Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

S DENGAN PRE DAN


POST OPERASI TONSILEKTOMI DIRUANG TERATAI
RSUD Prof. dr. MARGONO SOEKARJO

Mardiana Murdiono1
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email : jurnalyakpermas@gmail.com

Eko Julianto2
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email : jurnalyakpermas@gmail.com

Sudiarto3
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email : jurnalyakpermas@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan radang tonsil
hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai
tonsil sehingga disebut sebagai tonsil ofaringitis. Tujuan : Asuhan keperawatan medikal bedah
pada An. S dengan pre dan post operasi tonsilektomi diruang teratai RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Metode : Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data adalah
dengan wawancara dengan pasien dan keluarga pasien, mengobsevasi keadaan pasien dan
melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap Head to toe, membaca buku status pasien serta
mencari informasi tentang pasien dari perawat yang ada diruang teratai RSUD Margono Soekarjo.
Hasil : Evaluasi keperawatan pada tanggal 30 maret 2017 jam 13:30 WIB untuk diagnosa nyeri akut
teratasi sebagian dan sudah berkurang dengan indikator melaporkan adanya nyeri yang awalnya
berat menjadi ringandengan tujuan menjadi ringan, ekspresi nyeri pada wajah yang tadinya
sedang menjadi tidak ada, frekuensi nyeri yang awalnya berat menjadi ringan dengan tujuan
menjadi ringan. Kesimpulan : penulis menemukan cara baru dalam melakukan perawatan di
ruangan mendukung dan senantiasa selalu membantu pada saat penulis melalukan tindakan.
Penulis tidak menemukan hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan pada pada pasien
pre operasi tonsilektomi.
Kata Kunci: Tonsilektomi, Pre Post Operasi

ABSTRACT
Background: Tonsillitis is an inflammation of the tonsils which is still mild. Inflammation of the tonsils
almost always involves the surrounding organs so that infection of the pharynx usually affects the tonsils so
it is called tonsil ofaryngitis. Objective: Medical surgical nursing care in An. S with pre and post surgery
tonsillectomy in the lotus room Prof. Hospital. Dr. Margono Soekarjo. Methods: The method used by the
author in collecting data is by interviewing the patient and the patient's family, observing the patient's
condition and performing a complete physical examination Head to toe, reading the patient's status book and
seeking information about the patient from the nurse in the lotus room at Margono Soekarjo Hospital. .
Results: Nursing evaluation on March 30 2017 at 13:30 WIB for diagnosis of acute pain was partially
resolved and had reduced with indicators reporting that pain was initially severe to mild with the aim of
being mild, facial expressions of pain that had previously been absent, frequency of pain from heavy to light
with the aim of being light. Conclusion: the authors find new ways of doing care in the room to support and
always help when the author takes action. The authors found no obstacles in carrying out nursing actions in
preoperative tonsillectomy patients.
Keywords: Tonsillectomy, Pre Post Operation

PENDAHULUAN Tonsil adalah massa jaringan


limfoid yang terletak di fosa tonsil

ISSN 2502-1524 Page | 92


Mardiana Murdiono : Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Pre Dan Post
Operasi Tonsilektomi

pada kedua sudut orofaring. Tonsil Tonsilektomi adalah suatu


dibatasi dari anterior oleh pilar tindakan invasif yang dilakukan untuk
anterior yang dibentuk otot mengambil tonsil dengan atau tanpa
palatoglosus, posterior oleh pilar adenoid. Tonsilektomi dilakukan
posterior dibentuk otot apabila tonsilitis terjadi secara
palatofaringeus, bagian medial oleh berulang 7 kali dalam 1 tahun, 5 kali
ruang orofaring, bagian lateral dibatasi dalam 1 tahun dalam kurun waktu 2
oleh otot konstriktor faring superior, tahun, 3 kali dalam 1 tahun dalam
bagian superior oleh palatum mole, kurun waktu 3 tahun, dan apabila
otot konstriktor faring superior tonsilitis tidak memberikan respon
(Williams & Wilkins, 2006). terhadap pemberian antibiotik (Wijaya
Tonsilitis adalah peradangan dan Putri, 2013).
pada tonsil yang masih bersifat ringan Pola penyakit THT (Telinga
radang tonsil hampir selalu melibatkan Hidung Tenggorokan) bervariasi pada
organ sekitarnya sehingga infeksi pada tiap-tiap negara. Banyak faktor
faring biasanya juga mengenai tonsil lingkungan dan sosial diyakini
sehingga disebut sebagai tonsil bertanggung jawab terhadap etiologi
ofaringitis. Ada dua macam tonsilitis, infeksi penyakit tonsilitis. Penelitian
yaitu tonsilitis akut dan kronis. yang dilakukan di Departemen THT
Tonsilitis akut adalah infeksi tonsil Islamabad Pakistan selama 10 tahun
yang bersifat akut. Sedangkan (Januari 1998 – Desember 2007) dari
tonsilitis kronis adalah peradangan 68.488 kunjungan pasien didapati
dan pembengkakan jaringan tonsil penyakit tonsilitis kronis merupakan
yang terjadi berulang kali (Wijaya dan penyakit yang paling banyak dijumpai
Putri, 2013). yakni sebanyak 15.067 (22%)
Penyebab tonsilitis adalah penderita. Sementara penelitian yang
infeksi bakteri streptococcus atau dilakukan di Malaysia pada poli THT
infeksi virus. Tonsil berfungsi Rumah Sakit Serawak selama 1 tahun
membantu menyerang bakteri dan dijumpai 8.118 kunjungan pasien dan
mikroorganisme lainnya sebagai jumlah penderita penyakit tonsilitis
tindakan pencegahan terhadap infeksi. menempati urutan ke empat yakni 657
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri (8,1%) (Depkes RI, 2008).
maupun virus, sehingga membengkak Dalam analisa tentang ke
dan meradang, menyebabkan kambuhan penyakit-penyakit kronis
tonsilitis. pada saluran nafas atas dilakukan
Tonsilitis dapat menimbulkan penelitian terhadap total populasi lebih
gejala sakit menelan, panas dan dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika
sumbatan jalan nafas. Jika ada abses Serikat mendapatkan prevalensi
peritonsil, maka dapat dilakukan penderita tonsilitis sebanyak
tindakan seperti pengangkatan tonsil 15,9/1.000 penduduk. Menurut
atau sering disebut tonsilektomi penelitian di Rusia mengenai
(Sriyono, 2006). prevalensi dan pencegahan keluarga

ISSN 2502-1524 Page | 93


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman : 92-104

dengan tonsilitis didapatkan data diruang teratai RSUD Margono


bahwa sebanyak 84 (26,3%) dari 307 Soekarjo.
ibu-ibu usia produktif didiagnosa Berdasarkan hasil pengkajian
menderita tonsilitis (Depkes RI, yang dilakukan oleh penulis diperoleh
2008). data sebagai berikut pengkajian pre
Data epidemologi penyakit THT operasi dilakukan pada hari senin
di 7 provinsi di Indonesia, prevalensi tanggal 27 Maret 2017 jam 11:30 WIB
tonsilitis 36 kasus/1000 penduduk dan pengkajian post operasi dilakukan
sebesar 3,8% tertinggi kedua setelah pada hari selasa 28 Maret 2017.
nasofaring akut 4,6%. Insiden
tonsilitis di Semarang 23,36% jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN
penderita tonsilitis di Semarang dari Pada bab ini, penulis akan
301 penderita dengan jenis kelamin membahas tentang asuhan
laki-laki 156 (51,8%) perempuan 145 keperawatan pada An. S dengan pre
(48,2%) yang mengalami tonsilitis dan post operasi tonsilektomi di ruang
(Mindarti, 2010). teratai RSUD Margono Soekarjo yang
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan selama 4 hari dari tanggal
penulis tertarik dan termotivasi untuk 27 sampai 30 Maret 2017.
menyusun karya tulis ilmiah dengan Asuhan keperawatan yang
judul asuhan keperawatan pada An. S akan penulis bahas sesuai dengan
dengan pre dan post operasi hasil pengkajian, analisa data,
tonsilektomi diruang teratai RSUD diagnosa keperawatan, intervensi
Prof. dr. Margono Soekarjo. keperawatan, implementasi
Tujuan umum penulisan tugas keperawatan serta evaluasi
akhir ini adalah untuk memberikan keperawatan yang penulis lakukan
asuhan keperawatan medikal bedah saat pengambilan kasus di RSUD
pada An. S dengan pre dan post Margono Soekarjo. Diagnosa yang
operasi tonsilektomi diruang teratai muncul maupun yang tidak
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. dimunculkan akan penulis bahas
sesuai dengan hasil yang penulis
dapatkan pada pasien saat pengkajian
pre dan post operasi tonsilektomi.
METODE PENELITIAN Pengkajian adalah tahapan
Metode yang digunakan oleh awal dari proses keperawatan yang
penulis dalam mengumpulkan data dilakukan secara komperhensif
adalah dengan wawancara dengan meliputi aspek biologis, psikologis,
pasien dan keluarga pasien, sosial dan spiritual untuk
mengobsevasi keadaan pasien dan mendapatkan data yang sistematis
melakukan pemeriksaan fisik secara dengan cara observasi, wawancara,
lengkap Head to toe, membaca buku pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
status pasien serta mencari informasi diagnostik guna mengetahui status
tentang pasien dari perawat yang ada pasien saat ini sehingga memudahkan

ISSN 2502-1524 Page | 94


Mardiana Murdiono : Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Pre Dan Post
Operasi Tonsilektomi

dalam menetukan perumusan susah menelan, nafsu makan pasien


diagnosa (Asmadi, 2008: 167). berkurang. Nyeri bertambah hebat
Pasien bernama An. S berusia jika pasien makan atau minum.
11 tahun dan sudah bersekolah kelas Disarankan oleh dokter untuk operasi
5 SD. Pekerjaan pasien adalah pada tanggal 28 maret 2017.
seorang pelajar. Alamat pasien yaitu Keluhan tambahan yang
Klahang Rt04/Rw02, Sokaraja. Pasien dirasakan pasien adalah tenggorokan
beragama Islam. Nomor rekam medis terasa seperti ada yang membengkak,
7938xx, jenis kelamin perempuan, pasien melaporkan nyeri secara
dengan diagnosa medis tonsil kronik. verbal, pasien terlihat menahan nyeri,
Keluhan utama yang dirasakan pasien malas makan, pasien
pasien saat pengkajian pre operasi memegangi leher (area yang sakit),
adalah pasien mengeluhkan platina tonsil membengkak kanan dan
tenggorokan nyeri terutama saat kiri, besar tonsil T4 yaitu pembesaran
menelan. Persepsi pasien terhadap melewati garis tengah, pasien terlihat
nyeri dengan karakteristik Provoking: kesakitan saat menelan, dan pasien
pembengkakan tonsil. Quality: nyeri takut dilakukan tindakan operasi.
seperti ditusuk-tusuk. Region : Pada tanggal 28 Maret 2017 untuk
Faring. Skala : Skala nyeri 5 ( dari persiapan operasi tonsilektomi,
skala 0 - 10 ). Times : nyeri hilang tindakan yang dilakukan adalah
timbul pemasangan infus RL 12 tpm dan
Keluhan utama yang dirasakan kelola therapi injeksi ampicillin 300
pasien setelah post operasi adalah mg dan dexamethason intra vena.
nyeri pada tenggorokan, persepsi Pre OP
pasien terhadap nyeri dengan Nyeri akut adalah pengalaman
karakteristik. Provoking: nyeri saat sensori dan emosional yang tidak
berbicara maupun saat diam. Quality : menyenangkan yang muncul akibat
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. kerusakan jaringan yang aktual atau
Region : daerah bekas operasi potensial atau digambarkan dalam hal
dikedua tonsil. Skala : skala nyeri 7 ( kerusakan sedemikian rupa dan
dari skala 0 - 10). Time : nyeri hilang durasinya kurang dari enam bulan
timbul (Wilkinson dan Ahern, 2012 : 530).
Riwayat penyakit sekarang Menurut Wijaya dan Putri
yang sedang diderita pasien pada saat (2013 : 118), tonsilitis terjadi akibat
pre operasi adalah tonsilitis. Pasien peradangan pada tonsil yang
datang ke poli klinik THT (Telinga, diakibatkan karena adanya bakteri
Hidung, Tenggorokan) RSUD dan virus patogen pada tonsil
Margono Soekarjo pada tanggal 27 sehingga tonsil membesar dan
maret 2017 jam 09.20 wib. Lalu mengakibatkan terjadinya rasa nyeri
pasien dipindahkan ke ruang teratai, pada tenggorokan baik saat makan
saat dilakukan pengkajian pasien atau tidak.
mengeluhkan sakit pada tenggorokan,
Stimulus Stimulus Stimulus

ISSN 2502-1524 Page | 95


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman : 92-104

ini, apabila dalam kehidupan manusia


tidak mampu terpenuhi maka akan
1. Kerusakan
menimbulkan penyakit,
NOCICEPTOR :
Jaringan ujung-ujung saraf sangat mempengaruhi kepuasan dan merasa
2. Termal bebas yang punya sedikit kehilangan. Dalam sudut pandang
3. Listrik myelin, yang tersebar keperawatan, terpenuhinya kebutuhan
4. Mekanis dikulit dan mukosa,
dasar akan sangat berpengaruh
khususnya divisera, sendi,
dinding arteri, hati, terhadap proses keperawatan, jika
kantong empedu. kebutuhan dasar terpenuhi maka
kemungkinan yang muncul adalah
Menurut Wilkinson dan Ahern akan terhindar dari berbagai risiko
(2012 : 530-531), nyeri akut penyakit, gangguan kesehatan atau
mempunyai batasan karakteristik yaitu juga menimbulkan kepuasan dan
perubahan selera makan, perubahan meningkatkan motivasi untuk
tekanan darah, laporan isyarat, mencapai kebutuhan yang lain
perilaku distraksi, gelisah, merengek, (Hidayat, 2007).
menangis, sikap melindungi area Tindakan keperawatan
nyeri, melaporkan nyeri secara verbal, dilakukan dengan tujuan setelah
ganguan tidur. Sedangkan batasan dilakukan tindakan keperawatan
karakteristik tersebut terdapat pada selama 16 jam diharapkan nyeri
pasien antara lain laporan nyeri secara berkurang atau tetap dengan kriteria
verbal, pasien memegangi area nyeri, hasil melaporkan adanya nyeri yang
pasien makan hanya habis seperempat awalnya berat menjadi ringan atau
porsi, pasien menahan rasa nyeri, tetap, ekspresi nyeri wajah berkurang
sehingga diagnosa nyeri akut yang awalnya sedang menjadi ringan,
berhubungan dengan agen injuri frekuensi nyeri berkurang yang
biologis pembengkakan tonsil tepat awalnya sedang menjadi ringan atau
untuk di munculkan. tetap.
Dalam memprioritaskan Rencana keperawatan yang
diagnosa keperawatan, terdapat dua penulis susun untuk mengatasi
macam cara yaitu berdasarkan masalah keperawatan nyeri akut
kegawatdaruratan dan berdasarkan adalah: lakukan pengkajian secara
tingkatan kebutuhan dasar manusia komperhensif termasuk lokasi,
(Hidayat, 2007). karakteristik, durasi, frekuensi,
Pada diagnosa nyeri akut kualitas dan faktor presipitasi,
penulis memprioritaskan berdasarkan rasionalnya pasien memberitahu
tingkatan kebutuhan dasar manusia tentang nyeri yang di alami dari
dalam Hierarki Maslow. Kebutuhan lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan
dasar manusia yang paling dasar faktor presipitasi. Observasi reaksi
adalah kebutuhan fisiologis dimana nonverbal dari ketidaknyamanan,
bebas dari rasa nyeri menjadi salah rasionalnya pasien gelisah atau
satu diantaranya. Kebutuhan fisiologis merengek. Observasi TTV (Tanda

ISSN 2502-1524 Page | 96


Mardiana Murdiono : Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Pre Dan Post
Operasi Tonsilektomi

Tanda Vital), rasionalnya nyeri dapat sedang tetap sedang dengan tujuan
mempengaruhi TTV. Kaji nyeri menjadi ringan.
menggunakan skala 0-10 dengan (0 : Menurut Wilkinson dan Ahern
tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan, 4-6 : (2012 : 530-531) apabila ukuran kedua
nyeri sedang, 7-9 : nyeri berat, 10 : tonsil mencapai garis tengah maka
nyeri tidak terkontrol), rasionalnya apabila belum mengicil atau dioperasi
pasien akan menetukan kualitas nyeri maka rasa nyeri masih terasa,
yang di alami menggunakan skala 0- dibuktikan dengan pasien mengatakan
10. Ajarkan pada klien tentang puasa dari jam 03:00 WIB sehingga
manajemen nyeri : teknik nafas dalam rasa sakit sedikit berkurang karena
dan teknik distraksi, rasionalnya tenggorokannya tidak tergesek
relaksasi dapat memperlancar aliran makanan . Provoking : pembengkakan
oksigen dalam darah, dapat tonsil. Quality : nyeri seperti ditusuk-
menurunkan nyeri, dan distraksi dapat tusuk. Region : Faring. Skala : Skala
mengalihkan fokus nyeri. Tingkatkan nyeri 3 (dari skala 0 - 10). Times :
istirahat, rasionalnya istirahat yang nyeri hilang timbul, terlihat ekspresi
cukup dapat membantu penyembuhan nyeri wajah, pasien bermain game
pasien. Kolaborasi pemberian untuk mengalihkan perhatian terhadap
analgetik rasionalnya analgetik dapat nyeri yang dirasakan, ukuran tonsil T4
memblok rasa nyeri (Doengoes, 2000 ; yaitu pembesaran melewati garis
Wilkinson dan Ahern, 2012). tengah, pasien di injeksi antibiotik
Tindakan keperawatan yang ampicillin dan dexamethason sebelum
dilakukan penulis untuk mengatasi operasi tonsilektomi, TD: 110/90
nyeri akut pada An. S adalah mengkaji mmHg, N: 84x/menit, S: 360 C, RR:
nyeri secara koomperhensif PQRST, 20x/menit. Untuk rencana
mengobservasi reaksi nonverbal, keperawatan dilanjutkan dengan
mengukur TTV, mengajarkan teknik rencana keperawatan post operasi.
distraksi, menganjurkan pasien Menurut Wilkinson & Nancy
istirahat. Tindakan keperawatan yang (2012), Ansietas adalah perasaan tidak
telah dilakukanpenulis berdasarkan nyaman atau kekhawatiran yang samar
intervensi yang telah direncanakan disertai respon autonom (sumber
sebelumnya.Tindakan keperawatan sering kali tidak spesifik atau tidak
dapat berjalan berkat kerjasama yang diketahui oleh individu) perasaan
baik antara penulis dengan pasien dan takut yang disebabkan oleh antisipasi
keluarga pasien. terhadap bahaya. Perasaan ini
Evaluasi pada tanggal 28 merupakan isyarat kewaspadaan yang
Maret 2017 jam 08:30 WIB diagnosa memperingatkan bahaya yang akan
nyeri akut belum teratasi dengan terjadi dan memampukan individu
indikator melaporkan adanya nyeri melakukan tindakan untuk
yang awalnya berat menjadi sedang menghadapi ancaman.
dengan tujuan menjadi ringan, Penulis memprioritaskan
ekspresi nyeri wajah yang awalnya ansietas menjadi diagnosa kedua

ISSN 2502-1524 Page | 97


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman : 92-104

karena menurut Potter dan Perry Penulis menyusun rencana


(2006:1564), kebutuhan keselamatan keperawatan dengan tujuan setelah
atau kenyamanan merupakan dilakukan tindakan keperawatan
kebutuhan kedua dimana keadaan selama 16 jam cemas pasien hilang
yang terus-menerus pada ansietas akan atau berkurang dengan kriteria hasil
meningkatkan laju metabolisme tubuh pasien mampu mengungkapkan cara
dan kebutuhan akan oksigen, tubuh mengatasi cemas, pasien mampu cara
berespon terhadap ansietas dan stres menggunakan koping, pasien rileks,
lain dengan meningkatkan frekuensi pasien melaporkan penurunan cemas.
dan kedalaman pernapasan, tubuh Intervensi yang disusun oleh
tidak bisa mentoleransi kebutuhan penulis yaitu bina hubungan saling
oksigen akibat rasa cemas maka percaya antara klien dan perawat,
keluhan yang dirasakan klien dan rasional: meminimalkan rasa cemas;
dapat menimbulkan rasa identifikasi tingkat rasa cemas pasien,
ketidaknyamanan yang dapat rasional: rasa takut yang berlebihan
mengancam kehidupan. atau terus-menerus akan
Ansietas berhubungan dengan mengakibatkan reaksi stress yang
kurang pengetahuan tentang tindakan berlebihan, libatkan keluarga untuk
operasi ditegakan dengan data yang menurunkan cemas, rasional:
memang mendukung untuk menurunkan tingkat rasa cemas
ditegakannya diagnosa tersebut karena pasien, dampingi pasien, bicara
pada pasien dan keluarganya cemas dengan tenang dan berikan ketenangan
akan dilakukan tindakan operasi. serta rasa nyaman, rasional: agar
Dalam pengkajian pada tanggal 27 pasien merasakan suasana nyaman dan
Maret2017, penulis menemukan data rileks saat dilakukan tindakan
subjektif pasien mengatakan takut keperawatan, beri dorongan kepada
dilakukan tindakan operasi. Dan pasien untuk memfokuskan pada
diperoleh data objektif pasien terlihat situasi saat ini, sebagai cara untuk
gelisah, dan wajah pasien terlihat mengidentifikasi mekanisme koping
tegang. yang dibutuhkan untuk mengatasi
Dari data subjektif dan objektif cemas, rasional: membantu pasien
yang didapatkan, penulis kemudian untuk beradaptasi dengan persepsi
menganalisa data tersebut dan stresor, perubahan atau ancaman yang
mensinkronkan data tersebut dengan mengganggu pemenuhan hidup dan
batasan karakteristik yang ada, maka peran; intruksikan pasien
penulis dapat menyimpulkan bahwa menggunakan teknik relaksasi,
data subjektif dan objektif yang rasional: mengurangi perasaan tegang
ditegakan pada diagnosa ansietas dan rasa cemas, beri pengetahuan
berhubungan dengan kurang tentang penyakitnya, rasional: agar
pengetahuan tentang tindakan operasi pasien dan keluarga mengetahui apa
sesuai dengan teori dari (Wilkinson & yang terjadi pada pasien, beri
Nancy, 2012). informasi kepada pasien dan keluarga

ISSN 2502-1524 Page | 98


Mardiana Murdiono : Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Pre Dan Post
Operasi Tonsilektomi

pasien tentang pengetahuan yang mengungkapkan koping awal: 3


belum diketahui, rasional: untuk (gangguan sedang); tujuan: 5(tidak
menambah pengetahuan pada pasien ada gangguan); akhir: 5 (tidak ada
dan keluarga pasien agar tidak selalu gangguan); pasien rileks awal: 3
bertanya-tanya (Wilkinson & Nancy, (gangguan sedang); tujuan: 5(tidak
2012). ada gangguan); akhir: 5(tidak ada
Tindakan keperawatan yang gangguan); pasien melaporkan
telah dilakukan oleh penulis untuk penurunan cemas awal: 3 (gangguan
mengatasi masalah keperawatan sedang); tujuan: 5 (tidak ada
cemas yaitu pada tanggal 27 Maret gangguan); akhir: 5 (tidak ada
2017 penulis mengkaji pasien, respon gangguan).
pasien kooperatif. Penulis mengkaji Post OP
keadaan umum An. S baik. Nyeri akut adalah pengalaman
Memberikan posisi nyaman dan sensori dan emosional yang tidak
lingkungan yang nyaman, respon: menyenangkan yang muncul akibat
membatasi pengunjung. Penulis kerusakan jaringan yang aktual atau
mengidentifikasi tingkat rasa cemas potensial atau digambarkan dalam hal
An. S, respon pasien mengatakan takut kerusakan sedemikian rupa dan
akan dilakukan operasi Penulis durasinya kurang dari 6 bulan
melibatkan keluarga untuk mengatasi (Wilkinson dan Ahern, 2012 : 530).
cemas, respon keluarga mengikuti Menurut Wijaya dan Putri (2013 :
instruksi perawat. 118), Adanya bakteri dan virus
Evaluasi tindakan keperawatan patogen pada tonsil menyebabkan
didasarkan pada respon klien yang terjadinya proses inflamasi dan infeksi
dinilai secara (SOAP). Tanggal 28 sehingga tonsil membesar. Apabila
Maret 2017 pukul 08:30 WIB, yang tonsilitis terjadi secara berulang-ulang
dilakukan penulis adalah mengkaji tujuh kali dalam satu tahun, lima kali
pasien, respon pasien kooperatif. dalam kurun waktu dua tahun, tiga
Penulis mengkaji perasaan pasien kali dalam kurun waktu tiga tahun,
tentang operasi , data subyektif: pasien maka dapat dilakukan tindakan
mengatakan tidak takut akan tonsilektomi yaitu tindakan invasif
dilakukan operasi, data obyektif: saat untuk mengambil tonsil dengan atau
ditemui penulis pasien terlihat rileks tanpa adenoid. Pada saat tindakan
dan sudah tidak terlihat gelisah. tonsilektomi akan menyebabkan
Adapun evaluasi yang terputusnya jaringan sehingga terdapat
diperoleh dari diagnosa cemas yaitu luka post operasi yang menimbulkan
masalah cemas teratasi dengan kriteria rasa nyeri akut.
hasil: pasien mampu mengungkapkan Nyeri akut mempunyai batasan
cara mengatasi cemas awal: 3 karakteristik berupa, perubahan selera
(gangguan sedang); tujuan: 5 (tidak makan, perubahan tekanan darah,
ada gangguan); akhir: 5 (tidak ada laporan isyarat, perilaku distraksi,
gangguan); pasien mampu gelisah, merengek, menangis, sikap

ISSN 2502-1524 Page | 99


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman : 92-104

melindungi area nyeri, melaporkan awalnya berat menjadi ringan atau


nyeri secara verbal, ganguan tidur tetap, ekspresi nyeri wajah berkurang
(Wilkinson dan Ahern, 2012 : 530). yang awalnya sedang menjadi ringan,
Sedangkan batasan karakteristik frekuensi nyeri berkurang yang
tersebut penulis dapatkan pada saat awalnya sedang menjadi ringan atau
pengkajian post operasi pada An S. tetap.
Data yang penulis dapatkan antara lain Rencana keperawatan yang
: pasien terlihat menahan nyeri, pasien penulis susun untuk mengatasi
memegangi area yang nyeri, laporan masalah keperawatan nyeri akut
secara isyarat, pasien menangis, adalah : lakukan pengkajian secara
sehingga diagnosa nyeri akut ini tepat komperhensif termasuk lokasi,
untuk dimunculkan. karakteristik, durasi, frekuensi,
Untuk diagnosa nyeri akut kualitas dan faktor presipitasi,
penulis memprioritaskan berdasarkan rasionalnya pasien memberitahu
tingkatan kebutuhan dasar manusia tentang nyeri yang di alami dari
dalam Hierarki Maslow. Kebutuhan lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan
dasar manusia yang paling dasar faktor presipitasi. Observasi reaksi
adalah kebutuhan fisiologis dimana nonverbal dari ketidaknyamanan,
bebas dari rasa nyeri menjadi salah rasionalnya pasien gelisah atau
satu diantaranya. Kebutuhan fisiologis merengek. Observasi TTV,
ini, apabila dalam kehidupan manusia rasionalnya nyeri dapat mempengaruhi
tidak mampu terpenuhi maka akan TTV. Kaji nyeri menggunakan skala
menimbulkan penyakit, 0-10 dengan (0 : tidak nyeri, 1-3 :
mempengaruhi kepuasan dan merasa nyeri ringan, 4-6 : nyeri sedang, 7-9 :
kehilangan. Dalam sudut pandang nyeri berat, 10 : nyeri tidak
keperawatan, terpenuhinya kebutuhan terkontrol), rasionalnya pasien akan
dasar akan sangat berpengaruh menetukan kualitas nyeri yang di
terhadap proses keperawatan, jika alami menggunakan skala 0-10.
kebutuhan dasar terpenuhi maka Ajarkan pada klien tentang
kemungkinan yang muncul adalah manajemen nyeri : teknik nafas dalam
akan terhindar dari berbagai risiko dan teknik distraksi, rasionalnya
penyakit, gangguan kesehatan atau relaksasi dapat memperlancar aliran
juga menimbulkan kepuasan dan oksigen dalam darah, dapat
meningkatkan motivasi untuk menurunkan nyeri, dan distraksi dapat
mencapai kebutuhan yang lain mengalihkan fokus nyeri. Tingkatkan
(Hidayat, 2007). istirahat, rasionalnya istirahat yang
Tindakan keperawatan cukup dapat membantu penyembuhan
dilakukan dengan tujuan setelah pasien. Kolaborasi pemberian
dilakukan tindakan keperawatan analgetik rasionalnya analgetik dapat
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri memblok rasa nyeri (Doengoes, 2000 ;
berkurang atau tetap dengan kriteria Wilkinson dan Ahern, 2012 : 530).
hasil melaporkan adanya nyeri yang

ISSN 2502-1524 Page | 100


Mardiana Murdiono : Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Pre Dan Post
Operasi Tonsilektomi

Tindakan keperawatan yang ketidakseimbangan nutrisi kurang


telah dilakukan penulis untuk dari kebutuhan tubuh
mengatasi nyeri akut adalah mengkaji berbuhungan dengan intake yang
tidak adekuat.
nyeri secara koomperhensif PQRST,
2. Diagnosa I : Nyeri akut
mengobservasi reaksi nonverbal, berhubungan dengan agen injuri
mengukur TTV, mengajarkan teknik biologis pembengkakan pada
distraksi, menganjurkan keluarga tonsil : dari tindakan penulis pada
memberi es kirim untuk mengurangi saat pengambilan kasus karya
rasa nyeri, memberikan injeksi tulis ilmiah, penulis mendapatkan
analgetik paracethamol 250mg melalui pengalaman yang dapat
digunakan untuk pengalaman
vena, menganjurkan pasien istirahat.
penulis kedepannya, meliputi :
Tindakan keperawatan yang telah penulis menemukan cara baru
dilakukan adalah berdasarkan dalam melakukan perawatan di
intervensi yang telah direncanakan ruangan mendukung dan
sebelumnya.Tindakan keperawatan senantiasa selalu membantu pada
dapat berjalan berkat kerjasama yang saat penulis melalukan tindakan.
baik antara penulis dengan pasien dan Penulis tidak menemukan
hambatan dalam melakukan
keluarga pasien. tindakan keperawatan pada pada
Evaluasi keperawatan pada pasien pre operasi tonsilektomi.
tanggal 30 maret 2017 jam 13:30 WIB 3. Diagnosa II : Ansietas
untuk diagnosa nyeri akut teratasi berhubungan dengan kurang
sebagian dan sudah berkurang dengan pengetahuan tentang tindakan
indikator melaporkan adanya nyeri operasi : pengalaman yang
penulis dapatkan dari
yang awalnya berat menjadi
pengambilan kasus karya tulis
ringandengan tujuan menjadi ringan, ilmiah dengan diagnosa ansietas
ekspresi nyeri pada wajah yang berhubungan dengan kurang
tadinya sedang menjadi tidak ada, pengetahuan tentang tindakan
frekuensi nyeri yang awalnya berat operasi meliputi : penulis lebih
menjadi ringan dengan tujuan menjadi meningkatkan hubungan saling
ringan. percaya antara penulis dengan
pasein, karena tindakan yang
dilakukan penulis dengan
SIMPULAN diagnosa ansietas berhubungan
1. Penulis menemukan 3 diagnosa dengan tindakan operasi lebih
keperawatan yang terkait dengan banyak melakukan pendekatan
masalah pre dan post operasi dengan pasien untuk mengurangi
tonsilektomi yaitu Diagnosa I : kecemasan. Saat pengambilan
Nyeri akut berhubungan dengan kasus karya tulis ilmiah penulis
agen injuri biologis tidak menemukan hambatan yang
pembengkakan pada tonsil. dapat mengganggu tindakan yang
Diagnosa II : Ansietas dilakukan oleh penulis kepada
berhubungan dengan kurang pasien. Data penunjang yang
pengetahuan tentang tindakan menunjukan pasien merasa cemas
operasi. Diagnosa III : Risiko

ISSN 2502-1524 Page | 101


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman : 92-104

yaitu : pasien mengatakan takut meliputi paracetamol dengan


dilakukan tindakan operasi. dosis 250 mg per 6 jam untuk
4. Diagnosa III : Risiko mengurangi nyeri.
ketidakseimbangan nutri kurang b. Mengajarkan teknik non
dari kebutuhan tubuh berhungan farmakologis seperti tarik
dengan intake yang tidak adekuat nafas dalam untuk
: pengalaman penulis pada saat mengurangu skala nyeri.
pengambilan kasus karya tulis 3. Diagnosa II : Ansietas
ilmiah dengan diagnosa risiko berhubungan dengan kurang
ketidakseimbangan nutrisi kurang pengetahuan tentang tindakan
dari kebutuhan tubuh operasi untuk mencegah
berhubungan dengan inatek yang terjadinya ansietas dengan
tidak adekuat : penulis lebih keadaan awal ditandai dengan
memperhatikan tentang asupan indikator dengan nilai 2 (berat)
makanan pasien, karena pasien menjadi 4 (ringan) hendaknya
merasa sulit menelan, baik itu dilakukan tindakan keperawatan
untuk makan dan pasien hanya meliputi :
makan dengan porsi 1/3 dari porsi a. Membantu pasien untuk
yang disediakan dari rumah sakit, mengidentifikasikan situasi
mukosa bibir kering dan lebih yang menentukan situasi,
pucat. Penulis sedikit menemukan dengan respon pasien
hambatan pada saat melakukan mengatakan merasa cemas
pengambilan kasus karya tulis dan takut penyakitnya akan
ilmiah, karena pasien merasa sakit tumbuh lagi.
saat b. Mengajarkan tehnik non
farmakologis seperti tarik
SARAN nafas dalam untuk
Saran yang diberikan oleh penulis mengurangi tingkat
kecemasan.
untuk pembaca apabila melakukan
4. Diagnosa III : Risiko
asuhan keperawatan pada klien ketidakseimbangan nutrisi kurang
dengan pre dan post operasi dari kebutuhan tubuh
tonsilektomi adalah: berhubungan dengan intake yang
1. Sebaiknya perawat selalu tidak adekuat.Untuk
menjelaskan tindakan meningkatkan asupan nutrisi pada
keperawatan yang akan diberikan pasien, hendaknya dilakukan
kepada pasien, supaya keluarga tindakan keperawatan meliputi :
mampu menindak lanjuti di a. Menganjurkan pasien untuk
rumah secara mandiri. makan-makanan yang lembut
2. Diagnosa I : Nyeri akut yang bertujuan untuk
berhubungan dengan agen injuri menghindari rasa sakit saat
biologis pembengkakan pada menelan.
tonsil untuk menurunkan derajat b. Memonitor intake makanan
nyeri dari skala 5 menjadi 3 pada pasien, pasien hanya
hendaknya dilakukan tindakan makan 1/3 dari porsi yang
keperawatan meliputi : disediakan, tapi pada hari ke
a. Farmakologis dengan 3 pasien menghabiskan porsi
pemberian obat analgetik makanan yang disediakan.

ISSN 2502-1524 Page | 102


Mardiana Murdiono : Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Pre Dan Post
Operasi Tonsilektomi

persahabatan ini semoga Allah


jaga hingga kesurga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terimakasih DAFTAR PUSTAKA
kepada:
1. Bapak Yuniar Deddy Kurniawan, Asmadi, (2007). Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta : EGC
S.Si., M.Kes., selaku direktur
Akademi Keperawatan Brunner & Suddarth, (2005).
“Yakpermas” Banyumas. Keperawatan Medikal Bedah
2. Bapak Eko Julianto, A.Kep., Edisi 8, Jakarta : EGC
S.Pd., M.Kes., CWCC., selaku
dosen pembimbing I yang telah Departemen Kesehata Republik
bijaksana memberi masukan dan Indonesia, (2008). Buku Tonsilitis
bimbingan kepada penulis dalam dan tonsilektomi pada anak dan
penulisan untuk menyempurnakan dewasa. Jakarta. Availabe
karya tulis ilmiah ini. fromURL:http//final_approed_ton
3. Bapak Ns. Sudiarto, S.Kep., silectomy_document 1 pdf [di
akses pada tanggal 17 september
M.Kep., CWCS selaku
2016 jam 13.28 ]
pembimbing II yang juga telah
memberikan bimbingan serta Doengoes, ME. (2000). Nursing care
dorongan dalam penulisan karya plans guidelines for planning and
tulis ilmiah ini. documenting patien care, edisi ke
4. Ibu Ns, Dwi Astuti S.Kep. selaku 3, alih bahasa 1made kariasa,
penguji I yang juga telah Jakarta. EGC
memberikan bimbingan serta
dorongan dalam penulisan Harnawati, (2006), Buku Ajar
proposal karya tulis ilmiah ini. Keperawatan Medikal Bedah,
5. Kepada Ayah dan Mamah tercinta Jakarta : EGC
dengan penuh kasih sayng dan
Hidayat Alimul, A. (2007). Pengantar
kesabaran telah membesarkan dan Konsep Dasar Keperawatan Edisi
mendidik saya hingga dapat Kedua, Jakarta. Salemba Medika
menempuh pendidikan guna
mencapai suatu cita-cita yang Mindarti, (2010), The Relationship
saya impikan dan juga kedua adik Between Titer Of Anti
saya tercinta Alvian Sandy Streptolisin O And Clinical
Purnomo dan Muhammad Arfa Symptoms In Patient With
Maulana. Chronic Tonsilitis. Makasar :
6. Teman-teman kelas 3A angkatan Medical Faculty, Hasanuddin
2014 terutama Endar Dwi University
Prayogi, FerraYanti, Indah
Nurarif, Amin Huda, dan Kusuma, Hardhi
Kurniawati dan Yeni Indriyana (2013), Aplikasi Asuhan
terimakasih atas candatawa dan Keperawatan berdasarkan
tangisan haru serta bahagia, diagnosa medis dan NANDA NIC
terimakasih atas rasa NOC, Yogyakarta : Mediaction
kekeluargaan yang begitu besar Publishing.
meski tanpa ikatan darah. Jalinan
Smeltzer, Suzanne C & Bare, B G.
(2013), Buku Ajar Keperawatan

ISSN 2502-1524 Page | 103


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Halaman : 92-104

Medikal Bedah Brunner and


Suddarth, Alih Bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monica
Ester, dkk. Edisi. 8. Jakarta : EGC
Soepardi, Efiaty Arsyad & Iskandar,
Nurbaiti (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan : Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher,
Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sriyono, F (2006), Tonsilitis, Journal


Tonsilitis Akut dan Kronis,
Availabe fromURL
http://www.fkui.com/journals/jop/
2006/PDT 4e9e3678 pdf [di akses
pada tanggal 17 september 2016
jam 13.44 ]

Wijaya, A S, dan Putri, Y M (2013),


Keperawatan Medikal Bedah 1
Teori dan Contoh Askep,
Yogyakarta : Nuha Medika.

Wilkinson, J M dan Ahern, N R (2012).


Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 9 Diagnosis
Nanda Itervensi NIC Kriteria
Hasil NOC Alih Bahasa Esti W,
Editor Dwi W. Jakarta : EGC

ISSN 2502-1524 Page | 104

Anda mungkin juga menyukai