Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN RETENSI URINE

PADA TN. A DI RUANG DEWA RUCI 1

RSUD SURADADI TEGAL

DI SUSUN OLEH :

SITI KIRANA P1337421021119

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL


2023
A. Pengertian

Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan isi kandung kemih

sepenuhnya selama proses pengeluaran urine. (Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of

Medical Surgical Nursing 12th Edition. Hal 1370 ).

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak

mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensi urine adalah

kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).

Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara

akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes, 1995).

B. Klasifikasi

1. Retensi urin akut

Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit

meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin

sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali,

kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk

kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter

2. Retensi urin kronik

Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan

volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena pembesaran prostat,

pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing sedikit tapi bukan karena
keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan

sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar , sulit

memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna

(tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan

permasalahan medis yang serius di kemudian hari.

Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada wanita dengan

perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat dilihat bahwa dengan

bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin juga akan semakin meningkat. 

C. Etiologi

Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar prostat, kelainan

uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan atau gangguan persyarafan ( stroke,

cidera tulang belakang, multiple sklerosis dan parkinson). Beberapa pengobatan dapat

menyebabkan retensi urine baik dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau

peningkatan resistensi kandung kemih. (Karch, 2008)

D.  Patofisiologi

 penyebab retensi urin dapat dibedakan berdasarkan sumber penyebabnya antara lain :

1.             Gangguan supravesikal adalah gangguan inervasi saraf motorik dan sensorik.

Misalnya DM berat sehingga terjadi neuropati yang mengakibatkan otot tidak mau

berkontraksi.
2.             Gangguan vesikal adalah kondisi lokal seperti batu di kandung kemih, obat

antimuskarinik/antikolinergik (tekanan kandung kemih yang rendah) menyebabkan

kelemahan pada otot detrusor..

3.             Gangguan infravesikal adalah berupa pembesaran prostat (kanker, prostatitis),

tumor pada leher vesika, fimosis, stenosis meatus uretra, tumor penis, striktur uretra, trauma

uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis).

E. Tanda dan Gejala

1.             Diawali dengan urine mengalir lambat.

2.             Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan

kandung kemih tidak efisien.

3.             Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.

4.             Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.

5.             Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.

E.Komplikasi

1. Urolitiasis atau nefrolitiasis

Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis

adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya

batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi

subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.

2. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Sebagian besar kasus

pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam

tubuh dari kulit di sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-

kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra sampai ke ureter dan

salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut pielonefritis.

3. Hydronefrosis

4. Pendarahan

5. Ekstravasasi urine

G. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah

sebagai berikut:

1.             Pemeriksaan specimen urine.

2.             Pengambilan: steril, random, midstream

3.             Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan Nitrit.

4.             Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )

5.             IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.

H.  Penatalaksanaan Medis

1.             Kateterisasi urethra.

2.             Dilatasi urethra dengan boudy.


3.             Drainase suprapubik.

I. Pathway
J.  Penatalaksanaan Keperawatan

1.              Pengkajian

a.             Kaji kapan klien terakhir kali buang air kecil dan berapa banyak urin yang keluar.

b.             Kaji adanya nyeri pada daerah abdomen.

c.             Perkusi pada area supra pubik, apakah menghasilkan bunyi pekak yang

menunjukkan distensi kandung kemih.

d.            Kaji pola nutrisi dan cairan.

2.              Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a.             Retensi urin berhubungan dengan ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam masalah retensi urine dapat

teratasi.

Kriteria hasil    : -   Berkemih dengan jumlah yang cukup

-       Tidak teraba distensi kandung kemih

Intervensi :

1)             Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R : Meminimalkan retensi urin dan distensi berlebihan pada kandung kemih.

2)             Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.

R : Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas.

3)             Perkusi/palpasi area suprapubik

R: Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China :

LWW.

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. 

Anda mungkin juga menyukai