Anda di halaman 1dari 9

A. Pembahasan .

Pada pembahasan Karya tulis ilmiah yang berjudul Defisit Pengetahuan


Pada Lansia Arthritis Gout Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di
Kecamatan Margadana, Kota Tegal penulis menguraikan beberapa
kesenjangan yang terjadi, antara tinjauan kasus dengan tinjauan teori. Selain
itu penulis akan membahas mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah langkah awal dari proses
keperawatan, yakni dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat
dengan sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Berdasarkan data yang diperoleh saat dilakukan pengkajian pada
Ny. S didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan kurang
memahami tentang cara mengatasi nyeri dan kadar asam uratnya apalagi
yang harus dilakukan saat penyakitnya kambuh ketika terjadi bencana
banjir. Kemudian, pasien mengatakan jarang meminum obat untuk
meredakan nyeri pada kaki dan pergelangan tangannya, data objektif Ny.
S didapatkan hasil kuesioner pre-test pasien yaitu dengan skor 5/12
pertanyaan yang disediakan yang mana masih kategori kurang, hasil
pemeriksaan asam urat pasien Ny. S 7 mg/Dl.
Tn. D didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan belum
tahu apa saja cara untuk menangani penyakit Arthritis Gout yang dialami,
kemudian pasien mengatakan tidak meminum obat untuk meredakan
nyeri di kaki terutama pada lututnya, data objektif didapati hasil kuesioner
pre-test pasien yaitu dengan skor 4/10 kategori kurang, hasil pemeriksaan
asam urat pasien Tn. D yaitu 7,8 mg/Dl, Pasien tampak bingung karena
kurang informasi jika ditanya apa itu penyakit Arthritis Gout apalagi yang
harus dilakukan saat penyakitnya kambuh ketika terjadi bencana banjir.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap suatu masalah kesehatan pasien baik yang aktual
maupun potensial yang didapat berdasarkan. hasil dari pengkajian .dan
pemeriksaan. keperawatan (Zebua, 2020).
Hasil data pengkajian yang ditemukan penulis, penulis
menegakkan diagnosa keperawatan untuk kedua partisipan yaitu Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi. Hal ini
berdasarkan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,
2017) dengan kode D.0111, yang mana pada pengkajian diperoleh gejala
dan tanda mayor subjektif bahwa Ny. S mengeluh kurang memahami
tentang cara mengatasi nyeri dan kadar asam uratnya apalagi yang harus
dilakukan saat penyakitnya kambuh ketika terjadi bencana banjir.
Kemudian, data objektif pasien mengatakan jarang meminum obat untuk
meredakan nyeri di kaki dan pergelangan tangannya , Ny. S didapatkan
hasil kuesioner pre-test pasien yaitu dengan skor 5/12 kategori kurang.
Ny. S mengatakan jarang meminum obat jika merasa nyeri. Data secara
subjektif tidak adanya gejala minor dari defisit pengetahuan. Data secara
objektif pasien tampak bingung ketika ditanya mengenai diit rendah
purin.
Sedangkan pengkajian yang diperoleh gejala dan tanda mayor
subjektif bahwa Tn. D mengeluh belum tahu bagaimana cara untuk
menangani penyakit Arthritis Gout yang dialami dan hal – hal yang harus
dilakukan saat penyakitnya kambuh ketika terjadi bencana banjir.
kemudian data objektif pasien mengatakan tidak meminum obat untuk
meredakan nyeri di kaki terutama pada lututnya, di dapatkan hasil
kuesioner pre-test pasien yaitu dengan skor 4/10 kategori kurang. Data
secara objektif pasien bingung jika ditanya apa itu penyakit Arthritis
Gout.
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2018) mengatakan bahwa defisit pengetahuan
merupakan ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan suatu topik tertentu. Dari tanda dan gejala yang ditemukan pada
pasien sesuat dengan tanda dan gejala pada diganosa Defisit pengetahuan
yang ada pada SDKI yaitu memiliki tanda dan gejala mayor meliputi data
subyektif: pasien menanyakan masalah yang dihadapi. Data Obyektif:
pasien menunjukan persepsi kliru terhadap masalah. Sedangkan, tanda
dan gejala minor meliputi data obyektif: pasien tampak bingung ketika
ditanya mengenai diit rendah purin dan penangannya.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi, merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik
dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien
mencapai hasil yang diharapkan. Penggunaan Standar bahasa dapat
diterima untuk mempermudah administrasi dan pengambilan keputusan
(Siokal, 2021).
Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan menurut SIKI
(2018) sebagai berikut, identifikasi kesiapan menerima informasi,
sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan, beri kesempatan pasien untuk bertanya,
jelaskan pendidikan kesehatan tentang penyakit.
Identifikasi kesiapan menerima informasi, kesiapan merupakan
keadaan seseorang atau individu yang membuatnya siap memberikan
respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh untuk memberikan suatu
respon (Basuki, 2019). Penerimaan informasi merupakan hasil dari proses
informasi dan proses informasi merupakan bagian dari kemampuan
kognitif. Slavin menyatakan teori pembelajaran kognitif yang
menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali

pengetahuan dalam pikiran. Sehingga dilakukan Identifikasi kesiapan


menerima informasi untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan untuk
menerima informasi.
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan. Materi
merupakan komponen terpenting kedua dalam pembelajaran. Materi
pembelajaran dapat meliputi fakta-fakta, observasi, data, persepsi,
pengindraan, pemecahan masalah, yang berasal dari pemikiran manusia
dan pengalaman yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk fakta,
gagasan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, dan pemecahan masalah
(Silva, 2016). Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi
atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut
kondusif untuk kesehatan. Sehingga fokus pendidikan kesehatan bukan
hanya peningkatan pengetahuan tetapi juga diharapkan adanya
peningkatan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku
(practice) (Atlı Burcu, 2010) . Sehingga menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan pengetahuan cara
menjaga kesehatan.
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan . Pendidikan
kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, di mana
perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi
perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam individu,
kelompok, atau masyarakat itu sendiri (Sari, 2013). Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan untuk memberikan pengetahuan cara
menjaga kesehatan lebih lanjut.
Beri kesempatan pasien untuk bertanya bertujuan untuk
mengetahui pemahaman keluarga tentang materi yang telah disampaikan.
Kemudian dilakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan
merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
ajaran yang ada kaitanya dengan kesehatan (Fitriani, 2011). Menurut
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa dengan pemberian
penyuluhan pendidikan kesehatan maka terjadi peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan tentang pencegahan penyakit Arthritis Gout saat
terjadi bencana banjir (Sumangkut, Rompas, & Karundeng, 2014).
Intervensi yang direncanakan bertujuan setelah diberikan tindakan
selama 7x diharapkan pasien dan keluarga mampu memahami pendidikan
yang diberikan dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan
defisit pengetahuan pada lansia Arthritis Gout dalam menghadapi bencana
banjir.
Menurut teori Tim.Pokja.SLKI.DPP.PPNI (2018) bahwa kriteria
hasil berdasarkan diagnosis defisit pengetahuan dengan standar yang
ditetapkan yaitu: perilaku sesuai anjuran meningkat, kemampuan
menjelaskan meningkat, dan menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
menurun.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 9 – 15 Januari
2023 dengan 2 partisipan. Pada tahap implementasi pemberian edukasi
mampu dilaksanakan sesuai intervensi yang sudah direncanakan yaitu
pemberian edukasi kesehatan, edukasi proses penyakit, edukasi
keselamatan lingkungan, dan edukasi manajemen nyeri dengan tindakan
non farmakologi (ramuan daun salam) pada pasien lansia dengan Arthritis
Gout dalam menghadapi bencana banjir.
Tindakan yang dilakukan pada kedua pasien sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah dibuat sebelumnya, sehingga mampu
tercapai tujuan asuhan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya.
Penulis melakukan kegiatan yang sama dan pada hari yang sama kepada 2
partisipan dengan membagi 7x pertemuan dengan perbedaan tema edukasi
disetiap hari nya.
Pada hari pertama penulis melakukan pengukuran kadar asam urat
dilanjutkan memberikan pendidikan kesehatan dengan tema mengenai
penyakit Arthritis Gout dalam menghadapi bencana banjir dan bagaimana
upaya manajemen nyeri untuk menurunkan kadar asam urat pasien
dengan menggunakan ramuan air rebusan daun salam. Kemudian
dilanjutkan pada hari kedua penulis memonitor kadar asam urat dari
kedua pasien setelah meminum ramuan rebusan daun salam dan
memberikan pendidikan kesehatan dengan tema diit rendah purin bagi
pasien Arthritis Gout dan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan saat terjadi bencana banjir. Pada hari ketiga penulis
memberikan edukasi dengan tema komplikasi penyakit Arthritis
Gout,memonitor kadar asam urat dari kedua pasien setelah meminum
ramuan rebusan daun salam serta mengajarkan perilaku hidup sehat saat
terjadi banjir.
Pada hari ke 4 – 6 penulis melakukan kegiatan yang sama untuk
kedua pasien yaitu memonitor kadar asam urat dari kedua pasien setelah
meminum ramuan rebusan daun salam sehari 2x lalu kedua mengedukasi
pasien tentang strategi manajemen nyeri dengan relaksasi dan pada saat
terjadi bencana banjir, setelah itu menganjurkan pasien untuk menjaga
pola makan rendah purin, dan mengajarkan cara menghilangkan bahaya
lingkungan saat dan setelah terjadi banjir.
Pada hari ke-tujuh penulis melakukan evaluasi terhadap kedua
pasien dalam menerapkan upaya kesiapsiagaan sebelum terjadi banjir,
saat terjadi banjir, dan setelah terjadi banjir pada pasien Arthritis Gout
dengan menggunakan ramuan rebusan daun salam. Pada hari ke-tujuh
dilakukan kembali pengukuran kadar asam urat pasien dan didapatkan
kadar asam urat yang dialami kedua pasien tersebut menurun. Ramuan
rebusan daun salam terbukti bermanfaat untuk menurunkan kadar asam
urat, menurunkan nyeri, meningkatkan kemampuan berjalan, pergerakan
ekstremitas meningkat dan meningkatkan kualitas tidur pasien.
Implementasi ini sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Marlinda
tahun 2019 dalam penelitiannya yang menyatakan bahwasannya hal yang
harus diubah dalam mengatasi Arthritis Gout adalah dengan
menggunakan air rebusan daun salam.
Sebelum melakukan pemberian pendidikan edukasi penulis
mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
terapeutik kemudian pasien mengisi kuisioner pre-test tentang penyakit
Arthritis Gout dan banjir. Pada Ny. S mendapat skor 5 dari 12 soal yang
diberikan, sedangkan pada Tn. D mendapat skor 4 dari 12 soal. Kendala
yang terjadi pada saat melakukan implementasi baik pasien 1 dan pasien 2
sama-sama membutuhkan waktu yang cukup lama dan menjelaskan
kepada pasrtisipan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami terhadap
materi yang diberikan. Dikarenakan, pada lansia telah terjadi penurunan
fungsi kognitif.
Cara yang dilakukan peneliti yaitu dengan sabar dan tetap
mengusahakan melakukan komunikasi dengan pemilihan kata yang
sehari-hari, yang mudah dimengerti dengan mengupayakan kalimat
maupun pertanyaan singkat dan jelas. Lalu jika pasien tidak dapat
menjawab pertanyaan penulis membantu denngan memberikan pilihan
untuk memudahkan pasien menjawab/mengambil keputusan. Menurut
penulis tindakan tersebut perlu dilakukan karena dengan tindakan tersebut
pengetahuan pasien dapat meningkat. Upaya yang dilakukan oleh peneliti
dalam meningkatkan pengetahuan pasien yaitu dengan memberikan
pengulangan pendidikan kesehatan melalui media leaflet.

5. Evaluasi keperawatan
Untuk mengetahui dampak intervensi keperawatan pasien, evaluasi
merupakan proses yang berkesinabungan (Nursalam,2014).
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, 2016).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x peneliti
mengevaluasi dengan hasil sebagai berikut: pasien 1 dan pasien 2 dengan
masalah keperawatan kurang pengetahuan dalam perawatan teratasi
dengan indikasi hasil skor kuesioner post test lebih baik daripada hasil
skor pre-test. Kriteria skor < 6 pengetahuan kurang, skor < 7-9
pengetahuan sedang, skor > 10 pengetahuan baik.
Pada Ny. S mempunyai skor pre-test 5/12 kategori kurang menjadi
skor post-test 12/12 kategori baik, dengan kadar asam urat yang semula 7
mg/Dl menurun menjadi 5,8 mg/Dl, Pada Tn. D mempunyai skor pre-test
4/12 kategori kurang menjadi skor post-test 11/12 kategori baik, dengan
kadar asam urat yang semula 7,8 mg/Dl menurun menjadi 5,4 mg/Dl,
Pemberian pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh pada tingkat
pengetahuan partisipan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dengan
indikasi skor kuesioner yang membaik dari skor kurang menjadi baik.
(Hasan, 2019).
Perilaku sesuai anjuran meningkat, Ny. S dan Tn. D mengatakan
tidak lagi mengonsumi makanan yang mengandung purin sebagai upaya
yang harus dilakukan saat penyakitnya kambuh saat terjadi bencana
banjir. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat ditunjukan pada kedua
pasien sangat antusias ketika mengikuti pemberian pendidikan kesehatan,
pasien aktif bertanya tentang perawatan untuk penyakit Arthritis Gout
dalam upaya meningkatkan kesiapan menghadapi bencana banjir.
Kemampuan menjelaskan meningkat ditandai dengan pasien dapat
menjelaskan kembali apa itu penyakit Arthritis Gout , upaya yang harus
disiapkan saat terjadi bencana banjir, cara menurunkan kadar Arthritis
Gout dan menurunkan nyerinya sebagai upaya kesiapan saat terjadi
bencana banjir.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah diteliti oleh
Kurniawati dkk pada tahun 2014 bahwa sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan tentang Arthritis Gout terjadi peningkatan
signifikan yaitu sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa dengan
dilakukanya pemberian pendidikan kesehatan tentang Arthritis Gout
kepada pasien, pendidikan kesehatan dapat diterima dengan baik, pasien
dapat memahami serta meningkatkan pengetahuan pasien dalam
melakukan perencanaan keperawatan penyakitnya dengan melakukan
pengontrolan dan pencegah terjadinya kambuhnya Arthritis Gout saat
terjadi bencana banjir.
Adapun faktor yang memepengaruhi untuk tercapainya tujuan
keperawatan yang rencanakan yaitu pasien kooperatif saat dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan dengan ditunjukan data objektif pasien
tampak antusias saat menerima materi yang diberikan oleh penulis, pasien
mengikuti anjuran untuk menghindari makanan yang tidak sesuai untuk
penderita Arthritis Gout, kemudian media yang diberikan menarik dan
bahasa yang disampaikan saat penyuluhan mudah dipahami.
Selain itu ketidakcapaian tindakan tersebut bisa juga dikarenakan
adanya keterbatasan waktu yang sangat singkat saat dilakukan

penyuluhan. Diperkuat oleh teori Destiani (2019), bahwa lamanya waktu


penyuluhan menjadi salah satu faktor yang menentukan keefektifan dalam
peningkatan pengetahuan sasaran. Umumnya semakin lama dalam
pemberian penyuluhan maka pasien akan mendapatkan lebiha banyak
informasi dan semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki.
Berdasarkan respon pasien menunjukan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang tertera pada teori menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI
(2018) . Data Subyektif: pasien mengatakan sudah faham mengenai cara
mengatasi nyeri penyakitnya,diit rendah purin dan tau makanan apa saja
yang perlu dihindari apalagi dalam upaya meningkatkan kesiapan saat
terjadi bencana banjir. Data obyektif: pasien sudah tidak menanyakan
masalah yang dihadapinya Assesment: masalah teratasi. Planning:
Intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai