Anda di halaman 1dari 17

Laporan hasil penelitihan pemerkisaan diagonasa

Univeresitas kristen satya wacana uksw .edu

Di susun oleh Asai wasini


Nim 462021408
Prodi S1 ilmu keperawatan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Panduan dan Daftar Lengkap


Diagnosis
By: Asai wasini
Nugraha Fauzi
Date:

Desember 07 ,2022
Related stories

Celebrity
Silicon Valley Stunned by the Fulminant Slashed Investments

Celebrity
The Next Wave of Superheroes Has Arrived with Astonishing Speed
Celebrity
Watch Awesome Kate Halle Go Full Wiming Pro in the Bahamas

Celebrity
The Weirdest Places Ashes Have Been Scattered in New Zeeland

Celebrity
The Car Insurance Catch that can Double Your Cover in Two Months
spot_img
Pengertian Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,


keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Nah, sebagai seorang perawat, kita diharapkan untuk memiliki rentang perhatian yang
luas terhadap berbagai respon yang dilakukan oleh klien, baik pada saat klien sakit
maupun sehat.

Respon-respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan proses


kehidupan yang dialami klien. Sehingga, diharapkan perawat mampu menangkap dan
berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut.

Masalah kesehatan mengacu pada kepada respon klien terhadap kondisi sehat-sakit,
sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien terhadap kondisi yang
terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang
ajal dan meninggal yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau
diubah dengan intervensi keperawatan . (Referensi : Christensen & Kenney, 2009;
McFarland & McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

Klasifikasi Diagnosis Keperawatan


International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu
sistem klasifikasi yang disebut dengan International Classification for Nursing Practice
(ICNP).

Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome)
keperawatan saja.

Lebih dari itu, sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi-
terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai negara diantaranya seperti ;

Clinical Care Classification (CCC),


North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
Home Health Care Classification (HHCC),
Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT),
International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF),
Nursing Diagnosis System of the Centre for Nursing Development and Research
(ZEFP)
Omaha System.
(Referensi : Hardiker et al, 2011, Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen, 1998)

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi 5 kategori, yaitu Fisiologis, Psikologis,


Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake & Coenen, 1998).

Kategori dan subkategori tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kategori diagnosis keperawatan ICNP


Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis
Positif.

1. Diagnosis Positif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih
sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan istilah Diagnosis Promosi
Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).

2. Diagnosis Negatif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga
penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang
bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.

Diagnosis ini terdiri dari Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.

Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam diagnosis tersebut diatas


(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).

A. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.

Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien secara
langsung.

B. Diagnosis Resiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan tanda/gejala mayor ataupun
minor pada klien, namun klien akan memiliki faktor resiko terkait masalah kesehatan
yang mungkin akan dialaminya dikemudian hari.

C. Diagnosis Promosi Kesehatan


Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.

Komponen Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan memiliki 2 kompinen utama, yaitu Masalah (Problem) atau
Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik.

1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari
respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.

Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas dan Fokus Diagnostik.

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis


terjadi. Beberapa deskriptor yang digunakan dalam diagnosis keperawatan diuraikan
melalui gambar dibawah ini.

2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko dengan
uraian sebagai berikut.

a. Penyebab (Etiology)
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. Etiologi ini
dapat mencakup 4 kategori, yaitu;

Fisiologis, Biologis atau Psikologis,


Efek Terapi/Tindakan,
Situasional (lingkungan atau personal)
Maturasional
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik. Sedangkan gejala merupakan data
subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis atau pengkajian.

Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:

Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk validasi diagnosis.


Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung
penegakan diagnosis.
c. Faktor Resiko (Risk Factor)
Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien dalam
mengalami masalah kesehatan atau proses kehidupannya. Indikator diagnosis ini akan
berbeda-beda pada masing-masing macam jenis diagnosis.

Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri dari penyebab dan tanda/gejala.
Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, melainkan hanya
faktor resiko saja.
Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala yang menunjukan
kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.
Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan
Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses yang sistematis
yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data, identifikasi masalah dan perumusan
diagnosis.

Untuk perawat profesional yang telah berpengalaman, proses ini dapat dilakukan
secara simultan. Namun untuk perawat yang belum memiliki pengalaman yang
memadai, setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan untuk melakukan proses
penegakan diagnosis secara sistematis.
Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut;

1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah Analisis data
yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini.

a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan


Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai normal dan
identifikasi tanda/gejala yang bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun tanda/gejala
minor.

b. Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan
dasar yang meliputi;

respirasi,
sirkulasi,
nutri/cairan,
eliminasi,
aktivitas/istirahat,
neurosensori,
reproduksi/seksualitas,
nyeri/kenyamanan,
integritas ego,
pertumbuhan/perkembangan,
kebersihan diri,
penyuluhan/pembelajaran
interaksi sosial, dan
keamanan/proteksi.
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara induktif, dengan memilah
dara sehingga membentuk sebuah pola, atau secara deduktif, menggunakan kategori
pola kemudian mengelompokan data sesuai kategorinya.

2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah,
mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan.

Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis keperawatan yang
sebelumnya telah dibahas diatas.

3. Perumusan Diagnosis Keperawatan


Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis
keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu;

a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)


Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala dan hanya
dilakukan pada diagnosis aktual saja.

Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah sebagai berikut:

Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan dengan’ dapat
disingkat d.d.

Contoh Penulisan:

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dispnea dan gelisah.

b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)


Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis promosi
kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

(1) Diagnosis Resiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko

Contoh Penulisan:

Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

(2) Diagnosis Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Contoh Penulisan:

Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien mengatakan ingin


meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal.

Daftar Diagnosis Keperawatan sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Ansietas : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Berat Badan Lebih : Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak sesuai
dengan usia dan jenis kelamin.
Berduka : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien sebagai akibat dari
kehilangan, baik kehilangan orang, objek, fungsi, bagian tubuh atau hubungan.
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Defisit Kesehatan Komunitas : Terdapat masalah kesehatan atau faktor risiko yang
dapat menganggu kesejahteraan pada suatu kelompok.
Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan metabolisme.
Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri.
Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak berbentuk.
Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
Disfungsi Seksual
Disorganisasi Perilaku Bayi
Disrefleksia Otonom
Distres Spiritual
Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan Identitas
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Gangguan Interaksi Sosial
Gangguan Komunikasi Verbal
Gangguan Memori
Gangguan Menelan
Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Persepsi Sensori
Gangguan penyapihan Ventilator
Gangguan Pertukaran Gas
Gangguan Pola Tidur
Gangguan Proses Keluarga
Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan Sirkulasi Spontan
Gangguan Tumbuh Kembang
Gangguan Ventilasi Spontan
Harga Diri Rendah Kronis
Harga Diri Rendah Situasional
Hipervolemia
Hipovolemia
Hipertermia
Hipotermia
Ikterik Neonatus
Inkontinensia Fekal
Inkontinensia Urin Berlanjut
Inkontinensia Urin Berlebih
Inkontinensia Urin Fungsional
Inkontinensia Urin Refleks
Inkontinensia Urin Stres
Inkontinensia Urin Urgensi
Intoleransi Aktivitas
Isolasi Sosial
Keletihan
Keputusasaan
Ketegangan Peran Pemberi Asuhan
Ketidakberdayaan
Ketidakmampuan Koping Keluarga
Ketidaknyamanan Pasca Partum
Ketidakpatuhan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin
Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
Kesiapan Peningkatan Konsep Diri
Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua
Kesiapan Peningkatan Nutrisi
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga
Kesiapan Peningkatan Tidur
Kesiapan Persalinan
Konfusi Akut
Konfusi Kronis
Konstipasi
Koping Defensif
Koping Komunitas Tidak Efektif
Koping Tidak Efektif
Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
Menyusui Efektif
Menyusui Tidak Efektif
Nausea
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Nyeri Melahirkan
Obesitas
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Penampilan Peran Tidak Efektif
Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
Penurunan Curah Jantung
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Penurunan Koping Keluarga
Penyangkalan Tidak Efektif
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
Perilaku Kekerasan
Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah
Pola Nafas Tidak Efektif
Pola Seksual Tidak Efektif
Resiko Alergi
Resiko Aspirasi
Resiko Berat Badan Lebih
Resiko Bunuh Diri
Resiko Cedera
Resiko Cedera Pada Ibu
Resiko Cedera Pada Janin
Resiko Defisit Nutrisi
Resiko Disfungsi Motilitas Gastroontestinal
Resiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
Resiko Disfungsi Seksual
Resiko Disorganisasi Perilaku Bayi
Resiko Distres Spiritual
Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Resiko Gangguan Perkembangan
Resiko Gangguan Perlekatan
Resiko Gangguan Pertumbuhan
Resiko Gangguan Sirkulasi Spontan
Resiko Harga Diri Rendah Kronis
Resiko Harga Diri Rendah Situasional
Resiko Hipotermia Perioperatif
Resiko Hipovolemia
Resiko Hipovolemia
Resiko Ikterik Neonatus
Resiko Infeksi
Resiko Intoleransi Aktivitas
Resiko Inkontinensia Urin Urgensi
Resiko Jatuh
Resiko Kehamilan Tidak Dikehendaki
Resiko Ketidakberdayaan
Resiko Ketidakseimbangan Cairan
Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Resiko Konfusi Akut
Resiko Konstipasi
Resiko Luka Tekan
Resiko Mutilasi Diri
Resiko Penurunan Curah Jantung
Resiko Perdarahan
Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Resiko Perilaku Kekerasan
Resiko Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah
Resiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif
Resiko Syok
Resiko Termoregulasi Tidak Efektif
Retensi Urin
Sindrom Pasca Trauma
Termoregulasi Tidak Efektif
Waham
Referensi:

PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., &
Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-Based Guide
to Planning Care. Mosby.
Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott Williams &
Wilkins.
TAGSDiagnosa Keperawatan
Nugraha Fauzi
Nugraha Fauzi
Nugraha Fauzi is a nursing author, digital marketer and web master, starting out
writing for different types of publications such as articles, ebooks and even nursing
journals.
Subscribe
- Never miss a story with notifications

- Gain full access to our premium content

- Browse free from up to 5 devices at once


Hari/ Data Fokus Problem Etiologi Symptoms
Tanggal
DS:
 Klien Gangguan Penurunan Fisik lemah,
mengatakan mobilitas fisik kekuatan otot kekuatan otot
bahwa kaki ( D.0054) menurun,
sebelah kiri sendi kaku,
lemah, merasa Kaki sebelah gerakan
lemas, jika kiri terbatas,
duduk dan lemah, merasa tekanan darah
hendak berdiri lemas. tinggi dan
tiba-tiba bisa tonus otot
jatuh sendiri ekstremitas
karena kakinya Tonus otot bawah kiri
tidak kuat ekstremitas mengalami
menahan bawah kiri penurunan
tubuhnya. mengalami
 Klien penurunan
mengatakan
kakinya terasa
gringing- Penurunan
gringing. kekuatan otot
 Klien
mengatakan
bahwa jika sakit
batuk, atau pilek
klien tidak selalu
berobat ke
Puskesmas atau
rumah sakit
tetapi minum
jamu atau obat
warung,
terkecuali kakiya
yang
sempoyongan,
klien langsung
memeriksakan
diri ke dokter.
 Klien
mengatakan
pernah dirawat
di RST DR.
Asmir satu tahun
yang lalu, karena
gejala yang
sama, yaitu
kelemahan di
kaki bagian kiri.
 Klien
mengatakan
memiliki riwayat
tekanan darah
tinggi
sebelumnya

DO:
 Klien tampak
lemas
 Membrane
mukosa pucat
 Tonus otot
ekstremitas
bawah kiri
mengalami
penurunan
 Tanda-tanda
vital
 TD: 180/90
mmHg
 N: 67x/menit
 RR: 20x/menit
 Suhu: 36,2℃
 SPO2: 98%
 GDS: 101 g/dL

Anda mungkin juga menyukai