5. Evaluasi keperawatan
Untuk mengetahui dampak intervensi keperawatan pasien, evaluasi
merupakan proses yang berkesinabungan (Nursalam,2014).
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, 2016).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x peneliti
mengevaluasi dengan hasil sebagai berikut: pasien 1 dan pasien 2 dengan
masalah keperawatan kurang pengetahuan dalam perawatan teratasi
dengan indikasi hasil skor kuesioner post test lebih baik daripada hasil
skor pre-test. Kriteria skor < 6 pengetahuan kurang, skor < 7-9
pengetahuan sedang, skor > 10 pengetahuan baik.
Pada Ny. S mempunyai skor pre-test 5/12 kategori kurang menjadi
skor post-test 12/12 kategori baik, dengan kadar asam urat yang semula 7
mg/Dl menurun menjadi 5,8 mg/Dl, Pada Tn. D mempunyai skor pre-test
4/12 kategori kurang menjadi skor post-test 11/12 kategori baik, dengan
kadar asam urat yang semula 7,8 mg/Dl menurun menjadi 5,4 mg/Dl,
Pemberian pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh pada tingkat
pengetahuan partisipan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dengan
indikasi skor kuesioner yang membaik dari skor kurang menjadi baik.
(Hasan, 2019).
Perilaku sesuai anjuran meningkat, Ny. S dan Tn. D mengatakan
tidak lagi mengonsumi makanan yang mengandung purin sebagai upaya
yang harus dilakukan saat penyakitnya kambuh saat terjadi bencana
banjir. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat ditunjukan pada kedua
pasien sangat antusias ketika mengikuti pemberian pendidikan kesehatan,
pasien aktif bertanya tentang perawatan untuk penyakit Arthritis Gout
dalam upaya meningkatkan kesiapan menghadapi bencana banjir.
Kemampuan menjelaskan meningkat ditandai dengan pasien dapat
menjelaskan kembali apa itu penyakit Arthritis Gout , upaya yang harus
disiapkan saat terjadi bencana banjir, cara menurunkan kadar Arthritis
Gout dan menurunkan nyerinya sebagai upaya kesiapan saat terjadi
bencana banjir.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah diteliti oleh
Kurniawati dkk pada tahun 2014 bahwa sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan tentang Arthritis Gout terjadi peningkatan
signifikan yaitu sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa dengan
dilakukanya pemberian pendidikan kesehatan tentang Arthritis Gout
kepada pasien, pendidikan kesehatan dapat diterima dengan baik, pasien
dapat memahami serta meningkatkan pengetahuan pasien dalam
melakukan perencanaan keperawatan penyakitnya dengan melakukan
pengontrolan dan pencegah terjadinya kambuhnya Arthritis Gout saat
terjadi bencana banjir.
Adapun faktor yang memepengaruhi untuk tercapainya tujuan
keperawatan yang rencanakan yaitu pasien kooperatif saat dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan dengan ditunjukan data objektif pasien
tampak antusias saat menerima materi yang diberikan oleh penulis, pasien
mengikuti anjuran untuk menghindari makanan yang tidak sesuai untuk
penderita Arthritis Gout, kemudian media yang diberikan menarik dan
bahasa yang disampaikan saat penyuluhan mudah dipahami.
Selain itu ketidakcapaian tindakan tersebut bisa juga dikarenakan
adanya keterbatasan waktu yang sangat singkat saat dilakukan