Modul ini dapat dipelajari secara mandiri dengan bertahap. Mulai dari
materi pembelajaran 1, jika mahasiswa sudah yakin memahaminya, mahasiswa
dapat melanjutkan mempelajari materi pembelajaran 2.
Suatu hal yang penting dan perlu dicatat ialah membuat catatan tentang
materi pembelajaran yang sulit untuk dipahami. Jika hal ini terjadi cobalah untuk
mendiskusikan materi tersebut dengan sesama teman sejawat. Apabila memang
masih dibutuhkan, mahasiswa dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan
narasumber pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka atau daring berlangsung.
Kegiatan Pembelajaran 1: Konsep 3S (SDKI-SLKI-SIKI)
A. Pengertian 3S (SDKI-SLKI-SIKI)
Sebelum mempelajari 3S lebih dalam, apakah mahasiswa pernah
mengetahui atau mendengar buku 3S? Coba tuliskan pengertian 3S
menurut dasar pemikiran sendiri. Setelah mahasiswa menuliskannya, coba
bandingkan hasil pemikiran anda dengan pengertian 3S ini.
Dalam dunia keperawatan sudah tidak asing lagi dengan buku atau
istilah 3S ini. 3S (SDKI-SLKI-SIKI) menjadi salah satu pedoman ketika
perawat membuat asuhan keperawatan untuk menangani masalah respon
kebutuhan dasar manusia pada pasiennya. 3S ini tentunya sudah memiliki
standarnya sendiri dengan hasil penelitian yang sudah ditetapkan untuk
mendukung terbentuknya diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan.
Asuhan Keperawatan merupakan rangkaian interaksi atau
komunikasi dengan klien atau pasien, menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan dimana berisi
memenuhi kebutuhan, meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri,
dan merumuskan diagnosa keperawatan. Menurut Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang
berpraktik harus memenuhi persyaratan profesi, standar pelayanan profesi,
dan standar prosedur operasional (Purnamasari et al., 2023) . Dengan
pengertian yang lain, asuhan keperawatan adalah proses keperawatan yang
meliputi tahapan pengkajian keperawatan, identifikasi diagnosa
keperawatan, menentukan perencanaan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan, dan mengevaluasi untuk memenuhi kebutuhan
klien dengan sebaik-baiknya dalam mencapai atau mempertahankan
kestabilan biologis, psikologis, sosial, dan keadaan rohani atau bisa
dikatakan sebagai manusia yang holistik.
Dalam memperlancar atau mempermudah ketika perawat membuat
asuhan keperawatan, 3S yang menjadi pedoman atau petunjuk mereka
membuat asuhan keperawatannya. Hingga pada titik identifikasi hasil dan
intervensi keperawatan, 3S dapat membuat proses diagnosis, menjadikan
semuanya efisien dan cepat. Pelaksanaan keperawatan akan lebih
sederhana untuk memeriksa apakah semua perawat telah menguasai proses
implementasi 3S dalam asuhan keperawatan. Bagi perawat Indonesia,
standar SDKI digunakan untuk menentukan program asuhan keperawatan
yang terbaik untuk diberikan kepada klien atau pasien guna membantu
mereka mencapai kesehatan yang optimal. SDKI dibuat untuk menjadi
pedoman atau acuan bagi perawat dalam membuat diagnosis keperawatan,
meningkatkan otonomi mereka dalam memberikan layanan kesehatan,
meningkatkan komunikasi intra dan interprofesional, dan meningkatkan
standar asuhan keperawatan (SDKI et al., 2017).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah standar
hasil keperawatan yang mencakup semua aspek kondisi, status, perilaku,
dan persepsi klien serta keluarga, komunitas, dan lingkungan yang lebih
luas. Saat memberikan asuhan keperawatan, kriteria hasil ini dimaksudkan
untuk membantu perawat menentukan hasil keperawatan. Hasil
keperawatan standar dapat meningkatkan standar asuhan keperawatan dan
membuatnya lebih terukur dan profesional (SLKI et al., 2019).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan
standar asuhan keperawatan tambahan. Perawat harus menetapkan standar
SIKI setelah menentukan luaran keperawatan dan diagnosis. Dengan SIKI,
perawat dapat menawarkan intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan masalah yang dialami klien atau pasien. Ketiga standar yang
ditetapkan oleh PPNI mengacu pada norma global yang dibakukan dan
ditetapkan oleh International Council of Nurses (ICN) seiring dengan
munculnya komponen pengetahuan budaya asli masyarakat Indonesia dan
sistem kesehatan (SIKI et al., 2018).
3S memiliki hubungan yang signifikan yang erat dalam
menentukan asuhan keperawatan. Mengingat masih banyak rumah sakit
dan perawat klinik yang belum mengetahui 3S (SDKI, SIKI, SLKI),
sosialisasi melalui sharing informasi menjadi penting dalam penerapan 3S
(SDKI, SIKI, SLKI) dalam asuhan keperawatan. Perawat yang
memberikan asuhan keperawatan memerlukan sosialisasi dan pelatihan
agar mampu melengkapi pendokumentasian secara akurat dan baik.
Dengan meningkatkan kemampuan perawat dalam mendokumentasikan
asuhan keperawatan, pelatihan dokumentasi keperawatan berbasis 3S
sangat membantu di rumah sakit (Siswanto et al., 2013).
B. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Penilaian klinis dari pengalaman seseorang, keluarga, atau
komunitas dengan atau reaksi terhadap masalah kesehatan, risiko
kesehatan, atau proses kehidupan merupakan diagnosis keperawatan.
Mengingat pentingnya diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan, Indonesia memerlukan standar diagnosis keperawatan
nasional yang mengacu pada standar diagnostik internasional yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Meskipun faktanya mengatakan bahwa terdapat beberapa standar
diagnosis keperawatan yang diterima secara internasional, tetapi dianggap
tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia karena tidak dikembangkan
dengan mempertimbangkan perbedaan budaya dan sifat khas layanan
keperawatan di sana. Budaya pasien di Indonesia juga ikut berperan dalam
pembentukan diagnosis (Potter & Perry, 2013).
Dalam standar diagnosa ini terdapat cara penggunaanya tersendiri.
Dalam menuliskan diagnosa, terlebih dahulu perawat melakukan
pengkajian kepada pasien atau klien. Tahap pengkajian keperawatan
adalah ketika seorang perawat secara terus menerus mengumpulkan data
dari pasien atau keluarga pasien. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, anamnesis, pemeriksaan fisik
(Kurnia Putri & Devi Ardiani, 2022)
.
1. Klasifikasi Diagnosis Keperawatan
ICNP (International Nurses Council International Classification for
Nursing Practice) membagi diagnosis keperawatan kedalam lima
kategori, antara lain:
- Fisiologis: respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, neurosensori, reproduksi dan seksualitas.
- Psikologis: nyeri dan kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan
dan perkembangan.
- Perilaku: kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran.
- Relasional: interaksi sosial.
- Lingkungan: keamanan dan proteksi (Doenges et al., 2013).
2. Jenis Diagnosis Keperawatan
Dalam diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu
diagnosis positif dan diagnosis negatif. Diagnosis positif
menyatakan bahwa pasien dalam keadaan atau kondisi sehat serta
mampu mempertahankan dan mencapai kondisi yang lebih sehat.
Diagnosis positif disebut juga diagnosis promosi kesehatan.
Sedangkan, diagnosis negatif merupakan keadaan pasien atau klien
dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga
diagnosis ini akan mengarah pada pemberian intervensi yang
bersifat pemulihan, penyembuhan dan pencegahan. Terdiri atas
diagnosis aktual dan diagnosis risiko.
- Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan bagaimana respon pasien terhadap
penyakit medis atau kejadian hidup yang merupakan akar dari
masalah kesehatan mereka. Klien dapat mengidentifikasi dan
mengkonfirmasi gejala yang mayor dan minor.
- Diagnosis Risiko
Reaksi klien terhadap masalah kesehatan atau peristiwa kehidupan
yang membuat mereka berisiko terhadap masalah kesehatan
dijelaskan di dalam diagnosis ini. Meskipun memiliki indikator
risiko untuk masalah kesehatan, klien tidak memiliki indikasi atau
gejala mayor dan minor.
- Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menjelaskan motivasi dan keinginan klien untuk
mencapai keadaan kesehatan yang lebih baik atau optimal
(Carpenito, 2013).
3. Komponen Diagnosis Keperawatan
Dalam komponen ini terdapat dua hal penting utama yaitu masalah
(problem) dan indikator diagnostik.
- Masalah (Problem)
Label diagnosis ini menggambarkan inti pada respon pasien
dengan kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label
diagnosis terdiri atas deskriptor (penjelas) dan fokus diagnostik.
Deskriptor adalah pernyataan yang menguraikan bagaimana suatu
fokus diagnosis dapat terjadi.
Rangkuman
Latihan
Petunjuk: Bacalah setiap butir soal berikut ini dengan cermat dan kerjakanlah
terlebih dahulu butir soal yang menurut mahasiswa relatif lebih mudah.
Usahakanlah untuk mengerjakan semua butir soal Test Formatif. Waktu yang
disediakan adalah 5 menit. Apabila masih tersisa waktu, periksalah kembali
lembar jawaban, apakah masih ada butir soal yang belum terjawab. Selamat
mengerjakan test formatif ini semoga Anda sukses.
Tugas
Berikut ini adalah tugas-tugas mahasiswa yang harus diselesaikan. Mahasiswa
diminta mengerjakan berdasarkan RTM 10, sesuai dengan di elearning universitas.
Semoga Anda berhasil!
1. B
2. C
3. C
4. D
5. C
Daftar Pustaka
Berman, A., Synder, S. & Fradsen, G. (2015). Kozier & Erbs’s Fundamentals of
Nursing: Concept, Process, and Practice. 10th ed. USA: Pearson Education
Inc.
Carpenito, L. J. (2013). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice. 14th
Ed. Philadelphia. Wolter Kluwer-Lippincott Williams & Wilkins.
Potter & Perry. (2013). Fundamentals of Nursing. 8th Ed. St. Louis, Missouri:
Mosby Elsevier.
Rezkiki, F., Evi, N., Jafone, F. A., Aysha, A., Program, D., Ners, S. P., Kesehatan,
F., Fort, U., Kock, D., Studi, M. P., & Ners, P. (2022). PENERAPAN 3S
(SDKI, SIKI, SLKI) DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD M. NATSIR SOLOK. In Empowering Society
Journalol. xx, No. xx (Vol. 3, Issue 1).
Sudaryati, S., Afriani, T., Hariyati, Rr. T., Herawati, R., & Yunita, Y. (2022).
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Efektif Meningkatkan Kemampuan
Perawat dalam Melakukan Dokumentasi Keperawatan Sesuai Standar 3s
(SDKI, SLKI, SIKI). Jurnal Keperawatan Silampari, 5(2), 823–830.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i2.3461
Glosarium
Analgetik : Golongan obat untuk meredakan
rasa nyeri
Proteksi : Perlindungan