Eko Susanto
Dessy Andriani
Dyah Purnamasari
Lili Yunita
Nelly Indriati
Puji Lestari
M. Ajani
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Askep Keluarga Dengan Masalah Kesehatan Lazim Di Indonesia”. Tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Keluarga.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk kami
jadikan sebagai bahan evaluasi ke depannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
DAFTAR IS.................................................................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 mengemukakan bahwa
8,3% penduduk di seluruh dunia mengalami Diabetes Melitus (DM), prevalensi ini
meningkat dari tahun 2011 yaitu 7,0% dan diprediksikan pada tahun 2035
prevalensi DM akan meningkat menjadi 10,0%. Indonesia merupakan negara
yang menempati urutan ke-7 setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil,
Rusia dan Mexico dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita.Jumlah
penduduk dewasa di Indonesia (umur20-79 tahun) adalah sebanyak 156,7 juta jiwa.
Prevalensi penderita DM di Indonesia pada usia 20-79 tahun adalah sebesar 5,8%
dengan jumlah kematian sebanyak 176 ribu orang. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 didapatkan proporsi 6,9 % penduduk di Indonesia menderita
DMdengan estimasi jumlah penduduk >15 tahun sejumlah 176 juta sehingga
diperkirakan 12 juta penduduk di Indonesia mengalami DM. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2015,dari 603.840 kasus Penyakit Tidak Menular (PTM)
yang dilaporkan, DM menduduki urutan ke-2 setelah hipertensi dengan persentase 18,33
%(110.684 orang).
Setiap keluarga memiliki sifat berbeda-beda, ada yang sangat peduli dengan
kesehatan anggota keluarganya dan ada juga yang kurang perhatian dalam
pengambilan keputusan ,kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor
resiko,dan ketidaktepatan aktifitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan serta
kurang perhatian terhadap penyakit menyebabkan munculnya masalah keperawatan
keluarga yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga (Herdman, 2015)
Menurut Damayanti (2014) manajemen kesehatan keluarga yang tidak efektif pada
kasus diabetes melitus apabila dibiarkan dan tidak segera ditangani maka
dapat menimbulkan komplikasi yaitu komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Selain itu juga dapat menimbulkan dampak negatif baik secara
fisik, psikologis, sosial maupun ekonomi. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan dan penanggulangan diabetes melitus dengan cara mengatur
manajemen kesehatan keluarga dalam mengelola diabetes melitus yang dengan
cara pemberian edukasi kepada keluarga (Friedman, 2010) Berdasarkan hal-hal
diatas dan masih tingginya angka diabetes melitus serta tingkat manajemen kesehatan
keluarga yang tidak efektif maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan“
Asuhan keperawatan keluarga pada pasien Diabetes Melitus dengan fokus study
ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada pasien diabetes mellitus
dengan fokus studi ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
2. Tujuan Khusus.
Mendeskripsikan pengkajian sampai evaluasi keperawatan pasien keluarga
pada diabetes mellitus dengan fokus studi ketidakefektifan manajemen kesehatan
keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Manifestasi Klinisa.
a. DM tipe 1
Tanda dan gejela yang muncul pada DM tipe 1 menurut Khardori (2016)
adalah:
1) Poliuria.
2) Polidipsia.
3) Polifagia.
4) Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
b. DM tipe 2
Tanda dan jelas yang muncul pada DM tipe 2 menurut Khardori (2016) adalah :
1) Gejala klasik seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan kehilangan berat badan.
2) Penglihatan kabur.
3) Parestesia pada ekstremitas bawah.
4) Infeksi jamur, misalnya balanitis pada laki-laki.Adapun beberapa tanda
gejala lain menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI,2013)
keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
4. Patofisiologi
Hasdianah dan Suprapto (2016) mengungkapkan sebagian besar gambaran
patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat
kurangnya insulin berikut :
a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.Pasien-pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160–180
mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurang energi
sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atauhilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer,
ini akan memudahkan terjadinya gangrene.
5. Pathway
6. Komplikasi
Menurut Kemenkes RI (2014) hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh tertutama syaraf dan
pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering terjadi adalah :
a. Meningkatnya resiko penyakit jantung dan stroke.
b. Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki,
infeksi,dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
c. Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina.
d. DM merupakan penyebab utama gagal ginjal.
e. Resiko kematian penderita DM secara umum adalah dua kali lipat dibandingkan
bukan penderita DM.
ADA (2014) juga menyatakan beberapaa komplikasi jangka panjang dari DM
diantaranya :
a. Retinopati dengan potensi menurunkan penglihatan.
b. Nefropati yang menyebabkan gagal ginjal.
c. Neuropati perifer dengan resiko ulkus kaki.
d. Charcot joints/neurophatic arthropathy didefinisikan sebagai perubahan pada tulang
dan sendi yang terjadi akibat kehilangan sensasi dan berbagai macam gangguan
lainya.
e. Neuropati otonom yang menyebabkan terjadinya gastrointestinal, urogenital, dan
kardiovaskuler serta disfungsi seksual.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien DM menurut Smeltze, Bare, Hinkle, dan
Cheever (2010) antara lain:
a. HbA1c(A1c)
b. Profil lipid puasa (Fasting lipid profile)
c. Tes untuk mikroalbuminuria (Test for microalbuminuria)
d. Tingkat kreatinin serum (Serum creatinine level)
e. Urinalisis (Urinalysis)
f. Elektrokardiogram (Electrocardiogram)
8. Penatalaksanaan
Pilar penatalaksanaan diabetes mellitus menurut PERKENI (2013) diantaranya
adalah:
a. Edukasi
b. Terapi gizi medis
c. Latihan jasmani
d. Intervensi farmakologis
Menurut Setiawan, Ridwan (2016) Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga yaitu
data umum keluarga,riwayat dan tahap perkembangan keluarga, pengkajian
lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga yang terdiri dari: fungsi afektif,
fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan yang dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas keluarga (mengenal masalah, mengambil
keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan), fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, stres dan koping
keluarga, pemeriksaan fisikserta harapan keluarga.
Ada beberapa hal yang perlu dikaji untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam melakukan tugas pemeliharaan kesehatan anggota keluarga, yaitu Apakah
keluarga mengetahui penyakit yang sedang dialami oleh anggota keluarganya?, Apakah
keluarga mengetahui penyebab dari masalah kesehatan yang dialami oleh
anggota keluarganya?, Apakah keluarga mengetahui proses terjadinya penyakit yang
dialami oleh anggota keluarganya?, Apakah keluarga dapat menentukan tindakan
yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatannya?, Apakah keluarga dapat
melakukan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatannya?,
Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatanny?, Apakah keluarga mampu mencari sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang dapat mengatasi masalah kesehatannya?, Apakah keluarga bersedia
membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan (Setiawan, Ridwan, 2016)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang responmanusia
terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respons dari
seorangindividu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman & Kamitsuru, 2015).
Menurut Gordon dalam Marilyn M. Friedman (2010) diagnosa keperawatan
keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga
yang memiliki ketrampilan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya
memberikan pendidikan dan pengalaman. Terdapat tiga tipologi diagnosa
keperawatan meliputi diagnosis aktual, resiko,dan potensial (Harmoko, 2012).
Menurut Suyono (2007) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien
dengan diabetes melitus antara lain:
a. Resiko Ketidakstabilan Gula Darah
b. Kekurangan Volume Cairan
c. Gangguan Integritas kulit
d. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
Menurut Herdman, T. Heather (2015) Ketidakefektifan Manajemen
Kesehatan Keluarga yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam
proses keluarga suatu program untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang
tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu.
Faktor berhubungan yang dapat berkaitan dengan diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga yaitu:
a. Kerumitan regimen terapeutik
b. Kerumitan sistem pelayanan kesehatan
c. Kesulitan ekonomi
d. Konflik keluarga
e. Konflik pengambilan keputusan.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
keperawtan dengan melibatkan anggota keluarga ( Setiawan, Ridwan, 2016).
Rencana keperawatan keluarga ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan diantaranya mengenal atau
menstimulasi kesadaran dan penerimaan mengenaimasalah kesehatan, memutuskan
cara perawatan yang tepat, meningkatkan kepercayaan diri merawat anggota
keluarga yang sakit,menciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan, serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Mubarak, 2009).
Menurut Kozier, Barbara (2010) dalam proses menyusun rencana asuhan
klien, perawat melakukan aktivitas sebagai berikut:
a. Menetapkan prioritas
b. Menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan pada klien
c. Memilih intervensi keperawatan
d. Memilih program keperawatan.
4. Implementasi
Menurut Kozier, Barbara (2010) pada proses keperawatan, implementasi
adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Perawat melaksanakanatau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implmemntasi dengan mencatat tindakan keperawtan dan respon klien terhadap
tindakan tersebut.
Menurut Bulecheck, M. Gloria, dkk (2016) implementasi dari NIC dari
ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga yaitu:
a. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai tanda dan gejala penyakit.
b. Memberikan penjelasan tentang patofisiologi penyakit.
c. Mengedukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol atau
meminimalkan gejala atau terapi diit.
d. Menentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan pasien dan pandangan
penyedia perawatan kesehatan mengenai kondisi pasien.
e. Membantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang mungkin
akan membantu dalam membuat pilihan yang penting dalam hidup.
f. Mengajarkan pasien dalam proses perawatan.
g. Memberikan penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan.
h. Memberikan penjelasan tentang prosedur atau penanganan.
i. Menentukan kebutuhan rumah pasien.
j. Melibatkan pasien atau keluarga dalam memutuskan kebutuhan
pemeliharaan rumah.
k. Membantu keluarga memilih profesional perawatan kesehatan yang tepat.
l. Mendorong konsultasi dengan profesional perawatan kesehatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Setiawan, Ridwan, 2016).
Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP
(Subyektif, Obyektif, Analisa, dan Planning). Evaluasi terhadap asuhan
keperawatan juga dilakukan dengan melakukan penilaian tingkat kemandirian
keluarga. Pada saat pengkajian, kemandirian keluarga dikaji untuk mengetahui
tingkat kemandirian keluarga sebelum diberikan tindakan keperawatan, sedangkan pada
saat evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian keluarga setelah
tindakan keperawatan keluarga (Padila, 2012).
Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran ataupenyuluhan bersama
keluarga yaitu secara subyektif dengan mengajukan pertanyaan secara lisan diakhir
penyuluhan. Evaluasi sumatif untuk menilai perubahan perilaku keluarga tidak
dapat dilakukan secara maksimal karena terbatasnya waktu sehingga evaluasi
tidak atau belum mencapai hasil yang diharapkan (Jhonson & Leny, 2010).
Evaluasi yang diharapkan dalam asuhan keperawatan pada keluarga dengan DM
adalah:
a. Keluarga mampu memahamidan menyebutkan kembali tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan serta pentalaksanaan diit DM.
b. Keluarga mampu menunjukkan ekspresi paham setalah dilakukan penyuluhan
tentang DM dan penatalaksanaan diit pada DM.
c. Keluarga mampu melakukan tindakan yang sudah direncanakan tentunya pada
perilaku yang lebih baikdalam hal ini kepatuhan dalam diit DM.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
AAgustin, R. W., dkk. (2019). Status Hemodinamik Pasien yang Terpasang Endotracheal
Tube dengan Pemberian Pre Oksigenasi Sebelum Tindakan Suction di Ruang
Intensive Care Unit. Gaster. 17(1): 107-117.
Andarmoyo, S. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Brunner, L & Suddarth, D. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (H. Kuncara,
A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, terjemahan). (Ed.8) Vol.2 Jakarta : EGC
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., Burley, J. B. (2010). Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnose Keperawatan. Jakarta : EGC
Hayati, T., dkk. (2019). Perbandingan Pemberian Hiperoksigenasi Satu Menit dan Dua
Menit pada Proses Suction terhadap Saturasi Oksigen Pasien Terpasang Ventilator.
Journal Of Telenursing.1(1): 67-79.
Hudak , C. M, & Gallo, B. M. 2013. Critical Care Nursing: a Holistic Approach. Philadelpia :
JB Lipincot.
ICCMU. (2014). Suctioning an Adult ICU Patient with an Artificial Airway :A Clinical Practice
Guideline.
Morto, P. G., dkk. (2013). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistic. Jakarta : EGC
Muttaqin, A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
Pavana, N. E., & Pipit. (2019). Analisis Paraktek Keperawatan pada Pasien
Meningocephalitis dengan Intervensi Inovasi Close Suctiondan Hiperoksigenasi
terhadap Perubahan Saturasi Oksigen di Ruang ICU. 1-9.
Permatasari, A., Agustin, W. R., & Rahmawati, I. (2015). Pengaruh Hiperoksigenasi
terhadap Status Oksigenasi pada Pasien Kritis yang Dilakukan Tindakan Suction
Endotracheal Tubedi ICU RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso. 1-8.
Sabiston, D. C. (2010). Sabiston’sEssentials Surgery. Jakarta : EGC
Sudoyo, A. W., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
PublishingSundana, K. (2010). Ventilator Pendekatan Kritis di Unit Perawatan
Kritis. Jakarta : Balai Pustaka
1
Superdana, G. M., & Sumara, R. (2015). Efektifitas Hiperoksigenasi pada Proses
Suctioningterhadap Saturasi Oksigen Pasien dengan Ventilator Mekanik di Intensive
Care Unit. The Sun. 2 (4): 17-23