Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN POLA MAKAN DENGAN

KEJADIAN TONSILITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINASATENE KAB. PANGKEP

Fyra wahyuni arsyad, Sri wahyuni, Agustian ipa


Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Dosen Tetap Program Profesi Ners STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Dosen Tidak Tetap STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Fyra Wahyuni Arsyad, “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Tonsilitis Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Minasatene Kabupaten
Pangkep” (Dibimbing Oleh Sri Wahyuni dan Ir. H. Agustian Ipa)

Tonsilitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya disebabkan oleh bakteri
dan virus, terbanyak dialami oleh anak usia 5-15 tahun. Salah satu penyebab tontilitis yaitu kebiasaan
minum-minuman yang dingin yang dijual di emperan jalan yang kemungkinan besar airnya tidak
dimasak terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
dan pola makan dengan kejadian tonsilitis pada anak usia sekolah dasar diwilayah kerja Puskesmas
Minasatene, Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional study, dimana data yang menyangkut variabel
independen dan dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan kemudian diolah dan dilakukan
analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah dasar, yaitu SDN 14 Bontotene
dan SDN 41 Bontotene yang masuk dalam wilayah kerja puskesmas Minasatene Kabupaten
Pangkep. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 responden. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara probability sampling dan berspesifik pada Simple Random Sampling.
Pengolahan data menggunakan komputerisasi dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat
kemaknaan = 0,05 p > 0,05 ini berarti Ho diterima dan p < 0,05 ini berarti Ho ditolak. Dari hasil
penelitian diperoleh ada hubungan antara pola makan dengan kejadian tonsilitis pada anak usia
sekolah dasar dengan nilai p value = 0,010. Penelitian ini menyarankan bagi dinas kesehatan
Kabupaten Pangkep, agar senantiasa memberikan penyuluhan kepada sekolah-sekolah dan orang
tua murid tentang pencegahan terjadinya tonsilitis pada anak, dikarenakan kasus tonsilitis ini banyak
dialami oleh anak usia sekolah dasar.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pola makan, Kejadian Tonsilitis

PENDAHULUAN yang sudah kronis (akut) biasanya tidak nyeri


Hidup sehat adalah impian setiap orang, ketika menelan, tapi jika ukurannya tonsil
namun sayangnya penyakit selalu datang, cukup besar sehingga menyebabkan kesulitan
bahkan pada saat tidak diinginkan. Salah satu menelan (Assyraf, 2010).
penyakit yang bisa datang tiba-tiba, sehingga Gejala tonsilitis atau radang amandel
bisa sangat mengganggu adalah tonsilitis. adalah penderita demam, merasa
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam dan di tenggorokan kering, kadang menggigil, lemas,
luar negeri menunjukkan bahwa masalah nyeri otot, batuk pilek, ada rasa mengganjal di
kesehatan dibidang otorhinolaringology atau leher, nyeri saat menelan ludah atau makanan
ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan minuman sehingga menjadi malas makan.
(THT) pada tonsil dan adenoid merupakan Nyeri ketika tonsilitis meradang dapat menjalar
penyakit yamg umumnya paling sering ke sekitar leher dan telinga (Darmawan,
ditemukan pada masyarakat (Sudrajat, 2008). 2008).
Tonsilitis adalah peradangan pada organ Salah satu perilaku pola makan yang
tonsil / amandel bersama pengumpulan mengundang radang tonsilitis adalah
lektosit, bakteri patogen, dan juga sel-sel epitel mengkonsumsi makanan dan minuman yang
mati. Secara medis peradangan ini ada yang tidak bersih (higienis). Selain itu, kebiasaan
akut, ditandai dengan rasa nyeri menelan dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
sering disertai demam. Sedangkan tonsilitis dijual diemperan jalan yang kebersihannya

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 1


kurang terjamin merupakan perilaku yang didiagnosa tonsilitis pada tahun 2011
dapat menyebabkan timbulnya radang berjumlah 213 orang, sedangkan data dari
tonsilitis (Hariyani, 2011). hasil observasi awal yang peneliti lakukan di
Menurut WHO, pola penyakit THT dua SD yang berbeda yaitu SDN 14 Bontotene
diberbagai negara berbeda-beda. Islamabad- dan SDN 41 bontotene ditemukan ada 32
Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998- siswa yang mengalami tonsilitis.
Desember 2007) dari 68.488 kunjungan
pasien didapati penyakit Tonsilitis Kronis BAHAN DAN METODE
merupakan penyakit yang paling banyak Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) Berdasarkan permasalahan yang diteliti,
penderita. Sementara penelitian yang maka jenis penelitian ini adalah survey
dilakukan di Malaysia pada poli THT Rumah deskriptif analitik dengan menggunakan
Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 pendekatan cross sectional study. Penelitian
kunjungan pasien dan jumlah penderita ini dilaksanakan di sekolah dasar di wilayah
penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan kerja Puskesmas Minasatene Kabupaten
keempat yakni sebanyak 657 (8,1%). Dalam Pangkep, yaitu di SDN 14 Bontotene dan SD
analisa tentang kekambuhan penyakit- 41 Bontotene. Penelitian ini dilaksanakan pada
penyakit kronis pada saluran nafas atas tanggal 25 April sampai 25 Mei 2012.
dilakukan penelitian terhadap total populasi Populasi dalam penelitian adalah
lebih dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Serikat mendapatkan prevalensi penderita siswa sekolah dasar, yaitu SDN 14 Bontotene
Tonsilitis Kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk. dan SDN 41 Bontotene yang masuk dalam
Menurut penelitian di Rusia mengenai wilayah kerja Puskesmas Minasatene
prevalensi dan pencegahan keluarga dengan Kabupaten Pangkep yang berjumlah 300
Tonsilitis Kronis didapatkan data bahwa siswa. Penentuan jumlah besar sampel
sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia didapatkan 76 responden yang memenuhi
reproduktif didiagnosa Tonsilitis Kronis. kriteria inklusi.
Menurut Depkes, RI (2006) menyatakan Jumlah responden di SDN 14
bahwa jumlah penderita tonsilitis di Indonesia Bontotene dan SD 41 Bontotene yang sesuai
terus meningkat berdasarkan data yang dengan kriteria inklusi sebanyak 76 orang,
diperoleh, jumlah pasien rawat inap yang Jumlah sampel yang digunakan dalam
disebabkan oleh penyakit tonsilitis akut penelitian adalah 76 responden.
berjumlah 4.714 orang dengan jumlah 1) Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
penderita laki-laki mencapai 2.401 orang dan sebagai berikut :
jumlah penderita perempuan mencapai 2.313 a). Anak usia sekolah dasar di wilayah
orang, sedangkan pasien yang meninggal kerja Puskesmas Minasatene
dunia akibat tonsilitis berjumlah 61 orang Kabupaten Pangkep yang hadir pada
(Depkes RI, 2006). saat pemeriksaan fisik, pembagian
Berdasarkan data epidemiologi penyakit kuesinoner dan sudah dapat baca
telinga hidung dan tenggorokan (THT) di tulis.
Indonesia pada tahun 2009, prevalensi b). Anak usia sekolah dasar di wilayah
tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis kerja Puskesmas Minasatene
akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%. Kabupaten Pangkep dari kelas 5 dan
Sedangkan insiden tonsilitis kronik di 6.
Sulawesi Selatan berkisar 23,36% dan 47% c). Anak usia sekolah dasar di wilayah
diantaranya pada usia 6-15 tahun (Asyraff, kerja Puskesmas Minasatene
2010). Kabupaten Pangkep yang bersedia
Prevalensi tonsillitis pada tahun 2010 di menjadi responden.
Kabupaten Pangkep berjumlah 112 orang dan 2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
jumlahnya terus meningkat pada tahun 2011 a). Anak usia sekolah dasar di wilayah
menjadi 134 orang. Jumlah pasien rawat inap kerja Puskesmas Minasatene
berjumlah 4 orang yang disebabkan oleh Kabupaten Pangkep yang tidak hadir
penyakit tonsillitis akut yang berjumlah 16 pada saat pemeriksaan fisik,
orang, sedangkan jumlah pasien rawat jalan pembagian kuesinoner dan belum
berjumlah 188 yang disebabkan oleh tonsillitis dapat baca tulis.
kronik. b). Anak usia sekolah dasar di wilayah
Data awal yang peneliti peroleh dari kerja Puskesmas Minasatene
Puskesmas Minasatene ditemukan jumlah Kabupaten Pangkep yang tidak
pasien usia sekolah dasar yang telah bersedia menjadi responden.

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 2


c). Anak usia sekolah dasar yang telah ditolak jika p< 0,05 dan Ho diterima jika p >
putus sekolah di wilayah kerja 0,05.
Puskesmas Minasatene Kabupaten Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol
Pangkep. ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang
berarti ada hubungan antara pengetahuan dan
Pengumpulan data pola makan dengan kejadian tonsilitis.
Pengumpulan data dengan data Sedangkan jika p > α (0,05) maka
sekunder yaitu data yang diperoleh dari hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif
tempat penelitian, yaitu SDN 14 bontotene dan ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
SDN 41 bontotene, data primer dari hasil pengetahuan dan pola makan dengan
pembagian kuesioner. Pengolahan data kejadian tonsiltis.
dilakukan dengan:
a. Editing HASIL PENELITIAN
Proses editing (penyuntingan 1. Analisis Univariat
data) dilakukan dengan memeriksakan Tabel 5.1 :Distribusi Frekuensi Responden
setiap lembar kuesioner yang telah diisi. berdasarkan Tingkatan Kelas di
Mengenai kelengkapan data, Wilayah Kerja Puskesmas
kesinambungan data dan keseragaman Mianasatene Kabupaten
data. Pangkep
b. Koding Tingkatan Frekuensi %
Pada tahap ini dilakukan ialah Kelas
pemberian nilai pada opsion dari jawaban Kelas 5 56 73,7
yang telah diisi di lapangan. Selanjutnya
dibuat daftar variabel yang tidak Kelas 6 20 26,3
diperlukan dalam kuesioner maka tidak Total 76 100,0
lagi dimasukkan di dalam daftar variabel. Sumber : Data Primer 2012
Selanjutnya untuk mempermudah
pemasukan data maka akan dibuat Pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa
format koding, kemudian hasil koding dari 76 responden, jumlah responden
kuesioner dipindahkan ke dalam tabel terbanyak berasal dari kelas 5 yaitu
koding dan pada saat itu data siap untuk sebanyak 56 siswa (73,7%) sedangkan
dimasukkan ke dalam komputer. responden yang berasal dari siswa kelas 6
c. Tabulasi data yaitu sebanyak 20 siswa (26,3%).
Mengelompokan data dalam
bentuk tabel, untuk memudahkan dalam Tabel 5.2 :Distribusi Frekuensi Responden
pengolahan data memuat sifat-sifat yang berdasarkan Jenis Kelamin di
dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Wilayah Kerja Puskesmas
Minsatene Kabupaten Pangkep
Analisis data Jenis Frekuensi %
Setelah data terkumpul kemudian Kelamin
ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang
Laki-laki 29 38,2
hendak diukur.Analisa data dilakukan melalui
tahap editing, koding, tabulasi dan uji Perempuan 47 61,8
statistik.Analisis univariat dilakukan dengan Total 76 100,0
menggunakan analisis distribusi frekuensi. Sumber : Data Primer 2012
Menggunakan bantuan program SPSS
for windows 16,0. Melalui tahapan-tahapan, Pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa
kemudian data dianalisis dengan dari 76 responden, jumlah responden
menggunakan metode uji statistik univariat terbanyak berjenis kelamin perempuan
dilakukan untuk variabel tunggal yang yaitu sebanyak 47 siswa (61,8%)
dianggap terkait dengan penelitian dan sedangkan responden berjenis kelamin
analisis bivariat untuk melihat distribusi atau laki-laki berjumlah 29 siswa (38,2%).
hubungan beberapa variabel yang dianggap
terkait dengan menggunakan uji Chi square. Tabel 5.3 :Distribusi Frekuensi Responden
Analisis data dilakukan dengan berdasarkan Umur di Wilayah
pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis Kerja Puskesmas Minasatene
yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji Kabupaten Pangkep
Chi square. Batas kemaknaan p= 0,05, Ho

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 3


Umur (tahun) Frekuensi % Pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa
9 -11 50 65,8 responden yang sedang menderita tonsilitis
12 -14 26 34,2 yaitu berjumlah 17 siswa (22,4%), dari 76
jumlah populasi yang diteliti, sedangkan
Total 76 100,0 responden yang tidak menderita tonsilitis
Sumber : Data Primer 2012 yaitu 59 siswa (77,6%).
Pada Tabel ke 5.3 menunjukkan 2. Analisis bivariat
bahwa tingkatan umur responden Tabel 5.7 : Analisis Hubungan Antara
bervariasi, dimana responden terbanyak Pengetahuan dengan
berusia 9 tahun -11 tahun berjumlah 50 Kejadian Tonsilitis di Wilayah
siswa (65,8%), selanjutnya responden yang Kerja Puskesmas Minsatene
berusia 12 tahun-14 tahun berjumlah 26 Kabupaten Pangkep
siswa (34,2%). Kejadian Tonsilitis

Tabel 5.4 :Distribusi Frekuensi Responden Tidak


Pengeta Menderita Total
berdasarkan Pengetahuan Menderita
huan
Pengetahuan Frekuensi % f % f % f %
Cukup 49 64,5 Cukup 8 10,6 41 53,9 49 64,5
Kurang 9 11,8 18 23,7 27 35,5
Kurang 27 35,5 Total 17 22,4 59 77,6 76 100,0
Total 76 100,0 p=0,089
Sumber : Data Primer 2012 Sumber : Data Primer 2012

Pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa Pada Tabel 5.7, dari 76 responden
responden yang memiliki pengetahuan diperoleh anak yang menderita tonsilitis
cukup berjumlah 49 siswa (64,5%), dengan pengetahuan cukup sebanyak 8
sedangkan responden yang memiliki orang (10,6%), dan yang pengetahuan
pengetahuan kurang sangat tinggi yaitu kurang sebanyak 9 orang (11,8%).
berjumlah 27 siswa (35,5%). Sedangkan yang tidak menderita tonsilitis
dengan pengetahuan yang cukup
Tabel 5.5 :Distribusi Frekuensi Responden sebanyak 41 anak (53,9%), dan yang
berdasarkan Pola Makan di berpengetahuan kurang sebanyak 18
Wilayah Kerja Puskesmas orang (23,7%).
Minasatene Kabupaten Berdasarkan hasil analisis data
Pangkep dengan menggunakan uji chi square
Pola Makan Frekuensi % diperoleh nilai p value = 0,089 karena nilai
Baik 51 67,1 p > 0,05 ini berarti Ho diterima Ha ditolak,
Buruk 25 32,9 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan
Total 76 100,0 kejadian tonsilitis pada anak usia sekolah
Sumber : Data Primer 2012 dasar, yang artinya kadar pengetahuan
seseorang tidak berdampak terhadap
Pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa terjadinya tonsillitis pada orang tersebut.
responden yang memiliki pola makan yang
baik yaitu 51 siswa (67,1%), sedangkan Tabel 5.8 :Analisis Hubungan Antara Pola
responden yang memiliki pola makan yang Makan Dengan Kejadian
buruk berjumlah 25 siswa (32,9%) Tonsilitis di Wilayah Kerja
Puskesmas Minasatene
Tabel 5.6 :Distribusi Frekuensi Responden Kabupaten Pangkep
berdasarkan Kejadian Tonsilitis Kejadian Tonsilitis
di Wilayah Kerja Puskesmas
Tdk
Minasatene Kabupaten Pola Menderita
menderita Total
Pangkep makan
f % f % f %
Kejadian Tonsilitis Frekuensi %
Baik 7 9,2 44 57,9 51 67,1
Menderita 17 22,4
Buruk 10 13,2 15 19,7 25 32,9
Tidak Menderita 59 77,6 Total 17 22,4 59 77,6 76 100,0
Total 76 100,0 p=0,010
Sumber : Data Primer 2012 Sumber : Data Primer 2012

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 4


Pada Tabel 5.8 dari 76 responden, 9-10 tahun dan kemudian perlahan akan
diperoleh anak yang menderita tonsilitis menyusut dengan sendirinya. Hal ini
dengan pola makan baik sebanyak 7 orang dikarenakan pada usia tersebut anak-anak
(9,2%), dan yang pola makan buruk sedang dalam masa pertumbuhan dan
sebanyak 10 orang (13,2%). Sedangkan sistem imun atau kekebalan tubuhnya juga
yang tidak menderita tonsilitis dengan pola akan ikut berkembang.
makan yang baik sebanyak 44 anak Tonsil sebenarnya adalah bagian dari
(57,9%), dan yang pola makan buruk sistem pertahanan tubuh karena posisinya.
sebanyak 15 orang (19,7%). Banyak benda asing yang melaluinya dan
Berdasarkan hasil analisis data bisa menimbulkan infeksi. Tonsil berperan
dengan menggunakan uji chi square seperti “penjaga pintu” yang akan menahan
diperoleh nilai p value = 0,010, karena nilai setiap serangan, karena itu tonsil akan
p < 0,05 ini berarti Ho ditolak Ha diterima membesar sebagai reaksi pertahanan bila
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada ada infeksi.
hubungan antara pola makan dengan Hasil penelitian ini didukung oleh
kejadian tonsilitis pada anak usia sekolah penelitan Sukarni Sulaeman (2010) dimana
dasar, yang artinya perilaku pola makan diperoleh nilai p=0,275 menunjukan bahwa
seseorang sangat berdampak terhadap tidak ada hubungan antara pengetahuan
terjadinya tonsillitis pada orang tersebut. dengan kejadian tonsititis. Hal itu
dikarenakan saat-saat seperti sekarang ini
PEMBAHASAN semakin majunya teknologi sehingga
Dari 76 responden yang bersekolah di memudahkan bagi anak-anak memperoleh
SDN 14 Bontotene dan SDN 41 Bontotene informasi tentang hal-hal yang dapat
diperoleh hasil bahwa terdapat 17 siswa yang mengundang dan memungkinkan
sedang mengalami radang tonsilitis (22,4%). seseorang mengalami tonsilitis.
Umumnya banyak dari responden yang tidak Pengetahuan merupakan salah satu
menyadari bahwa tonsil mereka telah unsur yang diperlukan dalam perubahan
mengalami hipertropi, bahkan sebagian dari pola pikir dan perilaku seseorang dalam
mereka telah lama merasakan gejala tonsilitis menjaga kesehatannya. Pengetahuan yang
yang sifatnya selalu berulang seperti nyeri cukup baik dari pihak orang tua atau siswa
saat menelan yang disertai demam pada itu sendiri tentang hal-hal yang dapat
tubuh. mengundang dan memungkinkan
Oleh karena itu berdasarkan hasil seseorang mengalami tonsilitis merupakan
penelitian dengan membandingkan teori yang dasar utama untuk meningkatkan taraf
ada, maka dapat dikemukakan bahwa : kesehatan.
1. Hubungan antara pengetahuan dengan 2. Hubungan antara pola makan dengan
kejadian tonsilitis pada anak usia Sekolah kejadian tonsilitis pada anak usia Sekolah
Dasar di wilayah kerja Puskesmas Dasar diwilayah kerja Puskesmas
Minasatene. Minasatene
Berdasarkan dari hasil uji statistik Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkkan bahwa tidak ada hubungan menunjukkan adanya hubungan antara
antara pengetahuan dengan kejadian pola makan dengan kejadian tonsilitis pada
tonsilitis pada anak usia sekolah dasar (p anak usia sekolah dasar (p value= 0,010 <
value= 0,089 > α 0,05). Berdasarkan hasil α 0,05). Berdasarkan hasil tabulasi silang
tabulasi silang diketahui bahwa responden diketahui bahwa responden yang memiliki
yang pengetahuannya cukup berjumlah 49 pola makan yang baik yaitu berjumlah 51
siswa (64,5%) dan memiliki pengetahuan siswa (67,1%) dan yang memilki pola
yang kurang berjumlah 27 siswa (35,5%). makan yang buruk yaitu berjumlah 25
Sehingga dari hasil tersebut dapat siswa (32,9%), sehingga dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan disimpulkan bahwa faktor pola makan
antara pengetahuan dengan kejadian mempunyai pengaruh terhadap kejadian
tonsilitis pada anak usia sekolah dasar, tonsilitis pada anak usia sekolah dasar,
yang artinya kadar pengetahuan seseorang yang artinya perilaku pola makan
tidak berdampak terhadap terjadinya seseorang sangat berdampak terhadap
tonsillitis pada orang tersebut. terjadinya tonsillitis pada orang tersebut.
Pada dasarnya pembesaran tonsil Menurut Efiaty Arsyad Soepardi (2010)
adalah reaksi positif. Pada anak yang kemungkinan seseorang mengidap
sehatpun, tonsil dapat membesar atau penyakit itu dipengaruhi oleh beberapa
hipertropi. Puncak pembesaran ada diusia faktor seperti keturunan, lingkungan, dan

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 5


pola makan individu tersebut. Dalam hal ini ini diperkuat oleh pemeriksaan fisik yang
pola makan memiliki peran yang sangat dilakukan peneliti yang menunjukkan
besar terhadap kesehatan seseorang, tidak bahwa ada anak yang menderita tonsilitis.
terkecuali dengan tonsilitis pada anak.
Selain itu menjaga kebersihan makan KESIMPULAN
dan minum, kebiasaan berkumur atau Berdasarkan hasil penelitian dan
menggosok gigi minimal 2 kali sehari dan pembahasan yang telah dikemukakan
mencuci tangan dengan sabun sebelum sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
makan juga sangatlah penting untuk penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
menghilangkan patogen dan kuman-kuman 1. Jumlah siswa yang menderita tonsilitis di
yang menempel ditangan yang tidak kita dua sekolah yang berbeda yaitu SDN 14
sadari selama beraktivitas sehari-hari. Bontotene dan SDN 41 Bontotene
Hasil penelitian ini didukung oleh sebanyak 17 siswa (22,4%).
penelitan wahyuni (2010) dimana diperoleh 2. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
nilai p=0,039 yang menunjukan bahwa ada dengan kejadian tonsilitis pada anak usia
hubungan antara pola makan dengan sekolah dasar.
kejadian tonsiltis. Dimana masih 3. Ada hubungan antara pola makan dengan
banyaknya anak yang memiliki kebiasaan kejadian tonsilitis pada anak usia sekolah
makan makanan yang kurang bersih dan dasar.
kurang menjaga kebersihan mulut.
Kurangnya perhatian anak tentang SARAN
pola makan yang baik dan buruk Berdasarkan proses hasil penelitian, maka
menyebabkan anak lebih cenderung dapat direkomendasikan saran dan beberapa
melakukan hal yang dapat memicu hal-hal sebagai berikut :
terjadinya peradangan pada tonsil seperti 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
kebiasaan anak yang sering jajan menjadi sumber informasi bagi pihak
sembarangan di emperan jalanan yang sekolah SDN 14 Bontotene, SDN 41
kebersihannya belum tentu terjamin, selain Bontotene dan orang tua murid kiranya
itu kebiasaan meminum air yang belum dapat meningkatkan pendidikan kesehatan
dimasak juga memberikan andil dan perilaku kesehatan pada seluruh siswa
dikarenakan didalam air masih banyak khususnya yang mengalami kejadian
patogen dan mikroorganisme yang hidup tonsilitis.
didalam air dan baru akan hilang bila 2. Diharapkan, bagi siswa agar menghindari
dilakukan pemanasan dengan teknik berbagai faktor yang dapat memicu
merebus atau memasak air terebih dahulu terjadinya tonsilitis seperti kebiasaan
sebelum dikonsumsi membeli makanan dan minuman yang
Asumsi peneliti yaitu pola mkaan dijual diemperan jalan yang kebersihannya
dapat menyebabkan tonsilitis hal ini tidak terjamin serta kebersihan mulut yang
dikarenakan a) banyaknya jawaban yang kurang.
diisi oleh anak-anak pada lembar koesioner 3. Diharapkan, bagi orang tua dan siswa itu
diberikan yang merupakan hal-hal yang sendiri agar lebih memperhatikan pola
dapat menyebabkan tonsilitis. b) kurangnya makan anaknya agar dapat erhindar dari
kesadaran anak tersebut tentang pola berbagai faktor yang dapat menimbulkan
makan yang baik sehingga tetap tonsillitis.
melakukan hal-hal yang dapat memicu 4. Diharapkan, adanya penelitian yang lebih
terjadinya tonsiltis meskipun mereka tahu lanjut tentang tonsilitis, khususnya anak-
klu hal yang dilakukannya tersebut akan anak usia sekolah dasar karena penelitian
memnimbulkan tonsilitis.c) terlebih lagi hal dibidang ini masih sangatlah kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian lingkungan. http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/02/07/pengaruh-


lingkungan-terhadap-individu/ Diakses pada tanggal 12 maret 2012.

Assyraf Najib. 2010. Tonsilitis http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23120/7/Cover.pdf. diakses pada


tanggal 12 maret 2012-03-31.

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 6


Arsyad Efiaty dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok kepala Dan leher, edisi 6. FKUI :
Jakarta.

Broek Den Van P. & L. Feenstra. 2010. Buku saku ilmu kesehatan tenggorok, hidung, dan telinga, edisi 12. EGC
: Jakarta.

Darmawan. 2008. Tonsilitis. http://loveyaya.multiply.com/journal/item/17/ tonsilitis. didiaksespada tanggal 12


Maret 2012.

Hariyani Sulistyoningsih. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Hinchliff Sue. 2001. Kamus keperawatan edisi 17. EGC : Jakarta.

Kshanti Ayu Dewi dkk. 2008. Penatalakasanaan Penyakit-penyakit Tiroid Bagi Dokter. FKUI : Jakarta.

Kusirianto. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya. Jakarta.

M. Dahlan dkk. 2000. Kamus Istilah Medis. Arkola : Surabaya.

Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta.

__________________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Riadima Trubus Yanroziz. 2009. http://www.scribd.com/doc/35835949/ Pencegahan-tonsilitis.tonsilitispadaanak.


diakses pada tanggal 12 maret 2012.

Sigit Purnomo. 2010. Tonsilitis Pada Anak. http://sigitpurnomodankeluarga. blogspot.com/2010/11/askep-


tonsilitis.html. diakses pada tanggal 12 maret 2012.

Tejoyuwono Notohadipprawiro. 2006. Konsep Lingkungan. http://soil.faperta. ugm.ac.id/tj/19XX/19xx%


20PENDIDIKAN.pdf diakases pada tanggal 12 maret 2012.

Wawan A. & Dewi M. 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Nuha Medika :
Yogyakarta.

Widodo Judarwanto. 2010. Tonsilitis Pada Anak. http://childrenallergyclinic. wordpress.com/2010/10/06/tonsilitis-


akut-atau-penyakit-amandel/.Diakses pada tanggal 12 maret 2012.

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 7

Anda mungkin juga menyukai