ANSIETAS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Keperawatan Jiwa II
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada Kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Laporan
Pendahuluan Ansietas”.
Makalah ini telah Kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, Kami berharap semoga makalah tentang “Laporan Pendahuluan Ansietas”
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
A. Kasus ( Masalah Utama )..................................................................................... 1
B. Pengertian, Etiologi, Tanda dan Gejala................................................................ 1
C. Faktor Predisposisi(Biologi, Psikologi dan Sosial Budaya.................................. 6
D. Faktor Presipitasi.................................................................................................. 9
E. Pohon Masalah..................................................................................................... 10
F. Masalah Keperawatan dan data yang dikaji......................................................... 10
G. Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 11
H. Intervensi Keperawatan........................................................................................ 11
I. Daftar Pustaka..................................................................................................... 16
ii
A. Kasus (Masalah Utama)
Ansietas
B. Pengertian
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek
yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian
tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di
luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan
(Asmadi, 2008). Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai
asal ansietas, teori tersebut antara lain:
1. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang
yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun
masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas.
Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
1
dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara
manusia.
3. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan
akan menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang
menjadi ansietas.
Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut
Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan
Perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian
khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,
merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons
dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kognitif
a) Lapang persepsi luas
b) Terlihat tenang, percaya diri
c) Perasaan gagal sedikit
2
d) Waspada dan memperhatikan banyak hal
e) Mempertimbangkan informasi
f) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang
Merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi menurun
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
f) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
3
e) Gembira
c. Ansietas berat
Yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas
berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
g) Rahang menegang, mengertakan gigi
h) Mondar-mandir, berteriak
i) Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memerhatikan ancaman
g) Preokupasi dengan pikiran sendiri
h) Egosentris
3) Respons emosional
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin bebas
4
d. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut
:
1) Respons fisik
a) Flight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut
h) Lelah
5
C. Etiologi
Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan interaksi
dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau
trauma yang merupakan stressor muneulnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa
mediator utama dari gejala ini adalah. norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya
anxietas diperantarai oleh suatu system kompleks yang melibatkan system limbic,
thalamus, korteks frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA pada
sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja
bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada depresi walapun
penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi relatif salah
satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin, dopamine)
pada sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbic
E. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart & Laraia, 2005;
Agustarika,2009). Berbagai teori dikembangkan mengenai factor predisposisi terjadinya
ansietas :
a. Biologis
Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya ansietas yang
berlawanan dengan penyebab psikologis. (Sullivan & Coplan, 2000; Agustarika,
6
2009). Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas,
perilaku sosial dan perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat
menyebabkan ansietas tingkat berat bahkan ke arah panik. Salah satu faktor
penyebab secara fisik yaitu adanya gangguan atau ketidak-seimbangan pada fisik
seseorang :
1) Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dapat menyebabkan ansietas adalah antara lain
gangguan otak dan saraf (neurologis) seperti cedera kepala, infeksi otak,
dan gangguan telinga dalam, gangguan jantung, seperti kelumpuhan
jantung dan irama jantung yang abnormal (aritma), gangguan hormonal
(Endrokrin) seperti kelenjar andrenal atau thyroid terlalu aktif, , gangguan
paru-paru (pernafasan) berupa asma, paru-paru obstruktif kronis atau
COPD (Medicastore, 2011).
2) Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisik
Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari
neurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang mengontrol
aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran ansietas.
Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali dengan penghambatan
neurotransmmiter di otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan
mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka
saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi
penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan kemudian sel
beraktifitas dengan lamban (Stuart & Laraia,2005; Agustarika,2009).
Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya
masalah terhadap efisiensi proses neurotransmmiter. Neurotransmiter
sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu informasi bergerak dari
sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan
tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak
bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan kecemasan. (Medicinet,
2011).
b. Psikologis
7
Pendapat yang dikemukan oleh Taylor (ed Leonard,2010) Kecemasan
merupakan pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai bentuk reaksi umum dan ketidak-mampuan menghadapi
masalah atau munculnya rasa tidak aman pada individu. Izzudin (2006)
Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas sesuatu yang mengancam
pada seseorang, dan tidak ada kemampuan untuk mengetahui penyebab dari
kecemasan tersebut. Freud (dalam Arndt, 1974; Trismiati, 2004) mengemukakan
bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya
kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadap ego tersebut
berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutan-tuntutan dari
superego. Freud juga mengatakan jika pikiran menguasai tubuh maka ini berarti
bahwa ego yang menguasai pikiran dan pikiran berkuasa secara mutlak
(Mc.Quade and Aikman,1987). Freud (Hall dan Lindzay, 1995 ; Trismiati,
2004) menyatakan bahwa ego disebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego
mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana
ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan
dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif
ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar
yang sering bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego
dan menyebabkan timbulnya kecemasan. Freud membagi teori kecemasan
menjadi 3 yaitu :
1) ID/Impulse anxiety, Perasaan tidak nyaman pada anak
2) Saparation anxiety, Pada anak yang merasa takut akan kehilangan kasih
saying orangtuanya.
3) Cstration anxiety , merupakan fantasi kastrasi pada masa kanak-kanak
yang berhubungan dengan pembentukan impuls seksual.
4) Super Ego anxiety , pada fase ahkir pembentukan super ego yaitu pre
pubertas (Sani,2012).
c. Sosial Budaya
Cara hidup orang di masyarakat juga sangat mempengaruhi pada timbulnya
ansietas (Tarwoto & Wartonah, 2003; Agustarika, 2009). Individu yang
mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai. falsafah hidup yang jelas
maka pada umumnya lebih sukar mengalami ansietas. Budaya seseorang juga
8
dapat menjadi pemicu terjadinya ansietas. Hasil survey yang dilakukan oleh
Mudjadid,dkk tahun 2006 di lima wilayah pada masyarakat DKI
Jakartadidapatkan data bahwa tingginya angka ansietas disebabkan oleh
perubahan gaya hidup serta kultur dan budaya yang mengikuti perkembangan
kota (dalam Agustarika, 2009). Namun demikian, factor predisposisi di atas
tidaklah cukup kuat menyebabkan sesorang mengalami ansietas apabila tidak
disertai factor presipitasi (pencetus).
F. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman atau tuntutan yang membutuhkan energi ekstra untuk koping. Faktor
presipitasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yakni :
a. Biologi
Salah satu penyebab biologis yang dapat menimbulkan ansietas yaitu
gangguan fisik (Fracchione, 2004; Agustarika, 2009). Kecemasan yang sudah
mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, dapat mempengaruhi system
syaraf , misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan
sebagainya (Bucklew, 1980).
Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri seseorang. Ancaman tersebut
berupa ancaman eksternal dan internal. Ancaman eksternal yaitu masuknya kuman,
virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak memadai, makanan, pakaian, atau
trauma injuri. Sedangkan ancaman internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis
tubuh seperti jantung, sistem kekebalan, pengaturan suhu, kehamilan (Stuart &
Laraia, 2005; Agistarika, 2009), dan kondisi patologis yang berkaitan dengan
mentruasi (chandranita, 2009)
b. Psikologis
Penanganan terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan ketidak-mampuan
psikologis atau penurunan terhadap aktivitas sehari-hari seseorang (Stuart & Laraia,
2005; Agustarika, 2009). Demikian pula apabila penanganan tersebut menyangkut
identitas diri, dan harga diri seseorang, dapat mengakibatkan anacaman terhadap
self system.
Ancaman tersebut berupa ancaman eksternal, yaitu kehilangan orang yang
berarti, seperti : meninggal, perceraian, dilemma etik, pindah kerja, perubahan
9
dalam status kerja; dapat pula berupa ancaman internal seperti: gangguan hubungan
interpersonal di rumah, disekolah atau ketika dalam lingkungan bermainnya.
Kecemasan seringkali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
G. Pohon Masalah
Ansietas
Perubahan
Stressor Fisik
10
mudah gelisah dan tidak
berdaya
DO:
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Koping Individu Tidak Efektif
J. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Bina Hubungan saling percaya
Ansietas TUM : Pasien tidak
- Mengucapkan salam terapeutik
mengalami ansietas
- Berjabat tangan
- Menjelaskan tujuan interaksi
TUK : Setelah dilakukan
- Membuat kontrak topik, waktu dan
tindakan keperawatan
tempat setiap kali bertemu pasien
selama 3x24 jam
- Bantu pasien mengenal ansietas:
diharapkan ansietas
- Bantu pasien untuk untuk
pasien berkurang dengan
mengidentifikasi dan menguraikan
kriteria hasil :
perasaannya.
- Mengenal ansietas
- Bantu pasien menjelaskan situasi yang
- Mengatasi ansietas
menimbulkan ansietas
melalui tehnik
- Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
relaksasi
- Bantu klien menyadari perilaku akibat
- Memperagakan dan
11
menggunakan tehnik ansietas
relaksasi untuk - Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas meningkatkan kontrol dan rasapercaya
diri : Pengalihan situasi, Latihan
relaksasi, Tarik napas dalam,
Mengerutkan dan mengendurkan otot-
otot, Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
motivasi pasien melakukan tehnik
relaksasi setiap kali ansietas muncul
12
- Dengarkan dengan cermat dan amati
pasien menjadi lebih
ekspresi wajah, gerakan tubuh,
efektif dengan kriteria
- kontak mata,posisi tubuh, intonasi dan
hasil :
intensitas suara
- Mengenal koping
- Tentukan risiko terhadap
individu tidak efektif
membahayakan diri klien sendiri dan
- Mengatasi koping
tindakan ygsesuai
individu tidak efektif
Berikan dukungan jika klien
- Memperagakan dan
mengungkapkan perasaannya
menggunakan koping
- Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yg
yang konstruktif untuk
dimilikinya memang sulit
mengatasi ansietas
- Jika individu menjadi
pesimis,upayakan untuk lebih
memberikan harapan,pandangan
realistis
- Motivasi untuk melakukan evaluasi
dari perilakunya sendiri
Apakah hal tersebut berguna bagi Anda
- Bagaimana hal tersebut dapat
membantu
- Apa yang Anda pelajari dari
pengalaman itu
Jika klien dalam keadaan marah
- Pertahankan lingkungan dengan
tingkat stimuli yang rendah
- Perlihatkan suatu sikap penerimaan,
sangat tenang
- Perlihatkan bahwa perilaku tersebut
tidak dapat diterima, bukan
individunya
- Jujur, penuhi semua janji yang telah
dibuat
- Janganlah diperdulikan kata-kata yang
13
bermusuhan
- Bantu untuk mengenali saat terjadi
marah dan untuk menerima
tanggungjawab terhadap perasaan ini
- Jika tindak kekerasan menjadi
berisiko,rujuk pada risiko terhadap
tindakkekerasan
Bantu klien untuk memecahkan masalah
dengan cara yang konstruktif
- Apa yang menjadi masalah
- Siapa atau apa yang bertanggung
jawab terhadap masalah tersebut
- Gali cara pasien mengurangi ansietas
di masa lalu
- Dorong pasien untuk menggunakan
respons koping adaptif
yangdimilikinya
- Apa pilihan-pilihanya
- Apa keuntungan dan kerugian dari
setiap pilihan
Ajarkan alternatif koping yang
konstruktif seperti:
- Bicara dengan orang lain
- Melakukan aktivitas yang konstruktif
- Olah raga
Bantu pasien melakukan kegiatan yang
menarik dan aktifitas yang terjual.
- Beri pasien aktifitas yang bersifat
mendukung dan menguatkan
perilakusosial yang produktif
- Beri pasien latihan fisik yang sesuai
dengan bakatnya
- Bersama pasien buat jadual aktifitas
14
yang dapat dilakukan sehari-hari
Kriteria hasil : Diskusikan dengan keluarga mengenai
- Mengenal masalah koping klien
koping tidak efektif - Diskusikan tentang pengertian koping
pada anggota tidak efektif
keluarganya - Diskusikan tentang tanda dan gejala
- Memahami proses koping tidak efektif
terjadinya masalah - Diskusikan tentang penyebab dari
koping tidak efektif koping tidak efektif
- Merawat anggota - Diskusikan cara merawat pasien
keluarga yang dengan koping tidak efektif dengan
mengalami koping tidak cara:
efektif - Membantu pasien mengenal koping
- Mempraktekkan cara yang tidak efektif
merawat pasien dengan - Mengajarkan pasien mengembangkan
koping tidak efektif koping yang sehat, bicara dengan
- Mampu merujuk orang lain
anggota keluarga yang - Melakukan aktivitas yang konstruktif
mengalami koping tidak - Olah raga
efekif - Dampingi keluarga menerapkan cara
merawat pasien langsung pada pasien
- Diskusikan bagaimana cara merujuk
anggota keluarga jika sudah tidakdapat
ditangani di rumah.
15
DAFTAR PUSTAKA
16