Anda di halaman 1dari 73

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIMAS KECAMATAN SUNGAI


KAKAP

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian strata


satu (S1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak

Disusun oleh :
MELI DIANA
SR172100065

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat keselamatan dan kesehatan. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurahkan atas Nabi kita Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari kegelapan, kebodohan dan ketertinggalan menuju terang

benderang dan kebaikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal dengan judul “hubungan

kecemasan dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa kalimas

kecamatan sungai kakap”.

Selama penyusunan skipsi banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Haryanto, S.Kep, Ns. MSN.Ph.D selaku Ketua Civitas di STIK

Muhammadiyah Pontianak.

2. Ns. Gusti Jhoni Putra, M.Pd.,M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan

STIK Muhammadiyah Pontianak.

3. DR.Suriadi,MSN.,AWCS dosen pembimbingan 1 proposal penelitian.

4. Parliani,MNS selaku dosen pembimbingan 2 proposal penelitian ini.

5. Seluruh staf dan dosen STIK Muhammadiyah Pontianak yang telah

banyak membantu melancarkan dalam penyelesaian penyusunan proposal

penelitian ini.

ii
6. Kedua orang tua saya, Hadadek Pattawek Abang saya Gustian yang selalu

memberi dukungan dan selalu mendoakan setiap saat sehingga saya dapat

menyelesaikan proposal ini.

7. Sahabat saya yang memberi dukungan penuh baik moral, support dan

spiritual dalam keberlangsung pengerjaan proposal ini saudari Setiawati

Lestari S.kep.

8. Teman-teman angkatan yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian

proposal masing-masing.

Peneliti menyadari bahwa hasilpenelitian ini bukanlah merupakan proses

akhir dari sebuah penulisan tetapi merupakan langkah awal yang masih

banyak memerlukan perbaikan-perbaikan. Usul serta saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan hasil penelitian ini.

Pontianak, 26 Januari 2020

Peneliti

iii
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIMAS KECAMATAN SUNGAI
KAKAP

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Strata Satu (SI)
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Oleh :
MELI DIANA
SR172110065

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK SEKOLAH TINGGI


ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020/2021

iv
PERSETUJUAN UJIAN
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIMAS KECAMATAN SUNGAI
KAKAP

Yang dipersiapkan dan disusun oleh ;


MELI DIANA
SR172110065

Pembimbing 1 Pembimbing 2

DR.Suriadi,MSN.,AWCS Parliani, MNS


NIDN 1103076601 NIDN 9911621949
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Ns. Gusti Jhoni Putra, M.Pd.,M.Kep


NIDN 1116108503

v
PERSETUJUAN
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KECEMASAN PADA TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIMAS KECAMATAN SUNGAI
KAKAP

Yang disiapkan dan disusun oleh :


MELI DIANA
SR172110065
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pontianak, Februari 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(DR.Suriadi,MSN.,AWCS) (Parliani, MNS)


NIDN 1103076601 NIDN 9911621949

vi
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar- benar hasil
pekerjaan penelitian saya. Adapun kutipan atau saduran hanya sebatas referensi
semata, dan apabila dikemudian hari skripsi yang saya buat ini terbukti meniru
atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis maupun
sanksi hukum dari lembaga yang berwenang.

Pontianak, 26 Januari 2021


Hormat saya,
Matrai
6000

MELI DIANA
SR172110065

vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB 1......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
1. Tujuan umum............................................................................................8
2. Tujuan khusus............................................................................................8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................8
BAB II...................................................................................................................10
TINJAUAN TEORI.............................................................................................10
A. Konsep teori hipertensi...............................................................................10
B. Konsep Teori Kecemasan...........................................................................22
C. Kerangka Konsep Teori..............................................................................34
D. Keaslian penelitian......................................................................................35
E. Hipotesis penelitian.....................................................................................41
BAB III..................................................................................................................42
METODE PENELITIAN....................................................................................42
A. Kerangka konsep.........................................................................................42
B. Desain penelitian.........................................................................................42
C. Populasi dan sampel....................................................................................43
D. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................44
E. Definisi Operasional...................................................................................44
F. Instrumen Pengumpulan Data.....................................................................46
G. Uji validitas dan Realibilitas.......................................................................47
H. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................................47
I. Rencana dan analisis data...........................................................................50
J. Etika penelitian...........................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klafikasi Tekanan Darah ……………………………………. 22
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian ……….…………………………………. 22
Tabel 3.1 Definisi Operasional ……….…………………………………. 22

ix
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Respon Kecemasan ……………………………………………. 22
Skema 2.2 Kerangka Konsep Teori Penelitian …………………………..... 22
Skema 3.1 Kerangka Konsep ……………………………...……………..... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lembar informed
Lampiran B Lembar consent
Lampiran C Lembar Data Karakteristik Responden
Lampiran D Kuesioner Hamilton Rating Scale Of Anxiety
Lampiran E SOP Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran F Permohonan Izin Pengambilan Data
Lampiran G Balasan Surat Penelitian
Lampiran H Lembar Konsul

x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kasus yang sering ditemukan pada pelayananan


Kesehatan primer hampir diseluruh Indonesia. Tekanan darah tinggi
merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang
(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah [LKIP], 2018).
Hipertensi salah satu pemicu Penyakit Tidak Menular (PTM) Dari
penyakit jantung, stroke,ginjal yang saat ini menjadi penyebab kematian
nomor satu di dunia. Hipertensi sendiri sering dijuluki dengan silent killer
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenikes RI], 2020). Banyak
penderita yang tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai tekanan darah di
atas normal, sehingga pemeriksaan kesehatan jarang dilakukan oleh penderita
(Kemenkes RI, 2014).
Hipertensi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
Indonesia. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh
dunia setiap tahunnnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian
karena penyakit jantung dan 51% kematian karena stroke diperkirakan akan
terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI,2014).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
≥140 dan atau diastolic ≥90. Menurut data World Health Organization (WHO,
2019), satu dari empat pria dan satu dari lima wanita di seluruh dunia terkena
hipertensi, pada tahun 2025 angka kejadian hipertensi diseluruh dunia
diperkirakanmencapai 29,2% dari populasi dunia . dari 972 juta penderita
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di
negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan Riset Kesehatan dasar (Riskesdes) tahun 2018 sebesar 34,1 %

1
2

persentase ini mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu 25,8%. Pravelensi
yang tinggi mencapai 25,8 % dengan kecenderungan perempuannya lebih
tinggi dari pada laki-laki (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
[Kemenkes RI], 2018). Prevalensi hipertensi untuk wilayah Kalimantan Barat
Tahun 2018 mencapai 36,99%. Sedangkan di puskesmas sungai kakap untuk
penelitian ini di desa kalimas mencapai 33,29%. Hal ini dikarenakan
banyaknya kasus hipertensi yang ditemukan di desa kalimas.
Faktor resiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu faktor
yang tidak dapat dirubah dan dapat yang dirubah. Faktor yang tidak dapat
dirubah diantaranya adalah usia,jenis,kelamin, riwayat, keluaga dan genetik
sedangkan faktor yang dapat dirubah antaranya adalah pola hidup,obesitas
masalah psikologis cemas (Kemenkes RI, 2014). Seseorang penderita
hipertensi mungkin akan menjadi cemas disebabkan penyakit hipertensi yang
cenderung memerlukan pengobatan yang relatif lama, terdapat risiko
komplikasi dan dapat memperpendek usia.
Kecemasan merupakan suatu keadaan bingung, khawatir, takut,
kecewa, gugup atau gelisah sering gemetar, kesulitan tidur atau istirahat, sering
merasa risau apabila ada masalah, cemas saat beraktifitas, sering menyendiri
dan mudah cemas atau penakut serta merasa tidak nyaman akan hal yang
belum terjadi maupun akan terjadi yang menyebabkan seseorang mempunyai
perasaan yang tidak menentu dan merasa tidak berdaya keadaan tersebut dapat
terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan (Arifuddin & Nur, 2017).
William (1989) Menjelaskan adapun munculnya kecemasan pada
seseorang yang mengalami hipertensi bukan tidak mungkin disebabkan oleh
tekanan darah itu sendiri. Seperti yang dikemukakan William (1989),
seseorang menjadi cemas karena memikirkan hipertensi yang dideritanya. Hal
ini didukung oleh Nurhayati (1994) yang mengatakan bahwa penderita
hipertensi menghadapi suatu situasi yang bersifat tidak pasti, dan
ketidakpastian ini merupakan salah satu situasi yang menimbulkan kecemasan
pada diri seseorang. Adanya ketidakpastian tersebut bisa saja timbul sewaktu-
3

waktu yang dapat menjadikan tekanan darah penderita menjadi tinggi tanpa
disadari oleh si penderita, sebab perkembangan penyakit hipertensi ini tidak
memberikan gejala-gejala khusus dan tidak mengganggu fungsi fisiologis
penderita (dikutip dalam zahara, 2017,h. 47).
Peningkatan tekanan darah menurut Kartika (2015), dapat terjadi
karena cemas. Faktor cemas dari sudut pandang kognitif dan perilaku seperti
kecemasan dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan dengan tekanan
darah tinggi. Penderita yang mengalami kecemasan menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Pada saat cemas, hormon adrenalin akan
meningkat yang mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat, sehingga
tekanan darah meningkat (Setyawan, 2017).
Kecemasan disebabkan oleh perubahan sistem pusat pada penderita.
didalam sistem saraf pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex Cerebri,
Limbic sistem RAS (Reticular Activating system), hypothalamus yang
memberikan impuls pada kelenjar hipofisis untuk mensekresikan mediator
hormonal terhadap target organ (kelenjar adrenal), sehingga memacu sistem
saraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (catecholoamine).
Hiperaktivitas sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya kecemasan.
(Videbeck,2010).
Ansietas mengakibatkan stimulus simpatis secara berkepanjangan yang
berdampak pada vasokonstriksi, peningkatan curah jantung, tahanan vaskular
perifer dan peningkatan sekresi aldosterone yang berdampak pada peningkatan
tekanan darah (Lewis, et al,2005).
Berdasarkan hasil latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan penderita hipertensi di desa kalimas
kecamatan sungai kakap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti, merumuskan
masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan tekanan darah dan
kecemasan pada masyarakat desa kalimas kecamatan sungai kakap.
4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan tekanan


darah dan kecemasan pada masyarakat dengan hipertensi di desa kalimas
kecamatan sungai kakap.
2. Tujuan khusus

a. Mengendifikasi karakteristik dengan masyarakat di desa kalimas


kecamatan sungai kakap yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan di desa kalimas kecamatan sungai kakap
b. Mengindetifikasi tekanan darah pada masyarakat di desa kalimas
kecamatan sungai kakap.
c. Mengindetifikasi kecemasan pada masyarakat di desa kalimas kecamatan
sungai kakap
d. Mengindetifikasi hubungan tekanan darah dan kecemasan pada
masyarakat dengan hipertensi di masyarakat di desa kalimas kecamatan
sungai kakap.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah meningkatkan kemampuan dalam
melakukan penelitian, mampu berfikir kritis dan ilmiah serta meningkatkan
pengetahuan tentang hubungan tekanan darah dan kecemasan pada
masyarakat dengan hipertensi.
b. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Manfaat bagi institusi di pendidikan keperawatan adalah dapat
menjadi tambahan informasi dan kepustakaan mengenai hubungan tekanan
darah dan kecemasan dengan masyarakat dengan hipertensi.
c. Bagi pelayanan kesehatan
Manfaat bagi pelayanan kesehatan adalah dapat menjadi sumber
informasi dan pertimbangan dalam membuat kebijakan atau strategi
5

pemecahan masalah dengan meninjau masalah kecemasan pada masyarakat


dengan hipertensi.
d. Bagi profesi keperawatan
Manfaat bagi profesi keperawatan adalah sebagai sumber rujukan
untuk mempertimbangkan intervensi yang tepat dengan memperhatikan
aspek psikologis masyarakat.
e. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat khususnya responden yaitu menambah informasi mengenai
hubungan tekanan darah dan kecemasan pada masyarakat dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep teori hipertensi


1. Definisi hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah
(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanetor) ataupun
alat digital lainnya [Pudiastuti, 2018].
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan Kesehatan secara umum adalah 120/80
mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari tekanan darah normalnya adalah dengan
nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan
darah menurun saat dan meningat diwaktu beraktifitas atau berilahraga
[Pudiastuti, 2018].
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat
membawa si penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan dapat
menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus
menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi ini
berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak
dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya
stroke dan serangan jantung (heart attack) [Pudiastuti, 2018].
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah
dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya
(Pudiastuti, 2018). Penyakit darah tinggi tidak asing lagi bagi masyarakat,
tapi apakah masyarakat mengetahui bahwa penyakit dengan nama lain
hipertensi dan sering tidak disadari penderitanya juga pemicu penyakit kelas

6
7

berat seperti gagal jantung bahkan stroke yang mematikan [pudiastuti,


2018].
Tekanan darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi didalam
arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut
darah dari jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ
tubuh [Pudiastuti, 2018]. Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai
pembuluh gelap/silent killer karena termasuk penyakit yang mamatikan.
Hipertensi adalah penyakit yang menyeranf siapa saja, baik muda
maupun tua. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025 [Pudiastuti, 2018].
Menurut WHO, Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (kodim Nasrin, 2003 dalam Padila, 2013,
Hal. 356).
2. Klafikasi
Menurut Pudiastuti (2018) menjelaskan bahwa penyakit darah tinggi
atau hipertensi di kelompokkan dalam 2 tipe klasifikasi, yakni hipertensi
primary dan hipertensi secondary.
a. Hipertensi primary. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana
terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup
seseorang dan factor lingkungan. Seseorang yang poila makannya tidak
terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas, hal ini
merupakan pemicu awal ancaman penyakit tekanan darah tinggi. Begitu
pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor
tinggi, sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk pula orang
yang kurang olahraga pun dapat mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi
dimana terjadinya peningkatan darah tinggi sebagai akibat seseorang
8

mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal


ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh.
Table 2.1 Klafikasi Tekanan Darah Untuk Dewasa diatas 18 tahun
Klafikasi tekanan darah Tekanan sistolik dan diastolic
(mmHg)
Normal sistole <120 dan diastolic<80
Prehipertensi Sistole 120-139 dan diastolic 80-
89
Hipertensi stadium 1 Sistole 140-159 dan diastolic 140-
159 dan diastolic 90-99
Hipertensi stadium II Sistole >160 dan diastolic >100

Sumber Pudiastuti (2018).


Tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal setidaknya diukur
pada tiga kesempatan dengan perbedaan waktu. Menurut WHO dan ISH
(1999) batas hipertensi ditetapkan > 140/90 mmHg.
3. EtioLogi
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti
disebut hipertensi primer atau esensial, sedangkan 7% disebabkan oleh
kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan
hormonal atau hipertensi hormonal dan penyebab lain. Gunaawan (2001)
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu: (dalam Padila, 2013, Hal. 356)
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
fadiketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya,data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
9

