Anda di halaman 1dari 24

MODUL 9.

PROSES DIAGNOSIS: PENERAPAN 3S (SDKI-SLKI-SIKI)

Halo mahasiswa, bagaimana kabar kalian? Semoga semua dalam keadaan


sehat walafiat. Semoga dengan adanya modul ini, dapat mempermudah
mahasiswa dalam mencari beberapa referensi terkait Penerapan 3S (SDKI-SLKI-
SIKI). Agar memudahkan mahasiswa dalam mempelajari isi materi modul 9,
maka sistem pembelajaran ini dikemas dalam 2 kegiatan pembelajaran yaitu:

a. Kegiatan pembelajaran 1: Konsep 3S (SDKI-SLKI-SIKI)


b. Kegiatan pembelajaran 2: Aplikasi 3S

Modul ini dapat dipelajari secara mandiri dengan bertahap. Mulai dari
materi pembelajaran 1, jika mahasiswa sudah yakin memahaminya, mahasiswa
dapat melanjutkan mempelajari materi pembelajaran 2.

Selanjutnya, setelah mahasiswa mempelajari modul 9 ini, diharapkan


dapat:

a. Menjelaskan pengertian 3S (SDKI-SLKI-SIKI)


b. Menjelaskan perbedaan diagnosis keperawatan dan diagnosis medis
c. Mengetahui hal-hal penting di dalam SDKI
d. Mengetahui hal-hal penting di dalam SLKI
e. Mengetahui hal-hal penting di dalam SIKI
f. Mengaplikasikan 3S dalam kasus

Suatu hal yang penting dan perlu dicatat ialah membuat catatan tentang
materi pembelajaran yang sulit untuk dipahami. Jika hal ini terjadi cobalah untuk
mendiskusikan materi tersebut dengan sesama teman sejawat. Apabila memang
masih dibutuhkan, mahasiswa dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan
narasumber pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka atau daring berlangsung.
Kegiatan Pembelajaran 1: Konsep 3S (SDKI-SLKI-SIKI)

A. Pengertian 3S (SDKI-SLKI-SIKI)
Sebelum mempelajari 3S lebih dalam, apakah mahasiswa pernah
mengetahui atau mendengar buku 3S? Coba tuliskan pengertian 3S
menurut dasar pemikiran sendiri. Setelah mahasiswa menuliskannya, coba
bandingkan hasil pemikiran anda dengan pengertian 3S ini.
Dalam dunia keperawatan sudah tidak asing lagi dengan buku atau
istilah 3S ini. 3S (SDKI-SLKI-SIKI) menjadi salah satu pedoman ketika
perawat membuat asuhan keperawatan untuk menangani masalah respon
kebutuhan dasar manusia pada pasiennya. 3S ini tentunya sudah memiliki
standarnya sendiri dengan hasil penelitian yang sudah ditetapkan untuk
mendukung terbentuknya diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan.
Asuhan Keperawatan merupakan rangkaian interaksi atau
komunikasi dengan klien atau pasien, menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan dimana berisi
memenuhi kebutuhan, meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri,
dan merumuskan diagnosa keperawatan. Menurut Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang
berpraktik harus memenuhi persyaratan profesi, standar pelayanan profesi,
dan standar prosedur operasional (Purnamasari et al., 2023) . Dengan
pengertian yang lain, asuhan keperawatan adalah proses keperawatan yang
meliputi tahapan pengkajian keperawatan, identifikasi diagnosa
keperawatan, menentukan perencanaan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan, dan mengevaluasi untuk memenuhi kebutuhan
klien dengan sebaik-baiknya dalam mencapai atau mempertahankan
kestabilan biologis, psikologis, sosial, dan keadaan rohani atau bisa
dikatakan sebagai manusia yang holistik.
Dalam memperlancar atau mempermudah ketika perawat membuat
asuhan keperawatan, 3S yang menjadi pedoman atau petunjuk mereka
membuat asuhan keperawatannya. Hingga pada titik identifikasi hasil dan
intervensi keperawatan, 3S dapat membuat proses diagnosis, menjadikan
semuanya efisien dan cepat. Pelaksanaan keperawatan akan lebih
sederhana untuk memeriksa apakah semua perawat telah menguasai proses
implementasi 3S dalam asuhan keperawatan. Bagi perawat Indonesia,
standar SDKI digunakan untuk menentukan program asuhan keperawatan
yang terbaik untuk diberikan kepada klien atau pasien guna membantu
mereka mencapai kesehatan yang optimal. SDKI dibuat untuk menjadi
pedoman atau acuan bagi perawat dalam membuat diagnosis keperawatan,
meningkatkan otonomi mereka dalam memberikan layanan kesehatan,
meningkatkan komunikasi intra dan interprofesional, dan meningkatkan
standar asuhan keperawatan (SDKI et al., 2017).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah standar
hasil keperawatan yang mencakup semua aspek kondisi, status, perilaku,
dan persepsi klien serta keluarga, komunitas, dan lingkungan yang lebih
luas. Saat memberikan asuhan keperawatan, kriteria hasil ini dimaksudkan
untuk membantu perawat menentukan hasil keperawatan. Hasil
keperawatan standar dapat meningkatkan standar asuhan keperawatan dan
membuatnya lebih terukur dan profesional (SLKI et al., 2019).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan
standar asuhan keperawatan tambahan. Perawat harus menetapkan standar
SIKI setelah menentukan luaran keperawatan dan diagnosis. Dengan SIKI,
perawat dapat menawarkan intervensi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan masalah yang dialami klien atau pasien. Ketiga standar yang
ditetapkan oleh PPNI mengacu pada norma global yang dibakukan dan
ditetapkan oleh International Council of Nurses (ICN) seiring dengan
munculnya komponen pengetahuan budaya asli masyarakat Indonesia dan
sistem kesehatan (SIKI et al., 2018).
3S memiliki hubungan yang signifikan yang erat dalam
menentukan asuhan keperawatan. Mengingat masih banyak rumah sakit
dan perawat klinik yang belum mengetahui 3S (SDKI, SIKI, SLKI),
sosialisasi melalui sharing informasi menjadi penting dalam penerapan 3S
(SDKI, SIKI, SLKI) dalam asuhan keperawatan. Perawat yang
memberikan asuhan keperawatan memerlukan sosialisasi dan pelatihan
agar mampu melengkapi pendokumentasian secara akurat dan baik.
Dengan meningkatkan kemampuan perawat dalam mendokumentasikan
asuhan keperawatan, pelatihan dokumentasi keperawatan berbasis 3S
sangat membantu di rumah sakit (Siswanto et al., 2013).
B. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Penilaian klinis dari pengalaman seseorang, keluarga, atau
komunitas dengan atau reaksi terhadap masalah kesehatan, risiko
kesehatan, atau proses kehidupan merupakan diagnosis keperawatan.
Mengingat pentingnya diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan, Indonesia memerlukan standar diagnosis keperawatan
nasional yang mengacu pada standar diagnostik internasional yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Meskipun faktanya mengatakan bahwa terdapat beberapa standar
diagnosis keperawatan yang diterima secara internasional, tetapi dianggap
tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia karena tidak dikembangkan
dengan mempertimbangkan perbedaan budaya dan sifat khas layanan
keperawatan di sana. Budaya pasien di Indonesia juga ikut berperan dalam
pembentukan diagnosis (Potter & Perry, 2013).
Dalam standar diagnosa ini terdapat cara penggunaanya tersendiri.
Dalam menuliskan diagnosa, terlebih dahulu perawat melakukan
pengkajian kepada pasien atau klien. Tahap pengkajian keperawatan
adalah ketika seorang perawat secara terus menerus mengumpulkan data
dari pasien atau keluarga pasien. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, anamnesis, pemeriksaan fisik
(Kurnia Putri & Devi Ardiani, 2022)
.
1. Klasifikasi Diagnosis Keperawatan
ICNP (International Nurses Council International Classification for
Nursing Practice) membagi diagnosis keperawatan kedalam lima
kategori, antara lain:
- Fisiologis: respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, neurosensori, reproduksi dan seksualitas.
- Psikologis: nyeri dan kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan
dan perkembangan.
- Perilaku: kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran.
- Relasional: interaksi sosial.
- Lingkungan: keamanan dan proteksi (Doenges et al., 2013).
2. Jenis Diagnosis Keperawatan
Dalam diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu
diagnosis positif dan diagnosis negatif. Diagnosis positif
menyatakan bahwa pasien dalam keadaan atau kondisi sehat serta
mampu mempertahankan dan mencapai kondisi yang lebih sehat.
Diagnosis positif disebut juga diagnosis promosi kesehatan.
Sedangkan, diagnosis negatif merupakan keadaan pasien atau klien
dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga
diagnosis ini akan mengarah pada pemberian intervensi yang
bersifat pemulihan, penyembuhan dan pencegahan. Terdiri atas
diagnosis aktual dan diagnosis risiko.
- Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan bagaimana respon pasien terhadap
penyakit medis atau kejadian hidup yang merupakan akar dari
masalah kesehatan mereka. Klien dapat mengidentifikasi dan
mengkonfirmasi gejala yang mayor dan minor.
- Diagnosis Risiko
Reaksi klien terhadap masalah kesehatan atau peristiwa kehidupan
yang membuat mereka berisiko terhadap masalah kesehatan
dijelaskan di dalam diagnosis ini. Meskipun memiliki indikator
risiko untuk masalah kesehatan, klien tidak memiliki indikasi atau
gejala mayor dan minor.
- Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menjelaskan motivasi dan keinginan klien untuk
mencapai keadaan kesehatan yang lebih baik atau optimal
(Carpenito, 2013).
3. Komponen Diagnosis Keperawatan
Dalam komponen ini terdapat dua hal penting utama yaitu masalah
(problem) dan indikator diagnostik.
- Masalah (Problem)
Label diagnosis ini menggambarkan inti pada respon pasien
dengan kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label
diagnosis terdiri atas deskriptor (penjelas) dan fokus diagnostik.
Deskriptor adalah pernyataan yang menguraikan bagaimana suatu
fokus diagnosis dapat terjadi.

