Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KECEMASAN

DOSEN PENGAMPU: Balbina .A.M.Wawo,S.kep.,Ns.,M.kep.,Sp.Kep.J

OLEH:

NAMA : PRISCA DEA KORE MONE

NIM : 191111026

KELAS/SEMESTER : A/IV

UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN

TAHUN AJAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penyusunan makalah yang berjudul " Klien dengan Ganggum Kecanasan” dapat tarselesaikan dengan
lancar dan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan
hati,menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dengan setulus hati dalam proses penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari sempuma dan masih banyak
kekurangan mengingat kanampuan kami yang terbatas. Untak itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan dan kami terima dengan senag hati

Penulis

Kupang , 15 mey 2021


Daftar Isi

HALAMAN JUDUL …………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………...… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..

1.1.Latar Belakang ………………………………………….. ….

1.2Rumusan Masalah ……………………………………… ……

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………….. ……

BAB II. TINJAUAN TEORI……………………………………………..

2.1 KECEMASAN/ ANXIETAS …………………………………………

2.2.2 .Penggolongan Anxictas……………………………………………….


2.2.3. Faktor Predimossi…………………………………………………….
2.2.4 Bentuk Gangguan Arrictas …………………………………………..
2.2.5 Gejala Umum Anxietas……………………………………………….
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KECEMASAN / ANXIETAS

BAB III PENUTUP……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkanmeningkatnya jumlah penderita penyakit
jiwa, terutama gangguankecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisisekonomi
sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatanmental bangsa ini sendiri. Minimnya
perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut
krisismultidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. DanardiSosrosumihardjo, Sp.K.J.,
dari Perhimpunan Dokter Spesialis KedokteranJiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi
NasionalKesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat, KesehatanJiwa Bangsa,” pada
hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata
meninggalkan kisah-kisah menyedihkan denganmeningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama
jenis anxietas(gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakupmulai dari
gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada
tindakan bunuh diri, semakinmewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada
baru8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Sedangkan selebihnyatidak tertangani.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatanmental ini ternyata terjadi
hampir di seluruh negara di dunia. WHO (WorldHealth Organization) badan dunia PBB yang menangani
masalah kesehatandunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isuglobal
WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy,
keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang periu mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah pendenta penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni mencapai
6 juta orang atau sekitar 2,596 dari total penduduk Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah
Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan
Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa merunjukkan
adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat Dengan analogi lain bahwa satu
dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat
mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.
Dengan adanya permasalahan tersebut, kami tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “ Klien
dengan Gangguan Kecemasan”

1.2.Rumusan Masalah

Diharapkan mahasiswa atau perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kecemasan

1.3.Tujuan

1. Mahasiswa atau perawat mampu malakukan pengkajian

2. Mahasiswa atau perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan

3. Mahasiswa atau perawat dapat membuat intervensi keperawatan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KECEMASAN/ ANXIETAS

2.1.1 Definisi .

Amxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan
rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF) “Anenvous condition of unrest” ( Leland E.
HINSIE dan Robert S CAMBELL).

Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan
bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atai
kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” (J.J GROEN).

2.2.2 .Penggolongan Anxictas

1. Anxictas Ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian
untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri.
Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati hati dan waspada.

a. Respon Fisdogis

 Sesekali nafas pendek


 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar
 Ketegangan otot ringan
 Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kogritif

 Mampu menerima rangsang yang kompleks


 Konsentrasi pada masalah
 Menyelesaikan masalah secara efektif
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Terlihat tenang dan percaya diri
 Tingkat pembelajaran optimal

c. Respon Perilaku dan Emosi

 Tidak dapat duduk tenang


 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang kadang meninggi
 Sedikit tidak sabar
 Aktivitas menyendiri
2. Anxictas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar
berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya
untuk pertamz kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sanga berbeda.
Ibunya mengatakan bahwa berat badannya tumn banyal tanpa ia berupaya memirunkannya. Pada
tingkat ini lahan perseps terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada bal
yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.
a. Respon fisologis
 Ketegangan otot sedang
 Tanda tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar mandir, memukulkan tangan
 Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon kogritif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian memirun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
c. Respon prilaku dan emosi
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sadar
 Gembira
3.Ansictas Berat

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
ia memperlihatkan respon takut dan distres Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas,
panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight,
flight atau freeze yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau
menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.

a. Respon fisiogis

 Ketegangan otot berat


 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, menggetakkan gigi
 Kebutuhan ruang gerak meningkat
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berfikir terpecah-pecah
 Sulit berfikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri Egosentris
c. . Respon prilaku dan emosi

 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri Penyangkalan
 Ingin bebas

2.2.3. Faktor Predimossi


1. Teori Psikoanalitik
Memurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER
EGO”. Ego melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati
murani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan
akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai
harga din rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat
3. Teori Perilaku Arnxietas
merupakan hasil frustasi dari segala sesuawu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkanteori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal
kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

2.2.4 Bentuk Gangguan Arrictas


1. Gangguan Panik

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
berlangsung 15 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga
ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami
serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap
sekurang kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan pamk berikutnya atau
khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan
serangan panik, saat gejala gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa
lain Sedikitnya lebih dari 75Yo individu dengangangguan panik mengalami serangan awal
spontan tanpa ada pemia dan lingkungan Sisanya mengalami serangan pamk yang distimulasi
oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat
dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan
panik Setengah dari individu yang mengalami serangan pamik juga mengalami agorafobia.
Ada dua kriteda Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik dengan
agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic

2.2.5 Gejala Umum Anxietas

1. Gejala psikologik
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut "gila”, takut
kehilangan kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fidk
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan
otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain
lain Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas:
rasa sakit dada: kadang kadang merasa harus menarik nafas dalam, ada sesuatu yang
menekan dada: jantung berdebar, mual: vertigo: tremor, kaki dan tangan merasa
kesemutan: kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus
menerus: kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret, kadang kadang ada
gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan
yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas
kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan
saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata im oleh pasien yang bersangkutan
biasanya dirasakan cukup gawat.
3. Gejala penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan
panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang
dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.

2.2.6 Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun
serangan panik kadang kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas
seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau
situasi yang sering mendalwlui serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala
yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat,
suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan
sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat.
Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30
menit Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ja akan sulit
mendapatkan bantuan Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali
mereka keluar rumah.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KECEMASAN / ANXIETAS

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

a. Kaji faktorpredisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan seperti:

1. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang


dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan unuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integntas fisik yang dapat mempengaruhi konsep din individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu
dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Kaji stressorpresipitasi

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:

 Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun,


regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mus. hamil)
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal

 Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat


kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga
dapat mengancanm harga diri.
 Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

c.Kaji perilaku

Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan psikoogs
dan secara tidak langsung melabi pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan
melawan kecemasan

1. Responfisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)
2. Responpsikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal
3. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses berpikr mapun
isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, korsentrai merurun,
mudah lupa, memirunya lapangan persepsi, bingung.
4. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan

d. Kaji penilaian terhadap stressor


e. Kaji sumber dan mekanisme koping
f. Rentang perhatian menurun
g. Gelisah, iritabilitas
h. Kontrol impuls buruk
i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya
j. Deficit lapangan persepsi
k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

2.2.2 Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Rencana Keperawatan

1. Panik berlubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.

KRITERIA HASIL :

 Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.


 Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
 Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik. Klien akan
mengungkapkan rasa ppengendalian diri.

INTERVENSI :

 Bantu klien berfokus pada pemapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.
 Bantai klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
 Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara
kepada orang lain, mehbatkannya dalam aktivitas fisik.
 Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya
dan telah terlatih
 Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang
menimbulkan ansietas.

2.Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan

KRITERIA HASIL : .

 Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya. .


 Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
 . Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.

INTERVENSI :

 . Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi
pendengar yang baik. .
 Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya. .
 Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topik yang ringan
 Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap stres.
4. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.
KRITERIA HASIL :
 Klien memiliki koping terhadap ancaman.
 Strategi koping positif.
 Untuk mengetahui sebab biologis.
 Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.

INTERVENSI :

 Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil
digunakan pada masa lampau.
 Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan
 Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif. Konseling dan penyuluhan
keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis.
 Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya,

4.Ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.

KRITERIA HASIL :

 . Meningkatkan kesadaran diri klien.


 . Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
 . Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.

INTERVENSI :

 perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan cemasnya dan
menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik
untuk membantu mengatasi kecemasan klien
 fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi
dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.
 Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang
ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku
klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Armxietas adalah perasaan yang difjus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan
rasa ingin bergerak dan gelisah.

Saran

Makalah ini disusun dengan menggunakan pedoman dari berbagai sumber dengan
harapan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Makalah dapat bermanfaat lebih
baik apabila pembaca juga menggunakan referensi yang lain sehingga pembaca mengetalmi
kelemahan dan kelebihan dari makalah ini dan makalah tersebut dapat menjadi salah satu acuan
untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien krisis dan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

http://tamoy.com'list/kasus askep kecemasan pada pasien jiwa http://www.asuhan


keperawatan.co.cc/2010/01/respon cemas dan-gangguankecemasan 04.html

http://www.scribd.com/doc/34869031/STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan


Kecemasan

http://mausehatdong.blogspot.com/2009/10/askep-cemas-dan gangguan kecemasan.html

http://yuflilml.blogspot.com/2011/01/asuhan keperawatan-pada klien jiwa. html

Anda mungkin juga menyukai