Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN

SESUAI STANDAR AKREDITASI

Tugas Mata Kuliah : Manajemen Keperawatan


Dosen Pengampu : Ns. Yunita Dwi Anggreini, M. Kep

Disusun Oleh:

EKO SUSANTO (NIM : 821213007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan paper dengan judul:

“Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang

telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep, selaku Ketua STIkes YARSI Pontianak.

2. Ibu Ns.Yunita Dwi Anggreini, M.Kep selaku ketua program studi Ners Keperawatan Stikes Yarsi

Pontianak

3. Ibu Ns.Yunita Dwi Anggreini, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keperawatan.

4. Seluruh staf dan dosen yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian paper di STIKes Yarsi

Pontianak.

5. Rekan-rekan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu baik

secara moril maupun spiritual sehingga paper ini dapat diselesaikan.

Penulis merasakan dalam penyusunan paper ini begitu banyak hambatan, namun berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan penulis. Kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penyusunan paper

ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.


Penulis berharap semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan

balasan dari Allah Subhana Wa Ta’ala, dan semoga paper ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Amin

ya Robbal’alamin.

Pontianak, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A.Latar Belakang.................................................................................. 1
B.Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
C.Metode Penulisan .............................................................................
D.Ruang Lingkup Penulisan.................................................................
E.Sistematika Penulisan........................................................................

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Penerapan teori, konsep dan prinsip kepemimpinan manajemen


di ruang rawat dan Puskesmas. ......................................................
B. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan....................
C. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat .....................
D. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen.....
E. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan Puskesmas sesuai standar akreditasi nasional dan
internasional ...................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...........................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan adalah tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi
sumber-sumber yang ada baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien pada pasien, keluarga dan
masyarakat.

Salah satu fungsi manajemen keperawatan adalah fungsi pengarahan yang


dilakukan oleh manajer keperawatan. Pengarahan merupakan suatu keinginan untuk
membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang
perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan
dengan nada yang bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta atau bahkan
mengancam. Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik (Nursalam,
2003).
Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka hendaknya pengarahan ini
benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang pemimpin.
Kepala ruangan merupakan tenaga perawat yang diberi tugas memimpin satu ruang
rawat, dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan, yang berperan
sebagai first line manager di sebuah rumah sakit, yang diharapkan mampu melaksanakan
fungsi manajemen keperawatan (Sitorus & Panjaitan, 2011).

Peran dan fungsi kepala ruangan di ruang rawat dalam fungsi manajemen
keperawatan antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan, pengawasan dan pengendalisn mutu yang merupakan satu siklus yang saling
berkaitan satu sama lain (Marquis & Huston, 2010).
Kepala ruang sebagai pemimpin harus dapat memandu atau mempengaruhi
perawat pelaksana agar bekerja keras mencapai tujuan (Cherry & Jacob, 2014).
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka kepala ruang harus mampu
melakukan tindakan untuk menjamin mutu keselamatan pasien dengan cara membuat
perencanaan dalam keselamatan pasien diantaranya dengan pelatihan dan pendidikan
tentang keselamatan pasien, melakukan pre dan post conference, memonitor dan
melaporkan kondisi pasien yang mengalami insiden keselamatan pasien kepada tim
keselamatan pasien, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan standar operasional
prosedur, dan memonitor penerapan sasaran keselamatan pasien di ruangannya (Humasfik,
2016).

Betapa pentingnya konsep dalam pengarahan yang dilakukan seorang kepala


ruangan, demi terlaksananya pelayanan keperawatan yang sesuai standar akreditasi. Oleh
karena hal diatas, penulis merasa tertarik untuk menyusun makalah manajemen ini, sehingga
dapat dijadikan acuan dalam mengelola pelayanan keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa mengetahui pengertian pengarahan
2. Agar Mahasiswa mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
3. Agar Mahasiswa mengetahui indikator pengarahan yang baik
4. Agar Mahasiswa mengetahui langkah supervisi ruang rawat
5. Agar Mahasiswa mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi

C. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan dalam makalah ini yaitu dengan pengumpulan data melalui studi
literatur di internet.
D. RUANG LINGKUP PENULISAN
Mengingat luasnya permasalahan mengenai manajemen maka penulis hanya membatasi
pembahasan hanya pada praktek pengarahan oleh kepala ruangan sesuai akreditasi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini meliputi :
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini meliputi penjelasan mengenai :
1. Pengertian pengarahan
2. Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
3. Indikator pengarahan yang baik
4. Langkah supervisi ruang rawat
5. Praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi
BAB III Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran kepada pembaca. Kesimpulan mencakup semua
pembahasan mengenai praktek pengarahan dalam makalah ini, sedangkan saran berisi
masukan kepada pembaca untuk mempelajari manajeman keperawatan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PENGARAHAN

Pengarahan adalah kegiatan pengkoordinasian dan penerapan perencanaan


dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya (Keliat, 2006 dalam Sahadi, 2019).

Pengarahan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk


mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas yang telah direncanakan
meliputi kegiatan menciptakan suasana yang memotivasi, membina
komunikasi organisasi,menangani konflik, memfasilitasi kolaborasi,
pendelegasian, dan supervisi (Marquis & Huston, 2010).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengarahan merupakan proses
membimbing, mengatur dan memberikan instruksi pada bawahan agar bekerja
sesuai dengan prosedur ataupun aturan yang telah ditetapkan. Selain itu fungsi
pengarahan juga mencakup pemberian motivasi, mendelegasi dan memanajemen
konflik.
Tujuan pengarahan menurut Rahmatul (2017) yaitu :
1. Menjamin kontinuitas perencanaan
2. Membudayakan prosedur standart
3. Menghindari kemungkinan yang tidak berarti
4. Membina motivasi yang terarah

B. KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,


membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston,
2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2006).
Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan
manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering
disertakan dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan
kepemimpinan (Huber, 2006).
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan
di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan
melalui: saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan
pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi
(Swanburg, 2000). Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf
dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada tujuan (Soeroso,
2003).
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap hari
(Nursalam, 2012). Komunikasi membentuk inti kegiatan manajemen dan melewati semua
proses manajemen (Marquis dan Huston, 2010).
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari keputusan
yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara manajer
dan staf
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak terpisahkan
dalam organisasi
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat, lengkap dan
cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.
Douglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas teknis
yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan
perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas
perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi, dan
evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen

C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan menurut Arni (2009) menyatakan bahwa


arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam
organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain sebagai berikut :

a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan menyebabkan
pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan. Umumnya
para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau
memberikan informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut
tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk
memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan
kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.
b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan
dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang
disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak
menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal, buklet dan film
sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan.
c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis,
maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah,
dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca
oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak
membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap
penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak dibaca.
d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah.
Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan
tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah
pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.
Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan
maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.
e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini
dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara
pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya
kepada pimpinan.

D. LANGKAH SUPERVISI RUANG RAWAT


Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber- sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan
anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas
dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah
menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan
dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana,
2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah : 1) pengarahan harus lengkap dan
mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan
lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu
waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan
yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada
saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi
perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008) :
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya
akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan
pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi
komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan
pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

2. Secara Tidak Langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung, yaitu :
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar.

E. PERAN KEPALA RUANGAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN


Peran adalah kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi
khusus seperti ibu, anak, dokter, perawat dan sebagainya (Maramis, 2006). Soekanto
(1990) menyatakan bahwa peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status) dan apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran.
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi tanggung
jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang
rawat (Depkes, 1994). Kepala ruangan secara administratif dan fungsional
bertanggung jawab kepada kepala bidang perawatan, secara teknis medis operasional
bertanggung jawab kepada dokter penanggung jawab atau dokter yang berwenang.
F. PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR AKREDITASI
(SNARS Edisi 1.1, 2019)
Kepala Ruangan atau Kepala unit pelayanan merupakan Satu atau lebih individu
yang kompeten ditetapkan sebagai kepala unit di setiap pelayanan di rumah sakit sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pelayanan klinis, hasil asuhan klinis pasien, dan
manajemen suatu rumah sakit secara keseluruhan dihasilkan dari kegiatan klinis dan
manajerial tiap departemen serta unit pelayanan. Kinerja departemen atau unit pelayanan
yang baik membutuhkan kepemimpinan yang jelas dari individu yang kompeten. Dalam
departemen atau unit layanan yang lebih besar maka kepemimpinannya dapat dipisah-
pisahkan. Dalam hal semacam itu maka tanggung jawab masing-masing didefinisikan secara
tertulis. Sebagai contoh Departemen laboratorium, mempunyai kepala Departemen dan
mempunyai kepala unit laboratorium patologi klinik, kepala unit laboratorium anatomi,
laboratorium, dan lainnya. Kepala Departemen dalam standar ini untuk selanjutnya disebut
Koordinator Pelayanan.
Tiap koordinator dan kepala unit pelayanan melakukan identifikasi kebutuhan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya serta mengusulkan kepada direksi rumah
sakit. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa staf, ruang, peralatan, dan sumber daya
lainnya tersedia memadai setiap saat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Meskipun para
Koordinator Pelayanan atau Kepala Unit Pelayanan telah membuat rekomendasi atau usulan
mengenai kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, kebutuhan tersebut
kadang-kadang berubah atau tidak terpenuhi. Karena itu, Koordiantor pelayanan/Kepala unit
pelayanan harus memiliki proses untuk merespons kekurangan sumber daya supaya
pelayanan di unit pelayanan tetap aman dan efektif terjamin mutunya bagi semua pasien.
Koordinator pelayanan dan unit layanan mempertimbangkan pelayanan yang
diberikan dan direncanakan oleh departemen atau unit layanan tersebut serta pendidikan,
keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan oleh staf profesional dari
departemen tersebut dalam melakukan pelayanan. Koordinator pelayanan dan unit layanan
menyusun kriteria yang mencerminkan pertimbangan ini dan kemudian memilih staf berdasar
atas kriteria tersebut. Pemimpin departemen dan unit layanan juga dapat bekerja sama
dengan departemen sumber daya manusia dan departemen lainnya dalam proses seleksi
berdasar atas rekomendasi mereka.
Adapun elemen penilaian seorang kepala unit pelayanan atau kepala ruangan sesuai
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS ed. 1.1, 2019) pada kelompok kerja (POKJA) Tata
Kelola Rumah Sakit (TKRS Elemen ke 9) yaitu :
1. Ada regulasi tentang persyaratan jabatan, uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang
untuk setiap kepala unit pelayanan serta termasuk bila ada koordinator pelayanan yang
tertuang di dalam pedoman pengorganisasian unit pelayanan tersebut.
2. Setiap kepala unit pelayanan dan koordinator pelayanan (bila ada) telah sesuai dengan
persyaratan jabatan yang ditetapkan.
3. Setiap kepala unit pelayanan telah melakukan identifikasi dan mengusulkan kebutuhan
ruangan, teknologi medis, peralatan, ketenagakerjaan sesuai dengan standar kepada
Direktur Rumah Sakit, dan telah mempunyai proses yang dapat diterapkan untuk
menanggapi kekurangan (catatan: bila di unit pelayanan ada koordinator pelayanan maka
usulan kepada Direktur Rumah Sakit diajukan melalui koordinator pelayanan).
4. Setiap kepala unit pelayanan telah menyusun pola ketenagaan yang dipergunakan untuk
rekruitmen yang akan ditugaskan di unit pelayanan tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
5. Setiap kepala unit pelayanan telah menyelenggarakan orientasi bagi semua staf baru
mengenai tugas dan tanggung jawab serta wewenang mereka di unit pelayanan tempat
mereka bekerja.
6. Dalam orientasi itu diberikan materi tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
serta Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Dari elemen penilaian diatas didapatkan bahwa pengarahan yang dilakukan oleh
kepala ruangan atau kepala unit pelayanan yaitu :

1. Pengarahan dalam kebutuhan ruangan seperti sarana ruangan, peralatan medis dan
peralatan kantor (alat tulis menulis).
2. Pengarahan dalam tugas yang akan ditugaskan pada anggota dibawahnya.
3. Kepala ruangan melakukan orientasi (pengenalan) pada staf keperawatan yang baru
tentang tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
4. Kepala ruangan menjelaskan dan mengarahkan anggotanya untuk senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan dan memperhatikan keselamatan pasien.
5. Kepala ruangan mengarahkan anggotanya untuk senantiasa mencegah terjadinya infeksi
di ruangan.
6. Kepala ruangan membimbing anggotanya untuk senantiasa melakukan pelayanan yang
sesuai standar yang telah ditetapkan.
7.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengarahan merupakan proses membimbing, mengatur dan memberikan instruksi
pada bawahan agar bekerja sesuai dengan prosedur ataupun aturan yang telah ditetapkan.
Selain itu fungsi pengarahan juga mencakup pemberian motivasi, mendelegasi dan
memanajemen konflik. Suatu pengarahan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya,
keterbukaan, kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang berlebihan, ketepatan waktu dan
penyaringan pesan.
Supervisi keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menemukan
masalah yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan. Dengan kegiatan ini diharapkan
kualitas dan mutu asuhan keperawatan tetap terjaga sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Supervisi dapat dilakukan secara langsung yaitu supervisor turun langsung dalam kegiatan
pelayanan dan memberikan pengarahan pada perawat. Supervisi juga dapat dilakukan secara
tidak langsung dengan menganalisis laporan tertulis maupun lisan seperti menganalisis
dokumentasi asuhan keperawatan, apakah sudah sesuai dengan standar ataupun ada
kekeliruan. Kedua supervisi ini dapat dilakukan keduanya sesuai kebutuhan dan masalah
yang terjadi di lapangan.

Kepala ruangan merupakan seorang yang diberi tanggung jawab mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di suatu ruangan. Dalam hal ini, seorang kepala ruangan menjadi
manajer keperawatan yang dapat mengatur, mengarahkan, mendelegasikan dan mensupervisi
anggotanya dalam pelayanan keperawatan. Seorang kepala ruangan juga melakukan analisis
mengenai kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di ruangan tersebut dan
mengkoordinasikan dengan direksi rumah sakit.

Dalam praktek pengarahan kepala ruangan yang sesuai standar akreditasi rumah sakit,
kepala ruangan dapat melakukan hal-hal seperti pengarahan saranan ruangan, peralatan
medis dan peralatan kantor. Selain itu, kepala ruangan juga dapat mengarahkan anggotanya
mengenai tugas dan kewajiban yang harus dilakukan anggotanya, apalagi ketika mendapat
staf yang baru, maka kepala ruangan memberikan orientasi tentang ruangan dan tanggung
jawabnya. Kepala ruangan mengarahkan anggotanya supaya senantiasa menjaga mutu dan
keselamatan pasien, serta mencegah terjadinya infeksi sehingga pelayanan yang diberikan di
ruangan berkualitas dan sesuai standar yang telah ditetapkan.

B. SARAN
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang
praktek pengarahan di ruangan. Kami berharap mahasiswa mengerti tugas kepala ruangan
yang menjadi manajer keperawatan yang dapat melakukan praktek pengarahan sesuai
standar. Kami berharap mahasiswa dapat mempelajari manajemen keperawatan ini dan
mempraktekkannya langsung ketika mereka bekerja. Kami sarankan agar senantiasa menjaga
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas dan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Huber, D.L. (2006). Leadership And Nursing Care Management. (3rd Ed). USA: Elsevier
Humasfik. (2016). Peran Kepemimpinan dalam Peningkatan Keselamatan Pasien. Jakarta: EGC.
Keliat, Dkk. (2006). Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta.
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Maramis, W. P. (2006). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahmatul (2017). Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi.
Banjarmasin : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa
Sitorus, R., & Panjaitan. (2011). Manajemen Kereperawatan : Manajemen Keperawatan di
Ruang Rawat . Jakarta: Sagung Seto.
Swansburg, R. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai