Anda di halaman 1dari 6

BAB 4

PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Purnamasari (2017) menyatakan bahwa pasien dengan dispepsia akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas, mual muntah,
sering bersendawa, nyeri ulu hati dan dada atau regurgitas asam lambung ke
mulut. Berdasarkan kasus nyata tidak semua tanda dan gejala seperti pada
teori ditemukan pada Ny. S. Tanda dan gejala yang ditemukan pada Ny. S
diantaranya ada mual, muntah, ada nyeri di ulu hati, terjadi penurunan nafsu
makan.
Berdasarkan teori, faktor pencetus terjadinya dispepsia adalah bakteri
Helicobacter pylori, merokok, stres, efek samping obat-obatan, alkohol,
mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Berdasarkan kasus nyata
pada Ny. S ditemukan pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri ulu
hati yang disebabkan setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi makanan
yang pedas, hal ini disebabkan karena makanan pedas dapat menyebabkan
iritasi lambung dan juga dapat meningkatkan sekresi asam lambung.
Keluhan utama pada pasien dengan dispepsia menurut teori yaitu nyeri
pada perut dan mengeluh mual muntah. Pada kasus Ny. S ditemukan adanya
keluhan nyeri pada ulu hati dan menjalar ke perut bagian bawah dan
ditemukan adanya mual dan muntah, sehingga menurut penulis tidak ada
perbedaan antara teori dan kasus nyata.
Ida (2016) menyatakan bahwa perlu ditanyakan pada pasien tentang
riwayat penyakit terdahulu seperti adanya penyakit saraf atau riwayat cedera
sebelumnya, kebiasaan minum alkohol, konsumsi medikasi anticoagulant atau
agen anti platelet, adanya alergi, dan status imunisasi. Berdasarkan data yang
ditemukan pada Ny. S tidak ditemukan riwayat penyakit dahulu seperti yang
disebutkan.
B. Diagnosa Keperawatan
Ida (2016) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien dengan dispepsia yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik,
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Sedangkan pada kasus Ny. S diagnosa keperawatan yang ditemukan
antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (iritasi mukosa
lambung),
2. Ansietas berhungan dengan kekhawatiran terhadap penyakitnya,
3. Resiko hypovolemia berhubungan dengan kekurangan cairan.
Untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif tidak diangkat karena pada kasus Ny. S tidak
ditemukan tanda dan gejala untuk mendukung diagnosa kekurangan volume
cairan diantaranya dehidrasi, muntah, mata tidak cekung, turgor kulit tidak
elastis. Hal ini juga dapat terjadi karena pasien telah dirawat satu hari
sebelumnya dan sudah diberikan tindakan keperawatan.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang ditetapkan berdasarkan teori pada diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (iritasi
mukosa lambung), yaitu:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri,
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri,
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup,
5. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik
relaksasi napas dalam),
6. Fasilitasi istirahat dan tidur,
7. Jelaskan strategi meredekan nyeri
8. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pada kasus Ny. S, semua intervensi pada diagnosa keperawatan ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agens cedera fisiologis (iritasi mukosa lambung), seperti lakukan
pengkajian nyeri menggunakan PQRST, ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti terapi relaksasi, berikan individu penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan analgetik, menganjurkan pasien untuk banyak
beristirahat.
Diagnosa keperawatan ansietas berhungan dengan kekhawatiran
terhadap penyakitnya, intervensi yang ditetapkan diantaranya:
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Pahami situasi yang membuat ansietas
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
8. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin di alami
9. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Pada kasus Ny. S, semua intervensi pada diagnosa keperawatan ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah keperawatan ansietas berhubungan
dengan kekhawatiran terhadap penyakitnya sehingga menurut penulis tidak
ada perbedaan antara teori dan kasus nyata.
Diagnosa keperawatan resiko hypovolemia berhubungan dengan
kekurangan cairan, intervensi yang ditetapkan diantaranya:
1. Periksan tanda dan gejala hypovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
3. Berikan asupan cairan oral
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Kolaborasi pemberian cairan IV RL
Pada kasus Ny. S, semua intervensi pada keperawatan ini digunakan
untuk menyelesaikan masalah keperawatan resiko hypovolemia berhubungan
dengan kekurangan cairan sehingga menurut penulis tidak ada perbedaan
antara teori dan kasus.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan mulai tanggal 02 November
sampai tanggal 04 November 2021. Untuk diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan agens cedera fisiologis (iritasi mukosa lambung), tidak
terdapat perbedaan antara teori dan kasus nyata karena semua implementasi
keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat diantaranya:
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas
nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri,
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup,
- Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik
relaksasi napas dalam),
- Memfasilitasi istirahat dan tidur,
- Menjelaskan strategi meredekan nyeri
- Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengkolaborasi pemberian analgetik diantaranya melayani injeksi
Ondansetron 3x4mg/IV, melayani injeksi Omeprazole 1x4mg/IV,
melayani pemberian obat oral Sucralfate 3x1, melayani pemberian obat
oral Ondansetron tab 3x1, dan Ranitidine tab 2x1.
Implementasi keperawatan pada diagnosa ansietas berhungan dengan
kekhawatiran terhadap penyakitnya, tidak terdapat perbedaan antara teori dan
kasus nyata karena tindakan yang diberikan pada Ny. S disesuaikan dengan
intervensi yang dibuat berdasarkan teori maupun kasus seperti:
- Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Memonitor tanda-tanda ansietas
- Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Memahami situasi yang membuat ansietas
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Mendiskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
- Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin di alami
- Mengkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Implementasi keperawatan pada diagnosa resiko hypovolemia
berhubungan dengan kekurangan cairan, tidak terdapat perbedaan antara teori
dan kasus nyata karena tindakan yang diberikan pada Ny. S disesuaikan
dengan intervensi yang dibuat berdasarkan teori maupun kasus seperti:
- Memeriksa tanda dan gejala hypovolemia
- Memonitor intake dan output cairan
- Memberikan asupan cairan oral
- Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Mengkolaborasikan pemberian cairan IV RL
E. Evaluasi Keperawatan
Sebagai tahap akhir dari proses keperawatan setelah melakukan
pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan perencanaan dan
implementasi. Pada tahap evaluasi, kegiatan yang dilakukan yaitu
mengevaluasi selama proses berlangsung dengan menggunakan metode
SOAP. Evaluasi yang dilakukan pada Ny. S sesuai dengan hasil implementasi
yang telah dibuat pada kriteria objektif yang ditetapkan. Evaluasi yang
didapatkan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisiologis (iritasi mukosa lambung) yaitu pasien mengatakan nyeri di
ulu hati sudah berkurang, TTV TD: 110/70 mmHg, S: 36°C, N: 80x/menit,
RR: 20x/menit, skala nyeri 1 (nyeri ringan), pasien dapat melakukan kembali
teknik napas dalam yang diajarkan. Evaluasi yang didapatkan pada diagnosa
keperawatan ansietas berhungan dengan kekhawatiran terhadap penyakitnya
yaitu pasien mengatakan lebih tenang setelah diberikan informasi tentang
penyakitnya, TTV TD: 120/70 mmHg, S: 36°C, N: 80x/menit, RR: 20x/menit,
pasien dapat melakukan teknik relaksasi napas dalam secara mandiri. Evaluasi
yang didapatkan pada diagnosa keperawatan resiko hypovolemia berhubungan
dengan kekurangan cairan yaitu pasien mengatakan sudah nafsu makan, tidak
ada lagi mual muntah, mukosa bibir sudah lembab.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari lina. 2017. Faktor Resiko, Klasifikasi dan Terapi Sindrom Dispepsia:
Counting Medical Eduction: CDK-259/ vol. 44 no. 12.
Ida M. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

GENOGRAM

Keterangan:
: Laki-laki meninggal : Perempuan

: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Klien

Anda mungkin juga menyukai