NO Deskriptor Fokus Diagnostik


1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Defisit Pengetahuan
- Indikator Diagnostik
Dalam hal ini terdiri atas penyebab, tanda atau gejala, dan faktor
risiko. Masing-masing akan dijelaskan dalam hal berikut:
a. Penyebab (Etiology)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab ini dapat mencakup empat kategori diagnosis.
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif ini dapat diperoleh dari
melakukan observasi, wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium. Gejala merupakan data subjektif
yang didapatkan dari anamnesis. Tanda dan gejala ini di
bedakan menjadi dua tipe yaitu mayor (tanda dan gejala yang
ditemukan paling banyak sekitar 80-100%, minor (tanda dan
gejala yang tidak harus ada, namun jika ada dapat mendukung
penegakan diagnosis).
c. Faktor Risiko
Keadaan atau situasi yang dapat meningkatkan keadaan sehat
klien mengalami masalah kesehatan yang mungkin terjadi.
4. Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan
Proses ini termasuk dalam mendiagnosis dengan langkah-langkah
yang terdiri atas tiga tahap yaitu analisis data, identifikasi masalah,
dan perumusan diagnosis.
- Analisis Data
a. Bandingkan Data dengan Nilai Normal
Data-data ini dapat dilakukan pada saat perawat melakukan
pengkajian. Disamping itu juga mengidentifikasi tanda atau
gejala yang bermakna.
b. Kelompokkan Data
Tanda atau gejala yang bisa dibilang bermakna dikelompokkan
berdasarkan pola kebutuhan dasar antara lain respirasi,
sirkulasi, nutrisi atau cairan, eliminasi, aktivitas atau istirahat,
neurosensori, reproduksi dan seksualitas. nyeri dan
kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan,
kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran, interaksi sosial,
keamanan dan proteksi.
- Identifikasi Masalah
Setelah melakukan pengelompokkan data dan data dianalisis,
perawat dan klien bersama-sama melakukan identifikasi masalah
aktual, risiko, promosi kesehatan.
- Penulisan Diagnosis Keperawatan
Hal ini disesuaikan berdasarkan jenis diagnosis keperawatan yang
tertera di buku SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Penulisan ini memiliki dua metode cara penulisan yaitu:
a. Penulisan Three Part (Tiga Bagian)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis aktual, yang
mana memiliki masalah, penyebab, dan tanda atau gejala. Cara
penulisannya yaitu Masalah berhubungan dengan Penyebab
ditandai dengan Tanda atau Gejala. Cara penulisan ini dapat
disingkat yang mana Masalah b.d Penyebab d.d Tanda atau
gejala. Berikut contoh penulisannya:
Diare berhubungan dengan Perubahan air dan makanan
ditandai dengan Feses lembek atau cair, nyeri atau kram
abdomen, bising usus hiperaktif.
b. Penulisan Two Part (Dua Bagian)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan
promosi kesehatan. Pada faktor risiko tidak melalui proses
berhubungan dengan karena pada kasus pasien atau klien masih
belumm mengalami penyakit yang dialami. Begitupun dengan
diagnosis promosi kesehatan, karena pada kasus pasien atau
klien ingin meningkatkan derajat kesehatannya sehingga tidak
ada masalah penyakit yang dialami. Berikut formulasi
penulisannya:
1) Diagnosis Risiko
Masalah ditandai dengan Faktor Risiko. Contoh
penulisannya yaitu Risiko Perdarahan ditandai dengan
Efek agen farmakologi.
2) Diagnosis Promosi Kesehatan
Masalah ditandai dengan Tanda atau Gejala. Contoh
penulisannya yaitu Kesiapan peningkatan eliminasi urine
ditandai dengan pasien ingin meningkatkan eliminasi
urine, jumlah dan karakteristik urin normal.
C. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI menjadi salah satu buku dalam menentukan luaran sebelum
menuju ke implementasi dalam keperawatan. Standar luaran ini memiliki
beberapa rentang nilai respon pasien atau klien yang menjadi komponen
penting apakah nilai normal pada pasien dapat kembali ke angka yang
normal. Penggunaan SLKI akan membantu memastikan penggunaan
terminologi keperawatan yang seragam dan standar, memungkinkan
komunikasi yang jelas dari hasil keperawatan kepada perawat lain atau
profesional kesehatan.
Kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga, atau masyarakat
dalam menanggapi tindakan keperawatan merupakan contoh luaran
keperawatan yang dapat diamati dan dinilai. Karena hasil keperawatan
adalah reaksi fisiologis, psikologis, sosial, perkembangan, atau spiritual
yang menunjukkan kemajuan dalam masalah kesehatan pasien, hasil
tersebut dapat membantu perawat dalam berkonsentrasi atau mengarahkan
asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2013). Standar luaran keperawatan
dimunculkan atau ditulis ketika hasil akhir intervensi keperawatan yang
terdiri atas kriteria hasil pemulihan masalah.
1. Jenis Luaran Keperawatan
Dalam luaran keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu ada luaran
positif dan luaran negatif. Luaran positif yang berisi sehingga
penentuan hasil keperawatan ini akan memandu pemberian tindakan
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
mempertahankan keadaan, perilaku, atau perspektif yang sehat.
Sedangkan, luaran negatif yaitu melihat situasi, perilaku, atau
pandangan yang tidak sehat sehingga pemberian asuhan keperawatan
yang terfokus akan diarahkan oleh keputusan hasil keperawatan ini
untuk mengurangi.

NO Jenis Luaran Contoh Luaran


1. Positif - Bersihan Jalan Napas
- Integritas Kulit dan Jaringan
- Citra Tubuh
2. Negatif - Tingkat Nyeri
- Tingkat Ansietas
- Respons Alergi Lokal
2. Komponen Luaran Keperawatan
Dalam komponen ini terdiri atas tiga hal utama antara lain Label,
Ekspektasi, dan Kriteria Hasil.
- Label
Bagian ini terdiri atas kata kunci untuk memperoleh informasi
terkait luaran keperawatan. Label intervensi keperawatan terdiri
atas beberapa kata (1 kata s/d 4 kata) yang diawali dengan kata
benda (nomina) sebagai deskriptor atau penjelas luaran
keperawatan.
- Ekspektasi
Berisi hal penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai.
Menggambarkan seperti apa kondisi, perilaku pasien akan berubah
setelah diberikan intervensi keperawatan. Ekspektasi berisi harapan
perubahan yang akan meningkat atau bisa menurun. Dalam
ekspektasi terdapat tiga kemungkinan yang diharapkan perawat
antara lain:

NO Ekspektasi Definisi Digunakan Pada


1. Meningkat Bertambah pada Luaran positif
jumlah, ukuran (bersihan jalan
derajat atau napas,
tingkatan perawatan diri,
sirkulasi
spontan, status
kenyamanan)
2. Menurun Berkurang atau Luaran negatif
mengalami (tingkat
penurunan ansietas, tingkat
dalam ukuran, keletihan,
jumlah, derajat respons alergi)
atau tingkatan
3. Membaik Menimbulkan Eliminasi fekal,
efek yang lebih fungsi seksual,
baik, adekuat identitas diri,
atau efektif penampilan
peran
- Kriteria Hasil
Ciri-ciri pasien yang dapat diamati atau diukur oleh perawat dan
digunakan sebagai landasan untuk mengevaluasi keberhasilan hasil
intervensi keperawatan. Menentukan perubahan yang harus dicapai
setelah pemberian perawatan keperawatan, kriteria hasil juga dapat
disebut sebagai indikator. Penulisan kriteria hasil juga dapat
dibedakan menjadi dua metode. Metode penulisan manual atau
tulisan, maka setiap hasil dituliskan nilai yang diharapkan untuk di
capai. Sedangkan, jika menggunakan metode berbasis komputer,
maka kriteria hasil di input dalam bentuk skor skala 1 s/d 5.
3. Penerapan Luaran Keperawatan
a. Metode Dokumentasi Manual atau Penulisan
Tata cara penulisan yaitu sebagai berikut:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama….maka (Luaran
Keperawatan) (Ekspektasi) dengan kriteria hasil:
- Kriteria 1 (hasil)
- Kriteria 2 (hasil)
- Kriteria 3 (hasil)
- Dan seterusnya.
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, maka
Termoregulasi Meningkat, dengan kriteria hasil:
- Konsumsi oksigen
- Pucat
- Takikardia
- Takipnea
b. Metode Dokumentasi Berbasis Komputer
Tata cara penulisan yaitu sebagai berikut:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama…maka (Luaran
Keperawatan) (Ekspektasi) dengan kriteria hasil:
- Kriteria 1 (skor)
- Kriteria 2 (skor)
- Kriteria 3 (skor)
- Dan seterusnya
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, maka
Termoregulasi Meningkat dengan kriteria hasil:
- Konsumsi oksigen 5
- Pucat 5
- Takikardia 5
- Takipnea 5

D. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)


Intervensi keperawatan adalah semua terapi yang diberikan oleh
perawat berdasarkan keahlian dan pengetahuan klinisnya untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Intervensi keperawatan dilakukan
oleh perawat dengan menggunakan perilaku atau aktivitas tertentu yang
dikenal dengan tindakan keperawatan. Standar intervensi keperawatan
sama seperti SDKI. Sistem intervensi berdasarkan klasifikasi International
Classification of Nursing Practice (ICNP) yang dikembangkan oleh
International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991.
1. Komponen Intervensi Keperawatan
- Label
Label dalam hal ini terdiri atas satu atau beberapa kata yang
diawali dengan nomina atau kata benda, bukan verbal atau kata
kerja, dimana berfungsi sebagai penjelas dari intervensi
keperawatan. Label keperawatan memiliki 18 deskriptor yaitu
dukungan, edukasi, kolaborasi, konseling, konsultasi, latihan,
manajemen, pemantauan, pemberian, pemeriksaan, pencegahan,
pengontrolan, perawatan, promosi, rujukan, resusitasi, skrinning,
terapi.
- Definisi
Definisi disini memberikan arti bahwa makna dari label
keperawatan. Definisi label keperawatan menggunakan kata-kata
yaitu “Perilaku yang dilakukan oleh perawat” bukan “Perilaku
yang dilakukan oleh pasien”.
- Tindakan
Bagian dari peran, aktivitas yang dilakukan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan nantinya. Tindakan-
tindakan ini yang mana disingkat sebagai tindakan OTEK
(Wilkinson et al., 2016), terdiri atas:
a. Tindakan Obserbvasi
Tindakan dilakukan untuk memberikan data-data,
mengumpulkan, menganalisis data status kesehatan pasien.
Tindakan ini biasanya terdapat kata periksa, monitor,
identifikasi.
b. Tindakan Terapeutik
Tindakan ini termasuk dalam tindakan yang dimiliki oleh
perawat sendiri. Tindakan yang secara langsung dapat
menimbulkan efek memulihkan kesehatan pasien atau dapat
mencegah masalah kesehatan pasien. Tindakan ini biasanya
terdapat kata-kata berikan dan lakukan.
c. Tindakan Edukasi
Tindakan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengetahuan pasien merawat dirinya dengan membantu pasien
dalam memperoleh perilaku baru yang dapat mengatasi
masalah. Tindakan ini biasanya menggunakan kata-kata
ajarkan, latih, menganjurkan.
d. Tindakan Kolaborasi
Dalam hal ini, kolaborasi merupakan tindakan yang dilakukan
atas perintah dokter atau atas izin dokternya. Kolaborasi yang
membutuhkan kerja sama yang baik dengan profesi kesehatan
lainnya. Tindakan ini biasanya menggunakan kata-kata rujuk,
konsultasikan, berikan…jika perlu (Berman et al., 2015)
2. Penentuan Intervensi Keperawatan
Terdapat beberapa faktor-faktor dalam penentuan intervensi
keperawatan ini yaitu:
- Karakteristik Diagnosis Keperawatan (Dapat mengatasi etiologi
atau tanda dan gejala diagnosis keperawatan).
- Luaran Keperawatan yang Diharapkan (Dapat memberikan arahan
yang jelas dalam penentuan intervensi keperawatan).
- Kemampulaksanaan Intervensi Keperawatan (Perlu adanya
pertimbangan waktu, tenaga atau staf, sumber daya yang tersedia
sebelum mengimplementasikan intervensi keperawatan.
- Kemampuan Perawat (Perawat perlu mengetahui rasional ilmiah
terkait intervensi keperawatan serta memiliki kemampuan
psikomotorik)
- Penerimaan Pasien (Intervensi yang diberikan harus dapat diterima
oleh pasien serta masuk akal sesuai dengan budaya-budaya pasien)
- Hasil Penelitian (Bukti penelitian yang valid akan mendukung
efektivitas intervensi keperawatan pada pasien tertentu)

Kegiatan Pembelajaran 2: Aplikasi 3S

A. Aplikasi SDKI Dalam Kasus


Dalam hal ini kita akan langsung masuk pada belajar kasus. Disebutkan
bahwa terdapat kasus Seorang pasien dengan nama Ny. B. Usia 40 tahun.
Pasien mengatakan nyeri pada tangan bagian kanan karena pasien kemarin
baru saja habis kecelakaan. TD 150/90 mmHG, HR 150x/menit, RR
20x/menit, Suhu 36,5 derajat celcius. Keluarga pasien mengeluh pasien
sering terjaga, tidak cukup istirahat. Pasien terlihat tampak gelisah.
- Pada kasus diatas pertama kita akan membandingkan nilai yang
tidak normal ke nilai yang normal.
1. Nyeri pada tangan kanan (akibat kecelakaan)
2. TD 150/90 mmHg seharusnya yang normal 120/80 mmHg
3. HR 150x/menit seharusnya yang normal 80-100x/menit
4. Pasien sering terjaga
- Langkah selanjutnya, pada kasus diagnosa prioritas yang muncul
yaitu nyeri akut dan gangguan pola tidur. Namun, kita tidak bisa
langsung menuliskannya, kita harus memeriksa buku SDKI dan
menuliskannya apakah sudah sesuai atau belum. Dalam langkah ini
kita bisa membuat tabel yang bernama analisa data.

NO Hari/Tanggal DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Selasa, 06 DS: Agen Nyeri Akut
Juni 2023 Pasien mengatakan pencedera fisik
nyeri pada tangan
bagian kanan
DO:
- Pasien tampak
gelisah
- Frekuensi nadi
meningkat
150x/menit
- Sulit tidur
- Tekanan darah
meningkat 150/90
mmHg
2. Selasa, 06 DS: Restraint Fisik Gangguan Pola
Juni 2023 Keluarga pasien Tidur
mengeluh pasien
sering terjaga, tidak
cukup istirahat.
DO:
Pada saat malam,
pasien terlihat
masih melihat tv

- Setelah selesai menganalisa data, dan data sudah sesuai dengan


SDKI, maka langkah selanjutnya kita akan langsung membuat
Diagnosis Keperawatan sesuai tabel dibawah ini.
No. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
Diagnos
a
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik ditandai
dengan nyeri pada tangan kanan, pasien tampak gelisah,
frekuensi nadi meningkat 150x/menit, sulit tidur, tekanan
darah meningkat 150/90 mmHg.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Restraint Fisik
ditandai dengan keluarga pasien mengeluh pasien sering
terjaga, mengeluh tidak cukup istirahat.
B. Aplikasi SLKI Dalam Kasus
Meneruskan kasus diatas, Seorang pasien dengan nama Ny. B. Usia 40
tahun. Pasien mengatakan nyeri pada tangan bagian kanan karena pasien
kemarin baru saja habis kecelakaan. TD 150/90 mmHG, HR 150x/menit,
RR 20x/menit, Suhu 36,5 derajat celcius. Keluarga pasien mengeluh
pasien sering terjaga, tidak cukup istirahat. Pasien terlihat tampak gelisah.
1. Dengan mengetahui diagnosa keperawatan, misal pada nyeri akut.
Maka, selanjutnya kita membuka buku SLKI, pertama kali yang kita
lihat ialah Daftar Tautan SDKI-SLKI. Lalu, mengetahui luaran utama
pada nyeri akut yaitu Tingkat Nyeri.
2. Setelah mengetahui luaran utama, lalu kita mencari Daftar Luaran
Keperawatan Tingkat Nyeri. Jika sudah, selanjutnya langsung mengisi
kriteria hasil sesuai dengan kasus.
3. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada tabel berikut

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan
Agen Pencedera Fisik ditandai selama 1x24 jam, maka Tingkat
dengan nyeri pada tangan kanan, Nyeri pasien diharapkan baik
pasien tampak gelisah, frekuensi dengan kriteria hasil:
nadi meningkat 150x/menit, sulit Label SLKI: Tingkat Nyeri
tidur, tekanan darah meningkat 1. Keluhan Nyeri pada
150/90 mmHg. ekspektasi 1 (Meningkat)
menurun ke level 5
(Menurun)
2. Gelisah pada ekspektasi 1
(Meningkat) menurun ke
level 4 (Cukup Menurun)
3. Dan Seterusnya
2. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan perawatan
berhubungan dengan Restraint selama 3x24 jam, maka Pola Tidur
Fisik ditandai dengan keluarga pasien diharapkan baik dengan
pasien mengeluh pasien sering kriteria hasil:
terjaga, mengeluh tidak cukup Label SLKI: Pola Tidur
istirahat. 1. Keluhan sering terjaga pada
ekspektasi 1 (Menurun)
membaik ke level 5
(Meningkat)
2. Keluhan istirahat tidak
cukup pada ekspektasi 1
(Menurun) membaik ke
level 5 (Meningkat)
C. Aplikasi SIKI Dalam Kasus
Cara penggunaan SIKI (Intervensi Keperawatan) sama seperti
penggunaan Luaran Keperawatan yaitu mencari daftar tautan SDKI-SIKI
lalu mencari Daftar Intervensi Keperawatan.
Seorang pasien dengan nama Ny. B. Usia 40 tahun. Pasien mengatakan
nyeri pada tangan bagian kanan karena pasien kemarin baru saja habis
kecelakaan. TD 150/90 mmHG, HR 150x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,5
derajat celcius. Keluarga pasien mengeluh pasien sering terjaga, tidak
cukup istirahat. Pasien terlihat tampak gelisah.
1. Dengan mengetahui diagnosa keperawatan, misal pada nyeri akut.
Maka, selanjutnya kita membuka buku SIKI, pertama kali yang kita
lihat ialah Daftar Tautan SDKI-SIKI. Lalu, mengetahui intervensi
utama pada nyeri akut yaitu Manajemen Nyeri.
2. Setelah mengetahui luaran utama, lalu kita mencari Daftar Intervensi
Keperawatan Manajemen Nyeri. Jika sudah, selanjutnya langsung
mengisi tindakan apa saja yang sesuai dengan kasus.
3. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada tabel berikut

NO Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan Label SIKI: Manajemen Nyeri
dengan Agen Pencedera Fisik Observasi
ditandai dengan nyeri pada 1. Identifikasi skala nyeri
tangan kanan, pasien tampak 2. Identifikasi faktor yang
gelisah, frekuensi nadi memperberat dan
meningkat 150x/menit, sulit memperingan nyeri
tidur, tekanan darah meningkat Terapeutik
150/90 mmHg. 1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitas tidur dan istirahat
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik
2. Gangguan Pola Tidur Label SIKI: Dukungan Tidur
berhubungan dengan Restraint Observasi
Fisik ditandai dengan keluarga 1. Identifikasi pola aktivitas dan
pasien mengeluh pasien sering tidur
terjaga, mengeluh tidak cukup 2. Identifikasi faktor penganggu
istirahat. tidur
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan
2. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyaman
Edukasi
1. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur

Rangkuman

Setelah mahasiswa mempelajari Modul 9 ini, maka dapat di rangkum


sebagai berikut:

A. Pengertian 3S (SDKI-SLKI-SIKI), SDKI dibuat untuk menjadi pedoman


atau acuan bagi perawat dalam membuat diagnosis keperawatan. SLKI
merupakan sebuah standar yang digunakan dalam menentukan luaran
keperawatan sebagai penentu perubahan respon pasien. SIKI ialah sebuah
standar yang digunakan dalam menentukan intervensi keperawatan sebagai
suatu tindakan yang akan dilakukan.
B. SDKI memiliki cara penggunaannya sendiri, dimulai dari menganalisis
data, mencocokan data, membuat diagnosis keperawatan sesuai dengan
Masalah berhubungan dengan Penyebab ditandai dengan Tanda atau
Gejala.
C. SLKI juga memiliki cara penggunaanya sendiri yaitu dimulai dari melihat
daftar tautan SDKI-SLKI, lalu mencari daftar luaran keperawatan, dan
menuliskannya sesuai dengan kasus.
D. SIKI, cara penggunaan sama dengan SLKI yaitu mencari terlebih dahulu
daftar tautan SDKI-SIKI lalu mencari daftar intervensi keperawatan dan
menuliskannya sesuai dengan kasus yang tertera.
E. Penggunaan 3S memiliki cara penggunaan yang relatif mudah, karena
pada SLKI dan SIKI sudah memiliki tautan yang terhubung dengan SDKI,
sehingga memudahkan perawat dalam mencari yang diinginkan sesuai
kasus.

Latihan

Petunjuk: Bacalah setiap butir soal berikut ini dengan cermat dan kerjakanlah
terlebih dahulu butir soal yang menurut mahasiswa relatif lebih mudah.
Usahakanlah untuk mengerjakan semua butir soal Test Formatif. Waktu yang
disediakan adalah 5 menit. Apabila masih tersisa waktu, periksalah kembali
lembar jawaban, apakah masih ada butir soal yang belum terjawab. Selamat
mengerjakan test formatif ini semoga Anda sukses.

1. Dalam diagnosis keperawatan SDKI, diagnosis yang menggambarkan


bagaimana respon pasien terhadap penyakit medis atau kejadian hidup
yang merupakan akar dari masalah kesehatan mereka merupakan wujud
dari diagnosis apa?
a. Diagnosis Risiko
b. Diagnosis Aktual
c. Diagnosis Masalah
d. Diagnosis Promosi Kesehatan
e. Diagnosis Keperawatan
2. Terdapat kasus, seorang bapak berusia 50 tahun, pada masa kuliah hingga
sampai sekarang ia suka sekali merokok, keluarganya pun sudah menegur
ia berapa kali namun bapak tersebut tetap acuh. Semakin lama, ia berpikir
bahwa semakin usianya tua kesehatannya pun akan mengalami masalah,
pada saat itu bapak tersebut berpikir bahwa ia akan berhenti melakukan
kebiasaan merokoknya. Dalam kasus tersebut, apakah diagnosis yang
paling sesuai dengan keinginan bapak tersebut?
a. Diagnosis Risiko
b. Diagnosis Aktual
c. Diagnosis Promosi Kesehatan
d. Interaksi Sosial
e. Diagnosis Negatif
3. Seorang perempuan umur 60 tahun datang ke klinik dengan keluhan
tengkuknya terasa berat dan kepalanya nyeri, mata berkunang-kunang,
vertigo dan muntah- muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik di
dapatkan tekanan darah 160/95 mmHg. Klien sudah enam tahun menderita
hipertensi dan biasanya terkontrol, tetapi beberapa minggu ini, tidak
minum obat karena beranggapan sudah sembuh. Apa masalah keperawatan
utama dari kasus di atas?
a. Ansietas
b. Nyeri akut
c. Penurunan curah jantung
d. Intoleransi aktivitas
e. Defisite nutrisi
4. Seorang gadis usia 23 tahun, datang ke poli kandungan mengeluh cemas
karena sering mengalami keputihan, gatal, berbau dan panas. dari hasil
pemeriksaan didapatkan hasil frekuensi Nadi: 80x/menit, S: 36,6 derajat
Celcius, frekuensi pernapasan: 20x/menit, TD:110/70 mmHg. Apakah
intervensi keperawatan yang paling tepat pada kasus tersebut?
a. Ajarkan klien cara membersihkan Vagina dengan menggunkan larutan
antiseptik
b. Anjurkan Klien untuk selalu pakai pantilener
c. Anjurkan klien untuk selalu cebok dengan air sabun
d. Jelaskan penyebab keputihan dan cara pencegahannya
e. Anjurkan klien untuk tidak makan makanan yang bergetah
seperti nanas
5. Seorang pasien Laki-laki berumur 56 tahun, baru dikirim ke ruang
penyakit dalam dengan diagnosis Gagal Jantung Kongestif. Hasil
wawancara didapatkan pasien mengeluh sesak nafas jika tidur terlentang,
sering terbangun malam hari karena tiba-tiba terasa sesak saat tidur. Pada
hasil pemeriksaan didaptkan frekuensi napas 32 x/menit. Hasil
pemeriksaan penunjang CTR 54%, di edema pada tungkai. Apakah
tindakan mandiri untuk mengatasi keluhan pasien diatas?
a. Memberikan oksigen dengan nasal kanul
b. Mengajarkan napas dalam
c. Meninggikan posisi kepala tempat tidur
d. Menjelaskan perlunya pembatasan minum
e. Mengukur balance cairan secara berkala

Tugas
Berikut ini adalah tugas-tugas mahasiswa yang harus diselesaikan. Mahasiswa
diminta mengerjakan berdasarkan RTM 10, sesuai dengan di elearning universitas.
Semoga Anda berhasil!

Setelah mengerjakan tugas tersebut, bagaimana dengan jawaban Anda?


Apakah sudah merasa yakin bawah yang dikerjakan telah benar. Jika belum,
cobalah pelajari kembali materi yang masih kurang di pahami dan jangan lupa
kerjakan soal tugas yang belum selesai di kerjakan. Apabila semua soal tugas
sudah selesai dikerjakan, diskusikan dengan teman atau fasilitator ketika bertatap
muka.

Apabila belum sepenuhnya berhasil atau belum mencapai 80% benar,


sebaiknya pelajari kembali materi pembelajaran Modul 9 terutama materi
pembelajaran yang belum di pahami. Setelah itu, cobalah kerjakan kembali soal
tugas Modul 9. Semoga kali ini mahasiswa dapat menyelesaikannya dengan benar.
Jika sudah yakin dan percaya pada pembelajaran di Modul 9, mahasiswa dapat
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Modul 10. Selamat belajar
dan sukses mempelajari materi pembelajaran Modul 10.

Kunci Jawaban Latihan Soal Formatif

1. B
2. C
3. C
4. D
5. C

Daftar Pustaka

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis


Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care 11 th Ed. St. Louis:
Elsevier.

Berman, A., Synder, S. & Fradsen, G. (2015). Kozier & Erbs’s Fundamentals of
Nursing: Concept, Process, and Practice. 10th ed. USA: Pearson Education
Inc.
Carpenito, L. J. (2013). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice. 14th
Ed. Philadelphia. Wolter Kluwer-Lippincott Williams & Wilkins.

Doenges, M, & Moorhouse, M. F. & Murr, A. C. (2013). Nursing diagnosis


manual: planning, individualizing, and documenting client care.
Philadelphia: F. A. Davis Company.

Kurnia Putri, D., & Devi Ardiani, N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA DALAM TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA BARU.

Potter & Perry. (2013). Fundamentals of Nursing. 8th Ed. St. Louis, Missouri:
Mosby Elsevier.

Purnamasari, I., Raharyani, A. E., & Karim, Y. (2023). In House Training 3S


(SDKI. SLKI, SIKI) to Improve Nurses’ Knowledge of 3S-Based Nursing
Care. Indonesian Journal of Global Health Research, 5(1), 35–42.
https://doi.org/10.37287/ijghr.v5i1.1482

Rezkiki, F., Evi, N., Jafone, F. A., Aysha, A., Program, D., Ners, S. P., Kesehatan,
F., Fort, U., Kock, D., Studi, M. P., & Ners, P. (2022). PENERAPAN 3S
(SDKI, SIKI, SLKI) DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG
RAWAT INAP RSUD M. NATSIR SOLOK. In Empowering Society
Journalol. xx, No. xx (Vol. 3, Issue 1).

Siswanto, Hariyati, R. T. S., & Sukihananto. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN. Jurnal
Keperawatan Indonesia , 16(2), 77–84.

Sudaryati, S., Afriani, T., Hariyati, Rr. T., Herawati, R., & Yunita, Y. (2022).
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Efektif Meningkatkan Kemampuan
Perawat dalam Melakukan Dokumentasi Keperawatan Sesuai Standar 3s
(SDKI, SLKI, SIKI). Jurnal Keperawatan Silampari, 5(2), 823–830.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i2.3461

Glosarium
Analgetik : Golongan obat untuk meredakan
rasa nyeri

ICNP (International Nurses Council International Classification for Nursing


Practice) : Mengklasifikasikan data pasien dan
aktivitas klinis dalam domain keperawatan dan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan yang ditujukan untuk
meningkatkan status kesehatan dan penyampaian layanan kesehatan.

International Council of Nurses (ICN) : Sebuah lembaga internasional yang


memiliki misi sebagai wadah keperawatan di seluruh dunia, memajukan profesi
keperawatan, mempromosikan kesejahteraan perawat, dan mengadvokasi
kesehatan dalam semua kebijakan.

Indikator Diagnostis : Sebuah komponen dalam tanda atau


gejala dalam menentukan data.

Label : Salah satu bagian dari suatu produk


berupa keterangan baik gambar maupun kata-kata yang berfungsi sebagai sumber
informasi

Neurosensori : Ilmu bagian dari neuroscience yang


merupakan dan berdasarkan tumbuh kembang rifleks dan gerak gerak rifleks
primitif pada masa golden age.

Observasi : Kegiatan pemantauan dengan


secara langsung tatap muka atau bertemu langsung.

Proteksi : Perlindungan

Staf : Seseorang yang bekerja di sebuah


perkantoran atau yang lainnya yang memiliki tanggung jawab serta diakui dalam
pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai