DI SUSUN OLEH:
TUTI NOVIANTI
B. Etiologi
Penyebab dari retensi antara lain diabetes, pembesaran kelenjar
prostat, kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan atau
gangguan persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple sklerosis
dan parkinson). Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine baik
dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan resistensi
kandung kemih. (Karch, 2008).
F. Penatalaksanaan Medis
1. Kateterisasi urethra.
2. Dilatasi urethra dengan boudy.
3. Drainase suprapubik.
G. Komplikasi
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis.
2. Pielonefritis.
3. Pendarahan.
4. Ekstravasasi urine.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kaji kapan klien terakhir kali buang air kecil dan berapa banyak
urin yang keluar.
b. Kaji adanya nyeri pada daerah abdomen.
c. Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi pekak
yang menunjukkan distensi kandung kemih.
d. Kaji pola nutrisi dan cairan.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih
untuk berkontraksi dengan adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam
masalah retensi urine dapat teratasi.
Kriteria Hasil : - Berkemih dengan jumlah yang cukup
- Tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi :
1) Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan.
R : Meminimalkan retensi urin dan distensi berlebihan pada
kandung kemih.
2) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih
R : Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran
perkemihan atas.
3) Perkusi/palpasi area suprapubik
R: Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi pada
kandung kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam
masalah nyeri dapat teratasi.
Kriteria Hasil : - Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
- Menunjukkan rileks, istirahat dan peningkatan
aktivitas dengan tepat.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri.
R : Memberikan informasi untuk membantu dalam menetukan
intervensi.
2) Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen.
R : Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan
penis-skrotal.
3) Pertahankan tirah baring bila diindikasikannyeri
R : Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase
retensi akut.