Anda di halaman 1dari 93

GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DIABETIC FOOT ULCER (DFU)

PADA TN. M DI KLINIK KITAMURA PANCASILA

PONTIANAK

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

PRAYUGO SUSANTO
NIM. SRP 21318019

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022
GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DIABETIC FOOT ULCER (DFU)
PADA TN. M DI KLINIK KITAMURA PANCASILA
PONTIANAK

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

PRAYUGO SUSANTO
NIM. SRP 21318019

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN REGULER B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022

i
SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

Judul Karya Ilmiah Akhir : Gangguan Integritas Kulit / Jaringan Diabetic


Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura Pancasila
Pontianak
Nama : Prayugo Susanto

NIM : SRP21318019

Program Studi : Profesi Ners Keperawatan Reguler B

Menyetujui,
Pembimbing

Ns. Yenni Lukita, M.Pd


NIDN : 1104017301

ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)
Oleh:
Prayugo Susanto
SRP21318019

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Ilmiah Akhir,


Program Studi Ners Kelas Reguler B
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
Tanggal : Juli 2022

Disetujui,

Pembimbing Penguji

Yenni Lukita, S.Kep, Ners, M.Pd Ns. Lestari Makmuriana, M.pd., M.Kep

NIDN : 1104017301 NIDN : 1115028201

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep


NIDN 1124058601

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah benar-

benar hasil pekerjaan saya. Adapun kutipan atau seduran hanya sebatas referensi

semata dan apabila dikemudian hari karya ilmiah akhir yang saya buat ini terbukti

meniru atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis

maupun sanksi pidana dari lembaga yang berwenang.

Pontianak, Juli 2022

Hormat saya,

Prayugo Susanto
NIM. SRP21318019

iv
KATA PENGANTAR

ِ‫س ِم‬
ْ ِ‫ّللا ب‬
َِِ ‫ن‬ِِ ‫الر ْح َم‬
َ ‫يم‬ِِ ِ‫الرح‬
َ

Assalamu’alaikum,ِWr.ِWb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan

kesempatan dan kesehatan untuk menjalankan kehidupan ini menjadi lebih baik

dengan penuh kasih sayang-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan,

terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari

zaman kegelapan dan kebodohan ke zaman yang terang benderang seperti

sekarang ini serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Luka

Pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik

Kitamura Pancasila Pontianak”

Selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak untuk itu penulis menyampaikan

ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Haryanto, S.Kep, Ns, MSN, Ph. D. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.

2. Ibu Indah Dwi Rahayu, M.Kep. Selaku Plt Ketua Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.

v
3. Ibu Yeni Lukita M.Kep, M.Pd. Selaku Pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan masukan sehingga dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir pada waktunya

4. Dosen dan seluruh civitas akademik STIK Muhammadiyah Pontianak yang

telah banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal lain

yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.

5. Ibu, abang dan keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan

moril serta kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

akhir ini.

6. Teman-teman satu angkatan Program Studi Ners Tahap Profesi Reguler B

Angkatan 2022 STIK Muhammadiyah Pontianak yang saling membantu dan

memberikan motivasi dalam proses menyelesaikan karya ilmiah akhir.

7. Teman-teman seperjuangan squad titik kumpul, Juliat, Imam, Agus, Ade

Aulia, Ery, billy, alpon, herpin, Muhammad ramadhan dan Neysaaaaaa selalu

memberikan dukungan moral saat penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

8. Teman – teman Klinik Rumah Berkah, Kak Marlina, Rahnu, Ridwan, Wanda,

dan Nisa yang memberi motivasi dan refernsi dalam penyusuan KIA ini.

9. Untuk diri saya sendiri, lakukan apa yang membuat kamu senang , tidak ada

yang tidak bisa kecuali, makan kepala sendiri, kita mau kita bisa.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,

perhatian, motivasi dan kerja sama kepada penulis dalam menyusun karya

ilmiah akhir.

vi
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir ini masih terdapat

banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu, waktu, dan kemampuan. Untuk itu

penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini. Atas bantuan dari

semua pihak penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga

mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin

Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khairot

Wassalamu’alaikumِWr.ِWb

Pontianak, Juli 2022

PRAYUGO SUSANTO
SRP21318019

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
BAB I ............................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
1. Tujuan Umum.................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 4
C. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................ 6
LANDASAN TEORITIS ................................................................................... 6
A. Konsep Masalah Keperawatan Utama ....................................................... 6
B. Diabetes Melitus ....................................................................................... 7
C. Diabetic Foot Ulcer ................................................................................ 14
D. Asuhan Keperawatan Teori..................................................................... 31
BAB III ............................................................................................................. 39
ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................... 39
A. Pengkajian .............................................................................................. 39
B. Diagnosis Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi. ....... 44
1. Analisa Data .................................................................................... 44
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 45
3. Perencanaan Keperawatan ............................................................... 45
4. Implementasi ................................................................................... 47
5. Evaluasi ........................................................................................... 52
viii
BAB IV ............................................................................................................. 58
PEMBAHASAN ............................................................................................... 58
A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan ............................................... 58
B. Pembahasan Proses Praktik Profesi Dalam Pencapaian Target ................ 65
BAB V............................................................................................................... 67
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 67
A. Kesimpulan ............................................................................................ 67
B. Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69

ix
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway Diabetic FootmUlcer………………………………….. 21

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 System Kategori Risiko Ulkus DFU……………………………… 17

Table 2.2 Sistem Klasifikasi Wagner………………………………………… 17

Table 3.1 Pemeriksaan Lab…………………………………………………… 43

xi
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS) B


Karya Ilmiah Akhir, Juli 2022
PRAYUGO SUSANTO
“ASUHANِKEPERAWATAN LUKA PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DIABETIC FOOT ULCER (DFU) DI KLINIK KITAMURA
PONTIANAK”
INTISARI
Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis berupa
gangguan metabolik yang di tandai dengan kadar gula darah yang melebihi
normal. DFU adalah adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus dimana
ditemukan infesi, tukak dan atau ditruksi ke jaringan kulit yang paling dalam
dikaki akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer.
Penyakit Diabetes Mellitus di Kalimantan Barat 2018 jumlah penderita diabetes
melitus dilaporan sebanyak 28.343 orang atau sebanyak 1,15 % dan Di Kota
Pontianak 3.611 orang (2,01%) berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Kalimantan Barat. Komplikasi
yang sering terjadi pada penderita DM ialah diabetic foot ulcer.
Tujuan: Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
diabetic foot ulcer
Metode Penyelesaian Masalah: Metode penyelesaian masalah pada karya ilmiah
ini adalah menggunakan strategi pelaksanaan diagnosa asuhan keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil: Berdasarkan data subjektif dan data objektif penulis mendapatkan masalah
keperawatan kerusakan integritas jaringan, kemudian penulis melakukan
intervensi serta implementasi, dan setelah itu penulis melakukan evaluasi masalah
keperawatan pada Tn. Belum teratasi.
Kata Kunci: diabetes mellitus, diabetic foot ulcer, dressing madu.

xii
MUHAMMADIYAH STIK PONTIANAK
NURSING PROFESSIONAL PROGRAM (NERS) B
Final Scientific Paper, July 2022
PRAYUGO SUSANTO
"NURSING CARE OF Wounds in TN. M WITH MEDICAL DIAGNOSIS
DIABETIC FOOT ULCER (DFU) AT KITAMURA PANCASILA
PONTIANAK CLINIC”
ABSTRACKT
Background: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease in the form of
metabolic disorders characterized by blood sugar levels that exceed normal. DFU
is one of the complications of diabetes mellitus where infection, ulcers and/or
ditruction are found in the deepest skin tissue on the legs due to nerve
abnormalities and peripheral arterial vascular disorders. Diabetes Mellitus
Disease in West Kalimantan 2018 the number of people with diabetes mellitus
was reported as 28,343 people or 1.15% and in Pontianak City 3,611 people
(2.01%) based on Doctor's Diagnosis in Population of All Ages by Regency/City,
West Kalimantan Province. Complications that often occur in DM patients are
diabetic foot ulcersObjective : Able to carry out nursing care for clients with a
diabetic foot ulcer
Problem Solving Methods: The problem – sloving method in this scientific paper
is to use strategies for implementing nursing care diagnoses, interventions,
impementation, evaluation of nuring.
Results : Based on subjective data and objective data, the writer got the nursing
problem of tissue integrity damage, then the writer intervened and implemented it,
and after that the writer evaluated the nursing problem in T n . Not resolved.
Keywords : diabetes mellitus, diabetic foot ulcer , honey dressing.

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Madu……………………………………………………………. 27

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik,


dimana terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang
dihasilkan dari kurangnya sekresi insulin, aksi insulin, maupun keduanya.
Komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien diabetes mellitus yaitu luka
diabetik.Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis berupa gangguan
metabolik yang di tandai dengan kadar gula darah yang melebihi normal yang
sudah banyak diderita oleh penduduk dunia. Menurut data penelitian
International Diabetes Federation (IDF) (2017), memprediksi adanya kenaikan
jumlah penderita DM di dunia dari 425 juta jiwa pada tahun 2017 menjadi 629
juta jiwa pada tahun 2045. Sedangkan di Asia Tenggara, dari 82 juta pada
tahun 2017, menjadi 151 juta pada tahun 2045 (International Diabetes
Federation, 2017).
Data Laporan hasil INFODATIN (Kementrian Kesehatan RI, 2018),
prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 2%, jumlah ini meningkat
sebanyak 0,5% dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). International Diabetes Federation (IDF)
(2017) memperkirakan Indonesia akan menjadi negara ke-7 dari 10 besar
negara yang diperkirakan memiliki jumlah penderita DM sebesar 5,4 juta pada
tahun 2045 serta memiliki angka kendali kadar gula darah yang rendah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kalimantan Barat 2018 jumlah
penderita diabetes melitus dilaporan sebanyak 28.343 orang atau sebanyak
1,15 % dan Di Kota Pontianak 3.611 orang (2,01%) berdasarkan Diagnosis
Dokter pada Penduduk Semua Umur menurut Kabupaten/Kota, Provinsi
Kalimantan Barat (Riskesdas 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Park
(2017) membuktikan tingginya angka kejadian DM menyebabkan terjadinya
peningkatan pada komplikasi seperti retinopati diabetik, nefropati diabetik,
stroke, penyakit arteri koroner, Diabetic Foot Ulcer (DFU) dan beberapa

1
2

penyakit lain. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita DM ialah DFU.
DFU adalah luka yang terjadi pada kaki orang yang mangalami diabetes
mellitus. Penyebab dari DFU ada beberapa komponen yaitu meliputi
neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus,
infeksi dan edema. Faktor penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2
faktor yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu genetik
metabolik, angiopati diabetik, neuopati diabetik sedangkan faktor eksogen
yaitu trauma, infeksi, dan obat (Gupta et. al, 2018). Diabetic foot ulcer
(DFU) adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus (DM) dimana ditemukan
infeksi, tukak dan atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki
akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer (Roza et
al, 2015). Glukosa dengan jumlah banyak menyebabkan darah menjadi pekat
sehingga aliran darah tidak lancar, aliran darah yang tidak lancar
menyebabkan neuropati pada saraf perifer karena suplai oksigen dan nutrisi ke
jaringan terhambat sehingga kondisi tersebut mempengaruhi proses
penyembuhan luka (PERKENI, 2015).
Penanganan gangguan integritas kulit dan jaringan pada pasien diabetes
melitus tipe 2 adalah pencegahan terhadap terjadinya luka. Masalah
keperawatan tersebut dapat dicegah dengan penatalaksanaan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh mulai dari pengkajian
masalah, menentukan diagnosis keperawatan, membuat intervensi,
implementasi serta evaluasi asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus.
Pasien diabetes melitus dengan kerusakan integritas jaringan adalah perawatan
secara non farmakologi dan farmakologi seperti dalam peran perawat meliputi
edukasi kepada pasien tentang perawatan kaki, konseling nutrisi, manajemen
berat badan, perawatan kulit, kuku maupun perawatan luka di kaki dan
penggunaan alas kaki yang dapat melindungi, manajemen hiperglikemia dan
hipoglikemia, kontrol infeksi. Perawatan luka diabetes meliputi mencuci
tangan, debridement, terapi antibiotic, konseling keluarga tentang nutrisi dan
pemilihan jenis balutan (Rahmawati, 2017).
3

Penatalaksanaan untuk penyembuhan gangguan integritas kulit dan


jaringan pada pasien diabetes melitus tipe 2 yaitu debridemen dan perawatan
luka. Debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang terkontaminasi
bakteri, mengangkut jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan luka, menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi resiko
infeksi lokal. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi. Prinsip perawatan
luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau menjaga agar
luka senantiasa dalam keadaan lembab, disamping bertujuan untuk menjaga
kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya memperimbangkan
ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Beberapa jenis pembalut modern yang
sering dipakai dalam perawatan luka, seperti hydrocol-loid, hydrogel, cacium
alginate, foam dan sebagainya. Penanganan lainya dapat dilakukan dengan
terapi nonfarmakologis, yaitu dengan menggunakan madu (Sari, 2019).
Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam
perawatan luka diabetes melitus. Sifat antibakteri dari madu membantu
mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi
nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses
penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga
selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau
bekas luka pada kulit (Suratno, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Anshori et al., 2014) mengungkapkan bahwa ada pengaruh perawatan luka
menggunakan madu terhadap kolonisasi bakteri staphylococcus aureus pada
luka diabetic pasien diabetes melitus di wilayah Puskesmas Rambipuji
Jember. Hasil penelitian (Migasni, 2020) mengungkapkan bahwa efektivitas
penggunaan madu dalam perawatan luka terbukti sangat efektif dalam
meningkatkan pertumbuhan jaringan dan mempercepat proses penyembuhan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat karya
ilmiah akhir dengan judul ”Asuhan Keperawatan Luka Pada Tn.M dengan
Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura Pancasila
Pontianak”
4

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah memberikan Gambaran Tentang
Asuhan Keperawatan Luka Pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis Diabetic
Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura Pancasila Pontianak
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran pengkajian data pada Tn.M Dengan Diagnosa
Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura Pancasila
Pontianak
b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada Tn.M Dengan
Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Pancasila
Kitamura Pontianak
c. Memberikan gambaran intervensi keperawatan pada Tn.M Dengan
Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura
Pancasila Pontianak
d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada Tn.M Dengan
Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura
Pancasila Pontianak
e. Memberikan gambaran evaluasi tindakan keperawatan pada Tn.M
Dengan Diagnosa Medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) Di Klinik
Kitamura Pancasila Pontianak
f. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik lapangan asuhan
keperawatan pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis Diabetic Foot
Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura pancasila Pontianak
g. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dilakukannya asuhan
keperawatan pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis Diabetic Foot
Ulcer (DFU) Di Klinik Kitamura Pancasila Pontianak
5

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima (5) BAB
yaitu Bab I Pendahuluan, pada BAB ini terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan. Bagian inti dari sebuah tulisan ilmiah
dibuka dengan pendahuluan. Pendahuluan menghadirkan spesifikasi yang
menjadi perhatian penulis dan menjelaskan strategi yang dikembangkan oleh
penulis untuk membuat tulisan ilmiah.
Bab II Landasan Teori, berisi hasil penelusuran literatur atau studi
kepustakaan mengenai masalah yang dibahas dan konsep serta teori yang
melandasi penyelesaian masalah. Pendekatan yang digunakan adalah masalah
keperawatan utama yang dialami klien selama dalam masa perawatan.
Bab III Asuhan Keperawatan, Bab ini menggambarkan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada Tn.M, dengan diabetic foot ulcer (DFU)
di Jalan tanray 2 daerah Banjar Serasan Pontianak . Asuhan keperawatan ini
dilakukan dari awal pengkajian pada tanggal 15 Februari 2022 sampai 19
february 2022.
Bab IV Pembahasan, memberikan ulasan dan bahasan diagnosa
keperawatan dengan Diabetic foot ulcer pada Tn. M di Jalan tanray 2 banjar
serasan yang ditinjau dari sudut pandang teori dan konsep. Pembahasan
difokuskan pada aspek pengkajian dan diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Bab V Kesimpulan Dan Saran, Terakhir di bab ini, merujuk pada masalah
dan tujuan yang ingin dicapai. Bagaimana teori ditetapkan dalam situasi yang
nyata serta hasil yang diperoleh, hambatan atau kemudahan yang dialami.
Saran merupakan ulasan usulan operasional yang ditunjukan untuk mengatasi
atau mengurangi hambatan-hambatan yang muncul saat melakukan asuhan
keperawatan, sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam kesimpulan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

Landasan teoritis berisi hasil penelusuran literature atau studi kepustakaan


mengenai masalah yang dibahas dan konsep serta teori yang melandasi penyelesaian
masalah. Pendekatan yang digunakan adalah masalah keperawatan utama yang
dialami klien selama dalam masa perawatan tiga hari. Penjabaran dalam tulisan
mencakup :
A. Konsep Masalah Keperawatan Utama
Gangguan integritas kulit merupakan keadaan dimana individu beresiko
mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis pada lapisan kulit
(Carpenito, 2012) dikutip dalam (Rusmiyanti, 2018).
Menurut buku standar diagnosis keperawatan indonesia gangguan Integritas
Kulit/ Jaringan adalah kerusakan kuli (dermis dan/ atau epidermis) atau jaringan (
membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, tulang, kartilago,
kapsulsendi dan / atau ligamen.
Pada pasien Diabetes Mellitus salah satu gangguan integritas kulit yang sering
muncul adalah ulkus diabetik atau luka gangren. Luka diabetik merupakan luka
yang terjadi karena terdapat kelainan pada saraf dan pembuluh darah serta adanya
infeksi. Apabila infeksi tidak diatasi dengan baik maka akan berlanjut pada
pembusukan dan bahkan dapat diamputasi (Wijaya & Putri, 2013).
Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Gangguan Integritas Kulit dalam buku
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia adalah sebagai berikut : Gejala tanda
mayor Subjektif tidak tersedia dan untuk objektif yaitu adanya kerusakan jaringan
kulit dan / lapisan jaringan kulit. Gejala tanda minor, subjektif tidak tersedia dan
untuk objektif yaitu nyeri, pendarahan, kemerahan,dan hematoma. (Tim Pokja
SDKI DPP PPN, 2017)

6
7

B. Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi baik ketika pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya (WHO, 2016).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan
jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis
(American Diabetes Association, 2020)
Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu
penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup
insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di
diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin
merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan
dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2019)
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
satu jawaban yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor. Pada Diabetes Melitus didapatkan defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Diabetes Melitus tipe
II (DMTII) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Decroli, 2019).
8

2. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020, klasifikasi
DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain. Namun
jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
a. Diabetes Melitus Tipe I
DM tipe 1 merupakan proses autoimun atau idiopatik dapat menyerang
orang semua golongan umur, namun lebih sering terjadi pada anak-anak.
Penderita DM tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk
mengontrol glukosa darahnya (IDF, 2019).
b. Diabetes Melitus Tipe II
DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering terjadi,
mencakup sekitar 85% pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif.
c. Diabetes Melitus Gestational Diabetes yang didiagnosis pada trimester
kedua atau ketiga kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes
sebelum kehamilan (ADA, 2020).
d. Diabetes Melitus Tipe Lain Contoh dari DM tipe lain (ADA, 2020), yaitu:
1) Sindrom diabetes monogenik (diabetes neonatal)
2) Penyakit pada pancreas.
3) Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan glukortikoid pada
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
3. Etiologi
Diabetes Melitus menurut Andra, (2013) mempunyai beberapa penyebab,
yaitu :
a. Hereditas
b. Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan antibody
autoimun terhadap penghamcuran sel-sel beta.
9

c. Lingkungan (Makanan, infeksi, toksin, stress)


Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas.
Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress
fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormone stress (kortisol,
epinefrin, glucagon, dan hormone pertumbuhan), sehingga meningkatkan
kadar glukosa darah.
d. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetic rentan terkena DM karena perubahan gaya
hidup, menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan
kegemukan dan berisiko tinggi terkena diabetes mellitus.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien diabetes mellitus karena adanya viskositas darah
yang tinggi akan menjadi menurunnya aliran darah sehingga dapat terjadi
defisiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari
130/80 mmHg sehingga bisa merusak atau mengakibatkan lesi pada
endotel. Kerusakan terjadi pada endotel sehingga berpengaruh pada
makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang
berakibat defisiensi vaskuler sehingga dapat terjadinya ulkus
f. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormone plasental yang berkaitan dengan
kehamilan, yang mengantagoniskan insulin
g. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes mellitus. Pada usia
tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi
penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi
tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
Proses aging menyebabkan penurunan sekresi atau resistensi insulin
sehingga terjadi makroangiopati, yang akan mempengaruhi penurunan
10

sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di


tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki diabetes
h. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dalam tubuh. Insulin
yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolic. Apabila
kadar insulin melebihi 10 U/ml, keadaan ini menunjukan
hiperinsulinemia yang dapat menyebabkan suatu aterosklerosis akan
berdampak pada vaskulopati, sehingga akan terjadi gangguan sirkulasi
darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai mudah
terjadi ulkus/gangrene sebagai bentuk dari kaki diabetes.
4. Tanda dan Gejala
Gejala diabetes militus dibedakan menjadi akut dan kronik (Dipiro, dkk
2015):
a. Gejala akut diabetes mellitus, yaitu : Poliphagia (banyak makan),
polydipsia (banyak minum), polyuria (sering kencing dimalam hari), nafsu
makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
b. Gejala kronik diabetes mellitus yaitu: kesemutan, kulit terasa panas atau
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas dikulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah
lepas,kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
Ada beberapa tanda-tanda dan gejala dari diabetes mellitus menurut
Digiulio dkk, (2014), yaitu :
1) Diabetes Mellitus Tipe I :
a) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang diproduksi
11

b) Nafsu makan meningkat (polyphagia) karena sel-sel kekurangan


energy, sinyal bahwa perlu makan banyak.
c) Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
d) Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
e) Berat badan turun karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel -
Sering infeksi karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa.
f) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di dalam
darah menghalangi proses kesembuhan
2) Diabetes Mellitus Tipe II
a) Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi
b) Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
c) Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha membuang
glukosa
d) Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
e) Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di dalam
darah menghalangi proses penyembuhan
3) Diabetes Mellitus Gestasional
a) Asimtomatik
b) Beberapa pasien mungkin mengalami haus yang meningkat
(polydipsia) karena tubuh berusaha membuang glukosa.
5. Diagnosis
Kriteria diagnosis Deibetes Mellitus adalah sebagai berikut (ADA, 2020) :
a. Kadar Glukosa darah puasa ≥ 126 mgdL. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
12

b. Glukosa plasma 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL. Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) adalah pemeriksaan glukosa setelah mendapat pemasukan
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrat yang dilarutkan
dalam air.
c. Nilai HBA1C ≥ 6,5%. Dilakukan pada sarana laboratorium yang telah
terstandardisasi dengan baik.
d. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik
(Poliuria, Polidipsi, dan polifagia).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama DM yaitu edukasi berupa perawatan diri bagi pasien
dan keluarga, tetapi nutrisi medis atau diet, latihan aktivitas fisik, dan terapi
farmakologis (Perkeni, 2015).
Menurut Soelistijo dkk, (2015) penatalaksaan diabetes mellitus terdiri dari:
a. Edukasi Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang
diabetes mellitus memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga,
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Edukasi yang diberikan meliputi :
1) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan
untuk kelompok risiko tinggi.
2) Edukasi untuk pencegahan sekunder yaitu edukasi yang ditunjukkan
untuk pasien baru. Materi edukasi berupa pengertian diabetes, gejala,
penetalaksaan, meneganal dan mencegah komplikasi akut dan kronik.
3) Edukasi untuk pencegahan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada
pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara
pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.
13

b. Terapi gizi atau Perencanaan Makan


Terapi Gizi Medis (TGM) meruapkan bagian dari penatalaksaan diabetes
secaa total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tm (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang
lain dan pasien itu sendiri).
7. Komplikasi
Komplikasi akan mempengaruhi dan mengganggu berbagai organ yang sering
terjadi pada pasien DM karena tinnginya kadar glukosa dalam darah.
Komplikasi DM tipe 2 ada yang bersifat akut dan kronis. Diabetes
ketoasidosis, hyperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia merupakan
komplikasi akut, sedangkan komplikasi kronis yang bersifat menahun, yaitu
(Perkeni, 2015):
a. Makroangiopati merupakan komplikasi pada pembuluh darah besar seperti
otak, jantung, dan arteri perifer.
b. Mikroangiopati merupakan komplikasi pada pembuluh darah kecil.
Terdapat 2 bentuk komplikasi mikroangiopati, yaitu :
1) Retinopati, adalah Gangguan penglihatan hingga kebutaan pada retina
mata. Gangguan lainnya seperti kebutaan, makulopati (meningkatnya
cairan dibagian tengah retina), katarak, dan kesalahan bias (adanya
perubahan ketajaman lensa mata yang dipengaruhi oleh konsentrasi
glukosa dalam darah) (Perkeni, 2015).
2) Nefropati diabetic adalah komplikasi yang ditandai dengan kerusakan
ginjal sehingga racun didalam tubuh tidak bisa dikeluarkan dan
menyebabkan proteinuria (terdapat protein pada urine) (Ndraha, 2014).
c. Neuropati ditandai dengan hilangnya sensasi distal dan berisiko tinggi
mengalami amputasi, nyeri pada malam hari, bergetar dan kaki terasa
terbakar (Perkeni, 2015). Penyempitan pembuluh darah pada jantung
14

merupakan ciri dari penyakit pembuluh darah perifer yang diikuti dengan
neuropati (Ndraha, 2014).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DM dapat ditegakkan atas dasar
pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria
(PERKENI,2015).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau criteria DM
digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa
terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) (PERKENI,
2015).
a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa
plasma 2-jam <140 mg/dl.
b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma2-jam setelah TTGO antara 140-199mg/dl dan glukosa plasma
puasa.
c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.
C. Diabetic Foot Ulcer
1. Pengertian
Diabetic Foot Ulcer ( DFU) adalah salah satu komplikasi diabetes
mellitus dimana ditemukan infesi, tukak dan atau ditruksi ke jaringan kulit
15

yang paling dalam dikaki akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh
darah arteri perifer (Roza et al, 2015).
Ulkus kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronis dari penyakit
diabetes melitus berupa luka pada permukaan kulit kaki penderita diabetes
disertai dengan kerusakan jaringan bagian dalam atau kematian jaringan, baik
dengan ataupun tanpa infeksi, yang berhubungan dengan adanya neuropati
dan atau penyakit arteri perifer pada penderita diabetes melitus (Alexiadou
dan Doupis, 2012).
Diabetic Foot Ulcer ( DFU) didefniskan sebagai erosi pada kulit yang
meluas dari lapisan dermis sampai jaringan yang lebih dalam, akibat dari
bermacam-macam fakto dan ditandai dengan ketidakmampuan jaringan yang
luka untuk memperbaiki diri tepat pada waktunya (Nur Aini dan Ledy, 2016).
Diabetic foot ulcer merupakan salah satu komplikasi yang paling umum
dari diabetes mellitus yaitu luka dibawah pergelangan kaki. luka
mengakibatkan lapisan pelindung kulit rusak, jaringan dalam yang terinfeksi
bakteri sehingga menyebabkan amputasi ekstremitas bawah. (Clerici and
Faglia, 2016; Yazdanpanah, 2015).
2. Etiologi
Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan suatu luka atau ulkus. Penyebab
terjadinya ulkus diabetic diawali dengan neuropati, angiopati, dan infeksi.
Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang menghilangkan sensai nyeri
sehingga ulkus dapat terjadi tanpa terasa. Angiopati akan mengganggu aliran
darah kekaki dan penderita dapat merasa nyeri tungkai sesudah berjalan dalam
jarak tertentu. Penyebab lain adalah infeksi, merupakan komplikasi akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati. Ulkus diabetic bisa menjadi
gangrene kaki diabetic. Penyebab gangrene pada penderita diabetes mellitus
adalah bakteri anaerob, yang tersering clostridium. Bakteri ini akan
menghasilkan gas, yang disebut gas gangrene (Kartika, 2017).
16

Diabetic Foot Ulcer (DFU) pada dasarnya disebabkan oleh trias klasik yaitu
Neuropati, Iskemik dan infeksi (Singh, et al, 2013).
a. Neuropati
Peningkata gula darah meningkatkan peningkatan aldose reduktasse dan
sorbitol dehydrogenase dimana enzim-enzim tersebut mengubah glukosa
menjadi sorbitol dan fruktosa. Hal ini menyebabkan penurunan sensasi
perifer dan kerusakan inervasi saraf pada otot kaki.
b. Vaskulopati
Keadaan hiperglikemi mengakibatkan disfungsi dari sel-sel endotel dan
abnormalitas pada arteri perifer. Penurunan nitric oxide akan
mengakibatkan kontruksi pembuluh darah dan meningkatkan resiko
aterosklerosis yang akhirnya menimbulkan iskemia.
c. Immunopati
System kekebalan atau imunitas pada pasien Diabetes mellitus mengalami
gangguan sehingga memudahkan terjadinya infeksi pada luka. Selain
menurunkan fungsi dari sel-sel polimorfonuklear, gula darah yang tinggi
adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
3. Klasifikasi
Setelah dilakukan rangkaian penerimaan pemeriksaan Diabetic Foot
Ulcer (DFU) yang seksama, Pasien DM dengan DFU diklasifikasikan
berdasarkan kategori risiko kumulatif. Memungkinkan rencana desain
pelaksanaan dan menentukan apakah pasien memiliki risiko terhadap ulkus /
Amputasi.
17

Tabel 2.1
System Kategori Risiko Ulkus DFU
Kategori Faktor Risiko Rekomendasi
Evaluasi
0 Tidak Ada Neuropati Sensorik Setiap tahun
1 Neuropati Sensorik Setiap 6 Bulan
2 Neuropati Sensorik atau Penyakit 2-3 Bulan
Vaskuler periver dan atau Deformitaas
Kaki
3 Bekas Ulkus atau Bekas Amputasi 1-2 Bulan
(sumber : Sonmezer et al., 2015)

Table 2.2
Sistem Klasifikasi Wagner
Grade Lesi
Grade 0 Tidak terdapat lesi / Lesi
Grade 1 Ulkus superficial yang mengenai seluruh lapisan kulit tapi
tidak mengenai jaringan dibawahnya
Grade 2 Ulus dalam, Penetrasi kedalam sampai ligament dan otot,
tapi tidak mengenai tulang atau terdapat abses
Grade 3 Ulkus dalam dengan selukitis atau abses, sering dengan
osteomyelitis
Grade 4 Gangren yang berlokasi pada Forefoot
Grade 5
Gangfren yang mengenai seluruh kaki (Gangren
melibatkan tumit atau seluruh kaki pada tingkat yang tidak
dapat disembuh sehingga mengharuskan amputasi)
(Sumber : Sonmezer et al., 2015)

Kemudahan yang ingin diperkenalkan untuk menilai derajat keseriusan luka


adalah menilai warna dasar luka. System ini diperkenalkan dengan sebutan
RYB (Red, Yellow, Black) atau merah, kuning, hitam (Yunus, 2015).
a. Red/Merah
Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskulariasi, karena mudah
berdarah. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah
terjadinya trauma dan perdarahan.
18

b. Yellow/Kuning
Luka dengan warna dasar kuning atau kuning kehijauan adalah
jaringan nekrosis. Tujuan perawatannya adalah dengan meningkatkan
system autolysis debridement agar luka berwarna merah, absorb eksudate,
menghilangkan bau tidak sedap dan mengurangi kejadian infeksi.
c. Black/Hitam
Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan
jaringan vaskulariasi. Tujuan adalah sama dengan warna dasar kuning
yaitu dasar luka menjadi merah.
4. Manifestasi Klinis
Ulkus diabetes mellitus terjadi karena adanya komplikasi pada saraf
neuropati menjadi ulus neuropati karena gula darah yang tidak terkontrol.
Tanda dan gejala yang dappat diamati pada ulkus diabetikum diantaranya kulit
kering, kalus, ada deformitas kaki (charot’s foot), kehilangan sensasi, lokasi
pada plantar kaki diatas metatarsal, nyeri bervariasi tiap individu, denyut kaki
ada atau menurun, tepi luka tegas, ada nekrotik jika disertai iskemik dan
eksudat moderat sampai banyak (Wijaya, 2018).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
frontaine (Wijaya, 2013) :
a. Stadium I : Asimptomatis atau gejala tidak khas (Kesemutan)
b. Stadium II : Timbul rasa nyeri saat kram pada tungkai ketika berjalan
c. Stadium III : Timbul nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : Menunjukkan kerusakan jaringan karena anoksia (Nekrosis,
Ulkus)
Gejala Klinis 5 P yaitu :
a. Pain : (Nyeri)
b. Palanes : (Kepucatan)
c. Parathesia : (Kesemutan)
19

d. Pulse Lesiness : (Denyut Nadi Hilang)


e. Paralilysis : (Lumpuh)
5. Patofisologi
Ulkus kaki diabetic terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor, seperti
kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol, perubahan mekanis
dalam kelainan formasi tulang kaki. Tekanan pada area kaki, neuropati perifer
dan penyakit arteri perifer ateroskletorik yang semuanya terjadi dengan
frekuensi dan intensitas yang tinggi pada penderita diabetes.
Gangguan neuropati dan vascular merupakan faktor utama yang
berkontribusi terhadap kejadian luka. Luka yang terjaddi pada pasien diabetes
berkaitan dengan adanya pengaruh saraf yang terdapat pada kaki yang dikenal
dengan neuropati perifer, selain itu pada pasien diabetes juga mengalami
gangguan sirkulasi, gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan periphereal
vascular diseases. Efek dari sirkulasi inilah yang mengakibatkan kerusakan
pada saraf-saraf kaki.
Diabetik neuropati berdampak pada system saraf autonomi yang
mengontrol otot-otot hakis, kelenjar dan organ visceral. Dengan adanyaa
gangguan pada saraf autonomi berpengaruh pada perubahan tonus otot yang
menyebabkan gangguan sirkulasi darah seehingga kebutuhan nutrisi dan
metabolisme diarea tersebut tidak tercukupi dan tidak mencapai daerah tepi
atau perifer. Efek ini mengakibatkan gangguan pada kulit yang menjadi kering
dan mudah rusak sehingga mudah untuk menjadi terluka dan infeksi. Dampak
lain dari neuropati perifer adaalah hilangnya sensasi terhadap nyeri, tekanan
dan perubahan temperature (Cuan, et al. 2015, Syabariah, 2015).
Ulkus kaki diabetik terbentuk dari berbagai mekanisme patofisiologi dan
neuropati diabetika merupakan salah satu faktor yang paling berperan.
Menurunnya input sensorik pada ekstremitas bawah menyebabkan kaki
mudah mengalami perlukaan dan cenderung berulang. Selain neuropati,
20

komplikasi diabetes yang lain adalah vaskulopati baik pada mikrovasular


maupun makrovasular. Hal ini menyebabkan aliran darah ke ekstremitas
bawah berkurang dan terhambatnya tekanan oksigen gradien di jaringan.
Keadaan hipoksia dan trauma berulang ini menyebabkan ulkus berkembang
menjadi luka kronis (Heyneman et al., 2016)
21

Skema 2.1 Pathway Diabetic Foot Ulcer


(sumber: Modul CBWC,2014 dalam Tholib, 2016)

Diabetes Melitus

Mobilitas Neuropati Angiaopati


Sendi
Terbatas
Motorik Sensorik Autonom
Mikro Penyakit
Angiopati Vaskular
Autonom
Perifer

Deviasi Mengurangi
postural sensasi nyeri
dan dan
koordinasi propriosepsi

Mengurangi Iskemik
Mengubah
Keringat regulasi
aliran darah

Deformitas kaki Gangren


dan tekanan geser

Celah Kulit
Kalus Trauma Kering Trauma

Ulkus Kaki
Infeksi
Ketidaksesuaian pemakaian
alas kaki, kelelahan,
ketidakwaspadaan,
kurangnya kesabaran, dan Amputasi
edukasi petugas kesehatan

i
22

6. Faktor risiko
Menurut Kibachio dalam Dafianto (2016), dalam penelitiannya di Kenya
menunjukan bahwa kapalan pada kaki dan tekanan darah diatas 130/80 mmHg
berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus diabetik. Kondisi seperti sepatu yang
tepat, pemeriksaan kaki secara teratur, memiliki diet yang ditentukan, rencana
latihan, tidak memiliki infeksi jamur, dan memiliki pengetahuan tentang
perawatan kaki akan melindungi penyandang DM dari ulkus diabetik.
Berdasarkan penelitian Roza , et al. Dalam Dafianto (2016), pasien DM
dengan ulkus dan tanpa ulkus yang masing-masing 27 orang di RSUP Dr. M.
Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang menunjukan bahwa lama DM, neuropati,
penyakit arteri perifer, riwayat trauma, dan perawatan kaki merupakan faktor
risiko terjadinya ulkus diabetik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa arteri
perifer dan trauma merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap ulkus
diabetik. Faktor perawatan kaki, neuropati motorik, penyakit arteri perifer,
pengendalian kadar glukosa darah, dan gangguan pengihatan merupakan
faktor risiko terjadinya ulkus (Purwanti dalam Dafianto, 2016).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer & Bare (2013) pemeriksaan diagnostik pada ulkus
diabetikum adalah:
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki, atau jari kaki (-),
kalus, claw toe. Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5).
2) Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b) Klusi arteri dingin, pulsasi (-)
c) Ulkus : kalus keras dan tebal
23

b. Pemeriksaan radiologis : gas subcutan, benda asing, asteomielitis


c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200mg/dl, gula darah puasa .
120mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
2) Urine
d. Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedct ( reduksi ). Hasil dapat dilihat memalui
perubahan warna urine ( hijau , kuning, merah , dan merah bata ).
e. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang
sesuai dengan jenis kuman (Smeltzer& Bare, 2013).
f. Penatalaksanaan
Menurut Nur Aini (2016) Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus
diabetikum adalah penutupan luka regulasi glukosa darah perlu
dilakukan. Hal ini disebabkan fungsi leukosit terganggu pada pasien
dengan hiperglikemia kronik. Perawatan ulkus diabetikum meliputi hal
berikut:
1) Debridemet
Debridemet menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam
perawatan luka. Debridemet adalah suatu tindakan untuk membuang
jaringan nekrosis, kalus, dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang
dibuang sekitar 2-3 mm dan tepi luka ke jaringan sehat. Debridemet
meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu proses
penyembuhan luka. Ketika infeksi telah merusak fungsi kaki atau
membahayakan jiwa pasien, amputasi diperlukan untuk
memungkinkan kontrol infeksi, dan penutupan luka selanjutnya.
24

2) Perawatan luka
Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi bagian yang
penting untuk memastikan penanganan ulkus diabetikum yang optimal.
Keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi jaringan dan
kematian sel, akselerasi, angiogenesis, dan memungkinkan interaksi
antara faktor pertumbuhan dengan sel target. Beberapa jenis balutan
telah banyak digunakan pada perawatan luka serta didesain untuk
mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika), membantu Debridemet
(enzim), dan mempercepat penyembuhan luka.
3) Terapi tekanan negatif dan terapi oksigen hiperbarik
Penggunaan terapi tekanan negatif berguna pada perawatan diabetik
ulkus karena dapat mengurangi edema, membuang bakteri, dan
mendekatkan tepi luka sehingga mempercepat penutupan luka. Terapi
oksigen hiperbarik juga dapat dilakukan, hal ini dibuktikan dengan
berkurangnya angka amputasi pada pasien dengan ulkus daibetikum
(Nur Aini, 2016).
Penatalaksanaan Medis :
a) Obat hiperglikemik oral
b) Insulin
c) Pembedahan :
(1) Debridement
Debridement dapat mempercepat penyembuhan luka dengan
menghapus jaringan mati nekrotik partikulat atau benda asing,
dan mengurangi beban bakteri. Klasifikasi jenis-jenis
debridement yaitu :
(a) Debridement surgical dengan menggunakan pisau bedah,
yaitu untuk persiapan luka, menghilangkan bagian jaringan
25

yang sudah menghitam atau mati (nekrotik) serta


mikroorganisme
(b) Debridement Mekanis dengan menggunakan dressing
basah sampai kering, irigasi luka dan dekstranomer
(c) Debridement Enzimatik dengan menggunakan enzim
kimia seperti kolagenase, papain atau tripsin seperti krim,
salep.
(d) Debridement autolitik dengan menggunakan enzim in vivo
yang mampu mencerna sendiri bagian jaringan yang
menyimpang seperti hydrogel atau hidrokolid, madu untuk
mengangkat nekrotik dan slough.
(e) Debridement biologic
Memberikan makhluk yang memakan slought atau
nekrotik seperti lebah.
d) Neurotomi
e) Amputasi
Dalam pedoman International Diabetic Foot, tindakan
amputasi tidak boleh dilakukan kecuali memang telah dilakukan
assessment vaskular yang terinci. Amputasi dilakukan ketika
dalam kondisi Iskemi yang tidak bisa ditangani dengan analgesis
atau revaskularisasi, infeksi kaki yang kondisinya sudah
mengancam jiwa yang tidak bisa diperbaiki dengan dilakukan
tindakan lain, ulkus kaki tanpa adanya proses penyembuhan
disertai dengan beban penyakit lebih tinggi dari pada akibat
amputasi. Pada beberapa kasus yang terjadi, komplikasi pada
ulkus kaki diabetikum menyebabkan tidak berguna secara
fungsional dan tindakan amputasi merupakan alternatif terbaik
(Braund, 2013).
26

Penatalaksanaan Keperawatan :
a) Diit
Diit harus di perhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil,
jalan-jalan sore, senam diabetic untuk mencegah adanya ulkus.
c) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengantrol kadar glukosa darahnya
sehingga mandiri dan optimal
d) Terapi insulin
Terapi insulin dapat dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malam hari.
e) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan bertujuan sebagai edukasi bagi pasien ulkus
diabetikum supaya pasien mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya.
f) Nutrisi
Untuk penyembuhan luka debridement, karena asupan nutrisi yang
cukup mampu mengontrol energy yang dikeluarkan.
g) Off loading
g. Komplikasi
1) Makroangiopati
Penyebab utama mortaktas dan mobilitas pada penderita diabetes
mellitus tipe 2. Komplikasi menyebabkan proliferasi otot polos pada
dinding pembuluh darah arteri dan mengurang pada pembentukan flak
fibrosa.
27

2) Mikroangiopati
Komplikasi mikroangiopati pada penderita diabetes mellitus
merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan, gagal ginjal terminal
dan berbagai macam kelaian syaraf.
h. Perawatan Luka Diabetic Foot Ulcer
1) Madu
a) Definisi
Madu merupakan salah satu keajaiban alam. Madu adalah
kumpulan nektar atau sari bunga dari banyak tanaman dan
diproses oleh lebah madu. Madu telah di aplikasikan sebagai agen
topikal untuk perawatan luka dan infeksi kulit. Madu memiliki
sifat anti-inflamasi, meningkatkan kekebalan tubuh, dan
menunjukkan aktivitas antibakteri spektrum luas (Abeshu, 2015;
Alam et al., 2014).

Gambar 2.1 Madu


(Abeshu, 2015; Alam et al., 2014).
b) Jenis-Jenis Madu
Madu mempunyai jenis yang berdasarkan karakteristik adalah
membedakan karakteristik madu berdasarkan sumber nektar, letak,
geografis dan teknologi untuk memprosesannya. Jenis madu
tersebut adalah sebagai berikut; madu poliflora, madu monoflora,
madu berdasarkan letak geografis (madu timur, Yaman, Cina,
Selandia Baru, Bashkirian, dan lain-lain), madu berdasarkan
28

teknologi (strained honey dan madu ekstraksi), madu alfafa, madu


alpukat, madu blueberry, madu clover, madu eucalyptus, dan
madu jeruk, serta madu trigona. Madu trigona atau yang dikenal
sebagai madu “kelulut” merupakan lebah yang tinggal dalam
pohon dan menghasilkan madu serta memiliki kandungan
antimikroba yang sangat tinggi. (Suranto, 2007).
c) Kandungan Madu
Madu mengandung gula, asam organik, mineral, dan protein,
enzim dan vitamin dalam jumlah sedikit. Gula sederhana dalam
madu bertanggung jawab atas manisnya, hygroscopicity, nilai
energi dan sifat fisik lainnya. Sifat fisik yang terkandung dalam
madu yaitu: keasaman dan osmolaritas. Sedangkan kimia:
hidrogen peroksida, volatil, lilin lebah, nektar, serbuk sari dan
propolis. Kandungan madu dapat dilihat berdasarkan karakteristik,
yaitu; berdasarkan kekentalan (viskositas), kepadatan (densitas),
sifat menarik air (hipogroskopis), serta tegangan permukaan
(surface tension) yang rendah sehingga dapat gunakan sebagai
campuran kosmetik (Abeshu, 2015).
d) Sifat Madu
Madu memiliki sifat anti-inflamasi, meningkatkan kekebalan
tubuh, dan menunjukkan aktivitas antibakteri spektrum luas. Madu
memiliki dua jenis aktivitas anti bakteri yaitu hidrogen peroksida
methylglyoxal pada madu. Aktivitas antibakteri madu memiliki
faktor fisik: keasaman dan osmolaritas, dan faktor kimia: hidrogen
peroksida, volatil, lilin lebah, nektar, serbuk sari dan propolis.
Madu memiliki Aktivitas antioksidan yaitu: oksidase glukosa,
katalase, turunan karotenoid, asam askorbat, produk reaksi
maillard, asam fenolik, asam organik, flavonoid, asam amino, dan
29

protein. Madu juga memiliki bioaktivitas yang merangsang respon


imun (dengan demikian mendorong pertumbuhan jaringan untuk
perbaikan luka), menekan peradangan, dan memiliki autolytic
debridement yang cepat. Sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan luka (Abeshu, 2015; Molan and Rhodes, 2015).
e) Madu (hidrogen peroksida) dalam membunuh bakteri
Madu (hidrogen peroksida / H2O2) merupakan antimikroba
yang efektif untuk melawan pertumbuhan bakteri. Hidrogen
peroksida yang terdapat dalam madu merupakan sebagai aktivitas
utama untuk membunuh bakteri. Hidrogen peroksida diaktifkan
oleh cairan tubuh. Ketika madu digunakan, hidrogen peroksida
yang memiliki konsentrasi 1 mmol / 1 akan dilepaskan dan
bertindak sebagai antiseptik. Selain antimikroba, hidrogen
peroksida juga berperan sebagai re-epitelisasi dalam penutupan
luka (Abeshu, 2015; Cooke et al., 2015; Edwards et al., 2018;
Safii et al., 2017).
2) Modern Dressing
a) Definisi
Modern dressing merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
menutupi luka yang menggunakan istilah lembab (moist),
memiliki tujuan agar dapat mempercepat penyembuhan luka yang
meliputi proses fibrinolisis, pembentukan kapiler darah yang baru
(angiogenesis), mencegah infeksi, pembentukan sel baru berupa
neutrofil, monosit, makrofag (Wijaya, 2018).
b) Fungsi
Menurut Wijaya (2018) bahwa saat ini penggunaan modern
dressing terus berkembang, bermacam jenis dan teknologi produk
30

yang diterapkan dalam pemberian perawatan luka. Adapun fungsi


dari modern dressing, yaitu:
(1) Autolisis Debridement
Autolisis debridement memiliki fungi sebagai autolisis
debridemen yang menghilangkan jaringan mati seperti slough
dan nekrosis.
(2) Antimikrobial
Antimikrobial memiliki kandungan bahan aktif sebagai
pengontrol bakteri dengan cara membunuh dan mencegah
multiplikasi mikroorganisme.
(3) Absorbsi Eksudat dan odor
Menyedot eksudat dan menghilangkan bau pada luka. Eksudat
itu merupakan cairan yang keluar dari luka mengandung cairan
elektrolit, air, nutrisi, protein, mediator inflamasi, enzim, sisa
produk sel (neutrofil, makrofag dan platelet).
(4) Allow Granulation Growth Allow granulation growth
berfungsi sebaagai balutan yang dapat mepercepat
pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
(5) Avaoid Trauma
Avaoid trauma berfungsi sebagai pelindung serta pertahanan
luka dari benturan atau trauma.
c) Jenis - Jenis Balutan Modern
(1) Alginate dressings
Alginate merupakan dressing yang dapat menyerap cairan
luka dan dapat diberikan pada luka kering dengan lingkungan
fisiologis lembab untuk meminimalkan infeksi bakteri
sehingga dapat meningkatkan re-epitelisasi dan pembetukan
31

jaringan granulasi (Blessing Aderibigbe and Buhle Buyana,


2018).
(2) Hydrocolloid dressings
Hydrocolloid dressings terdiri dari lapisan dalam gel hidrofilik
yang terbuat dari gelatin, pektin, natrium karboksimetilselulosa
dan polyisobutylene berbentuk film, dressing ini digunakan
sebagai autolisis debridemen serta dapat mengurangi jumlah
eksudat yang diproduksi oleh luka (Daunton et.al., 2012).
(3) Hydrogel dressings
Hidrogel adalah, bahan mudah dibentuk kaya air yang dapat
menyerap cairan luka yang berlebihan. Hidrogel memilik agen
antimikroba dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Hydrogel dressings ini telah mendapatkan perhatian khusus
karena kemampuan untuk mempertahankan kelembaban
lingkungan luka sifatnya lembut dan dapat mengontrol
pengobatan luka (Martin et al., 2013).
(4) Foam dressings
Foam dressings merupakan dressing yang berupa busa dapat
menarik ciaran ke dalam ruang udara yang ada pada busa
sehingga dapat mengembang. Busa ini mengandung poliuretan
hidrofilik, sedangkan pseudo-busa mengandung bahan
penyerap seperti viscose dan akrilat serat atau partikel dari
superabsorben polyacrylate dirancang untuk penanganan cairan
(Aktin, 2015).
D. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
32

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.


(Setiadi,2012).
Menurut Muttaqin (2016) anamnese pada diabetes melitus meliputi
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga
a. Identitas
Meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Nomer Rekam Medis (RM), Tanggal dan Jam Masuk
Rumah Sakit (RS), dan Diagnosa Medis.
b. Keluhan utama
Klien biasanya dengan keluhan menonjol yaitu : badann terasa lemas,
keluar keringat dingin, pengelihatan kabur bahkan kesadaran menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit ini biasanya dominan adalah kadar gula darah turun
kurang dari 50-60 mg/dl disertai dengan kesadaran menurun.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
33

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan
yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual
maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengtasinya . Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat
dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan Dermawan (2012).
Menurut diagnosa keperawatan Nanda (2015), diagnosa keperawatan
yang dapat diambil pada pasien dengan Ulkus Diabetikum adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan agens cedera kimiawi,
gangguan metabolisme.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangangastrik berlebihan masukan yang terbatas.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal
pain, gangguankesadaran/hipermetabolikakibat pelepasan hormone stress,
epinefrin, cortisol, GH ataukarena proses luka.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leukosit/gangguan
sirkulasi
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang
sumber pengetahuan.
3. Perencanaan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera Fisiologis (D.0077)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri hilang atau
terkontrol, dengan kriteria hasil;
1) Keluhan nyeri cukup menurun
34

2) Meringis cukup menurun


3) Sikap protektif menurun
4) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
5) Kemampuan menggunakan teknik non-formakologis meningkat
Intervensi :
Manajemen Nyeri (I.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, skala nyeri
2) Identifikasi respons nyeri non verbal
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5) Fasilitasi istirahat dan tidur
6) Anjurkan menggunakan analgetik, jika perlu
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan agens cedera kimiawi,
gangguan metabolisme. (D.0129)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas jaringan
membaik dengan kriteria hasil ;
1) Jaringan granulasi meningkat
2) Peradangan luka menurun
3) Peningkatan suhu kulit menurun
4) Nekrosis menurun
5) Infeksi menurun
Intervensi :
1) Monitor karakteristik luka (MUNGS)
2) Monitor tanda – tanda infeksi
3) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4) Bersihkan dengan Nacl
5) Bershkan jaringan nekrotik (debridement)
35

6) Pilih dressing yang sesuai


7) Pasang balutan sesuai jenis luka
8) Pertahankan teknik sterill saat melaukan perawatan luka
9) Tebalkan area yang tertekan (Luka)
10) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan makanan tinggi
protein dan rendagh gula.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangangastrik berlebihan masukan yang terbatas.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
membaik, dengan kriteria hasil ;
1) Turgor kulit meningkat
2) Intake cairan membaik
3) Output urine membaik
4) Keluan haus menurun
5) Kosentrasi urine menurun
Intervensi :
1) Monitor status hidrasi
2) Monitor berat badan harian
3) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4) Catat intake-output cairan dan hitung balans cairan 24 jam
5) Berikan cairan intravena
6) Kolaborasi pemberian diuretik
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal
pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone
stress, epinefrin, cortisol, GH ataukarena proses luka.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan akan meningkatkan
nutrisi yang adekuat, dengan kriteria hasil :
36

1) Frekuensi makan membaik


2) Berat badan membaik
3) Nafsu makan membaik
4) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat.
5) Perasaan cepat kenyang menurun
Intervensi :
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5) Monitor asupan makanan
6) Monitor berat badan
7) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
8) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
9) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
10) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
11) Berikan suplemen makanan, jika perlu
12) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leukosit/ gangguan
sirkulasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan risiko infeksi
berkurang, dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda dan gejala infeksi
2) Kerusakan jaringan menurun
3) Nyeri menurun
4) Suhu kulit membaik
37

Intervensi :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan nilai leukosit
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
4) Pertahankan teknik aseptic
5) Perawatan luka sterill
6) Batasi pegunjung
7) Kolaborasi pemberian antibiotic
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang
sumber pengetahuan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan
meningkat, dengan kriteria hasil :
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat
2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
3) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik meningkat
4) Perilaku sesuia dengan pengetahuan meningkat.
5) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) Berikan kesempatan untuk bertanya
6) Jelaskan faktor risiko yang dapat memperngaruhi kesehatan
38

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. Pada tahap ini perawat melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus pada klien diabetes
mellitus yang mengalami kaki diabetes (diabetic foot) pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsi secara independent, interpendent dan dependent.
(Tarwoto, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat. Tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk menentukan
masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria
hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi menggunakan:
S :Subjek adalah informasi yang berupa ungkapan yang di dapat dari pasien
setelah tindakan dilakukan.
O :Objek adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaia,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan.
A :Analisa adalah membandingkan antara insormasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, muncul
masalah baru.
P :Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yangakan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencaa diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai). (Kemenkes, 2017)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Tn.M
dengan diagnosa medis Diabetic Foot Ulcer (DFU) di Klinik Kitamura Pancasila
Pontianak dari tanggal 15 Februari 2022 sampai dengan 19 Februari 2021. Dalam
laporan studi kasus ini menggunakan metode pendekatan proses yang terjadi dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, Implementasi dan evaluasi
A. Pengkajian
Pengkajian ini menggunakan data dasar yang dikumpulkan pengkajian
langsung dari klien dengan tehnik wawancara kepada klien, dan mengadakan
pengamatan langsung kepada klien. Selain itu data yang diperoleh melalui
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien. Adapun hasil pengkajian yang
dilakukan pada tanggal 15 Februari 2022 adalah sebagai berikut:
1. Data Biografi
Klien bernama Tn. M Umur 76 tahun, pendidikan terakhir SMA, agama
islam, status perkawinan menikah, Penampilan tubuh rapi, bersih, berjalan
lambat. Ciri-ciri tubuh pendek, kulit sawo matang, pekerjaan Swasta. Alamat
di jalan Tanjung Raya 2, Banjar Serasan.
2. Riwayat Klien
Klien masuk pada tanggal 25 Januari 2022 dan pada tanggal pengambilan data
15 Februari 2022 dengan diagnosa medis waktu Masuk DFU (Diabetic Foot
Ulcer)
3. Cara Masuk:
Klien mengatakan kakinya luka sejak 2 ulan yang lalu dan memiliki riwayat
DM tipe 2 kurang lebih 4 tahun, klien mengatakan kakinya nyeri P : saat
perawatan, Q : seperti ditusuk – tusuk R : di kaki sebelah kiri S : 6 T: kurang
lebih 15 menit.

39
40

4. Keadaan Waktu Masuk :


a. Kondisi luka berada ditelapak kaki sebelah kiri, ukurannya 13 x 9 cm,
maserasi > 2 cm, undermining/ tunneling/sinus : > 3cm, nekrotik soft
slught and with ≥ 1 colour, granulasi of 50 % - to < 100 % , tanda dan
gejala lainnya adalah nyeri di area luka, udema dan odor.
b. Vital Sign :
Tekanan Darah :140/97 mmHg RR: 20x/ Menit, Suhu : 36⁰C,
Frekuensi Nadi : 114x/ Menit Gula Darah Sewaktu : 310 Mg/dl, Nilai
Mungs: 9
c. Keluhan yang dirasakan sekarang :
Klien mengatakan nyeri di daerah luka P : Nyeri saat melakukan
perawatan, Q : seperti tertusuk – tusuk , R : Di telapak kaki sebelah kiri, S
: 6, T : Hilang datang ± 15 menit
d. Riwayat kesehatan sekarang :
Pada saat dilakukan pengkajian keadaan umum klien mengatakan
badannya lemas, dan terdapat luka pada telapak kaki sebelah kiri. Klien
mengatakan nyeri pada daerah luka dan sekitarnya, sehingga aktivitas
seperti berjalan, makan dan minum dibantu oleh keluarga, juga aktivitas
seperti pergi ke toilet klien di bantu oleh keluarga.
Hasil pengecekan DGS : 310 mg/dl, Tekanan Darah : 140/90 mmHg. Saat
ini kondisi luka, Odor (Berbau), Nekrotik Soft Slough and with 1 > colour
dengan tetap dilakukan perawatan luka secara rutin setiap hari.
e. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Klien Mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami luka dan
memiliki riwayat hipertensi
f. Riwayat Penyakit Penyerta :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat
penyakit yang sama.
41

g. Pemeriksaan fisik :
1) Kepala
Inspeksi ,kepala pasien tampak simetris ,rambut pasien berwarna
hitam , distributor rambut merata kebersihan rambut terjaga, tidak
terdapat lesi.
2) Mata
Inspeksi, mata tampak simetris, sklera berwarna putih konjungtiva
tidak anemis , tidak terdapat lesi pupil isokor.
3) Hidung
Inspeksi, hidung tampak simetris, tidak ada polip, tidak ada lesi.
4) Mulut
Inspeksi, bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat
lesi. Gigi tampak lengkap .
5) Telinga
Inspeksi, bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen. Palpasi,
tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada daerah mastoid.
6) Leher
Inspeksi, tidak terdapat lesi dan pembengkakkan. Palpasi, tidak
terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan pada daerah mastoid,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7) Paru – paru
Inspeksi , ekspansi paru simetris, tidak terdapat lesi. Auskultasi,
bunyi nafas vesikuler, tidak dapat suara tambahan Perkusi, bunyi
paru resonan
8) Jantung
Inpeksi, dinding dada simetris, Auskultasi, S1 dan S2 terdengar
regular dan tidak ada suara tambahan, Perkusi,terdengar dullnes
pada area jantung.
42

9) Abdomen
Inpeksi, tidak terdapat lesi, dan tidak ada asites, Auskultasi, tidak
terkaji, Perkusi, terdengar suara timpani, Palpasi, tidak terdapat
massa dan tidak terdapat nyeri tekan pada semua kuadran.
10) Ekstremitas
Atas : Tidak terdapat edema dan lesi , tidak terdapat nyeri tekan
capillary refill kembali dalam < 3 detik. Bawah : inspeksi, telapak
kaki sebelah kiri terlihat tidak ada luka diabetes, dan ada nyeri skala
nyeri 4, dan terdapat ada udem
Tonus otot
4444 4444
3333 4444
Keterangan tonus otot :
0 : tidak ada kontraksi
1 : ada sedikit kontraksi , tetapi tidak ada gerakan pada persendian
yang harus di gerakan pada otot
2: ada gerakan tetapi tidak bisa melawan gravitasi
3 : ada gerakan dan bisa melawan gravitasi
4: dapat melawan gaya berat dan dapat menahan nya
5 : normal.
11) Kulit
Inpeksi, Warna kulit pucat dari ujung kepala sampai ujung kaki
terdapat udem.
12) Gnetalia : tidak terkaji.
13) Pengkajian Fisik Luka :
( Terlampir)
43

h. Pemeriksaan Penunjang :
Tgl Periksa : 13 Februari 2022
Tabel 3.1
Hasil Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Satuan


(Metode)
Leukosit 4-10 08,85 Ribu/Pl
Eritrosit 3,5-5,5 4, 08 Juta/Pl
Hemoglobin 11-16 11.7 gr/dl
Hematokrit 35-50 35,1 %
Trombosit 150-390 173 Ribu/Nl
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Satuan
(Metode)
Fungi Silver :
Albumin (BCG) 3,8-5,1 2,9 9/dl
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil Satuan
(Metode)
Ureum (Urease 10-50 11 Mg/dl
UV)
Keratin (JAFFE) LK : 0,6-1,1 1,8 Mg/dl
Pr : 0,5-0,9

i. Obat – obat yang dikonsumsi Klien :


No Nama Obat Dosis Keterangan
1 Metformine 3x1 Tablet Oral
2 Amlodipine 3x1 Tablet Oral
3 Glemipiride 3x1 Tablet Oral
4 Clindamicyn 3x1 Tablet Oral
44

B. Diagnosis Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Implementasi, dan


Evaluasi.
1. Analisa Data
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan maka didapatkan hasil analisa data
sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan I
Data Subjektif : Klien memiliki riwayat diabetes ± 4 tahun , Klien
mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri sejak bulan desember 2021 –
sekarang. Data Objektif : lokasi luka berada di telapak kaki sebelah kiri,
ukuran luka : 13x9 cm, jenis lukanya diabetic foot ulcer (DFU), luka klien
terdapat Slought, odor, udema. TTV : tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR:
20x/menit, suhu : 36⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan
Grade II.
Dengan Masalah Keperawatan adalah Gangguan Integritas Jaringan (D.0129).
Diagnosa Keperawatan II
Data Subjektif : klien mengatakan nyeri di daerah luka kaki sebelah kiri,
P : Saat perawatan dan ditekuk kaki , Q : Seperti ditusuk – tusuk, R : Telapak
kaki sebelah kiri, S : 6, T : ± 15 menit.Data objektif :Klien tampak meringis
ketika nyeri datang dan saat dilakukan perawatan luka, Klien Tampak Lemah
tekanan darah : 140 /90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c, Frekuensi nadi :
88x/menit, Nilai Mungs : 9
Dengan Masalah Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cidera fisik (D.0077).
Diagnosa Keperawatan III (D.0027)
Data Subjektif : Klien mengatakan badanya suka gemetar, klien mengatakan
badannya lemas, dan mengatakan cepat lapar dan haus, Data Objektif : Klien
tamapk lemah, bibir agak pucat : dengan GDS : 310 Mg/dl tekanan darah :
140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai
Mungs : 9 dengan grade luka II
45

Dengan Masalah Keperawatan adalah Ketidakstabilan kadar gula glukosa


darah berhubungan dengan Hiperglikemia (D.0027)
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa data,
maka didapatlah beberapa masalah keperawatan pada Tn.M dengan Diabetic
Foot Ulcer (DFU) sebagai berikut :
a. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Diabetic Foot Ulcer
(DFU) (D.0129).
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (Luka) (D.0077).
c. Ketidakstabilan kadar gula glukosa darah berhubungan dengan
Hiperglikemia ( D.0027).
3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Diabetic Foot Ulcer
(DFU) (D.0129).
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan gangguan integritas
jaringan berkurang, dengan kriteria hasil :
1) Tanda – tanda infeksi menurun ( Kolor, Odor, Ubor, Tumor)
2) Jaringan Granulasi meningkat
3) Edema pada sisi luka menurun
Intervesi Keperawatan : Perawatan Luka (I.4564)
1) Monitor karakteristik luka (MUNGS)
2) Monitor tanda – tanda infeksi
3) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
4) Bersihkan dengan Nacl
5) Bersihkan jaringan nekrotik (debridement)
6) Pilih dressing yang sesuai
7) Pasang balutan sesuai jenis luka
8) Pertahankan teknik sterill saat melaukan perawatan luka
46

9) Tebalkan area yang tertekan (Luka)


10) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan makanan tinggi
protein dan rendah gula.
b. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (Luka) (D.0077).
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri hilang atau
terkontrol, dengan kriteria hasil;
1) Keluhan nyeri cukup menurun
2) Meringis cukup menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
5) Kemampuan menggunakan teknik non-formakologis meningkat
Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri
1) Kaji Nyeri (PQRST)
2) Observasi reaksi Non verbal
3) Ajarkan teknik non farmakologis : relaksasi
4) Kolaborasi Pemberian analgetik
5) Ciptakan lingkungan yang kondusif
c. Ketidakstabilan kadar gula glukosa darah berhubungan dengan
Hiperglikemia (Diabetes melitus)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan di harapkan kadar gula glukosa
stabil , dengan kriteria hasil :
1) Tingkat kesadaran membaik / meningkat
2) Lelah / lesu menurun
3) Mulut kering menurun
4) Kadar glukosa dalam darah membaik
Intervensi Keperawatan :
1) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia Monitor kadar
glukosa darah, jika perlu
47

2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia


3) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
4) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
5) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
4. Implementasi
a. Gangguan Integritas kulit / jaringan berhubungan dengan Diabetic Foot
Ulcer (DFU) (D.0129).
Implementasi pada tanggal 15 Februari 2022 pukul 09.00 Wib,
didapatkan Data Subjektif : klien mengatakan mempunyai riwayat DM ±
4 th, Klien mengatakan ada luka di sebelah kaki sebelah kiri sejak
desember samapai sekarang,. Data objektif : ukuran luka : 13 x 9cm, jenis
lukanya diabetic foot ulcer (DFU), luka klien terdapat, Maserasi, Slought,
Odor, Tunneling, dan udema. TTV : tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR:
20x/menit, suhu : 36,5⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9, .
Dengan Actions : Memonitor karakteristik luka (MUNGS), Memonitor
tanda – tanda infeksi, Melepaskan balutan dan plester secara perlahan,
Membersihkan dengan Nacl, Membersihkan jaringan Slought
(debridement), Memilih dressing yang sesuai, Memasang balutan sesuai
jenis luka, Mempertahankan teknik sterill saat melaukan perawatan luka,
Menebalkan area yang tertekan (Luka), Mengkolaborasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan makanan tinggi protein dan rendah gula. Respons
Klien : Klien mengatakan setelah lukanya di bersihkan klien merasa
nyaman, Kulit disekitar luka terdapat masih Maserasi,
Slought,Tunneling, terdapat udema disekitar luka, luka terbalut sedang
dan tidak kencang.
Implementasi pada tanggal 17 Februari 2022 pukul 10.00 wib, di
dapatkan data subjektif : klien mengatakan mempunyai riwayat DM ± 4
48

th, Klien mengatakan ada luka di sebelah kaki sebelah kiri sejak desember
samapai sekarang. data objektif : ukuran luka : 13 x 9cm, jenis lukanya
diabetic foot ulcer (DFU), luka klien terdapat Maserasi, Slought, odor,
Tunneling, dan udema. TTV : tekanan darah : 130/70 mm/Hg, RR:
20x/menit, suhu : 36,5⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9,
Nilai. Dengan Actions : Dengan Actions : Memonitor karakteristik luka
(MUNGS), Memonitor tanda – tanda infeksi, Melepaskan balutan dan
plester secara perlahan, Membersihkan dengan Nacl, Membersihkan
jaringan Slought (debridement), Memilih dressing yang sesuai,
Memasang balutan sesuai jenis luka, Mempertahankan teknik sterill saat
melaukan perawatan luka, Menebalkan area yang tertekan (Luka),
Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan makanan tinggi
protein dan rendah gula. Respons Klien : Klien mengatakan setelah
lukanya dibersihkan klien merasakan nyaman, masih terdapat
slought,odor dan masih udema.
Implementasi pada tanggal 19 Februari 2021 pukul 10.30 wib
didapatkan data subjektif : klien mengatakan mempunyai riwayat DM ± 4
th, Klien mengatakan ada luka di sebelah kaki sebelah kiri sejak desember
samapai sekarang. data objektif : ukuran luka : 13 x 9cm, jenis lukanya
diabetic foot ulcer (DFU), luka klien terdapat Slought, Tunneling odor,
dan udema. Klien tampak tenang TTV : tekanan darah : 145/90 mm/Hg,
RR: 20x/menit, suhu : 36,5⁰c, Frekuensi nadi : 86x/menit, Nilai Mungs :
9, Dengan Actions : Memonitor karakteristik luka (MUNGS), Memonitor
tanda-tanda infeksi, Melepaskan balutan dan plester secara perlahan,
Membersikan dengan cairan Nacl, Membersihkan jaringan Slought
(debridement), Memilih dressing yang sesuai, Memasang balutan sesuai
jenis luka, mempertahankan teknik sterill, menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi protein. Respons Klien : Klien mengatakan merasa
49

nyaman setelah lukanya di bersihkan, tapi masih terdapat, slought dan


masih terdapat edema.
b. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen cidera Fisik (D.0077).
Implemetasi pada tanggal 15 Februari 2022 pukul 10.00 wib di
dapatkan Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri di area luka, P: Klien
mengatakan nyeri di tekuk dan perawatan, Q: Klien mengatakan nyeri
dirasakan tertusuk – tusuk , R: Nyeri di bagian kaki sebelah kiri , S: Skala
nyeri 4, T: waktu nyeri sekitar ±15 menit hilang datang. Data Objektif :
Klien terlihat meringis ketika nyeri datang dan saat dilakukan perawatan
luka, klien tampak lemah, TTV : tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR:
20x/menit, suhu : 36⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 11,.
Dengan actions : mengkaji nyeri (PQRST), P : Nyeri pada bagian luka, Q
: Tertusuk – tusuk, R: didaerah luka dan sekitar luka, S: Skala 4, T:
Hilang datang ± 15 menit, Mengobservasi reaksi non verbal, mengajarkan
teknik non farmakologis dengan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi
pemberian analgetik, menciptakan lingkungan yang kondusif. Respon
Klien : Klien mengatakan nyeri berkurang walaupun tidak signifikan,
klien mengatakan nyeri timbul saat digerakkan dan saat dilakukan
perawatan luka, klien tampak bisa melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, klien tampak meringis.
Implementasi pada tanggal 17 Februari 2022 pukul 10.00 wib di
dapatkan data subjektif : klien mengatakan nyeri pada area luka P: Klien
mengatakan nyeri dirasakan saat tekuk dan perawatan, Q: seperti ditusuk
– tusuk , R: Nyeri di bagian kaki sebelah kiri, S: Skala nyeri 3, T: waktu
nyeri sekitar ±15 menit hilang datang. Data objektif : klien tampak
meringis, klien tampak lemah, TTV : Tekanan darah : 130/90 mmHg, N :
88x/menit RR: 20x/menit,. Dengan actions : mengkaji nyeri (PQRST), P
: Nyeri pada bagian luka, Q : Tertusuk - tusuk, R: didaerah luka dan
50

sekitar luka, S: Skala 3, T: Hilang datang ± 15 menit. Dengan Actions :


Mengobservasi reaksi non verbal, mengajarkan teknik non farmakologis
dengan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian analgetik,
menciptakan lingkungan yang kondusif. Respons Klien : klien
mengatakan nyeri berkurang walaupun tidak signifikan, klien mengatakan
nyeri saat dilakukan perawatan luka dan ditekuk, klien tampak meringis,
klien bisa melakukan teknik relaksasi nafas dalam, klien mulai bisa
menjawab pertanyaan.
Implementasi pada tanggal 19 Februari 2022 pukul 10.30 wib di
dapatkan data subjektif : klien mengatakan nyeri pada area luka P: Klien
mengatakan nyeri dirasakan saat ditekuk dan perawatan, Q: Klien
mengatakan seperti ditusuk –tusuk , R: Nyeri di bagian kaki sebelah kiri,
S: Skala nyeri 2, T: waktu nyeri sekitar ±15 menit hilang datang Ukuran
Luka : 13x9 cm. Data objektif : klien tampak meringis, klien lemah.
Tanda – tanda vital : Tekanan darah : 145/95 mmHg, RR N : 88x/menit:
20x/menit Dengan Actions : mengkaji nyeri (PQRST), P : Nyeri pada
bagian luka, Q : Seperti ditusuk – tusuk, R: didaerah luka dan sekitar
luka, S: Skala 2, T: Hilang datang ± 10 menit, Dengan Actions :
Mengobservasi reaksi non verbal, mengajarkan teknik non farmakologis
dengan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian analgetik,
menciptakan lingkungan yang kondusif. Respons klien : klien
mengatakan nyeri berkurang, klien tampak sesekali meringis, klien bisa
melakukan teknik relaksasi nafas dalam, klien bisa menjawab pertanyaan
dan bisa sesekali diajak bercanda.
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan deengan hiperglikemi
(D.0027).
Implementasi pada tanggal 15 Februari 2022 pukul 10.00 wib di
dapatkan data subjektif : Data Subjektif : Klien mengatakan badanya suka
51

gemetar, klien mengatakan badannya lemas, dan mengatakan cepat lapar


dan haus, Data Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat : dengan
GDS : 310 Mg/dl tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu :
36⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II
(wagner) Dengan actions: Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia, Memonitor kadar glukosa darah, jika perlu Monitor tanda
dan gejala hiperglikemia,Berkonsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk, Menganjurkan monitor
kadar glukosa darah secara mandiri, Berkolaborasi pemberian insulin, jika
perlu. Respons klien : Klien mengatakan badanya masih suka gemetar,
klien mengatakan badannya lemas, dan mengatakan masih cepat lapar dan
haus, Data Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat : dengan GDS
: 289 Mg/dl tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c,
Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II
(wagner).
Implementasi pada tanggal 17 Februari 2021 pukul 10.00 Wib di
dapatkan data subjektif : Klien mengatakan badanya masih suka gemetar,
klien mengatakan badannya lemas, dan mengatakan masih cepat lapar dan
haus, Data Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat : dengan GDS
: 289 Mg/dl tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c,
Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II
(wagner). Dengan actions : Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia, Memonitor kadar glukosa darah, jika perlu Monitor tanda
dan gejala hiperglikemia,Berkonsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk, Menganjurkan monitor
kadar glukosa darah secara mandiri, Berkolaborasi pemberian insulin, jika
perlu. Dengan respon Klien : Klien mengatakan badanya masih suka
gemetar, klien mengatakan badannya lemas, dan mengatakan masih cepat
52

lapar dan haus, Data Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat :
dengan GDS : 214 Mg/dl tekanan darah : 130/90 mm/Hg, RR: 20x/menit,
suhu : 36⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade
luka II (wagner).
Implementasi pada tanggal 19 Februari 2022 pukul 10.30 wib di dapatkan
data subjektif : Klien mengatakan badanya masih suka gemetar, klien
mengatakan badannya lemas, dan mengatakan masih cepat lapar dan
haus, Data Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat : dengan GDS
: 214 Mg/dl tekanan darah : 130/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c,
Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II
(wagner). Dengan actions : Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia, Memonitor kadar glukosa darah, jika perlu Monitor tanda
dan gejala hiperglikemia,Berkonsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk, Menganjurkan monitor
kadar glukosa darah secara mandiri, Berkolaborasi pemberian insulin, jika
perlu. Dengan respon Klien : Klien mengatakan badanya gemetar sudah
berkurang , klien mengatakan lemasnya sudah hilang, Data Objektif :
Klien tampak segar, bibir sedikit pucat : dengan GDS : 189 Mg/dl
tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c, Frekuensi
nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II (wagner).
5. Evaluasi
a Gangguan Integritas kulit / jaringan berhubungan dengan Diabetic Foot
Ulcer (DFU) (D.0129).
1) Evaluasi pada tanggal 15 Februari 2022 pukul 10.00 wib di dapatkan :
S (Subjektif) : Klien mengatakan setelah lukanya di bersihkan, klien
merasa nyaman, O (Objektif) : Kulit disekitar luka terdapat masih
Maserasi, Slought,Tunneling, terdapat udema disekitar luka, luka
terbalut sedang dan tidak kencang. Nilai MUNGS : 9. A (Analisys) :
53

Gangguan integritas jaringan. P (Planning) : Monitor karakteristik luka


(MUNGS) , Monitor tanda – tanda infeksi, Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan, Bersihkan dengan Nacl,Bersihkan jaringan
Slought (debridement), Memilih dressing yang sesuai, Memasang
balutan sesuai jenis luka, Pertahankan teknik sterill saat melaukan
perawatan luka, Menebalkan area yang tertekan (Luka), Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk meningkatkan makanan tinggi protein dan
rendah gula. Lanjutkan Intervensi
2) Evaluasi pada tanggal 17 Februari 202 pukul 10.00 wib di dapatkan :
S (Subjektif) : Klien mengatakan setelah lukanya di bersihkan, klien
merasa nyaman, O (Objektif) : Kulit disekitar luka terdapat masih
Maserasi, Slought,Tunneling, terdapat udema disekitar luka, luka
terbalut sedang dan tidak kencang. Nilai MUNGS : 9. A (Analisys) :
Gangguan integritas jaringan / kulit. P (Planning) : Monitor
karakteristik luka (MUNGS), Monitor tanda – tanda infeksi, Lepaskan
balutan dan plester secara perlahan, Bersihkan dengan Nacl, Bersihkan
jaringan Slought (debridement), Memilih dressing yang sesuai,
Memasang balutan sesuai jenis luka, Pertahankan teknik sterill saat
melaukan perawatan luka, Menebalkan area yang tertekan (Luka),
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan makanan tinggi
protein dan rendah gula.Lanjutkan Intervensi
3) Evaluasi pada tanggal 19 Februri 2021 pukul 10.00 wib di dapatkan :
S (Subjektif) : Klien mengatakan setelah lukanya di bersihkan, klien
merasa nyaman, O (Objektif) :Kulit disekitar luka terdapat masih
Maserasi, Slought,Tunneling, terdapat udema disekitar luka, luka
terbalut sedang dan tidak kencang. Nilai MUNGS : 9. A (Analisys) :
Gangguan integritas jaringan. P (Planning) : Monitor karakteristik luka
(MUNGS), Monitor tanda – tanda infeksi, Lepaskan balutan dan
54

plester secara perlahan, Bersihkan dengan Nacl, Bersihkan jaringan


Slought (debridement), Memilih dressing yang sesuai, Memasang
balutan sesuai jenis luka , Pertahankan teknik sterill saat melaukan
perawatan luka, Menebalkan area yang tertekan (Luka), Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk meningkatkan makanan tinggi protein dan
rendah gula, Lanjutkan Intervensi
b Diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cidera fisik
1) Evaluasi pada tanggal 15 Februri 2021 pukul 10.00 wib di dapatkan
S (Subjektif) : Klien mengatakan nyeri berkurang walaupun tidak
signifikan, klien mengatakan nyeri timbul saat digerakkan dan saat
dilakukan perawatan luka, klien tampak bisa melakukan teknik
relaksasi nafas dalam P : Klien mengatakan nyeri di tekuk dan
perawatan, Q: Klien mengatakan nyeri dirasakan tertusuk – tusuk ,R:
Nyeri di bagian kaki sebelah kiri, S: Skala nyeri 4, T: waktu nyeri
sekitar ±15 menit hilang datang. Data Objektif : Klien terlihat
meringis ketika nyeri datang dan saat dilakukan perawatan luka, TTV :
TD 140/90, N : 88, RR : 20, S: 36˚5 C, Nilai MUNGS : 9. A
(Analisys) : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cidera Fisik.P
(Planning) :Kaji nyeri (PQRST), Observasi reaksi non verbal, Ajarkan
teknik non farmakologis dengan teknik relaksasi nafas dalam,
Ciptakan lingkungan yang nyaman, kolaborasi pemberian analgetik,
lanjutkan Intervensi
2) Evaluasi pada tanggal 17 Februri 2021 pukul 10.30 wib di dapatkan:
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang walaupun tidak
signifikan, klien mengatakan nyeri timbul saat digerakkan dan saat
dilakukan perawatan luka, klien tampak bisa melakukan teknik
relaksasi nafas dalam, P : Klien mengatakan nyeri di tekuk dan
perawatan, Q: Klien mengatakan nyeri dirasakan tertusuk – tusuk , R:
55

Nyeri di bagian kaki sebelah kiri, S: Skala nyeri 3 T: Waktu nyeri


sekitar ±15 menit hilang datang. Data Objektif : Klien terlihat
meringis ketika nyeri datang dan saat dilakukan perawatan luka TTV :
TD 130/90, N : 88, RR : 20, S: 36˚5 C, Nilai MUNGS : 9. A
(Analisys) : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cidera Fisik P
(Planning) : Kaji nyeri (PQRST), Observasi reaksi non verbal, Ajarkan
teknik non farmakologis dengan teknik relaksasi nafas dalam,
Ciptakan lingkungan yang nyaman, kolaborasi pemberian analgetik,
lanjutkan Intervensi
3) Evaluasi pada tanggal 19 Februri 2021 pukul 10.00 wib di dapatkan :
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang walaupun tidak
signifikan, klien mengatakan nyeri timbul saat digerakkan dan saat
dilakukan perawatan luka, klien tampak bisa melakukan teknik
relaksasi nafas dalam P : Klien mengatakan nyeri di tekuk dan
perawatan, Q: Klien mengatakan nyeri dirasakan tertusuk – tusuk , R:
Nyeri di bagian kaki sebelah kiri S: Skala nyeri 2 T: Waktu nyeri
sekitar ±15 menit hilang datang. Data Objektif : Klien terlihat
meringis ketika nyeri datang dan saat dilakukan perawatan luka, TTV :
TD 130/90, N : 88, RR : 20, S: 36˚5 C, Nilai MUNGS : 11. A
(Analisys) : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cidera Fisik. P
(Planning) : Kaji nyeri (PQRST), Observasi reaksi non verbal, Ajarkan
teknik non farmakologis dengan teknik relaksasi nafas dalam,
Ciptakan lingkungan yang nyaman, kolaborasi pemberian analgetik,
lanjutkan Intervensi
c Diagnosa Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
Hiperglikemi (Diabetes Mellitus)
1) Evaluasi pada tanggal 15 Februari 2021 pukul 10.00 wib di dapatkan :
56

Klien mengatakan badanya masih suka gemetar, klien mengatakan


badannya lemas, dan mengatakan masih cepat lapar dan haus, Data
Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat : dengan GDS : 289
Mg/dl tekanan darah : 140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c,
Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II
(wagner). A (Analisys) :Ketidakstabilan Kadar Glukosa darah
berhubungan dengan hiperglikemia. P (Planning), Identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemia Monitor kadar glukosa darah,
jika perlu, Monitor tanda dan gejala hiperglikemia,Konsultasi dengan
medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk,
Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri, Kolaborasi
pemberian insulin, jika perlu
2) Evaluasi pada tanggal 17 Februari 2021 pukul 10.30 wib di dapatkan :
Subjektif : Klien mengatakan badanya masih suka gemetar, klien
mengatakan badannya lemas, dan mengatakan masih cepat lapar dan
haus, Data Objektif : Klien tampak lemah, bibir agak pucat : dengan
GDS : 214 Mg/dl tekanan darah : 130/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu
: 36⁰c, Frekuensi nadi : 88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka
II (wagner). A(Analisys) :Ketidakstabilan Gula Darah Berhubungan
dengan Hiperglikemia (Diabetes Mellitus) P (Planning) : Identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemia Monitor kadar glukosa darah,
jika perlu, Monitor tanda dan gejala hiperglikemia,Konsultasi dengan
medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk,
Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri, Kolaborasi
pemberian insulin, jika perlu
3) Evaluasi pada tanggal 19 Februari 2021 pukul 10.00 wib di dapatkan :
Subjektif : Klien mengatakan badanya gemetar sudah berkurang , klien
mengatakan lemasnya sudah hilang, Data Objektif : Klien tampak
57

segar, bibir sedikit pucat : dengan GDS : 189 Mg/dl tekanan darah :
140/90 mm/Hg, RR: 20x/menit, suhu : 36⁰c, Frekuensi nadi :
88x/menit, Nilai Mungs : 9 dengan grade luka II (wagner).
A(Analisys) : Ketidakstabilan Glukosa Darah berhubungan dengan
hipeglikemia (Diabetes Melitus). P (Planning) : Hentikan Intervensi ,
pertahanka
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini akan memberikan ulasan dan bahasan mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada Tn. M dengan diabetic foot ulcer ditinjau dari sudut pandang
konsep dan teori. Pembahasan difokuskan pada askep pengkajian dan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Setiadi, 2012). Pengkajian adalah proses untuk mengumpulkan dan
menganalisa data dalam menentukan diagnosa keperawatan.
Pada tahap pengkajian terdapat persamaan antara kasus dan teori. Pada
klien terdapat luka dan jaringan mati. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan Hermand, (2013) Pada klien Diabetes Melitus biasanya
didapatkan adanya Gangguan integritas kulit yaitu kerusakan mukosa kulit
dan jaringan integument, Dimana penderita mengalami gangguan epidermis
pada lapisan kulit, sehingga dapat memunculkan luka. Luka disebabkan
karena ketidak normalan kadar gula darah/ gula darah tinggi sehingga
mempengaruhi sirkulasi pada pembuluh darah dan darah menjadi pekat
sehingga aliran darah tidak lancar hal tersebut menyebabkan O2 dan sari-sari
makanan tidak dapat beredar keseluruh tubuh terutama pada luka sehingga
luka akan sukar sembuh, apabila luka tersebut tidak dilakukan penanganan
yang serius akan mengakibatkan Gangguan integritas kulit, Gangguan
integritas kulit pada penderira Diabetes melitus terjadi karena adanya

58
59

gangguan sirkulasi, gangguan neuropati perifer, deformitas kaki, imobilisasi


dan juga trauma (Harahap, 2012).
Diabetic foot ulcer (DFU) adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus
(DM) dimana ditemukan infeksi, tukak dan atau destruksi ke jaringan kulit
yang paling dalam di kaki akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh
darah arteri perifer (Roza et al, 2015). Glukosa dengan jumlah banyak
menyebabkan darah menjadi pekat sehingga aliran darah tidak lancar, aliran
darah yang tidak lancar menyebabkan neuropati pada saraf perifer karena
suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan terhambat sehingga kondisi tersebut
mempengaruhi proses penyembuhan luka (PERKENI, 2015).
Luka yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tidak stabil sehingga
darah menjadi pekat, dengan darah menjadi pekat maka aliran darah
dipembuluh darah menjadi tidak lancar sehingga kebutuhan O2 dan sari-sari
makanan tidak dapat beredar keseluruh tubuh sehingga dapat memunculkan
luka, pada Diabetes Melitus jenis luka meliputi Dermopati Diabetes, diabetik
foot atau luka pada kaki yang dipengarui oleh neuropati, vaskulopati (iskemia)
dan imunopati, Lokasi luka biasanya muncul dikaki dan jari tengah, berisi
cairan dan tidak edema. Apabila luka tersebut tidak dilakukan penanganan
yang serius akan mengakibatkan Gangguan integritas kulit dan jaringan
(Harahap, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian luka pada klasifikasi wagner yaitu hasil
pengkajian menunjukkan klasifikasi luka yaitu menunjukkan derajat 2 karena
luka hanya meluas hingga ke ligament dan tendon tetapi tidak mengenai
tulang.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan
yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual
60

maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk


mengtasinya . Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat
dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan Dermawan (2012).
Diagnosa-diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu berdasarkan keluhan-
keluhan yang dirasakan oleh klien. Efek pada autonomi neuropati ini akan
menyebabkan kulit menjadi kering, antihidrosis, yang memudahkan kulit
menjadi rusak dan mengkontribusi terjadinya ganggren lalu gangguan
integritas jaringan dengan tanda dan gejala kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma (Wijaya & Putri,
2013). Diagnosa kerusakan integritas jaringan menjadi diagnosa utama karena
bila tidak di tangani segera maka dampak dari gangguan intergitas jaringan
dapat mempengaruhi kehidupan individu baik secara fisik maupun psikologis.
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
Diagnosa kedua yang diangkat adalah nyeri akut berhubungan dengan
Agen Pencedera Fisik (Luka). Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik yang
berkaitan dengan gangguan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan,
yang berlangsung lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Nyeri adalah keadaan subjektif dimana seorang individu memperlihatkan rasa
tidak nyaman secara verbal maupun non verbal ataupun keduanya..
Pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan
lokal yang dapat menimbulkan nyeri (Price & Wilson, 2016).
Diagnosa ketiga yang dangkat adalah Ketidakstabilan kadar Glukosa
darah. Penderita Diabetes Mellitus (DM). Hal yang terpenting bagi penderita
diabetes melitus yaitu pengendalian dalam gula darah. Pengendalian gula
darah ini berhubungan dengan diet atau perencanaan makan karena gizi
memiliki hubungan dengan diabetes. Hal ini dikarenakan diabetes merupakan
61

gangguan kronis, Untuk glukosa darah harus selalu dalam keadaan normal
karena dapat mempengaruhi terakit terjadinya hiperglikemia dan menghambat
proses penyembuhan (Washilah, 2014). Glukosa dengan jumlah banyak
menyebabkan darah menjadi pekat sehingga aliran darah tidak lancar, aliran
darah yang tidak lancar menyebabkan neuropati pada saraf perifer karena
suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan terhambat sehingga kondisi tersebut
mempengaruhi proses penyembuhan luka, maka harus dilakukan edukasi
tentang pencegahan hiperglikemia sehingga bisa mengontrol kadar gula
hingga rentang normal dan juga membantu proses penyembuhan luka pada
pasien tersebut.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan penulis pada kasus
Tn. M ada 3 diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu:
a. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan Diabetic Foot Ulcer
(DFU)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Psikologis (Luka)
c. Ketidakstabilan kadar gula glukosa berhubungan dengan Hiperglikemia
(Diabetes Mellitus).
Berdasarkan teori terdapat 6 diagnosa keperawatan yang muncul,
sedangkan berdasarkan kasus diatas terdapat 3 diagnosa keperawatan yang
muncul. Diagnosa keperawatan berdasarkan teori Nyeri akut berhubungan
dengan agens cedera fisiologis, Gangguan integritas jaringan berhubungan
dengan agens cedera kimiawi, gangguan metabolisme,
gangguankesadaran/hipermetabolikakibat pelepasan hormone stress, epinefrin,
cortisol, GH ataukarena proses luka, Resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan fungsi leukosit/gangguan sirkulasi, Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi, kurang sumber pengetahuan.
Diagnosa-diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu berdasarkan keluhan-
keluhan yang dirasakan oleh klien.
62

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengkoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada
diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2011). Pada
intervensi atau rencana, proses keperawatan setelah data terkumpul, di analisa
dan ditentukan rencana keperawatan. Perencanaan juga disusun berdasarkan
prioritas masalah, tujuan dari tindakan, penentuan kriteria hasil dan rencana
tindakan pada masing-masing diagnosa keperawatan.
Rencana keperawatan yang penulis susun dalam karya ilmiah akhir ini
menggunakan referensi dari Nurarif (2015). Pada pelaksanaannya disesuaikan
dengan kasus dan kebutuhan klien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan
Indonesia) digunakan pada saat merumuskan tujuan keperawatan dan kriteria
hasil. Sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan
sebagai referensi dalam merumuskan intervensi keperawatan.
Penentuan intervensi keperawatan dalam karya ilmiah akhir ini
menggunakan referensi dengan mempertimbangkan jenis intervensi/tindakan
yang sesuai dengan kemampuan perawat, kondisi klien, penilaian efektivitas
dan efisiensi keberhasilan mengatasi masalah klien. Pada karya ilmiah akhir
ini menggunakan beberapa intervensi salah satunya adalah perawatan luka
yaitu dengan menggunakan madu. Madu merupakan terapi non farmakologis
yang biasa diberikan dalam perawatan luka DM. (Tiara, 2012).
Madu adalah cairan kental yang di ekstraksi oleh lebah dari nextar bunga,
madu dipercaya dpat mengobati luka oleh masyarakat sejak berabadabad
silam (Delshad et. al, 2017). Madu sangat efektif untuk menyembuhkan luka
dikarenakan kandungan air yang terdapat di madu rendah dan madu memiliki
pH yang asam dan juga kandungan hydrogen peroxide yang dapat mematikan
bakteri ataupun mikroorganisme yang memasuki ke dalam tubuh, Madu
63

memiliki efek antimikroba, serta memiliki anti inflamasi, analisis mengenai


kandungan madu menyebutkan bahwa unsur terbesar komponen madu adalah
glukosa dengan kadar fruktosa paling besar (76,8%) disamping mineral dan
vitamin. Sifat anti bakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada
perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta
meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu
juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat
penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada diabetes
(Anshori, 2014, Nabhani & Widiyastuti, 2017).
Madu juga mempunyai kandungan antibiotik yang berfungsi sebagai
antiseptik dan antibakteri yang berfungsi untuk melindungi luka, sekaligus
dapat membantu mengatasi infeksi yang terjadi pada luka dan bahkan sebagai
antiinflamasi yang berfungsi untuk meredakan nyeri dan dapat menjaga
sirkulasi yang dapat membantu dalam penyembuhan luka, selain banyak
manfaatnya untuk luka, madu mampu berfungsi untuk mempercepat dari
pertumbuhan jaringan yang baru, sehingga juga mampu untuk memudarkan
jaringan parut atau yang bisa disebut bekas pada luka dikulit (Sundari &
Tjahjono, 2017).
Dressing dengan menggunakan madu mampu untuk memperpendek
proses pengobatan dan dinilai lebih efektif juga aman untuk DFU dan juga
dapat mengurangi resiko pertumbuhan bakteri dan amputasi, menurunkan
derajat luka dari berat ke sedang, mengurangi edema yang terdapat di sekitar
ulkus dan dapat mengurangi pengelupasan pada luka, meningkatkan range
derajat luka pada DFU, peningkatan tersebut dikarenakan madu mempunyai
sifat antibacterial, antiviral, antioksidan, antifungi dan antiinflamasi untuk
mempercepat proses penyembuhan dari luka( Pratama & Rochmawati (2019),
Nabhani & Widiyastuti, (2017), Divandra, (2020).
64

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nursalam, 2011).
Strategi pelaksanaan yang penulis gunakan dalam memberikan tindakan
keperawatan khususnya untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada
Tn. M yaitu Perawatan luka dengan dressing madu. Menurut Sundari &
Tjahjono (2017) bahwa dressing dengan menggunakan madu efektif untuk
pengobatan diabetic foot ulcer dengan menurunkan derajat luka dari berat ke
sedang. Hal tersebut juga beriringan dengan penelitian Pratama &
Rochmawati (2019), mengatakan bahwa dressing dengan menggunakan madu
mampu untuk memperpendek proses pengobatan dan dinilai lebih efektif juga
aman untuk DFU dan juga dapat mengurangi resiko pertumbuhan bakteri dan
amputasi.
Implementasi keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari
2022 hingga 19 Februari 2022. Secara umum, intervensi yang telah
direncanakan pada diagnosa keperawatan dapat diimplementasikan baik yang
bersifat mandiri maupun kolaborasi.
Teori mengatasi gangguan integritas jaringan sejalan dengan kasus pada
Tn. M dalam pelaksanaan dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.
M dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Partisipasi dari pasien yang
kooperatif sangat berperan penting, sehingga penulis mendapatkan respon
yang baik pula.
Dalam pelaksanaan, penulis tidak mempunyai hambatan dari pihak klien
maupun keluarga. Penulis melakukan implementasi selama 3 hari sesuai
65

dengan rencana intervensi yang telah direncanakan. Kekuatan dari


implementasi ini adalah saat penulis melakukan tindakan keperawatan, klien
menerima tindakan keperawatan yang dilakukan penulis dan keluarga klien
dapat diajak bekerjasama dalam membantu proses penyembuhan klien serta
mendampingi klien setiap kali dilakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi (Nursalam, 2011).
Evaluasi keperawatan pada karya ilmiah akhir ini dilakukan selama 3 hari
yaitu pada tanggal 15 Februari 2022 hingga 19 Februari 2022. Tujuan dari
evaluasi keperawatan adalah untuk mengakhiri, memodifikasi, atau
meneruskan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada klien
dengan terlebih dahulu menganalisa masalah kesehatan klien apakah tidak
teratasi, teratasi sebagian atau masalah teratasi dengan membandingkan antara
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada rencana asuhan
keperawatan dengan evaluasi keperawatan.
Berdasarkan evaluasi penulis dari tiga diagnosa keperawatan yang
diangkat pada Tn. M setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga kali
kunjungan dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa semua diagnosa
keperawatan belum teratasi / lanjutkan intervensi antara lain: Gangguan
Integritas Jaringan berhubungan dengan Diabetic Foot Ulcer (DFU), Nyeri
Akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisik (Luka).
B. Pembahasan Proses Praktik Profesi Dalam Pencapaian Target
Pada tahap program profesi ners yang fokus pada pembelajaran keperawatan
medikal bedah adalah mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam telaah
66

klinis dengan mengintegrasikan pemahaman berbagai konsep dasar asuhan


keperawatan orang dewasa yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia meliputi kebutuhan oksigenasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi feses, dan urin, kebutuhan
menyendiri (solitude) dan interaksi, kebutuhan rasa aman, nyaman dan mobilisasi
serta kebutuhan promosi kesehatan.
Keperawatan Medikal Bedah adalah pelayanan profesional yang berdasarkan
pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah
berbentuk pelayanan Bio-psiko-sosio-spiritual yang komphrehensif ditujukan
pada orang dewasa yang mengalami berbagai perubahan fisiologis dengan atau
tanpa gangguan struktural pada berbagai system tubuh. Dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang profesional seorang mahasiswa harus mampu bekerja
sama dengan pasien, keluarga serta tenaga kesehatan terkait sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan harus berdasarkan pengetahuan teoritik dari berbagai disiplin ilmu
dalam semua aspek kegiatan pengkajian, penentuan masalah keperawatan,
penyusunan rencana, pelaksanan tindakan keperawatan serta dalam melakukan
evaluasi.
Praktik profesi keperawatan medical bedah memberikan wawasan dan
pengalaman mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap orang dewasa yang mengalami masalah kesehatan atau kecendrungan
dan proses penyembuhan secara professional dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Praktik keperawatan medical bedah, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada orang dewasa yang mengalami berbagai
perubahan fisiologis dengan atau tanpa gangguan struktural pada berbagai system
tubuh.. Mahasiswa juga mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi,
penyuluhan kesehatan tentang, membantu menyelesaikan masalah kesehatan ,
dan meningkatkan ketaqwaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang ditulis merujuk pada masalah dan tujuan penulisan. Bagaimana
teori diterapkan dalam situasi yang nyata serta hasil yang diperoleh, hambatan atau
kemudahan yang dialami. Saran adalah usulan operasional yang diajukan untuk
mengatasi atau mengurangi hambatan-hambatan yang muncul pada saat melakukan
asuhan keperawatan pada Tn. M sesuai dengan apa saja yang dijelaskan dalam
kesimpulan.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam menyusun karya
ilmiah akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan Diabetic foot ulcer
merupakan salah satu komplikasi yang paling umum dari diabetes mellitus yaitu
luka dibawah pergelangan kaki.
Penulis menegakkan 3 diagnosa keperawatan Gangguan Integritas Jaringan
berhubungan dengan Diabetic Foot Ulcer (DFU), Nyeri Akut berhubungan
dengan Agen Pencedera Psikologis (Luka), Ketidakstabilan glukosa darah
berhubungan dengan Hiperglikemia (Diabetes Mellitus). Penulis mengangkat
masalah prioritas yang utama karena tidak di tangani segera maka dampak dari
gangguan intergitas jaringan dapat mempengaruhi kehidupan individu baik
secara fisik maupun psikologis.
Asuhan keperawatan pada Tn. M telah dilakukan sesuai dengan kondisi dan
keluhan yang klien ungkapkan ketika dilakukan pengkajian, sehingga dalam
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis.
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pada
asuhan keperawatan, kondisi klien serta sarana dan prasarana yang ada di rumah
dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu mengarah pada tujuan yang akan
dicapai dan melibatkan kerjasama yang baik dengan klien, keluarga.

67
68

Berdasarkan dari ketiga diagnosa keperawatan yang diangkat pada Tn. M


setelah dilakukan asuhan keperawatan selama proses keperawatan 3 hari yaitu
pada tanggal 15 februari – 19 februari 2022 menunjukkan bahwa ketiga diagnosa
keperawatan semuanya teratasi. Berdasarkan klasifikasi luka Wagner, penentuan
derajat luka yang mudah untuk dipahami adalah dengan menggunakan klasifikasi
Wagner.
Melakukan asuhan keperawatan pada Tn.M penulis dapat mengetahui faktor
pendukung dan faktor penghambat yang dirasakan selama melakukan asuhan
keperawatan pada Tn. M. Adapun faktor pendukung yang dirasakan oleh penulis
adalah sikap klien dan keluarga yang sangat kooperatif dalam memberikan
informasi sehingga penulis dapat lebih mudah melakukan penilaian untuk
merumuskan pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Sedangkan faktor penghambat yang dirasakan oleh penulis adalah terbatasnya
waktuu yang diberikan untuk melakukan proses keperawatan (pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi).
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
khususnya pada klien dengan diabetic foot ulcer, yaitu:
1. Untuk Keluarga
Diharapkan sebagai keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami diabetes khususnya pada pasien diabetic foot ulcer dengan
mengontrol kadar gula darahnya agar tidak semakin parah.
2. Untuk Mahasiswa/i
Penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan referensi
tambahan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
khususnya diabetic foot ulcer dan selalu inovatif untuk mengembangkan
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan evidencbased
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association), (2020) Classification and Diagnosis of


Diabetes : Standards of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care, 42 (1),
hal 13-28.
Adimasu Abeshu, M., (2015). Medicinal Uses of Honey. Biol. Med. 08.
https://doi.org/10.4172/0974-8369.1000276
Aini, Nur & Ledy, M. A. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin
dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta : Salemba Medika.
Aktin, Stephenson, Bateman., (2015). Foam dressings: a review of the literature
and evaluation of fluid-handling capacity of four leading foam dressings.
UK : Wound UK. Vol 11. No 1
Alexiadou, K., & Doupis, J., (2012). Management of diabetic foot ulcers.Diabetes
Therapy, 3(1), 6-15.
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Blessing Aderibigbe, Buhle Buyana, 2018. Alginate in Wound Dressings.
Pharmaceutics 10, 42. Dressings.
https://doi.org/10.3390/pharmaceutics10020042
Dafianto, R. (2016). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap resiko ulkus kaki
diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Jelbuk Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Daunton, Kothari, Smith, Steele., 2012. A history of materials and practices for
wound management. Wound Practice and Research Brightsky
Australia.Volume 20 Number 4.
Decroli, E., 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang : Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Digiulio, M, Jackson, D dan Keogh, J.2014.Keperawatan Medikal Bedah
Demystified edisi 1. Alih bahasa khundazi Aulawi. Yogyakarta : Rapha
Publishing.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Edwards, J., Prevost, N., Santiago, M., von Hoven, T., Condon, B., Qureshi, H.,
Yager, D., 2018. Hydrogen Peroxide Generation of Copper/Ascorbate
Formulations on Cotton: Effect on Antibacterial and Fibroblast Activity for
Wound Healing Application. Molecules 23, 2399.
Fiandri, D. C. (2020). Potensi Tanaman Patikan Kebo (Euphoria hirta) Sebagai
Penyembuh Luka. Jurnal Medika Hutama, 2(01), 224-230.
Herman Sofyandi. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Heyneman, S. P., & Lee, B. (2016). International Organizations and The Future
of Education Assistance. International Journal of Educational Development,
9-22. Dalam Meilani, Rima. Sutarni, Nani. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran. (Hal 187) Vol. 1, No. 1
69
IDF. (2019). IDF DIABETES ATLAS (9th ed.). BELGIUM: International Diabetes
federation. Retrieved from https://www.diabetesatlas.org/en/resources/
International Diabetes Federation (IDF). IDF diabetes atlas eight edition 2017.
International Diabetes Federation. 2017;8:14-39
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) (2013). Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013. Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pdf November 2018.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Molan, P., Rhodes, T., (2015). Honey: A Biologic Wound Dressing Wounds,
27(6):141-151
Muttaqin, Arif. (2016). Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
Ndraha, S. (2014). Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Depertemen
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univeritas Krida Wacana Jakarta.
Vol (27). No (2).
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.
Jakarta : Salemba Medika.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI, Jakarta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus pengendalian dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI.
2015.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan ke-3.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan ke-2.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan ke-2.
Jakarta: DPP PPNI
Roza, R, L., Afriant, R & Zulkarnain,E. (2015). Faktor Resiko Terjadinya ulkus
Diabetikum Pada Pasien Diabetes Mellitus Yang Dirawat Jalan dan Inap di
RSUP Dr.M.DJamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
No 4 Vol 1
Rusmiyanti, P. N. (2018). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DM TIPE
II DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA
BADUNG TAHUN 2018 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2018).
Safii, S.H., Tompkins, G.R., Duncan, W.J., (2017). Periodontal Application of
Manuka Honey: Antimicrobial and Demineralising Effects In Vitro. Int. J.
Dent. 2017, 1–8

70
Setiadi.(2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC
Sonmezer, M.C., Tulek, N., Ozsoy, M., Erdinc, F., Ertem, G., (2015). Diabetic
foot infections: effective microorganisms and factors affecting the frequency
of osteomyelitis and amputation. Eur. Res. J. 1, 119.
Suhartini, D. A., & Pramana, Y. Hubungan Keadaan Ekonomi Dengan Efikasi
Diri Pasien Luka Diabetik Di Klinik Kitamura Pontianak. Jurnal
ProNers, 3(1).
Suranto., 2007. Terapi Madu. Jakarta : Penebar Swadaya. 979- 3927-42-9.
Tarwoto, Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Tholib, Ali Maghfuri . (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus.
Jakarta: Salemba Medika.
Tiara., Sukawana., Suidrayasa. (2012). Efektifitas perawatan luka kaki diabetic
menggunakan balutan modern di RSUP Sanglah Denpasar dan Klinik
Dhalia Care.
WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016
Wijaya., 2018. Perawatan Luka Dengan Pendektan Multi Disiplin. Yogyakarta :
IKAPI, 2018. DDC' 23 ; 617.

71
LAMPIRAN

72
Pengkajian Luka

No Score ITEMS Skor


Date Date Date
M Maceration 15/02/22 17/02/22 19/02/22
0 None
1 Thin at the edge and/or maceration
≤2ِcmِfromِtheِwoundِedge
2 >2 cm from the wound edge and/or expanded 2 2 2

U Undermining/tunnelling/sinus
0 None
1 <3 cm
2 >3 cm 2 2 2
N Necrotic tissue type (black, white, yellow, grey,
brown, green)
0 None
1 Softِsloughtِandِwithِ≥ِ1ِcolour 1 1 1
2 Necrotic; with spongy, soft and
coloured skin
3 Necrotic; hard, spongy or moist
tissueِandِskinِwithِ≥ِ1ِcolour
4 Necrotic; dry, hard, black and/or brownish

G Granulation tissue
0 Skin intact
1 Ful granulation
2 Granulation of 50 % to <100% 2 2 2
3 Granulation of <50%
4 No granulation
S Other wound-related signs or
symptoms
Wound edge : Around the skin wound: 0 None
o Red ring o Hyperpigmentatin
o Hyperkeratonic o Induration 1 One or
o Unattached o Hypopigmentation two
o Undefined o Eryhema around 2 Three to 2 2 2
o Crust live
o Pale 3 More

73
o Damage the wound than five
o Epibole o Oedema
o Rolled/lining Wound o Purple
infection or o Lesion
inflammation : Granulation :
o Pain o Fragile granulation
o Pus o Bright red
o Odour o Hypergranulation
o Faver o Senescent
o Rising o Pale
o Temperatur/warm o Blackish
o Trauma
o Tissue compatible with
a biofilm
o Ischemia

Total score 9 9 9

Signature

74
Tanggal 15 Februari 2022
Nama : Tn. M
Ukuran luka : 13x 9 cm
M (Maceration) : >2cm from the wound edge and/or expanded
Score : 2
U (Undermining) : Undermining >3 cm
Score : 2
N ( Necrotic) : Soft Slought and with ≥ 1 colour
Score : 1
G (Granulation Tissue) : granulationof 50% to <100 %
Score : 2
S (Symptoms) :
Wound Edge : -
Wound Infection of Inflamastion : Pain, Odour,
Around the skin wound : Hyperpigmentasi, Oedema,
Score : 2
Total Score : 9

75
Tanggal 17 Februari 2022
Nama : Tn. Ms
Ukuran luka : 13x 9 cm
M (Maceration) : >2cm from the wound edge and/or expanded
Score : 2
U (Undermining) : Undermining >3 cm
Score : 2
N ( Necrotic) : Soft Slought and with ≥ 1 colour
Score : 1
G (Granulation Tissue) : granulationof 50% to <100 %
Score : 2
S (Symptoms) :
Wound Edge : -
Wound Infection of Inflamastion : Pain, Odour,
Around the skin wound : Hyperpigmentasi, Oedema,
Score : 2
Total Score : 9

76
Tanggal 19 Februari 2022

Nama : Tn. M

Ukuran luka : 13x 9 cm

M (Maceration) : >2cm from the wound edge and/or expanded


Score : 2
U (Undermining) : Undermining >3 cm
Score : 2
N ( Necrotic) : Soft Slought and with ≥ 1 colour
Score : 1
G (Granulation Tissue) : granulationof 50% to <100 %
Score : 2
S (Symptoms) :
Wound Edge : -
Wound Infection of Inflamastion : Pain, Odour,
Around the skin wound : Hyperpigmentasi, Oedema,

Score : 2

Total Score : 9

77
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Prayugo Susanto

Tempat,Tanggal Lahir : Sungai Ambawang, 25 Juni, 1998

Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Status Dalam Keluarga : Anak ke-2 dari 2 bersaudara

Alamat Sekarang : JL. Danau Sentarum Gang H.Ngadio No 5 Pontianak

No. Hp : 0895701909207

Email : Prayogop592@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Alm. Jaiman

Ibu : Ratna Sari

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 03 Pontianak (2004-2010)

2. SMP Negeri 23 Pontianak (2010-2013)

3. SMA Negeri 4 Pontianak (2013-2016)

4. STIK Muhammadiyah Pontianak (2016 –Sekarang)

78

Anda mungkin juga menyukai