INDAH BUDIARTI
22222031
INDAH BUDIARTI
22222031
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Penulis :
Nama : Indah Budiarti
Tempat/tanggal lahir : Sukacinta, 21 Mei 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Anak ke dari : Ke -4 dari 5 Bersaudara
Orang tua :
Ayah : Mukromin
Ibu : Hairuna
Telepon : 085609293305
E-mail : indahbudiarti217@gmail.com
Alamat : Sukajadi kec Muara Kuang kab Ogan Ilir
Riwayat Pendidikan :
1. TK Sukacinta 2005-2006
2. SD Negeri 01 Muara Kuang 2006-2011
3. SMP Negeri 01 Muara Kuang 2011-2014
4. SMK Negeri 01 Kayuangung 2014-2017
5. Stikes Muhammadiyah Palembang 2017-2020
6. S1 Kep IKesT Muhammadiyah Plg 2021-2022
iv
KATA PENGANTAR
Penulisan studi kasus ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar profesi ners di IkesT Muhammadiyah Palembang sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan studi kasus ini penulis sangat
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan Ilmu
pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan
ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan skripsi dimasa yang
akan datang. Penyusunan studi kasus ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan,
pengarahan, bantuan serta saran dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes selaku Rektor IKesT Muhammadiyah
Palembang.
2. Bapak Yudiansyah, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ibu Siti Romadoni, S.Kep.,Ns.,
M.Kep.
4. Dosen Pembimbing I bapak Sukron , S.Kep., Ns., MNS
5. Dosen Pembimbing II bapak Yulius Tiranda S.Kep., Ns., M.Kep.,PhD
6. Dosen Penguji I Bapak Joko Tri Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep
7. Dosen Penguji II Bapak Romiko, S.Kep., Ns., MNS
8. Dosen Program Studi dan IKesT Muhammadiyah Palembang yang senantiasa
memberikan ilmunya dalam proses belajar mengajar.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Bapak Mukromin, Ibu Hairuna dan
saudara-saudara saya kakak Eli Sandra dan Eti Rosita, kakak saya Evri
yasanda , Adik saya Kiki Anggara dan keponakan saya yang selalu jadi
hiburan. Tercinta dan tersayang yang sangat berjuang dalam hidup saya dan
tak pernah berhenti mencurahkan kasih sayangnya kepada saya, yang selalu
V
mendoakan dan mendukung saya untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam
segala hal dan juga dalam menyelesaikan penysunan studi kasus ini.
10. Patner seperjuangan dari awal masuk STIKes MP Sisilia (Tameng), Herli
(Jokku), Febi (Mentari Pagi), dan teman-teman seperjuangan profesi ners
angkatan 17 tahun 2022-2023. yang selalu senantiasa menemani, semangat,
dukungan dalam penyususunan studi kasus ini, serta seluruh keluarga tercinta
terima kasih telah
Penulis
vi
HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...........................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................v
RIWAYAT HIDUP PENULIS......................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................vii
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3
D. Manfaat Penulisan................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6
A. Konsep Umum Nyeri............................................................................6
1. Definisi...........................................................................................6
2. Etiologi...........................................................................................6
3. Kasifikasi........................................................................................6
4. Mekanisme Nyeri............................................................................9
5. Pengukuran Nyeri...........................................................................10
B. Konsep Terapi Kompres Hangat...........................................................12
1. Definisi Terapi Kompres Hangat....................................................12
2. Manfaat Terapi kompres Hangat.....................................................13
C. Konsep Nyeri........................................................................................17
1. Definisi...........................................................................................17
2. Klasifikasi.......................................................................................17
3. Anatomi dan Fisiologi....................................................................19
4. Etiologi...........................................................................................20
5. Patofisiologi....................................................................................21
6. Manifestasi Klinis...........................................................................22
7. Komplikasi......................................................................................23
vii
8. Penatalaksanaan Medis...................................................................26
9. Pathway...........................................................................................28
10. Konsep Masalah Keperawatan.......................................................29
D. Konsep Intervensi dan Telaah Jurnal....................................................47
BAB III METODOLOGI...............................................................................59
A. Desain...................................................................................................59
B. Subjek Studi Kasus...............................................................................59
C. Tempat dan Waktu................................................................................59
D. Fokus Studi Kasus................................................................................60
E. Instrumen Penelitian.............................................................................61
F. Pengumpulan Data................................................................................62
G. Etika Studi Kasus..................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................78
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah Penyakit Tidak Menular (PTM)
dan salah satu penyebab utama kematian di dunia. World Health Organization
(WHO) memperkirakan bahwa prevalensi global saat ini hipertensi 22% dari
keseluruhan populasi dunia. Hipertensi dianggap sebagai penyakit yang serius
karena dampak yang ditimbulkan sangat luas, meningkatkan risiko jantung, otak,
ginjal bahkan dapat berakhir pada kematian (Kemenkes, 2020).
Hipertensi merupakan suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan organ tubuh secara terus menerus lebih dari suatu periode
(Indah, 2019). Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Hipertensi juga sering diartikan
sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
diastolik 80 mmHg. Tekanan darah yang selalu tinggi merupakan salah satu risiko
utama penyebab stroke, serangan jantunga, gagal jantung kronis dan aneurisma
arterial (Anies, 2018).
Hipertensi menjadi berbahaya karena memiliki banyak komplikasi seperti
stroke, penyakit jantung, hingga gagal ginjal yang merupakan penyakit-penyakit
katastropik. Artinya penyakit ini merupakan penyakit berbiaya tinggi dan secara
komplikasi dapat membahayakan jiwa penderitanya. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukan biaya penyakit hipertensi sebesar
9,7 triliun terbesar diantara penyakit lainnya (Indah,2019). Hipertensi disebut juga
sebagai the silent disease dikarenakan pengidap penyakit hipertensi rata-rata
kurang memahami tanda dan gejala sebelum diperiksa (Ariyanto et al., 2020).
1
2
1,13 miliar pada tahun 2018, dengan peningkatan yang sebagian besar
terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh peningkatan faktor risiko hipertensi pada populasi.
Di Indonesia prevalesi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di
Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia
akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%)
(Riskesdas Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, angka kejadian penyakit hipertensi
mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2018 jumlah kasus
kejadian hipertensi sebanyak 53.455 (22,5%), pada tahun 2019 sebanyak 54.2%
dan pada tahun 2020 sebanyak 146.220 orang (57,2%) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan tekanan darah tinggi (hipertensi) sesuai standar (Dinkes
Sumsel, 2020). Sedangkan Estimasi penderita hipertensi di RS Muhammadiyah
Palembang berdasarkan hasil pengukuran penduduk usia 15 tahun keatas pada
tahun 2019 sebanyak 2924 (30,4%), pada tahun 2020 sebanyak 8610 (30,4%), dan
bulan Januari sampai Oktober tahun 2021 sebanyak 9092 (31,2%).
Berdasarkan Studi Pendahuluan di RS Muhammadiyah Palembang pada
tanggal Desember Januari 2023 didapatkan bahwa tiga bulan terakhir penderita
hipertensi sebanyak 109 jiwa dan hasil wawancara dengan pasien hipertensi yang
berkunjung di RS Muhammadiyah Palembang tersebut didapatkan data jumlah
penderita hipertensi.
Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa angka penderita
penyakit hipertensi masih terus meningkat setiap tahun. Hal ini dapat
3
Hipertensi juga dapat disebabkan oleh stress serta konsumsi makanan yang
memiliki kandungan garam berlebihan. Faktor resiko pada kejadian hipertensi
meliputi riwayat keluarga, gaya hidup, pola makan yang buruk, merokok, jenis
kelamin, ras dan juga usia. Untuk mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan
komplikasi dan dapat diminimalkan dengan penatalaksanaan menggunakan
farmakologi yaitu dengan minum obat secara teratur atau menggunakan non
farmakologis, langkah awal pengobatan hipertensi non farmakologis adalah dengn
menjalani pola hidup sehat, salah satunya dengan terapi komplementer yang
menggunakan bahan-bahan alami yang ada disekitar kita, seperti relaksasi otot
progresif, terapi nutrisi, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur, aromaterapi,
terapi bach flower remedy, dan refleksologi (Istiqomah, 2018).
Terapi ini menggunakan kompres hangat yang telah terbukti secara medis
dapat merelaksasikan otot pada pembuluh darah dan melebarkan pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak dan
sudah banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani penyakit hipertensi
dikarenakan memiliki efek samping yang sedikit. Jenis obat yang digunakan dalam
terapi yaitu (Kompres Hangat), (Relaksasi Massage Punggung), Pemberian
(Akupresur), (Relaksasi Napas Dalam) (Melizza et al., 2020).
Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri dengan
memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas tersebut dapat
menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan relaksasi
otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan, oksigen, serta
nutrisi ke jaringan (Potter & Perry, 2021). Secara anatomis, banyak pembuluh
darah arteri dan arteriol di leher yang menuju ke otak (Snell, 2020). Pada nyeri
kepala yang diderita oleh pasien hipertensi disebabkan karena suplai darah ke otak
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka timbul permasalahan sebagai
berikut: Bagaimana Penerapan Kompres Hangat Pada Leher Untuk Menurunkan
Intensitas Nyeri Di Rumah Muhammadiyah Sakit Palembang.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan penerapan Bagaimana Penerapan Kompres Hangat Pada
Leher Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan penyakit dalam dan penerapan kompres
hangat pada leher untuk menurunkan intensitas nyeri Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
b. Menganalisis diagnosis keperawatan penyakit dalam dan penerapan kompres
hangat pada leher untuk menurunkan intensitas nyeri Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
c. Menyusun intervensi keperawatan penerapan kompres hangat pada leher
untuk menurunkan intensitas nyeri Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
d. Melakukan penerapan kompres hangat pada leher untuk menurunkan
intensitas nyeri Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
e. Melakukan evaluasi penerapan kompres hangat pada leher untuk menurunkan
intensitas nyeri Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
f. Melakukan discharge planning klien dengan kompres hangat pada leher untuk
menurunkan intensitas nyeri Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
6
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Insitusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan keterampilan bagi mahasiswa
dan meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan proses keperawatan
tantang penyakit dalam, yang mana dalam hal ini yaitu penerapan kompres
hangat pada leher untuk menurunkan intensitas nyeri Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,
thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),
gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang
terakhir adalah trauma psikologis (Handayani, 2021).
3. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
Menurut Irman (2007) dalam Handayani (2021) dibagi menjadi :
1) Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri
ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus
yang efektif untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa
rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila
hanya kulit yang
6
7
4. Mekanisme Nyeri
Menurut Asmadi (2021) Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme
nyeri. Teori tersebut diantaranya :
a. Teori Spesifik
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh
melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat
spesifik, artinya saraf sensoris dingin hanya dapat diransang oleh
sensasi dingin. Menurut teori ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan
dengan pengaktifan ujung-ujjung serabut saraf bebas oleh perubahan
mekanik, ransangan kimia atau temperature yang berlebihan, persepsi
nyeri yang dibawa serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik
ke spesifik pusat nyeri di thalamus.
b. Teori Intensitas
Nyeri adalah hasil ransangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
ransangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat.
c. Teori gate control
10
5. Pengukuran Nyeri
a. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat dan
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)
hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
1) Skala 0 : Tanpa nyeri
2) Skala 1-3 : Nyeri ringan
3) Skala 4-6 : Nyeri sedang
4) Skala 7-9 : Nyeri berat
5) Skala 10 : Nyeri sangat berat
C. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ tubuh secara terus–menerus lebih
dari suatu periode. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertenti apa
bila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90mmHg. Hipertensi juga sering
diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari
120mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.Tekanan darah yang selalu
tinggi merupakan salah stu risiko utama penyebab stroke, serangan jantunga,
gagal jantung kronis dan aneurisma arterial (Anies, 2018).
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg setelah pemeriksaan berulang baik di klinik
maupun di rumah (Thomas et al., 2020). Secara umum hipertensi merupakan
penyakit tanpa gejala, namun apabila sudah progresif akan mengakibatkan
keadaan serius seperti kompikasi ginjal, jantung, mata dan organ vital lainnya
(Kurniawan & Sulaiman, 2019). Namun apabila terdapat gejala biasanya hampir
sama dengan penyakit lainnya, seperti sakit kepala, sepat lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging, rasa berat di tengkuk dan lainnya (Nada,2020).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis.Hal tersebut dapat terjadi karena jantung berkerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh.Jika di biarkan, penyakit ini dapat menganggu fungsi organ-organ lain,
13
terutama organ organ vital seperti jantung dan ginjal (Riskesdaas, 2013).Dimana
hipertensi dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung, stroke, gagal
ginjal kronik, kematian premature, dan kecacatan dalam (Indah, 2019).
1. Anatomi Jantung
a. Letak Jantung
b. Lapisan Jantung
Jantung dilapisi oleh selaput yang kuat, dan dikelilingi oleh rongga
perikardium yang terdiri oleh 2 lapisan perikardum yang diantaranya perikardium
viseralis (epikardium) dan lapisan paritalis, bagian luar perikardium terdapat
pembuluh darah besar dan diletakkan oleh ligament pada kolumna vertebralis,
diafragma, dan bagian- bagian jaringan lain di dalam rongga mediastinum
(Yudha, 2017). Menurut (Aaronson, 2010) Jantung memiliki tiga lapisan dan
masing-masing lapisan memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya yaitu:
1) Perikardium, merupakan selaput-selaput yang mengitari jantung yang terdiri atas
dua lapisan, yaitu: Perikardium parietalis (lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru).
Perikardium visceralis (lapisan permukaan dari jantung yang disebut epikardium).
Diantara kedua lapisan diatas, terdapat 50 cc cairan perikardium yang berfungsi
15
sebagai pelumas agar tidak terjadinya gesekan antara perikardium dan epikardium
yang timbul akibat gerak jantung saat memompa
2) Miokardium, merupakan lapisan tengah (lapisan inti) dari jantung dan paling tebal
serta terdiri dari otot-otot jantung. Fungsinya ialah kontraksi jantung;
3) Endokardium, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari jaringan endotel
c. Katup-katup Jantung
Jantung memiliki beberapa katup – katup yang sangat penting dalam susunan
peredaran darah dan pergerakan jantung :
2. Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh untuk
memberikan sari-sari makanan dan 𝑂2 hingga terjadi metabolisme. Pembuluh arteri
dan vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas menyalurkan darah dari jantung
keseluruh jaringan tubuh, perbedaan mendasar pada arteri dan vena terdapat pada
susunan histoanatomi yang menunjang fungsinya masing-masing (Yudha, 2017).
Menurut (Kadir, 2019) Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan
menerima dan juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan
sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung
oksigen tinggi. Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel
yang masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium
kanan dan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan. Berikut fungsi dari bagian- bagian
jantung yaitu :
a. Atrium
Atrium kanan terletak dibagian superior kanan jantung, fungsinya adalah
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru. Vena cava superior dan
vena cava inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen dari tubuh
kembali ke jantung. Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung
itu sendiri. Sedangkan atrium kiri terletak dibagian superior kiri jantung,
berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung empat vena pulmonalis yang menggembalikan darah ter oksigenisasi
(darah yang kaya oksigen) dari paru-paru. Ventrikel berdinding tebal dan bertugas
mendorong darah keluar jalan menuju arteri (Ardiansyah,2019)
b. Ventrikel
Ventrikel kanan terletak dibagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonal dan mengalir melewati
jarak yang pendek menuju paru-paru. Sedangkan ventrikel kiri terletak dibagian
17
inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya tiga kali lebih tebal dari
dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan
mengalir keseluruh bagian tubuh kecuali paru-paru (Ardiansyah,2010).
3. Etiologi
Menurut (Indah, 2019) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:
1). Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10%
nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50
tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder
dari hipertensi tidak ditemukan.Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi
penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah
faktor stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya
hidup.
5. Faktor Risiko
Pada kejadian hipertensi, faktor resiko dibagi menjadi dua kelompok yaitu
faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah (Sari,
2017).
1). Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a). Usia
Usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak dapat
diubah. Pada umumnya, semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula resiko
terjadinya hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku dan
elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah. Menurut beberapa
penelitian, terdapat kecenderuan bahwa pria dengan usia lebih dari 45 tahun lebih
rentan mengalami peningkatan tekanan darah, sedangkan wanita cenderung
mengalami peningkatan tekanan darah pada usia di atas 55 tahun (Sari,2017).
b). Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak
dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa pria
memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita. Akan
tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami peningkatan setelah memasuki
usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang
dialami wanita yang telah menopause (Medika,2017).
c). Keturunan (Genetik)
Keturunan atau genetik juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi
yang tidak dapat diubah. Risiko terkena hipertensi akan lebih tinggi pada orang
dengan keluarga dekat yang memiliki riwiyat hipertensi (Triyanto,2014). Selain itu,
19
faktor keturunan juga dapat berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam (Nacl)
dan renin membran sel.
2) Faktor risiko yang dapat diubah
a) Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh.
Obesitas dapat diketahui dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT adalah
perbadingan antara berat badan dalam kilogram tinggi badan dalam meter kuadrat.
Pengukuran IMT biasanya dilakukan pada orang dewasa usia 18 tahun ke atas. IMT
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat badan (Kg)
Tinggi badan (m2)
Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah.
Dalam hal ini, orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak
dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan penyempitan
pembuluh darah (aterosklerosis). Penyempitan terjadi akibat penumpukan
palkateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan tersebut memicu jantung untuk
berkerja memompa darah lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat lain yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah
meningkat (Medika,2017).
Muhadi (2016) dalam JNC 8: Evidence-based Guide-Line Penanganan
Pasien Hipertensi Dewasa menyatakan bahwa penurunan berat badan dapat
mengurangi tekanan darah sistolik 5-20 mmHg/penurunan 10 kg. Untuk itu, penting
untuk penderita hipertensi untuk menghindari makanan berlemak, menerapkan
makanan tinggi serat, dan olahraga rutin (Sari,2017).
b) Merokok
Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya hipertensi. Merokok
dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot
jantung mengalami peningkatan. Bagi penderita yang memiliki aterosklerosis atau
penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat memperparah kejadian
hipertensi dam berpotensi pada penyakit degeneratif lain seperti stroke dan penyakit
jantung (Medika,2017).
c) Komsumsi Alkohol dan Kafein berlebihan
Alkohol juga diketahui menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Hal
tersebut diduga akibat adanya peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel
20
darah merah, dan kekentalan darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sementara itu, kafein diketahui dapat membuat jantung berpacu lebih cepat sehingga
mengalirkan darah lebih banyak setiap detik. Akan tetapi, dalam hal ini, kafein
memiliki reaksi yang berbeda pada setiap orang (Medika,2017).
d) Konsumsi Garam Berlebih
Sudah banyak diketahui bahwa konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan
hipertensi. Hal tersebut dikarenakan (Nacl) mengandung natrium yang menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan cairan
dalam tubuh. Hal inilah yang membuat peningkatan volume dan tekanan darah
(Medika, 2017).
e) Stress
Stress juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi. Kejadian hipertensi
lebih besar terjadi pada individu yang memiliki kecenderungan stres emosional.
Keadaan seperti tertekan, murung, takut, dan rasa bersalah dapat merangsang
timbulnya hormon adrenalin dan memicu jantung berdetak lebih kencang sehingga
memicu peningkatan tekanan darah (Medika,2017).
f) Keseimbangan hormonal
Keseimbangan hormonal antara estrogen dan progresteron dapat mempengaruhi
tekanan darah.Dalam hal ini, wanita memiliki estrogen yang berfungsi mencegah
terjadinya pengentalan darah dan menjaga dinding pembuluh darah.Jika terjadi
ketidakseimbangan maka dapat memicu gangguan pada pembuluh darah.Gangguan
tersebut berdampak pada peningkatan tekanan darah. Gangguan keseimbangan
hormonal dapat terjadi pada penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti pil KB
(Medika,2017).
6. Klasifikasi
Batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg
dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi
bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg. Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2019) tekanan darah dapat
diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah:
21
Tabel 2.1
Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National CommiteVIII (Indah, 2019).
Batasan Tekanan Darah Kategori
≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes dan
cronic kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes
Sumber: The Joint National Commite VIII (2019).
American Heart Association (2019) menggolongkan hasil pengukuran tekanan darah menjadi:
Tabel 2.2
Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association
Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
Sumber: American Heart Assosiation (Indah, 2019).
7. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tesebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dari biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
22
Sebaiknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkualsi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahaan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan
darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembungan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga
bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal
dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang
menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan atau cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan
naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon (reaksi fisik tubuh
terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; dan
juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah
tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak);
mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan
volume darah dalam tubuh; melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan neropinefrin
(nonadrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stres merupakan
satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanandarah dengan proses pelepasan
hormon epinefrin dan norepinefrin.
8. Manifestasi Klinis
Yanita (2019) menjelaskan gejala klinis yang di alami oleh para penderita
hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung, susah tidur,
sesak napas, rasa berat pada tengkak, mudah lelah, mata berkunang, dan mimisan
(jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan
gejala sampai bertahun tahun. Gejala muncul jika ada kerusakan vaskuler dengan
manifestasi khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang
23
bersangkutan. Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun tahun berupa nyeri kepala, kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan intrakranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai perubahan
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
edema pupil (edema pada diskus peptikus). Gejala lain umumnya terjadinya pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung
secara tiba-tiba, tengkuk pegal dan lain lain.
9. Komplikasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) pemeriksaan penunjang dari hipertensi terdiri dari:
1). Pemeriksaan Laboratorim
a). Hb/Ht
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengidentifikasi faktor resiko seperti hipokoagulasitas, anemia.
b). BUN/kretinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c). Glukosa
Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran
kadarketokolamin.
d). Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan difungsi ginjal dan ada DM.
25
2). CT scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3). EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4).IUP
Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal.
5).Photo dada
Menunjukan destruksi kalfikasi pada area katup, pembesaran jantung.
12. Pathway
Hipertensi
Perubahan struktur
vasokontraksi
Gangguan sirkulasi
Otak Ginjal
Pembuluh darah
Retensi ra
Edema
28
4. Diagnosa keperawatan
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan atau perwujudan dari
intervensi yang sudah ditetapkan dengan tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan meningkatkan status kesehatannya (Rohmani, dkk, 2017).
7. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah pertandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan tenaga
medis yang lain agar mencapai tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan
(Kurniti, 2019).
35
8. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan
kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang dilakukan
setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya (Darliana, 2018).
C (Comparison) : -
O (Outcome) : Penurunan Nyeri
3. Kriteria Artikel
Terdapat beberapa kriteria inklusi dalam pemilihan referensi studi kasus
ini, yaitu:
a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan penulis
yaitu penerapan kompres hangat untuk nyeri kepala pada pasien
hipertensi.
b. Artikel yang berbahasa Indonesia atau bahasa Inggris serta dalam
bentuk full text.
c. Artikel penelitian yang dipublikasikan sekitar tahun 2017 sampai
dengan 2022.
Adapun kriteria ekslusi dalam pemilihan referensi studi kasus ini, yakni
artikel yang tidak memiliki struktur lengkap dan review artikel.
4. Searching Literature (Journal)
Berdasarkan hasil pencarian yang telah dilakukan melalui 2 database yaitu
36
Pubmed (n=26) dan Google Scholar (n=202) dan kata kunci (keyword),
peneliti memperoleh 228 artikel yang terkait dengan kata kunci tersebut
37
2 Fadlilah (2019) Pengaruh kompres Populasi dalam penelitian ini Pengaruh Kompres Tidak Ada Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
hangat terhadap nyeri adalah seluruh penderita Hangat Terhadap wilcoxon menunjukan bahwa nilai P value =
leher pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Nyeri Leher 0,003 dengan taraf signifikasi 5% (0,05),
hipertensi Puskesmas Depok Penderita dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima
1,Maguwoharjo,Sleman Hiperetensi dimana nilai P value = 0,003<0,05 hal ini
berjumlah 613 orang. Sampel menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian
penelitian adalah penderita kompres hangat terhadap nyeri leher pada
hipertensi esensial di Wilayah penderita hipertensi esensial di Wilayah
Puskesmas Depok I, Sleman, Puskesmas Depok I, Sleman, Yogyakarta.
Yogyakarta yang memenuhi
kriteria inklusi dan berjumlah
40 responden dengan teknik
Accidental Sampling. Pada
penelitian ini terdiri dari 2
kelompok yaitu kelompok
intervensi terdiri dari 20
responden dan diberikan
39
METODOLOGI
A. Desain
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban. Desain penelitian
mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan,
serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. Desain
penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari penelitian dengan
sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi, 2019). Desain penelitian yang
digunakan dalam karya tulis ini merupakan deskriptif dalam bentuk studi kasus,
yaitu pelaksanaannya berfokus pada satu kasus tertentu yang diamati dan
dianalisis secara cermat sampai dengan tuntas. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan, dan discharge planning. Studi kasus departemen keperawatan
medikal bedah yang memfokuskan pada Penerapan terapi kompres hangat untuk
nyeri kepala pada pasien hipertensi di RS muhammadiyah palembang.
38
59
3942
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek
atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel
penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan
data (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya
adalah sebagai berikut:
H. Pengumpulan Data
Data yang di kumpulkan dari pengkajian tersebut meliputi nama pasien,
jenis kelamin, umur, pasien nyeri post op fraktur di Wilayah Kerja RSMP.
Instrumen dalam studi kasus ini berupa : alat tulis, lembar pencatatan data,
lembar pengkajian. Cara pengambilan data dengan melakukan pengkajian
langsung ke pasien dan keluarga pasien : membuat surat izin penelitian di BAAK
kemudian mengantarkan surat penelitian ke Wilayah Kerja RSUP
Muhammadiyah Palembang. Pengumpulan data pada penelitian berikut ini
dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara mendalamatau
anamnesa (pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau
keluarga), pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak (Sugiyono, 2016).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien,
seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga
mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien, misalnya
reaksi klien.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan seperti melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara
secara tegas dan mengarah sesuai dengan format pengkajian. Jadi
45
42
Studi kasus ini telah dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan oleh
pengumpulan data guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin terhadap subjek pengumpulan data. Subjek pengumpulan data dapat
digeneralisasikan dalam populasi (benefience), memaksimalisasikan uraian
yang didapatkan subjek pengumpulan data (non maleficence). Studi Kasus ini
dilaksanakan sesuai prosedur pemberian Asuhan Keperawatan yang sudah
memiliki Standar Operasional Prosedur.
48
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2018, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi1. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI,2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1: Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1: Jakarta
Selatan.
Journal, E. S., Keperawatan, S. I., & Masyarakat, I. K. (2020). PADA PENDERITA HIPERTENSI
Info Artikel Abstrak. 1(1), 26–32.
Kasron.(2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: CV Trans Info Media.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta: Kemenkes RI.
Kurniadi, H & Nurrahmani, U. (2015). Stop! Gejala penyakit jantung koroner, kolesterol tinggi,
diabetes melitus, hipertensi. Yogyakarta: Istana Medis.
Peatch, Evelyn C. (2016). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: CV Priama Grafika.
Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Ed.) (Vol. 44). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika