Anda di halaman 1dari 14

Prinsip-prinsip Etika Keperawatan

dan Informed Consent


Oleh Kelompok 2 Nisa Afriana
Mirza Hidayat Siska Husiana
Hilman Maulana Tiara Febrianti
Keke Lainufarrisa Putri Riskia
Khairul Ikhsan Veni Argayanti
Khairunnisa Zahlul
Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan

Prinsip bahwa etika adalah menghargai hak


dan martabat manusia, tidak akan pernah
berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik
dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan.
Juga dalam hak-haknya memperoleh
pelayanan kesehatan. Ketika mengambil
keputusan klinis, perawat seringkali
mengandalkan pertimbangan mereka dengan
menggunakan kedua konsekuensi dan prinsip
dan kewajiban moral yang universal. Hal yang
paling fundamental dari prinsip ini adalah
penghargaan atas sesama.
Prinip-prinsip etika keperawatan terdiri
dari:
1.Otonomi (Autonomy)
•Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2.(Beneficience) Berbuat baik
• Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu
yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang
dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan
menjadi konflik dengan otonomi.
• Prinsip etika keperawatan meliputi kemurahan hati
(beneficence).Inti dari prinsip kemurahan hati
adalah tanggung jawab untuk melakukan kebaikan
yang menguntungkan pasien dan menghindari
perbuatan yang merugikan atau membahayakan
pasien.
3.Nilai dan Norma Masyarakat
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat nilai dan
norma masyarakat sangat penting dan perlu ada pada diri
masing-masing.Malah masyarakat yang sadar tentang
nilai dan norma masyarakat berusaha keras dalam
mengukuhkan nilai-nilai masyarakat.Setiap individu tidak
boleh hidup bersendirian, oleh karena itu seseorang itu
perlu bergaul untuk memenuhi keperluan dalam
kehidupan. Oleh itu seseorang itu perlu bersedia agar
dapat bertindak dan berfungsi dalam masyarakat. Bagi
seseorang itu dapat berfungsi dan bertindak dalam
masyarakat seseorang itu perlu memahami nilai- nilai
masyarakat dan kelakuan norma masyarakat yang telah
disahkan masyarakat itu sendiri.
a) Nilai
Keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga, kebenaran atau keinginan mengenai
ide-ide, objek, atau perilaku khusus. Individu
tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values).
Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui
informasi, lingkungan keluarga, serta budaya
sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar
dari keseharian dan menentukan tentang nilai-
nilai mana yang benar dan mana yang salah.
b) Norma Masyarakat
Norma adalah aturan-aturan atau pedoman social
yang khusus mengenai tingkah laku, sikap,
perbuatan yang boleh dilakukan atau tidak boleh
dilakukan di lingkungan kehidupannya.
Norma masyarakat terbagi atas :
• Norma Agama
• Norma Kesusilaan
• Norma Kesopanan
• Norma Hukum
Pengertian Informed Consent

Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu


“informed” yang berarti telah mendapat penjelasan
atau keterangan (informasi), dan “consent” yang
berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi
“informed consent” mengandung pengertian suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Dengan demikian “informed consent”
dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang
diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang
berkaitan dengannya.
Bentuk Informed Consent

•Implied constructive Consent (Keadaan Biasa)


Tindakan yang biasa dilakukan , telah diketahui,
telah dimengerti oleh masyarakat umum,
sehingga tidak perlu lagi di buat tertulis
misalnya pengambilan darah untuk
laboratorium, suntikan, atau hecting luka
terbuka.
• Implied Emergency Consent (keadaan Gawat
Darurat)
Secara umum bentuk persetujuan yang
diberikan pengguna jasa tindakan medis
(pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan
medis (dokter) untuk melakukan tindakan medis
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1.Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan
untuk tindakan medis yang mengandung resiko
besar.
2.Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk
tindakan medis yang bersifat non-invasif dan
tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan
oleh pihak pasien

3.Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien


melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya,
langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan
terhadap dirinya
1.Fungsi informed consent

Menurut Katz & Capran, fungsi informed Consent :


•promosi otonomi individu.
•Proteksi terhadap pasien dan subjek.
•Menghindari kecurangan, penipuan dan paksaan.
•Mendorong adanya penelitian yang cermat.
•Promosi keputusan yang rasional
•Menyertakan publik.
Tujuan Informed Consent

• Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap


tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan
secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang
dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
• Memberi perlindungan hukum kepada dokter
terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena
prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada
setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko (
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai