Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

RETENSI URINE

DI

OLEH

MUHAMMAD ANDIKA SAPUTRA

NIM. 19900063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI


LAPORAN PENDAHULUAN

RETENSI URINE

1. Pengertian

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung


kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari
fesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).

Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat


terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio
urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.(Brunner & Suddarth).

Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung


kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
(PSIK UNIBRAW).

2. Etiologi

Penyebab dari retensi urine antara lain diabetes, pembesaran kelenjar


prostat, kelainan uretra ( tumor, infeksi, kalkulus), trauma, melahirkan atau
gangguan persyarafan ( stroke, cidera tulang belakang, multiple sklerosis dan
parkinson). Beberapa pengobatan dapat menyebabkan retensi urine baik
dengan menghambat kontraksi kandung kemih atau peningkatan resistensi
kandung kemih. (Karch, 2008)

3. Manifestasi Klinis

Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih
yang penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik
ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih ( frekuensi,disuria,volume
sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :

1) Di awali dengan urin mengalir lambat


2) Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan
kandung kemih tidak efisien.
3) Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4) Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5) Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc

Tanda klinis retensi:

1) Ketidak nyamanan daerah pubis


2) Distensi vesika urinia.
3) Ketidak sanggupan untuk berkemih.
4) Ketidak seimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan asupannya.

Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat


distensi kandung kemih yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding
kandu kemih dan proliferasi bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi,
khususnya bila terdapat obstruksi saluran kemih.

4. Patofisiologi

Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis
yaitu:

1) Obstruksi
2) Infeksi
3) Farmakologi
4) Neurologi
5) Faktor trauma

Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor


intrinsik atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran
kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak,
tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis, paraphimosis, dan lainnya.
Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ lain,
contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli,
sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyak adalah
akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang
menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen
saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut, yaitu
peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada
kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia,
vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan anti
kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan
cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada bulibuli.

Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat


menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan tonus alpha-adrenergik pada
prostat dan leher bulibuli. Dalam studi terbaru obat anti radang non steroid
ternyata berperan dalam pengurangan kontraksi otot detrusor lewat inhibisi
mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat menyebabkan retensi
urine.

Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada
saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan
kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada
uretra.

Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca bedah.


Trauma langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera
dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda dan
kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai
sepeda.
5. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine


adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan specimen urine.
2) Pengambilan: steril, random, midstream
3) Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, Keton dan Nitrit.
4) Sistoskopi ( pemeriksaan kandung kemih )
5) IVP ( Intravena Pielogram ) / Rontgen dengan bahan kontras.

6. Penatalaksanaan.

Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar,


penatalaksanaan ditetapkan berdasarkan masalah yang berkaitan dengan
penyebab retensi urinnya.Pilihannya adalah
1) Kateterisasi
2) Sistostomi suprapubik
3) Pungsi suprapubik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Nanda International, 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta, penerbit: Buku Kedokteran EGC

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai