Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

“KECEMASAN“

DISUSUN OLEH :

HARIANTI ( 14220190035 )

NUR RAHMAH ( 14220190038 )

ADHE AKVIFA AKIS ( 14220190045 )

B1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur serta kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat
serta hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kecemasan“.
Adapun tujuan dan maksud kami membuat makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan
tugas Keperawatan Jiwa I. sekaligus kami sampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada
ibu Suhermi, S.S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan JIWA I
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan dalam menulis makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami tahu makalah
ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran teman-teman yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Makassar, 20 September 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah………………............................................................................................
1.3 Tujuan……………………………….……………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definis Kecemasan (anxietas)……….....................................................................................
2.2 Penggolongan Anxietas ………..............................................................................................
2.3 Faktor Predisposisi………………..........................................................................................
2.4 Bentuk Gangguan Anxietas………………............................................................................
2.5 Gejala Umum Pada Anxietas………………..........................................................................
2.6 Gambaran Klinis Pada Anxietas……......................................................................................
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Anxietas………………........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi
sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada
kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa
termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional.
Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. DanardiSosrosumihardjo, Sp.K.J., dari
Perhimpunan Dokter Spesialis KedokteranJiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers
Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema “Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Kesehatan Jiwa Bangsa,” pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta.
Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata
meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan
jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang
mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat
seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah
masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan
yang memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani. Masalah gangguan jiwa yang
menyebabkan menurunnya kesehatanmental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di
dunia. WHO (WorldHealth Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah
kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isuglobal
WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer,
epilepsy, keterbelakangan mental danketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu
mendapatkan perhatian.
Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni
mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap
penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan
185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan
kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogilain bahwa satu dari lima
penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang
sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari anxietas?
2. Apa saja penggolongan dari anxietas?
3. Apa saja factor predisposisi?
4. Bagaimana bentuk gangguan anxietas?
5. Bagaimana gejala umum pada anxietas?
6. Bagaimana gambaran klinis pada anxietas?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien kecemasan (anxietas)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari anxietas
2. Untuk mengetahui penggolongan anxietas
3. Untuk mengetahui factor predisposisi
4. Untuk mengetahui bentuk gangguan anxietas
5. Untuk mengetahui gejala umum pada anxietas
6. Untuk mengetahui gambaran klinis pada anxietas
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien kecemasan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definis Kecemasa (anxietas)


Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agar tidak
menentukan dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu
atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang lagi seseorang
tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dad sesak, jantung berdebar,
keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini
disertai denga rasa ingin bergerak dan gelisah. “(Harold I. LIEF) “Anenvous condition of
unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert CAMBELL).
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan
bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan,
atau kehidupan seeorang individu atau kelompok biososialnya. “(J.J GROEN)

2.2 Penggolongan Anxietas


1. Anxietas ringan
Anxietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulus sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi
dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-
hati dan waspada.

a. Respon Fisiologis
 Sesekali nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar
 Ketegangan otot ringan
 Rileks atau sedikit gelisah
b. Respon Kognitif
 Mampu menerima rangsang yang kompleks
 Konsentrasi pada masalah
 Menyelesaikan masalah secara efektif
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Terlihat tenang dan percaya diri
 Tingkat pembelajaran optimal

c. Respon Perilaku dan Emosi


 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
 Sedikit tidak sabar
 Aktivitas menyendiri
2. Anxietas Sedang
Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita
mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada
sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak
tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan
menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal yang lain.

a. Respon fisiologis
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukulkan tangan
 Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan

c. Respon prilaku dan emosi


 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sadar
 Gembira
3. Ansietas Berat
Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat
tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap
ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak  dapat melakukan sesuatu.

a. Respon fisiologis
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, menggetakkan gigi
 Kebutuhan ruang gerak meningkat
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, genetar

b. Respon kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berfikir terpecah-pecah
 Sulit berfikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris

c. Respon prilaku dan emosi


 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas

2.3 Faktor Predisposisi


1. Teori Psikoanalitik
Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID, EGO Dan SUPER
EGO”. Ego melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang , sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan
Super Ego.
2. Teori Interpersonal
Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan
akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat.
3. Teori Perilaku
Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia
yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya.

2.4 Bentuk Gangguan Anxietas


1. Gangguan Panik
Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar
juga ketidaknyamanan fisiologis.  Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika
individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh
rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami
serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau
perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala
tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih
dari 75% individu dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada
pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh
stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf
pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi
pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga
mengalami agorafobia.

Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan
gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic

2.5 Gejala Umum Anxietas


1. Gejala psikologik
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut
kehilangan kontrol dan sebagainya.
2. Gejala fisik
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot,
mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain.
Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas;
rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang
menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa
kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus
menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada
gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan
yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas
kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan
saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan
biasanya dirasakan cukup gawat.
3. Gejala penyerta
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada
beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan
panik.  Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang
dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.
2.6 Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun
serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas
seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk  mengetahui tiap kebiasaan atau
situasi yang sering mendahului serangan panik.  Serangan sering dimulai dengan periode
gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan
yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu
menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas
dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya
berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit
mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali
mereka keluar rumah.

2.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KECEMASAN / ANXIETAS


1. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien yang mengalami
diagnosis keperawatan ansitas, baik menggunakan cara individual maupun kelompok.
Bagian ini juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga pasien dengan kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun

1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa
medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan
pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar
belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khususuntuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3) Mekanisme Koping
4) Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas
dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa
ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,
sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
f. Perkemihan: sering berkemih
g. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih,
mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir
sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon,
menarik diri dari lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena mendengar
sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motoric
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih
terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu,
memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah klien
kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.
2. Pengkajian psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka tampak datar.
Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan jawaban sejelas-
jelasnya. Apakah Perasaan klien saat ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang bertentangan,
menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi dll.Perhatikan juga
ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota keluarga yang lain
di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di
kamar, melamun. Klien mengatakan tidak

3. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup

4. Pohon Masalah
Gangguan pola tidur
Resiko mencederai DS, dan orla
R. Gg. Persepsi Sensori dan Audiotori : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Mudah lelah
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Koping Individu Tak Efektif
Ansietas (Core problem)

5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan ansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.

6. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional
Resiko mencederai TUM: 1.  Melihat/observasi 1.  Intervensi diperlukan jika
diri sendiri dan orang Klien menahan ada tidaknya klien melakukan tindak
lain b.d ansietas diri untuk tidak perilaku kekerasan. kekerasan terhadap diri sendiri
membahayakan dan orang lain.
diri dan orang 2.  Ansietas hebat sering kali
lain. 2.  Diskusikan mengakibatkan hilangnya
TUK 1: ansietas, perasaan, kontrol diri dan sering
Klien dan bagaimana menimbulkan tindakan
mengatakan peningkatan permusuhan.
perasaan ketegangan dapat
agresif tetapi menyebabkan 3.  Membicarakan tentang rasa
tidak permusuhan. marah akan menurunkan
melakukannya 3.  Bantu merawat kecenderungan klien
diri dengan cara untuk  menindaklanjuti.
mengikuti
kecemasan. 1.  Identifikasi dini terhadap
peningkatan ketegangan dapat
mencegah klien kehilangan
kontrol dan melukai diri sendiri
1.    Bantu klien dan orang lain
TUK 2 : untuk
Klien mengidentifikasi
memperagakan isyarat yang
keterampilan mengindikasikan 2.  Kesadaran diri adalah
koping yang peningkatan frustasi langkah awal untuk
sesuai untuk yang dapat memfasilitasi kontrol diri.
mengatasi menimbulkan
distres yang prilaku merusak
hebat.
2.    Dorong klien
untuk membentuk 3.  Penyaluran energi fisik yang
kesadaran diri akan nyaman akan memampukan
prilaku non verbal klien mengurangi ansietas
dan pernyataan dengan cara yang konstruktif
verbal yang 4.  Keterampilan asertif dan
menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai akan
memuncaknya membantu klien menyelesaikan
ansietas masalah, jika masalah tersebut
3.    Ajari klien muncul dan menyebarkan
tentang cara-cara kemungkinan agresi.
penyaluran ansietas 5.  Intervensi ini memberi waktu
secara fisik. kepada klien untuk mengatasi
situasi stres dan dapat mencegah
episode kekerasan.

4.  Bantu klien 6.  Bantuan berkelanjutan


mempelajari memampukan klien untuk tetap
keterampilan asertif berada dalam kontrol dalam
dan ekspresi yang situasi stres dan memikul
sesuai untuk tanggung jawab atas
emosinya yang kuat. perilakunya.

5.  Bersama dengan
klien melakukan
upaya
pengembangan
toleransi terhadap
frustasi dan
kekecewaan.
6.  Dorong klien
untuk meminta
bantuan dari
sumber-sumber
ansietas.
Ansietas berhubungan TUM: 1.      Dorong pasien 1.     Perasaan sakit yang tidak
demgan koping Klien mengungkapkan diakui adalah stressor,
individu tak efektif. menunjukkan secara verbal mengungkapkan perasaan yang
kemampuan perasaan yang kuat, tidak nyaman membantu
mengatasi tidak nyaman, meredakan stres
panik dengan khususnya ansietas,
mengurangi rasa bersalah, & 2.     Sebelum klien dapat
perilaku frustasi. memperoleh kendali terhadap
penyebab 2.      Bantu klien serangan, stressor yang
panik mengidentifikasi berhubungan dengan panik harus
TUK 1: stressor internal di identifikasi.
Pasien yang umumnya 3.     Analisis stimulus eksternal
bercerita terjadi sebelum yang menyertai panik membantu
tentang stressor serangan. klien mengantisipasi dan pada
kehidupan, akhirnya mengontrol serangan.
yang b.d 3.      Diskusikan 4.     Klien perlu mengetahui
serangan panik dan analisa situasi metode koping klien yang dapat
di masa lalu. panik dengan klien, digunakan untuk mengatasi
berfokus pada ansietas yang tidak dapat
stimulus eksternal ditoleransi akibat serangan
yang merangsang panik.
serangan.

4.      Diskusikan
mekanisme koping,
seperti gerakan fisik
dan latihan nafas
dalam yang lambat,
dan bagaimana 1.      Memiliki pengetahuan
mekanisme tentang cara alternatif untuk
menangani stres akan
1.      Ajari klien meningkatkan kendali perilaku.
strategi intuk 2.      Keterampilan ini
mengatasi stressor memampukan klien untuk
internal seperti melepas ansietas melalui fokus
TUK 2: klien ketakutan atau keluar.
meunjukkan perasaan tidak 3.      Memfasilitasi daya tilik
perulaku yang menentu. klien kedalam hubungan antara
membantu 2.      Ajari klien ansietas dan gejala fisik akibat
mengontrol tentang cara serangan panik.
keadaan panik perpindah dari 4.      Klien perlu mengetahui
keadaan internal ke akibat gejala fisiologis ansieta
keadaan eksternal. diikuti oleh pikiran spontan yang
3.      Diskusikan mengganggu penilaian tentang
hubungan antara apa yang sedang terjadi.
ansietas dengan 5.      Mengembangkan dan
respon fisiologis menggunakan sistem pendukung
yang secra khas meningkatkan tanggung jawab
ditunjukkan dalam pribadi dan pengakuan pribadi
serangan panik. tentang kebutuhan memperoleh
4.      Bantu klien bantuan terhadap stres.
untuk memodifikasi
situasi yang dapat
dirubah.
5.      Dorong klien
membentuk sistem
pendukung dan
mencari bantuan
ketika tanda dan
gejala ansietas
muncul.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas
sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik:
 Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
d. Tingkat Panik dari Ansietas
 Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
 Faktor Predisposisi
- Dalam pandangan psikoanalisis
- Menurut pandangan interpersonal
- Menurut pandangan perilaku
- Kajian keluarga
- Sedangkan kajian biologis
 Faktor Presipitasi
- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.
Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.
Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik
:Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.
Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC
Contoh kasus I

Seorang pasien menghubungi saya untuk meminta diterapi. Ia mengatakan mengalami rasa takut
bila ingin ke kamar mandi. Saya katakana padanya bahwa ia mengalami fear of darkness atau
rasa takut di tempat gelap. Ia mengatakan bahwa ia merasa seolah-olah akan diserang oleh
seseorang di rumahnya sendiri, terutama ketika ia ingin pergi ke kamar mandi. Ia tidak dapat
tidur dan merasa khawatir bila tidur dengan kondisi lampu mati. Dan bila ia ingin ke kamar
mandi semua lampu di rumah harus menyala, atau kalau tidak ia akan memilih untuk tetap di
kamar tidurnya dan menjalani malamnya dengan penderitaan. Saya hanya melakukan satu kali
sesi dengan empat putaran untuk masalah fear of darknessnya. Saya lakukan tapping pada
beberapa masalah emosional yang menjadi penyebabnya. Secara keseluruhan sesi terapi hanya
memakan waktu kurang dari satu jam dan kini pasien berani pergi ke kamar mandi kapanpun ia
mau tanpa harus menyalakan semua lampu di rumah. Berhati-hatilah dengan segala informasi
yang masuk kepada anda, mungkin itu bisa berbentuk iklan atau berita kekerasan di tv, cerita
dari seseorang, dll. Karena bila system keyakinan anda memercayainya, anda akan mengalami
keadaan seperti yang anda lakukan. Hal itu akan membuat anda menderita. Dan akan diperparah
lagi bila anda mencoba mengatasi masalah anda dengan obat penenang. Selain anda akan
tergantung dengan obat itu, pemakaian jangka panjang akan mengganggu daya ingat anda.

Contoh kasus II
Pada Ny. I dengan usia 45 tahun, masuk RSJ Dadi karena mengalami gangguan jiwa dikarenakan
ada masalah pada perkawinan dengan Tn.A akibatnya terjadi perceraian dikarenakan Tn.A
berselingkuh dengan perempuan lain sehingga Ny. I mengalami stress yang ditandai dengan
panic, menarik diri, menghindari kontak sosial terutama pada seseorang pria, depresi, takut yang
berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai