ABSTRAK
Latar Belakang : Tonsilitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya
disebabkan oleh bakteri dan virus, terbanyak dialami oleh anak usia 5-15 tahun. Dari data
yang didapatkan pada Medical Record dari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
ditemukan jumlah klien yang telah didiagnosa tonsilitis pada tahun 2015 berjumlah 388
orang, pada tahun 2016 berjumlah 326 orang, pada tahun 2017 berjumlah 113 orang, dan
sampai bulan Oktober pada tahun 2018 didapatkan 104 orang.
Tinjauan Pustaka : Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis. Penyakit ini
merupakan suatu gangguan THT. Tonsilitis dapat bersifat akut atau kronis. Bentuk akut
yang tidak parah biasanya berlangsung sekitar 4-6 hari dan pada umumnya menyerang
anak-anak pada usia 5-10 tahun. Sementara radang amandel atau tonsil yang kronis terjadi
secara berulang-ulang dan berlangsung lama.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain studi kasus, sampel diambil dari
Klien An. H yang mengalami Tonsilitis yang di rawat di ruang perawatan anak Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar. Dalam penelitian ini ditemukan masalah Nyeri Akut yang
terjadi pada Klien An. H dimana Klien nyeri tenggorokan saat menelan dan kurang nafsu
makan. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Sehingga
intervensi keperawatan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memberikan makanan
lembut/cair dan mengajarkan relaksasi nafas dalam.
Kata Kunci : Tonsilitis, Nyeri Akut
Nursing Care for An.”H” Clients Experiencing Tonsillitis with Nursing
Problems Acute Pain in the Parkit Room
At the Bhayangkara Makassar Hospital
(Devya Nurfiryanti Ramli, 2019, 120 Page)
Nursing Diploma III Study Program Mappa Oudang Makassar Nursing Academy
Dewi Hestiani K, S.Kep., Ns., M.Kes
ABSTRACT
A. Latar Belakang
Menurut Sudrajat (2008) mengatakan hidup sehat adalah impian setiap
orang, namun sayangnya penyakit selalu datang, bahkan pada saat tidak
diinginkan. Salah satu penyakit yang bisa datang tiba-tiba, sehingga bisa sangat
mengganggu adalah tonsilitis. Beberapa laporan ilmiah baik di dalam dan di
luar negeri menunjukkan bahwa masalah kesehatan dibidang
otorhinolaringology atau ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
pada tonsil dan adenoid merupakan penyakit yamg umumnya paling sering
ditemukan pada masyarakat.
Menurut Assyraf (2010), Tonsilitis adalah peradangan pada organ
tonsil / amandel bersama pengumpulan lektosit, bakteri patogen, dan juga sel-
sel epitel mati. Secara medis peradangan ini ada yang akut, ditandai dengan
rasa nyeri menelan dan sering disertai demam. Sedangkan tonsilitis yang sudah
kronis (akut) biasanya tidak nyeri ketika menelan, tapi jika ukurannya tonsil
cukup besar sehingga menyebabkan kesulitan menelan.
Menurut Darmawan (2008), mengatakan Gejala tonsilitis atau radang
amandel adalah penderita demam, merasa tenggorokan kering, kadang
menggigil, lemas, nyeri otot, batuk pilek, ada rasa mengganjal di leher, nyeri
saat menelan ludah atau makanan dan minuman sehingga menjadi malas
makan. Nyeri ketika tonsilitis meradang dapat menjalar ke sekitar leher dan
telinga.
Menurut World Health Organization (WHO), Jumlah kasus yang
mungkin dilaporkan pada tahun 2018 lebih tinggi dari jumlah total kasus yang
dilaporkan pada tahun 2017 dan 2016, peningkatan yang disebabkan oleh
sensitivitas yang lebih besar dari sistem pengawasan nasional. Tingkat fatalitas
kasus di antara kasus yang dikonfirmasi oleh laboratorium atau hubungan
epidemiologis adalah 23% pada 2015, 39% pada 2016, 8% pada 2017, dan 15%
pada 2018 (WHO, 2018).
Pada tahun 2018, ada 362 kasus yang mungkin dilaporkan (antara EW
1 dan EW 49), termasuk 96 kasus yang dikonfirmasi (91 oleh laboratorium dan
5 oleh tautan epidemiologis). Selama periode yang sama, 1 Per Kementerian
Kesehatan Masyarakat dan Populasi Haiti, suatu kasus yang mungkin
didefinisikan sebagai siapa saja, dari segala usia, yang mengalami laringitis,
faringitis, atau tonsilitis dengan membran adheren palsu pada amandel, faring
dan / atau lubang hidung, terkait dengan edema pada leher (WHO, 2018).
Ada 28 kematian dilaporkan (14 dikonfirmasi oleh laboratorium atau
hubungan epidemiologis, 8 tanpa sampel laboratorium yang layak, 5 yang
masih dalam penyelidikan, dan satu yang dibuang) (WHO, 2018)..
Di antara kasus yang dikonfirmasi pada tahun 2018, tingkat kejadian
tertinggi diamati pada kelompok usia 6 hingga 14 tahun, diikuti oleh 1 hingga 5
tahun. Mayoritas kematian (63%) terjadi di antara kelompok usia 6 hingga 14
tahun, diikuti oleh 1 hingga 5 tahun (WHO, 2018).
Menurut Depkes RI (2006), menyatakan bahwa jumlah penderita
tonsilitis di Indonesia terus meningkat berdasarkan data yang diperoleh, jumlah
klien rawat inap yang disebabkan oleh penyakit tonsilitis akut berjumlah
4.714orang dengan jumlah penderita laki-laki mencapai 2.401 orang dan jumlah
penderita perempuan mencapai 2.313 orang, sedangkan klien yang meninggal
dunia akibat tonsilitis berjumlah 61 orang. Berdasarkan data epidemiologi penyakit
telinga hidung dan tenggorokan (THT) di Indonesia pada tahun 2009, prevalensi
tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%.
Sedangkan insiden tonsilitis kronik di Sulawesi Selatan berkisar 23,36% dan 47%
diantaranya pada usia 6-15 tahun (Fyra Wahyuni Arsyad, 2013).
Menurut data bagian Medical Record dari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
ditemukan jumlah klien yang telah didiagnosa tonsilitis pada tahun 2015 berjumlah
388 orang, pada tahun 2016 berjumlah 326 orang, pada tahun 2017 berjumlah 113
orang, dan sampai bulan Oktober pada tahun 2018 didapatkan 104 orang. Dilihat
dari persentase data dari 4 tahun terakhir, klien yang didiagnosa tonsilitis semakin
menurun setiap tahun (Rekam Medik RS Bhayangkara Makassar, 2018).
Setelah mencermati kasus diatas, maka penulis tertarik untuk menulis
KTI dengan tema “Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami
Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut.
2. Tujuan Khusus
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H”
yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Diketahuinya
kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan Proses Asuhan
keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami Tonsilitis dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit Rumah sakit
Bhayangkara Makassar.
a. Melakukan pengkajian pada Klien An.”H” yang mengalami Tonsilitis
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar.
b. Menegakkan Diagnosis Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
c. Menegakkan Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang
mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di
Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
d. Melaksanakan implementasi Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien
An.”H” yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan
Nyeri
Akut di Ruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
e. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami
Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
f. Melakukan identifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus dalam
penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien An.”H” yang mengalami
Tonsilitis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruangan Parkit
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi dalam ilmu keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan pada klien An. H yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut.
2. Manfaat Aplikasi
a. Manfaat bagi Perawat
Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas dalam
pemberihan Asuhan Keperawatan khususnya bagi klien yang menderita
Tonsilitis untuk membantu klien dalam proses penyembuhan.
b. Manfaat bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan suatu pelayanan
Asuhan Keperawatan pada klien khususnya Tonsilitis .
c. Manfaat bagi Klien dan Keluarga
Agar klien dan keluarga bisa mengatahui penyebab dan dampak dari
Tonsilitis dan agar tidak terjadi pada keluarga lainnya.
d. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penerapan teori-teori yang sudah diperoleh selama penelitian yang
dilaksanakan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Penyebab
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun penyebab
dari nyeri akut adalah :
a. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Menurut Sandra Juwita (2015) Nyeri akut terjadi karena adanya
kerusakan jaringan yang akut dan tidak berlangsung lama. Sedangkan nyeri
kronik, tetap berlanjut walaupun lesi sudah sembuh. Ada yang memakai
batas waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik.
3. Gejala dan Tanda Mayor
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun gejala dan
tanda mayor dari nyeri akut adalah :
a. Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya.
b. Objektif
1) Tampak meringis
Muka masam karena menahan nyeri.
2) Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri)
Sifat Klien untuk menjaga dan melindungi sesuatu seperti nyeri.
3) Gelisah
Gelisah berarti selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan
cemas.
4) Frekuensi nadi meningkat
Frekuensi nadi berada diatas normal biasanya disebabkan oleh
frekuensi jantung juga meningkat.
5) Sulit tidur
Sulit tidur adalah kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada
pola tidur, baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada
malam hari, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah
terbangun.
4. Gejala dan Tanda Minor
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adapun gejala dan
tanda minor dari nyeri akut adalah :
a. Subjektif
Tidak tersedia.
b. Objektif
1) Tekanan darah meningkat
Tekanan darah meningkat biasa ditandai dengan sakit kepala parah,
pusing, penglihatan buram, mual, kebingungan, dan sulit bernafas.
2) Pola napas berubah
Perubahan pola napas berubah biasanya cara tubuh dalam
mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.
Worst Pain
Possible
Gambar 2.1
Skala Nyeri
(Mae Burke, 2017)
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah
(droplet infections).
Menurut Megantara Imam (2006) dalam buku Andra Saferi Wijaya (2013),
gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokandan telinga memiliki
persyarafan yang sama.
Gejala lain :
1) Demam
2) Tidak enak badan
3) Sakit kepala
4) Muntah
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Megantara Imam (2006) dalam buku Saferi Andra Wijaya (2013),
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Leukosit : terjadi peningkatan
b) Hemoglobin : terjadi penurunan
c) Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas
obat
2) Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
Menurut dr. Tjin Willy (2018) menyatakan apabila hasil tes kultur darah
menunjukkan adanya infeksi mikroorganisme dalam darah, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik atau antijamur sesua dengan mikroba yang
menyebabkan infeksi. Jika yang menyebabkan infeksi adalah bakteri, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik bespektrum luas melalui suntikan. Jika melalui
tes resistensi bakteri sudah diketahui jenis antibiotik yang efektif, dokter akan
memberikan pengobatan antibiotik sesuai dengan hasil tes resistensi.
Menurut Sahabat Nestle (2017) menyatakan Tes resistensi atau resistensi
obat adalah keadaan dimana kuman tidak dapat lagi dibunuh dengan antibiotik.
Pada saat antibiotik diberikan, sejumlah kuman akan mati. Tapi kemudian terjadi
mutasi pada gen kuman sehingga ia dapat bertahan dari serangan antibiotik
tersebut.
h. Penatalaksanaan
Menurut Andra Saferi Wijaya (2013), penanganan pada klien
dengan tonsilitis akut adalah :
1) Penatalaksanaan medis
a) Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin,
amoksilin, eritromisin, dll.
b) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol,
ibuprofen
c) Analgesik
2) Penatalaksanaan keperawatan
a) Kompres dengan air hangat
b) Istirahat yang cukup
c) Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d) Kumur dengan air hangat
e) Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi klien
3) Penatalaksanaan secara umum
a) Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui
mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa
diberikan dalam bentuk suntikan.
b) Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
• Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun.
• Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
• Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
• Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian
antibiotik.
4) Penatalaksanaan Terapi
Penatalaksanaan terapi menurut Rospa Hetharia & Sri Mulyani (2011), pada
penderita dengan daya tahan tubuh baik penyakit akan sembuh sendiri. Dapat
diberikan terapi simtomatik yaitu istirahat, makan lunak, analgetik/antipiretik dan
gargarisma kan. Bila daya tahan kurang, misalnya pada bayi dan orang tua, dapat
diberikan antibiotika.
i. Komplikasi
HIPERTERMI
reseptor nyeri I
koping tidak
iL efektif
I konduksi
I Persepsi nyeri
Gambar 2.3
Patofisiologi Tonsilitis
(Harry Pasha Saputra, 2015)
c. Diagnosa Keperawatan
Menurut Marni (2014), adapun Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul pada klien
tonsilitis adalah :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembekakan faring, produksi
sekret.
2) Risiko tinggi cidera : perdarahan berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari
kantong tonsil.
3) Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, efek dari tindakan pembedahan.
4) Gangguan menelan berhubungan dengan inflamasi dan nyeri.
5) Risiko tinggi kurang volume cairan berhubungan puasa sebelum pembedahan, menolak
untuk menelan.
6) Cemas berhubungan dengan kejadian yang tidak dikenal, rasa tidak nyaman.
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun.
-
Tabel 2.1
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan pembekakan faring, produksi sekret
(Marni, 2014).
2) Risiko tinggi cidera : perdarahan berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari
kantong tonsil.
Tabel 2.2
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Risiko tinggi cidera : perdarahan
berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari kantong tonsil
(Marni, 2014)
pembedahan.
Tabel 2.3
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi, efek dari tindakan pembedahan
(Mami, 2014)
Tabel 2.4
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Gangguan menelan berhubungan
dengan inflamasi dan nyeri
(Mami, 2014)
5) Risiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan puasa sebelum pembedahan,
menolak untuk menelan.
Tabel 2.5
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Risiko tinggi kurang volume
cairan berhubungan dengan puasa sebelum pembedahan, menolak untuk
menelan
(Mami, 2014)
nyaman.
Tabel 2.6
Tabel Rencana Tindakan Keperawatan Cemas berhubungan dengan
kejadian yang tidak dikenal, rasa tidak nyaman
(Marni, 2014)
e. Implementasi Keperawatan
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Studi Kasus untuk mengeksploriasi
masalah Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Tonsilitis dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Perawatan Anak di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Klien Tonsilitis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut.
C. Fokus Studi
Diarahkan pada Klien yang mengalami Tonsilitis dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu
diantaranya sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi :
a. Klien anak yang mengalami Tonsilitis
b. Klien anak yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
c. Klien anak yang berumur 5 sampai 15 tahun.
d. Klien anak yang mengalami Tonsilitis Akut, Tonsilitis Falikularis,
Tonsilitis Lakunaris, Tonsilitis Membranosa, dan Tonsilitis Kronik
e. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi :
a. Klien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini :
1. Pedoman wawancara
Secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa
pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut :
a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam rumusan
judul penelitian.
b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau intruksi dan kata pengantar
lebih lanjut.
c. Sebelum melakukan wawancara peneliti lebih dahulu membuat kisi-kisi
pedoman wawancara.
2. Pedoman observasi
a. Inspeksi
1) Melihat tanda-tanda infeksi pada daerah tonsil yang membengkak
2) Melihat rongga mulut
3) Melihat keadaan umum
4) Melihat tanda-tanda vital
b. Palpasi
1) Meraba nadi dan pernapasan
2) Meraba kulit untuk suhu badan
3) Meraba nyeri tekan
c. Perkusi
1) Mengetahui kondisi organ dalam tubuh seperti paru-paru, jantung, dll
d. Auskultasi
1) Mendengar suara tambahan pada paru-paru
2) Mendengar irama jantung
3. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada Klien dengan melakukan tindakan
pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan perkembangan klien.
4. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan tentang hasil
pemeriksaan Klien yang ada pada medical record.
I. Etika Penelitian
1. Informed Consent (informasi untuk responden)
Inform consent diberikan kepada responden. Setelah calon responden
memahami atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya
peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani oleh
responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan dengan data
responden, Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner
atau lembar observasi dan hanya diberikan kode atau nomor responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiannya oleh peneliti.
BAB IV
J. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yang terletak di Jl. Letjen
Jenderal Andi Mappa Oudang No. 63 Makassar yang berdiri sejak tahun
1965, yang manfaatnya sangat besar dalam mendukung tugas operasional
kepolisian dan bahkan keluarga besar Polri dan Masyarakat Umum yang
membutuhkan pelayanan kesehatan yang cukup terjangkau baik dari segi
pembiayaan maupun kecepatan pelayanan yang diberikan sesuai dengan
Motto Pelayanan Prima dalam proses penyembuhan pasien.
Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar terdapat 2 ruangan khusus
perawatan anak salah satunya yaitu Ruangan Parkit yang terletak di lantai
dua yang memiliki 6 kamar diantaranya 2 ruangan VIP.
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien)
a. Identitas Klien
1) Nama : An. “H”
3) Usia : 5 Tahun
5) Agama : Islam
1) Ayah
a) Nama
e) Agama
: Tn. “A”
f) Alamat
:31 Tahun
: TNI AD
2) Ibu
: SMA
a) Nama : Islam
: Asrama Kodim Baji Gau
b) Usia
• Komplikasi yang dialami oleh Ibu Klien pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan : Ibu Klien mengatakan melahirkan terpaksa di
Sesarea karena belum cukup bulan.
c) Post Natal
• Kondisi bayi : Bayi dirawat dalam inkubator
• BB Lahir : 1,8 Kg
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Ibu Klien mengatakan tidak ada yang pernah menderita penyakit yang
sama dengan anaknya.
b) Genogram 3 Generasi
GI
GII
GIII
Gambar 4.1
Genogram 3 Generasi
: Laki-laki
Keterangan :
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Klien
: Garis Serumah
Catatan :
GI : Kakek dan Nenek dari Klien. Kakek dari Ayah Klien sudah meninggal
karena menderita penyakit DM. Kakek dari Ibu Klien pernah
mengalami Rematik/Asam Urat.
GII : Ayah dan Ibu dari Klien. Keduanya tidak menderita penyakit menular
atau penyakit keturunan.
GIII : Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak
kembar. Klien sering mengalami radang tenggorokan. Saudara dari
Klien tidak menderita penyakit menular atau keturunan.
4) Riwayat Imunisasi Klien
Tabel 4.1
Tabel Riwayat Imunisasi
Lingkar Kepala : 49 cm
No Pemeriksaan Ya Tidak
1 Isi titik-titik dibawah ini dengan Bicara & Bahasa
jawaban anak. Jangan membantu
kecuali mengulangi pertanyaan. “Apa
yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu V
lelah?”
Jawab YA bila anak menjawab ke 3
pertanyaan tadi dengan benar, bukan
dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar
adalah “menggigil”, “pakai mantel”
2 Apakah anakkedalam
atau “masuk dapat mengancingkan
rumah”. Sosialisasi &
V
bajunya atau pakaian boneka? Kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak Kasar
berpegangan. Jika perlu tunjukkan
caranya dan beri anak kesempatan V
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan
4 Jangan keseimbangananak.
mengoreksi/membantu dalam Gerak Halus
Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perhatikan kedua gambar garis ini pada
anak.
Tanyakan : “Mana garis yang lebih
V
panjang?” Minta anak menunjuk garis
yang lebih panjang. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini lagi dan
Apakah anak dapat menunjuk garis
yang lebih panjang sebanyak 3 kali
dengan membantu
5 Jangan benar anak dan jangan Gerak Halus
memberitahu nama gambar ini, suruh
anak menggambar seperti contoh ini
dikertas kosong yang tersedia. Berikan
3 kali kesempatan. Apakah anak dapat
V
menggambar seperti contoh ini?
