Anda di halaman 1dari 57

Dokumentasi

Keperawatan

17- nov - 2021


Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian
Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian
PENGERTIAN DOKUMENTASI PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien,
membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang
respons kesehatan pasien.
Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang logis akan
mengarah dan mendukung pada identifikasi masalah-masalah pasien.
Masalah-masalah ini dengan menggunakan data pengkajian sebagai dasar
formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan.
Dokumentasi Pengkajian
TUJUAN
Metode dokumentasi dalam pengkajian keperawatan bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan, mengorganisir, dan mencatat data yang menjelaskan
respon manusia yang mempengaruhi pola-pola kesehatan pasien.
2. Hasil dokumentsi pengkajian akan menjadi dasar penulisan rencana asuhan
keperawatan
3. Memberikan keyakinan tentang informasi dasar tentang kesehatan pasien
untuk dijadikan referensi status kesehatannya saat ini atau yang lalu
4. Memberikan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dokumentasi Pengkajian
JENIS DOKUMENTASI PENGKAJIAN
Dalam melaksanakan dokumentasi pada tahap pengkajian perlu diketahui bahwa jenis
dokumentasi keperawatan meliputi:
1. Dokumentasi pada saat pengkajian awal (InitialAssessment)
Dokumentasi yang dibuat ketika pasien pertama kali masuk rumah sakit. Data yang dikaji pada pasien
berupa data awal yang digunakan sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Dokumentasi pengkajian lanjutan (Ongoing Assessment)
Data pada dokumentasi ini merupakan pengembangan dasar yang dilakukan untuk melengkapi pengkajian
awal dengan tujuan semua data menjadi lengkap sehingga mendukung infromasi tentang permasalahan
kesehatan pasien. Hasil pengkajian ini dimasukkan dalam catatan perkembangan terintegrasi pasien atau
pada lembar data penunjang.
3. Dokumentasi pengkajian ulang (Reassessment)
Dokumentasi ini merupakan pencatatan terhadap hasil pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi. Perawat mengevauasi kemajuan data terhadap pasien yang sudah ditentukan.
Dokumentasi Pengkajian
JENIS DATA PADA PENGKAJIAN
Dalam pengkajian keperawatan terdapat jenis data yang dapat diperoleh, yaitu:
1. Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien dengan Teknik wawancara,
keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya serta Riwayat keperawatan. Data ini
berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien terhadap status kesehatannya.
2. Data Objektif
Informasi data objektif diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
penunjang dan hasil laboratorium. Fokus dari pengkajian data objektif berupa status
kesehatan, pola koping, fungsi status respons pasien terhadap terapi, risiko untuk masalah
potensial, dukungan terhadap pasien. Karakteristik data yang diperoleh dari hasil pengkajian
seharusnya memiliki karakteristik yang lengkap, akurat, nyata dan relevan. Data yang lengkap
mampu mengidentifikasi semua masalah keperawatan pada pasien.
METODE MEMPEROLEH DATA
Untuk memperoleh data pada tahap pengkajian metode yang dapat digunakan perawat
adalah:
1. Komunikasi Efektif.
Komunikasi dalam pengkajian keperawatan lebih dikenal dengan komunikasi terapeutik
yang merupakan upaya mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Untuk dapat memperoleh data yang akurat perawat perlu menjadi pendengar aktif terhadap
keluhan pasien, adapun unsur yang menjadi pendengar yang aktif adalah dengan
mengurangi hambatan dalam berkomunikasi, memperhatikan keluhan yang disampaikan
oleh pasien dan menghubungkannya dengan keluhan yang dialami oleh pasien,
mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikeluhkan pasien, memberikan
kesempatan pasien untuk menyelesaikan pembicaraannya, bersikap empati dan hindari
untuk interupsi, berikan perhatian penuh pada saat berbicara dengan pasien.
Data yang lengkap. Data yang lengkap memerlukan upaya pengkajian yang fokus dan lebih
komprehensif. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar data yang diperoleh menjadi
data yang baik adalah menjaga kerahasiaan pasien, memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan wawancara, pertahankan kontak mata serta mengusahakan agar saat pengkajian
tidak tergesa-gesa.
2. Observasi
Observasi merupakan tahap kedua dari pengumpulan data. Pada
pengumpulan data ini perawat mengamati perilaku dan melakukan observasi
perkembangan kondisi kesehatan pasien. Kegiatan observasi meliputi sight,
smell, hearing, feeling, dan taste. Kegiatan tersebut mencakup aspek fisik,
mental, sosial dan spiritual.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan dengan wawancara, yang menjadi
fokus perawat pada pemeriksaan ini adalah kemampuan fungsional pasien.
Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan status kesehatan
pasien, mengidentifikasi masalah kesehatan dan mengambil data dasar
untuk menentukan rencana tindakan perawatan.
Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Pengertian Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan.
Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam mengumpulkan data-data saat melakukan
pengkajian keperawatan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan
penyakit dalam diagnosa medis.
Apabila perawat menegakan diagnosa keperawatan maka dokter menegakan diagnosa medik, tabel dibawah
ini menunjukan perbedaan antara diagnosa medis dan diagnosa keperawatan
DX MEDIS DX KEPERAWATAN
Fokus: Faktor-faktor pengobatan penyakit. Fokus: reaksi/respons kIien terhadap tindakan
keperawatan dan tindakan medis/lainnya
Orientasi: keadaan patologis. Orientasi: kebutuhan dasar individu.
Cenderung tetap, mulai sakit sampai sembuh Berubah sesuai perubahan respons klien
Mengarah pada tindakan medis yang sebagian dilimpahkan Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam
kepada perawat. melaksanakan tindakan dan evaluasinya.
Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dokumentasi Diagnosa Metode Dokumentasi Diagnosa
Keperawatan Keperawatan
Tujuan dokumentasi diagnosa keperawatan adalah: Metode dokumentasi diagnosa keperawatan meliputi:
1. Menyampaikan masalah klien dalam istilah yang dapat 1. Tuliskan masalah/problem pasien atau perubahan status
dimengerti semua perawat kesehatan pasien
2. Masalah yang dialami pasien didahului adanya penyebab
2. Mengenali masalah-masalah utama klien pada dan keduanya dihubungkan dengan kata "sehubungan
pengkajian dengan atau berhubungan dengan“
3. Mengetahui perkembangan keperawatan 3. Setelah masalah (problem) dan penyebab (etiologi),
4. Mengetahui Masalah dimana dan respons klien kemudian diikuti dengan tanda dan gejala (symptom) yang
terhadap status kesehatan atau penyakit dihubungkan dengan kata "ditandai dengan“
4. Tulis istilah atau kata-kata yang umum digunakan
5. Mengetahui Faktor-faktor yang menunjang atau
5. Gunakan bahasa yang tidak memvonis
menyebabkan suatu masalah (etiologi)
6. Menilai Kemampuan klien untuk mencegah atau
menyelesaikan masalah
Diagnosa Keperawatan
Pengertian
Diagnosis KeperawataN
Diagnosis Keperawatan adalah
suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah
Kesehatan, atau proses
kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual
maupun potensial.

Diagnosis keperawatan ini


bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan
kesehatan.
Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan Diagnosis Positif.

1. Diagnosis Negatif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.

Diagnosis ini terdiri dari Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.

2. Diagnosis Positif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga
dengan istilah Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).

Aktual
Negatif
Resiko.
Diagnosis keperawatan
Positif Promosi Kesehatan
Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam diagnosis tersebut
(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013)

A. Diagnosis Aktual - Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.Tanda atau
gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada klien secara langsung.

B. Diagnosis Resiko - Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami masalah
kesehatan.Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan tanda/gejala mayor
ataupun minor pada klien, namun klien akan memiliki faktor resiko terkait masalah
kesehatan yang mungkin akan dialaminya dikemudian hari.

C. Diagnosis Promosi Kesehatan - Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan


motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau
optimal.
CONTOH Diagnosis Aktual DAN Resiko
D.0008 Penurunan Curah Jantung. Gejalan dan Tanda Mayor Objektif :
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk Perubahan irama jantung :
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. – Bradikardial / Takikardia.
– Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi.
Penyebab : Perubahan preload :
1. Perubahan irama jantung. – Edema, Distensi vena jugularis,
2. Perubahan frekuensi jantung. – Central venous pressure (CVP)
3. Perubahan kontraktilitas. meningkat/menurun,
4. Perubahan preload. – Hepatomegali.
5. Perubahan afterload. Perubahan afterload.
– Tekanan darah meningkat / menurun.
Gejalan dan Tanda Mayor Subjektif : – Nadi perifer teraba lemah.
1. Perubahan irama jantung : Palpitasi. – Capillary refill time > 3 detik, Oliguria.
2. Perubahan preload : lelah. – Warna kulit pucat dan / atau sianosis.
3. Perubahan afterload : Dispnea. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal nocturnal dyspnea – Terdengar suara jantung S3 dan /atau S4.
(PND); Ortopnea; Batuk. – Ejection fraction (EF) menuru

Kondisi Klinis Terkait :Gagal jantung kongestif., Sindrom koroner akut.,Stenosis mitral., Regurgitasi mitral., Stenosis
aorta., Regurgitasi aorta., Stenosis pulmonal., Regurgitasi trikuspidal., Stenosis pulmonal.,REgurgitasi pulmonal.
CONTOH Diagnosis Aktual DAN Resiko
D.0008 Penurunan Curah Jantung. Gejalan dan Tanda Mayor Objektif :
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk Perubahan irama jantung :
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. – Bradikardial / Takikardia.
– Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi.
D.0011 Risiko Penurunan Curah Jantung.
Penyebab : Perubahan preload :
1. Perubahan irama jantung. – Edema,
Definisi Distensi
: Berisiko vena jugularis,
mengalami pemompaan jantung yang tidak
2. Perubahan frekuensi jantung. – Central
adekuat untuk venous
memenuhi pressure (CVP) metabolisme tubuh.
kebutuhan
3. Perubahan kontraktilitas. meningkat/menurun,
Faktor Risiko :
4. Perubahan preload. – Hepatomegali.
5. Perubahan afterload. 1. Perubahan
Perubahanafterload.
afterload.
– Tekananfrekuensi
2. Perubahan darah meningkat
jantung./ menurun.
Gejalan dan Tanda Mayor Subjektif : – Nadi perifer
3. Perubahan irama teraba lemah.
jantung.
1. Perubahan irama jantung : Palpitasi. – Capillarykontraktilitas.
4. Perubahan refill time > 3 detik, Oliguria.
2. Perubahan preload : lelah. – Warna kulit
5. Perubahan pucat dan / atau sianosis.
preload.
3. Perubahan afterload : Dispnea. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal nocturnal dyspnea Kondisi Klinis Terkait.
– Terdengar suara jantung S3 dan /atau S4.
(PND); Ortopnea; Batuk. – Ejection
1. Gagal jantungfraction (EF) menuru
kongestif
2. Sindrom koroner akut.
Kondisi Klinis Terkait :Gagal jantung kongestif., Sindrom koroner
3. akut. ,Stenosis
Gangguan katup , Regurgitasi
jantung
mitral. (stenosismitral. , Stenosis
/ regirgitasi aorta,
pulmonalis, trikuspidalis, atau mitralis).
aorta., Regurgitasi aorta., Stenosis pulmonal., Regurgitasi trikuspidal., Stenosis pulmonal.,REgurgitasi pulmonal.
4. Atrial / ventricular septal defect.
5. Aritmia.
Komponen Diagnosis Keperawatan Deskriptor Fokus Diagnostik
Tidak efektif Bersihan jalan napas
1. Masalah (problem): label diagnosis keperawatan,
yang menggambarkan inti dari respons klien terhadap Gangguan Pertukaran gas
kondisi kesehatan atau proses kehidupannya, yang Penurunan Curah jantung
terdiri dari deskriptor atau penjelasan dan fokus diagnostik. Intoleransi Aktivitas
Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan Deficit Pengetahuan
bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.

2. Indikator Diagnostik
Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda dan gejala, dan faktor risiko.
•Penyebab (etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
•Tanda (sign) dan gejala (symptom) merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan gejala data objektif yang diperoleh dari hasil
anamnesis. – Tanda dan gejala Mayor dan Minor
•Faktor risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien
mengalami masalah kesehatan.
Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan
Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses
yang sistematis yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data,
identifikasi masalah dan perumusan diagnosis.
Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut;
1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah Analisis data yang dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut ini.
a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan

Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai normal dan identifikasi tanda/gejala
yang bermakna, baik tanda/gejala mayor ataupun tanda/gejala minor.

b. Kelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan dasar yang meliputi; -
lanjutan di next slide…
b. Kelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan dasar yang meliputi;
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik
1. respirasi, secara induktif, dengan memilah data sehingga
2. sirkulasi, membentuk sebuah pola, atau
3. nutri/cairan, secara deduktif, menggunakan kategori pola kemudian
4. eliminasi, mengelompokan data sesuai kategorinya.
5. aktivitas/istirahat,
6. neurosensori,
7. reproduksi/seksualitas, Contoh : Seorang anak usia 2 tahun datang ke
8. nyeri/kenyamanan, rumah sakit dengan keluhan buang air besar
9. integritas ego, encer 6 kali sehari, muntah 2 kali, dan badan
10. pertumbuhan/perkembangan, lemas. Dari pemeriksaan lanjutan, didapati
11. kebersihan diri, tanda tanda ; mata terlihat cekung, bibir kering,
12. penyuluhan/pembelajaran kulit sekitar anus berwarnah merah, serta
13. interaksi sosial, dan
mengalami penurunan bb dari 9 kg ke 8 kg,
suhu badan 38*c, dan nadi 120x/menit
14. keamanan/proteksi.
2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi masalah, mana masalah
yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan.

Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis keperawatan yang sebelumnya telah
dibahas diatas.

Contoh : Seorang anak usia 2 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan buang air
besar encer 6 kali sehari, muntah 2 kali, dan badan lemas. Dari pemeriksaan lanjutan,
didapati tanda tanda ; mata terlihat cekung, bibir kering, kulit sekitar anus berwarnah
merah, serta mengalami penurunan bb dari 9 kg ke 8 kg, suhu badan 38*c, dan nadi
120x/menit
Gejala dan Tanda Mayor
D.0020 Diare.Definisi:Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak terbentuk
Subjektif(tidak tersedia)
Penyebab
Objektif
Fisiologis
Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
1. Inflamasi gastrointestinal
Feses lembek atau cair
2. Iritasi gastrointestinal •Terpapar kontaminan dantoksin
3. Proses infeksi Gejala dan Tanda Minor
4. Malabsorsi •Penyalahgunaan laksatif
Subjektif
•Penyalahgunaan zat
Psikologis
•Program pengobatan (Agen tiroid, analgesik, Urgency
1. Kecemasan
pelunak feses, ferosultat, antasida, cimetidine Nyeri/kram abdomen
2. Tinkat stres tinggi dan antibiotik)
3. Situasional Objektif
•Perubahan air dan makanan
Frekuensi peristaltik meningkat
•Bakteri pada air
Bising usus hiperaktif

Contoh : Seorang anak usia 2 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan buang air besar encer
6 kali sehari, muntah 2 kali, dan badan lemas. Dari pemeriksaan lanjutan, didapati tanda tanda ;
mata terlihat cekung, bibir kering, kulit sekitar anus berwarnah merah, serta mengalami
penurunan bb dari 9 kg ke 8 kg, suhu badan 38*c, dan nadi 120x/menit
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis keperawatannya. Terdapat 2 metode
perumusan diagnosis, yaitu;

a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)

b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)


a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format) -- Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala
dan hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja. Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah
sebagai berikut:

Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala


Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan dengan’ dapat disingkat d.d.

Contoh Penulisan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dispnea dan gelisah.

b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format) -- Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis
promosi kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

(1) Diagnosis Resiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko


Contoh Penulisan: Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

(2) Diagnosis Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala


Contoh Penulisan:Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien mengatakan ingin meningkatkan
eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal.
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala

D.0020 Diare.Definisi:Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak terbentuk


Penyebab
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorsi
Psikologis
1. Kecemasan
2. Tinkat stres tinggi
3. Situasional

Contoh : Seorang anak usia 2 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan buang air besar encer
6 kali sehari, muntah 2 kali, dan badan lemas. Dari pemeriksaan lanjutan, didapati tanda tanda ;
mata terlihat cekung, bibir kering, kulit sekitar anus berwarnah merah, serta mengalami
penurunan bb dari 9 kg ke 8 kg, suhu badan 38*c, dan nadi 120x/menit
TIPS KERJAKAN SOAL ASKEP !!!!!
JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN PENGALAMAN PRIBADI DALAM
MENJAWAB - GUNAKAN JAWABAN BERDASARKAN TEORI
 SOAL biasanya berisi kasus klinis. Perhatikan 3 hal penting: keluhan utama yang ditampilkan, data klinis yang
disajikan dan tempat pelayanan yang terjadi dalam kasus tersebut. Kemampuan menghubungkan 3 hal penting
tersebut dapat membantu mengarahkan untuk mengelimininasi empat pengecoh (distractor) dan mencari satu
pilihan jawaban yang paling tepat

 Perhatikan kata-kata kunci dalam pertanyaan, seperti diagnosa prioritas atau prioritas diagnosa, prioritas
tindakan, tindakan terpenting atau tindakan prioritas. Bentuk lain bisa berupa kata-kata seperti tindakan
pertama, tindakan awal, tindakan segera, segera, awalnya, pertama, atau prioritas. Kata-kata kunci ini adalah
modal untuk fokus memilih jawaban yang semua tampak benar.

 Prinsip umum adalah sesuai dengan teori keperawatan (bio-psiko-sosial-spriritual) dari klien yang
digambarkan dalam soal. Prinsip ini bergantung juga pada banyak hal, misalnya setting pelayanan. - Bila setting
atau lokasi kejadian kasus berupa kegawatdaruratan, maka cara umum memilih prioritas berdasarkan masalah
ABC (airway, breathing, circulation). Perkecualian pendekatan ABC untuk algoritma Bantuan Hidup Dasar yang
CAB, berdasarkan katagori triase yang berlaku (merah, kuning, atau hijau) atau masalah ethik keperawatan.
.
Bila kejadian kasus dalam SOAL di ruang rawat atau non gawat darurat, hirarki kebutuhan Maslow (fisiologis, rasa
aman, kasih sayang hingga aktualisasi diri) dapat dijadikan acuan memilih jawaban yang benar. Dalam memilih
kebutuhan fisiologis (berlaku juga dalam setting gawat darurat) juga terdapat prioritas yang harus ditetapkan

Prioritas utama atau terpenting.

 Misalnya adalah diagnosa, maka pilihlah yang paling penting, paling mengancam kehidupan.

 Intervensi juga merupakan yang paling penting, berdampak besar dan atau bisa mencegah timbulnya masalah lain.

Prioritas waktu.

 Misalnya adalah tindakan, maka pilihlah sesuai dengan kata kunci yang terdapat dalam pertanyaan.

 Jika ditanyakan prioritas pertama, maka carilah Kunci Jawaban yang menunjukan bahwa tindakan tersebut harus
dilakukan pertama kali sebelum tindakan lain, bahkan yang tindakan terpenting lain memerlukan tindakan
tersebut dilakukan terlebih dahulu.

 Namun jika pertanyaan berokus pada tindakan utama, maka pilihlah hal terpenting yang harus dilakukan sesuai
kebutuhan kasus dalam SOAL
Bagaimana Cara Menentukan Prioritas dari diagnose/masalah/intervensi
Ada 3 (tiga) cara dalam membuat prioritas masalah, meliputi;
1. Menggunakan prinsip Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
2. Menggunakan prinsip Gawat Darurat (Gadar)
3. Menggunakan priinsip data terbanyak.
I. Menggunakan prinsip Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)Untuk merancang prioritas diagnosa keperawatan, sangat
dibutuhkan dasar keilmuan yang tepat. Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan dapat digunakan dalam menentukan
prioritas diagnosa keperawatan. Hirarki Maslow mengatur tingkat kebutuhan dasar yang terdiri dari lima tingkat
prioritas.
1.Tingkat yang paling mendasar atau pertama mencakup kebutuhan seperti udara (oksigen), air dan makanan.
2.Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan.
3.Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki.
4.Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri yang mencakup rasa percaya diri,
kebergunaan, pencapaian dan nilai diri.
5.Tingkat paling akhir atau kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri yakni keadaan pencapaian secara
menyeluruh tentang hal-hal yang diinginkan dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah dan
mengatasi situasi kehidupan secara realistik.

Hirarki tentang kebutuhan merupakan cara yang sangat berguna bagi perawat untuk merencanakan kebutuhan klien.
Prioritas diagnosa keperawatan diklasifikasikan menjadi tinggi, menengah atau rendah. Prioritas bergantung pada urgensi
dari masalah. Diagnosa keperawatan yang jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan ancaman bagi klien atau orang
lain mempunyai prioritas tertinggi. Prioritas diagnosa dapat terjadi baik dalam dimensi psikologis maupun
fisiologis. Sebagai contoh risiko terhadap tindakan kekerasan, gangguan pertukaran gas dan penurunan curah
jantung adalah diagnosa keperawatan yang paling tinggi.
II. Menggunakan prinsip Gawat Darurat (Gadar) –

III. Menggunakan priinsip data terbanyak.,


Jadi, data terbanyak disoal mengarah kemana itu yang kita pakai untuk menentukan Masalah Keperawatan Prioritas…
Latihan Soal –
Menentukan Diagnose,
Intervensi Keperawatan, Prioritas Masalah
Seorang perempuan post partum dibawah ke Puskesmas mengalami
nyeri pada daerah perineum dan pendarahan. Kondisi yang dialami
perempuan tersebut membuatnya merasa lebih letih dan lemas.
Tindakan awal keperawatan yang tepat adalah... ?
a. Menghentikan Perdarahan
b. Menghitung volume darah yang keluar
c. Memberi cairan infus
d. Menanyakan riwayat makanan yang dikomsumsi
e. Menganjurkan untuk berbaring
Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di rumah sakit, dengan keluhan: sesak nafas disertai dengan batuk
produktif sejak 3 bulan yang lalu dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik: pasen tampak lemas, badan
kurus, banyak berkeringat di malam hari, dahak kental berwarna kehijauan dan frekwensi pernafasan 28
kali/menit. Apakah prioritas tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada kasus di atas?
a. melatih batuk efektif
b. mengatur posisi semi fowler
c. memberikan oksigen melalui nasal canule
d. memberikan nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein
e. memberikan penkes tentang cara mencegah penularan.
Seorang laki-laki usia 25 tahun dirawat di RS dengan keluhan muntah dan BAB cair lebih dari
15 kali sejak semalam. Pada pemeriksaan fisik tampak: turgor kulit menurun, mukosa bibir
kering, kesadaran lethargis, tekanan darah 85/50 mmHg, dan frekuensi nadi 110 kali/ menit
teraba lemah. Apakah prioritas rencana keperawatan yang perlu diberikan pada pasen
tersebut?
a. lakukan pemberian cairan infus sesuai dengan program medis.
b. berikan minum oralit sebanyak 2 liter
c. observasi tingkat kesadaran pasen.
d. observasi tanda-tanda vital.
e. observasi intake output.
Seorang perawat prehospital menemukan korban dengan trauma multiple. Korban dalam
kondisi tidak sadar, tampak darah keluar dari hidung dan mulut dan masih ada pergerakan
dada dan usaha bernapas. Pertanyaan soal Apakah tindakan prioritas pada kasus
tersebut?
Pilihan jawaban
a. melakukan suction
b. memanggil bantuan
c. memasang semi-rigid cervical collar
d. membuka airway dengan teknik jaw trust
e. memasang Oro-Pharingeal Airway (OPA)
Seorang laki-laki berusia 45 tahun diantar ke UGD oleh keluarga dengan keluhan nyeri dada tembus ke
belakang. Pada saat pengkajian, pasien tiba-tiba tidak sadar, tampak tidak bernapas dan tidak teraba nadi.
RJP diinisiasi oleh tim resusitasi dan selanjutnya memasang monitoring jantung dengan gambaran asystole:
Pertanyaan soal Apakah tindakan prioritas yang harus dilakukan selanjutnya?
Pilihan jawaban
a. memberikan injeksi IV. adrenalin 1 mg
b. melanjutkan RJP sampai 5 siklus
c. melakukan flat line protocol
d. memeriksa nadi karotis
e. melakukan dc shoc
Seorang anak usia 2 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan buang
air besar encer 6 kali sehari, muntah 2 kali, dan badan lemas. Dari
pemeriksaan lanjutan, didapati tanda tanda ; mata terlihat cekung, bibir
kering, kulit sekitar anus berwarnah merah, serta mengalami penurunan
bb dari 9 kg ke 8 kg, suhu badan 38*c, dan nadi 120x/menit. Apakah
masalah keperawatan utama dalam kasus ini ../?

a. Hipertermi
b. Penurunan berat badan drastis
c. Kurang gizi
d. Defisit volume cairan
e. Gangguan pola makan akibat muntah
Seorang laki-laki berusia 72 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan sesak napas. Hasil pemeriksaan: TD
160/90mmHg, frekuensi napas 27x/menit, frekuensi nadi 83x/menit, suara napas terdengar redup, klien
bernapas menggunakan otot bantu napas, dan bernapas dengan mulut. Pertanyaan Soal Apakah diagnosa
keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
Pilihan Jawaban
a. pola napas tidak efektif
b. kelebihan volume cairan
c. perilaku kesehatan beresiko
d. bersihan jalan napas tidak efektif
e. risiko penurunan fungsi kardiovaskular
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Gangguan Pertukaran Gas. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi : ketidakmampuan Definisi : Kelebihan atau kekurangan Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang
membersihkan sekret atau adanya oksigenasi dan atau eleminasi tidak memberikan ventilasi adekuat
obstruksi pada jalan nafas untuk karbondioksida pada membran
mempertahankan jalan nafas tetap alveolus-kapiler. Penyebab :
paten/bersih 1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat
Penyebab : Penyebab : bernapas, kelemahan otot pernapasan)
Fisiologis : 1. Ketidakseimbangan ventilasi- 3. Deformitas dinding dada.
1. Spasme jalan napas. perfusi. 4. Deformitas tulang dada.
2. Hipersekresi jalan napas. 2. Perubahan membran alveolus- 5. Gangguan neuromuskular.
3. Disfungsi neuromuskuler. kapiler. 6. Gangguan neurologis (mis
4. Benda asing dalam jalan napas. elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
5. Adanya jalan napas buatan. kepala ganguan kejang).
6. Sekresi yang tertahan. 7. maturitas neurologis.
7. Hiperplasia dinding jalan napas. 8. Penurunan energi.
9. Obesitas.
8. Proses infeksi . 10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
9. Respon alergi. 11. Sindrom hipoventilasi.
10. Efek agen farmakologis (mis. 12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke
anastesi). atas).
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Gangguan Pertukaran Gas. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi : ketidakmampuan Definisi : Kelebihan atau kekurangan Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang
membersihkan sekret atau adanya oksigenasi dan atau eleminasi tidak memberikan ventilasi adekuat
obstruksi pada jalan nafas untuk karbondioksida pada membran
mempertahankan jalan nafas tetap alveolus-kapiler. Gejalan dan Tanda Mayor :
paten/bersih Subjektif :
1. Dispnea
Gejala dan tanda mayor : Gejalan dan Tanda Mayor : Objektif :
Subjektif : tidak tersedia. Subjektif : 1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
Objektif : 1. Dispnea. 2. Fase ekspirasi memanjang.
1. batuk tidak efektif Objektif : 3. Pola napas abnormal (mis. takipnea.
2. tidak mampu batuk. 1. PCO2 meningkat / menurun. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
3. sputum berlebih. 2. PO2 menurun. stokes).
4. Mengi, wheezing dan / atau 3. Takikardia.
ronkhi kering. 4. pH arteri meningkat/menurun.
5. Mekonium di jalan nafas pada 5. Bunyi napas tambahan.
Neonatus.
THANKYOU…..

Apabila ada Pertanyaan, nanti silahkn Tulis dikolom Chat


Nanti saya bahas di NEXT ZOOM
Materi
Cuci Tangan Pakai Sabun
Pemasangan NGT
Imunisasi
Perawatan Luka
Mencuci tangan pakai sabun selama

Cara yang Tepat Mencuci Tangan Pakai Sabun minimal 40-60 detik
Mencuci tangan dengan benar mesti dilakukan dengan
menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Bila tidak ada CARA MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN
keran, kita bisa menggunakan timba atau wadah lain untuk 1. Basahi tangan dengan air bersih.
mengalirkan air 2. Gunakan sabun pada tangan secukupnya .
3. Gosok telapak tangan yang satu ke telapak tangan
lainnya.
PRINSIP-PRINSIP PENTING TERKAIT CUCI TANGAN PAKAI SABUN
4. Gosok punggung tangan dan sela jari.
Mencuci tangan dengan air saja tidaklah cukup untuk 5. Gosok telapak tangan dan sela jari dengan posisi
mematikan kuman penyebab penyakit saling bertautan.
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir adalah 6. Genggam dan basuh ibu jari dengan posisi memutar.
cara yang paling hemat biaya untuk melindungi kita dari 7. Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar
penyakit menular, termasuk COVID-19 bagian kuku terkena sabun.
8. Gosok tangan yang bersabun dengan air bersih
Mencuci tangan pakai sabun selama minimal 40-60 detik dan mengalir.
dengan mengikuti semua langkah yang dianjurkan terbukti 9. Keringkan tangan dengan lap sekali pakai atau tissu
efektif mematikan kuman penyakit. 10. Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi
Mencuci tangan pakai sabun dapat efektif bila tersedia sarana jari saling bertautan.
CTPS, dilakukan pada waktu-waktu penting, dan dilakukan 11. Bersihkan pemutar keran air dengan lap sekali pakai
dengan cara yang benar. atau tissu

Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.


Cara Cuci Tangan 7 Langkah Pakai Sabun Yang
Baik dan Benar
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi
pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan
secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari
hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara
bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian
gosok perlahan
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara
bergantian dengan cara memutar, kemudian
diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan
memakai handuk atau tisu
Membersihkan Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Waktu Penting untuk Membersihkan Tangan
Cuci Tangan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

5 MOMEN CUCI TANGAN


Materi

2. Pemasangan NGT
D. Prosedur (SOP)
Prosedur Tindakan

1. Melakukan Informed Consent kepada pasien:


a. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi
pasien
b. Menjelaskan Prosedur pemasangan NGT.
c. Meminta persetujuan pasien.
2. Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemasangan NGT.
3. Mencuci tangan dan memakai Handscoen.
4. Memposisikan pasien setengah duduk dengan kepala sedikit di tekuk ke
depan (High Fowler) bila pasien sadar.
5. Memposisikan pasien dalam posisi telentang jika pasien tidak sadar.
6. Melakukan pengukuran / perkiraan batas lambung dengan menggunakan
NGT, yaitu
dari hidung ke telinga, lalu dari telinga ke processus xiphoideus.
Menentukan batas panjang NGT yang akan dimasukkan dengan melihat
indikator yang ada pada NGT.
D. Prosedur (SOP)
7. Mengoles NGT dengan K-Y Jelly.
8. Memasukkan NGT melalui hidung secara pelan-pelan sampai mencapai
lambung (sampai batas yang telah ditentukan sebelumnya).
9. Menguji letak NGT apakah sudah sampai lambung dengan menggunakan metode
Whoosh tes :
a. Memasang membran stetoskop setinggi epigastrium kiri.
b. Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc.
c. Memasang spoit 10 cc yang telah berisi udara ke NGT.
d. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spoit dengan cepat sambil
mendengarkan ada tidaknya suara “whoosh” pada stetoskop. Jika terdengar
suara “whoosh” maka NGT telah masuk ke dalam lambung. Jika tidak terdengar
maka selang NGT dimasukkan/dikeluarkan beberapa cm. Kemudian dilakukan
pengulangan metode “whoosh” hingga terdengar suara pada stetoskop.
10. Melakukan fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester.
11. Menyambungkan NGT dengan botol penampung.
12. Membuka dan membuang handschoen pada tempat sampah medis.
13. Melakukan cuci tangan.
Insersi Selang Nasogastrik Terapeutik
Definisi
 Letakkan perlak di dada
Memasukkan selang plastik (selang nasogastrik, NG tube)
 Tentukan panjang selang dengan mengukur dari
melalui hidung, melewati tenggorokan sampai ke dalam
lambung ujung hidung ke telinga lalu ke prosesus xiphoid
 Tandai panjang selang (rata-rata rentang dewasa 56-
Tindakan 66 cm) .
 Patimbangkan penambahan 5 cm untuk memastikan
Observasi masuk ke dalam lambung
 Periksa kepatenan lubang hidung
 Identifikasi indikasi pemasangan NGT  Lumasi ujung selang 15-20 cm dengan gel, dan
 Monitor tanda bahaya pernapasan masukan selang
Edukasi  Pasang spuit dan aspirasi Isi lambung lambung, jika isi
 Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien dan keluarga lambung tidak keluar, masukkan selang 2,5-5 cm dan
 Informasikan kemungkinan ketidaknyamanan pada hidung coba aspirasi Isi lambung kembali
dan kemungkinan muntah  Uji pH hasil aspirasi lambung
 Anjurkan mengangkat kepala, pegang selang dengan ujung  Masukkan udara 30 ml dan dengarkan bunyi udara
mengarah ke bawah, dan dalam lambung dengan stetoskop
 masukkan perlahan ke dalam lubang hidung  Fiksasi selang nasogastrik ke hidung pasien dengan
 Anjurkan menundukkan kepala saat selang mencapai nas plaster hipoalergik
ring, putar selang 180 derajat ke arah lubang hidung yang  Posisikan semi-fowle
berlawanan
 Anjurkan menelan saat selang dimasukkan INTERVENSI KEPRAWATAN - SIKI
Materi

3. Imunisasi
Imunisasi 0 – 9 bulan
MATERI
4. SOP – RAWAT LUKA
ANGGOTA GROUP
PAKET MATERI BETA NERS ONLY
Patofisiologi Penyembuhan luka
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam
proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis
kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini.
Fase inflamasi. Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah
yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin
membekukan darah. (hangat, bemgkak, kemerahan)
Fase proliferasi atau fibroplasi. Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.
Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan
untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi. -- tahap pembentukan
jaringan parut
Fase remodeling atau maturasi. Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka.
Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut.
Pengertian
Perawatan luka merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan untuk membantu proses penyembuhan
luka dengan prinsip steril.

Tujuan Persiapan Alat


1. Meningkatkan hemostasis luka 1. Set balutan steril
2. Mencegah infeksi 2. Sarung tangan steril
3. Mencegah cidera jaringan yang lebih lanjut 3. Sarung tangan bersih sekali pakai
4. Mempertahankan integritas kulit 4. Salin normal (NaCl 0,9%)
5. Mencegah terjadinya komplikasi pada luka 5. Plester
6. Meningkatkan proses penyembuhan luka 6. Bengkok
7. Mendapatkan kembali fungsi normal 7. Alkohol
8. Memperoleh rasa nyaman 8. Kantong sampah
9. Salep obat tipikal sesai indikasi
Prosedur / Langkah-langkah
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan klien.
4. Beritahu lamanya tindakan.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka. Beritahu klien untuk tidak menyentuh
area luka atau paralatan steril.
8. Letakkan bengkok.
9. Cuci tangan
10. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai.
11. Lepaskan plester, balutan atau ikatan. Lepaskan plester dengan melepas ujungnya dan menarik dengan perlahan,
sejajar dengan kulit dan ke arah balutan.
12. Observasi kulit klien untuk reaksi terhadap plester. Jika perekat masih di kulit, dapat dibersihkan dengan
penghilang perekat atau alkohol.
13. Dengan menggunakan tangan bersarung tangan atau dengan pinset angkat balutan kasa secara hati-hati. Jaga
kotorankotoran pada luka agar tidak terlihat oleh klien. Peringatkan klien tentang rasa tidak nyaman yang mungkin timbul
dan angkat balutan dengan perlahan.
14. Observasi karakter, jumlah drainase pada balutan.
15. Buang balutan yang kotor ke dalam kantong sampah.
16. Lepaskan sarung tangan dengan bagian dalamnya berada di luar. Buang pada tempat yang tepat.
17. Cuci tangan.
18. Siapkan plester baru, perban atau pengikat bila diperlukan.
19. Letakkan set balutan steril pada meja tempat tidur atau sisi pasien. Buka set balutan steril. Balutan, gunting dan pinset
harus tetap pada tempat set steril.
20. Buka botol larutan dan tuangkan ke dalam baskom steril.
21. Gunakan sarung tangan steril
22. Inspeksi luka. Peerhatikan kondisinya, tempat drain, integritas jahitan atau penutupan kulit dan karakter drainase.
23. Bersihkan luka dengan larutan antisptik yang diresepkan atau salin normal. Pegang kasa yang basah dengan pinset.
Gunakan kasa lain untuk tiap usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi.
Gerakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka. Ulangi membersihkan luka 2-3x, sampai luka terlihat
bersih.
24. Keringkan dengan menggunakan kassa.
25. Jika ada obat topikal yang sesuai dengan indikasi, maka oleskan tipis obat topikal secara merata pada luka sesuai
dengan indikasi obat.
26. Pasang kasa langsung pada tepi luka. Bila luka dalam, kemas kasa secara perlahan dengan mnekuk tepi kasa dengan
pinset.
27. Pasang plester, perban atau pengikat.
28. Rapikan peralatan.
29. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah.
30. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman.
31. Cuci tangan Hal-hal yang perlu diperhatikan

ALERT !
1. Pertahankan teknik steril selama perawatan luka.
2. Pantau tanda dan gejala infeksi lokal atau sistemik.
3. Perhatikan kenyamanan klien selama perawatan luka,perhatikan adanya nyeri.
4. Jika drainase luka meningkat, tingkatkan frekuensi pergantian balutan.
5. Jika drain lepas, jangan memasang ulang drain
TERIMA KASIH

PLEASE DON’T SHARE ONLY FOR ANGGOTA


ZOOM PAKET BELAJAR BETANERS

Anda mungkin juga menyukai