien yang masuk dalam kriteria
2. Membuat kontrak waktu dengan klien
3. Menjelaskan tujuan kegiatan pada klien

G. METODE
1. Ceramah
2. Demonstrasi
H. MEDIA DAN ALAT
1. Kertas yang telah bergambar
2. Krayon
3. Papan Pengalas

I. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Waktu dan Alokasi
a. Hari / Tanggal : Rabu, 21 November 2012
b. Jam : 15 .30 s/d 16.00 Wib
c. Waktu : 30 menit
 Pendahuluan : 5 menit
 Pelaksanaan : 25 menit
 Penutup : 5 menit
2. Tempat Kegiatan : Ruang Kenari Rumah Sakit DKT Jambi

J . SETTING TEMPAT

  
  
    
Õ  
 

  

Keterangan:
 : Pembimbing akademik
 : CI
 : Audiens
 : Leader
 : Co Leader
Õ : Observer
 : Fasilitator
K. PEMBAGIAN TUGAS
1. Leader : Emi Mailisna, S.Kep
Tugas : - Memimpin jalannya terapi bermain
- Menjelaskan posedur
- Memulai dan mengakhiri kegiatan
- Memotivasi anggota kelompok untuk mengemukan
pendapat dan memberi feedback terhadap kegiatan
yang dilakukan
- Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama
kegiatan
- Mengkoordinir seluruh petugas yang terlibat dalam
pelaksanaan terapi bermain
- Memberi reinforcement positif kepada klien
- Menyimpulkan kegiatan

2. Co Leader : Mesti S, S.Kep


Tugas : - Mendampingi leader dalam memimpin kegiatan
- Membantu leader dalam menjalankan perannya
- Bersama leader sebagai contoh dalam bentuk
kerjasama yang baik dalam kegiatan
- Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
- Mengingatkan leader jika waktu kegiatan terapi
bermain selesai

3. Observer : Etti Chandra, S.Kep


Tugas : - Mengobservasi jalannya kegiatan
- Memberi kritik dan saran
- Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama
kegiatan berlangsung
- Mencatat penyimpangan kegiatan terapi bermain
4. Fasilitator : Dewi Marlina, S. Kep
Sulistiyawati, S. Kep
Ory Anggraeni, S. Kep
Rini Febriyanti, S. Kep
Ummi Hidayah, S. Kep
Tugas : - Memfasilitator peserta yang kurang aktif
- Memotivasi peserta untuk mensukseskan kegiatan

L. STRATEGI PELAKSANAAN

Tahap
Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien Waktu
kegiatan

Tahap Mengucapkan salam Membalas salam 5’


Pembukaan
Memperkenalkan Memperhatikan
mahasiswa
Memperkenalkan dosen Memperhatikan
pembimbing/CI
Memvalidasi keadaan anak Menjawab
dan orang tua
Mengingatkan kontrak Mendengarkan
waktu
Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
kegiatan memperhatikan
Menjelaskan cara Mendengarkan dan
pelaksanaan permainan memperhatikan
mewarnai gambar

Tahap Leader membagikan Menerima kertas 20’


Pelaksanaan
kertas bergambar , krayon bergambar,krayon dan
dan papan pengalas pada papan pengalas
setiap anak
Leader mempersilahkan Memulai mewarnai
anak untuk memulai gambar
mewarnai gambar yang
telah dibagikan
Sementara anak mulai Anak mewarnai
mewarnai gambar, gambar
Fasilitator memberi
semangat untuk terus
mewarnai gambar.
Setelah semua anak Anak berhenti
selesai mewarnai gambar, menggambar
Leader meminta
Fasilitator untuk
mengumpulkan gambar
yang telah dibuat oleh
anak
Memberi reinforcement Mendengarkan dan
positif memperhatikan
Menanyakan perasaan Menjawab pertanyaan
anak setelah bermain
Memberi reinfocement Mendengarkan dan
positif memperhatikan
Menanyakan perasaan Memberi tanggapan
dan pendapat orangtua
/keluarga tentang
permainan yang
telah dilakukan
Memberi reinforcement Mendengarkan dan
positif memperhatikan
Memberikan kesempatan Mengajukan
pada orangtua untuk pertanyaan
bertanya
Menjawab pertanyaan Mendengarkan dan
memperhatikan

Tahap Mengevaluasi kembali Menjawab pertanyaan 5’


Penutup
dengan menanyakan
bagaimana perasaan anak
setelah bermain
Memberi reinforcement Mendengarkan dan
positif memperhatikan
Menyimpulkan kegiatan Mendengarkan dan
yang telah dilakukan memperhatikan
Menutup pertemuan dan Menjawab salam
Mengucapkan salam

M. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
 Preplanning telah dikonsulkan dengan pembimbing
 Jumlah peserta yang mengikuti terapi bermain 80 %
 Tempat dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan

2. Evaluasi Proses
 Peran perawat sesuai dengan tugasnya masing-masing
 Anak dapat mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan permainan
yang ada.
 Waktu sesuai dengan perencanaan

3. Evaluasi Hasil
Setelah kegiatan permainan ”mewarnai gambar” diharapkan :
a. Dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak dengan anak tidak takut
sama petugas/perawat, merasa senang ikut bermain sebanyak 70%
b. Anak mau dan dapat mewarnai gambar sampai selesai sebanyak
70%
c. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu gambar yang diwarnai sebanyak 80%
d. Anak dapat mengikuti kegiatan permainan dengan baik sebanyak
70%
e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktifitas bermain pada anak

KONSEP BERMAIN
A. PENGERTIAN

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk


memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial (Depdikbud, 1983).

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,


emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta
suara (Wong, 2000)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa


mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak
(Anggani Sudono, 2000)

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi


kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai (Suhendi
et al, 2001)

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk


memperoleh kesenangan/kepuasan.(Supartini, 2004)

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan


aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang
paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk
kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995).
Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak
akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995)
B. FUNGSI BERMAIN
Menurut Wong (2003) Fungsi bermain bagi anak adalah :
1. Perkembangan Sensori Motorik : yaitu membantu perkembangan gerak
dengan memainkan suatu obyek, misalnya : meraih pensil, mewarnai.
2. Perkembangan Kognitif : yaitu membantu mengenai benda disekitar
misalnya : logo, balok (bongkar pasang mainan).
3. perkembangan social : yaitu anak belajar berinteraksi dengan orang lain
dan mempelajari peran dalam kelompok misalnya : dapat diperolah dari
orang tua, guru, orang lain disekitar bermain, maka anak akan
bertingkah laku sesuai/diterima oleh teman, anak akan menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan, jujur terhadap orang lain.
4. Terapi : bermain akan memeberi kesempatan pada anak untuk
mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya, marah, depresi,
benci, takut.
5. Sebagai alat komunikasi : bermain merupakan komunikasi terutama
pada anak yang belum menyatakan perasaan secara verbal, misalnya :
melukis, menggambar, bermain peran.

C. TUJUAN BERMAIN
Menutut Wong (2003) selain fungsi bermain bagi anak, bermain juga
mempunyai tujuan antara lain :
1. Dapat melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi melalui
permainan
3. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman berain yang
tepat.
4. Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
di rumah sakit dan mendapatkan kesenangan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN


Menurut Soetjiningsih, (1995) Faktor-faktor yang mempengaruhi
bermain:
1. Tahap Perkembangan: setiap tahap perkembangan memunyai
potensi/keterbatasan.
2. Status kesehatan : anak yang sakit makan kemampuan kognitif atau
psikomotornya terganggu.
3. Jenis Kelamin : sangat dipengarhi oleh usia terutama perminan yang
digunakan.
4. Lingkungan : lokasi, kultur, negara.
5. Alat Permainan Yang cocok : alat permainan yang sesuai tahap
perkembangan maka anak akan menggunakan dan merasa senang

E. KLASIFIKASI BERMAIN
Menurut Wong (2003)
1. Menurut Isi :
a. “Social Play” : belajar memberi respon, misalnya orang dewasa
berbicara/memanjakan anak, maka anak akan merasa senang
dengan respon mengeluarkan suara tersenyum.
b. “Sense Of Pleasure Play” : dengan bermain akan memperoleh
kesenangan dsri suatu objek disekelilingnya, misalnya : bermain
pasir, air.
c. “Skill Play” dengan bermain anak dapat memperoleh ketrampilan
sehingga anak akan memperoleh berulang-ulang.
d. “Dramatik Play atau Role Play” dengan bermain anak akan dapat
melakukan peran, misalnya : sebagai perawat, dokter, guru, ibu,
ayah dan anak akan me’mbuat fantasi dari permainan tersebut.

2. Menurut Karakterisitik Sosial :


a. “Solitery Play” bermain sendiri walaupun ada orang lain
didekatnya(1–3 ).
b. “Paralel Play”, bermain sejenis , anak bermain dalam suatu
kelompok, masing-masing mempunyai mainan yang sama, tetapi
tidak ada interaksi diantara mereka : tidak tergantung (interaksi
tetapi belum bersosialisasi) Todler, Preschool.
c. “Associative Play” bermain dalam kelompok. Anak bermain dalam
suatu aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi. Tidak ada
pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginannya.
d. “Cooperative” pelayanan bermain dalam kelompok. Permainan
terorganisir, terencana, ada tujuan, ada aturan-aturan misalnya :
main kartu, balap sepeda.
e. “Unlocker play” (pengamat). Anak melihat anak bermain hal ini
sduah merupakan bermain, menurunkan stress.

F. KARAKTERISITIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN


Menurut Soetjiningsih (1995) tahap perkembangan pada anak:
1. Bayi (0-1tahun)
Tumbuh kembang saat bayi sangat pesat, maka berikan mainan yang
berbeda. Yang menonjol pada waktu bayi yaitu affective play dan sense of
pleasure play.

2. 1 bulan
visual : lihat dari jarak jauh, gantungkan benda yang terang/menyolok.
Auditory : Bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
Tactile : dipeluk, digendong.
Kinetik : diayun, kereta untuk jalan-jalan.

3. 2 – 3 bulan
Visual : beri objek warna terang, bawa bayi ke ruangan berbeda, letakan
bayi agar dapat memandang sekitar.
Auditory : biacara dengan bayi, beri mainan yang berbunyi, ikut sertakan
dalam pertemuan keluarga
Tactile : membelai waktu memandikan, sisir rambut dengan lembut, gosok
dengan lotion atau dengan bedak.
Kinetik : jalan-jalan dengan kereta, gerakan berenang.

4. 4 – 6 bulan
Visual : beri cermin, bawa nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
Auditory : ajak bicara, ulangi suara-suara yang dibuatnya, panggil
namanya, remas kertas dekat telinganya, letakan mainan berbunyi dekat
telinganya.
Tactile : beri mainan berbagai tekstur lembut, kasar, bermain air, masukan
ke dalam bak mandi.
Kinetik : Bantu telungkup, sokong waktu duduk, tunjukan bangunan-
bangunan agak jauh, bermain bola, Beri mainan yang dapat
ditarik/didorong

5. Toddler (2-3 tahun)


Mulai berjalan, memanjat, lari; dapat memainkan sepatu dengan
tangannya; senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu;
perhatiannya sangat singkat; mulai mengerti memiliki “milikku’; toddler
selalu bertengkar memperebutkan mainan.

6. Preschool ( 3 – 6 tahun )
anak sangat aktif dan imaginative, mulai terbentuk perkembangan moral,
dapat melompat. Karakterisitik bermain preschool adalah : peralatan
rumah tangga, sepeda roda tiga, lilin, boneka, buku-buku dengan kata-kata
simple, alat olah raga, kapal terbang,mobil truk.

7. Usia ( 6 – 12 tahun ) :
 Bermain dengan kelompok, dapat belajar dengan aturan-aturan
kelompok.
 Belajar mandiri, kooperative bersaing, menerima orang lain dan tingkah
laku yang diterima.
 Bermain tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan fisik, intelektual,
fantasi, tetapi anak mulai membentuk club serta persatuan dalam tim.
 Karakteristik “cooperative play”, mechanical serta Mother Roles :
keduanya senang membaca.
 Mainan untuk usia sekolah : usia 6 – 8 tahun adalah kartu, boneka, alat-
alat untuk melukis, alat-alat olah raga, buku-buku, sepeda;
mainan usia 8 –12 tahun adalah : buku, mengumpulkan perangko, main
kartu, olah raga : berenang, sepeda, sepatu roda, pingpong.

8. Adolescense :
Anak lebih dekat dengan kelompok luar. Permainan : sepak bola,
badminton, buku, basket, mendengar musik. Dalam memilih permainan,
orang tua harus dilibatkan sehingga anak merasa seperti dirumah sendiri
dan dapat bermain dengan kelompok, anak mudah mengekspresikan
perasaan, diskusi.

G. BERMAIN DI RUMAH SAKIT Menutut


Menurut Fitri & Nita ( 2012):
1. Keuntungan bermain di Rumah Sakit

a. Meningkatkan hubungan perawat pasien di Rumah Sakit


b. Dapat mengekspresikan perasaan tidak enak, misalnya : takut
sendirian, rasa marah.
c. Memulihkan rasa mandiri pada anak, dengan kegembiraan dalam
bermain.
d. Bermain terapeutik : dapat meningkatkan penguasaan pengalaman
yang traumatic, misalnya : peran perawat, dokter.
e. Membina tingkah laku positif di Rumah Sakit terhadap perawat. Di
rumah Sakit selain mendapat pengalaman traumatic juga dapat
bermain seperti anak lain.
f. Alat berkomunikasi antara perawat – pasien yaitu cerita gambar.

2. Prinsip Bermain di Rumah Sakit :


Menurut Suriadi &Rita (2006) prinsip bermain di Rumah Sakit
adalah:

a. Tidak banyak membutuhkan energi


b. Permainan simple
c. Kegiatan yang singkat waktunya
d. Mempertimbangkan keamanan : perlukaan, infeksi silang.
e. Kelompok umur yang sama.
f. Melibatkan orang tua
g. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
h. Semua alat bermain harus dicuci larutan desinfeksi.

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

A. DEFENISI
Mewarnai gambar merupakan terapi merupakan terapi
permainan yang kreatif untuk mengurangi stres dan kecemasan
serta meningkatkan stress dan kecemasan serta meningkatkan
komunikasi pada anak.

B. MANFAAT TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat


terapeutik (sebagai permainan penyembuh”therapeutic play”)
2. Dengan menggambar berarti anak dapat mengekspresikan “feelingnya’ atau
memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi tanpa mengunakan
kata
3. Sebagai terapi kognitif pada saat anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negatif.
4. Peluang Mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
eekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah
dan benci
5. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di
Rumah Sakit (Ida Samidah, 2003).
Daftar Pustaka

1. Soetjiningsih. 1995.Tumbuh Kembang Anak Bagian Kesehatan Anak.


Jakarta.EGC.

2. Ida Samidah, 2003 Materi Kuliah Konsep Bermain Makassar. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

3. Ellah Siti Chalidah. 2005. Terapi Permainan Bagi Anak yang Memerlukan
Layanan Pendidikan Khusus. Jakarta: Depdikbud

4. Suriadi & Rita Yulianni. 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak .Buku
Lapangan Praktik Klinik Jakarta.Sagung Seto.

5. Soetjiningsih . 1998, Tumbuh Kembang Anak,EGC ,Jakarta.

6. Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.


Jakarta:Idai

7. Wong, D.L (1995), Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby.

8. Fittri& Nita Nasuion,2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi Dan


Balita.Jogyakarta. ISBN

9. Wong,D.L 1995, Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby.

Anda mungkin juga menyukai