Anda di halaman 1dari 69

Asuhan Keperawatan pada Klien An.

”H” yang Mengalami Tonsilitis dengan


Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruangan Parkit
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
(Devya Nurfiryanti Ramli, 2019, 120 Halaman)
Program Studi Diploma III Keperawatan
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
Dewi Hestiani K, S.Kep., Ns., M.Kes

ABSTRAK

Latar Belakang : Tonsilitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya
disebabkan oleh bakteri dan virus, terbanyak dialami oleh anak usia 5-15 tahun. Dari data
yang didapatkan pada Medical Record dari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
ditemukan jumlah klien yang telah didiagnosa tonsilitis pada tahun 2015 berjumlah 388
orang, pada tahun 2016 berjumlah 326 orang, pada tahun 2017 berjumlah 113 orang, dan
sampai bulan Oktober pada tahun 2018 didapatkan 104 orang.
Tinjauan Pustaka : Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis. Penyakit ini
merupakan suatu gangguan THT. Tonsilitis dapat bersifat akut atau kronis. Bentuk akut
yang tidak parah biasanya berlangsung sekitar 4-6 hari dan pada umumnya menyerang
anak-anak pada usia 5-10 tahun. Sementara radang amandel atau tonsil yang kronis terjadi
secara berulang-ulang dan berlangsung lama.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain studi kasus, sampel diambil dari
Klien An. H yang mengalami Tonsilitis yang di rawat di ruang perawatan anak Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar. Dalam penelitian ini ditemukan masalah Nyeri Akut yang
terjadi pada Klien An. H dimana Klien nyeri tenggorokan saat menelan dan kurang nafsu
makan. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Sehingga
intervensi keperawatan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memberikan makanan
lembut/cair dan mengajarkan relaksasi nafas dalam.
Kata Kunci : Tonsilitis, Nyeri Akut
Nursing Care for An.”H” Clients Experiencing Tonsillitis with Nursing
Problems Acute Pain in the Parkit Room
At the Bhayangkara Makassar Hospital
(Devya Nurfiryanti Ramli, 2019, 120 Page)
Nursing Diploma III Study Program Mappa Oudang Makassar Nursing Academy
Dewi Hestiani K, S.Kep., Ns., M.Kes

ABSTRACT

Background : Tonsillitis is an infection (inflammation) of the tonsils (tonsils) which are


generally caused by bacteria and viruses, most commonly experienced by children aged 5
- 15 years. From the data obtained in the Medical Record from the Bhayangkara Hospital
in Makassar, it was found that the number of clients who had been diagnosed with
tonsillitis in 2015 amounted to 388 people, in 2016 there were 326 people, in 2017 there
were 113 people, and until October 2018 there were 104 people .
Literature Review : Inflammation of the tonsils is called tonsillitis. This disease is an
ENT disorder. Tonsillitis can be acute or chronic. The acute form that is not severe usually
lasts around 4-6 days and generally attacks children aged 5-10 years. While chronic
tonsillitis or tonsils occur repeatedly and last a long time.
Research Method : This study used a case study design, samples were taken from Client
An.H who has Tonsillitis treated in the child care room of Bhayangkara Hospital,
Makassar. In this study, Acute Pain problems were found in Client An.H where the client
has sore throat when swallowing and lack of appetite. Acute pain is a sensory or emotional
experience associated with actual or functional tissue damage, with sudden onset or slow
and mild to severe intensity lasting less than 3 months. So that the nursing intervention
given in this study is to provide soft / liquid food and teach deep breath relaxation.
Keywords: Tonsillitis, Acute Pain.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Sudrajat (2008) mengatakan hidup sehat adalah impian setiap
orang, namun sayangnya penyakit selalu datang, bahkan pada saat tidak
diinginkan. Salah satu penyakit yang bisa datang tiba-tiba, sehingga bisa sangat
mengganggu adalah tonsilitis. Beberapa laporan ilmiah baik di dalam dan di
luar negeri menunjukkan bahwa masalah kesehatan dibidang
otorhinolaringology atau ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
pada tonsil dan adenoid merupakan penyakit yamg umumnya paling sering
ditemukan pada masyarakat.
Menurut Assyraf (2010), Tonsilitis adalah peradangan pada organ
tonsil / amandel bersama pengumpulan lektosit, bakteri patogen, dan juga sel-
sel epitel mati. Secara medis peradangan ini ada yang akut, ditandai dengan
rasa nyeri menelan dan sering disertai demam. Sedangkan tonsilitis yang sudah
kronis (akut) biasanya tidak nyeri ketika menelan, tapi jika ukurannya tonsil
cukup besar sehingga menyebabkan kesulitan menelan.
Menurut Darmawan (2008), mengatakan Gejala tonsilitis atau radang
amandel adalah penderita demam, merasa tenggorokan kering, kadang
menggigil, lemas, nyeri otot, batuk pilek, ada rasa mengganjal di leher, nyeri
saat menelan ludah atau makanan dan minuman sehingga menjadi malas
makan. Nyeri ketika tonsilitis meradang dapat menjalar ke sekitar leher dan
telinga.
Menurut World Health Organization (WHO), Jumlah kasus yang
mungkin dilaporkan pada tahun 2018 lebih tinggi dari jumlah total kasus yang
dilaporkan pada tahun 2017 dan 2016, peningkatan yang disebabkan oleh
sensitivitas yang lebih besar dari sistem pengawasan nasional. Tingkat fatalitas
kasus di antara kasus yang dikonfirmasi oleh laboratorium atau hubungan
epidemiologis adalah 23% pada 2015, 39% pada 2016, 8% pada 2017, dan 15%
pada 2018 (WHO, 2018).
Pada tahun 2018, ada 362 kasus yang mungkin dilaporkan (antara EW
1 dan EW 49), termasuk 96 kasus yang dikonfirmasi (91 oleh laboratorium dan
5 oleh tautan epidemiologis). Selama periode yang sama, 1 Per Kementerian
Kesehatan Masyarakat dan Populasi Haiti, suatu kasus yang mungkin
didefinisikan sebagai siapa saja, dari segala usia, yang mengalami laringitis,
faringitis, atau tonsilitis dengan membran adheren palsu pada amandel, faring
dan / atau lubang hidung, terkait dengan edema pada leher (WHO, 2018).
Ada 28 kematian dilaporkan (14 dikonfirmasi oleh laboratorium atau
hubungan epidemiologis, 8 tanpa sampel laboratorium yang layak, 5 yang
masih dalam penyelidikan, dan satu yang dibuang) (WHO, 2018)..
Di antara kasus yang dikonfirmasi pada tahun 2018, tingkat kejadian
tertinggi diamati pada kelompok usia 6 hingga 14 tahun, diikuti oleh 1 hingga 5
tahun. Mayoritas kematian (63%) terjadi di antara kelompok usia 6 hingga 14
tahun, diikuti oleh 1 hingga 5 tahun (WHO, 2018).
Menurut Depkes RI (2006), menyatakan bahwa jumlah penderita
tonsilitis di Indonesia terus meningkat berdasarkan data yang diperoleh, jumlah
klien rawat inap yang disebabkan oleh penyakit tonsilitis akut berjumlah
4.714orang dengan jumlah penderita laki-laki mencapai 2.401 orang dan jumlah
penderita perempuan mencapai 2.313 orang, sedangkan klien yang meninggal
dunia akibat tonsilitis berjumlah 61 orang. Berdasarkan data epidemiologi penyakit
telinga hidung dan tenggorokan (THT) di Indonesia pada tahun 2009, prevalensi
tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%.
Sedangkan insiden tonsilitis kronik di Sulawesi Selatan berkisar 23,36% dan 47%
diantaranya pada usia 6-15 tahun (Fyra Wahyuni Arsyad, 2013).
Menurut data bagian Medical Record dari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
ditemukan jumlah klien yang telah didiagnosa tonsilitis pada tahun 2015 berjumlah
388 orang, pada tahun 2016 berjumlah 326 orang, pada tahun 2017 berjumlah 113
orang, dan sampai bulan Oktober pada tahun 2018 didapatkan 104 orang. Dilihat
dari persentase data dari 4 tahun terakhir, klien yang didiagnosa tonsilitis semakin
menurun setiap tahun (Rekam Medik RS Bhayangkara Makassar, 2018).
Setelah mencermati kasus diatas, maka penulis tertarik untuk menulis
KTI dengan tema “Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami
Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut.
2. Tujuan Khusus
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H”
yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Diketahuinya
kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan Proses Asuhan
keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami Tonsilitis dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit Rumah sakit
Bhayangkara Makassar.
a. Melakukan pengkajian pada Klien An.”H” yang mengalami Tonsilitis
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar.
b. Menegakkan Diagnosis Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
c. Menegakkan Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
d. Melaksanakan implementasi Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien
An.”H” yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan
Nyeri
Akut di Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
e. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami
Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
f. Melakukan identifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus dalam
penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami
Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi dalam ilmu keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan pada klien An. H yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut.
2. Manfaat Aplikasi
a. Manfaat bagi Perawat
Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas dalam
pemberihan Asuhan Keperawatan khususnya bagi klien yang menderita
Tonsilitis untuk membantu klien dalam proses penyembuhan.
b. Manfaat bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan suatu pelayanan
Asuhan Keperawatan pada klien khususnya Tonsilitis .
c. Manfaat bagi Klien dan Keluarga
Agar klien dan keluarga bisa mengatahui penyebab dan dampak dari
Tonsilitis dan agar tidak terjadi pada keluarga lainnya.
d. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penerapan teori-teori yang sudah diperoleh selama penelitian yang
dilaksanakan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Nyeri Akut


1. Definisi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) nyeri akut adalah
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Menurut International Assosiation for the Study of Pain (IASP)
didalam Jurnal Sandra Juwita (2015) mengatakan Nyeri akut diartikan
sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang kompleks berkaitan dengan
sensorik, kognitif dan emosional yang berkaitan dengan trauma jaringan,
proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut
berperan sebagai alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif
(reflek menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering
mengikuti nyeri akut, secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa
nyeri nosiseptif ataupun nyeri neuropatik.
Nyeri adalah ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan
fantasi luka (Carpenito, 2007).
Menurut Herdman, T. Heather (2012), nyeri didefinisikan sebagai
suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya.

2. Penyebab
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun penyebab
dari nyeri akut adalah :
a. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Menurut Sandra Juwita (2015) Nyeri akut terjadi karena adanya
kerusakan jaringan yang akut dan tidak berlangsung lama. Sedangkan nyeri
kronik, tetap berlanjut walaupun lesi sudah sembuh. Ada yang memakai
batas waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik.
3. Gejala dan Tanda Mayor
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun gejala dan
tanda mayor dari nyeri akut adalah :
a. Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya.
b. Objektif
1) Tampak meringis
Muka masam karena menahan nyeri.
2) Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri)
Sifat Klien untuk menjaga dan melindungi sesuatu seperti nyeri.

3) Gelisah

Gelisah berarti selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan
cemas.
4) Frekuensi nadi meningkat
Frekuensi nadi berada diatas normal biasanya disebabkan oleh
frekuensi jantung juga meningkat.
5) Sulit tidur
Sulit tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada
pola tidur, baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada
malam hari, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah
terbangun.
4. Gejala dan Tanda Minor
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun gejala dan
tanda minor dari nyeri akut adalah :
a. Subjektif
Tidak tersedia.
b. Objektif
1) Tekanan darah meningkat
Tekanan darah meningkat biasa ditandai dengan sakit kepala parah,
pusing, penglihatan buram, mual, kebingungan, dan sulit bernafas.
2) Pola napas berubah
Perubahan pola napas berubah biasanya cara tubuh dalam
mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.

3) Nafsu makan berubah

Hilangnya nafsu makan normal disebabkan oleh penyakit, yang


artinya kondisi tersebut hanya berupa gejala dari sebuah penyakit.
4) Proses berpikir terganggu
Turunnya kesadaran dalam diri manusia.
5) Menarik diri
Suatu percobaan untuk menghindari interaksi atau hubungan dengan
orang lain.
6) Berfokus pada diri sendiri
Memfokuskan diri untuk upaya penyembuhan.
5. Kondisi Klinis Terkait
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun kondisi klinis
terkait dari nyeri akut adalah :
a. Kondisi pembedahan
Tindakan bedah sebagai metode diagnostik untuk menemukan penyakit.
b. Cedera traumatis
Cedera yang biasanya dapat kembali normal dalam waktu empat hari.
c. Infeksi
Suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman) sehingga
menimbulkan gejala demam atau panas tubuh.
d. Sindrom koroner akut
Dimana terjadi penyumbatan yang signifikan pada arteri koroner.
e. Glaukoma
Peningkatan tekanan bola mata.
6. Skala Nyeri

Worst Pain
Possible

Gambar 2.1
Skala Nyeri
(Mae Burke, 2017)

a. Skala Angka Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)


1) 0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
2) 1 Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan
nyamuk. Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa
sakit.
3) 2 (tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
4) 3 (bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung
menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.
5) 4 (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit
dari sengatan lebah.
6) 5 (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti
pergelangan kaki terkilir
7) 6 (intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan
tidak fokus, komunikasi terganggu.
8) 7 (sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar- benar
mendominasi indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan
baik dan tak mampu melakukan perawatan diri.
9) 8 (benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi
dapat berpikir jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang
parah jika sakit datang dan berlangsung lama.
10) 9 (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa
mentolerirnya dan sampai-sampai menuntut untuk segera menghilangkan
rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya.
11) 10 (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak
sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit
ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah,
tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang
luar biasa parah (Doni Ice, 2017).
b. Dari sepuluh skala diatas dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak
terganggu).
2) Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik) Skala
nyeri.
3) 7-10 berarti Nyeri Berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara
mandiri) (Doni Ice, 2017).
c. Sedangkan untuk pengkajian nyeri itu sendiri dapat dilakukan dengan

menggunakan metode P, Q, R, S, T yaitu :


1) Provokes/Pilliates : Apa yang menyebabkan nyeri ? Apa yang
membuat nyeri lebih baik ? Apa yang menyebabkan nyeri lebih buruk
? apa yang dilakukan saat nyeri ? Dan apakah rasa nyeri tersebut
dapat membangun kan anda pada saat tertidur.
2) Quality : Bisakah Klien menggambarkan rasa nyerinya ? Apakah
seperti diiris, tajam, ditekan, ditusuk-tusuk, rasa terbakar, kram, atau
diremas-remas ? (Biarkan Klien menggunakan kata-katanya sendiri).
3) Radiates : Apakah nyerinya menyebar ? Kemana menyebarnya ?
Apakah nyeri terlokalisir disatu tempat atau bergerak ?
4) Severity : Seberapa parah nyeri nya ? Dari rentang 0-10
menggunakan skala nyeri 0-10.
5) Time : Kapan nyeri itu timbul ? Apakah cepat atau lambat ? Berapa
lama nyerinya timbul ? Apakah terus menerus atau hilang timbul ?
Apakah pernah merasakan nyeri nya sebelum ini ? Apakah nyeri nya
sama dengan nyeri sebelumnya (Doni Ice, 2017).
B. Tinjauan Tentang Tonsilitis

1. Konsep Dasar Medis


a. Anatomi dan Fisiologi
Menurut Ruiz JW (2009)
tonsil terdiri dari jaringan limfoid
yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin waldeyer merupakan jaringan
limfoid yang membentuk lingkaran
di faring yang terdiri dari tonsil
palatina, tonsil faringeal (adenoid),
tonsil lingual, dan tonsil tubal.
1) Tonsil Palatina Gambar 2.2
Tonsil palatina adalah suatu Anatomi Mulut
(Ruiz JW, 2009)
massa jaringan limfoid yang terletak
didalam fosa tonsil pada kedua sudur orofaring, dan dibatasi oleh
pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot
palatofaringeus).
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-
masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam
jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar.
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
a) Lateral - muskulus konstriktor faring superior
b) Anterior - muskulus palatoglosus
c) Posterior - muskulus palatofaringeus

d) Superior - palatum mole

e) Inferior - tonsil lingual (Wanri A, 2007)

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng


yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak
limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang
kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh
sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan
umumnya memperlihatkan pusat germinal (Anggraini D, 2001).
2) Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas
anterior adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot
palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008). Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat
nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
3) Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri
karotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis)
dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2)
arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;
3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri
faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi
oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri
tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden
dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk
pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik
melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus
faringeal (Wiatrak BJ, 2005).
4) Aliran Getah Bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju
rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian
superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke
kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya
mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh
getah bening aferen tidak ada (Wanri A, 2007).
5) Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut
saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden
lesser palatine nerves.
6) Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel
limfosit. Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit
tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi
adalah sel plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005). Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM,
IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin
berakumulasi di jaringan tonsilar (Eibling DE, 2003). Sel limfoid
yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan
pusat germinal pada folikel ilmfoid (Wiatrak BJ, 2005).
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan
untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik (Hermani B, 2004).
7) Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri
dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil.
Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen
terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.
Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian
tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai
kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan
adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan
posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium
tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing
anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi (Hermani B,
2004).
8) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua
oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang
terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).
b. Definisi
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013) mengatakan tonsilitis
akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang
tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut
sebagai tonsilofaringitis. (Ngastiyah, 2005).
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan
pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, sel-sel
epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam, Boeis, 1994 : 330).
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis
akut merupakan infeksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsilitis
kronik merupakan tonsilitis yang terjadi berulang kali. (Sjamsuhidayat &
Tong, 1997).
Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitas. Penyakit ini
merupakan suatu gangguan THT. Tonsilitas dapat bersifat akut atau
kronis. Bentuk akut yang tidak parah biasanya berlangsung sekitar 4-6
hari dan pada umumnya menyerang anak-anak pada usia 5-10 tahun.
Sementara radang amandel atau tonsil yang kronis terjadi secara berulang-ulang
dan berlangsung lama (Tuhu N, 2010).
c. Klasifikasi
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013) menyatakan bahwa hal di
bawah ini adalah Klasifikasi pada Tonsilitis :
1) Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut disebabkan streptococcus pada hemoliticus,
streptococcus viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga
disebabkan oleh virus.
2) Tonsilitis Falikularis
Tonsilitis membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi
eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut
detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat
peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3) Tonsilitis Lakunaris
Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4) Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai memban. Membran ini biasanya mudah diangkat atau
dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5) Tonsilitis Kronik

Tonsilitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik


(rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang
tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
d. Etiologi
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013) menyatakan bahwa hal di
bawah ini adalah Etiologi pada Tonsilitis :
Penyebab tonsilitis bermacam-macam, diantaranya adalah yang
tersebut dibawah ini yaitu :
1) Streptokokus Beta Hemolitikus
2) Streptokokus Viridans
3) Streptokokus Piogenes
4) Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah
(droplet infections).

Menurut Aden R (2010) menyatakan kebanyakan radang tenggorokan


disebabkan oleh virus yang sama yang menyebabkan flu biasa. Seperti flu biasa,
virus radang tenggorokan menjadi sembuh dengan sendirinya dan merupakan
sebuah masalah hanya karena membuat anak sengsara dan menyebabkan mereka
tidak masuk sekolah. Bakteri streptococcus kurang sering tetapi lebih serius
menyebabkan radang tenggorokan (streptokokus kerongkongan). Streptokokus
kerongkongan tidak umum pada anak di bawah 2 tahun. Radang tenggorokan juga
jarang disebabkan oleh infeksi yang tidak umum. Seperti infeksi mononuclecure
atau pada negara dengan tingkat vaksinansi rendah diphtheria.
Menurut Aden R (2010) menyatakan Amandel (tambalan pada jaringan
lymphoid di bagian belakang kerongkongan) juga bisa menjadi terinfeksi pada
anak dengan radang tenggorokan. Seorang dokter bisa menggunakan istilah radang
amandel terutama sekali ketika amandel membesar. Kadangkala, amandel tetap
terinfeksi meradang, atau membesar (radang amandel kronis) sesudah episode
radang tenggorokan.
Menurut Aden R (2010) menyatakan Bakteri radang tenggorokan bisa
menyebabkan peradangan yang berlangsung lama, infeksi, dan pembesaran
amandel (chronic tonsilitis), nanah di dalam lipatan amandel (cryptic tonsilitis},
dan bisul pada jaringan di samping tekak (lateralpharyngeal abscesses), di
belakang tekak (retropharyngeal abscesses), atau di sekitar amandel (peritonsiliar
abscesses). Beberapa komplikasi langka pada radang tenggorokan streptokokus
termasuk rematik glomerulonephritis, atau infeksi pada jaringan (necrotizing
fasclitis) dan aliran darah (toxic shock syndrome} yang mengancam nyawa.
e. Patofisiologi
Menurut Iskandar N (1993) dalam buku Andra Saferi Wijaya (2013)
menyatakan patofisiologi Tonsilitis yaitu kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
apabila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus
tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan
detritus disebut tonsilitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu
maka terjadi tonsilitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga
terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik
terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan
parut. Jaringan ini akan mengekrut sehingga ruang antara kelompok melebar
(kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus
kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem
limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
f. Manifestasi Klinis

Menurut Megantara Imam (2006) dalam buku Andra Saferi Wijaya (2013),
gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokandan telinga memiliki
persyarafan yang sama.
Gejala lain :
1) Demam
2) Tidak enak badan
3) Sakit kepala
4) Muntah
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Megantara Imam (2006) dalam buku Saferi Andra Wijaya (2013),
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Leukosit : terjadi peningkatan
b) Hemoglobin : terjadi penurunan
c) Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas
obat
2) Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
Menurut dr. Tjin Willy (2018) menyatakan apabila hasil tes kultur darah
menunjukkan adanya infeksi mikroorganisme dalam darah, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik atau antijamur sesua dengan mikroba yang
menyebabkan infeksi. Jika yang menyebabkan infeksi adalah bakteri, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik bespektrum luas melalui suntikan. Jika melalui
tes resistensi bakteri sudah diketahui jenis antibiotik yang efektif, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik sesuai dengan hasil tes resistensi.
Menurut Sahabat Nestle (2017) menyatakan Tes resistensi atau resistensi
obat adalah keadaan dimana kuman tidak dapat lagi dibunuh dengan antibiotik.
Pada saat antibiotik diberikan, sejumlah kuman akan mati. Tapi kemudian terjadi
mutasi pada gen kuman sehingga ia dapat bertahan dari serangan antibiotik
tersebut.
h. Penatalaksanaan
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013), penanganan pada klien
dengan tonsilitis akut adalah :
1) Penatalaksanaan medis
a) Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksilin, eritromisin, dll.
b) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol,
ibuprofen
c) Analgesik
2) Penatalaksanaan keperawatan
a) Kompres dengan air hangat
b) Istirahat yang cukup
c) Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d) Kumur dengan air hangat
e) Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi klien
3) Penatalaksanaan secara umum
a) Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui
mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa
diberikan dalam bentuk suntikan.
b) Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
• Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun.
• Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
• Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
• Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian
antibiotik.
4) Penatalaksanaan Terapi
Penatalaksanaan terapi menurut Rospa Hetharia & Sri Mulyani (2011), pada
penderita dengan daya tahan tubuh baik penyakit akan sembuh sendiri. Dapat
diberikan terapi simtomatik yaitu istirahat, makan lunak, analgetik/antipiretik dan
gargarisma kan. Bila daya tahan kurang, misalnya pada bayi dan orang tua, dapat
diberikan antibiotika.
i. Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A


(2003) dalam buku Andra Saferi Wijaya (2013), yaitu :
1) Abses pertonsil
Terjadi di atas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya
disebabkan oleh streptococcus group A.
2) Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat
mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
3) Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid.
4) Laringitis adalah peradangan disekitar laring (Dr. Ayustawati, 2013).
5) Sinusitis adalah peradangan pada sinus (Dr. Ayustawati, 2013).
6) Rhinitis adalah peradangan yang terjadi disekitar rongga hidung (Dr.
Ayustawati, 2013).
2. Konsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013) menyatakan bahwa hal di
bawah ini adalah Pengkajian pada Tonsilitis :
1) Identitas klien
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam, dll.
b) Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden,
perkembangan, efek terapi, dll.
c) Riwayat kesehatan lalu
• Riwayat kelahiran
• Riwayat imunisasi
• Penyakit yang pernah diderita (faringitis berulang, ISPA, otitis
media)
• Riwayat hospitalisasi
3) Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda-tanda vital, dll
a) Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk, ukuran besarnya tonsil dinyatakan
dengan:
• T0 : bila sudah dioperasi
• T1 : ukuran yang normal ada
• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
• T3 : pembesaran mencapai garis tengah
• T4 : pembesaran melewati garis tengah
b) Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak
makan dan minum, turgor kurang.
c) Aktivitas/istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise.
d) Keamanan/kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi.
b. Penyimpangan KDM
Bakteri streptokokus, virus
I
Nyeri pada tonsil
Pelepasan pirogen Reaksi radang
dan faring
Nyeri pada tonsil dan faring ◄

local pada
area yang
I Kesulitan menelan
Infeksi tonsil terpajang I
I I
Permeabilitas
Nafsu makan
menurun
I
endogen (IL-1) membran ketidakseimbangan
meningkat antara intake dan
IL_1 menuju hipotalamus _ kebutuhan tubuh
I
Merangsang pelepasan KETIDAKSEIMBA-
Pelepasan NGAN NUTRISI
prostaglandin (E2)
mediator kimia KURANG DARI
KEBUTUHAN
Prostaglandin meningkatkan (bradikinin,
histamin, dll) Perubahan status
sel point
kesehatan
I
Peningkatan suhu tubuh Merangsang
I
I
Krisis Situasi

HIPERTERMI
reseptor nyeri I
koping tidak
iL efektif

coxackievirus, Epstein bar, Modulasi I


herves, dll transimisi

I konduksi

Menyerang tonsil dan faring i

I Persepsi nyeri

Mekanisme tubuh dalam iJ

menghadapi jejas NYERI

Gambar 2.3
Patofisiologi Tonsilitis
(Harry Pasha Saputra, 2015)
c. Diagnosa Keperawatan

Menurut Marni (2014), adapun Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul pada klien
tonsilitis adalah :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembekakan faring, produksi
sekret.
2) Risiko tinggi cidera : perdarahan berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari
kantong tonsil.
3) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, efek dari tindakan pembedahan.
4) Gangguan menelan berhubungan dengan inflamasi dan nyeri.
5) Risiko tinggi kurang volume cairan berhubungan puasa sebelum pembedahan, menolak
untuk menelan.
6) Cemas berhubungan dengan kejadian yang tidak dikenal, rasa tidak nyaman.
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun.

Menurut Mami (2014) berdasarkan diagnosis keperawatan diatas, maka yang di


prioritaskan adalah :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembekakan faring, produksi sekret

-
Tabel 2.1
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan pembekakan faring, produksi sekret
(Marni, 2014).

No Diagnosa Nursing Outcomes Nursing Intervention


Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
1 Hasil yang 1. Kaji kesulitan bernapas pada
Definisi : diharapkan : jalan anak.
Ketidakmampuan napas lancar tidak 2. Observasi
untuk membersihkan ada sumbatan, anak pernapasan,
sekresi atau mampu bernapas kedalaman, produksi
obstruksi dari spontan, tenang, sekret.
saluran pernafasan menunjukkan 3. Berikan posisi
untuk kenyamanan. fowler/semifowler.
mempertahankan 4. Ajarkan dan anjurkan latihan
kebersihan jalan napas dalam dan batuk
nafas. efektif.
Batasan 5. Kolaborasi dengan dokter
karakteristik : pemberian obat ekspektoran
1. Tidak ada dan antibiotik.
batuk
2. Suara napas
tambahan
3. Perubahan frekuensi
napas
4. Perubahan irama
napas
5.Sianosis
6. Kesulitan berbcara
atau mengeluarkan
suara
7. Penurunan bunyi
napas
8. Dispneu
9. Sputum dalam
jumlah yang
berlebihan
10. Batuk yang tidak
efektif
11. Orthopneu
12. Gelisah
13. Mata terbuka lebar
Faktor-faktor yang
berhubungan :
a. Lingkungan
b. Obstruksi jalan
napas
c. Fisiologis

2) Risiko tinggi cidera : perdarahan berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari
kantong tonsil.
Tabel 2.2
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Risiko tinggi cidera : perdarahan
berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari kantong tonsil
(Marni, 2014)

Nursing Outcomes Nursing Intervention


No
Diagnosa Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
2 Definisi : Hasil yang diharapkan : 1.Kaji keluhan anak, reflek
Beresiko mengalami tidak terjadi perdarahan, menelan.
cedera sebagai akibat anak mau makan sesuai 2. Observasi tanda-tanda
kondisi lingkungan diitnya. perdarahan.
yang berinteraksi 3. Berikan diit cair dingin,
dengan sumber dapat ditingkatkan diit lunak,
adaptif dan sumber untuk mengurangi trauma
defensif individu. langsung pada tonsil.
Faktor resiko : 4. Hindari makanan yang
1. Eksternal mengiritasi (kasar, asam,
a. Biologis (mis, pedas, misal roti kering,
tingkat imunisasi jus buah yang terlalu
komunitas, asam)
mikroorganisme) 5. Anjurkan anak untuk tidak
b. Zat kimia (mis batuk terlalu keras.
racun, polutan, 6. Ajarkan dan anjurkan
obat, agenens batuk efektif, nafas dalam.
farmasi, alkohol, 7. Jelaskan pada keluarga
nikotin, pengawet, bahwa perdarahan dapat
kosmetik, terjadi 5-10 hari hari pasca
pewarna) operasi akibat kerapuhan
c. Manusia (mis, agens karena proses
nosokomial, pola penyembuhan.
ketegangan, atau
faktor koknitif,
afektif, dan
bangunan,
dan/atau peralatan)
2. Internal
a. Profil darah yang
abnormal (mis,
leukositosis/leuko
penia, gangguan
faktor koagulasi,
trombositopenia,
sel sabt, talasemia,
penurunan
hemoglobin)
b. Disfungsi biokimia
c. Usia perkembangan
(fisiologis,
psikososial)
d. Disfungsi biokimia
e. Disfungsi efektor
f. Disfungsi imun-
autoimun
g. Disfungsi integratif
h. Malnutrisi
i. Fisik (mis, integritas
kulit tidak utuh,
gangguan
mobilitas)

3) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, efek dari tindakan

pembedahan.

Tabel 2.3
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi, efek dari tindakan pembedahan
(Mami, 2014)

Diagnosa Nursing Outcomes Nursing Intervention


No
Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
3 Definisi: 1. Kaji keluhan anak.
Hasil yang diharapkan :
Pengalaman sensori 2. Observasi kondisi anak.
dan emosional yang anak menunjukkan
tidak menyenangkan kenyamanan, bisa 3. Berikan kompres dingin
yang muncul akibat istirahat dengan pada area yang sakit
kerusakan j aringan nyaman, skala nyeri (leher)
yang actual atau turun sampai yang 4. Ajarkan dan anjurkan
potensial atau di ditoleransi anak. relaksasi nafas dalam
gambarkan dalam hal kalau anak bisa
kerusakan sedemikian diberikan penjelasan.
rupa (International 5. Alihkan perhatian anak,
Association for the misalnya membaca
study of pain ) : buku, melihat TV,
awitan yang tiba- tiba mendengarkan
atau lambat dari cerita/radio.
intensitas ringan 6. Berikan makanan
hingga berat dengan lembut/cair agar tidak
akhir yang dapat di mengiritasi tonsil/daerah
antisipasi atau di operasi.
prediksi dan ber 7. Berikan analgetik sesuai
langsung <6 bulan. petunjuk.
Batasan
karakteristik :
1. Perubahan selera
makan
2. Perubahan tekanan
darah
3. Perubahan
frekwensi jantung
4. Perubahan
frekwensi
pernapasan
5. Laporan isyarat
6. Diaphoresis
7. Perilaku disraksi
(mis.,berjalan
mondar-mandir
mencari orang lain
dan atau aktivitas
lain, aktivitas yang
berulang)
8. Mengekspresikan
perlaku
tetap pada satu focus
meringis)
10.Sikap melindungi
area nyeri
11.Focus menyempit
(mis.,gangguan
presepsi nyeri,
hambatan proses
berfikir, penurunan
interaksi dengan
orang lain
lingkungan)
12.Indikasi nyeri yang
dapat diamati
13.Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
14. Sikap tubuh
melindungi
15.Dilatasi pupil
16.Melaporkan nyeri
secara verbal
17.Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan: Agen
cedera (mis.,biologis,
zat kimia, fisik,
psikologis harga diri

4) Gangguan menelan berhubungan dengan inflamasi dan nyeri.

Tabel 2.4
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Gangguan menelan berhubungan
dengan inflamasi dan nyeri
(Mami, 2014)

Diagnosa Nursing Outcomes Nursing Intervention


No
Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
4 Definisi : Hasil yang diharapkan : 1. Kaj i kemampuan
Abnormal fungsi anak mendapat cairan dan menelan anak.
mekanisme menelan nutrisi yang adekuat 2. Observasi kemampuan
yang dikaitkan dengan anak menelan
defisit struktur atau 3. Beri posisi
fungsi oral, faring, duduk/posisi fowler
atau esofagus. untuk mengoptimalkan
Batasan penelanan.
karakteristik : 4. Jelaskan manfaat
1. Gangguan fase makanan untuk
esofagus kesembuhan dan
2. Abnormalitas pada kesehatan.
fase esofagus pada 5. Berikan makanan yang
pemeriksaan bisa ditoleransi anak,
menelan misalnya diet, cair,
3. Pernafasan bau kemudian ditingkatkan
asam Bruksisme diit lunak kalau anak
4. Nyeri epigastrik, sudah toleransi.
nyeri ulu hati 6. Berikan cairan
5. Menolak makan intravena sesuai
6. Hematemesis kebutuhan.
7. Hiperekstensi 7. Berikan analgetik
kepala (mis, untuk mengurangi
membungkuk pada nyeri, agar anak bisa
saat atau setelah menelan dengan baik.
makan)
8. Bangun makan
karena mimpi

5) Risiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan puasa sebelum pembedahan,
menolak untuk menelan.
Tabel 2.5
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Risiko tinggi kurang volume
cairan berhubungan dengan puasa sebelum pembedahan, menolak untuk
menelan
(Mami, 2014)

Diagnosa Nursing Outcomes Nursing Intervention


No
Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
5 Definisi : Hasil yang diharapkan : 1. Kaj i keluhan haus
Berisiko mengalami anak minum cairan yang pada anak.
dehidrasi vaskular, cukup, turgor kulit baik, 2. Observasi tanda-
selular, atau menunjukkan hidrasi yang tanda dehidrasi.
intraselular. adekuat. 3. Observasi intake dan
1. Kehilangan volume cairan aktif 4. Berikan minum
2. Kurang pengetahuan yang cukup pada
anak.
3. Penyimpangan yang mempengaruhi absorbs cairan 5. Berikan cairan
4. Penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan parenteral jika
cairan peroral tidak
5. Penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan adekuat.
6. Kehilangan berlebihan melalui rute normal (mis, diare) 6. Jelaskan manfaat
cairan bagi
kesehatan tubuh
manusia.
6) Cemas berhubungan dengan kejadian yang tidak dikenal, rasa 7. Kurangi nyeri agar
anak mau minum
tidak jika nyeri
terkontrol.

nyaman.

Tabel 2.6
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Cemas berhubungan dengan
kejadian yang tidak dikenal, rasa tidak nyaman
(Marni, 2014)

Nursing Outcomes Nursing Intervention


No
Diagnosa Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
6 Definisi : Hasil yang diharapkan : 1. Kaji perasaan anak.
Perasaan tidak nyaman anak tenang, tidak 2. Anjurkan orang tua
atau kekhawatiran cemas/takut, anak bisa untuk menemani
yang samar disertai beristirahat dengan tenang, anak.
respon autonom anak mampu 3. Jelaskan sumber-
(sumber sering kali berkomunikasi verbal dan sumber
tidak spesifik atau non verbal dengan mudah. ketidaknyamanan.
tidak diketahui oleh 4. Dorong anak untuk
individu) perasaan mengungkapkan
takut yang disebabkan masalahnya.
oleh antisipasi terhadap 5. Jaga tempat tidur anak
bahaya. tetap bersih, hindari
Batasan karakteristik adanya bercak-bercak
: kemerahan, karena
1. Penurunan bisa menakutkan
3. Gelisah
4. Melihat sepintas
5. Insomnia
6. Kontak mata yang buruk
7. Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup

7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan nafsu makan menurun
Tabel 2.7
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Nafsu Makan
Menurun
(Mami, 2014)

Nursing Outcomes Nursing Intervention


No
Diagnosa Keperawatan Clasification (NOC) classification (NIC)
7 Hasil yang diharapkan : 1.Kaji kemampuan Klien
Definisi :
Adanya peningkatan berat untuk menelan
Intake nutrisi tidak
badan sesuai dengan tujuan 2. Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan
dan tidak ada tanda-tanda makanan
metabolisme tubuh
malnutrisi pada anak 3. Anjurkan Klien untuk
Batasan karakteristik
meningkatkan protein
:
dan Vitamin C
1. Menghindari
4. Berikan makanan yang
makanan
terpilih
2. Berat badan 20%
atau lebih dibawah
berat badan ideal

e. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap proses Keperawatan dengan melaksanakan


berbagai Strategi Tindakan Keperawatan yang telah direncanakan (Rahma,
2017).
f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi mengacu kepada penilaian dan perbaikan, Perawat
menemukan penyebab mengapa suatu Proses Keperawatan dapat berhasil
atau gagal (Rahma, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Studi Kasus untuk mengeksploriasi
masalah Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Tonsilitis dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Perawatan Anak di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.

B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Klien Tonsilitis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut.

C. Fokus Studi
Diarahkan pada Klien yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu
diantaranya sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi :
a. Klien anak yang mengalami Tonsilitis
b. Klien anak yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
c. Klien anak yang berumur 5 sampai 15 tahun.
d. Klien anak yang mengalami Tonsilitis Akut, Tonsilitis Falikularis,
Tonsilitis Lakunaris, Tonsilitis Membranosa, dan Tonsilitis Kronik
e. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi :
a. Klien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan

b. Mengalami perubahan diagnosa medis

D. Defenisi Operasional Fokus Studi


1. Tonsilitis
Yang dimaksud Tonsilitis dalam penelitian ini adalah peradangan
pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang dapat menyebabkan
nyeri tenggorokan saat menelan.
2. Nyeri Akut
Yang dimaksud Nyeri akut dalam penelitian ini adalah nyeri yang
dialami secara mendadak dan dalam waktu yang singkat dan akan segera
hilang.

E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini :
1. Pedoman wawancara
Secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa
pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut :
a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam rumusan
judul penelitian.
b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau intruksi dan kata pengantar
lebih lanjut.
c. Sebelum melakukan wawancara peneliti lebih dahulu membuat kisi-kisi
pedoman wawancara.

2. Pedoman observasi

Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah dengan observasi


secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa pedoman
observasi dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :
a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam rumusan
judul penelitian.
b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi.
3. Kuesioner Praskiring
Berfungsi untuk menilai perkembangan anak dengan fokus studi.
4. Skala nyeri
Berfungsi untuk menentukan skore skala nyeri dan PQRST dengan fokus
studi.
5. Alat tulis
Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
6. Nursing kit
Berfungsi untuk mengukur tanda-tanda vital dengan fokus studi.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data atau informasi dalam pelaksanaan studi kasus
digunakan tekhnik :
1. Wawancara
Melakukan pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara
langsung pada penderita, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Tekhnik yang dgunakan pada pemeriksaan fisik yaitu :

a. Inspeksi
1) Melihat tanda-tanda infeksi pada daerah tonsil yang membengkak
2) Melihat rongga mulut
3) Melihat keadaan umum
4) Melihat tanda-tanda vital
b. Palpasi
1) Meraba nadi dan pernapasan
2) Meraba kulit untuk suhu badan
3) Meraba nyeri tekan
c. Perkusi
1) Mengetahui kondisi organ dalam tubuh seperti paru-paru, jantung, dll
d. Auskultasi
1) Mendengar suara tambahan pada paru-paru
2) Mendengar irama jantung
3. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada Klien dengan melakukan tindakan
pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan perkembangan klien.
4. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan tentang hasil
pemeriksaan Klien yang ada pada medical record.

G. Lokasi & Waktu Penelitian


1. Lokasi
Adapun alasan pemilihan lokasi adalah penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar karena letaknya strategis dan dekat dengan
kampus Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar, dan lebih mudah
mendapatkan data di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.

H. Analisis Data & Penyajian Data


1. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara
menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan
dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan table dan teks naratif.

I. Etika Penelitian
1. Informed Consent (informasi untuk responden)
Inform consent diberikan kepada responden. Setelah calon responden
memahami atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya
peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani oleh
responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan dengan data
responden, Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner
atau lembar observasi dan hanya diberikan kode atau nomor responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiannya oleh peneliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

J. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yang terletak di Jl. Letjen
Jenderal Andi Mappa Oudang No. 63 Makassar yang berdiri sejak tahun
1965, yang manfaatnya sangat besar dalam mendukung tugas operasional
kepolisian dan bahkan keluarga besar Polri dan Masyarakat Umum yang
membutuhkan pelayanan kesehatan yang cukup terjangkau baik dari segi
pembiayaan maupun kecepatan pelayanan yang diberikan sesuai dengan
Motto Pelayanan Prima dalam proses penyembuhan pasien.
Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar terdapat 2 ruangan khusus
perawatan anak salah satunya yaitu Ruangan Parkit yang terletak di lantai
dua yang memiliki 6 kamar diantaranya 2 ruangan VIP.
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien)
a. Identitas Klien
1) Nama : An. “H”

2) Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 19 April 2014

3) Usia : 5 Tahun

4) Jenis Kelamin : Perempuan

5) Agama : Islam

6) Alamat : Asrama Kodim Baji Gau

7) Tanggal Masuk Rumah Sakit : 04 April 2019

8) Tanggal Pengkajian : 05 April 2019


9) Diagnosa Masuk : Tonsilitis Chronic

10) Rencana Therapy : - IV. Infus RL 20 tts/i


b. Identitas Orang Tua

1) Ayah

a) Nama

b) Usia - Cefadroxil 500 mg 2x1/2 perhari


- Methyl Prednisolone 8 mg 2x1/2
c) Pekerjaan
perhari
d) Pendidikan

e) Agama
: Tn. “A”
f) Alamat
:31 Tahun
: TNI AD
2) Ibu
: SMA
a) Nama : Islam
: Asrama Kodim Baji Gau
b) Usia

c) Pekerjaan : Ny. “N”


: 34 Tahun
d) Pendidikan
: Ibu Rumah Tangga
e) Agama : SMA
: Islam
f) Alamat : Asrama Kodim Baji Gau
3. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Keluhan Utama
a) Keluhan Utama/Alasan Klien Masuk Rumah Sakit Nyeri tenggorokan.
b) Riwayat Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian Hari Jum’at, tanggal 05 April 2019
Ibu Klien mengatakan nyeri saat menelan yang dirasakan sejak dari 3
hari yang lalu. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, yang dirasakan pada kelenjar bagian kanan selama ± 10
menit. Ibu Klien mengatakan saat makan 2-3 sendok saja, minum susu
juga kadang tidak dihabiskan, tidur malam Klien juga kurang. Dari
hasil observasi Klien tampak meringis, gelisah, skala nyeri : 2
(Ringan), TD : 110/70 mmHg, S : 36,3°C, N : 88x/i, dan RR : 22x/i.
2) Riwayat Kesehatan Anak (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a) Prenatal Care
Ibu klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan selama hamil
dan Imunisasi TT lengkap.
b) Natal
• Jenis persalinan : Sesarea
• Penolong persalinan : Dokter dari Rumah Sakit Fatimah

• Komplikasi yang dialami oleh Ibu Klien pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan : Ibu Klien mengatakan melahirkan terpaksa di
Sesarea karena belum cukup bulan.
c) Post Natal
• Kondisi bayi : Bayi dirawat dalam inkubator
• BB Lahir : 1,8 Kg
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Ibu Klien mengatakan tidak ada yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan anaknya.
b) Genogram 3 Generasi

GI

GII

GIII

Gambar 4.1
Genogram 3 Generasi
: Laki-laki
Keterangan :
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Klien

: Meninggal : Garis Keturunan

: Garis Serumah

? : Umur tidak diketahui

Catatan :

GI : Kakek dan Nenek dari Klien. Kakek dari Ayah Klien sudah meninggal
karena menderita penyakit DM. Kakek dari Ibu Klien pernah
mengalami Rematik/Asam Urat.
GII : Ayah dan Ibu dari Klien. Keduanya tidak menderita penyakit menular
atau penyakit keturunan.
GIII : Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak
kembar. Klien sering mengalami radang tenggorokan. Saudara dari
Klien tidak menderita penyakit menular atau keturunan.
4) Riwayat Imunisasi Klien

Tabel 4.1
Tabel Riwayat Imunisasi

Imunisasi Umur Reaksi Tempat Imunisasi


HB 0 0 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
BCG 1 bulan Demam Poli KODAM
Pentavalen 2 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
Pentavalen 4 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
Pentavalen 6 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
Polio 2 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
Polio 4 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
Polio 6 bulan Tidak ada reaksi Poli KODAM
Campak 9 bulan Demam Poli KODAM
HIB Ulangan 15 bulan Demam Poli KODAM
Campak Ulangan 24 bulan Demam Poli KODAM

5) Riwayat Tumbuh Kembang


a) Pemeriksaan Fisik
• Panjang Badan/Tinggi Badan : 103 cm
Berat Badan : 15 kg

Lingkar Kepala : 49 cm

Lingkar Lengan Atas : 16 cm


b) Perkembangan Anak
Dalam tahap ini menggunakan KPSP untuk menilai
perkembangan Klien :
Tabel 4.2
Tabel Kuesioner Praskrining untuk Anak 60 Bulan
(Klinik Tumbuh Kembang, 2008)

No Pemeriksaan Ya Tidak
1 Isi titik-titik dibawah ini dengan Bicara & Bahasa
jawaban anak. Jangan membantu
kecuali mengulangi pertanyaan. “Apa
yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu V
lelah?”
Jawab YA bila anak menjawab ke 3
pertanyaan tadi dengan benar, bukan
dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar
adalah “menggigil”, “pakai mantel”
2 Apakah anakkedalam
atau “masuk dapat mengancingkan
rumah”. Sosialisasi &
V
bajunya atau pakaian boneka? Kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak Kasar
berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya dan beri anak kesempatan V
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan
4 Jangan keseimbangananak.
mengoreksi/membantu dalam Gerak Halus
Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perhatikan kedua gambar garis ini pada
anak.
Tanyakan : “Mana garis yang lebih
V
panjang?” Minta anak menunjuk garis
yang lebih panjang. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini lagi dan
Apakah anak dapat menunjuk garis
yang lebih panjang sebanyak 3 kali
dengan membantu
5 Jangan benar anak dan jangan Gerak Halus
memberitahu nama gambar ini, suruh
anak menggambar seperti contoh ini
dikertas kosong yang tersedia. Berikan
3 kali kesempatan. Apakah anak dapat
V
menggambar seperti contoh ini?

W_______________________
JaHablakj YA

>/
6 Bicara & Bahasa
Ikuti perintah ini dengan seksama.
Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini :
V
“Letakkan kertas ini di atas lantai”
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang Sosialisasi &
dan tidak rewel (tanpa menangis atau Kemandirian V
menggelayut pada anda” pada saat anda
8 Jangan menunjuk, membantu atau Bicara & Bahasa
membetulkan, katakan pada anak :
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
V
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau” Dapatkah
anak menunjuk keempat warna itu
dengan benar?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki Gerak Kasar
beberapa kali tanpa berpegangan
V
(lompatan dengan dua kaki tidak ikut
dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian Sosialisasi &
V
sendiri tanpa bantuan? Kemandirian

Dari Interpretasi hasil KPSP Klien mendapat Jumlah Jawaban


YA yaitu “9”. Dimana perkembangan Klien sesuai dengan tahapan
perkembangan.
6) Perkembangan Tiap Tahap

a) Berguling : 3 bulan

b) Duduk : 5 buan
c) Merangkak : 6 bulan

d) Berdiri : 8 bulan

e) Berjalan : 12 bulan

f) Senyum kepada orang lain : 3 bulan

g) Bicara pertama kali : 9 bulan

h) Berpakaian sendiri : Belum mampu mandiri

7) Pola Kesehatan
a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Ibu Klien mengatakan sudah paham tentang status kesehatan anak saat
ini, Ibu Klien sangat khawatir jika mengetahui anaknya sakit, maka
setelah mengetahui, Ibu Klien segera membawa anaknya kerumah sakit.
Tabel 4.3
Tabel Pola Kesehatan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


b) Pola nutrisi metabolik Baik Kurang baik
Belum pernah BAB,
c) Pola eliminasi Baik
BAK baik
d) Pola aktivitas dan latihan Main bersama temannya Nonton youtube
e) Pola tidur dan istirahat Baik Baik

f) Pola persepsi kognitif

An. H tidak mau makan karena klien mengatakan takut merasakan

nyeri.

g) Pola konsep diri

An. H mengatakan menerima penyakitnya.


h) Pola peran dan hubungan
Ibu Klien mengatakan Klien sebagai anak yang rajin. Contohnya Klien
biasa mencuci piring dirumah. Hubungan Klien dengan orang tua dan
saudara sangat harmonis.
i) Pola seksualias dan reproduksi
An. H berjenis kelamin perempuan dan belum dikhitan.
j) Pola koping dan toleransi stres
An. H dapat menyelesaikan beberapa masalah secara mandiri dan
selebihnya dibantu oleh orang tua maupun saudaranya.
k) Pola nilai dan keyakinan
An. H dilahirkan pada keluarga yang menganut Agama Islam.
8) Pengawasan Kesehatan
Bila Klien sakit dirumah diawasi oleh orang tua. Bila Klien sakit dirumah
sakit minta pertolongan kepada Perawat/Dokter di Rumah Sakit.
9) Penyakit yang pernah diderita
Ibu Klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah menderita penyakit
apapun.
10) Kesehatan Lingkungan
Ibu Klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah menderita penyakit
apapun.
11) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis (Kesadaran Penuh)
c) Tanda-tanda vital
• Suhu : 36,3°C

• Nadi : 88x/i

• Pernafasan : 22x/i

• Tekanan darah : 110/70 mmHg

d) Kepala
Bentuk mosochopal, rambut berwarna hitam bentuk ikal, tidak ada
benjolan pada kulit kepala, tidak ada nyeri tekan, rambut tidak
rontok.

e) Mata
Konjungtiva anemis, mata tampak cekung.
f) Hidung
Hidung tampak bersih, tidak ada tolip.
g) Telinga
Bersih, tidak ada serumen, dan tidak ada gangguan pendengaran.
h) Mulut
Bersih, mukosa bibir lembab, ada celah pada bibir atas.
i) Leher
Nyeri saat menelan, ada benjolan tonsilitis tampak membengkak dan
hiperemis, permukaan diliputi bercak putih.
j) Thorak/pernapasan
Tidak ada suara tambahan.
k) Jantung

Bunyi S1 dan S2 normal.

l) Abdomen

Dinding perut terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, terdengar suara
timpani.
m) Ekstremitas
Tidak ada keluhan ekstremitas atas dan bawah.
n) Genetalia
Tidak ada kelainan, jenis kelamin perempuan.
o) Anus
Tidak ada kelainan.
p) Neurologi
• Nervus I : Penciuman Klien baik

• Nervus II : Lapang pandang Klien baik

• Nervus III : Reaksi pupil baik


• Nervus IV : Gerakan bolamata baik

• Nervus V : Reflek mengunyah ada, rahang dapat


mengatup

• Nervus VI : Klien dapat menggerakkan mata kekiri dan


kekanan

• Nervus VII : Klien dapat menggerakkan wajah

• Nervus VIII : Pendengaran Klien baik

• Nervus IX : Reflek menelan ada

• Nervus X : Kemampuan menelan Klien baik

• Nervus XI
: Kedua bahu Klien masih mampu mengatasi
tekanan dengan baik
• Nervus XII : Pergerakan lidah Klien baik

q) Antropometri

• BB : 15 Kg

• TB : 103 Cm

• Lingkar Kepala : 49 Cm

• Lingkar Dada : 56 Cm

• Lingkar Lengan : 16 Cm

12) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan Darah (04 April 2019)

Tabel 4.4
Tabel Pemeriksaan Darah
(Rekam Medik RS. Bhayangkara Makassar, 2019)
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Rutin
1 WBC 14.60 10A3/uL 5.0 - 13.0
2 RBC 4.41 10A6/Ul 3.8 - 5.4
3 HGB 11.9 g/dl 12.0 - 15.0
4 HCT 37.1 0 34.0 - 49.0
5 MCH 27.0 Pg 23.0 - 29.0
6 MCHC 32.1 g/dl 31.0 - 35.0
7 PLT 311 10A3/Ul 200.0 - 450.0
8 RDW-SD 39.0 fL 35.0 - 56.0
9 RDW-CV 11.7 0 11.0 - 16.0
10 PDW 9.9 fL 9.0 - 17.0
11 MPV 8.8 fL 6.5 - 12.0
12 P-LCR 14.9 0 11.0 - 45.0
Hitung Jenis
1 LYMPH 11.8 0 20.0 - 50.0
2 MXD 12.5 0 1.0 - 20.0
3 NEUT 75.7 0 30.0 - 55.0
4 LYMPH# 1.70 10A3/uL 0.80 - 4.00
5 MXD# 1.8 10A9/L
6 NEUT# 11.10 10A3/uL 2.0 - 7.00

b) Pemeriksaan Darah (04 April 2019)

• Leukosit : 14.6 (3.5 - 10.0)

• Trombosit : 311 (100 - 300)

13) Penatalaksanaan/Terapi Saat ini

a) IV. Infus RL 20/i

b) Cefadroxil 500 mg 2x1/2 perhari

c) Methyl Prednisolone 8 mg 2x1/2 perhari

14) Pengumpulan Data


Tabel 4.5
Tabel Pengumpulan Data

Data Subyektif Data Obyektif


1. Ibu Klien mengatakan anaknya 1. Klien tampak meringis
nyeri saat menelan 2. Klien tampak gelisah
2. Klien mengatakan nyeri yang 3. Observasi Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk P = Nyeri pada saat menelan
3. Ibu Klien mengatakan saat makan Q = Nyeri tertusuk-tusuk
anaknya hanya memakan 2-3 R = Nyeri pada tenggorokan sebelah
sendok saja kanan
4. Ibu Klien mengatakan saat Klien S = Skala nyeri 2 (Ringan)
minum susu juga kadang-kadang T = Hilang Timbul ± 10 menit
dihabiskan 4. Tonsilitis tampak membengkak dan
hiperemis, permukaan diliputi bercak
putih
5. Klien tampak lemah
6. Tanda-Tanda Vital

• Suhu = 36,3 °C
• Nadi = 88x/i
• RR = 22x/i

15) Analisa Data

Tabel 4.6
Tabel Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Bakteri streptokokus, Nyeri Akut
1. Ibu Klien mengatakan virus coxackievirus,
anaknya nyeri saat epstein bar, herves, dll 1
menelan Menyerang tonsil dan
2. Klien mengatakan nyeri faring
yang dirasakan seperti 1
ditusuk-tusuk
DO : Mekanisme tubuh dalam
1. Klien tampak meringis menghadapi jejas i Reaksi
2. Klien tampak gelisah radang local pada area
3. Observasi Nyeri yang terpajang i
P = Nyeri pada saat Permeabilitas membran
menelan meningkat i Pelepasan
Q = Nyeri tertusuk-tusuk mediator kimia
R = Nyeri pada (bradikinin, histamin, dll)
tenggorokan sebelah i Merangsang reseptor
kanan nyeri i
S = Skala nyeri 2 Modulasi transmisi
(Ringan) konduksi i
T = Hilang Timbul ± 10 Persepsi nyeri i
menit
4. Tonsilitis tampak
membengkak dan
hiperemis, permukaan
2 Nyeri pada tonsil dan Ketidak-
DS:
faring i seimbangan Nutrisi
1. Ibu Klien mengatakan saat
Kesulitan menelan Kurang dari
makan anaknya hanya
i Kebutuhan Tubuh
memakan 2-3 sendok saja
Nafsu makan menurun i
2. Ibu Klien mengatakan saat
Ketidakseimbangan
Klien minum susu juga
antara intake dan
kadang-kadang
kebutuhan tubuh i
dihabiskan
DO :
1. Klien tampak lemah
2. Tanda-Tanda Vital

• Suhu = 36,3 °C
• Nadi = 88x/i
• RR = 22x/i
b. Diagnosis

Tabel 4.7
Tabel Diagnosis

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


1 Nyeri Akut b.d Proses Inflamasi 05 April 2019 07 April 2019
2 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
05 April 2019 07 April 2019
dari Kebutuhan Tubuh b.d Nafsu
Makan Menurun
c. Perencanaan
Nama : An. H
: 5 tahun
Umur

Diagnosa Medik : Tonsilitis Kronik

Ruang Perawatan
: Parkit

Tabel 4.8
Tabel Perencanaan

Nursing Outcome Nursing Intervention


No Diagnosis Keperawatan
Classification (NOC) Classification (NIC)
1 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan anak
dengan Proses Inflamasi keperawatan 3x24 jam 2. Berikan kompres dingin
Definisi : diharapkan anak secara pada area yang sakit
Pengalaman sensorik atau konsisten menunjukkan 3.Observasi nyeri
emosional yang berkaitan mengenali kapan nyeri 4. Berikan makanan lembut
dengan kerusakan jaringan terjadi, menggambarkan atau cair
aktual, fungsional, dengan faktor penyebab, dan 5.Ajarkan dan anjurkan
onset mendadak/lambat dan melaporkan perubahan relaksasi nafas dalam
berintensitas ringan hingga terhadap gejala nyeri pada 6.Berikan analgetik sesuai
berat yang berlangsung ± 3 profesional kesehatan. petunjuk
bulan DS :
1. Ibu Klien mengatakan
anaknya nyeri saat
menelan
2. Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
DO :
1. Klien tampak meringis
2. Klien tampak gelisah
3. Observasi Nyeri
P = Nyeri pada saat
menelan
Q = Nyeri tertusuk-tusuk
2 Ketidakseimbangan
R = Nyeri pada Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan Klien
Kurang dari Kebutuhan Tubuh keperawatan 3x24 jam untuk menelan
berhubungan dengan Nafsu diharapkan anak asupan 2.Kaji adanya alergi
Makan Menurun makanan tidak makanan
Definisi : menyimpang dari rentang 3.Anjurkan Klien untuk
Intake nutrisi tidak cukup normsl dan energi tidak meningkatkan protein dan
untuk keperluan metabolisme menyimpang dari rentang Vitamin C
tubuh normal. 4.Berikan makanan yang
DS: terpilih
1. Ibu Klien mengatakan saat
makan anaknya hanya
memakan 2-3 sendok saja
2. Ibu Klien mengatakan saat
Klien minum susu juga
kadang-kadang
dihabiskan
DO :
1. Klien tampak lemah
2. Tanda-Tanda Vital

• Suhu = 36,3 °C
• Nadi = 88x/i
d. Pelaksanaan/Implementasi

Nama : An. H

Umur : 5 tahun

Diagnosa Medik : Tonsilitis Kronik

Ruang Perawatan : Parkit

Tabel 4.9
Tabel Pelaksanaan/Implementasi

Hari I Hari II Hari III


Dx
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
I 16:00 1. Mengkaji keluhan 16:30 1. Mengkaji 14:00 1. Mengkaji
anak keluhan anak keluhan anak
Hasil : Hasil : Hasil :
Ibu Klien Ibu Klien Ibu Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
anaknya kesulitan anaknya masih nyeri yang
saat menelan merasakan dirasakan
makanan nyeri saat anaknya mulai
16: 05 2. Memberikan menelan berkurang
kompres dingin makanan 14:05 2. Memberikan
pada area yang 16:35 2. Memberikan kompres dingin
sakit kompres dingin pada area yang
Hasil : pada area yang sakit
Klien bersedia dan sakit Hasil :
setelah diberikan Hasil : Ibu Klien
kompres dingin Ibu Klien mengatakan
Klien mengatakan mengatakan jika anaknya
nyeri berkurang jika anaknya mengeluh nyeri
16:10 3. Mengobservasi mengeluh nyeri langsung
nyeri langsung memberikan
Hasil : memberikan kompres dingin
P : Nyeri pada kompres dingin 14:10 3. Mengobservasi
saat menelan 16:40 3. Mengobservasi nyeri
Q : Nyeri nyeri Hasil :
tertusuk-tusuk Hasil : P : Nyeri pada
R : Nyeri pada P : Nyeri pada saat menelan
tenggorokan saat menelan Q : Nyeri
sebelah kanan Q : Nyeri tertusuk tusuk
S : Skala nyeri 2 tertusuk tusuk R : Nyeri pada
(Ringan) R : Nyeri pada tenggorokan
T : Hilang timbul tenggorokan S : Skala nyeri
±10 menit S : Skala nyeri 1 (Ringan)
16:15 4. Memberikan 2 (Ringan) T : Hilang
makanan lembut T : Hilang timbul ±3
atau cair timbul ±5 menit
Hasil : menit 14:15 4. Memberikan
Ibu Klien 16:45 4. Memberikan makanan
mengatakan sudah makanan lembut atau
memberi makan lembut atau cair
anaknya bubur cair
16:20 5. Mengaj arkan dan Hasil : Hasil :
menganjurkan Ibu Klien Ibu Klien
relaksasi nafas mengatakan mengatakan
dalam masih masih
Hasil : memberikan memberikan
Klien dapat anaknya bubur anaknya bubur
melakukan yang 16:50 5. Mengajarkan 14:20 5. Mengajarkan
telah diajarkan dan dan
16:25 6. Memberikan menganjurkan menganjurkan
analgetik sesuai relaksasi nafas relaksasi nafas
petunjuk dalam dalam
Hasil : Hasil : Hasil :
Berkolaborasi Klien Klien
dengan mengatakan mengatakan
Dokter/Perawat merasa lebih merasa lebih
dalam pemberian rileks setelah rileks setelah
obat Cefadroxil melakukan melakukan
500 mg nafas dalam nafas dalam
2x1/2perhari dan 16:55 6. Memberikan 14:25 6. Memberikan
Methyl analgetik analgetik
Prednisolone 8 mg sesuai petunjuk sesuai petunjuk
2x1/2perhari Hasil : Hasil :
Berkolaborasi Berkolaborasi
dengan dengan
Dokter/Perawat Dokter/Perawat
dalam dalam
pemberian obat pemberian obat
Cefadroxil 500 Cefadroxil 500
mg 2x1/2perhari mg 2x1/2perhari
dan Methyl dan Methyl
Prednisolone 8 Prednisolone 8
mg 2x1/2perhari mg 2x1/2perhari
II 16:30 1. Mengkaji 17:00 1. Mengkaji 14:30 1. Mengkaji
kemampuan Klien kemampuan kemampuan
untuk menelan Klien untuk Klien untuk
Hasil : menelan menelan
Ibu Klien Hasil : Hasil :
mengatakan Ibu Klien Ibu Klien
anaknya makan 2- mengatakan mengatakan
3 sendok saja dan anaknya masih saat menelan
saat minum susu makan sedikit sudah tidak
tidak dihabiskan karena sakit terlalu
16:35 2. Mengkaji adanya saat menelan merasakan sakit
alergi makanan 17:05 2. Mengkaji jadi nafsu
Hasil : adanya alergi makan sudah
Ibu Klien makanan mulai
mengatakan tidak Hasil : meningkat dan
ada alergi Tidak ada minum susu
makanan dengan alergi makanan juga sudah
anaknya 17: 10 3. Menganjurkan dihabiskan
16:40 3. Menganjurkan Klien untuk 14:35 2. Mengkaji
Klien untuk meningkatkan adanya alergi
meningkatkan protein dan makanan
protein dan Vitamin C Hasil :
Vitamin C Hasil : Tidak ada alergi
Hasil : Setelah makanan
Menganjurkan dianjurkan 14: 40 3. Menganjurkan
Ibu Klien untuk untuk makan Klien untuk
memberikan buah dan sayur,
anaknya makan Ibu Klien
buah sedikit tapi mengatakan meningkatkan
sering dan melakukan apa protein dan
16:45 perbanyak makan yang telah Vitamin C
sayur diberitahukan Hasil : Ibu Klien
4. Memberikan tetapi anak mengatakan
makanan yang hanya makan sudah mulai
terpilih Hasil : sedikit makan buah
Berkolaborasi 4. Memberikan dengan baik dan
dengan ahli gizi makanan yang makan sayur juga
dengan terpilih sudah meningkat
memberikan Hasil : 4. Memberikan
makanan yang Berkolaborasi makanan yang
lembut seperti dengan ahli gizi terpilih
17: 15 14:45
bubur dan dengan Hasil :
makanan yang memberikan Berkolaborasi
mengandung makanan yang dengan ahli gizi
protein seperti lembut seperti dengan
sayur soap dan bubur dan memberikan
Ikan makanan yang makanan yang
mengandung lembut seperti
protein seperti bubur dan
sayur soap dan makanan yang
Ikan mengandung
protein seperti
sayur soap dan
Ikan
e. Evaluasi

Nama : An. H

Umur : 5 tahun
Diagnosa Medik : Tonsilitis Kronik
Ruang Perawatan : Parkit
Tabel 4.10
Tabel Evaluasi

Hari I Hari II Hari III


Dx
Jam Evaluasi Jam Evaluasi Jam Evaluasi
I 17:45 S: 18:15 S: 15:45 S:
- Ibu Klien Ibu Klien mengatakan - Ibu Klien
mengatakan sudah memberikan mengatakan nyeri
anaknya makanan yang lembut yang dirasakan
merasakan nyeri agar anaknya tidak anaknya sudah
saat menelan terlalu merasakan nyeri berkurang
makanan O: - Ibu Klien
- Klien mengatakan - Klien tampak rileks mengatakan
nyeri yang - P : Nyeri pada saat anaknya juga rajin
dirasakan seperti menelan jika disuruh
ditusuk- tusuk Q : Nyeri tertusuk minum obat
O: tusuk O:
- Klien tampak R : Nyeri pada - Klien tampak
meringis tenggorokan tenang
- P : Nyeri pada saat S : Skala nyeri 2 - P : Nyeri pada saat
menelan Q : Nyeri (Ringan) menelan Q : Nyeri
tertusuk-tusuk R : T : Hilang timbul tertusuk tusuk R :
Nyeri pada ±5 menit Nyeri pada
tenggorokan A: tenggorokan
sebelah kanan Nyeri Akut belum S : Skala nyeri 1
S : Skala nyeri 2 teratasi (Ringan) T :
(Ringan) T : P: Hilang timbul ±3
Hilang timbul ±10 Lanjutkan Intervensi menit
menit 1.Kaji keluhan anak A:
A: 2. Observasi nyeri Masalah teratasi
Nyeri Akut belum 3. Berikan analgetik P:
teratasi sesuai petunjuk Pertahankan
II 17:55 S: 18:25 S: 15:55 S:
Ibu Klien mengatakan - Ibu Klien mengatakan - Ibu Klien mengatakan
nafsu makan anaknya anaknya porsi anaknya sudah mulai
menurun makannya masih nafsu makan
O: sedikit - Ibu Klien mengatakan
- Klien tampak lemah - Ibu Klien mengatakan anaknya sudah mulai
- BB = 15 Kg anaknya makan menghabiskan porsi
- Klien tampak tidak yang bertekstur makanan dan minum
nafsu makan lembut yaitu bubur susu juga sudah
A: O: dihabiskan
Ketidakseimbangan - Klien tampak tidak - Ibu Klien mengatakan
Nutrisi Kurang dari nafsu makan anaknya sudah mau
Kebutuhan Tubuh - BB = 15 Kg memakan buah sedikit
belum teratasi A: demi sedikit
P: Ketidakseimbangan O:
Lanjutkan Nutrisi Kurang dari - Klien tampak segar
Intervensi Kebutuhan Tubuh - Klien tampak mulai
1. Kaji kemampuan belum teratasi nafsu makan
Klien untuk P: A:
menelan Lanjutkan Intervensi Masalah teratasi
2.Berikan makanan 1.Kaji kemampuan P:
yang terpilih Klien untuk Pertahankan Intervensi
B. Pembahasan

Pada pembahasan ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan di
uraikan sesuai dengan tahap dalam proses keperawatan, serta membahas masalah
kesenjangan antara teori dan kenyataan (kasus) yang diperoleh selama melakukan
perawatan pada Klien An. H dengan gangguan Sistem Pencernaan di Ruangan
Perawatan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar selama 3 hari.
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan telah diterapkan proses
Keperawatan sesuai teori yang ada. Dimana proses Keperawatan yang mempunyai
5 tahap yaitu : Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan secara sistematis dalam membantu dan
menentukan status kesehatan Klien serta merumuskan Diagnosa Keperawatan.
Menurut teori masalah yang ditemukan adalah :
Data-data yang umumnya pada anak Tonsilitis adalah dengan gejala
nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama. Gejala lain : Demam, tidak enak badan, sakit kepala, dan muntah (Andra
Saferi Wijaya, 2013).
Sementara yang ditemukan pada Klien yaitu nyeri tenggorokan saat
menelan, Klien tampak meringis, Klien tampak gelisah, Klien kurang nafsu
makan, Klien tampak lemah, Konjungtiva tampak anemis, BB : 15 Kg, Tinggi
Badan : 103 Cm, dan tanda-tanda vital seperti : Pernapasan : 22x/i, Nadi : 88,

dan Suhu Badan 36.3 °C.


Melihat kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kasus pada
pengkajian adalah demam, sakit kepala, dan muntah. Hal ini dimungkinkan
oleh karena :
a. Demam, hal ini tidak ditemukan pada Klien karena saat melakukan
pengkajian didapatkan suhu tubuh Klien normal yaitu 36.3°C.
b. Sakit kepala, hal ini tidak ditemukan pada Klien karena saat melakukan
pengkajian didapatkan Klien tidak mengeluhkan jika kepalanya terasa sakit.
c. Muntah, hal ini tidak ditemukan pada Klien karena saat melakukan
pengkajian Ibu Klien hanya mengeluhkan anaknya yang makannya hanya
sedikit dan tidak pernah membuat anaknya muntah saat makan.
2. Diagnosa
Berdasarkan Teori Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Klien
dengan gangguan Sistem Pencernaan. Menurut Marni (2014) Diagnosa
Keperawatan yang lazim muncul pada Klien dengan gangguan Sistem
Pencernaan Tonsilitis yaitu :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembekakan faring,


produksi sekret.

2) Risiko tinggi cidera : perdarahan berhubungan dengan permukaan kasar dan


gundul dari kantong tonsil.

3) Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi, efek dari tindakan


pembedahan.

4) Gangguan menelan berhubungan dengan inflamasi dan nyeri.

5) Risiko tinggi kurang volume cairan berhubungan puasa sebelum


pembedahan, menolak untuk menelan.

6) Cemas berhubungan dengan kejadian yang tidak dikenal, rasa tidak nyaman.
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
Sedangkan dalam kasus Klien An. H ditemukan untuk Diagnosa
Keperawatan yaitu :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
Berdasarkan teori ditemukan 7 Diagnosa Keperawatan, sedangkan
pada kasus di temukan 2 Diagnosa Keperawatan. Adapun kesenjangannya
sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda batuk dan suara napas
tambahan, Klien mampu bernafas dengan baik.
b. Risiko tinggi cidera
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada
saat pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda permukaan kasar dan
gundul dari kantong tonsil.
c. Gangguan menelan

Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda gangguan fase esofagus dan
keluhan “ada yang menyangkut”, Klien mampu menelan secara perlahan.
d. Risiko tinggi kurang volume cairan
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda menolak untuk makan,
Klien juga tidak ada rencana untuk operasi yang mewajibkan untuk puasa
jadi Intake cairan yang masuk dalam tubuh tidak akan kurang.
e. Cemas
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasan tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan kecemasan dan
Vital Sign Klien dalam batas normal.
3. Intervensi
Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah yang muncul pada Klien Tonsilitis dengan Nyeri Akut disesuaikan
dengan perencanaan tindakan keperawatan pada teori. Walaupun pada teori
Marni (2014) terdapat 7 perencanaan tindakan keperawatan sedangkan pada
kasus hanya terdapat 6 perencanaan tindakan keperawatan ini dikarenakan
disesuaikan dengan kondisi Klien dan juga ada beberapa intervensi yang sudah
dilakukan sebelumnya oleh perawat di ruangan.

Untuk mengatasi Masalah Keperawatan yang terjadi pada Klien, maka


dibuat perencanaan tindakan berdasarkan Diagnosa Keperawatan yang
ditemukan. Intervensi yang disusun yaitu :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
i. Dalam teori ada 7 intervensi yaitu :
a) Kaji keluhan anak.
b) Observasi kondisi anak.
c) Berikan kompres dingin pada area yang sakit (leher)
d) Ajarkan dan anjurkan relaksasi nafas dalam kalau anak bisa diberikan
penjelasan.
e) Alihkan perhatian anak, misalnya membaca buku, melihat TV,
mendengarkan cerita/radio.
f) Berikan makanan lembut/cair agar tidak mengiritasi tonsil/daerah
operasi.
g) Berikan analgetik sesuai petunjuk.
ii. Pada kasus Klien An. H diterapkan 6 intervensi yang ada didalam kasus,
yaitu :
a) Kaji keluhan anak.
b) Observasi kondisi anak.
c) Berikan kompres dingin pada area yang sakit (leher)
d) Ajarkan dan anjurkan relaksasi nafas dalam kalau anak bisa diberikan
penjelasan.
e) Berikan makanan lembut/cair agar tidak mengiritasi tonsil/daerah
operasi.
f) Berikan analgetik sesuai petunjuk.
iii. Kesenjangan intervensi yang ditemukan adalah :
1. Alihkan perhatian anak, misalnya membaca buku, melihat TV,
mendengarkan cerita/radio, penulis tidak mengambil tindakan
keperawatan ini karena tindakan ini sudah dilakukan secara mandiri
oleh Klien, pada saat pengkajian Klien asik untuk memainkan Gadget
dengan menonton Youtube.
j. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun. Perencanaan tindakannya yaitu :
1) Kaji kemampuan Klien untuk menelan
2) Kaji adanya alergi makanan
3) Anjurkan Klien untuk meningkatkan protein dan Vitamin C
4) Berikan makanan yang terpilih
4. Pelaksanaan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
1) Kaji keluhan anak.
2) Observasi kondisi anak.
3) Berikan kompres dingin pada area yang sakit (leher)
4) Ajarkan dan anjurkan relaksasi nafas dalam kalau anak bisa diberikan
penjelasan.
5) Berikan makanan lembut/cair agar tidak mengiritasi tonsil/daerah operasi.
6) Berikan analgetik sesuai petunjuk.
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi diatas dan
semuanya berlangsung dengan baik karena dari pihak Klien yang koperatif
dalam menjalani perawatannya dan sarana prasarana yang memadai dari
pihak rumah sakit serta upaya dari perawat yang memperoleh respon dari
keluarga Klien.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
1) Kaji kemampuan Klien untuk menelan
2) Kaji adanya alergi makanan
3) Anjurkan Klien untuk meningkatkan protein dan Vitamin C
4) Berikan makanan yang terpilih
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi diatas dan
semuanya berlangsung dengan baik karena dari pihak Klien yang koperatif
dalam menjalani perawatannya dan sarana prasarana yang memadai dari
pihak rumah sakit serta upaya dari perawat yang memperoleh respon dari
keluarga Klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak, apakah masalah keperawatan yang dialami
Klien teratasi atau tidak. Hasil Evaluasi pada kasus An. H selama 3 hari yaitu
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi

Masalah ini teratasi pada tanggal 07 April 2019, hal ini dapat
dilihat dari data ibu Klien yang mengatakan nyeri yang dirasakan anaknya
sudah mulai berkurang dan data yang diperoleh skala nyeri 1 (Ringan).
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
Masalah ini teratasi pada tanggal 07 April 2019, hal ini dapat
dilihat dari data ibu Klien yang mengatakan anaknya sudah mulai nafsu
makan, prosi makan sudah meningkat dan minum susu juga sudah mulai
dihabiskan dan data yang diperoleh Klien sudah tampak mulai nafsu
makan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menguraikan Tinjauan Teori dan Tinjauan Kasus serta perbandingan dari
keduanya dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien An. H dengan gangguan sistem
pencernaan Tonsilitis diruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dari tanggal 05-
07 April 2019. Maka penulis dapat menarik kesimpulan dan memberikan saran sebagai
berikut :
K. Kesimpulan
1. Setelah melakukan pengkajian, penulis menemukan gejala pada Klien An. H seperti :
Nyeri Akut berhubungan dengan tonsilitis tampak membengkak dan hiperemis yang
dimana permukaan kulit diliputi dengan bercak putih. Pada Diagnosa Keperawatan
terdapat :
2. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada kasus atau yang muncul pada Klien An. H
dan terdapat pula dalam teori yaitu : Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
dan Resiko Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun.
3. Dalam melaksanakan Rencana Keperawatan pada Klien dengan An. H dengan
gangguan sistem pencernaan : Tonsilitis mengacuh pada teori dan Masalah
Keperawatan yang muncul untuk mengurangi dan mencegah masalah pada Klien dan
memperhatikan kondisi Klien.
4. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien An. H disesuaikan dengan rencana
tindakan yang telah ditentukan agar masalah keperawatan yang
dihadapi Klien dapat diatasi atau dicegah.

5. Setelah melakukan Asuhan Keperawatan dari kedua diagnosa tersebut semua

masalah dapat teratasi.


6. Setelah dilakukan Evaluasi Keperawatan diidentifikasi adanya kesenjangan antara Teori
dengan kasus pada Klien An. H dengan gangguan Sistem Pencernaan : Tonsilitis.

L. Saran
1. Akademik
a. Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan Program Diploma III
Keperawatan pada masa yang akan datang.
b. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
c. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III
Keperawatan di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
2. Rumah Sakit
Sebagian bahan masukan badan pengelola perawatan Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar, untuk mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan dalam meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan
khususnya dalam penanganan Klien yang mengalami gangguan sistem pencernaan :
Tonsilitis di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
3. Tenaga Keperawatan
Sebagai salah satu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk
meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan secara komperhensif, khusunya bagi Klien
dengan gangguan sistem pencernaan : Tonsilitis untuk membantu penyembuhan.

4. Klien dan Keluarga


Meningkatkan pengetahuan Klien dan keluarga mengenai cara pencegahan dan
pengobatan pada gangguan sistem pencernaan : Tonsilitis.
5. Penulis
Meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan khususnya bagi Klien dengan gangguan sistem pencernaan : Tonsi

Anda mungkin juga menyukai