Disusun Oleh :
Ramadhoni 21117097
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan kepada kita sehingga bisa menyelesaikan Laporan Tutor Keperawatan
Jiwa tentang “Kecemasan pada Pasien Pasca Kecelakaan”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan kami rezeki, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
2. Sri Tirtayanti, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing tutor keperawatan anak
yang telah memberikan instruksi kepada kami sehingga kami termotivasi dan
menyelesaikan tugas makalah ini.
3. Rekan sekelas yang telah turut membantu dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga
tugas ini selesai.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini dan bila untuk makalah selanjutnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Aamiiin
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ...............................................................................................
B. Gejala Umum Anxietas......................................................................
C. Faktor Predisposisi ............................................................................
D. Penggolongan Anxietas ......................................................................
E. Bentuk Gangguan Anxietas ..............................................................
F. Gambaran Klinis ................................................................................
G. Gejala Penyerta ..................................................................................
H. Diagnosa Banding ..............................................................................
I. Gangguan Stres Pasca – Trauma .....................................................
J. Gangguan Stres Akut ........................................................................
K. Gangguan Anxietas Menyeluruh ......................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya
jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam
krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya,
melainkan mendasar pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian
terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang
disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr.
Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa
ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari
Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus
berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan
meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan
kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan
kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia
hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari
sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang
memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini
ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization)
badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius
masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat
beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy,
keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu
mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup
memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun
1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi
Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa
menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat.
Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan
jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah
bangsa.
B. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat:
1. Membedakan antara ansietas normal dengan ansietas yang dialami pada gangguan
ansietas
2. Membedakan antara ansietas, takut, dan stres
3. Menjelaskan akibat positif dan negatif ansietas
4. Menjelaskan tingkat ansietas dengan perubahan prilaku yang terkait dengan setiap
tingkat tersebut
5. Mendiskusikan penggunaan mekanisme pertahanan oleh individu yang mengalami
gangguan ansietas
6. Menjelaskan teori etiologi terbaru tentang gangguan ansietas mayor
7. Menerapkan proses keperawatan pada perawatan klien yang mengalami ansietas
dan gangguan terkait stres
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
“Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak
tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai
dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang
bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang
air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I.
LIEF) “Anenvous condition of unrest” ( Leland E. HINSIE dan Robert S
CAMBELL)
“Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa
aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok
biososialnya.” ( J.J GROEN)
C. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan
SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongaqn insting dan impuls primitif.
Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang , sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator
antara tuntutan dari ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan,
perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah mengalami anxietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini
meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa
takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan anxietas yang berat
pada kehidupan masa dewasanya.
D. Penggolongan Anxietas
1. Anxietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan
masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan
berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.
a. Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
Ketegangan otot ringan
Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
Mampu menerima rangsang yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Terlihat tenang dan percaya diri
Tingkat pembelajaran optimal
2. Anxietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang
wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa
bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat
badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan
persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal
yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.
a. Respon fisiologis
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
3. Ansietas berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu
mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional
berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni,
kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku
atau tidak dapat melakukan sesuatu.
a. Respon fisiologis
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, menggetakkan gigi
Kebutuhan ruang gerak meningkat
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berfikir terpecah-pecah
Sulit berfikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
F. Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan,
kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk
mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik.
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama
10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman
kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber
ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan
berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya
berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit
mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap
kali mereka keluar rumah.
G. Gejala Penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan
panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang
dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.
H. Diagnosa Banding
1. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.
2. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.
3. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor, dsb.
4. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma pramestruasi,
gangguan menopause, dsb.
lntoksikasi obat, putus obat.
5. Kondisi lain : anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb
Pedoman Diagnosis Agrafobia
Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana
kemungkinan sulit meloloskan diri
Situasi dihindari, misal jarang bepergian
Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain,
misal fobia sosial
Pedoman Diagnostik Gangguan Panik
Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan
Sekurangnya satu serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap
akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan,
perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan
Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi
medis umum
Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
misal gangguan obsesif - kompulsif.
Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.
Terapi
Konseling dan medikasi.
Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik
berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala
fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan.
Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan
jantung, hanya panik, akan berlalu.
Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak
membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara
bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg
malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu ). Bila
serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian
jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.
KASUS
Nn. U usia 24 tahun bekerja sebagai guru. Klien dibawa ke RSUD karena mengalami
kecelakaan saat akan berangkat kerja. Setelah dilakukan pemeriksaan, klien mengalami patah
kaki kiri dan luka-luka pada wajah. Klien telah dirawat selama 2 hari, sambil menunggu
jadwal operasi yang telah direncanakan. Klien direncanakan untuk dilakukan amputasi pada
kaki kirinya. Klien mengatakan sering mengalami sakit kepala. Klien terkadang tidak mampu
untuk berkonsentrasi, serta sulit untuk mengambil keputusan. Klien mengatakan khawatir jika
nanti tidak ada yang mau menikahinya. Ketika ditanya mengenai perasaannya saat ini, klien
bercerita dengan meneteskan air mata, akral dingin, tekanan nadi meningkat. Klien
mengatakan khawatir dengan rencana operasi dan takut apabila nanti tidak bisa berjalan lagi.
Klien mengatakan bahwa percuma saja jika dilakukan operasi karena pada akhirnnya klien
tetap tidak bisa berjalan. Namun klien teetap mengikuti semua prosedur yang telah
direncanakan selama di Rumah Sakit.
A. STEP 1 :
Data subjektif :
Klien mengatakan sering mengatakan sering mengalami sakit kepala (Nila
Wahyuni)
Klien mengatakan terkadang tidak mampu untuk berkosentrasi, serta sulit untuk
mengambil keputusan (Nursyamsi Oktariani)
Klien Mengatakan khawatir jika nanti tidak ada yang mau menikahinya (Nurul
Maesya)
Klien Mengatakan khawatir dengan rencana operasi dan takut apabila nanti
tidak bisa berjalan lagi (Pariska Rahma Dia)
Klien Mengatakan bahwa percuma saja jika dilakukan operasi karena pada
akhirnya klien tetap bisa tidak bisa berjalan (Rahmadiya Rendra)
Data objektif :
Klien mengalami patah kaki kiri dan luka pada wajah (Rahma Arifah Putri)
Ketika bercerita klien meneteskan air mata, akral dingin, tekanan nadi
meningkat (Nurul Hidayah)
B. STEP 2 : PERTANYAAN
1. Bagaimana peran seorang perawat untuk meningkatkan harga diri pasien?
(Nursyamsi Oktariani)
2. Dalam kasus ini termasuk dalam tingkat kecemasan yang mana? (Rahma Arifah
Putri)
3. Bagaimana komunikasi teraupetik yang tepat pada kasus ini? (Nurul Hidayah)
4. Bagaimana mengurangi rasa khawatir setelah di amputasi ? (Rahmadiya Rendra)
5. Pada kasus ini bagaimana pencapaian koping yang tepat ? (Nila Wahyuni)
6. Apa tindakan pertama yang dilakukan perawat ketika pasien datang dalam
keadaan patah kaki dan luka-luka diwajah ? (Pariska Rahma Dia)
7. Bagaimana peran perawat saat klien mengatakan “percuma saja dilakukan operasi
karena pada akhirnya saya tetap tidak bisa berjalan” ? (Popy Pratama)
8. Mengapa pasien tersebut harus di amputasi ? (Nur Azizah)
7. Peran perawat saat klien mengatakan “percuma saja dilakukan operasi karena
pada akhirnya saya tetap tidak bisa berjalan
Jawab :
(Rahmadiya Rendra)
a. Memberikan support kepada klien
b. Mengangkat harga diri klien
c. Memberikan dukungan dan pikiran positif pasca operasi
d. Memberikan arahan bahwa walaupun si klien tidak bisa berjalan tetapi bisa
etap beraktivitas
e. Memberikan dukungan spiritual
(Nursyamsi Oktariani)
D. STEP 4 : PATHWAY
3. Mahasiwa mampu mengetahui cara mengurangi ansietas pada pasien yang akan
melakukan operasi (Popy Pratama)
Jawab :
Rahma Arifah Putri
Penurunan rasa cemas dan takut merupakan hal yang sangat penting selama masa
pre operatif karena stress emosional ditambah dengan stress fisik meningkatkan
resiko pembedahan (HIPKABI, 2014). Penatalaksanaan untuk menangani
kecemasan secara umum meliputu (Issacs, 2005) :
a. Penatalaksanaa Farmasi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini
digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang
karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan.
b. Penatalaksanaan non farmakologi
1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan keceemasan dengan
cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap cemas yang dialamai. Stimulus sensori yang menyenangkan
menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas
yanng mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan
ke otak, mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang.
(Potter & Perry, 2005)
2) Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi napas dalam,
meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif
(Issacs, 2005). Relaksasi merupakan pengaktifan dari saraf parasimpatis
yang menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem
saraf simpatis, dan menstimulasi naikknya semua fungsi yang
diturunkan oleh saaraf simpatis. Masing-masing saraf parasimpatis dan
simpatis saling berpengaruh maka dengan bertambahnya salah satu
aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang
lain (Utami, 1993 dalam Ariyanto, 2006).
3) Pemberian Informasi Pra Bedah
Pendidikan kesehatan pra bdah dapat menambah wawasan dan informasi
mengenai apa dan bagaimana proses pembedahan yang akan dialami
sehingga pasien merasa lebih tenang dan siap untuk menjalani operasi
atau pembedahan.
4) Terapi Humor
Terapi humor adalah penggunaan humor untuk mengurangi rasa sakit
fisik atau emosional dan stres. Hasil penelitian Putri (2014)
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan sebelum dan
sesudah pemberian terapi hummor terhadap pasien pre operasi dengan
general anestesi.
5) Dukungan Spiritual
Dukungan spiritual dapat meningkatkan kemampuan adaptasi pasien
dalam menghadapi operasi sehingga membuat pasien menjadu tenang
dan rileks dalam menghadapi operasi (Wulandari, 2013). Dukungan
spiritual dapat diberikan dalam bentuk terapi Murotal Al-Qur’an, terapi
doa, dan relaksasi zikir.
4. Mahasiwa mampu memahami tindakan apa yang dilakukan perawat agar pasien
tidak merasa ketidakberdayaan (Nur Azizah)
Jawab :
Nurul maesya
Popy pratama
5. Mahasiwa mampu memahami cara untuk mengembalikan harga diri pasien agar
tidak berfokus pada masalahnya saat ini (Nurul Maesya)
Rahmadiya Rendra
Nurul hidayah
Yaitu dengan mekanisme koping yang tepat .mekanisme koping adalah upaya sadar
dari individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat paparan
stresor.untuk menetralisasikan harga diri rendah seseorang mengembangkan pola
koping. Penggunaan mekanisme koping yang dipengaruhi oleh tingkat stress
,sumber stress serta kemampuan seseorang dalam menghadapi realita hidup,
hubungan interpersonal dan kesuksesan yang di tampilkan.(stuart & laraia,2005)
Bandura (1997, dalam viedebeck, 2008) menyatakan bahwa untuk dapat mengatasi
masalah diatas , maka upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan
keterampilan pasien dari pada berfokus pada penyelesaian masalah.cara yang dapat
dilakukan antara lain:memiliki kemampuan dalam mengatasi hambatan, mengajak
individu untuk memiliki keyakinan pada diri sendiri, membangun kekuatan fisik
dengan tidak berfokus terhadap sesuatu yang negatif tetapi memandang secara
positif,untuk dapat mencapai hal demikian sangat efektif dan cocok kongnitif
diberikan.
Sumber:
Karya ilmiah
(Menejemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa Pada Pasien Harga Diri Rendah
Situasional Dengan Pendekatan Model Adaptasi Roy Di RSUP Persahabatan
Jakarta,fathara annisa nauli)
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis
tuntutansituasi stress.
2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan
dansedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakanrespon maladaptif terhadap stress.
Sumber:
Karya ilmiah
Nur azizah
8. Mahasiwa mampu mengetahui tingkat kecemasan (Nila Wahyuni)
Rahma Arifah Putri
Menurut Stuart (2007) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu
yaitu ringan, sedang, berat dan panik
a. Kecemasan Ringan
Tingkat kecemasan ringan adalah cemas yang normal yang biasa menjadi
bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan perhatian, tetapi individu masih mampu memecahkan masala.
Cemas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas yang ditandai dengan terlihat tenang, percaya diri, waspada,
memperhatikan banyak hal, sedikit tidak sabar, ketegangan otot ringan,
sadar akan lingkungan, rileks atau sedkit gelisah.
b. Kecemasan Sedang
Tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal-hal yang penting dan mengesampingkanyang tidak penting atau
bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung, ketegangan
otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berkeringat, sering mondar-
mandir, sering berkemih dan sakit kepala.
c. Kecemasan Berat
Tingkat kecemasan berat sangat mengurangi persepsi individu, dimana
individu cenderung untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi keteganggan. Individu memerlukan banyak
arahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain ditandai dengan sulit
berfikir, penyelesaian masalah buruk, takut, bingung, menarik diri, sangat
cemas, kontak mata buruk, berkeringat banyak, bicara cepat, rahang
mrnrgang, menggeretakkan gigi, mondar-mandir dan gemetar.
d. Panik
Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan dengan ketakutan dan
teror, karena individu mengalami kehilangan kendali. Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan, panik meibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang tidak dapat rasional.
Nurul maesya
9. Mahasiwa mampu mengetahui tahap relaksasi apa yang dapat dilakukan perawat
terhadap klien (Ramadhoni)
Jawab :
Nursyamsi Oktariani
Terapi
Terapi yang diberikan adalah terapi relaksasi otot progresif. Terapi ini
merupakan teknik sistematis untuk mencapai keadaan relaksasi yang
dikembangkan oleh Edmund Jacobson. Terapi relaksasi otot progresif
merangsang pengeluaran zat-zat kimia endorphin dan ensephalin serta
merangsang signal otak yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan aliran
darah ke otak (Stuart, 2013).
Efektifitas dari terapi relaksasi otot progresif telah banyak dibuktikan dengan
penelitian seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Tobing, Keliat dan
Wardhani (2012). yang menemukan adanya penurunan ansietas dan depresi serta
peningkatan kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien kanker
yang mendapatkan terapi relaksasi otot progressif, senada dengan penelitian
tersebut, Gitanjali dan Sreehari (2014) menemukan bahwa pasien pasien yang
melakukan relaksasi otot progresif secara kontinu selama 3 hari dapat membantu
klien menurunkan rasa khawatir dan lebih rileks. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat digunakan
sebagai terapi dalam mengatasi masalah ansietas.
(Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.)
Rahmadiyah Rendra
Contohnya :
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan cara melakukan tarikan napas secara
dalam, kemudian menghembuskan napas secara perlahan.
Caranya :
1. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3.
2. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks.
Caranya :
3. Posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup sambil duduk selunjuran.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali
Popy Pratama
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi, tetapi ansietas adalah
gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IV-TR,2000):
Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.
Gangguan fobia: sosial atau spesifik.
Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).
Gangguan stres pascatrauma.
Gangguan stres akut.
Gangguan ansietas umum.
Gangguan ansietas akibat kondisi medis.
Gangguan ansietas akibat zat.
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif
di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji dengan
melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya.
Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses keperawatan pada
klien dengan gangguan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta