Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn S DENGAN HARGA DIRI

RENDAH KRONIK

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN LUKA

Oleh:
Siswanto
NIM. SRP21318129

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN REGULER A


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn S DENGAN HARGA DIRI
RENDAH KRONIK

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN LUKA

Oleh:
Siswanto
NIM. SRP21318129

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN REGULER A


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan jiwa pada Tn S dengan


Harga Diri rendah kronik
Nama : Siswanto

NIM : SRP21318179

Program Studi : Profesi Ners Keperawatan Reguler A

Menyetujui,
Pembimbing

Dr Wida Kuswida Bhakti, M. Kep


NIDN :

ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

Oleh:
Siswanto
NIM. SRP21318129
Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Ilmiah Akhir,
Program Studi Ners Kelas Reguler A
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
Tanggal : 10 Juli 2022
Disetujui,

Pembimbing Penguji

Dr Wida Kuswida Bhakti, M. Kep


NIDN : 111409860

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Ns. Indah Dwi Rahayu M. Kep


NIDN

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah benar-

benar hasil pekerjaan saya. Adapun kutipan atau seduran hanya sebatas referensi

semata dan apabila dikemudian hari karya ilmiah akhir yang saya buat ini terbukti

meniru atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis

maupun sanksi pidana dari lembaga yang berwenang.

Pontianak, Juni 2022

Hormat saya,

Siswanto
NIM. SRP21318129

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap :
Tempat,Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Status Dalam Keluarga :
Alamat Sekarang :
No. Hp :
Email :
Nama Orang Tua
Ayah :
Ibu :
Riwayat Pendidikan :
1.
2.

v
KATA PENGANTAR

ِ ‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح‬


‫يم‬ ْ ِ‫ب‬

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan
kesempatan dan kesehatan untuk menjalankan kehidupan ini menjadi lebih baik
dengan penuh kasih sayang-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan,
terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan dan kebodohan ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada
Ny M dengan diabetik foot ulcer di Klinik Kitamura Pontianak”
Selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Haryanto, S.Kep, Ns, MSN, Ph. D. Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
2. Bapak Gusti Jhoni Putra, S.Kep. Ners., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
3. Ibu DR Wida Kuswida Bhakti, M. Kep Selaku Pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan, motivasi dan masukan sehingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir pada waktunya
4. Dosen dan seluruh civitas akademik STIK Muhammadiyah Pontianak
yang telah banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal
lain yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.
5. Kedua orang tua,
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu, waktu, dan kemampuan.
Untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya

vi
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.
Atas bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya, semoga mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah
SWT. Aamiin

Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khairot


Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pontianak, Juni 2022

Siswanto
NIM. SRP21318129

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
HALAMAN PERNYATAAN......................................................................
RIWAYAT HIDUP......................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR SKEMA........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
ABSTRAK.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan Penulisan...................................................................................
C. Sistematika Penulisan...........................................................................
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................
A. Konsep Masalah Keperawatan Utama..................................................
B. Konsep HDR.........................................................................................
C. Konsep Teori HDR ..............................................................................
D. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................
A. Pengkajian.............................................................................................
B. Diagnosis, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi Keperawatan...........
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................
A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan............................................
B. Pembahasan Proses Praktik Profesi Dalam Pencapaian Target............
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................

8
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway........................................................................................


Skema 3.2 Genogram.....................................................................................

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama

di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di anggap

sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun

gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat

menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2009).

Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan seseorang.

Aktivitas penderita, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan

keluarga jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang

dengan gangguan jiwa apapun harus segera mendapatkan pengobatan.

Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita keluarga, dan

masyarakat (Townsend et al., 2009).

Keliat (2013) ada beberapa masalah mental, salah satunya adalah harga

diri yang rendah. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berarti karena

evaluasi yang berkepanjangan dan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak

rapi, nafsu makan berkurang, tidak berani berbicara lebih banyak, menunduk,

berbicara perlahan dan nada suara lemah.

World Health Organization (WHO) (2015) menjelaskan prevalensi

gangguan jiwa di dunia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 516 juta orang.

10
Saat ini gangguan jiwa menempati urutan ke dua setelah penyakit infeksi

dengan 11,5 %. Sementara itu, Riset kesehatan dasar (2012) menyebutkan 14,1

% penduduk mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi

ini ini di perberat melalui aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh

wilayah Indonesia. Data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus

bertambah, data dari 33 Rumah Sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia

menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5

juta orang (Wijayati et al., 2020).

Dinas Kesehatan (Dinkes) (2018) angka kekambuhan skizofrenia yang

terjadi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Kalimantan Barat didapatkan

persentase kekambuhan yang terjadi pada tahun 2018 adalah sebesar 71,16 %

dengan jumlah pasien yang disebut sebagai pasien lama atau pasien yang

sering mengalami kekambuhan sebanyak 1.034 orang, sedangkan pasien

skizofrenia yang mendapatkan rawat inap di tahun 2018 adalah sebanyak 1453

orang.

Faktor predisposisi dari harga diri rendah antara lain disebabkan oleh

penolakan orang tua yang dapat membuat anak menjadi tidak yakin terhadap

dirinya sendiri, akibat merasa tidak dicintai sehingga anak gagal untuk

mencintai diri mereka sendiri, dan tidak mampu menjangkau cinta terhadap

orang lain (Saputra, 2019).

Ciri khas dari gangguan harga diri rendah dapat di gambarkan sebagai

perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan

harga diri. Harga diri rendah merupakan suatu masalah utama untuk

11
kebanyakan orang dan dapat di ekspresikan dalam tingkat dalam tingkat

kecemasan yang tinggi. Termasuk di dalam harga diri rendah ini evaluasi diri

yang negatif dan bandingkan dengan perasaan lemah tidak tertolong, tidak ada

harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan

tidak adekuat (Stuart, 2014).

Tindakan yang dilakukan perawat dalam mengurangi resiko masalah yang

terjadi pada kasus harga diri rendah salah satunya dengan melakukan

komunikasi terapeutik, dampak yang terjadi jika tidak dilakukan komunikasi

terapeutik maka dapat mengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri,

perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku

kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Purwasih

& Susilowati, 2016).

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

tentang” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah yang

Di Rawat Rumah Sakit Jiwa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang

dapat ditegakkan adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Tn S

Dengan Harga Diri Rendah yang Di Rawat Rumah Sakit Jiwa?”.

C. Tujuan

1. Umum

Tujuan umum dari penyusunan karya ilmiah akhir ini adalah

memberikan gambaran kegiatan pelaksanaan praktek klinik profesi stase

12
keperawatan jiwa yang berfokus pada penerapan asuhan keperawatan

dengan masalah Tn S Dengan Harga Diri Rendah yang Di Rawat Rumah

Sakit Jiwa.

2. Khusus

a. Mengkaji Tn S dengan harga diri rendah yang di rawat rumah sakit jiwa.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn S dengan harga diri rendah

yang di rawat rumah sakit jiwa.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn S dengan harga diri rendah

yang di rawat rumah sakit jiwa.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn S dengan harga diri rendah

yang di rawat rumah sakit jiwa.

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Tn S dengan harga diri rendah

yang di rawat rumah sakit jiwa.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah akhir ini penulis menggunakan

sistematika penulisan, antara lain:

Bagian awal, membuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan,

kata pengantar, daftar isi.

BAB I :Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, sistematika

penulisan studi kasus.

BAB II :Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis

dan asuhan keperawatan anak dengan DHF.

13
BAB III :Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB IV :Pembahasan berisi tentang perbandingan atara teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Diri Rendah

1. Pengertian

Menurut Keliat, 1998, Harga diri rendah adalah perasaan tidak

berharga, tidak berarti dan rendah hati dan rendah diri yang

berkepanjngan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa

gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Iyus

Yosep, 2016).

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,

perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang

buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai

rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi

lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk

berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga

diri rendah melihat lingkunagn dengan cara negatif menganggap

sebagai ancaman dengan pendapat Harga diri rendah adalah perasaan

tidak berharga, tidak berarti an rendah diri yang berkepanjangan akibat

evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.

Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu

15
mencapai keinginan sesuai ideal diri. Ganguan harga diri yang disebut

sebagain harga diri rendah dapat terjadi secara: (Damaiyanti, 2014)

a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus

hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,

dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama,

yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang

berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah

persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan

respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien

gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap

diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan

diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai

dengan ideal diri. Ganguan harga diri rendah akan terjadi jika

kehilangan kasih sayang. perlakuan orang lain yang mengancam dan

hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila

diperhatikan atau dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga

diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri

tinggi positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif dalam

kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga

16
diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi

secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan

individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan

cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.

2. Upaya yang dapat dilakukan

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

untuk melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri

rendah adalah dengan terapi kreasi seni menggambar yang merupakan

salah satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan

erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada

kesembuhan fisik mampu psikologis seseorang yang akan berdampak

pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang.

Berbagai jeneis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien

dengan harga diri rendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk

individu, keluarga, dan kelompok terapi spesialis imndividu yang dapat

diberikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah Cognitive

Behaviour Therapy (CBT) atau terapi kognitif perilaku dan

Logotherapy. Terapi kelompok yang dapat diimplemaentasikan pada

pasien dengan harga diri rendah kronis adalah Supportive Therapy atau

terapi supportif dan Self Help Group (SHG) atau kelpmpok swabantu.

Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa dapat memberikan terapi

spesialis Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy (Widianti et.al,

2017).

17
a. Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk mengembangkan

rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain. Terapi

lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu terapi rekreasi, terapi

kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan yang

tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang pertama

terapi rekreasi, tujuan dari terapi tersebut adalah agar pasien dapat

melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan, dan

mengembangkan kemampuan hubungan sosial, yang kedua adalah

terpi kreasi seni, dalam terapi kreasi seni terbagi menjadi empat

bagian yaitu terapi menari, atau dance, terapi musik, terapi

menggambar atau melukis terapi literatur atau biblio. Keempat jenis

terapi ini membantu pasien untuk mengkomunikasikan tentang

perasaan-perasaan dan kebutuhan- kebutuhanya, memberikan

kesempatan pada pasien untuk mengekpresikan tentang apa yang

terjadi dengan dirinya serta memberikan kesempatan pada pasien

untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana

mengekspresikan pikiran dan perilaku sesuai dengan norma yang

baik.

b. Terapi kreasi seni menggambarkan diterapkan karena ada anggapan

dasar bahwa pasien harga diri rendah akan dapat mengekspresikan

perasaan melalui terapi lingkungan seni menggambar dari dengan

ekspresi verbal. Dengan terapi kreasi seni menggambar perawat

18
dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional pasien

dengan harga diri rendah, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan

intervensi untuk mengatasi masalah pasien harga diri rendah

tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan

pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah dengan terapi

kreasi seni menggambar yang merupakan salah satu terapi

lingkungan. Terapi kreasi seni menggambar berkaitan erat dengan

stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada

kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psiologis seseorang.

c.  Terapi kognitif diberikan dalam tiga sesi yaitu sesi: (Febriana et. al,

2016).

1) Identifikasi pikiran otomatis negatif

2) Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis

negatif

3) Manfaat tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis yang

negatif

4) Pelaksanaan terapi kognitif menggunakan pendekatan

interpersonal peplau yang terdiri dari orientasi, identifikasi,

eksploitasi dan resolusi. Pendekatan peplau sangat dalam proses

keperawatan yang terdiri dari pengkajian orientasi dan

identifikasi, eksploitasi perencanaan dan implementasi, resolisi

atau evaluasi. Begitu juga dengan tahap komunikasi terapeutik

yang digunakan dalam terapi kognitif yaitu: orientasi, kerja dan

19
terminasi. Atas dasar kesesuaian tersebut menggunakan

interpersonal peplau sebagai kerangka penyelesaian masalah

pasien harga diri rendah dengan terapi kognitif.

3. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang dalam tinjaun life span history klien, penyebab terjadinya

harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang

diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapain masa

remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan

tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,

pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan

cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.

Menurut Stuart, 2006, faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri

rendah kronik meliputi factor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai

berkut:

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang

tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang

berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type

peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

20
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

perubahan struktur sosial.

b. Faktor Presipitasi

Menurut yosep, 2009. Faktor presipitasi terjadi haga diri

rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan

penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang

menurun. Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah ini

dapat terjadi secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena

trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,

kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah

sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena

penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak

nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum

sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan

meningkat saat dirawat.

c. Perilaku

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku

yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia

dalam diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga

diri rendah salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan

keracuan identitasseperti sifat kepribadian yang bertentangan serta

depersonalisasi Stuart, 2006.

21
4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2009) antara lain

yaitu perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat

tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri,

merendahkan marta- bat, gangguan hubungan sosial, seperti menarik

diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri, percaya

diri kurang, sukar mengam- bil keputusan, mencederai diri. Akibat

harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri

kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang

melakuakan kegiatan sehari hari, kurang memperhatikan perawatan diri,

berpakaian tidak rapi,

berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

5. Rentang respon Harga Diri Rendah

Gambar 2.1. Rentang respon Harga diri Rendah (Yosep, 2010)

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonali


diri Positif rendah Indentitas sasi

a. Aktualisasi diri, Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif

dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat

diterima.

22
b. Konsep diri; apabila individu mempunyai pengalaman yang pos- itif

dalam beraktualisasidiri.

c. Harga diri rendah; transisi antara respon konsep diri adaptif dan

konsep diri mal adaptive

d. Kerancauan identitas; mengamuk adalah rasa marah dan ber-

musuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri dan amuk. Pada

keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap

orang lain serta lingkungan.Kegagalan aspek individu

mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam

kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang

harmonis.

e. Depersonalisasi; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri

sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak

dapat membedakan diri dengan orang lain (Keliat, 2011).

6. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan

dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat

juga ter- jadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari

lingkungan ten- tang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin

kecenderungan ling- kungan yang selalu memberi respon negatif

mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah

kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada

suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), in- dividu berusaha

23
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa

diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.

Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalan- kan

fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika

lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan

indi- vidu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan

individu men- galami harga diri rendah kronis (Nasir, 2011).

B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri Rendah

1. Pengkajian Keperawatan

Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda,

dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti,

2012). Pengkajian menurut Purwanto (2015) melalui beberapa faktor,

yuaitu :

a. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri,termasuk penolakan orang

tua, harapan orang tua yang tidak realistik.

2)  Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang

sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran

yang sesuai dengan kebudayaan.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang

tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial

yang berubah.

b. Faktor presipitasi

24
1) Faktorpresipitasidapatdisebabkanolehfaktordaridalamatau faktor

dari luar individu (internal or eksternal sources), yang dibagi 5

(lima) kategori :

a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan

frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang

diharapkan.

b) Konflik peran: ketidak sesuaian peran antara yang dijalan-

kan dengan yang diinginkan.

c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu

tentang peran yang dilakukannya.

d) Peranberlebihan:kurangsumberyangadekuatuntuk

menampilkan seperangkat peran yang komleks.

e)  Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang

f) Berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

c. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang

penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian

orang yang berarti.

d. Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh

keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :

1) Kehilangan bagian tubuh.

2) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

3) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan.

25
4) Prosedur pengobatan dan perawatan.

5) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak

seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan

zat.

e. Perilaku

Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga

diri rendah kronik sebagai berikut:

1) Mengkritik diri sendiri dan orang lain

2) Penurunan produktifitas

3) Dekstruktif yang diarahkan pada orang lain

4) Gangguan dalam berhubungan

5) Rasa diri penting yang berlebihan

6) Perasaan tidak mampu

7) Rasa bersalah

8) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

9) Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri

10) Ketegangan peran yang dirasakan

11) Pandangan hidup yang pesimis

12) Keluhan fisik

13) Pandangan hidup yang bertentangan

14) Penolakan terhadap kemampuan personal

15) Dekstruktif terhadap diri sendiri

16) Pengurangan diri

26
17) Menarik diri secara sosial

18) Penyalahgunaan zat

19) Menarik diri dari realitas

20) Khawatir

f. Sumber koping

Menurut Stuart. (2006) semua orang, tanpa memperhatikan

gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan

personal yang meliputi:

1) Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah

2) Hobi dan kerajinan tangan

3) Seni yang ekspresif

4) Kesehatan dan perawatan diri

5) Pendidikan atau pelatihan

6) Pekerjaan, vokasi, atau posisi

7) Bakat tertentu

8) Kecerdasan

9) Imajinasi dan kreatifitas

10) Hubungan interpersonal

g. Mekanisme koping

Menurut Stuart (2006) mekanisme kopng termasuk pertahanan

koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan

mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam

27
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut

mencakup berikut ini:

1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis

identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton

televise secara obsesif)

2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara

(misalnya dalam club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan

atau geng).

3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan

perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang

kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatakan

popularitas). Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:

4) Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan

oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi,

atau potensi diri individu.

5) Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai

dan harapan yang diterima masyarkat.

2. Diagnosis Keperawatan Jiwa

Perawat kesehatan jiwa menganalisis data pengkajian dalam

menentukan diagnosis. Landasan untuk memberikan asuhan

keperawatan kesehatan jiwa adalah pengenalan dan mengidentifikasi

pola respons terhadap masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri

yang actual dan pontensial (Yusuf et. al, 2015).

28
3. Perencanaan

Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan yang

menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik

secara sistematis dan mencapai hasil pasien yang diharapkan (Yusuf

et. al, 2015).

4. Tindakan Keperawatan

a. Tindakan keperawatan pada pasien:

Tujuan:

1) Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang di miliki.

2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

3) Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai

kemampuan.

4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai

kemampuan.

5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan

yang sudah dilatih.

Tindakan Keperawatan

1) mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang

masih di miliki pasien. Untuk membantu pasien dapat

mengungkapkan kemempiuan dan aspek positif yang masih

dimilikinya, perawat dapat:

29
a) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah

sakit, dalam keluarga dan lingkungan adanuya keluarga dan

lingkungan terdekat pasien

b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali

bertemu dengan pasien penilaian yang negatif

2) Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan.

Untuk tindakan tersebut saudara dapat :

a) Mendiskusikan dengan pasien kemempuan yang masih

dapatb digunakan saat ini.

b) Bantu pasien menyebutkanya dan memberi penguatan

terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar

yang aktif.

3) Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang

akan dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan

adalah:

a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien

lakukan sehari-hari

b) Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien

lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan

bantuan minimal dari keluraga atau lingkungan terdekat

30
pasien berikan contoh pelaksanakan kegiatan yang

dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar

kegitan sehari-hari pasien.

4) Melatih kemampuan yang dimilik ipasien.

Tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan

yang dipilih

b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan

c) Berika dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang

dapat dilakukan pasien.

5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang

dilatih Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut

saudara dapat melakukan hal-hal berikut:

a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan

yang telah dilatihkan.

b) Beri pujian atas kegiatan - kegiatan yang dapat dilakukan

pasien setiap hari

c) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah

dilatih.

d) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah

pelaksanaanya kegiatan.

6) Konseling

Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi

31
konseling untuk membantu pasien meningkatkan atau

memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara

kesehatan mental, dan mencegah penyakit atau ketidak

mampuan menta (Yusuf et. al, 2015).

7) Terapi Lingkungan

Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, serta

mempertahankan suatu lingkungan yang terapeutik dalam

kolaborasinya dengan pasiendan pemberian pelayanan

kesehatan lain (Yusuf et. al, 2015).

8) Aktivitas Asuhan Mandiri

Perawat kesehatan jiwa membentuk intervensi sekitar

aktivitas kehidupan sehari-hari pasien untuk memelihara

asuhan mandiri dan kesejhteraan jiwa dan fisik (Yusuf et. al,

2015).

9) Intervensi psikobiologis

Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan

intervensi psikobiologis dan menerapkan keterampilan klinis

untuk memulihkan kesehatan pasien dan mencegah

ketidakmapuan lebih lanjut (Yusuf et. al, 2015).

10) Penyuluhan kesehatan

Perawat kesehatan jiwa, melalui penyuluhan kesehatan,

serta membantu pasien dalam mencapai pola kehidupanyang

memuaskan produktif dan sehat (Yusuf et. al, 2015).

32
11) Manajemen kasus

Perawat kesehatan jiwa menyajikan manejemen kasus

untuk mengkordinasi kesehatan yang komprehensif serta

memastikan kesenambungan asuhan (Yusuf et. al, 2015).

12) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Perawat kesehatan jiwa menerapkan strategi dan

intervensi untuk meningkatkan, memelihara kesehatan jiwa,

serta mencegah penyakit jiwa (Yusuf et. al, 2015).

13) Psikoterapi

Spesialis yang bersetifikasi dalam keperawatan kesehatan

jiwa menggunakan psikoterapi individu, psikoterapi kelompok,

psikoterapi keluarga, psikoterapi anak, serta pengobatan

terapeutik lain untuk membantu pasien untuk memelihara

kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan ketidakmampuan,

serta memperbaiki atau mencapai kembali status kesehatan dan

kemampuan fungsional pasien (Yusuf et. al, 2015).

5. Evaluasi

Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan pasien

dalam mencapai hasil yang diharapkan. Asuhan keperawatan adalah

proses dinamik yang melibatkan perusahaan dalam status kesehatan

pasien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru,

berbagai diagnosis, dan modifikisi rencana asuhan. Oleh karena itu,

evaluasi merupakan suatu proses penilaian berkesinambungan tentang

33
pengaruh intervensi keperawatan dan regimen pengobatan terhadap

status kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang diharapkan (Yusuf

et. al, 2015).

34
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata

Inisial : Tn S

Jenis kelamin Umur : 46 Tahun

Agama : Islam

Status : Menikah

Tanggal pengkajian Informan : 21/ 11/ 2021

b. Alasan Masuk Rumah Sakit Jiwa

Klien masuk ke rumah sakit jiwa di antar oleh keluarganya karena

tidak mau untuk melakukan interaksi, kepada orang di sekitarnya

bahkan keluarga yang ada dirumahnya, Tn S hanya diam di dalam

kamar dan tidak mau keluar dari kamarnya.

c. Faktor Predisposisi

Klien tidak pernah mengalami kejang. Tidak ada keluarga yang punya

penyakit gangguan jiwa. Penyebab klien seperti ini ayahnya

meninggal dunia dan klien mengatakan pernah merasa bersalah dan

dan merasa tidak merawat orang tuanya dengan maksimal. Klien

sering menarik diri, merasa dirinya tidak berguna lagi sehingga lebih

menutup diri.

35
d. Fisik

Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital, didapatkan hasil TD : 110/85 mmHg ; N : 80x/i ; S :

36,5oC ; P : 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 155 cm dan berat

badan 60 Kg.

e. Konsep Diri

1) Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada

yang cacat

2) Identitas : Klien anak ke 1 dari 4 bersaudara, Klien kuliah tapi tak

kunjung selesai yang saat ini

3) Peran memiliki pekerjaan : Klien tidak menjalankan peran dalam

keluarga

Genogram:

36
Keterangan. :

Laki-laki. :

Perempuan :

Pasien. :

Meninggal. :

Serumah. :

4) Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh

5) Harga diri : Klien merasa tidak berarti lagi dalam menjalan

kehidupannya karena merasa bersalah dengan kematian

orangtuanya.

f. Hubungan Sosial

Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien bersifat

apatis. Klien jarang mengikuti kegiatan kelompok di rumah sakit jiwa

seperti beribadah, bergotong royong (mencuci piring, myapu dan

membersihkan kamar).

g. Hambatan dalam hungan dengan orang Lain : Penyakitnya yaitu

gangguan jiwa. Klien hanya berbicara seperlunya saja. Ketika di

tanya, klien hanya sebatas menjawab pertanyaan kita, lalu kebanyakan

diam

h. Spiritual

1) Nilai dan Keyakinan : Klien beragama islam

37
2) Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan sering, melakukan

kagiatan ibadah namun hanya di dalam kamar

i. Status Mental

keagamaan di rumah sakit dengan motivasi.

1) Penampilan

Klien berpenampilan tidak rapi

2) Pembicaraan

Klien mampu menjawab pertanyaan dengan jelas tetapi tidak dapat

cepat memahami pertanyaan yang diberikan.

3) Aktivitas Motorik

Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik

4) Suasana perasaan

Klien merasa tidak dianggap ada lagi oleh keluarganya karena tidak

pernah di jenguk selama di rawat di rumah sakit jiwa. Dan merasa

minder dengan orang lain karena tidak dapat melakukan kegiatan

apapun lagi.

5) Afek

Klien berespon dengan baik

6) Interaksi selama wawancara

Klien kooperatif, tidak ada kontak mata pada lawan bicara, sering

menunduk dan tidak banyak bicara.

38
7) Persepsi

Klien mendengar suara-suara memanggil dirinya seperti suara

ayahnya.

8) Proses Pikir

Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.

9) Isi pikir

Klien dapat mengontrol isi pikirnya.

10) Tingkat kesadaran

Klien tidak memiliki gangguan orientasi orang, waktu dan tempat.

11) Memori

Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu.

12) Tingkat konsentrasi berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan yang sederhana

tanpa bantuan orang lain.

13) Kemampuan penilaian

Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.

14) Daya tilik diri

Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui

bahwa dia memiliki harga diri rendah, karena selalu merasa dirinya

tidak ada gunanya lagi hidup di dunia ini.

j. Mekanisme Koping

Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat

berbicara baik dengan orang lain.

39
k. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien lebih

banyak diam, klien sangat sulit untuk memulai pembicaraan dengan

orang lain. Lebih sering termenung sendirian.

l. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa

Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa dan klien tahu

obat apa yang diminum nya setiap hari yang diberikan oleh staf

pegawai rumah sakit jiwa.

B. Analisa Data
Data Masalah
Ds
1. Klien mengatakan merasa
malu
2. Klien mengatakan tidak ada
Gangguan Konsep diri Harga diri
yang bisa di banggakan dari Rendah
dirinya.
3. Klien mengatakan merasa
malu untuk bertemu dengan
orang-orang disekitarnya
terutma orang-orang yang
baru
Do
1. Klien tampak lemas dan tidak
ada gairah untuk melakukan
aktivitas
2. Klien tampak duduk sendiri
3. Klien tampak murung dan
selalu menunduk saat

40
berbicara
C. Diangnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronis
D. Intrevensi keperawwatan
Strategi Pelaksanaan Hari 1

1. Waktu : Selasa/ 23-11-2011

2. Pukul. : 12:00

a. Diangnosa keperawatan: Harga diri rendah

b. Tujuan keperawatan

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

c. Tindakan keperawatan

1) Kliendapat membina hubungan saling percaya

2) Jelaskan tujuan pertemuan

3) Bina hubungan saling percaya dengan pronsip komunikasi terapeutik

4) Sapa Klien

5) Perkenalkan diri sambal menjabat tangan

6) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien

7) Tunjukan sikap empati dan menerma klien apa adanya

8) Beri perhatian kepada klien dan perhatian dengan klien

Strategi Komunikasi

1. Strategi Komunikasi

Fase orientasi Salam Terapeutik, perkenalkan pak nama saya siswanto

saya mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontinak yang sedang melakukan

prektik di sini pak, nama bapak siapa, bapakbiasa di panggil ap, pak

apakah saja boleh duduk di samping ibu?

41
Evaluasi, apa kabar ibu hari ini, bagaimana persaan ibu? Kontrak, Ibu

bagaimana kalua hari ini kita berbincang-bincang tentang ibu? kira-kira

berapa lamak ya bu? Bagaimana kalu 15 menit? Untuk tempatnya

bagaimana kalu disini saja pak? Fase kerja, Kalau boleh tau bapak nama

lengkapnya siapa senang di panggil apa, saat Ini usia bapak sudah berapa,

apakah bapak masih ingat lahir dimana dan kapan? Apakah alasan bapak

dibawa kesini, sekarang ibu tinggal dimana dan dengan siapa? Fase

terminasi, Subjektif bagaimana perasaan bapak setlah kita berbincang-

bincang tadi? Objektif Apakah ibu senang berkenalan dengan saya bu?

coba bapak ulangi lagi nama ibu, Coba bapak ulangi tanggal lahir dan

tempat lahir bapak ? Rencana Tindak lanjut, apakah boleh pak bsok

kita bertemu lagi bapk bisa menceritakan keluhan yang ibu rasakan, serta

kita akan membahan aspek positif yang ibu ,miliki ya bu, untuk

tempatnya kalua disini apakah bapak bisa.

E. Implentasi keperawatan
Strategi Pelaksanaan Hari II (SP 1)

1. Waktu : Selasa/ 23-11-2011

2. Pukul. : 12:00

a. Diangnosa keperawatan: Harga diri rendah

b. Tujuan keperawatan

Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang masih dimilikinya

c. Tindakan keperawatan

1) Mendiskusikan aspek postif dan kemampuan yang dimiliki klien

42
2) Membuat list daftar aspek dan kemampuan positif yang dimiliki

klien

3) memmerikan pujian yang realistik dan positif

3. Proses pelaksanaan Tindakan

Fase Orientasi, Selamat siang bu apakah masing ingat dengan saya?

Evaluasi, Bagaimana perasan ibu siang ini bapak? Kontrak bapak kemarin

kita kan sudah berjanji akan berbincang-bincang tentang kemampuan serta

aspek positif yang bapak miliki apakah bapak setuju? Untuk tempaynya

kalua disni apakah bapak setuju? Serta waktunya sekitar 15 menit pak?

Fase kerja baik pak kita mulai ya, sekarang coba bapak sebutkan apa

aspek positif yang bapak miliki,yang bisa bapak lakukan pak? Kegiatan

apa yang biasa bapak lakukan ketika berada dirumah? Wah bapak bisa

membuat aquarium ya? Bagus pak, bapak bisa melakukan itu disni untuk

sebagai aktifitas bapak? Selain itu apa lagi yang bapak bisa? Oo bapak

bisa membuat layangan juga ya? Terminasi baiklah pak sudah 15 menit

jadi kita cukupkan sampai disini ya pak, Evaluasi bagaimana persaan

bapak setalah kita berbincang bincang hari ini, coba bapak sebutkan

kegiatan apa saja yang dapat bapak lakukan saat ini?. Baik pak untuk

besok kita akan bertemu laki ya pak apakah bapak setuju? Baiak pak untuk

tempatnya bagaimana kalua di taman pak? Baik pak untuk waktunya sama

seperti hari ini ya pak?

Strategi Pelaksanaan Hari III (SP 2)

1. Waktu : Selasa/ 23-11-2011

43
2. Pukul. : 08:00

a. Diangnosa keperawatan: Harga diri rendah

b. Tujuan keperawatan

Klien dapat menilai aspek positif yang masih dimilikinya dan

menetapkan jadwal harian sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

c. Tindakan keperawatan

1) Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang akan dilakukan

2) Membantu klien jika perlu berikan contoh

3) Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien

4) Mendiskusikan jadwal yang sedah dipih klien

3. Proses pelaksanaan Tindakan

Fase Orientasi, Selamat pagi pak apakah bapak ingat pagi ini kita berjanji

auntuk bertemu? Bagaimana perasaan bapak hari ini, baik pak bagimana

kalua kita berbincang-bincang di teras sana pak unuk waktu yam au berapa

lama pak, baik pak 15 menit ya pak? Fese Kerja Bapak kemaren kita

sudah embicarakan beberapa aspek postif yang dapat bapak lakukan pak

nah hari ini kita akan menentukan jadwal dan memilih kegiatan yang akan

bapak lakukan apakah bapak setuju? baik pak jadi bapak memilih

membuat layangan lalu di jual ya pak, baik untuk waktunya bapak akan

melakukannya kapan pak? Baik pak pagi hari ya pa? terminasi

bagaimana perasan bapak setalah bapak berdiskusi tentang kegitan yang

bapak pilih? Baik pak coba bapak ulangi kegiatan yang bapak pilih serta

jadwal yang bapak pilih? Baik pak? Baik pak untuk selanjutnya apakah

44
besok bapak besedia bertemu Kembali pak, baik pak untuk waktunya jam

10 ya pak untuk tempatnya bagaimana kalua di ruangan perawat saja ya

pak, baik siap pak?

Strategi Pelaksanaan Hari III (SP 3)

1. Waktu : Selasa/ 23-11-2011

2. Pukul. : 08:00

a. Diangnosa keperawatan: Harga diri rendah

b. Tujuan keperawatan

Klien dapat melakukan kegiatan yang dipilihnya.

c. Tindakan keperawatan

1) Memberikan kesempatan klien untuk melakukan/ memcoba kegiatan

yang telah di pilih oleh klien.

2) Memberikan pujian keberhasilan klien

3. Proses keperawatan

Fase orientasi, Selamat pagi pak bagaimana perasaan bapak hari ini? Baik

alhamdulillah, baik pak sesuai dengan janji kita ya pak kalau hari ini kita

bertemu agar bapak mencoba kegiatan yang telah kita pilih dan kita

jadwalkan kemaren ya pak, untuk tempatnya disini saja ya pak, waktunya

15 menit apakah bapak setuju? Fse kerja baik pak sekarang coba bapak

lakukan kegiatan yang telah bapak pilih yaitu membuat layangan? Bagus

ya pak, bapak bisa melakukan ini secara rutin ya pak? Fase terminasi

bagaimana persaan bapak setelah kita melakukan kegiatan tadi baik pak

bagus ya pak? Untuk besok apakah kitab isa bertemu Kembali pak? Baik

45
pak kalau begitu besok kita berbicara dimana pak baik di teras ya pak

sambal bapak membuat layangan? Untuk waktunya jam 08:00 ya pak?

Strategi Pelaksanaan Hari III (SP 4)

1. Waktu : Selasa/ 23-11-2011

2. Pukul. : 08:00

a. Diangnosa keperawatan: Harga diri rendah

b. Tujuan keperawatan

Klien dapat melakukan kegiatan yang dipilihnya.

c. Tindakan keperawatan

1) Mendiskusikan fekuensi manfaat serta efek samping dari minum

obat

2) Mendiskusikan akbiat berhenti minum obat

3) Membantu klien menggunakan dengan prinsip 6 benar

3. Proses asuhan keperawatan

Fase orientasi, Selamat pagi pak bagaimana perasaan bapak hari ini? Baik

pak sesuai dengan janji hari kita akan mendikusikan tentang manfaat

waktu serta akibat berhenti minum obat ya pak untuk tempat di sini waktu

sekitar 15 kan pak sesuai dengan kesepakatan kemaren ya pak? Fase kerja

jadi pa kapa yang bapak ketahui tentang waktu jenis dan manfaat serta

akibat bapak berhenti minum obat? Baik pak bagus pak ternyata bapak

sudah paham ya pak? Fase terminasi baik ya pak kita cukupkan sampai

disni karena sudah 4 kali pertemuan maka pertemuan kali ini yang terakhir

46
ya pak bapak semangat terus ya pak membuat layangan obat ya juga harus

rutin dan tepat waktu ya pak terimakasi ya pak.

F. Evaluasi keperawatan
No Tanggal Soap Paraf

1 Selasa S:

23/11/21 Klien menyebutkan nama lengkap dan nama

panggilan

Klien mengatakan nyaman

Klien mau berjabat tangan

Klien tampak malu dan menunduk

A:

Masalah teratasi Sebagian

P:

Lanjutkan Intervensi

2 Rabu S

24/11/21 Klien mengatakan hal bisa diakukannya

Sesekali ulai menatap ketika di ajak berbicara

Klien tampak bingung

A: Masalah teratasi Sebagian

P: Lanjutkan interveni

3 Kamis S

Klien mengtaakan mampu membuat layangan

47
25/11/21 lalu di jual

Klien tampak muli aktif dalam melakukan

komunikasi

Masalah teratasi Sebagian

Lanjutakan intervensi

4 Jum’at S

26/11/21 Klien mengatakan sudah mulai paham tentang

frekuensi jenis serta akibat tidak minum obat

rutin

Klien mampu menyebutkan jenis obat,

frekuensi, manfaat serta akiba tidak minum

obat

Masalah teratasi

Hentikan tindakan

48
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan memberikan ulasan dan bahasan mengenai asuhan keperawatan

yang diberikan kepada Ny. M dengan luka kaki diabetik ditinjau dari sudut

pandang konsep dan teori. Pembahasan difokuskan pada askep pengkajian dan

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien (Setiadi, 2012). Pengkajian adalah proses untuk mengumpulkan dan

menganalisa data dalam menentukan diagnosa keperawatan dari hasil

pengkajian berupa data Indentitas klien, Riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit

Pada tahap pengkajian penulis menemukan kesamaan antara kasus

dengan teori, dimana salah satuhal dapat menyebabkan terjadinya harga

diri rendah adalah harapan yang tidak sesuai dengan klien harapakan,

sehingga akan menyebabkan putus asa dan merasa dirinya gagal dalam

melakukan suatu hal. Hal ini sejlan denga napa yang di paparkan oleh

49
Damaiyanti, (2013) Faktor yang mempengaruhi harga diri,termasuk

penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik dan peran yang

sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai

dengan kebudayaan.

2. Diangnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah

(Nursalam, 2011).

Diagnose-diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu berdasarkan

keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien. Sesuai dengan hal yang dapat

ditemukan pada asuhan keperawatan secara teori bahwa penegakan

diangnosa harga diri renda kronis Diagnosis keperawatan berbeda dengan

diagnosis psikiatri medis dimana diagnosis keperawatan adalah pernyataan

yang menggambarkan respons manusia keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual atau potensial dari individu atau kelompok tempat perawat

secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,

menyingkirkan, atau mencegah perubahan. Masalah k harga diri rendah

rendah kronik.

3. Intervensi

50
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengkoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan

diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi

(Nursalam, 2011).

Intrevensi keperawatan yang diberikan oleh penulis adalah membina

hubungan saling percaya, menggali aspek dan kegiatan yang positf yang

dapat dilakukan oleh klien yang kemungkinan memberikan efek positif

kepada klien, memilih kegitan positif yang sudah diketahui, melatih dan

memberikan pujian yang positif terkait dengan kegiatan yang dilakukan

oleh klien, serta memberikan informasi terkait dengan manfaat, dosis,

frekuensi serta dampak tidak atau stop mengkonsumsi obat (Yusuf et. al,

2015).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011). Implementasi

keperawatan pada asuhan keprawan jiwa pada pasien dengan harga diri

rendah kronik merupakan tahapan lanjutan dari perencenaan yang dimana

terdapat beberapa tahapan di dalamnya mulai dari membina hubungan

saling percaya, menggali aspek dan kegiatan yang positf yang dapat

51
dilakukan oleh klien yang kemungkinan memberikan efek positif kepada

klien, memilih kegitan positif yang sudah diketahui, melatih dan

memberikan pujian yang positif terkait dengan kegiatan yang dilakukan

oleh klien, serta memberikan informasi terkait dengan manfaat, dosis,

frekuensi serta dampak tidak atau stop mengkonsumsi obat

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada karya ilmiah akhir ini dilakukan selama 5

hari yaitu pada tanggal 21 November 2021 sampai dengan 25 November

2021. Tujuan dari evaluasi keperawatan adalah untuk mengakhiri,

memodifikasi, atau meneruskan rencana tindakan keperawatan yang telah

diberikan kepada klien dengan terlebih dahulu menganalisa masalah

kesehatan klien apakah tidak teratasi, teratasi sebagian atau masalah

teratasi dengan membandingkan antara tujuan dan kriteria hasil yang telah

ditetapkan pada rencana asuhan keperawatan dengan evaluasi keperawatan

dari hasil evaluasi semua diagnosa keperawatan yang diangkat dapat

terratasi.

B. Pembahasan Proses Praktik Profesi Dalam Pencapaian Target

Pada tahap program profesi ners yang fokus pada pembelajaran

keperawatan jiwa adalah mahasiswa perawat yang praktik keperawatan

secara langsung dengan melaksanakan asuhan keperawatan jiwa baik yang

berkaitan dengan sehat jiwa, masalah psikososial serta gangguan jiwa. Praktik

profesi keperawatan jiwa memberikan wawasan dan pengalaman mahasiswa

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

52
membutuhkan asuhan keperawatan jiwa biak sehat jiwa, psikososial serta

gangguan jiwa secara professional dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan yang ditulis merujuk pada masalah dan tujuan penulisan. Bagaimana

teori diterapkan dalam situasi yang nyata serta hasil yang diperoleh, hambatan

atau kemudahan yang dialami. Saran adalah usulan operasional yang diajukan

untuk mengatasi atau mengurangi hambatan-hambatan yang muncul pada saat

53
melakukan asuhan keperawatan pada Tn S sesuai dengan apa saja yang dijelaskan

dalam kesimpulan.

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam menyusun karya

ilmiah akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya.

1. Asuhan keperawatan jiwa pada Tn S dengan harga diri rendah kronik

dimana faktor predisposisi karena merasa gagal dalam merawat ayahnya

dan dan merasa bersalah dengan ayahnya.

2. Berdasarkan dari lima diangnosa keperawatan jiwa pada Tn S setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama proses keperawatan 5 hari yaitu

pada tanggal 21 November 2021 sampai dengan 25 november 2021

menunjukkan bahwa diangnosa yang di angkat dapat diselaikan dengan

arti kata berhasil diberikan intervensi

3. Asuhan keperawatan jiwa Tn S telah dilakukan sesuai dengan kondisi dan

keluhan yang klien ungkapkan ketika dilakukan pengkajian, sehingga

dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh

penulis. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan pada asuhan keperawatan, kondisi klien serta sarana dan

prasarana yang ada di klinik dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu

mengarah pada tujuan yang akan dicapai dan melibatkan kerjasama yang

baik dengan klien, keluarga.

4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Tn S penulis dapat menemukan

faktor pendukung dan faktor penghambat yang dirasakan selama

54
melakukan asuhan keperawatan pada jiwa pada Tn S Adapun faktor

pendukung yang dirasakan oleh penulis adalah sikap klien dan keluarga

yang sangat kooperatif dalam memberikan informasi sehingga penulis

dapat lebih mudah melakukan penilaian untuk merumuskan pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan faktor

penghambat yang dirasakan oleh penulis adalah terbatasnya waktu yang

cukup seingkat sehingga dalam penulis kekurangan waktu baik dalam

melakukan pengkajian, menentukan diangnosa, intervensi, implementasi

serta evaluasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa

saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

khususnya pada asuhan keperawatan jiwa pada pasien gangguan jiwa yaitu:

1. Untuk Keluarga

Diharapkan sebagai keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang

mengalami harga diri rendah dengan tepat.

2. Untuk Mahasiswa/i

Penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan referensi

tambahan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien harga

diri rendah.

55
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Dinas Kesehatan (Dinkes). (2018). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2016. Dinas Kesehatan 2018. Retrieved from
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/KNJ/article/download/35013/756765826
15
Febriana et.al, (2016). Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Harga Diri Rendah
Vol. 4, No. 1. Jurnal Ilmu Keperawatan
Hawari, D. (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa (Fakultas K).
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP
Keliat, B. A. (2013). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC
Nursalam. (2011). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
Purwasih, R., & Susilowati, Y. (2016). Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di Ruang Gathotkoco
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Profesi Keperawatan
(JPK),3(2).
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/26
Saputra, R. E. (2019). Pemikiran Dadang Hawari Tentang Psikoterapi Islam
Dalam Penanggulangan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,
Zat Adiktif Dan Relevansinya Dengan Pengembangan Masyarakat Islam
[UIN Raden Intan Lampung]. http://repository.radenintan.ac.id/8662/
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori
dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

56
Stuart, G. W. (2014). Principles and practice of psychiatric nursing-ebook:
Elsevier Health Sciences. Elservier Health Sciences. Retrieved from
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP
Townsend, A. K., Clark, A. B., McGowan, K. J., Buckles, E. L., Miller, A. D., &
Lovette, I. J. (2009). Disease-mediated inbreeding depression in a large, open
population of cooperative crows. Proceedings Of The Royal Society B, 27(6).
Retrieved from https://doi.org/:10.1098/rspb.2008.1852
Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa.
HIJP : HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN, 12(2). Retrieved
from https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP
Widianti, E., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2017). Aplikasi Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia dengan Harga Diri Rendah Kronis
di RSMM Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(1), 83-
99.https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7489
World Health Organization (WHO). (2015). Improving health systems and
services for mental health (Mental health policy and service guidance
package). WHO Press. Retrieved from
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/701/684
Yosep, I. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

57

Anda mungkin juga menyukai