PENDAHULUAN
han asing dengan efektif serta sebagai tempat produksi antibodi yang dihasilkan
anak maupun dewasa. Penderita tonsilitis merupakan pasien yang sering datang di
praktek dokter ahli bagian telinga hidung tenggorok-kepala dan leher (THT-KL),
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer yang disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri, dan
jamur yang masuk secara aerogen atau foodborn. Tonsilitis ditandai juga dengan
sakit tenggorok, gangguan menelan dan pembesaran ringan kelenjar limfe leher
Penyebaran infeksi ini ditransmisikan melalui udara (air borne droplets), tangan,
tonsilitis akut dan tonsillitis kronis.5 Tonsilitis akut terdiri dari tonsilitis viral dan
virus, bakteri, dan jamur yang masuk secara aerogen atau foodborn,
sering mengenai anak-anak dibandingkan dewasa. Hal ini disebabkan pada anak
1
rentan terkena ISPA dan umumnya anak yang menderita tonsillitis mengalami
infeksi virus. Penelitian yang dilakukan Modena terhadap 121 anak dengan
tonsillitis, 118 mengalami infeksi virus, dengan virus terbanyak adalah Epsteinn
Barr Virus.7
berbagai Negara. Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli THT Rumah
Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 kunjungan pasien dan jumlah
penderita tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (8,1%) .
tonsilitis kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu usia
penderita tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%.9
akut pada tahun 2016 yaitu 3.700 jiwa, dan berdasarkan data laporan dari 24
yang memiliki angka kasus penyakit tonsillitis akut tertinggi yaitu sebanyak 470
jiwa.8
Laporan Dinas Kesehatan Kota Kendari pada tahun 2013 penderita tonsilitis
masuk dalam urutan ke 13 dari 20 besar penyakit sebanyak 1,17%, tahun 2014
2
menjadi 1,07%, dan pada tahun 2015 pendarita tonsilitis juga tetap berada dalam
tonsilitis tertinggi di Kota Kendari. Berdasarkan data laporan rekam medis pasien
rawat jalan di Puskesmas Puuwatu, pada tahun 2014 yaitu sebanyak 48,64%, pada
tahun 2015 sebanyak 63,74% dan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 72,66%.9
Data medical record tahun 2010 di RSUP DR. M. Djamil Padang di bagian
THT-KL subbagian laring faring ditemukan insiden tonsilitis sebanyak 465 dari
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk
berdasarkan usia di RSI Siti Rahmah Padang pada tahun 2016 – 2018.
3
2. Mengetahui profil pasien tonsillitis yang dilakukan tonsilektomi
berdasarkan jenis kelamin di RSI Siti Rahmah Padang pada tahun 2016
– 2018.
berdasarkan ukuran tonsil di RSI Siti Rahmah Padang pada tahun 2016
– 2018.
berdasarkan gejala klinis di RSI Siti Rahmah Padang pada tahun 2016 –
2018.
pelayanan di RSI Siti Rahmah Padang, yang akan berimbas pada kepuasan
pelanggan.
4
1.4.4 Bagi Fakultas Kedokteran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tonsil
2.1.1 Definisi
Tonsil adalah kelenjar getah bening dibagian belakang mulut dan tenggorok
bagian atas. Tonsil biasanya membantu menyaring bakteri dan kuman untuk
2.1.2 Anatomi
Tonsil terdiri dari jaringan padat limfoid yang merupakan bagian dari cincin
weldayer, terdiri dari tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil faucial),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tubaeustachius (lateral band dinding
faring atau gerlach’s tonsil).8 Tonsil berbentuk oval dengan panjang 1,75 – 2,50
cm dengan lebar 1,5 – 2,0 cm. masing-masing tonsil memiliki 8-20 kripta yang
terdiri dari jaringan connective tissue seperti jaringan limfoid yang berisi sel
limfoid. Kripta adalah tubular dan hamper selalu memanjang dari dalam tonsil
sampai ke kapsul tonsil pada permukaan luarnya. Permukaan kripta ditutupi oleh
epitel yang sama dengan epitel permukaan media. Saluran kripta kearah luar
6
biasanya bertambah luas. Secara klinis terlihat bahwa kripta merupakan sumber
infeksi baik secara local maupun umum karena dapat berisi sisa makanan, epitel
2.1.3 Fisiologi
dengan cara menahan kuman yang masuk ketubuh melalui mulut, hidung, dan
pada tonsil disebut tonsillitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat memfagosit kuman
adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat
membunuh kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil
dan adenoid terkadang tidak mati dan bersarang serta menyebabkan infeksi yang
kronis dan berulang. Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan
adenoid terus memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan
2.2 Tonsilitis
2.2.1 Definisi
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel)
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis
7
2.2.2 Epidemiologi
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, namun jarang terjadi pada
yang dilakukan di Rumah Sakit Serawak di Malaysia diperoleh 657 data penderita
Tonsilitis Kronis dan didapatkan pada pria 342 (52%) dan wanita 315 (48%)
Sebaliknya penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pravara di India dari 203
penderita Tonsilitis Kronis, sebanyak 98 (48%) berjenis kelamin pria dan 105
2.2.3 Etiologi
infeksi virus.15
2.2.4 Klasifikasi
detritus. detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel
yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai
bercak kuning.
maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar
8
sehingga terbentuk semacam membran semu (pseudomembrane) yang menutupi
tonsil. 16
ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene
mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut
2.2.5 Patofisiologi
kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam
kripta. Mungkin adanya perbedaan dalam strain atau virulensi organisme dapat
2. Pembentukan eksudat.
9
4. Pembentukan abses peritonsilar
5. Nekrosis jaringan.18
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak disi oleh detritus. Proses berjalan
dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
Akibat dari proses ini akan terjadi pembengkakan atau pembesaran tonsil ini,
nyeri menelan, disfagia. Kadang apabila terjadi pembesaran melebihi uvula dapat
yang disebut kissing tonsils dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan
makanan. Komplikasi yang sering terjadi akibat disfagia dan nyeri saat menelan,
Tonsilitis akut lebih sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Masa
inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri
tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi,
rasa lesu, sakit kepala, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan, pembesaran
10
kelenjar lymphe pada leher dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di
telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui n.glosofaringeus (n.IX).16
berkumpul dan membentuk membran dan pada beberapa kasus dapat terjadi
nekrosis jaringan lokal.18 Pada anak - anak terkadang disertai drooling (air liur
menetes keluar) karena terdapat sakit menelan dan susah makan. Lebih berat lagi,
dapat timbul tanda - tanda obstruksi jalan napas yang tampak dengan berhentinya
bernapas atau mendengkur saat tidur. Gejala biasanya membaik dalam 3-4 hari,
kemerahan.
tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan
tidak mencolok.
rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Terasa ada yang
11
Pada tonsillitis kronik juga sering disertai halitosis dan pembesaran nodul
servikal.2 Pada umumnya terdapat dua gambaran tonsil yang secara menyeluruh
atasnya tertutup oleh eksudat yang purulent. (b) tonsil tetap kecil, bisanya
tepinya hiperemis, kripta melebar dan diatasnya tampak eksudat yang purulent.21
Stres
Traveler
12
Kondisi ko-morbid yang mempengaruh sistem imun seperti
2.2.8 Pemeriksaan
kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau
detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat
lebih.22
13
Gambar 2.2.8.1 Tonsil size scoring22
Fokal infeksi pada tonsil dapat diperiksa dengan melakukan beberapa tes.
Dasar dari tes-tes ini adalah adanya kuman yang bersarang pada tonsil dan apabila
tes dilakukan, terjadi transportasi bakteri, toksin bakteri, protein jaringan fokal,
material lymphocyte yang rusak ke dalam aliran darah ataupun dengan perkataan
lain akan terjadi bakterimia yang dapat menimbulkan kenaikan pada jumlah
lekosit dan LED. Dalam keadaan normal jumlah lekosit darah berkisar antara
1) Tes masase tonsil: salah satu tonsil digosok-gosok selama kurang lebih 5
menit dengan kain kasa, jikalau 3 jam kemudian didapati kenaikan lekosit
lebih dari 10.000/mm3 atau kenaikan laju endap darah (LED) lebih dari 10
jam kemudian diperiksa jumlah lekosit dan LED. Jika terdapat kenaikan
jumlah lekosit lebih dari 2000/mm3 atau kenaikan LED lebih dari 10 mm
14
3) Tes hialuronidase : periksa terlebih dahulu jumlah lekosit, LED dan
lekosit lebih dari 1000/mm3 serta kenaikan LED lebih dari 10 mm maka
produk-produk yang dihasilkan kuman dan dilepaskan oleh jaringan yang cedera.
Namun, bakterimia yang terjadi karena rangsang terhadap fokal infeksi biasanya
bersifat sementara dengan demikian akan terjadi kenaikan jumlah lekosit dan LED
22
yang bersifat sementara juga.
2.2.9 Penatalaksanaan
2.2.9.1 Medikamentosa
Tonsilitis Akut
atau klidamisin.
simptomatik.
4. Pemberian antipiretik.18
15
Tonsilitis Kronik
mulut yang baik, obat kumur, obat hisap dan tonsilektomi jika terapi konservatif
antibiotik oral perlu diberikan selama sekurangnya 10 hari. Antibiotik yang dapat
diberikan adalah golongan penisilin atau sulfonamida, namun bila terdapat alergi
Obstruksi jalan nafas harus ditatalaksana dengan memasang nasal airway device,
2.2.9.2 Operatif
palatina dari bantalan tonsilar atau dengan operatif menggunakan guillotine atau
jerat. Setiap prosedur melibatkan pengangkatan tonsil dan selubung fascial yang
untuk terapi pembedahan jika jumlah infeksi melebihi 7 kali per tahun selama 1
tahun, 5 kali per tahun selama 2 tahun dan 3 kali per tahun selama 3 tahun.23
tonsilektomi, sekalipun frekuensinya jarang. Oleh karena itu, ahli THT sering
16
dengan risiko komplikasi (yang kecil tapi berat ) , khususnya perdarahan yang
ini.Dulu diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang.Saat ini indikasi
utama adalah obstruksi saluran nafas dan hipertrofi tonsil. Berdasarkan The
1. Indikasi absolut
kardiopulmonal.
2. Indikasi relatif
• Terjadi 3 kali atau lebih infeksi toTerjadi 3 kali atau lebih infeksi
adekuat.
pengobatan medik.
17
• Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang
terhadap β-laktamase.
3. Kontra-indikasi
terkontrol
• Anemia
• Infeksi akut19
2.2.10 Komplikasi
Tonsilitis Akut
(sindrom Lemierre).
tidur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang
Tonsilitis Kronik
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
18
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik,
19
BAB III
Bakteri
Infeksi Peradangan pada
Tonsil
Tonsil jaringan tonsil
Virus
Tonsilitis kronis
(> 3 minggu)
20
3.2 Kerangka Konsep
Usia
Jenis Kelamin
Klasifikasi
Penatalaksanaan
21
Bab IV
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data diambil dari sumber
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2018 – Juli 2019 di bagian THT-KL
4.3.1 Populasi
THT-KL RSI Siti Rahmah Padang sejak Januari – Desember tahun 2018.
4.3.2 Sampel
Tonsilitis yang berobat ke RSI Siti Rahmah Padang serta memenuhi kriteria
sebagai berikut:
22
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling,
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
𝑍 ∝2 𝑃𝑄
𝑛=
𝑑2
0,77446656
=
0,01
= 77,44
= 80 orang (dibulatkan)
Keterangan:
n= Jumlah Sampel
1. Usia
Tonsilitis
23
3) Masa Remaja Awal : 12-16 tahun
2. Jenis Kelamin
d. Hasil Ukur :
1) Laki-laki
2) Perempuan
3. Ukuran Tonsil
Tonsilitis
d. Hasil Ukur :
24
1) T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼
4. Klasifikasi
d. Hasil Ukur :
> 3 minggu
> 3 minggu
5. Penatalaksanaan
25
a. Definisi : Pengobatan atau terapi yang diberikan
d. Hasil Ukur :
tindakan medis
26
4.6 Alur Penelitian
Pembuatan Proposal
Menarik kesimpulan
27
1. Editing
2. Coding
3. Processing
4. Cleaning
variabel yang akan diteliti. Semua data yang dianalisis dalam penelitian ini
28
1. Persetujuan etik dari Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah.
peneliti
penelitian.
29
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.lppm.unila.ac.id/2126/1/Fariz-Acc-Kirim_UDA-DI-
EDIT.pdf.
Siswa Sekolah Dasar Inpres Kema 3 Kabupaten Minahasa Utara. Univ Sam
tenggorok-pada-siswa-sekolah-dasar-inpres-kema-3-kabupaten-minahasa-
utara.html.
4th ed. (Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, eds.). Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.
Unand. 2013;4(3):786-794.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/365.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/5424.
30
6. Arsyad F., Wahyuni S, Ipa A. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pola
2013;2:2001-2003.
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/370/256.
7. Nadhilla NF, Sari MI. Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut pada Pasien
kronik-eksaserbasi-akut-pada-pasien-dewasa-a-29-year-old-man-with-
acute-exacerbation-of-chronic-tonsilitis.html.
Gejala Tonsilitis pada Anak di SDN 005 Sungai Pinang Kecamatan Sungai
Tonsilitis Kronis Pada Anak Usia 5-11 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat Masy. 2017;2(6):1-
10. https://www.neliti.com/id/publications/198127/analisis-faktor-risiko-
kejadian-tonsilitis-kronis-pada-anak-usia-5-11-tahun-di-w.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/23635/Hubungan-antara-tonsilitis-
kronik-dengan-penurunan-kualitas-hidup-di-rsud-dr-Moewardi-surakarta.
11. Sari LT. Faktor pencetus tonsilitis pada anak usia 5-6 tahun di wilayah
31
http://eprints.ums.ac.id/32153/14/NASKAH PUBLIKASI.pdf.
12. Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed.
13. Prasetya Lanang SM, Rizal A, Ramatryana Apraz IN. Simulasi Deteksi
14. Sundariyati IGAH. Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut. Fak Kedokt Univ
Udayana. 2017.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ce84a52f23a3735f4
ce7b202a8877d93.pdf.
15. Shah UK. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess. In: Tewfik TL, ed.
overview#showall.
17. Kumar S. Fundamentals of Ear, Nose & Throat Disease and Head-Neck
18. Higler AB. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Keenam. (Higler AB, ed.).
32
Malik Pada Tahun 2014. FK USU. 2014:5-22.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56151/Chapter
II.pdf?sequence=4&isAllowed=y.
20. Nagel P, Gurkov R. Dasar - Dasar Ilmu THT. Jakarta: EGC; 2012.
Malik Medan Tahun 2009. Fak Kedokt Univ Sumatera Utara. 2009:1-14.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27640/Chapter
II.pdf?sequence=4&isAllowed=y.
22. Mita DN, Novitasari A, M WB. Analisis Faktor Risiko Tonsilitis Kronik.
24. Lucente FE, Har-El G. Ilmu THT Essensial. Jakarta: EGC; 2011.
25. Ludman H, Bradley PJ. ABC Telinga, Hidung Dan Tenggorok. Edisi 5.
33