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Faktor usia
Setelah usia 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan,
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Pertambahan usia menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi dan aktivitas
simpatif, sensitivitas reflek beroreseptor sebagai pengatur tekanan
darah berkurang, sedangkan peran ginjal berkurang (Anggrani dkk,
2009).
c. Jenis kelamin
Menurut black dan Hawks (2005) dalam rahayu (2012) pada usia
dibawah 55 tahun, hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki
daripada perempuan, dan pada usia 55-74 tahun kejadian hipertensi
akan sebanding antara laki-laki dan perempuan. Tetapi pada usia
diatas 74 tahun perempuan lebih rentan mengalami hipertensi. Hal ini
dikarenakan wanita yang belum mengalami menoupouse akan
dilindungi oleh harmone estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar high density lipoprotein (HDL), kadar HDL yang tinggi dapat
mencegah terjadinya proses aterosklerosis (Anggraini dkk, 2009).
d. Kelompok etnis
Hasil penelitian yang dilakukan Jr.dkk (2013), menyimpulkan
bahwa orang kulit putih memiliki prevalensi hipertensi yang rendah
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Hasil penelitian Davis (2004)
dalam rahayu (2012) juga menunjukkan bahwa pendduk Amerika
yang berkulit hitam lebih beresiko mengalami hipertensi disbanding
penduduk berkulit putih.
10

e. Kebugaran tubuh
Aktivitas fisik yang teratur akan menurunkan risiko arterosklerosis
yang merupakan salah satu penyebab hipertensi (rahayu, 2012).
Seseorang yang mengalami kelebihan berat/obesitas dapat mengalami
hipertensi. Obesitas dapat menyebabkan peningkatan cardiac output
karena semakin besar masa tubuh semakin banyak pula jumlah darah
yang beredar (Sulastri dkk, 2012).
f. Stres
Stres dan aktivitas pada saraf simpatis memegang peranan penting
dalam menciptakan tekanan darah tinggi. Pada saat seseorang
mengalami stress, harmone adrenalin akan dilepaskan dan kemudian
akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri dan
peningkatan denyut jantung. Stress yang berlanjut akan menyebabkan
tekanan darah meningkat dan orang tersebut akan mengalamii
hipertensi (South, 2014).
g. Kebiasaan merokok
Zat-zat kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak
lapisan dalam dinding arteri, sehingga rentan terjadi penumpukan plak
(arterosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat
merangsang saraf simpatis sehingga memacu kerja jantung lebih keras
dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Setyana dkk, 2015).
h. Kelas sosial ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sihombing
(2010), didapatkan hasil seseorang yang memiliki status ekonomi
tinggi relative berisiko hipertensi daripada seseorang yang berstatus
ekonomi rendah. Namun menurut penelitian yang dilakukan longo-
Mbenza dkk (2007) dalam Dewi (2012), menyebutkan bahwa tekanan
darah tinggi lebih banyak ditemukan pada tingkat sosial ekonomi
rendah, hal ini dikaitkan dengan unsur-unsur seperti Pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan lingkungan.
4. Tanda dan gejala
11

Menurut Pudiastuti (2018) tanda gejala dari hipertensi adalah:


a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina.
b. Nyeri pada kepala
c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial
d. Edema dependent
e. Adanya pembekakan karena meningkatnya tekanan kapiler.

Adapun menurut Padila (2013) sebagai berikut:


1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
5. Patofisiologi
Hipertensi essensial memiliki beberapa factor resiko yaitu,factor
genetik (individu yang memiliki riwayat keluarga hipertensi mempunyai
resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi), usia (setelah usia 45
tahun dinding arteri akan mengalami penebalan), jenis kelamin (pada usia
diatas 74 tahun, perempuan lebih rentan mengalami hipertensi), kelompok
etnis (penduduk berkulit hitam lebih berisiko mengalami hipertensi
dibandingkan penduduk berkulit putih), kebugaran fisik, dan mengkonsumsi
garam kadar tinggi dapat mengalami hipertensi), kebiasaan merokok
(kandungan dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,)
kelas sosial (seseorang yang memiliki status ekonomi tinggi relatif berisiko
tinggi hipertensi), dan stress (aktivitas pada saraf simpatis memegang
12

peranan penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi.). Baradero (2008)


dikutip dalam Sativa (2018), mengungkapkan bahwa pengaturan tekanan
darah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap
natrium dan retensi air, serta pengendalian system saraf terhadap tonus
pembuluh darah. Tahanan pembuluh darah dan darah yang mengalir
merupakan factor utama dalam pengaturan tekanan darah. Tahanan
pembuluh darah berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah
sedangkan darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang
dipompa setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Dilatasi dan
kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Dilatasi dan kontriksi pembuluh
darah dikendalikan oleh saraf simpatis dan system renin-angiotensin. Saat
renin meningkat akan merubah angiotensinogen menjadi angiotension I.
Angiotensi I akan dirubah menjadi angiotensin II akan melepaskan
antidiuretic hormone, dan mensekresi aldosterone yang dapat
mengakibatkan retensi natrium dan air (Chandrasoma dan Taylor, 2005;
Baradero 2008 dikutip dalam Sativa, 2018, 25). Kontriksi pembuluh darah
serta retensi natrium dan air akan meningkatkan curah jantung dan resistensi
atau tahanan perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah
(Chandrasoma dan Taylor, 2005 dikutip dalam Sativa, 2018, 25).
6. Komplikasi hipertensi
Menurut depkes RI (2006), hipertensi yang berlangsung dalam jangka
waktu yang lama akan merusak organ tubuh seperti jantung, mata ginjal,
otak dan pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor risiko utama
untuk penyakit serebrovaskuler (stroke, transient ischemic attack),
penyakit arteri coroner (infark mikard,angina), gagal ginjal, demensia, dan
atrial fibrilasi. Selain itu hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan pendarahan retina,gangguan penglihatan sampai kebutuhan
(Anggraini dkk, 2009)
7. Pemeriksaan diagnostik
Penegakan diagnose hipertensi tidak dapat dilakukan dengan hanya
satu kali pemeriksaan, diagnose sapat ditegakan setelah dilakukan beberapa
13

tahapan pemeriksaan. Diagnosis awal hipertensi ditentukan berdasarkan


pemeriksaan tekanan darah,pemeriksaan ini dilakukan dua kali dengan
posisi duduk dan berbaring. Menurut baradero (2008), setelah dilakukan
pemeriksaan tekanan darah diagnosis akan ditetapkan dan dilakukan
pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik untuk menentukan penyebab
hipertensi, luas kerusakan organ dan pembuluh retina. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah lengkap (hitung deferensial dan kimia serum)
b. Fungsi ginjal (nitrogen urea darah, kreatini, urinalisis rutin).
c. Panel lipid untuk mengetahui adanya hiperlipidemia.
d. Elektrokardioram (EKG), Sinar -X toraks, ekokardiogram, untuk melihat
adanya pembesaran jantung dan hipertrofi ventrikel kiri.
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai Tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai Tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
f) Diet tinggi kalium
2) Latihan fisik
14

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang


dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari,jogging,bersepeda,berenang dan lain-lain
b) Itensitas olahraga yang baik antara 60-80 %bdari kapasitas aerobic
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220-umur
c) Lamanya Latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
Latihan
d) Frekuensi Latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik
5kali perminggu.
3) Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek dianggap tidak ormal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b) Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan penyuluhan
Tujuan Pendidikan Kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
15

b. Terapi dengan obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh komite dokter ahli hipertensi (Jon National Committee
on Detection), evaluation and treatment of high blood pressure,
USA,1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyakit beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit
lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
1) Step 1: Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis ,
ACE inhibitor
2) Step 2: Alternatif yang bisa diberikan
a) Obat pertama dinaikan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah oabat ke -2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidine, reserphin,
vasodilator
3) Step 3: alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4: alternatif
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka Panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas Kesehatan. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien petugas Kesehatan adalah
sebagai berikut.
16

1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran


tekanan darahnya.
2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekananan darahnya.
3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bia dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
4) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan
darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter.
5) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
6) Sedapat mungkin Tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
7) Ikut sertakan keluaga penderita dalam proses terapi
8) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya dirumah
9) Buatlah sederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1
kali sehari atau 2 kali sehari
10) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
11) Yakinkan penderita yang kemungkinan yang perlunya memodifikasi
dosis untuk mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal
dan efektifitas maksimal
12) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin.
13) Untuk penderita yang kurang patuh,usahakan kunjungan lebih sering.
14) Hubungi segera penderita, bila tidak atang pada waktu yang
ditentukan.
17

15) Melihat pentingnnya kepatuhan pasien dalam pengbatan maka sangat


diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaa pengobatan hipertensi.
9. Pengukuran tekanan darah
a. Atur posisi klien duduk, periksa alat-alat yang ingin digunakan
(sphygmomanometer, stetoskop, vena dan lembar observasi).
b. Menggulung lengan baju klien pada bagian atas lengan. Mempalpasi
arteri brakialis. Meletakkan manset 2,5 cm diatas nadi berakhialis.
Meletakkan manset masih kempis, pasang manset dengan rata dan pas
disekeliling lengan atas. Memastikan bahwa manometer diposisikan
sejajar mata. pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1 m.
c. Mempalpasi arteri radialis atau berakhialis dengan ujung jari dari sambal
menggebungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30 mmHg diatas
titik dimana denyut tidak teraba lagi. Mengempiskan manset dan tunggu
selama 30 detik.
d. Meletakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas,
tidak muffled. Ketahui lokasi arteri berakhialis dan letakkan bel atau
diafragma chestpiece diatasnya, jangan membiarkan chestpiece
menyentuh manset atau baju klien.
e. Tutup katub balon tekanan searah jarum jam sehinga kencang
f. Gembungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang dipalpasi
g. Cara titik pada panometer saat bunyi jelas yang pertama didengar sebagai
tekanan sistolik. Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna.
h. Buka manset dari lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang.
i. Bantu klien untuk Kembali ke posisi nyaman dan tutup Kembali lengan
atas
j.
18

B. Konsep Teori Kecemasan


1. Pengertian kecemasan
Menurut Lestari (2015) Ansietas merupakan respon emosional dan
penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bahwa sadar
dan belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya. Ansietas
merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek dan spesifik
sehingga orang merasakan sesuatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah
ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-
gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.
Kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak
menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan
orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak
menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi
kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.
2. Tanda dan gejala kecemasan
Keluhan -keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas antara lain:

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah


tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala
3. Rentang Respon Kecemasan
Tingkat kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:
19

Skema 2.1 Respon Kecemasan


Respon adatif Respon maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Tingkat kecemasan (Peplau, 1952 dalam Hawari, 2001)


a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan mempunyai
karakteristik :
1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2) Kewaspadaan meningkat
3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat
4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan
kreatifitas
5) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung,muka berekrut,serta
bibir bergetar.
6) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan
terangsang untuk melakukan Tindakan.
7) Respon prilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus
pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
20

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan


pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga
seseorang mengalamiperhatian yang selektif,namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat,kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak
optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah
tersinggung, tidak sabra, mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan
sedang mempunyai karakteristik :
1) Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/ konstipasi, sakit
kepala, sering berkemih, dan letih.
2) Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan
rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
3) Respon prilaku dan emosi : Gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih
tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak
aman.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal
lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusinng,
sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare,
palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif,
berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan
kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
Kecemasan berat mempunyai karakteristik :
21

1) Individu cenderung memikirkan halyang kecil saja dan mengabaikan


hal lain.
2) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3) Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/ tuntunan,serta lapang persepsi menyempit.
4) Respon prilaku dan emosi : perasaan terancam meningkatkan dan
komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).
d. Panik (sangat berat)
Panik berhbungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedangpanik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang
terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang seerhana, berteriak, menjerit, mengalami
halusinasi dan delusi. Panik (kecemasan sangat berat) mempunyai
karakteristik :
1) Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik, dan palpasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2) Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis,
persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan
ketidakmampuan memahami situasi.
3) Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,
berteriak-riak kehilangan kendali atau control diri (aktifitas motoric
tidak menentu), perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Proses terjadinya kecemasan
a. Faktor predisposisi kecemasan
Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu :
1) Teori psikoanalitik
22

Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi


antara due elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati Nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Teori tingkah laku (pribadi)
Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah
frustasi,dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat
menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin
adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor
tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh
kepuasan dan kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai
dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan
3) Teori keluarga
Menunjukka bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas
perkembangan individu dalam keluarga.
4) Teori biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan. Penghambat asam aminobutirikgamma neroregulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana hal nya
dengan endorfin. Selain itu, bahwa dibuktikan bahwa Kesehatan
umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan
23

fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk


mengatasi stressor.
b. Presipitasi kecemasan
Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Ada dua kategori Faktor faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman
terhadap integritas fisik dan terhadap system diri :

1) Ancaman terhadap integritas fisik


Ancaman pada kategoriini meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan
mekanisme fisiologis seperti jantung,system imun, regulasi
temperatur, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan
penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat
polutan, luka trauma. Kecemasan dapat timbul kekhawatiran terhadap
Tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara
keseluruhan.
2) Ancaman terhadap system tubuh
Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa
kesulitan dalam melakukan hubungan interpersonal dirumah, di
tempat kerja dan masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa
kehilangan pasangan, orang tua, teman, perubahan status pekerjaan,
dilemma etik yang timbul dari aspek religious sesorang, tekanan dari
kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap system diri terjadi
saat Tindakan operasi akan dilakukan sehingga akan menghaasilkan
suatu kecemasan.
5. Skala pengukuran kecemasan
a. Skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
24

Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut


HARS (Hamilton Anxiety rating scale). Skala HARS merupakan
pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada
individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14
simptom yang Nampak pada individu yang mengalami keccemasan.
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai
dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton skala Hamilton Anxiety Rating scale
(HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
1) Perasaaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2) Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk penglihatan kabur, muka
merah dan pucat merasa lemah.
9) sdan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa nafas pendek.
11) Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas di perut.
25

12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,


aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat
dan nafas pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori :
0 = Tidak ada gejala sama sekali
1 = Ringan/ satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = Berat/ lebih dari setengah gejala yang ada
4 = Sangat berat/semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan
item 1-14 dengan hasil :
2) Skor < = tidak ada kecemasan.
3) Skor 14-20 = kecemasan ringan
4) Skor 21-27 = kecemasan sedang
5) Skor 28-41= kecemasan berat
6) Skor 42-56 = panik/ kecemasan sangat berat.
b. Depression Anxiety scale (DASS)
DASS merupakan kuesioner denngan 42 item pertanyaan yang
dirancang untuk mengukur besarnya keadaan tiga emosi negative, yaitu
depresi, kecemasan, dan stress. DASS depresi berfokus pada rendahnya
motivasi,kepercayaan diri,dan suasana hati yang buruk.. DASS
kecemasan berfokus pada panik,ketakutan dan gairah fisik. DASS stress
berfokus pada ketegangan dan sifat mudah tersinggung. Setiap
pertanyaan akan diberi penilaian angka dari 0-3 yang artinya adalah:

Nilai 0 = tidak sesuai dengan saya sama sekali,atau tidak pernah.


26

1 = sesuai dengan saya untuk beberapa derajat, atau kadang-kadang

2 = sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu

3 = sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Masing-masing nilai dari 42 pertanyaan tersebut akan dijumlahkan, dari


hasil tersebut derajat kecemasan seseorang akan diketahui,yaitu :

Total nilai 0-7 = tidak ada kecemasan

8-9 = kecemasan ringan

10-14 = kecemasan sedang

15-19 = kecemasan berat

20< = kecemasan berat sekali

DASS tidak digunakan untuk menggantikan pengkajian psikologis


yang lengket, DASS hanya digunakan untuk mengetahui tingkat
kecemasan seseorang (parkitny dan McAuley,2010).

c. Back Anxiety Inventory (BAI)

BAI memiliki 21 item pertanyaan yang mengukur aspek fisik,


kognitif, dan emosional. Setiap pertanyaan akan diberi skor penilaian dari
0-3, skor dan 21 item pertanyaan akan ditambahkan untuk mengetahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu total nilai 0 – 21 merupakan
kecemasan ringan, 22-36 mengindikasikan kecemasan sedang, dan 36 ke
atas mengindikasikan kecemasan tinggi (Yunitawati dan Santi,2014).
6. Penatalaksananaan kecemasan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistic, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik psikiatrik,psikososial dan
psikoreligus. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan stress, dengan cara :
27

1) Makan-makan yang bergizi dan seimbang.


2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minum keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), lorazepam, buspirone HCL, memprobamate dan
alprazolam.

c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
1) Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
2) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
3) Psikoterapi re-edukatif, memberikan Pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengisi kecemasan.
4) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki Kembali
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncengan akibat
stressor.
5) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, kosentrasi dan daya ingat.
28

6) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan


proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
7) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
d. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasanadalah sebagai berikut :

a. Umur
Bahwa umur yang lebih menderita stress dari pada umur tua.
b. Keadaan fisik
Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan.
Seseorang yang sedang menderita penyakit akan lebih mudah mengalami
kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita
penyakit.
c. Sosial budaya
Cara hidup orang dimasyarakat juga memu gkinkan ti bulnya stress.
Individu yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai filsafat
hidup yang jelas sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress.
Demikian juga dengan seseorang yang keyakinan agamanya rendah.
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang
yang akan mempunyai Pendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah
29

atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemaan adalah respon yang


dapat dipelajari. Dengan demikian Pendidikan yang rendah menjadi
faktor penunjang terjadinya kecemasan.
e. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan rendah mengakibatkan seseorang mengalami stress.
Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat
mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress dan
kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang
rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.
8. Konsep hubungan kecemasan dengan hipertensi

Hubungan kecemasan dengan perubahan tekanan darah kecemasan, rasa


takut, stress fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan tekanan darah karena
stimulasi sistem saraf simpatis yang meningkatkan, curah jantung dan
vaspkontriksi arteriol, sehingga meningkatkan tekanan darah. Pusat
vasomotor berperan atas vasokontriksi pembuluh daran dan peningkatan
denyut jantung, pusat vasomotor terdapat di dua pertiga proksimal medulla
oblongta terdapat pusat vasodilator atau inhibitor yang mampu
menghambat impuls vasokontriktor dan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah. Pusatvasomotor memiliki pusat kardioakseletor yang dapat
meningkatkan denyut jantung dan tekanan sistolik ventrikel yang akhirnya
meningkatkan curah jantung dan kardioinhibitori yang mampu menurunkan
denyut jantung dan mengurangi daya kontraksi otot-otot jantung sehingga
kardioinhibitori sering dihubungkan dengan aktivitas saraf vagus. Pusat
vasomotor berhubungan dengan hipotalamus akibat pengaruh emosi,
hormonal, stress dan sebagainya dan menimbulkan dampak pada fungsi
kardiovaskuler seperti perubahan tekanan darah dan denyut jantung.
Terdapat dua jalur reaksi hipotalamus dalam menanggulangi rangsangan
cemas, yaitu : mengeluarkan sejumlah hormone vasopressindan
kortikotropin releasing faktor (CRF), kedua hormon ini akan mempengaruhi
daya retensi air dan ion natrium serta mengakibatkan kenaikan pada volume
30

darah, merangsang pusat vasomotor dan menghambat pusat vagus sehingga


terjadi peningkatan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medulla adrenal,
meningkatnya frekuensi denyut jantung, meningkatnya kekuatan kontraksi
otot jantung sehingga curah jantung, dan tahanan perifer total meningkat.
Perubahan fungsi kardiovaskuler tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan
tekanan darah dan denyut jantung (Kusmiyati,2009). Tanda dan gejala
kecemasan dibedakan menjadi beberapa gejala yaitu gejala suasana hati,
gejala kognitif gejala somatic, dan gejala motoric. Gejala suasana hati
meliputi keemas an, panik dan kekhawatiran (Ganong, 2008). Gejala
kognitif merupakan salah suatu respon psikologis terhadap kecemasan
ditandai dengan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mudah lupa, merasa
khawatir yang berlebih dan obyektifitas menurun (Clark & Beck,2011).
Gejala somatik pada kecemasan dibagi menjadi dua respon yaitu langsung
dan tidak langsung. Respon langsung terjadi pada individu yang sedang
mengalami kecemasan yang ditandai dengan mulai bekeringat, mulut terasa
kering, denyut nadi cepat, nafas pendek, tekanan darah meningkat, kepala
terasa berdenyut dan otot menegang. Respon ini akan muncul sesaat
individu mulai merasa timbul ancaman terhadap dirinya dan muncul rasa
cemas terhadap keselamatannya, sedangkan respon tidak langsung adalah
bentuk akumulasi dari kecemasan yang dirasakan terus menerus dan
berkepanjangan sehingga muncul sakit kepala yang tiba-tiba dan
melemahnya otot. Gejala somatic merupakan gangguan fisiologis dan tidak
semua individu menunjukkan gejala yang sama karena perbedaan
pengaturan aktivitas saraf otonom di tiap individu (Barlow,2009). Gejala
motoric merupakan gambaran gejala kognitif dan somatic yang tinggi pada
seseorang untuk melakukan perlindungan diri, terjadinya tanda memiliki
tujuan dan terjadi secara reflek (Clark & Beck,2011).
C. Kerangka Konsep Teori

Faktor Resiko hipertensi:


a. Faktor genetick
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Kelompok etnis
e. Kebugaran
f. Kebiasaan merokok
g. Kelas soaial ekonomi
31

Kecemasa
Tekanan Hiperte n
darah nsi

Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Diteliti : Diteliti

: Tidak diteliti : Tidak diteliti


32

D. Keaslian penelitian
Penelitian kepustakaan mengenai “ Hubungan Kecemasan Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa
Kalimas Kecamatan Sungai Kakap” menunjukkan beberapa penelitian terkait yang berjenis dengan penelitian ini serta dapat
dijadikan keaslian dalam penelitian ini adalah

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian


33

no judul penelitian Nama peneliti Tahun Metode Populasi dan hasil


sampel
1 Hubungan tingkat Kadek Devi 2016 Jenis penelitian ini Sampel dalam Hasil penelitian
kecemasan dengan Pramana 1 , adalah studi penelitian ini adalah menunjukkan Sebagian
kejadian hipertensi di Okatiranti2 korelasi dengan semua usia lanjut besar responden (62.5%)
panti sosial tresna Tita Puspita desain penelitian yang memenuhi mengalami tingkat
werdha senjarawi Ningrum cross sectional. kriteria inklusi yang kecemasan sedang,
bandung berjumlah 40 usia sebagian kecil responden
lanjut. Teknik (27.5%) mengalami
sampling yang tingkat kecemasan berat,
digunakan adalah dan sebagian kecil
teknik non responden lainnya (10%)
probability mengalami tingkat
sampling dengan kecemasan ringan.
pendekatan Sementara itu, Sebagian
puposive sampling. besar responden (87.5%)
Pengumpulan data mengalami hipertensi
menggunakan sedang, sebagian kecil
kuesioner Skala responden (7.5%)
HARS dan mengalami hipertensi
pengukuran TD berat, sebagian kecil
dilakukan responden lainnya (5%)
menggunakan mengalami hipertensi
sphygmomanomete ringan. Hasil uji statistik
r air raksa secara menunjukkan bahwa
manual. Analisa asymsig < 0,05. Nilai C
data dengan = 0,63 termasuk ke
persentase dan dalam interval (0,51 < C
34

rumus chi square. < 0,75), maka korelasi


antara tingkat kecemasan
dengan hipertensi
termasuk kategori derajat
asosiasi kuat. Peneliti
menyarankan agar
perawat dapat melakukan
upaya promotif dan
preventif untuk
mengurangi angka
kejadian hipertensi pada
usia lanjut melalui
pendidikan kesehatan
tentang mekanisme
koping untuk
mengurangi kecemasan
pada usia lanjut.
35

2 Hubungan antara Fenty Zahara 2017 Berdasarkan hasil Subjek penelitian Dari hasil ini maka
kecemasan dengan Fakultas analisis yang ini adalah penderita hipotesis yang diajukan
tekanan darah pada psikologi menggunakan hipertensi yang dinyatakan ditolak. Hasil
penderita hipertensi universitas teknik korelasi sedang menjalani lain yang diperoleh dari
di rsu pku potensi utama product moment perawatan di rumah penelitian ini, yakni
Muhammadiyah Jl Kl Yos sakit pku kondisi kecemasan pada
yogyakarta Sudarso km muhammadiyah penderita hipertensi
6.5 No 3A Yogyakarta yang tergolong diatas rata-
Tanjung berjumlah 50 orang rata.
mulia kota
medan 20241
3 Hubungan makanan Muhammad 2020 Pnelitian ini
Penelitian ini Berdasarkan studi ini,
dan aktivitas fisik Firdaus, merupakan berhasil dapat disimpulkan bahwa
terhadap tekanan Windu CHN observasional mengumpulkan 100 peningkatan aktivitas
darah pada pasien Suryaningrat analitik denganpasien hipertensi fisik mempengaruhi
hipertensi di Kapuas desain penelitian yang bersedia pengontrolan tekanan
hulu potong lintang
menjadi subjek darah pada penderita
(cross sectional),penelitian dengan hipertensi
data penelitian
rerata (SD) usia 56
diperoleh (9) tahun dan
menggunakan didominasi laki-laki
kuesioner (71%), dan 10%
penelitian dengan pasien
hipertensi terkontrol
4 Generalized Anxiety Douglas 2010 from a cohort of Experience study. Depression has been the
and Major Carroll, Phd, men who were main focus for research
Depressive Anna C. members of the on mental health and
Disorders, Their Phillips, Phd, U.S. army during physical health
36

Comorbidity and Catharine R. the Vietnam war outcomes. The present


Hypertension in Gale, Phd, era. Occupational, results suggest that
Middle-Aged Men And G. David sociodemographic future research should
Batty, Phd , and health data pay equal attention to
were collected GAD and, in particular,
from military the comorbidity of GAD
service files, and MDD.
telephone
interviews, and
medical
examinations.
37

5. Depression and AT Ginty1 , 2012 Participants were Participants (n ¼ In conclusion, symptoms


anxiety are D Carroll1 , selected from the 455, 238 women) of depression and
associated with a TJ Dutch Famine were drawn from anxiety were associated
diagnosis of Roseboom2 , Birth Cohort, the Dutch Famine with a diagnosis of
hypertension 5 years AC Phillips1 which comprises Birth Cohort Study. hypertension assessed 5
later in a cohort of And SR De men and women years later, although the
late middle-aged Rooij2 who were born in mechanisms underlying
men and women Amsterdam, The these associations remain
Netherlands, to be determined.
between
November 1943
and February
1947. The
selection
procedures and
subsequent loss to
follow-up have
been described in
detail
elsewhere.11–13
In 2002–2004,
740 members of
the cohort
provided data at a
clinic assessment,
performed by a
trained research
nurse. In 2008–
38

2009, 455 of those


who had attended
the clinic returned
a completed
questionnaire
package, which
among other
things, asked
about diagnosed
illness. The study
was approved by
the local Medical
Ethics Committee,
carried out in
accordance with
the Declaration of
Helsinki, and with
the adequate
understanding and
written consent of
the participants.
39

E. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan melalui sebuah penelitian (Notoadmodjo,2012), hipotesis terdiri
dari pernyataan terhadap ada atau tidak adanya hubungan dua variable, yaitu
variabel bebas (independent variables) dan variabel terikat (dependent
variable) (Notoadmodjo,2012).
1. Hipotesis nihil (Ho) : Tidak ada hubungan antara tekanan darah
tinggi dengan kecemasan di desa kalimas kecamatan sungai kakap
2. Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara tekanan darah tinggi
dengan kecemasan di desa kalimas kecamatan sungai kakap.
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Kerangka konsep

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model konseptual yang


berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk
masalah (Lusiana,2015).

Kerangka konsep dari penelitian hubungan kecemasan dengan tekanan


darah pada penderita hipertensi di desa kalimas kecamatan sungai kakap
sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep


Variable independent Variabel Dependen

kecemasan Hipertensi

Variabel independent (bebas) adalah variable yang mempengaruhi atau


menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen terikat. Variabel
dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Tarjo, 2019). Jadi, variabel independen adalah
kecemasan dan variabel dependen adalah hipertensi
B. Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti menggunakan metode kualitatif,
bersifat observasi analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu ingin
mengetahui hubungan dengan kecemasan dengan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan sesaat pada
variabel bebas dan variabel terikat dengan objek penelitian yang dilakukan
secara bersama- sama.
41

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel, yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan (Tarjo, 2019).
Populasi adalah keseluruhan dari subjek dan atau objek yang akan
menjadi sasaran penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah 100 orang
yang menderita hipertensi di desa kalimas kecamatan sungai kakap.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian yang memberikan gambaran
secara umum dari populasi, sampel memiliki karakteristik yang sama atau
hampir sama dengan karakteristik populasi, sehingga sampel yang
digunakan dapat mewakili populasi yang diamati (Riyanto, 2020).
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. yaitu
pemilihan sampel tidak dilakukan secara acak dan dilakukan berdasarkan
maksud dan tujuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti (Dharma, 2011).
Sampel pada peneliti ini sebanyak 80 menderita hipertensi di desa kalimas
kecamatan sungai kakap. Dengan menggunakan rumus slovin.
N
n=
1+ Ne2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesehatan

N 100
n= 2=
1+ Ne 1+ 100¿ ¿

100 100
= = = 80
1+ 100(0,0025) 1,25
42

Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Kriteria inklusi
Kriteria dalam penelitian ini adalah :
a. Usia pada responden dimulai dari 45 samapai lebih dari 65
b. tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
c. Bersedia mengikuti kuesioner yang disediakan
2. Kriteria Eksklusi
a. Mempunyai kekurangan penglihatan, pendengaran atau gangguan
kognitif yang dapat menghalangi jalannya penelitian
b. Sulit berkomunikasi

D. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakuakan yang beralamat di desa kalimas kecamatan
sungai kakap. Peneliti mengambil lokasi di desa kalimas kecamatan sungai
kakap ini dikarenakan ditemukan masalah hipertensi di masyarakat desa
kalimas kecamatan sungai kakap.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari februari sampai mei 2020.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu


variabel atau kontraks dengan cara memberikan arti, atau memspesifikasi
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk
definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental
(Mustafa, 2020).
43

Table 3.1

Definisi operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur


operasional
1. Variabel Keadaan Hamilton Nilai skor interval
independe Ketika lansia Rating Hamilton
nt : mengalami Scale of Rating Scale
kecemasan perasaan Anxiety of Anxiety 0 -
gelisah, 56
khawatir dan
aktivasi
sistem saraf
otonom
dalam
merespon
terhadap
ancaman
yang tidak
jelas
2. Variabel Tekakan pada sphygmoma Tekanan Rasio
dependen : pembuluh nometer darah dalam
hipertensi nadi dari satuan mmHg
peredaran
darah
sistemik
44

dalam tubuh
lansia
F. Instrumen Pengumpulan Data

Instumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang digunakan


untuk mengumpulkan data. Ini berarti dengan menggunakan alat-alat tersebut
data dikumpulkan (Umrati,2020).

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuisioner.


Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Hermawan, 2019).

a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari Individu
kepada peneliti (Sugiyono,2014). Pada penelitian ini data primer di peroleh
dari hasil penilaian kecdemasan menggunakan kuesioner Hamilton rating
Scale Anxiety. Dan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan
sphygnomomanometer. Data primer lain dalam penelitian ini yaitu
karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
Pendidikan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono,2014). Pada
penelitian ini data sekunder diperoleh dari puskesmas kecamatan sungai
kakap. Data sekunder pada penelitian ini antara lain daftar lansia yang
memiliki riwayat hipertensi, dan usia.
G. Uji validitas dan Realibilitas

Validitas adalah keandalan instrument dalam mengumpulkan data,


instrument harus dapat mengukur apa yang harus diukur. Ada dua hal yang
harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu relevan isi
instrument dan relevan sasaran subjek serta cara pengukuran. Relevan isi
45

instrument artinya isi instrument harus disesuaikan dengan tujuan penelitian


agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan relevan sasaran
subjek dan cara pengukuran adalah instrumen yang disusun harus dapat
memberikan gambaran terhadap perbedaan subjek penelitian (Nursalam,2008).
Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
tersebut diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
(Nursalam,2008).

Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas pada alat ukur
tingkat kecemasan, karena kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-
A) sudah baku dan diterima secara internasional. HRS-A telah dibuktikan
memiliki validitas dan realibilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran
kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97 (Rahmy, 2013).
HRS-A juga telah diuji validas dan realibilitas dan mendapat korelasi dengan r
= 0,57- 0,84 dan r = 0,349) terhadap 30 responden (Nursalam,2003 dalam
Sumanto dkk, 2011).

Pengukuran tekanan darah pada penelitian ini diukur menggunakan


sphygmomanometer. Alat ini juga telah digunakan dalam penelitian Husadha
(2017), dengan judul “ Pengaruh terapi Rendom Kaki dengan Air Hangat
Terhadap Tekanan Darah Lansia dengan hipertensi di UPT pelayanan sosial
Tresna Werdha Jember”. Sedangkan untuk instrumen SOP yang diuji oleh tim
penguji.
H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pegambilan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulka


data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian.
Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan
data agar dapat memperkuat hasil penelitian. alat ukur pengumpulan data
tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/ angket, observasi, wawancara atau
gabungan ketiganya. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi. Observasi merupakan cara pengumpulan data
46

dengan melakukan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari


perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2011).

1. Tahap persiapan
a. Perizinan
Perizinan dimulai dengan tahap penyusunan proposal sampai uji
proposal, kemudian peneliti mengajukan surat perizinan dari institusi
untuk melakukan penelitian di desa kalimas kecamatan sungai kakap,
dilanjutkan dengan perizinan agar peneliti dapat melakukan institusi
tersebut dengan nomor surat : 699/II.1. AU/F/XII/2020.
b. Persiapan alat
Pada tahap ini peneliti menyiapkan sphygmomanometer aneroid dan
stetoskop.
2. Tahap pelaksanaan
a. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.
b. Atur posisi klien duduk, periksa alat-alat yang akan digunakan
c. Menggulung lengan baju klien pada bagian atas lengan. Mempalpasi
arteri brakialis. Meletakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis 9 ruang
antecubital). Dengan manset masih kempis, pasang manset dengan rata
dan pas di sekeliling lengan atas. Memastikan bahwa manometer di
posisikan secara vertical sejajar mata, pengamat tidak boleh lebih jauh
dari 1m.
d. Mempalpasi arteri radialis atau brakhialis dengan ujung jari dengan satu
tangan sambal menggebungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30
mmHg diatas titik dimana denyut tidak teraba lagi. Mengempiskan
manset dan tunggu selama 30 detik.
e. Meletakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas,
tidak muffed. Ketahui lokasi arteri brakhialis dan letakkan bel atau
diafragma chestpiece diatasnya. Jangan membiarkan chestpiece
menyentuh manset atau baju klien.
f. Tutup katup balon tekanan searah jarum jam hingga kencang
47

g. Gebungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang di palpasi


h. Catat pada titik pada manamoter saat bunyi jelas yang pertama terdengar
sebagai tekanan diastolik. Kempiskan manset dengan cepat dan
sempurna.
i. Buka manset dari lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang
j. Bantu klien untuk Kembali ke posisi nyaman dan tutup Kembali lengan
atas.
k. Beritahu hasil pemeriksaan pada klien
l. Rapikan klien ke posisi semula
m. Kaji respon klien.
n. Beritahu Tindakan sudah selesai.
3. Proses pengolahan data

Pengolahan data secara komputerisasi dapat dilakukan beberapa


tahapan menurut Heriana (2015), sebagai berikut:

1. Editing

Melakukan pemeriksaan kelengkapan data, kelengkapan kuesioner/


formulir, apakah jawaban sudah lengkap dengan semua pertanyaan terisi
semua, tulisan yang jelas dan dapat terbaca. Jawaban yang tertulis
relevan dengan pertanyaan dan konsistensi jawaban.

2. Coding

Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data


berbentuk angka/ bilangan. Kegiatan ini memberikan kode pada
kuesioner dan kode pada tiap – tiap kuesioner A, B dan C.

3. Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar dan sudah
melalui proses pengkodean, maka selanjutnya memproses data agar dapat
48

dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara memasukan data dari


kuesioner ke paket program komputer.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah


dimasukan apakah ada kesalahan data atau tidak (pembersihan data).
Kesalahan dimungkinkan terjadi saat memasukan data ke komputer .
I. Rencana dan analisis data

Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul (Mukhtazar, 2020). Proses analisis data yaitu
tehnik analisis data yang di pergunakan peneliti adalah analisa univariat dan
bivariat.

1. Analisis univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel


secara tunggal. Analisis univariat dilakukan dengan melakukan perhitungan
pada satu variabel untuk melihat besar masalah kesehatan melalui distribusi
variabel tersebut menggunakan statistik deskriptif (Hasnidar, 2020).
Analisis univariat dalam penelitian adalah usia,jenis kelamin dan
Pendidikan.

2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolaborasi (Notoatmodjo, 2010). Uji
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi chi square
dengan batas kemungkinan a = 0.05. untuk mengetahui hubungan tingkat
kecemasan dengan peningkatan tekanan darah tinggi di desa kalimas
kecamatan sungai kakap.
49

J. Etika penelitian

Perlindungan terhadap responden sebagai bentuk etika penelitian


menurut Hamamah (2020) dilaksanakan melalui:

1. Pemberian informasi penelitian kepada calon responden sebelum


pengambilan data penelitian dimulai.
Responden harus diberi informasi penuh tentang semua aspek
penelitian yang relevan, sebelum mereka diminta ketersediaanya untuk
berpartisipasi dalam penelitian, tetapi tidak terbatas pada:
a. Mengungkapkan tujuan penelitian
b. Cara pengambilan data yang akan dilakukan
c. Informasi (jenis data) yang akan digunakan dalam penelitian
d. Ruang lingkup kerahasiaan data yang diberikan dan anonimitas
responden
e. Cara yang diantisipasi untuk mempublikasikan dan menyebarluaskan
temuan penelitian
f. Organisasi yang mendanai penelitian (jika ada)
2. Persetujuan dan perizinan
Sebelum pengambilan data penelitian dimulai, peneliti harus
mendapatkan perijinan dan persetujuan yang diperlukan.
a. Perijinan perlu didapatkan dari tempat dimana penelitian akan dilakukan.
Perijinan bisa dari instansi, kepala daerah, ijin teertua penduduk local,
izin dari pemelihara situs.
b. Persetujuan perlu didapatkan dari calon responden penelitian dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Calon responden perlu diberikan formulir persetujuan (informed
consent) untuk ditandatangani sebagai bukti
2) bahwa calon responden sudah diberi informasi penelitian, memahami
informasi tersebut dan secara sukarela setuju untuk berpartisipasi.
3) Persetujuan responden harus diberikan secara sukarela dan tidak ada
paksaan atau kewajiban.
50

4) Responden diberi wawasan agar menyadari hak mereka untuk


menolak partisipasi pada tahap apapun karena alas an apapun dan
berhak untuk menarik data yang baru saja diberikan
5) Peneliti harus menghindari menekan responden untuk menandatangani
formulir persetujuan
6) Peneliti tidak boleh menahan informasi yang mungkin mempengaruhi
kesediaan calon responden untuk berpartisipasi.

3. Tanggungjawab moral terhadap responden

Dalam proses penelitian, peneliti memiliki tanggungjawab moral


untuk melindungi responden. Tanggungjawab ini mencakup tetapi tidak
terbatas pada:

a. Menghindari tindakan yang menyebabkan kerugian, kesulitan,


kecemasan, rasa sakit, atau perasaan negative lainnya kepada responden.
b. Tidak mengelabui responden
c. Tidak melakukan pelanggaran privasi
d. Tidak mengumpulkan informasi berbahaya
e. Menghormati norma, adat dan kebiasaan responden dan lingkungannya
f. Peka terhadap kebutuhan dan karakter populasi responden yang rentan
(anak-anak, manula)
g. Memastikan semua responden mendapat perlakuan sama.
4. Penanganan Data
Data yang diperoleh harus diperlakukan secara hati-hati untuk
menjamin kerahasiaan dan privasi responden. Yang dapat dilakukan peneliti
meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
51

a. Memastikan transkrip tidak menyertakan nama asli responden. Nama asli


responden dapat diganti dengan nama samara atau kode angka dimana
hanya peneliti yang mengetahui kode pengenal mereka.
52
53

Lampiran A : Lembar informed

Kode responden :

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Meli Diana

Nim : SR172110065

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jln Raya Desa Kapur Komlek Ganesha Agung

Bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul “ Hubungan Dengan


Kecemasan Dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara hipertensi dengan
kecemasan pada penderita hipertensi di desa kalimas kecamatan sungai kakap.
Pada penelitian ini peneliti mengukur tekanan darah kemudian memberikan
lembar kuesioner Hamilton rating scale for anxiety (HRS-A) untuk mengetahui
tingkat kecemasan ibu / bapak.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan pada anda
sebagai responden maupun keluarga. Kerahasiaan semu informasi dijaga dan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian. jika anda tidak bersedia menjadi
responden, maka tidak ada ancaman bagi anda maupun keluarga. Jika anda
bersedia menjadi responden maka saya, lampiran, dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaan menjadi responden
saya ucapkan terimaka

Pontianak, 15 Januari
2020
54

Meli Diana

NIM SR172110065
Lampiran B : Lembar consent

KODE RESPONDEN :

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (Inisial) :

Umur :

Jenis Kelamin :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dari :

Nama : Meli Diana

NIM : SR172110065

Program Studi : S1 Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak

Judul : Hubungan Kecemasan Dengan Tekanan Darah Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Kalimas Kecamatan Sungai Kakap.

Prosedur penelitian ini tidak menimbulkan risiko apapun pada subjek


penelitian, subjek penelitian dapat menolak jika tidak bersedia dengan tidak ada
ancaman atau efek apapun. Kerahasiaan sepenuhnya akan dijamin oleh peneliti.
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian
diatas dan saya diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban dari pertanyaan yang sudah saya
berikan.
55

Dengan ini saya menyatakan secara sadar dan sukarela bersedia untuk ikut
menjadi responden penelitian serta bersedia menjawab semua pertanyaan dengan
sebenar- benarnya dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya buat dalam keadaan
sadar dan tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Pontianak, 15 Januari 2020

(………………………...)
56

Lampiran C: Lembar Data Karakteristik Responden


KODE RESPONDEN :
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap bagian pertanyaan kuesioner ini
2. Isilah titik- titik yang tersedia dengan jawaban yang benar
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut bapak / ibu dengan cara
memberikan tanda check list (v) pada pilihan jawaban yang dipilih.

A. Karakteristik Demografi Responden


1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
Tidak sekolah / tamat SD
Tamat SD / Sederajat
SLTP / Sederajat
SLTA / Sederajat
Akademi / PT
57
58

Lampiran D : Kuesioner Hamilton Rating Scale of Anxiety

KODE RESPONDEN:

KUESIONER HAMILTON RATING SCALE OF ANXIETY

Petunjuk pengisian :

1. Setiap pernyataan dibawah ini menggambarkan keadaan yang anda


rasakan seminggu terakhir ini.
2. Memberikan tanda check list (v) pada pilihan jawaban yang
menggambarkan keadaan anda.
3. Jawaban boleh lebih dari satu.

Perasaan cemas
Cemas Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri Mudah tersinggung

Ketegangan
Merasa tegang Lesu
Tidak bisa istirahat tenang Mudah terkejut
Mudah menangis Gemetar
Gelisah
Ketakutan
Pada gelap Pada orang asing
Ditinggal sendiri Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas pada kerumunan orang
banyak
Gangguan tidur
Sulit masuk tidur Terbangun malam hari
Tidur tidak nyenyak Bangun dengan lesu
Banyak mimpi- mimpi Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
59

Gangguan kecerdasan
Sulit berkonsentrasi Daya ingat buruk
Perasaan depresi
Hilangnya minat Berkurangnya kesena-
Sedih ngan pada hobi
Perasaan berubah-ubah Bangun dini hari
Sepanjang hari
Gejala somatik / fisik (sensorik)
Sakit dan nyeri di otot- otot Kaku
Kedutan otot Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
Gejala somatik / fisik (sensorik)
Telinga berdenging atau hitam (tinnitus) penglihatan
Muka merah atau pucat kabur
Perasaan ditusuk- tusuk Merasa lemas
Gejala kardiovaskuler
Denyut jantung cepat berdebar-deb
Nyeri di dada r
Rasa lesu / lemas seperti mau denyut nadi
pingsan mengeras

detak jantung

menghilang

(berhenti
sekejab)

Gejala respitori

Rasa tertekan atau sempit di dada rasa tercekik

Sering menarik nafas

Nafas pendek / sesak


60

Gejala gastrointestinal

Sulit menelan perut melilit

Gangguan pencernaan nyeri sebelum dan sesudah makan

Rasa panas di perut rasa penuh atau kembung

Mual muntah

Buang air besar lembek sukar buang air besar (konstipasi)

Kehilangan berat badan

Gejala urogenital

Sering buang air kecil tidak bisa menahan air seni

Gejala autonomy

Mulut kering muka merah

Mudah berkeringat kepala pusing

Kepala terasa berat kepala terasa sakit

Bulu- bulu berdiri

Tingkah laku ( sikap ) pada wawancara

gelisah tidak tenang

jari gemetar kerut kening

muka tegang / mengeras nafas pendek dan cepat

muka merah
61

SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengukuran Tekanan Darah

Judul SOP : Pengukuran tekanan darah

Tanggal pelaksanaan :

Pengertian :merupakan pengukuran tekanan darah secara non-infasif


untuk mengetahui kekuatan pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan
tekanan dari jantung.
Tujuan : untuk mengetahui tekanan darah sistol dan diastole jantung

Indikasi : pengukuran tekanan darah berguna untuk seluruh klien


dalam mengevaluasi keadaan umum Kesehatan kardiovaskuler dan merupakan
saah satu tanda vital

Persiapan klien : 1. Beri salam dan perkenalan diri

2. pastikan indetitas klien


3. kaji kondisi klien
4. jaga privasi klien
5. jelaskan maksud dan tujuan

Persiapan alat :1. Sphygmomanometer aneroid

2.stetoskop

a. Tahap kerja : Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.


b. Atur posisi klien duduk, periksa alat-alat yang akan digunakan
c. Menggulung lengan baju klien pada bagian atas lengan. Mempalpasi
arteri brakialis. Meletakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis 9 ruang
antecubital). Dengan manset masih kempis, pasang manset dengan rata
dan pas di sekeliling lengan atas. Memastikan bahwa manometer di
posisikan secara vertical sejajar mata, pengamat tidak boleh lebih jauh
dari 1m.
d. Mempalpasi arteri radialis atau brakhialis dengan ujung jari dengan satu
tangan sambal menggebungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30
62

mmHg diatas titik dimana denyut tidak teraba lagi. Mengempiskan


manset dan tunggu selama 30 detik.
e. Meletakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas,
tidak muffed. Ketahui lokasi arteri brakhialis dan letakkan bel atau
diafragma chestpiece diatasnya. Jangan membiarkan chestpiece
menyentuh manset atau baju klien.
f. Tutup katup balon tekanan searah jarum jam hingga kencang
g. Gebungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang di palpasi
h. Catat pada titik pada manamoter saat bunyi jelas yang pertama terdengar
sebagai tekanan diastolik. Kempiskan manset dengan cepat dan
sempurna.
i. Buka manset dari lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang
j. Bantu klien untuk Kembali ke posisi nyaman dan tutup Kembali lengan
atas.
k. Beritahu hasil pemeriksaan pada klien
l. Rapikan klien ke posisi semula
m. Kaji respon klien.
n. Beritahu Tindakan sudah selesai.

Evaluasi : 1.Evaluasi respon klien

2 berikan reinforcement positif

3 mengakhiri kegiatan dengan cara yang terbaik.


63

Anda mungkin juga menyukai