Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antar teori

dengan kasus yang telah dibahas pada bab III mengenai “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis Akut

( Studi Kasus Pada Ny. I Dengan Kasus Gangguan Sistem Pencernaan : Nyeri

Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis Iritasi Pada Mukosa

Lambung di Ruang Penyakit Dalam RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang ).

Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan antara

teori dan kasus yang ditemukan pada klien Ny. I, terjadinya penyakit hingga

memunculkan diagnosa keperawatan pada pasien Gastritis Akut. Asuhan

keperawatan dilakukan selama 3 (tiga) hari yaitu terhitung mulai tanggal 06

Februari 2019 - 08 Februari 2019.

Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia

di dalam asuhan keperawatan. Ruang lingkup pembahasan ini meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pembahasan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Februari 2019, di Ruang

Penyakit Dalam RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang. Penulis

mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui wawancara dengan

70
71

Ny. I, keluarga Ny. I, perawat ruangan dan dokter penanggung jawab

klien, data diambil juga dari Rekam Medik klien dan pemeriksaan

penunjang. Penulis melakukan pengkajian sesuai format dan mengacu

pada konsep teori Gastritis, pengkajian disesuaikan dengan kondisi

klien. Klien sangat terbuka dan ini memudahkan penulis untuk

mengambil data-data yang diperlukan selengkap mungkin.

Setelah melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan,

kemudian penulis bandingkan dengan konsep teori yang ada dan

ternyata tidak banyak perbedaan antara teori dengan kenyataan

dilapangan. Perbedaan yang penulis temukan di lapangan yaitu

munculnya masalah keperawatan faktor resiko ketidakseimbangan

volume cairan. Masalah ini muncul karena klien mengalami mual dan

muntah, sehingga apabila kondisi tersebut tidak diatasi, maka masalah

keperawatan yang muncul bisa menjadi aktual.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

pengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas pada

masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada proses

kehidupan. (SDKI, 2016). Diagnosa Keperawatan merupakan bagian

vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk

membantu klien mencapai kesehatan yang optimal.

Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan didapatkan Diagnosa


72

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

iritasi mukosa lambung, diagnosa ini ditegakan karena pada data

subjektif klien mengeluh nyeri perut kiri atas dengan pengkajian nyeri

sebagai berikut : P : nyeri muncul ketika klien terlambat makan, makan

pedas dan terlalu asam, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri

didaerah perut kiri atas, S : 7, T : hilang timbul. Diagnosa resiko defisit

nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis, keengganan untuk

makan, anoreksia, diagnosa ini ditegakan karena pada pengkajian

ditemukan data subjektif klien mengatakan tidak nafsu makan dan klien

merasa mual, data objektif yang muncul adalah BB 58 kg, makan habis

¼ porsi. Diagnosa terakhir yakni Resiko deficit volume cairan,

diagnosa ini muncul ketika ditemukan adanya factor resiko diantaranya

yaitu klien muntah. Sedangan menurut (Doenges, 2008), diagnosa yang

biasanya muncul adalah : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan

dengan mukosa lambung yang teriritasi, gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, ansietas / ketakutan berhubungan dengan perubahan status

kesehatan, ancaman kematian, gangguan pola tidur berhubungan

dengan adanya rasa nyeri, kurang pengetahuan tentang penyakit dan

penatalaksanaan berhubungan dengan informasi yang kurang. Ternyata

ada perbedaan diagnosa yang muncul, hal ini dimungkinkan karena

pada analisa yang penulis buat berdasarkan hasil pengkajian data, yang

mengarah ketiga masalah keperawatan diatas yaitu :


73

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d iritasi pada mukosa

lambung.

b. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

keengganan untuk makan d.d mual, muntah.

c. Resiko ketidakseimbangan volume cairan .

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan

Pada tahap perencanaan penulis tidak banyak menemui

permasalahan dalam merencanakan intervensi. Sesuai dengan

permasalahan yang dialami klien, maka rencana keperawatan juga

sesuai menurut prioritas agar pemenuhan kebutuhan klien dapat

dipenuhi dan perencanaan yang ada pada tinjauan kasus tidak jauh

berbeda dengan perencanaan pada tinjauan teoritis. Seperti pada

diagnosa gangguan rasa nyaman/nyeri Epigastrium berhubungan

dengan iritasi pada mukosa gaster. Pada tinjauan teoritis terdapat

perencanaan periksa tanda-tanda vital, catat keluhan nyeri, kaji faktor

yang meningkatkan nyeri, berikan makan sedikit sering. Pada tinjauan

kasus penulis membuat perencanaan untuk diagnosa nyeri dengan

mengacu pada SIKI tahun 2016 yaitu : Identifikasi lokasi, karateristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identfiksi respon nyeri non

verbal, manajemen kenyamanan lingkungan, berikan kompres hangat,

ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian therapy analgetik dan obat golongan


74

antasida, diagnosa kedua yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan

faktor psikologis keengganan untuk makan d.d mual, rencana tindakan

yaitu : Periksa status gizi, alergi, program diet klien, kebutuhan dan

kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi, jelaskan hal-hal yang perlu

diperhatikan sebelum makan seperti perawatan gigi, gigi palsu, Ajarkan

klien dan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi, monitor mual

dan muntah (Inayah, 2004), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

Therapi. Diagnosa ke tiga yaitu Resiko ketidakseimbangan cairan,

adapun rencana keperawatan yang penulis lakukan adalah pertahankan

intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi klien, lakukan

therapy IV, monitor status nutrisi, berikan cairan, dorong keluarga

untuk membantu klien makan, rasionalnya : keluarga merupakan

keluarga terdekat klien jadi diharapkan klien termotivasi untuk makan

sehingga selain kebutuhan nutrisi terpenuhi juga intake cairannya bisa

dimaksimalkan, observasi vital sign, rasionalnya : vital sign bisa

dijadikan indikator seandainya terjadi kekurangan volume cairan.

4. Implementasi

Pada tahap tindakan ini perawat membantu pasien dengan

melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d iritasi mukosa lambung

Implementasi:
75

1) Rabu tanggal 06 Februari 2019

Jam 10.15 wib. Melakukan identifikasi lokasi, karateristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Jam 10.30 wib. Identifikasi

respon nyeri non verbal. Jam 11.00. Melakukan manajemen

kenyamanan lingkungan Jam 11.30 wib. Memberikan kompres

hangat. Jam 12.00 wib. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian ketorolax 60 mg IV , antasida 1 tablet dan Inpepsa 1

sendok makan.

2) Kamis tanggal 07 Februari 2019

Jam 07.15 wib. Melakukan identifikasi lokasi, karateristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Jam 08.30 wib. Melakukan

manajemen kenyamanan lingkungan. Jam 11.00 wib. Mengajarkan

teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.

Jam 12.00 wib memberkan injeksi ketorolax 60 mg IV, antasida 1

tablet dan Inpepsa sirup 1 sendok makan.

3) Jum’at tanggal 08 Februari 2019

Jam 07.15 wib. Melakukan identifikasi lokasi, karateristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Jam 10.00 wib. Melakukan

manajemen kenyamanan lingkungan. Jam 11.00 wib. Mengajarkan

teknik non farmakologi untuk mrngurangi nyeri, 12.00 wib,

melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy

analgetik, antacid 1 tablet dan Inpepsa 1 sendok makan.


76

b. Resiko Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

keengganan untuk makan d.d mual

Implementasi :

1) Rabu 06 Februari 2019

Jam 10.00 wib. Memeriksa status gizi, alergi, program diet

klien, kebutuhan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi.

Jam 10.15 wib. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan

sebelum makan seperti perawatan gigi, gigi pals. Jam 11.00 wib

mengajarkan klien dan keluarga memantau kondisi kekurangan

nutrisi. Jam 11.15 wib. Memonitor mual dan muntah. Jam 11.30

wib. Menimbang BB. Jam 11.10 wib. Memonitor asupan per

oral, jam 12.00 wib injeksi Omeprazole 40 mg IV.

2) Kamis, 07 Februari 2019

Jam 07.00 wib memeriksa status gizi, alergi, program diet klien,

kebutuhan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi, jam

07.15 wib menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum

makan seperti perawatan gigi, gigi palsu, jam 08.30 wib

memonitor mual dan muntah, jam 10.30 wib menimbang BB,

jam 11.00 wib memonitor asupan per oral, jam 12.00 wib injeksi

Omeprazole 40 mg IV.

3) Jum’at, 08 Februari 2019


77

Jam 07.00 wib, memeriksa status gizi, alergi, program diet klien,

kebutuhan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi, jam

07.15 wib, memonitor mual dan muntah, jam 10.30 wib,

menimbang BB tiap hari, jam 11.00 wib, memonitor asupan per

oral, jam 12.00 wib, injeksi Omeprazole 40 mg IV.

c. Resiko ketidakseimbangan volume cairan

Implementasi

1) Rabu 06 Februari 2019

Jam 10.30 wib. Mempertahankan intake dan output yang akurat.

Melakukan monitoring status hidrasi klien. Jam 11.00 wib,

memonitor status nutrisi. Jam 11.15 wib. Melakukan motivasi

agar klien banyak minum. Jam 13.00 wib. Mendorong keluarga

untuk membantu klien makan,, jam 14.00 wib melakukan

observasi vital sign.

2) Kamis 07 Februari 2019

Jam 07.00 wib, mempertahankan intake dan output yang akurat,

jam 09.00 wib, melakukan monitoring status hidrasi klien, jam

10.05 mengganti cairan infus RL 20 tpm, jam 11.00 wib,

melakukan monitoring status nutrisi, jam 11.15, memberikan

motivasi agar klien banyak minum, jam 14.00 wib melakukan

observasi vital sign.

3) Jum’at 08 Februari 2019


78

Jam 07.40 wib, mempertahankan intake dan output yang akurat,

jam 09.00 wib, melakukan monitoring status hidrasi klien, jam

11.05 mengganti cairan infus RL 20 tpm, jam 11.15,

memberikan motivasi agar klien banyak minum, jam 14.00 wib

melakukan observasi vital sign.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat

melakukan kontak dengan pasien dan penulis menggunakan teori SOAP

yaitu S (Subjektif) berisi data pasien melalui anamnesis yang

mengungkapkan perasaan langsung, O (Objektif) berisi data yang

ditemukan setelah melakukan tindakan, dapat dilihat secara nyata dan

dapat diukur, A (assasment) merupakan kesimpulan tentang konsdisi

pasien setelah dilakukan tindakan dan P (Planning) adalah rancana

lanjutan terhadap masalah yang dialami pasien. Pada tanggal 8 Februari

2019 klien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang. Secara objektif

ditemukan keadaan umum klien mulai membaik dank lien lebih relaks,

klien nampak tenang sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah utama

teratasi dan intervensi dihentikan. Tanggal 8 Februari evaluasi masalah

resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis keengganan

untuk makan d.d mual, didapatkan data bahwa klien mengatakan mual

sudah berkurang, porsi makan bisa habis ¾ porsi, masalah teratasi

sebagian. Evaluasi untuk masalah resiko ketidakseimbangan volume


79

cairan, didapatkan data sebagai berikut : klien mengatakan tidak

muntah, mukosa lembab, klien minum 7 gelas perhari. Dapat

disimpulkan resiko ketidakseimbangan volume cairan tidak menjadi

aktual.

B. Keterbatasan dan Kelemahan Peneltian

Pada saat melakikan pengkajian keperawatan penulis menemukan

keterbatasan dan kelemahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini.

Keterbatasan waktu menjadi faktor yang penting dalam melakukan asuhan

keperawatan. Karena dengan waktu yang lebih panjang maka diharapkan data

akan semakin lengkap. Keterbatasan lain yang penulis rasakan adalah dari

segi penulis sendiri dimana secara teori dan keilmuan masih perlu

ditingkatkan lagi demi kesempurnaan pelaksanaan asuhan keperawatan ini.

Sedangkan kelemahan yang dirasakan bahwa penulis merasa belum

optimal melaksanakan asuhan keperawatan dalam studi kasus ini karena tidak

begitu banyak sumber data yang penulis ambil, hal ini terjadi dikarenakan

waktu pelaksanaan studi kasus yang hanya 3 hari.

Walaupun demikian akhirnya penulis bisa menyelesaikan studi kasus ini

sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai