Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOSOSIAL : ANSIETAS

OLEH MAHASISWA :
NAMA : TUTI NOVIANTI, S.Kep
NIM : N202101144
KELOMPOK : IV (EMPAT)

( ) ( )

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PSIKOSOSIAL : ANSIETAS

1. Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari
Bahasa latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik (Annisa & Ifdil, 2016). Kecemasan adalah perasaan tidak santai
atau samar-samar yang terjadi karena ketidaknyamanan dan rasa takut disertai
suatu respon. Perasaan takut dan tidak menentu sebagai siinya yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat
individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi ancaman (Yusuf,
Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
(PPNI, 2016).

B. Rentang Respon Ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: (Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa , 2013)

Klasifikasi Ansietas :
1) Ansietas ringan (1+)
a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks
atau sedikit gelisah, penuh perhatian.
b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal
sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan
informasi, tingkat pembelajaran optimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi.
2) Ansietas sedang (2+)

a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat,


pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah:
bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat,
sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri
punggung.
b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara
selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan.
c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar, gembira.

3) Ansietas berat (3+)


a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi,
tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang,
menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondarmandir,
berteriak, meremas tangan, gemetar.
b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah
pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman.
c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.

4) Ansietas panik (4+)


a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat,
agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmitter
berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada
pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal,
halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak
berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan
hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.
C. Etiologi

Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui
dari penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014) menjelaskan
ansietas disebabkan oleh :
1) Faktor Predisposisi :
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili
dorongan instring dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau
Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas
sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari
dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran
meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai
pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka
meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas :
konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan
tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang
dirasakan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.
2) Faktor Presipitasi

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.


Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ansietas disajikan dalam tabel berikut ini :
Gejala dan Tanda Mayor Ansietas

Sumber : (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2016)

Gejala dan Tanda Minor Ansietas

Sumber : (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2016)


E. Akibat

Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem


kekebalan tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek
sebaliknya yaitu seperti depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan
minat dalam seksual, pikiran untuk bunuh diri (Pieter, Lubis, & Lumongga,
2012).

2. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan

3. Diagnosa Keperawatan
a. Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu
inefektif

4. Rencana Keperawatan
Tujuan umum : cemas berkurang atau hilang
Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan
berkembang.

b. TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.

c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas
Intervensi :
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan.

d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif Intervensi :
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang
digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut Usia
(Lansia).
Jurnal Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar Psikologi dalam


Keperawatan.
Jakarta: Kencana.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed).
Jakarta: EGC. Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai