Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Tn. M DENGAN RETENSI URINE

DI RUANG CEMPAKA RSUD WONOSARI

Oleh :

ALFONSA KAKA ( KP.16.01.122)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS SEKO


LAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKA
RTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan keperawatan Medikal Bedah III pada Tn.M dengan Retensi
Urine di Ruang Cempaka RSUD Wonosari disusun untuk memenuhi Tugas PKK
KMB III Semester V, pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat:

Praktikan,

(................................................)

Mengetahui,

CI lahan, CI Akademik,

(..........................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

RETENSI URIN

A. DEFINISI

Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi


kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner
and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. Hal 1370 ).

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung


kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine
dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).

Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih,


dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI 2008)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar


prostat, kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan atau
gangguan persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple sklerosis
dan parkinson). Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine
baik dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan
resistensi kandung kemih. (Karch, 2008)

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Diawali dengan urine mengalir lambat.


2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena
pengosongan kandung kemih tidak efisien.

3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.

4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.

5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber


penyebabnya antara lain :

1. Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan


sensorik. Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang
mengakibatkan otot tidak mau berkontraksi.

2. Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung kemih,


obat antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang
rendah) menyebabkan kelemahan pada otot detrusor.

3. Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker,


prostatitis), tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra,
tumor penis, striktur uretra, trauma uretra, batu uretra, sklerosis leher
kandung kemih (bladder neck sclerosis).

E. PATWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine


adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan specimen urine.
2. Pengambilan: steril, random, midstream
3. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan
Nitrit.
4. Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )
5. IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.

G. KOMPLIKASI

1. Urolitiasis atau nefrolitiasis

2. Pielonefritis

3. Hydronefrosis
4. Pendarahan

5. Ekstravasasi urine

H. PENATALAKSANAAN

1. Kateterisasi urethra.

2. Dilatasi urethra dengan boudy.

3. Drainase suprapubik.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Kaji kapan klien terakhir kali buang air kecil dan berapa banyak
urin yang keluar.

b. Kaji adanya nyeri pada daerah abdomen.

c. Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi pekak


yang menunjukkan distensi kandung kemih.

d. Kaji pola nutrisi dan cairan.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung


kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi pada
kandung kemih.

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1
Retensi urin berhubungan Setelah dilakukan tindakan Dorong pasien utnuk berkemih tiap
dengan ketidakmampuan keperawatan 3 X 24 jam masalah 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
kandung kemih untuk retensi urine dapat teratasi.
R : Meminimalkan retensi
berkontraksi dengan
Kriteria hasil : urin dan distensi berlebihan pada
adekuat.
kandung kemih.
Berkemih dengan jumlah yang
cukup Awasi dan catat waktu dan jumlah
tiap berkemih.
Tidak teraba distensi kandung
kemih R : Retensi urin meningkatkan
tekanan dalam saluran perkemihan
atas.

Perkusi/palpasi area suprapubik

R : Distensi kandung kemih


dapat dirasakan diarea suprapubik.

2 Gangguan rasa
Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri, perhatikan lokasi,
nyaman nyeri berhubunga
keperawatan 3 X 24 jam masalah intensitas nyeri.
n dengan distensi pada
nyeri dapat teratasi.
kandung kemih
R : Memberikan informasi untuk
Kriteria hasil : membantu dalam menetukan
Menyatakan nyeri hilang / intervensi.
terkontrol
Plester selang drainase pada paha
Menunjukkan rileks, istirahat dan dan kateter pada abdomen.
peningkatan aktivitas dengan
R : Mencegah penarikan kandung
tepat
kemih dan erosi pertemuan penis-
skrotal.

Pertahankan tirah baring bila


diindikasikannyeri.

R : Tirah baring mungkin


diperlukan pada awal selama fase
retensi akut.

Berikan tindakan kenyamanan

R : Meningktakan relaksasi dan


mekanisme koping.

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta
2. Nanda International, 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta, penerbit: Buku Kedokteran EGC
3. Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW

4. Doenges, Marilynn E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai