Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

PENGARUH TINGGI BANDAN IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING


ANAK 6-24 BULAN DI KELURAHAN KALASERENA KEC. BONTO
NOMPO KABUPATEN GOWA

OLEH :

ENDANG SUFENTI BOLING WENI


NIM. 120051804

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA
MAKASSAR
2022

i
KRIPSI

PENGARUH TINGGI BANDAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING


ANAK 6-24 BULANDI KELURAHAN KALASERENA KEC. BONTONOMPO
KABUPATEN GOWA

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program


Studi Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Famika
Makassar

OLEH :

ENDANG SUFENTI BOLING WENI


NIM. 120051804

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2022

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa saya Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum

pernah saya buat dan dikumpulkan oleh orang lain untuk memperpleh gelar

dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

Sungguminasa ..........................2022
Yang menyatakan

ENDANG SUFENTI BOLING WENI


NIM. 120051804

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI
PENGARUH TINGGI BANDAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING
ANAK 6-24 BULANDI KELURAHAN KALASERENA KEC. BONTONOMPO
KABUPATEN GOWA

Disusun dan diajukan oleh :

ENDANG SUFENTI BOLING WENI


NIM. 120051804

Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di ajukan dalam ujian
skripsi

Sungguminasa,................2022

Disetujui oleh :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Faisal, S.Kep., M.Kes., M. Kep Ns. Robertus Mashyuri, S.Kep.,


M.Mkep
NIDN : 0910018201 NIDN : 9909913592

iv
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI
PENGARUH TINGGI BANDAN IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING
ANAK 6-24 BULANDI KELURAHAN KALASERENA KEC. BONTONOMPO
KABUPATEN GOWA
Disusun dan diajukan oleh :

ENDANG SUFENTI BOLING WENI


NIM. 120051804

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Dalam Ujian Skripsi


Pada Hari :
Tanggal :
Di nyatakan telah memnuhi syarat dan disetujuinsebagai tugas akhir (skripsi)
Tim Penguji :
1. Ns. Wiwiek Hidayati Jaya, S.Kep., M.Kes ( )
2. Ns. Muh. Syahrul Alam. S.kep,. M.Kes ( )
Tim Pembimbing :
1. Ns. Faisal, S.Kep., M.Kes., M.Kep ( )
2. Ns. Robertus Mashyuri, S.Kep., M.Kep ( )

Mengetahui

KETUA STIK FAMIKA PEMBENTU KETUA BDANG

DR. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep, Ns. M.kes. Ns. Robertus Mashyuri,
S.Kep.,M. M
NIDN : 0910018201 NIDN : 9909913592

v
Motto

“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.

Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan.

Tidak ada kemudahan tanpa doa.”

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur serta hormat kemulian bagi Allah SWT

karena atas berkat, rahmat dan anugerah-Nya sehingga segala

sesuatu yang berkaitan dengan persiapan, penyusunan serta

pelaksanaan proposal ini berjudul “PENGARUH TINGGI BANDAN

IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK 6-24 BULAN DI

KELURAHAN KALASERENA KEC. BONTONOMPO KABUPATEN

GOWA”merupakan salah satu tugas yang disusun dalam rangka

memenuhi syarat untuk melakukan penelitian dan menempuh ujian

akhir S-1 Keperawatan pada STIK FAMIKA Makassar.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini dapa di

selesaikan karena adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampapikan

rasa terima kasi kepada kedua orang tua tercintah Almarhum Ayah

Solpianus Boling Weni Ibu Agustina Mau Resi dan kaka”ku

terkasih Ester Wehelmina Boling weni yang selama ini menjadi

alasan terbesar dalam hidup penulis untuk meraih cita-cita dan telah

menjadi motivator terbaik yang telah banyak berkorban, berusaha

vii
yang terbaik sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini. Penulis juga

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. DR. Oichida, selaku ketua Yayasan Fani Mitra Karya.

2. Dr. Yudit patiku, S.Si, S.Kep, Ns, M.Kes selaku ketua Sekolah

Tinggi Ilmu keperawatan (STIK) Famika Makassar.

3. Ns Faisal, S.kep, M.kes. selaku pembantu ketua bidang akademi

Sekolah Tingg Ilmu Keperwatan (STIK) Famika Makassar.

4. Ns. Robertus masyuri, s.kep, M.Mkep sebagai pembantu ketua

bidang administrasi (STIK) Famika Makassar

5. Ns. Ambo Anto, S.Kep, M.Mkep sebagai ketua program Studi

Sarjana Keperawatan sekaligus penasehat akademik

6. Ns Faisal, S.Kep, M.Kes. selaku pembimbing I dan Ns. Robertus

masyuri, s.kep, M.Mkep selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis

dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Ns. Wiwiek Hidayati Jaya, S.Kep., M.Kes. selaku penguji I dan

Ns Syarul Alam. S.Kep., M.Kep. sebagai penguji II yang akan

memberikan kritikan dan saran kepada peneliti.

8. Bapak ibu dan Dosen seta Staf STIKA FAMIKA Makassar yang

telah membantu penulis selamah menempuh pendidikan

viii
9. Sahabat-sahbat fera, oka, mia, ana, mina, mansye, elan, yang

telah mendoakan, meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan

memberikan motivasi bagi penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan bai.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan

hati penulis berdesia menerima kritikan dan saran yang konstruktif

demi sempurnanya proposal ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima

kasih atas segala, kebaikan dan bantuan yang diberikan semoga

mendapat balasan yang setimpal dari tuhan yang maha Esa.

Sungguminasa, ....................... 2022


Penulis

ENDANG SUFENTI BOLING WENI


NIM. 120051804

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................I

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................II

KATA PENGANTAR............................................................................III

DAFTAR ISI.........................................................................................IV

DAFTAR TABEL...................................................................................V

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................VI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................5

C. Tujuan Penelitian......................................................................5

D. Manfaat Penelitian....................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................7

A. Tinjauan Umum Tentang Tinggi Badan ...................................7

B. Tinjauan Umum Tentang stunting...........................................14

....................................................................................................

x
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN...................................21

A. Kerangka Konseptual Penelitian.............................................21

B. Variabel Penelitian..................................................................22

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif..............................22

D. Hipotesis Penelitian................................................................23

BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................24

A. Desain Penelitiian...................................................................24

B. Populasi dan Sampel..............................................................24

C. Pengumpulan Data.................................................................25

D. Etika Penelitian.......................................................................28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAHAN...........................

E. Hasil Penelitian...........................................................................

F. Pembahasan...............................................................................

BAB VI METODE PENELITIAN.........................................................

G......................................................................................................

H......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Kelompok Umur ibu di kelurahan kalaserena kec. Bontonompo

kab. Gowa...................................................................................40

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan ibu di

kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. gowa Gowa........41.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristi Jenis

Kelamin di kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa.41

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Umur balita (bulan) di kelurahan kalaserena

kec. Bontonompo kab. Gowa......................................................42

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi jenis kelamin balita di kelurahan kalaserena

kec. Bontonompo kab. Gowa......................................................42

Tabel 5.6 Distrinusi Frekuensi berdasarkan Tinggi Badan Ibu di kelurahan

kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa....................................43

Tabel 5.6 Distrinusi Frekuensi berdasarkan kejadian stunting pada bali tadi

kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa...................44

xii
Tabel 5.7 Analisa tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting anak 6-24

bulan di kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa.....45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Instrumen Penelitian

Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Hasil Olah Data Program SPSS

Lampiran 7 : Surat Isin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian

xiii
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
(STIK) FAMIKA MAKASSAR
JULI,2022

ABSTARAK
PENGARUH TINGGI BADAN IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING ANAK 6-24
BULAN DI KELURAHAN KALASERENA
KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA

Oleh : Endang Sufenti Boling Weni Nim. 120051804


( 51 halaman + 7 tabel + 9 lampiran )

Stunting adalah pertumbuhan tubuh anak yang tidak sesuai antara tinggi
badan dengan usia yang dikarenakan kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Stunting terjadi dimulai dari dalam kandungan sampai usia dua tahun pertama.
Kekurangan gizi berlanjut hingga di masa balita dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sehingga berdampak pada hilangnya generasi
yang berkualitas (Mita & Rita, 2019).
Penelitian ini telah dilaksanak di Kelurahan Kalaserena Kec.
Bontonompo Kab.Gowa pada tanggal 13-15 juli 2022 dimana proses pengumpulan
data dilakukan menggunakan lembaran observasi/penilaian yang di isi oleh peneliti
sndiri meliputi identitas reponden, Tb ibu, Tb balita dan Bb balita. Jumlah responden
dalam penelitian ini sebanyak 30 reponden yang diperoleh dengan cara pruvosive
sampling. Setelah melakukan penelitian, data kemudian diolah dengan
menggunakan komputer program SPSS Windows Versi 21.
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden diperoleh tinggi badan
ibu pendek yang memiliki anak stunting sebanyak 10 (76.9%) responden, dan tinggi
badan ibu pendek yang tidak memiliki anak tidak stunting sebanyak 3
(23,1%)responden, tinggi badan ibu normal tetapi memiliki anak stunting sebanyak 3
(23,1%) dan tinggi badan ibu normal yangtidak memilki anak tidak stunting sebanyak
14 (82.4%) responden.
Hasil uji statistik dengan menggunakan penilaian Chi-Square dengan
menggunakan continuity correcion diperoleh nilai ρ (0,004) < nilai ɑ (0,05), berarti Ho
ditolah dan Ha di terima. Dengan demikian ada pengaruh tinggi badan ibu terhadap
kejadian stunting anak 6-12 bulan di keluarahan kalaserena Kec. Bontonompo Kab.

Kata kunci : tinggi badan ibu, kejadian stunting


Pustaka : 9 (2007-2020)

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia masa sekarang ini butuh perhatian khusus

untuk mengatasi masalah stunting karena banyaknya anak-

anak yang mengalami kejadian ini. Stunting adalah

pertumbuhan tubuh anak yang tidak sesuai antara tinggi badan

dengan usia yang dikarenakan kekurangan gizi dalam waktu

yang lama. Stunting terjadi dimulai dari dalam kandungan

sampai usia dua tahun pertama. Kekurangan gizi berlanjut

hingga di masa balita dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan dan perkembangan sehingga berdampak pada

hilangnya generasi yang berkualitas (Mita & Rita, 2019).

Menurut World Bank tahun (2020) prevalensi stunting

Indonesia menempati urutan ke 115 dari 151 negara di dunia

Angka diprediksi terus meningkat ditambah dalam masa

pandemic Covid-19 pada saat ini Indonesia sama halnya

dengan negara-negara lain berupaya keras menanggulangi

masalah stunting dengan berbagai kebijakan yang berkontribusi

pada peningkatan kesehatan dan peningkatan ekonomi

masyarakat guna menekan penurunan angka stunting. Saat ini,

1
kejadian stunting masih menjadi permasalahan gizi yang

dialami oleh balita, termasuk di Indonesia. Prevalensi stunting

cenderung fluktuatif setiap tahunnya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan

prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2018, sebesar 35,6%, dan pada akhir tahun 2019 dari hasil

Pemantauan Surveilans Gizi (PSG) di Provinsi Sulawesi

Selatan prevalensi balita stunting kembali yaitu 30,09%, angka

ini masih digunakan untuk mempresentasikan kondisi

prevalensi balita stunting di Sulawesi Selatan tahun 2020,

karena pada tahun 2020 tidak dilaksanakan survey nasional

(Dinas Kesehatan Prov. Sulsel, 2020). Menurut WHO,

prevalensi balita stunting masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih (Apriluana &

Fikawati, 2018).

Stunting disebabkan Oleh Kurangnya Asupan Nutrisi

(Karbohidrat,Protein, Vitamin, Mineral, Lemak) Dalam Waktu

Yang Cukup Lama, Sehingga Mengakibatkan Gangguan

Pertumbuhan Pada Anak Dalam Usia Pertumbuhan Yakni

Tinggi Badan Anak Menjadi Lebih Rendah Atau Pendek Dari

Standar Usianya ( Depkes RI dalam Ana,2022)..

2
Kondisi stunting dapat memberikan dampak terhadap

kehidupan balita, baik dampak jangka pendek maupun jangka

panjang. Dampak jangka pendek yaitu terjadinya masalah

kesehatan, perkembangan dan ekonomi. Masalah kesehatan

jangka pendek akibat stunting yaitu peningkatan morbilitas dan

mortilitas. Selain itu, stunting juga dapat menyebabkan

penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa.

Sedangkan dampak kesehatan jangka panjang pada balita

stunting yaitu peningkatan kasus obesitas, penyakit yang

berhubungan dengan obesitas, dan penurunan kesehatan

reproduksi. (Kiik & Nuwa, 2020).

Anak dengan kondisi tubuh sehat dan normal mengikuti

genetik dari orang tuanya. Status gizi orangtua terutama ibu

dapat memberikan dampak terhadap terjadinya anak pendek.

Menurut Departemen Kesehatan (2011), ibu yang pendek

dengan ayah yang tinggi normal memiliki kecenderungan balita

stunting pasti tinggi, sebaliknya prevalensi lebih rendah terjadi

pada ayah pendek ibu normal. Jadi status gizi ibu hamil

menentukan status gizi bayi yang akan dilahirkan. Martorell dan

Young (2012) dalam penelitiannya menyatakan risiko terjadi

stunting tinggi di India pada ibu yang tinggi lebih rendah 150 cm

(OR= 1,83; p < 0,001) dan Guatemala (OR= 3,42; p < 0,001).

3
Menurut NCD-RisC (2016), tinggi badan wanita di Indonesia

rata-rata yaitu 152,8 cm.

Faktor yang mempengaruhi stunting diantaranya adalah

tinggi badan ibu (WHO, 2013) sedangkan menurut Andriany et

al, 2021 bahwa Salah satu penyebab stunting yang lain

dipengaruhi beberapa faktor genetic yaitu tinggi badan orang

tua (Adriany, et al., 2021). Masalah stunting merupakan

masalah gizi intergenerasi. Wanita yang stunting akan

melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, kemudian

berkontribusi dalam siklus malnutrisi dalam kehidupan (World

Health Organization (WHO) 2013). Menurut penelitian Ozaltin,

Emre, et al, (2010), penelitian yang bersumber dari 109 Survei

Demografi dan Kesehatan yang dilakukan di 54 negara

memberikan bukti bahwa tinggi badan ibu merupakan faktor

penentu penting dari penghambat pertumbuhan intrauterine,

berat badan lahir rendah dan kejadian stunting. Penelitian di

Mesir menunjukkan bahwa anak yang lahir dari Ibu dengan

tinggi badan kurang dari 150 cm lebih berisiko untuk tumbuh

stunting (Zottarelli LK, et al, 2017). Anak yang menderita

stunting berasal dari keluarga yang tinggi badan ibunya kurang

(Kristiana, 2015).

4
Menurut penelitian Amin bahwa anak yang dilahirkan dari

ibu pendek beresiko menjadi stunting 3 kali lebih besar (6).

Menurut penelitian Wahdah wanita yang sejak kecil mengalami

kejadian stunting maka akan mengalami gangguan

pertumbuhan, termasuk juga gangguan reproduksi, komplikasi

selama kehamilan. Ibu yang stunting berpotensi lebih besar

mempunyai anak yang stunting hal ini disebut dengan siklus gizi

intergenerasi Namun, masih terdapat beberapa penelitian yang

menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting (Hanum et al,

2014).

Berdasarkan Data saat pengambilan data awal di

kelurahan kalaserena Kecamatan Bontonompo kabupaten

Gowa didapatkan data anak stunting 0-5 tahun pada tahun

2020 sebesar 644 anak khususnya kecamatan bontonompo.

Data terbaru 2021 belum dimiliki oleh kelurahan kalaserena.

Namun dilihat dari masalah diatas, dan terjadi perbedaan

hasil penelitian bahwa tinggi badan berpengaruh adanya

kejadian stunting sedangkan penelitian lain tidak ada hubungan

tinggi badan dengan kejadian stunting, untuk itu peneliti kembali

mengangkat judul “Pengaruh Tinggi badan ibu terhadap

5
Kejadian Stunting Anak 6-24 Bulan Di Kelurahan

Kalaserena Kec. Bonto Nompo Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Apakah Ada pengaruh Tinggi ibu badan terhadap

Kejadian Stunting Anak 6-24 Bulan Di Kelurahan Kalaserena

Kec. Bonto Nompo Kabupaten Gowa.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh tinggi badan terhadap kejadian

stunting pada anak di Kelurahan kalaserena kec. Bonto

nompo, kabupaten gowa.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tinggi badan ibu balita di

kelurahan kalaserena kec. Bonto nompo, kabupaten

gowa.

b. Untuk mengidentifikasi kejadian stungting pada anak

usia 6-24 bulan di Kelurahan kalaserena kec. Bonto

nompo, kabupaten gowa.

c. Untuk menganalisis tinggi badan dengan kejadian

stunting pada anak usia 6-24 bulang di kelurahan

kalaserena kec. Bonto nompo, kabupaten gowa.

6
D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menjelaskan apabila teori yang digunakan masih

relevan untuk penelitian

b. Memperkuat atau menggugurkan teori tersebut setelah

tahu hasil penelitian

2. Manfaat Praktis/Klinis

a. Bagi Institusi

Sebagai masukan/referensi untuk mahasiswa stik famika

makssar dan peneliti selanjudnya mengenai polah asuh

pemberian asi dengan kejadian stunting pada anak usia

6-24 bulan.

b. Bagi Responden

Menambah informasi dan ilmu kepada ibu balita terkait

tinggi badan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-

24 bulan.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Tinggi Badan

1. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan indikator untuk mengukur

tubuh dan panjang tulang. Alat tersebut biasanya

menggunakan stadiometer (Supariasa, 2002). Tinggi badan

merupakan parameter yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal dan tidak sensitif untuk mendeteksi

permasalahan gizi dalam waktu singkat. Pengukuran tinggi

badan dilakukan dengan keadaan berdiri tegak lurus, tanpa

alas kaki dan aksesoris kepala, kedua tangan tergantung

rileks di samping badan, tumit dan pantat menempel di

dinding, pandangan mata mengarah ke depan. Bagian alat

yang dapat digeser diturunkan hingga menyentuh kepala.

Tinggi badan orang tua terutama ibu berhubungan dengan

pertumbuhan fisik anak seperti kejadian stunting. Pada anak

tinggi badan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan

selama periode pertumbuhan. Penelitian Hanum, Khomsan,

dan Heryatno (2014) menunjukkan bahwa 74,5 persen anak

pendek pada ibu dengan tinggi badan di lebih rendah dari

8
150 cm. Penelitian lain oleh Yang X (2010) menunjukkan ibu

dengan tinggi badan lebih rendah dari 150 cm sebesar 3,4

kali berisiko memiliki anak yang pendek dan tinggi badan

ayah lebih rendah dari 162 cm risiko memiliki anak pendek

sebesar 3,2 kali.

Tinggi tubuh atau tinggi badan adalah jarak

maksimum dari vertex ke telapak kaki (tim anatomi FIK

Universitas Negeri Yogyakarta, 2011). Menurut Snell (2006)

yang dikutip oleh Dinda Carissa (2015), tinggi badan

didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang

tulang-tulang tubuh yang membentuk poros tubuh (The body

axist), yang diukur dari titik tertinggi kepala yang disebut

vertex (puncak kepala) ke titik terendah dari tulang

kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut heel.

Pertumbuhan tinggi badan mengikuti pola

pertumbuhan tipe umum. Umur dua tahun pertama, tinggi

badan tumbuh cepat, dengan pertumbuhan 20 cm pada

umur satu tahun dan 10 cm pada umur dua tahun, sehingga

tinggi badan anak umur dua tahun mencapai kira-kira

setengah tinggi badan dewasa. Awal masa sekolah,

pertambahan tinggi badan kira-kira 6 cm pertahun, hal ini

9
menunjukkan pertumbuhan yang melambat, bahkan akan

makin lambat sampai menjelang remaja kira-kira umur dua

belas tahun. Masa pubertas, pertumbuhan tinggi badan

melonjak kembali sampai umur kira-kira enam belas tahun,

kemudian melambat lagi dan berhenti pertumbuhannya kira-

kira pada umur 18 – 20 tahun (Hanom, 2012).

2. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran merupakan suatu proses pengumpulan

data atau informasi yang dilakukan secara objektif. Hasil

pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat

diolah secara statistik. Tinggi badan ini diukur dengan

menggunakan alat ukur microtoise dengan ketepatan 1 cm.

Pengukuran tinggi badan hanya dibutuhkan peralatan yang

berupa lantai yang permukaannya datar untuk tempat

berdiri, apabila menggunakan dinding sebagai media bantu

maka permukaan dinding tersebut tidak bergelombang dan

vertikal sehingga dapat berdiri tegak dengan tumit, pantat,

panggul dan punggung menempel pada dinding.

Pengukuran tersebut dilakukan tanpa mengenakan alas

kaki, berdiri tegak dengan punggung menempel ke dinding,

dagu ditekuk sedikit kebawah, kemudian microtoise

10
ditempakan atau ditekan di atas kepala secara mendatar

(Albertus et al., 2015).

Cara pengukuran tinggi badan yang sering

terlewatkan adalah, menarik napas panjang dan

menahannya untuk beberapa saat ketika pengukuran

berlangsung, kemudian rambut ataupun ornamen yang

berada di kelapa haruslah disingkirkan, selain itu tumpuan

berat badan haruslah seimbang berada di kedua kaki, posisi

menghadap lurus kedepan, bahu rileks, tangan di samping,

kaki lurus, tumit berdempetan, dengan kepala scapula

bokong tumit menempel pada bidang osteoporosis.

3. Perkiraan Tinggi Badan

11
Ukuran tulang-tulang panjang dalam tubuh memiliki

hubungan yang signifikan dalam memperkirakan tinggi

badan pada lansia. Pada keadaan dimana lansia tidak dapat

berdiri tegak atau ketika satu-satunya hal yang dapat

dilakukan hanyalah terbaring di tempat tidur, ada beberapa

cara untuk menentukan tinggi badan. Uhrova et al. (2011)

yang dikutip oleh Dinda Carissa (2015) mengungkapkan

beberapa cara seperti:

a. Panjang telapak kaki.

pengukuran ini diukur secara langsung mulai dari

bagian paling posterior tumit (ternion) sampai bagian

anterior dari jari yang paling panjang (acropodion).

b. Lebar telapak kaki.

pengukuran ini diukur secara langsung mulai dari

ujung metatarsal 1 sampai ujung metatarsal 2.

Penelitian terkait ukuran tinggi badan bagi ibu

hamil adalah kategori pendek jika Tinggi badan seorang

wanita < 150 cm, dan kategori Normal jika > 150 cm

(Husna M, 2016).

4. Tinggi badan ibu

Berbagai faktor dapat memengaruhi terjadinya

stunting. Status gizi orang tua, terutama status gizi ibu

12
sangat berkaitan dengan kejadian anak pendek. Penelitian

(Zotterelli et al, 2007).

Hal ini diduga karena ibu pendek akibat patologis

atau kekurangan zat gizi dan kelainan gen dalam kromosom

yang membawa sifat pendek kemungkinan besar akan

menurunkan sifat pendek tersebut kepada anaknya. Apabila

sifat pendek orang tua disebapkan masalah gizi patologis,

maka sifat pendek tersebut tidak akan diturunkan kepada

anaknya penelitian ini tidak meneliti yang memengaruhi

tinggi badan ibu sehingga tidak dapat membedahkan

apakah tinggi badan ibu saat ini merupakan pengaruh

genetik atau karena pengaruh patologis maupun mall nutrisi

(Frida Hanum Dkk, 2014).

5. Tinggi badan ibu dengan stunting

Tinggi badan orang tua terkaitan dengan kejadian

stunting ibu yang pendek memiliki kemungkinan melahirkan

anak yang pendek pula tinggi badan ibu merupakan salah

satu faktor resiko kejadian stunting salah satu atau kedua

orang tua yang pendek kondisi patologis akibta kondisi

patologis (seperti defisiensi hormon pertumbuhan) memiliki

gen dalam kormosom yang membawa sifat pendek

sehingga memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut

13
dan tumbuh menjadi stunting akan tetapi, bila orang tua

pendek akibat kekurangan zat gizi atau penyakit,

kemungkinan anak dapat tumbuh dengan tinggi badan anak

normal selama anak tersebut tidak terpapr resiko yang lain.

(Nasika Nasikhah Dkk, 2012)

Naik R&R Smit (2015) dalam Fitriahadi Enny

mengatakan bahwa perempuan yang sejak kecil mengalami

stunting maka akan tumbuh dengan berbagai macam

gangguan pertumbuhan salah satunya adalah gangguan

reproduksinya komplikasi dalam selama kehamilan,

kesulitan dalam melahirkan, bahkan kematian perenatal. Ibu

dengan stunting akan 15 berpotensi melahikan anak yang

akan melahirkan stunting dan hal ini disebut dengan siklus

keurangan gizi antar generasi

6. Penyebap tinggi badan ibu terhadap stunting

a. Faktor genetika

Salah satu faktor yang dapat menyebapkan stunting

terkait dengan tinggi badan ibu yaitu faktor grnrtika yang

dapat menyebapkan stunting pada anak. Orang tua yang

memiliki tinggi badan yang pendek kemungkinan besar

akan menurunkan sifat pendek tersebut pada anaknya hal

ini dikarenakan adanya kondisi patologis yaitu defisiensi

14
hormon pertumbuhan yang dimiliki oleh gen pembawa

kromosom tersebut, apabila tidak didukun dengan asupan

zat yang adekuat untuk menyokong pertumbuhan, pada

generasi berikutnya akan berdampak terhadap kegaglan

pertumbuhan atau stunting (kukuh Dkk, 2013).

B. Tinjauan Umum Tentang stunting

1. Defenisi

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki

panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan

dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi

badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median

standar pertumbuhan anak dari WHO. Stunting disebabkan

oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama

akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih

dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua

tahun. (Kemenkes RI,2018)

2. Penyebap Stuntuing

Ada beberapa penyebap terjadinya stunting

(Soetjiningsih 2013) yaitu :

a. Faktor biologis

1). Ras/Suku

15
2). Jenis kelamin

3). Status gizi

4). Kerentanan teerhadap penyakit

b. Faktor lingkungan fisik

1). Keadaan geografis

2). Sanitasi

3). Keadaan rumah

4). Radiasi

c. Faktor keluarga

1). Pendapatan keluarga

2). Pendidikan ibu

3). Pola pengasuhan

4). Adat istiadat

5). norma dan tabu.

3. klasifikasi stunting

Stunting didefinisikan sebagai kondisi balita,

dimana tinggi badan menurut umur berada di bawah minus

2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO.

Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan

adalah dengan cara penilaian antropometri. Secara umum

antropometri berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

16
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri

digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan

protein dan energi. Beberapa indeks antropometri yang

sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U),

tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar

deviasi unit Z (Z- score) dimana hasil pengukuran

antropometri menunjukkan Z-score kurang dari -2SD

sampai dengan -3SD (pendek/stunted) dan kurang dari -

3SD (sangat pendek / stunted) (Kemenkes RI, 2018).

Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah

ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi

badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya

berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih

pendek dibandingkan balita seumurnya. Penghitungan ini

menggunakan standar Z score dari WHO.

Normal, pendek dan Sangat Pendek adalah status

gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang

merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan sev erely

stunted (sangat pendek).

4. Penecegahan Stunting

17
Pencegahan stunting dapat dilakukan beberapa

langkah-langkah berikut : (Anonim,2016)

a. Seorang ibu harus mengkonsumsi nutisi yang dibutuhkan

selama hamil dan nutrisi yang dibutuhkan selama

menyusui

b. Memberikan nutrisi yang baik kepada si buah hati,

seperti memberikan Asi eksklusif dan nutrisi penting

lainnya seiring pertambahan usia.

c. Menerapkan polah hidup bersih dan dan sehat, terutama

mencuci peralatan dapur, meminum air aman, mencuci

peralatan makan dan peralatan dapur, memebersihkan

diri setelah diri setelah buang air besar atau kecil, serta

memiliki sanitasi yang ideal

Menjaga asupan nutrisi yang ideal dan bervariatif

ditambah dengan perilaku hidup bersih dan sehat

memegang peranan yang kursial bagi kesehatan ibu

hamil, terutama bagi janin. Hal ini untuk mencegah

terjadinya kekerdilan demi kelangsungan hidup anak

dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang yang

sehat, serta untuk memastikan anak tumbuh menjadi

orang dewasa yang kuat, terdidik, dan prosuktif (Anonim,

2016).

18
5. Dampak Terjadinya Stunting

Menurut Kemenkes (RI, 2018) Dampak yang

ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka

pendek dan jangka panjang :

a. Dampak Jangka Pendek.

1). Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian

2). Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada

anak tidak optimal

3). Peningkatan biaya kesehatan.

b. Dampak Jangka Panjang.

1). Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih

pendek dibandingkan pada umumnya).

2). Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.

3). Menurunnya kesehatan reproduksi.

4). Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal

saat masa sekolah. Dan

5). Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

4. Upaya Pencegahan Stunting

Merujuk pada pola pikir UNICEF/Lancet, masalah

stunting terutama disebabkan karena ada pengaruh dari pola

asuh, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan,

lingkungan, dan ketahanan pangan, maka berikut ini

19
mencoba untuk membahas dari sisi pola asuh dan ketahanan

pangan tingkat keluarga. (Kemenkes RI, 2018)

Ketahanan pangan (food security) tingkat rumah

tangga adalah aspek penting dalam pencegahan stanting. Isu

ketahanan pangan termasuk ketersediaan pangan sampai

level rumah tangga, kualitas makanan yang dikonsumsi

(intake), serta stabilitas dari ketersediaan pangan itu sendiri

yang terkait dengan akses penduduk untuk membeli.

Masalah ketahanan pangan tingkat rumah tangga masih

tetap menjadi masalah global, dan juga di Indonesia, dan ini

sangat terkait dengan kejadian kurang gizi, dengan indikator

prevalensi kurus pada semua kelompok umur. Dalam jangka

panjang masalah ini akan menjadi penyebab Cegah Stunting,

20 itu Penting. Meningkatnya prevalensi stunting, ada proses

gagal tumbuh yang kejadiannya diawali pada kehamilan,

sebagai dampak kurangnya asupan gizi sebelum dan selama

kehamilan. Amanat ketahanan pangan di Indonesia adalah

dari UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dan juga UU

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Kemenkes RI,

2018). Untuk mencegah stunting negara hadir untuk

masyarakat. Upaya peemerintah dalam hal ini Kementrian

Kesehatan RI telah melakukan intervensi gizi spesiik meliputi

20
suplementasi gizi makro dan mikro (pemberian tablet

tambahan darah, vitamin A, taburia), pemberian ASI eksklusif

dan MPASI, fortikasi, kampanye gizi seimbang, pelaksaan

kelas ibu hamil, pemberian obat cacing, penanganan

kekurangan gizi dan JKN (Kemenkes RI, 2018)

21
Standar Panjang Badan menurut umur (PB/U)

Anak Laki-laki Umur 0-24 bulan

Umur Panjang Badan (cm)


(Bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 44.2 46.1 48.0 49.9 51.8 53.7 55.6
1 48.9 50.8 52.8 54.7 56.7 58.6 60.6
2 52.4 54.4 56.4 58.4 60.4 62.4 64.4
3 55.3 57.3 59.4 61.4 63.5 65.5 67.6
4 57.6 59.7 61.8 63.9 66.0 68.0 70.1
5 59.6 61.7 63.8 65.9 68.0 70.1 72.2
6 61.2 63.3 65.5 67.6 69.8 71.9 74.0
7 62.7 64.8 67.0 69.2 71.3 73.5 75.7
8 64.0 66.2 68.4 70.6 72.8 76.5 77.2
9 65.2 67.5 69.7 72.0 74.2 77.9 78.7
10 66.4 68.7 71.0 73.3 75.6 79.2 80.1
11 67.6 69.9 72.2 74.5 76.9 80.5 81.5
12 68.6 71.0 73.4 75.7 78.1 81.8 82.9
13 69.6 72.1 74.5 76.9 79.3 81.8 84.2
14 70.6 73.1 75.6 78.0 80.5 83.0 85.5
15 71.6 74.1 76.6 79.1 81.7 84.2 86.7
16 72.5 75.0 77.6 80.2 82.8 85.4 88.0
17 73.3 76.0 78.6 81.2 83.9 86.5 89.2
18 74.2 76.9 79.6 82.3 85.0 87.7 90.4
19 75.0 77.7. 80.5 84.2 86.0 88.8 91.5
20 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0 89.8 92.6
21 76.5 79.4 82.3 85.1 88.0 90.9 93.8

22
22 77.2 80.2 83.1 86.0 89.0 91.9 94.9
23 78.0 81.0 83.9 86.9 89.9 92.9 95.9
24 78.7 81.7 84.8 87.8 90.9 93.9 97.0

Standar Panjang Badan menurut Umur (PB/U)

Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan

Umur (Bulan) Panjang Badan (cm)


-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 43.4 45.4 47.3 49.1 51.0 52.9 54.7
1 47.8 49.8 51.7 53.7 55.6 57.6 59.5
2 51.0 53.0 55.0 57.1 59.1 61.1 63.2
3 53.5 55.5 57.7 59.8 61.9 64.0 66.1
4 55.6 57.8 59.9 62.1 64.3 66.4 68.6
5 57.4 59.6 61.8 64.0 66.2 68.5 70.7
6 58.9 61.2 63.5 65.7 68.0 70.3 72.5
7 60.3 62.7 65.0 67.3 69.6 71.9 74.2
8 61.7 64.0 66.4 68.7 71.1 73.5 75.8
9 62.9 65.3 67.7 70.1 72.6 75.0 77.4
10 64.1 66.5 69.0 71.5 73.9 76.4 78.9
11 65.2 67.7 70.3 72.8 75.3 77.8 80.3
12 66.3 68.9 71.4 74.0 76.6 79.2 81.7
13 67.3 70.0 72.6 75.2 77.8 80.5 83.1
14 68.3 71.0 73.7 76.4 79.1 81.7 84.4
15 69.3 72.0 74.8 77.5 80.2 83.0 85.7
16 70.2 73.0 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0
17 71.1 74.0 76.8 79.7 82.5 85.4 88.2

23
18 72.0 74.9 77.8 80.7 83.6 86.5 89.4
19 72.8 75.8 78.8 81.7 84.7 87.6 90.6
20 73.7 76.7 79.7 82.7 85.7 88.7 91.7
21 74.5 77.5 80.6 83.7 86.7 89.8 92.9
22 75.2 78.4 81.5 84.6 87.7 90.8 94.0
23 76.0 79.2 82.3 85.5 88.7 91.9 95.0
24 76.7 80.0 83.3 86.4 89.6 92.9 96.1

Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Anak Laki-laki Umur 0-24 Bulan

Umur Berat Bdan (kg)


(Bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.0
1 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6
2 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.0
3 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.0
4 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.7
5 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.4
6 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.9
7 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.4
8 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.9
9 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.3
10 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.7
11 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.0
12 6.9 7.7 8.6 9.6 20.8 12.0 13.3
13 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.7

24
14 7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.0
15 7.4 8.3 9.2 10.3 11.4 12.8 14.3
16 7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.6
17 7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.9
18 7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.3
19 8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.6
20 8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.9
21 8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.2
22 8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.5
23 8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.8
24 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1

Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan

Umur Berat Bdan (kg)


(Bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
0 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7 4.2 4.8
1 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.2
2 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.5
3 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.5
4 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.3
5 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.0
6 5.1 5.7 6.5 7.3 8.2 9.3 10.6
7 5.3 6.0 6.8 7.6 8.6 9.8 11.1
8 5.6 6.3 7.0 7.9 9.0 10.2 11.6
9 5.8 6.5 7.5 8.2 9.3 10.5 12.0

25
10 5.9 6.7 7.3 8.5 9.6 10.9 12.4
11 6.1 6.9 7.6 8.7 9.9 11.2 12.8
12 6.3 7.0 7.9 8.9 10.1 11.5 13.1
13 6.4 7.2 8.1 9.2 10.4 11.8 13.5
14 6.6 7.4 8.3 9.4 10.6 12.1 13.8
15 6.7 7.6 8.5 9.6 10.9 12.4 14.1
16 6.9 7.7 8.7 9.8 11.1 12.6 14.5
17 7.0 7.9 8.9 10.0 11.4 12.9 14.8
18 7.2 8.1 9.1 10.2 11.6 13.2 15.1
19 7.3 8.2 9.2 10.4 11.8 13.5 15.4
20 7.5 8.4 9.4 10.6 12.1 13.7 15.7
21 7.6 8.6 9.6 10.9 12.3 14.0 16.0
22 7.8 8.7 9.8 11.1 12.5 14.3 16.4
23 7.9 8.9 10.0 11.3 12.8 14.6 16.7
24 8.1 9.0 10.2 11.5 13.0 14.8 17.0

26
27
28
BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki

panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan

dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi

badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median

standar pertumbuhan anak.. Stunting dapat terjadi mulai janin

masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia

dua tahun.

Ada berbagai faktor yang dapat menyebapkan stunting

pada anak sepert salah satunya factor genetic yaitu tinggi

badan ibu. Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut,

maka dibuat skema pola variabel sebagai berikut :

Kejadian
Tinggi Badan Ibu stunting

Keterangan :

: variabel independen

: variabel dependen

29
: penghubung antara variabel

B. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel independen : Tinggi badan ibu

b. Variabel dependen : Kejadian stunting

2. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

a. Tinggi badan ibu dalam penelitian ini adalah ukuran fisik

ibu yang diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa

alas kaki.

Kriteria objektif :

Rendah/Pendek : Jika Tinggi badan ibu < 150cm

Normal/Tinggi : Jika tinggi badan ibu > 150 cm

b. Kejadian stunting dalam penelitian ini adalah anak

yang tinggi badannya tidak sesuai umur dan hasil

pengukuran antropometri menunjukkan ZScore

kurang dari -2 SD sampai dengan -3 SD (pendek)

dan kurang dari -3 SD (sangat pendek).

Kriteria objektif :

Stunting : jika hasil Z score < 2 – ( -2 SD)

Tidak Stunting : Jika hasil Z score > - 2

30
C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternative (Ha)

Ada pengaruh Tinggi badan terhadap kejadian

stunting pada anak 6-24 bulan di desa kalaserena kec.

Bonto nompo kabupaten gowa.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh Tinggi badan terhadap kejadian

stunting pada anak 6-24 bulan di desa kalaserena kec.

Bonto nompo kabupaten gowa.

31
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasional analitik dengan menggunakan rancangan

cross sectional adalah suatu penelitian yang semua

variabelnya, baik dependen maupun independen di obsevasi

atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang sama

(notoadmojo,2010)

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keseluruhan ibu yang ada di Kelurahan Kalaserena Kec.

Bontonompo Kab.Gowa..

2. Sampel

Sampel yang di maksud dalam penelitian ini adalah

ibu yang memiliki anak 6-24 bulan di desa kalaserena kec.

Bonto nompo kabupaten gowa dengan mengunakan teknik

32
pruvosive sampling yaitu pengambilan sampel (Sugiono,

2017) dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi :

1). Ibu yang memiliki anak 6-24 bulan

2). Ibu yang berdomisili di desa kalaserena kec. Bonto

nompo kabupaten gowa

3). ibu yang bersedia menjaadi responden

b. Kriteria Ekslusi

1). Ibu yang memiliki anak <6 dan > 24 bulan

2). ibu yang bersedia menjaadi responden

C. Pengumpulan Data Dan Analisa Data

1. Instrument pengumpulan data

Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah lembar

observasi untuk mengukur tinggi badan ibu, dengan kategori

rendah/pendek jika tinggi ibu < 150 cm, dan kategori

normal/tinggi jika tinggi ibu anak > 150 cm menggunakan

alat Microtoise. Variabel kejadian stunting menggunakan

lembar observasi yaitu dengan mengukur Tinggi badan

balita dengan melihat standar antropometri anak.

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

33
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelurahan

kalaserena kec.bonto nompo kabupaten gowa.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Mei 2022

3. Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah paling

srategis dalam pendelitian, karena tujuan utama dalam

peneitian adalah mendapat data (sugiono, 2013)

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti

dari responden dengan mengunakan kuesioner

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti

dari berbagai sumber untuk membantu peneliti dalam

menyimpulkan hasil penelitian.

4. Tekhnik pengolahan data

Data primer yang di kumpulkan dalam penelitian

akan di olah melalui prosedur pengolahan data secara

manual dengan melakukan :

a. Editing

34
Pengecekan, pengoreksian data untuk

melengkapi data yang masih kurang atau kurang lengkap

(Notoadmojo, 2015)

b. Koording

Memberikan kode pada opsion-opsion yang suda

lengkap untuk memudahkan dalam menganalisa data

(Notoadmojo,2015).

c. Tabulation

Setelah pemberian kode, selanjutnya dengan

pengelolahan data ke dalam table yang suda disiapkan

(Notoadmojo, 2015)

d. Entri

Yaitu proses memindahkan isi data atau

memproses isi data dengan memasukan data atau entri

data ke dalam computer dengan menggunakan program

statistic computer

5. Analisa data Univariat dan Biavariat

a. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel

dalam hasil pengumpulan data untuk distribusi dan

presentase dari setiap variabel yang di teliti

(notoadmojo,2017)

35
b. Analisa Bivariat

Di lakukan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas secara sendiri-sendiri dengan variabel

terikat, mengunakan tingkat uji statistic kebermaknaan

0,05 (5%), dengan mengunakan rumus Chi Square yaitu:

(0−E) ²
²=∑
E

Keterangan :

X²= Chi-square

O= Nilai observasi

E = Nilai yang di harapkan

Ʃ = Jumlah data

Penelitian :

1. Apabila X² hitung > dari X² tabel, H₀ di tolak atau Hₐ di

terima. Artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

2. Apabila x² hitung ≤ x² tabel, H₀ di terima atau Hₐ di

tolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

D. Etika Penelitian

Menurut Notoadmojo ( 2014), dalam melakukan

penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusinya

36
dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi atau

lembanga tempat penelitian, setelah mendapat persetujuan,

barulah melakukan menelitian dengan melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informant consebt (lembar persetujuan)

Lembar persutujuan ini di berikan oleh responden yang

akan di teliti oleh yang memenuhi kriteria insklusi di sertai

judul penelitian. Bila subyek, maka peneliti tidak akn

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak

subyek.

2. Anonymity (tampa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut di

berikan kode.

3. Konfodentiality ( kerahasiaan)

Kerahasiaan responden di jamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data yang tertentu yang akan dilaporkan

sebagai hasil peneliti.

37
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengentar

Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan kalaserena Kec.

Bontonopo Kab. Gowa pada tanggal 15 – 22 Juli 2022. Penelitian

ini menggunaka lembar observasi untuk variabel independen

menggunakan lembar obsevasi dengan mengukur tinggi badan ibu.

Kemudian untuk variabel menggunakan lembar observasi dengan

mengukur panjang badan/tinngi badan balita. Selama penelitian

diperoleh sampel sebanya 30 responden.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik

dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting

anak 6-24 bulan di kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab.

Gowa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling dengan memenuhi kriterian yang telah

ditentukan sebelumnya. Setelah melakukan penelitian, data

kemudian diolah dengan menggunakan komputer program

38
program SPSS versi 21.00 dengan menggunakan rumus turunan

Chi-Square yaitu Kontinuity Correction karena tidak terdapat nilai

expected count di bawah 5 dan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kemaknaan 0,05%.

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kalaserena merupakan 1 desa 14 desa/kelurahan di

kecamatan bontonompo kabupaten gowa propinsi sulawesi selatan

terletak di :

a. Sebelah utara : berbatas dengan kevamatan banjeng

b. Sebelah timur : berbatasan dengan kecamatan polombangkeng

utara

c. Sebelah setalan : berbatas dengan desa katangka

d. Sebelah barat : berbatasan dengan kelurahan tamallayang

Dan terdiri dari 4 lingkungan :

a. Lingkungan kalaserena selatan

b. Lingkungan kalaserena

c. Lingkungan balaburu

d. Lingkungan giring-giring

Dengan luas wilayah ± 3750 M2

39
3. Karakteristik Responden

a. Distribusi frekuensi reponden berdasarkan kelompok umur ibu

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Kelompok Umur ibu di kelurahan kalaserena kec.
Bontonompo kab. Gowa

Kelompok Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

15-20 Tahun 5 16,7

21-25 Tahun 16,7


5

26-30 Tahun 8 26,7

31-35 Tahun 5 16,7

>35 Tahun 7 23,3

Total 30 100,0

Sumber 2022

Brdasarkan pada tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 30

responden diperoleh umur yang paling banya adalah 26-30

tahun sebanyak 8 (26,7%) responden, dan paling sedikit adalah

umur 15-20, 21-25 dan 31-35 tahun yaitu 5 (16,5%) responden

40
b. Distribusi frekuensi reponden berdasarkan pendidikan ibu

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
pendidikan ibu di kelurahan kalaserena
kec. Bontonompo kab. gowa Gowa
Pendidika Frekuensi (f) Persentase (%)
terakhir
SD 5 16,7
SMP 16 53,3
SMA 9 30,0
Total 30 100,0
Sumber 2022

Berdasarkan pada tabel 5.2 menujukan bahwah dari

30 responden diperoleh pendidikan terakhir tertinggi adalah

SMP sebanyak sebanyak 16 ((53,3%) responden, dan terendah

adalah SD sebanyak 5 (16,7%) responden.

c. Distribusi frekuensi reponden berdasarkan jenis kelamin ibu

d. Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristi
Jenis Kelamin di kelurahan kalaserena
kec. Bontonompo kab. Gowa

Jeinis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)


Perempuan 30 100
Laki-Laki 0 0
Total 30 100,0
Sumber 2022

41
Berdasarkan pada tabel 5.3 menujukan bahwa 30

responden berdasarkan jenis kelamin semuanya adalah

perempuan yaitu 30 (100,0%).

d. Distribusi frekuensi reponden berdasarkan kelompok umur

balita

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Umur balita (bulan) di
kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa

Umur Frekuensi (f) Persentase (%)


6-12 11 36,7
13-24 19 63,3
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2022

Berdasarkan pada tabel 5.4 menujukan bahwa dari 30

responden diperoleh umur yang paling banyak adalah 13-24

bulan sebanyak 19 (63,3%), dan paling sedikit adalah umur 6-

12 bulan yaitu 11 (36,7%) responden.

e. Distribusi frekuensi reponden berdasarkan jenis kelamin balita

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi jenis kelamin balita
di kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)


Perempuan 11 36,7
Laki-Laki 19 63,3

42
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2022

Berdasarkan pada tabel 5.5 berdasarkan pada tabel

5.5 menunjukan bahwa dari 30 responden diperoleh jenis

kelamin yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 19

(63,7%) responden dan paling sedikit adalah perempuan

sebanyak 11 (36,7%) responden.

4. Karakteristik Variabel Yang Di Teliti

a. Analisis Univariat

1). Tinggi Badan Ibu

Tabel 5.6
Distrinusi Frekuensi berdasarkan Tinggi Badan Ibu di
kelurahan kalaserena kec. Bontonompo kab. Gowa
Tinggi Badan Ibu Frekuensi (f) Presentase (%)
Normal 17 56,7
Pedek 13 43,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer. 2022

Berdarsarkan pada table 5.6 menujukan bahwa dari

30 responden diperoleh tinngi badan ibu yang normal

sebanyak 17 (56,7%) responden dan tinggi badan ibu yang

pendek sebanyak 13 (43,3) responden.

2). Kejadian stunting

43
Tabel 5.7
Distrinusi Frekuensi berdasarkan kejadian stunting
pada bali tadi kelurahan kalaserena
kec. Bontonompo kab. Gowa
Kejadian stunting Frekuensi (f) Presentase (%)
Tidak stunting 17 56,7
Stunting 13 43,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer. 2022

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya

pengaruh variabel-variabel indenden (tinggi bada orang tua)

terhadap variabel dependen (kejadian stunting) secara parsial.

Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.8
Hasil uji t tinggi badan ibu pada balita stunting
di kecamatan kalaserena kabupaten gowa
c.
Variabel T Hitung T Tabel Sig
Independen
Tinggi badan 2. 551 2.04227 0.01
ibu
Hasil T hitung > T tabel ( 2.551 > 2.0227 )
Sumber : data primer, 2019

Berdasarakan data diatas 5.8 Menujukan hasil uji t tinggi

badan ibu diperoleh nilai t hitung > t tabel (2.0227 > 2.551) berarti

44
Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa secara parsial tinggi badan ibu berpengaruh terhadap

kejadian stunting pada balita di kecamatan kalaserena

kabupaten gowa.

c. Analisis crosstab

Tabel 5.9
Analisa tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting
anak 6-24 bulan di kelurahan kalaserena
kec. Bontonompo kab. Gowa
Tinggi Kejadian stunting
badan ibu Stunting tidak stunting Jumlah(n)

F (%) F (%) N (%) Nilai p


Pendek 10 76,9 3 23,1 13 43,3 0,004
Normal 3 17,6 14 82,4 17 56,7
Jumlah (n) 13 43,3 17 56,7 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5. dari 30

responden menunjukan bahwa sebanyak (76.9%) ibu dengan

tinggi badan pendek memiliki anak stunting dan sebanyak

(23,1%) tinggi badan ibu pendek yang memiliki anak tidak

stunting. Sebanyak (17,9%) ibu dengan tinggi badan normal

memiliki anak stunting dan sebanyak (82,4%) ibu dengan tinggi

badan normal tidak memiliki anak stunting. dengan nilai

45
continuity correcion 0,004 <0,05. Hasil uji Chi Square dengan

menggunakan continuity correction di peroleh nilai ρ (0,004) <

nilai (α = 0,05).

5. Uji asumsi klasik

a. Uji normalitas

Iuji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah dilakukan

dengan nila unstardized residual dari model regresi dengan

menggunakan uji One-Sample Komogorov-Smirnov Tes. Hal ini

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.10
Hasil Pengukuran Uji Normalitas

One-Sampel Kolmogorov Smirnov


Sig. 0.070
Hasil Sig < 0.05
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan hasil pengujian One-Sampel Kolmogorov

Simimov menghasilkan asymptotic significance > 0,05 (0,070 >

0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

data tersebut berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat

untuk dilakukan uji regresi.

46
B. Pembahasan

Tinggi badan ibu dalam penelitian ini adalah ukuran fisik ibu

yang diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki.

Kejadian stunting dalam penelitian ini adalah anak yang tinggi

badannya tidak sesuai umur dan hasil pengukuran antropometri

menunjukkan ZScore kurang dari -2 SD sampai dengan -3 SD

(pendek) dan kurang dari -3 SD (sangat pendek).dalam penelitian ini

akan dibahas secara parsial untunk melihat ada tidaknya pengaruh

variabel independen (tinggi badan ibu) terhadap variabel dependen

(stunting).

1. Pengaruh tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting anak 6-24

bulan.

Berdasarakan analisa data yang telah dilakukan dari 30

responden, didapatkan nilai t hitung > t tabel (2.0227 > 2.551) berarti

Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa secara parsial tinggi badan ibu berpengaruh terhadap

kejadian stunting pada balita di kecamatan kalaserena kabupaten

gowa.

Dari hasil penelitian 30 responden diperoleh tinggi badan ibu

yang pendek dengan stunting sebanyak 10 anak (82,4%). Menurut

asumsi peneliti. Tinggi badan ibu dapat dilihat dari indikator

47
pengukuran tinggi badan ibu menggunakan alat pengukur tinggi

badan. Tinggi badan ibu di bagi menjadi 2 kategori yaitu : tinggi

badan ibu pendek dan tinggi badan ibu normal. Dikatakan tinggi

badan ibu pendek ketika hasil pengukuran menunjukan tinggi

badan ibu <150 cm. Dan tinggi badan ibu normal ketika hasil

pengukuran tinggi badan ibu >150 cm. Tinggi badan ibu sangat

berperan penting bagi tinggi badan anak karena biasanya yang

didapatkan ibu yang bertubuh pendek beresiko memiliki anak

stunting.

tinggi badan orag tua yang tidak normal dapat menyebapkan

terjadinya stunting pada anak salah satu faktor yaitu faktor

genetika. hal ini dikarenakan adanya kondisi patologis yaitu

difesiensi hormon pertumbuhan yang dimiliki oleh gen pembawa

kromosom dan apabila tidak didukung dengan asupan gizi yang

adekuat untuk menyokong pertumbuhan, pada generasi berikut

akan berdampak terhadap kegagalan pertumbuhan atau stunting.

Sehingga orang tua harus memperhatikan asupan gizi yang

diberikan pada anak sejak dalam kandungan agar dapat

menghindari terjadinya stunting pada anak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh heryanto 2014. Bahwa tinggi badan orang tua terutama ibu

berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak seperti kejadian

48
stunting. Pada anak tinggi badan dipengaruhi oleh faktor genetik

dan lingkungan selama periode pertumbuhan menunjukkan bahwa

74,5 persen anak pendek pada ibu dengan tinggi badan di lebih

rendah dari 150 cm. menunjukkan ibu dengan tinggi badan lebih

rendah dari 150 cm sebesar 3,4 kali berisiko memiliki anak yang

pendek dan tinggi badan ayah lebih rendah dari 162 cm risiko

memiliki anak pendek sebesar 3,2 kali.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Stella

Agrifa Winda (2018) bahwa ada pengaruh Tinggi badan ibu

terhadap kejadian stunting pada balita.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tinggi badan ibu

yang pendek terhadap tidak stunting sebanyak 3 anak (23,1%).

Menurut asumsi peneliti stsatus gizi adalah salah satu faktor yang

berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan

seseorang asupan gizi yang kurang dalam waktu lama akibat

pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi sangat

berkaitan dengan kejadian anak pendek. Asumsi ini dengan. Akan

tetapi bila orang tua pendek akibat kekurangan zat gizi atau,

kemungkinan anaka dapat tumbuh dengan tinggi badan normal

selama anak tersebut tidak terpapar resiko yang lain (Margawati,

2012).

49
Stunting adalah pertumbuhan tubuh anak yang tidak sesuai

antara tinggi badan dengan usia yang dikarenakan kekurangan

gizi dalam waktu yang lama. Stunting terjadi dimulai dari dalam

kandungan sampai usia dua tahun pertama. Kekurangan gizi

berlanjut hingga di masa balita dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan dan perkembangan sehingga berdampak pada

hilangnya generasi yang berkualitas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Teori yang dikemukakan

oleh fajrina (2016) Ibu-ibu yang memiliki tinggi badan yang rendah

2 kali lebih berisiko melahirkan anak yang stunting (Fajrina, 2016).

Tinggi badan ibu menjadi faktor yang sangat penting, karena

kromosom pendek yang dibawa oleh ibu. Kejadian stunting pada

balita yang memiliki ibu pendek (<150 cm) akan diperparah jika

faktor-faktor lain diabaikan.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian

Penelitian Manggala et al (2018) menyebutkan bahwa perawakan

ibu pendek berpengaruh terhadap kejadian stunting dengan nilai p

= 0,04. Manggala menjelaskan bahwa hubungan tinggi badan ibu

dan pertumbuhan anak-anak kemungkinan disebabkan olleh

asupan gizi.

50
BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah di laksanakan pada tanggal

13-15 juni 2022 di kelurahan kalaserena Kec. Bontonompo Kab. Gowa

Dapat di simpulkan

2. dari 30 responden diperoleh tinggi badan ibu pendek sebanyak 13

(79,9%) responden, dan tinggi badan normal dan ibu yang memiliki

tinggi badan normal sebanyak 17 (56,7%) responden.

3. dari 30 responden di peroleh anak dengan stunting sebanyak 13

(43,3%) responden, dan anak yang tidak stunting sebanyak 17

(56,7%) responden.

4. Ada pengaruh tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting anak 6-

24 bulan Di Kelurahan Kalaserena Kec. Bontonompo Kab. Gowa.

Dengan hasil uji statistik menggunakan penilaian Chi-Sguare With

Continuity Correction ditemukan ρ = 0,004 dan ɑ = 0,05 dan

tingkat kebermaknaan 0,05. Ρ < ɑ maka dinyatakan Ho ditolak dan

Ha diterima.

51
B. Saran

1. Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan agar dijadikan

sebagai masukan/referensi bagi kegiatan penelitian selanjutnya

mengenai tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada anak

usia 6-24 bulan

2. Sebagai masukan bagi ibu balita terkait tinggi tinggi badan ibu

yang pendek (<150) cm agar dapat memperhatikan status gizi

anak agar tidak terjadi stunting pada balita. Dan memberikan

informasi terkait tinggi badang ibu pendek sangat beresiko terjadi

stunting pada anak.

52
DAFTAR PUSTAKA

A.Sutriyawan and C. C. Nadhira. (2020). “Kejadian Stunting Pada Balita


Di Upt Puskesmas Citarip Kota Bandung,” J. Kesmas
(Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, vol. 7, no. 2, pp. 79–88,
2020.
Asiah, A., Yogisutanti, G., & Purnawan, A. I. (2020). Asupan mikronutrien
dan riwayat penyakit infeksi pada balita stunting Di UPTD
Puskesmas Limbangan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Sukabumi. Journal of Nutrition College, 9(1), 6-11. Diakses dari
https://ejournal3.undip.ac.id/ index.php/jnc/article/view/24647
Anshori, H. (2013). Faktor resiko kejadian stunting pada anak usia 12-24
bulan. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Aridiyah, F.O., Ninna, R & Mury, R. (2015). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah
Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on
Toddlers in Rural and Urban Areas). E-Jurnal Pustaka
Kesehatan, Volume 3, Nomor 1. Aritonang, Irianton. 2013.
Memantau dan Menilai Status Gizi Anak.Yogyakarta: Leutika
Books.
Dahlan, Sopiyudin. (2013). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan
(deskriptif, bivariat dan multivariate dilengkapi aplikasi dengan
menggunakan SPSS). Jakarta: Salemba Medika
Dr.Nareza Meva,2020. Pahami penyebab stunting dan dampak pada
kehidupan anak. (Alodokter.com)
Doddy Izwardy, 2018. Peran Kementerian Kesehatan Dalam
Pencegahan dan Penanganan Stunting di Indonesia. Direktur
Gizi Masyarakat. Kemenkes RI.

Fatimah, N. S. H., & Wirjatmadi, B. (2018). Tingkat kecukupan vitamin a,


seng dan zat besi serta frekuensi infeksi pada balita stunting
dan non stunting [adequacy levels of vitamin a, zinc, iron, and
frequency of infections among stunting and non stunting
children under five]. Media Gizi Indonesia, 13(2), 168 -
175.Diakses dari journal.unair.ac.id/MGI/article/view/7062

53
Fihtia, P. dan. (2017). Hubungan Stunting dengan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar di Daerah Kumuh , Kotamadya Jakarta Pusat,
45–52.

Fikawati, S. (2018). Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Indonesia.

Kairupan, C. A., Kapantow, N. H., & Punuh, M. I. (2018). Hubungan


Antara Tinggi Badan Orangtua Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Touluaan
Kabupaten Minahasa Tenggara. Kesmas, 7(4), 1-6.

Kristiana TW. (2015). Hubungan Status Gizi Ibu saat Hamil engan
Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten
Bantul. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada

Kemenkes RI. (2016). Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI) Situasi Balita Pendek.
[diakses7April2022]melaluihttp://www.pusdatin.kemkes.go.id/
resources/download/pusdatin/infodatin/situa si-balita-pendek-
2016.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Situasi Balita


Pendek (Stunting) DI Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI.

W. H. Organization “UNICEF/WHO/The World Bank Group jpin child


malnutrition estimates: levels and trends in child malnutrition:
key findings of the 2020 edition,” 202

Yuniarti, T. S., Margawati, A., & Nuryanto, N. (2019). Faktor risiko


kejadian stunting anak usia 1-2 tahun di Daerah Rob Kota
Pekalongan. Jurnal Riset Gizi, 7(2), 83-90. Diakses dari

54
http://ejournal.poltekkessmg.ac.id/ojs/index.php/jrg/article/view/
5179

55
LAMPIRAN

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu..................

56
Di ─

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Endang Sufenti Boling Weni

NIM : 120051804

Alamat : Jalan kenanga No. 2

Adalah mahasiswa program pendidikan S-1 Keperawatan


STIK FAMIKA Makassar yang akan mengadakan penelitian tentang
“PENGARUH TINGGI BADAN IBU TERHADAP KEJADIAN
STUNTING ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN
KALASERENA KEC. BONTO NOMPO KABUPATEN GOWA ”.

Saya sangat mengaharapkan partisipasi ibu-ibu dalam


penelitian ini demi kelancaran pelaksanaan penelitian.Saya menjamin
kerahasiaan dan segala bentuk informasi yang ibu-ibu berikan, dan
apabila ada hal-hal yang masih ingin ditanyakan, saya memberikan
kesempatan yang sebesar-besarnya untuk meminta penjelasan dari
peneliti.

Demikian penyampaian dari saya, atas perhatian dan


kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.

Sungguminasa, 13 April 2022


Penulis

(Endang Sufenti Boling Weni)


120051804

57
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan untuk


berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilaksanakan
oleh :

58
Nama : Endang Sufenti Boling Weni

Alamat : Jalan Kenanga No. 2

Judul Penelitian : “PENGARUH TINGGI BADAN IBU TERHADAP


KEJADIAN STUNTING ANAK USIA 6-24 BULAN
DI KELURAHAN KALASERENA KEC. BONTO
NOMPO KABUPATEN GOWA”
Saya menyadari bahwa saya menjadi bagian dari penelitian
ini dan akan memberikan informasi yang sebenar-benarnya yang
dibutuhkan oleh peneliti.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak merugikan saya dan
saya telah memberikan kesempatan oleh peneliti untuk meminta
penjelasan sehubungan dengan penelitian ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka saya menyatakan
bersedia menandatangani lembar persetujuan ini untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sungguminasa, 13 April 2022
Responden

(_______________________)

Lampiran 4

KUISIONER

Hubungan Tinggi Badan Dengan Kejadian Stunting Pada


Anak usia 6-24 bulan di Kelurahan Kalaserena
Kecamatan Bontonompo
Kab Gowa

59
A. Identitas Responden

Hari/Tanggal :

Nama ibu : Nama Anak :

Umur : Usia :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

B. Variabel Tinggi IBU

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang dianggap benar dan

tepat!

NO TINGGI BANDAN IBU KATEGORI

Normal Pendek

1 (cm)

2 (cm)

3 (cm)

4 (cm)

C. Lembar Observasi Kejadian Stunting

NO Pengukuran Hasil Hasil Antropometri nilai Z

60
score

1. Tinggi badan /panjang badan Cm

balita

2. Berat Badan balita KG

3. Usia Balita

Lampiran 5

Hasil olah SPSS

Frekuensi

61
62
63
C. Uji Bivariat

64
Regression

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 tinggi badan
. Enter
ibub
a. Dependent Variable: kejadian stunting
b. All requested variables entered.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .211 a
.044 .010 155.60453
a. Predictors: (Constant), tinggi badan ibu

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 31521.430 1 31521.430 1.302 .264b
Residual 677957.537 28 24212.769
Total 709478.967 29
a. Dependent Variable: kejadian stunting
b. Predictors: (Constant), tinggi badan ibu

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -23.056 37.300 -.618 .541
tinggi badan ibu -.144 .126 -.211 -1.141 .264

65
NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. 152.8981559
Deviation 7
Most Extreme Absolute .153
Differences Positive .153
Negative -.093
Test Statistic .153
Asymp. Sig. (2-tailed) .070c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

66
Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian

67
68

Anda mungkin juga menyukai