W_______________________
JaHablakj YA
>/
6 Bicara & Bahasa
Ikuti perintah ini dengan seksama.
Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini :
V
“Letakkan kertas ini di atas lantai”
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang Sosialisasi &
dan tidak rewel (tanpa menangis atau Kemandirian V
menggelayut pada anda” pada saat anda
8 Jangan menunjuk, membantu atau Bicara & Bahasa
membetulkan, katakan pada anak :
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
V
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau” Dapatkah
anak menunjuk keempat warna itu
dengan benar?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki Gerak Kasar
beberapa kali tanpa berpegangan
V
(lompatan dengan dua kaki tidak ikut
dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian Sosialisasi &
V
sendiri tanpa bantuan? Kemandirian
a) Berguling : 3 bulan
b) Duduk : 5 buan
c) Merangkak : 6 bulan
d) Berdiri : 8 bulan
e) Berjalan : 12 bulan
7) Pola Kesehatan
a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Ibu Klien mengatakan sudah paham tentang status kesehatan anak saat
ini, Ibu Klien sangat khawatir jika mengetahui anaknya sakit, maka
setelah mengetahui, Ibu Klien segera membawa anaknya kerumah sakit.
Tabel 4.3
Tabel Pola Kesehatan
nyeri.
• Nadi : 88x/i
• Pernafasan : 22x/i
d) Kepala
Bentuk mosochopal, rambut berwarna hitam bentuk ikal, tidak ada
benjolan pada kulit kepala, tidak ada nyeri tekan, rambut tidak
rontok.
e) Mata
Konjungtiva anemis, mata tampak cekung.
f) Hidung
Hidung tampak bersih, tidak ada tolip.
g) Telinga
Bersih, tidak ada serumen, dan tidak ada gangguan pendengaran.
h) Mulut
Bersih, mukosa bibir lembab, ada celah pada bibir atas.
i) Leher
Nyeri saat menelan, ada benjolan tonsilitis tampak membengkak dan
hiperemis, permukaan diliputi bercak putih.
j) Thorak/pernapasan
Tidak ada suara tambahan.
k) Jantung
l) Abdomen
Dinding perut terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, terdengar suara
timpani.
m) Ekstremitas
Tidak ada keluhan ekstremitas atas dan bawah.
n) Genetalia
Tidak ada kelainan, jenis kelamin perempuan.
o) Anus
Tidak ada kelainan.
p) Neurologi
• Nervus I : Penciuman Klien baik
• Nervus XI
: Kedua bahu Klien masih mampu mengatasi
tekanan dengan baik
• Nervus XII : Pergerakan lidah Klien baik
q) Antropometri
• BB : 15 Kg
• TB : 103 Cm
• Lingkar Kepala : 49 Cm
• Lingkar Dada : 56 Cm
• Lingkar Lengan : 16 Cm
Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.4
Tabel Pemeriksaan Darah
(Rekam Medik RS. Bhayangkara Makassar, 2019)
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Rutin
1 WBC 14.60 10A3/uL 5.0 - 13.0
2 RBC 4.41 10A6/Ul 3.8 - 5.4
3 HGB 11.9 g/dl 12.0 - 15.0
4 HCT 37.1 0 34.0 - 49.0
5 MCH 27.0 Pg 23.0 - 29.0
6 MCHC 32.1 g/dl 31.0 - 35.0
7 PLT 311 10A3/Ul 200.0 - 450.0
8 RDW-SD 39.0 fL 35.0 - 56.0
9 RDW-CV 11.7 0 11.0 - 16.0
10 PDW 9.9 fL 9.0 - 17.0
11 MPV 8.8 fL 6.5 - 12.0
12 P-LCR 14.9 0 11.0 - 45.0
Hitung Jenis
1 LYMPH 11.8 0 20.0 - 50.0
2 MXD 12.5 0 1.0 - 20.0
3 NEUT 75.7 0 30.0 - 55.0
4 LYMPH# 1.70 10A3/uL 0.80 - 4.00
5 MXD# 1.8 10A9/L
6 NEUT# 11.10 10A3/uL 2.0 - 7.00
• Suhu = 36,3 °C
• Nadi = 88x/i
• RR = 22x/i
Tabel 4.6
Tabel Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Bakteri streptokokus, Nyeri Akut
1. Ibu Klien mengatakan virus coxackievirus,
anaknya nyeri saat epstein bar, herves, dll 1
menelan Menyerang tonsil dan
2. Klien mengatakan nyeri faring
yang dirasakan seperti 1
ditusuk-tusuk
DO : Mekanisme tubuh dalam
1. Klien tampak meringis menghadapi jejas i Reaksi
2. Klien tampak gelisah radang local pada area
3. Observasi Nyeri yang terpajang i
P = Nyeri pada saat Permeabilitas membran
menelan meningkat i Pelepasan
Q = Nyeri tertusuk-tusuk mediator kimia
R = Nyeri pada (bradikinin, histamin, dll)
tenggorokan sebelah i Merangsang reseptor
kanan nyeri i
S = Skala nyeri 2 Modulasi transmisi
(Ringan) konduksi i
T = Hilang Timbul ± 10 Persepsi nyeri i
menit
4. Tonsilitis tampak
membengkak dan
hiperemis, permukaan
2 Nyeri pada tonsil dan Ketidak-
DS:
faring i seimbangan Nutrisi
1. Ibu Klien mengatakan saat
Kesulitan menelan Kurang dari
makan anaknya hanya
i Kebutuhan Tubuh
memakan 2-3 sendok saja
Nafsu makan menurun i
2. Ibu Klien mengatakan saat
Ketidakseimbangan
Klien minum susu juga
antara intake dan
kadang-kadang
kebutuhan tubuh i
dihabiskan
DO :
1. Klien tampak lemah
2. Tanda-Tanda Vital
• Suhu = 36,3 °C
• Nadi = 88x/i
• RR = 22x/i
b. Diagnosis
Tabel 4.7
Tabel Diagnosis
Ruang Perawatan
: Parkit
Tabel 4.8
Tabel Perencanaan
• Suhu = 36,3 °C
• Nadi = 88x/i
d. Pelaksanaan/Implementasi
Nama : An. H
Umur : 5 tahun
Tabel 4.9
Tabel Pelaksanaan/Implementasi
Nama : An. H
Umur : 5 tahun
Diagnosa Medik : Tonsilitis Kronik
Ruang Perawatan : Parkit
Tabel 4.10
Tabel Evaluasi
Pada pembahasan ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan di
uraikan sesuai dengan tahap dalam proses keperawatan, serta membahas masalah
kesenjangan antara teori dan kenyataan (kasus) yang diperoleh selama melakukan
perawatan pada Klien An. H dengan gangguan Sistem Pencernaan di Ruangan
Perawatan Anak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar selama 3 hari.
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan telah diterapkan proses
Keperawatan sesuai teori yang ada. Dimana proses Keperawatan yang mempunyai
5 tahap yaitu : Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan secara sistematis dalam membantu dan
menentukan status kesehatan Klien serta merumuskan Diagnosa Keperawatan.
Menurut teori masalah yang ditemukan adalah :
Data-data yang umumnya pada anak Tonsilitis adalah dengan gejala
nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama. Gejala lain : Demam, tidak enak badan, sakit kepala, dan muntah (Andra
Saferi Wijaya, 2013).
Sementara yang ditemukan pada Klien yaitu nyeri tenggorokan saat
menelan, Klien tampak meringis, Klien tampak gelisah, Klien kurang nafsu
makan, Klien tampak lemah, Konjungtiva tampak anemis, BB : 15 Kg, Tinggi
Badan : 103 Cm, dan tanda-tanda vital seperti : Pernapasan : 22x/i, Nadi : 88,
6) Cemas berhubungan dengan kejadian yang tidak dikenal, rasa tidak nyaman.
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
Sedangkan dalam kasus Klien An. H ditemukan untuk Diagnosa
Keperawatan yaitu :
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
Berdasarkan teori ditemukan 7 Diagnosa Keperawatan, sedangkan
pada kasus di temukan 2 Diagnosa Keperawatan. Adapun kesenjangannya
sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda batuk dan suara napas
tambahan, Klien mampu bernafas dengan baik.
b. Risiko tinggi cidera
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada
saat pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda permukaan kasar dan
gundul dari kantong tonsil.
c. Gangguan menelan
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda gangguan fase esofagus dan
keluhan “ada yang menyangkut”, Klien mampu menelan secara perlahan.
d. Risiko tinggi kurang volume cairan
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda menolak untuk makan,
Klien juga tidak ada rencana untuk operasi yang mewajibkan untuk puasa
jadi Intake cairan yang masuk dalam tubuh tidak akan kurang.
e. Cemas
Diagnosa ini tidak diangkat sebagai suatu masalah karena pada saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasan tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan kecemasan dan
Vital Sign Klien dalam batas normal.
3. Intervensi
Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah yang muncul pada Klien Tonsilitis dengan Nyeri Akut disesuaikan
dengan perencanaan tindakan keperawatan pada teori. Walaupun pada teori
Marni (2014) terdapat 7 perencanaan tindakan keperawatan sedangkan pada
kasus hanya terdapat 6 perencanaan tindakan keperawatan ini dikarenakan
disesuaikan dengan kondisi Klien dan juga ada beberapa intervensi yang sudah
dilakukan sebelumnya oleh perawat di ruangan.
Masalah ini teratasi pada tanggal 07 April 2019, hal ini dapat
dilihat dari data ibu Klien yang mengatakan nyeri yang dirasakan anaknya
sudah mulai berkurang dan data yang diperoleh skala nyeri 1 (Ringan).
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun
Masalah ini teratasi pada tanggal 07 April 2019, hal ini dapat
dilihat dari data ibu Klien yang mengatakan anaknya sudah mulai nafsu
makan, prosi makan sudah meningkat dan minum susu juga sudah mulai
dihabiskan dan data yang diperoleh Klien sudah tampak mulai nafsu
makan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menguraikan Tinjauan Teori dan Tinjauan Kasus serta perbandingan dari
keduanya dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien An. H dengan gangguan sistem
pencernaan Tonsilitis diruangan Parkit Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dari tanggal 05-
07 April 2019. Maka penulis dapat menarik kesimpulan dan memberikan saran sebagai
berikut :
K. Kesimpulan
1. Setelah melakukan pengkajian, penulis menemukan gejala pada Klien An. H seperti :
Nyeri Akut berhubungan dengan tonsilitis tampak membengkak dan hiperemis yang
dimana permukaan kulit diliputi dengan bercak putih. Pada Diagnosa Keperawatan
terdapat :
2. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada kasus atau yang muncul pada Klien An. H
dan terdapat pula dalam teori yaitu : Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
dan Resiko Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun.
3. Dalam melaksanakan Rencana Keperawatan pada Klien dengan An. H dengan
gangguan sistem pencernaan : Tonsilitis mengacuh pada teori dan Masalah
Keperawatan yang muncul untuk mengurangi dan mencegah masalah pada Klien dan
memperhatikan kondisi Klien.
4. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien An. H disesuaikan dengan rencana
tindakan yang telah ditentukan agar masalah keperawatan yang
dihadapi Klien dapat diatasi atau dicegah.
L. Saran
1. Akademik
a. Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan Program Diploma III
Keperawatan pada masa yang akan datang.
b. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
c. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III
Keperawatan di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
2. Rumah Sakit
Sebagian bahan masukan badan pengelola perawatan Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar, untuk mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan dalam meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan
khususnya dalam penanganan Klien yang mengalami gangguan sistem pencernaan :
Tonsilitis di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
3. Tenaga Keperawatan
Sebagai salah satu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan untuk
meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan secara komperhensif, khusunya bagi Klien
dengan gangguan sistem pencernaan : Tonsilitis untuk membantu penyembuhan.