Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ASKEP JIWA PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Dwi Putri, Ners., M.Kep.Sp.Jiwa

Disusun Oleh Tingkat 2A

1. Adhe Nur Fadilah (19001)


2. Delia Mandalasari (19008)
3. Intan Miliyanti (19021)
4. Malinda (19026)
5. Mega Ramadhani Rahayu (19027)
6. Muhammad Gilang H (19029)
7. Muammar Syah Zihan (19031)
8. Siti Nurhalizah (19046)

STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON

Jl. Walet No.21, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153

Telp./Fax.[0231]201942 Cirebon, E-mail:akper_muh@yahoo.co.id

Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Askep Jiwa Pada Pasien dengan Kecemasan”
dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala
kerendahan hati, perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan setulus hati dalam proses
penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Kami menyadari dalam penulisa makalah ini sangat jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan dan kami terima dengan
senang hati.

Cirebon, 16 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDSAHULUAN _________________________________________________

1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------

BAB II TINJAUAN TEORITIS ------------------------------------------------------------------

2.1 Pengertian ------------------------------------------------------------------------


2.2 Tanda dan Gejala ------------------------------------------------------------------------
2.3 Tingkatan ------------------------------------------------------------------------
2.4 Faktor Predisposisi ------------------------------------------------------------------------
2.5 Faktor Presipitasi ------------------------------------------------------------------------
2.6 Sumber Koping ------------------------------------------------------------------------
2.7 Mekanisme Koping ------------------------------------------------------------------------
2.8 Mekanisme Pertahanan Ego ----------------------------------------------------------------
2.9 Yang Perlu Dikaji ------------------------------------------------------------------------
2.10 Faktor Yang Mempengaruhi ----------------------------------------------------------------

BAB III LAPORAN KASUS ________________________________________________

3.1 Pengkajian Keperawatan---------------------------------------------------------------------


3.2 Diagnosa Keperawatan-----------------------------------------------------------------------
3.3 Intervensi Keperawatan----------------------------------------------------------------------
3.4 Implementasi Keperawatan------------------------------------------------------------------
3.5 Evaluasi ------------------------------------------------------------------------

BAB IV PENUTUP _________________________________________________

4.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan


teknologi, persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut
merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan
perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan,
koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara
psikologis.

Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan keluhan somatik didominasi


perempuan dengan angka sekitar 1 dari 3 orang dalam masyarakat dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius. Unipolar depresi diperkirakan menjadi penyebab utama
kedua beban kecacatan global yang akan terjadi pada tahun 2020 dimana angka kejadian dua
kali lebih sering terjadi pada perempuan (Yasira, 2011).

Kecemasan atau ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang
masih banyak terjadi kasus baik di negara-negara maju  maupun di negara berkembang.
Gangguan ansietas merupakan gangguan mental emosional yang paling sering terjadi di
Amerika serikat. Setidaknya 17% individu dewasa di Amerika serikat menunjukkan satu
gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun. Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh
individu wanita, individu berusia kurang dari 45 tahun, individu yang bercerai atau berpisah,
dan individu yang berasal dari status sosio-ekonomi rendah (Videbeck, 2008, hal. 308).

Didalam makalah ini, kelompok akan membahas mengenai ansietas atau kecemasan,
yang dapat menjadi sebuah masalah kesehatan jiwa apabila respons yang diberikan
berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
konsep dasar tentang ansietas, penyebab, mekanisme terjadinya, hingga respons yang dapat
terjadi pada setiap individu dan tingkatannya. Serta akan dijelaskan mengenai pendekatan
konsep asuhan keperawatan yang akan diberikan pada masalah kesehatan jiwa berupa
kecemasan atau ansietas ini. Penanganan masalah gangguan mental emosional ini sangat
penting, karena apabila tidak dapat ditangani dengan baik maka bisa saja dapat berlanjut
kepada masalah gangguan jiwa.  
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agar tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest”
(Leland E. HINSIE dan Robert S. CAMBELL).

Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan
bahaya atau frustasi yang mengancam akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau
kehidupan seseorang individu atau kelompok bio-sosialnya. (J.J GROEN).

nsietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk
menjadi cemas diperlukan untuk pertahanan hidup tetapi tingkatan si atas yang berat tidak
sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2017).
2.2 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala Kecemasan atau Ansietas, diantaranya :
1. Gejala Psikologik
Ketegangan, kekhawatiran, panic, perasaan tak nyata, takut mati, takut “gila”,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala Fisik
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan
otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan
lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan ansietas kronik seperti: rasa
sesak nafas, rasa sakit dada, kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam,
ada sesuatu yang menekan dada, jantung berdebar, mual, vertigo, tremor, kaki dan
tangan merasa kesemutan, kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus
bergerak terus menerus, kaki merasa lemah sehingga berjalan dirasakan beret,
kadang-kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk
penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada
pasien dengan gangguan ansietas kronik, melainkan seseorang dapat saja
mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan
dan gejala oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

3. Gejala Penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agoraphobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan
gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama
hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada
orang tanpa gangguan mental.
2.3 Tingkatan
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan
masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan berhubungan
dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan
persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.
a. Respon Fisiologis
 Sesekali nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar
 Ketegangan otot ringan
 Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
 Mampu menerima rangsang yang kompleks
 Konsentrasi pada masalah
 Menyelesaikan masalah secara efektif
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Terlihat tenang dan percaya diri
 Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon Perilaku dan Emosi
 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
 Sedikit tidak sabar
 Aktivitas menyendiri
2. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang
wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa
bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya
turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi
terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting
saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.
a. Respon Fisiologis
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
 Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon Kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Focus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon Perilaku dan Emosi
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sadar
 Gembira
3. Ansietas Berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan ancaman, ia memperlihatkan respon takut dan distress. Ketika individu mencapai
tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu
tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze, yakni kebutuhan untuk pergi
secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat
melakukan sesuatu.
a. Respon Fisiologis
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, menggetakkan gigi
 Kebutuhan ruang gerak meningkat
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
b. Respon Kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berfikir terpecah-pecah
 Sulit berfikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris
c. Respon Perilaku dan Emosi
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut, bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
2.4 Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud, struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO dan
SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongan insting dan impuls primitive. Super
ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan
dari ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan
individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Teori ini meyakini
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang
berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan
masa dewasanya.

2.5 Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi adalah factor-faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya
kecemasan (Stuart, 2007). Faktor pencetus tersebut adalah:

1. Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi ketidakmampuan fisiologis


atau menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi dari seseorang.
Pada pasien yang akan menjalani operasi faktor pencetus kecemasannya adalah faktor
yang dialami individu baik bersifat internal maupun eksternal. Faktor internalnya
adalah adanya ketakutan akan pembiusan,kecacatan, kematian, takut akan rasa nyeri,
takut kehilangan pekerjaan, menjadi tanggungan keluarga. Sedangkan faktor
eksternalnya adalah lingkungan yang baru,peralatan operasi atau pembiusan yang
asing serta petugas kesehatannya.
2.6 Sumber Koping

Untuk mengatasi suatu kecemasan, individu akan menggerakkan sumber koping di


lingkungannya. Menurut Kozier dan Erb (2009), ada 5 sumber koping yang mampu
membantu individu beradaptasi dengan stressor: modal ekonomi, ketrampilan dan
kemampuan menyelesaikan masalah, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi.
Menurut Stuart (2013), sumber koping individu terdiri dari dua jenis yaitu sumber koping
internal dan eksternal.
1) Sumber koping internal
Sumber internal ini meliputi kesehatan dan energi yang dimilikinya, kepercayaan
seseorang menyangkut kepercayaan iman atau agama dan juga kepercayaan eksistensi,
komitmen atau tujuan hidup, harga diri, kontrol dan kemahiran seseorang. Selain itu
pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan sosial juga
mempengaruhi mekanisme Koping individu yang bersumber dari internal. Karakteristik
kepribadian yang tersusun atas kontrol, komitmen dan tantangan merupakan sumber
mekanisme Koping yang paling tangguh. Pribadi yang tangguh menerima stresor sebagai
sesuatu yang dapat diubah sehingga dapat dikontrol. Individu tersebut menerima situasi
yang berpotensi menimbulkan stres menjadi suatu hal yang menarik dan berarti sehingga
timbul komitmen. Sedangkan perubahan dan situasi barudipandang sebagai kesempatan
untuk bertumbuh sehingga dianggap sebagai tantangan.
2) Sumber koping eksternal
Dukungan sosial merupakan sumber-daya eksternal yang utama. Dukungan sosial
sebagi rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih dengan tiga kategori.
Kategori informasi pertama membuat orang percaya bahwa dirinya diperhatikan atau
dicintai. Kategori ini sering muncul dalam hubungan antara dua orang dimana
kepercayaan mutual dan keterikatan diekspresikan dengan cara saling menolong untuk
memenuhi kebutuhan bersama. Kategori informasi yang kedua menyebabkan seseorang
merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai. Keadaan tersebut akan menaikkan perasaan
harga diri sehingga disebut sebagai dukungan harga diri. Kategori informasi ketiga
membuat seseorang merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi
dan saling ketergantungan. Informasi disebarkan oleh anggota jaringan, dimana setiap
anggota jaringan memahami informasi tersebut dan menyadari bahwa informasi tersebut
telah disebarkan diantara mereka. Dukungan sosial akan meningkatkan kepribadian
mandiri, sebaliknya tidak menyebabkan ketergantungan.
2.7 Mekanisme Koping
Stategi yang dipakai dalam masing-masing penggolongan mekanisme koping menurut
Nasir dan Muhith (2011):

1) Strategi yang digunakan dalam problem focused coping:


a) Confrontatitive coping
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang
agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan risiko.
b) Seeking social support
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari
orang lain.
c) Planful problem solving
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang
hati-hati, bertahap, dan analitis.
2) Strategi yang digunakan dalam emotional focused coping:
a) Self – control
Usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan.
b) Distancing
Usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar dari
permasalahan atau dengan menciptakan pandangan-pandangan yang positif
terhadap permasalahan.
c) Positive reappraisal
Usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan berfokus pada
pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal – hal yang bersifat religious.
d) Accepting responsibility
Usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang
dihadapinya dan mencoba menerima untuk membuat semua menjadi lebih
baik. Strategi ini sangat baik jika permasalahan yang terjadi karena pikiran dan
tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri.
e) Escape / avoidance
Usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari siruasi tersebut atau
menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok,
atau menggunakan obat-obatan.
2.8 Mekanisme Pertahanan Ego

Mekanisme pertahanan ego ini dapat membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung secara tidak sadar, serta melibatkan penipuan diri, distorsi realitas
dan bersifat maladaptif. Menurut Nurhalimah (2016), mekanisme pertahanan ego yang
digunakan adalah:

1. Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan kelebihan yang dimilikinya
2. Penyangkalan
Klien menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahan ini paling sederhana dan primitif.
3. Pemindahan
Pemindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau
benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya
4. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya
5. Identifikasi
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil
atau menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan setelah orang tersebut
6. Intelektualisasi
Klien menggunakan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari ke
pengalaman yang mengganggu perasaannya
7. Introjeksi
Klien mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar (pembentukan superego)
8. Fiksasi
Klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau
tingkah laku atau pikiran), sehingga perkembangan selanjutnya terhalang
9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain, terutama
keinginan titik perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi
10. Rasionalisasi
Klien memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya berdasarkan pada alasan
yang seolah-olah rasional sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11. Reaksi formasi
Klien bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan
keinginan atau perasaan yang sebenarnya
12. Regresi
Klien kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif)
13. Represi
Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan pertahanan ego yang primer dan
cenderung diperkuat oleh mereka mekanisme ego yang lainnya
14. Acting out
Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
15. Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia
16. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari.
17. Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan
perilaku atau komunikasi sebelumnya yang merupakan mekanisme pertahanan
primitif
2.9 Yang Dapat Dikaji
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas:
a. Teori psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian,
ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang,
Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi mempengaruhi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
asiatis yang berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepin titik
reseptor ini mungkin membantu mengatur anxietas penghambat dalam
aminobutyric. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
2. Faktor presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi dua kategori:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

4. Sumber koping
Individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber kopi tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif (suliswati, 2005).
5. Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat pelayan berperilaku patologis atau tidak. Bila
individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari
atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Ada
kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis,
tidur ama makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi
kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (suliswati, 2005)
mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis yaitu:
1) Task Oriented Reaction Atau Reaksi Yang Berorientasi Pada Tugas
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu
mencoba menghadapi kenyataan tuntunan stres dengan menilai secara objektif
ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologi untuk
memindahkan seseorang dari sumber stres
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang
2) Ego Oriented Reaction Atau Reaksi Berorientasi Pada Ego
Coping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah titik mekanisme ini
seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme
pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi
masalah secara realita titik untuk menilai penggunaan mekanisme pertahanan
individu apakah adaptif atau tidak adaptif perlu dievaluasi hal-hal berikut:
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien
d. Alasan client menggunakan mekanisme pertahanan
2.10 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan

Berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap timbulnya kecemasan antara lain faktor
genetik, demografi, dan faktor psikologis. Selain itu adapula faktor pencetus, perentan, dan
faktor pembentuk gejala (Hawari, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien di bagi atas :

1) Faktor Instrinsik :
a) Usia Pasien. Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering
pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar terjadi pada umur
21-45 tahun.
b) Pengalaman pasien menjalani pengobatan/ tindakan medis. Pengalaman awal
pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat
berharga yang terjadi pada 13 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta individu terutama
untuk masa-masa yang akan datang. Pengalaman awal ini sebagai bagian dari
yang penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di
kemudian hari.
c) Konsep diri dan peran. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu
berhubungan dengan orang lain.
2) Faktor Ekstrinsik :
a) Kondisi medis Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi
medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-
masing kondisi medis, misalnya pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan
mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat
kecemasan pasien.
b) Tingkat pendidikan Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masingmasing.
Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah
laku dan pola pengambilan keputusan.
c) Akses informasi Akses informasi adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar
orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi
adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan,
tujuan, proses, resiko, komplikasi, alternatif tindakan yang tersedia, serta proses
administrasi.
d) Proses adaptasi Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan
eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus
menerus.
e) Tingkat sosial ekonomi Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pola
gangguan psikiatrik, diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah
prevalensi gangguan psikiatriknya lebih banyak.
f) Jenis tindakan Jenis tindakan, klasifikasi suatu tindakan, therapi medis yang dapat
mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa
seseorang.
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan


perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat diperbaiki hanya
dengan pemberian makanan atau gizi seimbang, namun juga perlu memperhatikan aspek-
aspek dasar berupa aspek fisik atau jasmani, mental-emosionalatau jiwa, dan sosial-budaya
atau lingkungan. Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan keluhan somatik
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebagai contoh Kecemasan atau
Ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi kasus
baik di negara-negara maju  maupun di negara berkembang.

Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam situasi
dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti. Tanda
dan gejala diantaranya : gelisah, gemetar, berdebar-debar, sering berkemih, Insomnia,
keletihan dan kelemahan, pucat, pusing, mulut kering, anoreksia.

Tingkatan ansietas diantaranya: Ansietas ringan, sedang dan berat. Faktor Predisposisi
diantanya : Teori Psikoanalitik, Teori Interpersonal, Teori Perilaku. Faktor Presipitasi adalah
factor-faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya kecemasan, Faktor pencetus tersebut
adalah: Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, ancaman
terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi sosial
yang terintegrasi dari seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Nila, Rainbow. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ansietas/Cemas [Online]. Tersedia :
https://www.scribd.com/doc/288268493/Asuhan-Keperawatan-pada-Pasien-Ansietas-
Cemas (15 April 2021)

Sutejo. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (diterjemahkan ole R. Komalasaridan A.
Hany). Jakarta: EGC

BASUTEI, Y. (2019). GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM


MENJALANI UJI PRA KLINIK PADA MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN 2019 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Anda mungkin juga menyukai