“KECEMASAN“
DISUSUN OLEH :
HARIANTI ( 14220190035 )
B1 KEPERAWATAN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur serta kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat
serta hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kecemasan“.
Adapun tujuan dan maksud kami membuat makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan
tugas Keperawatan Jiwa I. sekaligus kami sampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada
ibu Suhermi, S.S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan JIWA I
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan dalam menulis makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami tahu makalah
ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran teman-teman yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definis Kecemasan (anxietas)……….....................................................................................
2.2 Penggolongan Anxietas ………..............................................................................................
2.3 Faktor Predisposisi………………..........................................................................................
2.4 Bentuk Gangguan Anxietas………………............................................................................
2.5 Gejala Umum Pada Anxietas………………..........................................................................
2.6 Gambaran Klinis Pada Anxietas……......................................................................................
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Anxietas………………........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
a. Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
Ketegangan otot ringan
Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
Mampu menerima rangsang yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Terlihat tenang dan percaya diri
Tingkat pembelajaran optimal
a. Respon fisiologis
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan
a. Respon fisiologis
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, menggetakkan gigi
Kebutuhan ruang gerak meningkat
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, genetar
b. Respon kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berfikir terpecah-pecah
Sulit berfikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan
gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic
1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa
medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan
pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar
belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khususuntuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3) Mekanisme Koping
4) Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas
dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa
ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,
sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
f. Perkemihan: sering berkemih
g. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih,
mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir
sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon,
menarik diri dari lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar
sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motoric
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih
terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu,
memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah klien
kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.
2. Pengkajian psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka tampak datar.
Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan jawaban sejelas-
jelasnya. Apakah Perasaan klien saat ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang bertentangan,
menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi dll.Perhatikan juga
ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota keluarga yang lain
di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di
kamar, melamun. Klien mengatakan tidak
3. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup
4. Pohon Masalah
Gangguan pola tidur
Resiko mencederai DS, dan orla
R. Gg. Persepsi Sensori dan Audiotori : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Mudah lelah
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Koping Individu Tak Efektif
Ansietas (Core problem)
5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan ansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.
6. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Resiko mencederai TUM: 1. Melihat/observasi 1. Intervensi diperlukan jika
diri sendiri dan orang Klien menahan ada tidaknya klien melakukan tindak
lain b.d ansietas diri untuk tidak perilaku kekerasan. kekerasan terhadap diri sendiri
membahayakan dan orang lain.
diri dan orang 2. Ansietas hebat sering kali
lain. 2. Diskusikan mengakibatkan hilangnya
TUK 1: ansietas, perasaan, kontrol diri dan sering
Klien dan bagaimana menimbulkan tindakan
mengatakan peningkatan permusuhan.
perasaan ketegangan dapat
agresif tetapi menyebabkan 3. Membicarakan tentang rasa
tidak permusuhan. marah akan menurunkan
melakukannya 3. Bantu merawat kecenderungan klien
diri dengan cara untuk menindaklanjuti.
mengikuti
kecemasan. 1. Identifikasi dini terhadap
peningkatan ketegangan dapat
mencegah klien kehilangan
kontrol dan melukai diri sendiri
1. Bantu klien dan orang lain
TUK 2 : untuk
Klien mengidentifikasi
memperagakan isyarat yang
keterampilan mengindikasikan 2. Kesadaran diri adalah
koping yang peningkatan frustasi langkah awal untuk
sesuai untuk yang dapat memfasilitasi kontrol diri.
mengatasi menimbulkan
distres yang prilaku merusak
hebat.
2. Dorong klien
untuk membentuk 3. Penyaluran energi fisik yang
kesadaran diri akan nyaman akan memampukan
prilaku non verbal klien mengurangi ansietas
dan pernyataan dengan cara yang konstruktif
verbal yang 4. Keterampilan asertif dan
menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai akan
memuncaknya membantu klien menyelesaikan
ansietas masalah, jika masalah tersebut
3. Ajari klien muncul dan menyebarkan
tentang cara-cara kemungkinan agresi.
penyaluran ansietas 5. Intervensi ini memberi waktu
secara fisik. kepada klien untuk mengatasi
situasi stres dan dapat mencegah
episode kekerasan.
5. Bersama dengan
klien melakukan
upaya
pengembangan
toleransi terhadap
frustasi dan
kekecewaan.
6. Dorong klien
untuk meminta
bantuan dari
sumber-sumber
ansietas.
Ansietas berhubungan TUM: 1. Dorong pasien 1. Perasaan sakit yang tidak
demgan koping Klien mengungkapkan diakui adalah stressor,
individu tak efektif. menunjukkan secara verbal mengungkapkan perasaan yang
kemampuan perasaan yang kuat, tidak nyaman membantu
mengatasi tidak nyaman, meredakan stres
panik dengan khususnya ansietas,
mengurangi rasa bersalah, & 2. Sebelum klien dapat
perilaku frustasi. memperoleh kendali terhadap
penyebab 2. Bantu klien serangan, stressor yang
panik mengidentifikasi berhubungan dengan panik harus
TUK 1: stressor internal di identifikasi.
Pasien yang umumnya 3. Analisis stimulus eksternal
bercerita terjadi sebelum yang menyertai panik membantu
tentang stressor serangan. klien mengantisipasi dan pada
kehidupan, akhirnya mengontrol serangan.
yang b.d 3. Diskusikan 4. Klien perlu mengetahui
serangan panik dan analisa situasi metode koping klien yang dapat
di masa lalu. panik dengan klien, digunakan untuk mengatasi
berfokus pada ansietas yang tidak dapat
stimulus eksternal ditoleransi akibat serangan
yang merangsang panik.
serangan.
4. Diskusikan
mekanisme koping,
seperti gerakan fisik
dan latihan nafas
dalam yang lambat,
dan bagaimana 1. Memiliki pengetahuan
mekanisme tentang cara alternatif untuk
menangani stres akan
1. Ajari klien meningkatkan kendali perilaku.
strategi intuk 2. Keterampilan ini
mengatasi stressor memampukan klien untuk
internal seperti melepas ansietas melalui fokus
TUK 2: klien ketakutan atau keluar.
meunjukkan perasaan tidak 3. Memfasilitasi daya tilik
perulaku yang menentu. klien kedalam hubungan antara
membantu 2. Ajari klien ansietas dan gejala fisik akibat
mengontrol tentang cara serangan panik.
keadaan panik perpindah dari 4. Klien perlu mengetahui
keadaan internal ke akibat gejala fisiologis ansieta
keadaan eksternal. diikuti oleh pikiran spontan yang
3. Diskusikan mengganggu penilaian tentang
hubungan antara apa yang sedang terjadi.
ansietas dengan 5. Mengembangkan dan
respon fisiologis menggunakan sistem pendukung
yang secra khas meningkatkan tanggung jawab
ditunjukkan dalam pribadi dan pengakuan pribadi
serangan panik. tentang kebutuhan memperoleh
4. Bantu klien bantuan terhadap stres.
untuk memodifikasi
situasi yang dapat
dirubah.
5. Dorong klien
membentuk sistem
pendukung dan
mencari bantuan
ketika tanda dan
gejala ansietas
muncul.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas
sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik:
Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
d. Tingkat Panik dari Ansietas
Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
Faktor Predisposisi
- Dalam pandangan psikoanalisis
- Menurut pandangan interpersonal
- Menurut pandangan perilaku
- Kajian keluarga
- Sedangkan kajian biologis
Faktor Presipitasi
- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.
Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.
Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik
:Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.
Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC
Contoh kasus I
Seorang pasien menghubungi saya untuk meminta diterapi. Ia mengatakan mengalami rasa takut
bila ingin ke kamar mandi. Saya katakana padanya bahwa ia mengalami fear of darkness atau
rasa takut di tempat gelap. Ia mengatakan bahwa ia merasa seolah-olah akan diserang oleh
seseorang di rumahnya sendiri, terutama ketika ia ingin pergi ke kamar mandi. Ia tidak dapat
tidur dan merasa khawatir bila tidur dengan kondisi lampu mati. Dan bila ia ingin ke kamar
mandi semua lampu di rumah harus menyala, atau kalau tidak ia akan memilih untuk tetap di
kamar tidurnya dan menjalani malamnya dengan penderitaan. Saya hanya melakukan satu kali
sesi dengan empat putaran untuk masalah fear of darknessnya. Saya lakukan tapping pada
beberapa masalah emosional yang menjadi penyebabnya. Secara keseluruhan sesi terapi hanya
memakan waktu kurang dari satu jam dan kini pasien berani pergi ke kamar mandi kapanpun ia
mau tanpa harus menyalakan semua lampu di rumah. Berhati-hatilah dengan segala informasi
yang masuk kepada anda, mungkin itu bisa berbentuk iklan atau berita kekerasan di tv, cerita
dari seseorang, dll. Karena bila system keyakinan anda memercayainya, anda akan mengalami
keadaan seperti yang anda lakukan. Hal itu akan membuat anda menderita. Dan akan diperparah
lagi bila anda mencoba mengatasi masalah anda dengan obat penenang. Selain anda akan
tergantung dengan obat itu, pemakaian jangka panjang akan mengganggu daya ingat anda.
Contoh kasus II
Pada Ny. I dengan usia 45 tahun, masuk RSJ Dadi karena mengalami gangguan jiwa dikarenakan
ada masalah pada perkawinan dengan Tn.A akibatnya terjadi perceraian dikarenakan Tn.A
berselingkuh dengan perempuan lain sehingga Ny. I mengalami stress yang ditandai dengan
panic, menarik diri, menghindari kontak sosial terutama pada seseorang pria, depresi, takut yang
berlebihan.