Anda di halaman 1dari 46

Capaian imunisasi di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2019

LAPORAN HASIL AKHIR


KEPANITERAAN SENIOR STASE PUBLICH HEALTH I

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir

kepaniteraan senior stase public health I

M KEVIN 1510070100010

NIA SATILA ZARI 1510070100012

NADA RIZKI AFIFAH 1510070100020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat

dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan case ini dengan judul

“Capaian imunisasi di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2019”.

Case ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan case ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan case ini.

Harapan penyusun semoga case ini dapat menambah wawasan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi case ini agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan case ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................1

1.3 Tujuan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................3

2.1 Imunisasi di Indonesia..................................................................3

2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Imunisasi...................................3

2.3 Tujuan Imunisasi..........................................................................4

2.4 Pengertian Imunisasi.....................................................................5

2.5 Manfaat Imunisasi........................................................................5

2.6 Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi...............6

2.7 Jenis-Jenis Imunisasi....................................................................15

2.8 Jadwal Imunisasi...........................................................................23

2.9 KIPI..............................................................................................25

BAB III PENUTUP ...................................................................................28

Kesimpulan .......................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan
salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977
kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global
yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan
rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementrian Kesehatan, 2017)

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat ialah

bagaimana capaian imunisasi di wilayah puskesmas?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Dengan terselenggaranya Pelayanan imunisasi lengkap untuk balita di Puskesmas diharapkan

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan

kuratif yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor

Risiko virus dan meningkatnya kualitas kesehatan balita.

1
b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku masyarakat untuk

mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko

virus, serta untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian

penyakit dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan masyarakat.

1.3.3 Manfaat teoritis

Untuk mengetahui prilaku masyarakat terhadap Kesehatan Lingkungan

1.3.4 Manfaat aplikatif

1. Bagi Puskesmas KTK

Sebagai masukan untuk peningkatan pelayanan kesehatan khususnya dalam

penatalaksanaan imunisasi

2. Bagi masyarakat wilayah KTK

Dapat meningkatkan kesehatan pada balita yang melakukan imunisasi

3. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pelaksanaan

imunisasi

1.3.5 Manfaat Metodologi

Dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan penelitian dan evaluasi terutama

mengenai imunisasi

1.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Imunisasi Di Indonesia


Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima
imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan
program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan
perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan
imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu,
Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya
pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan
Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

1.2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi.
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman
Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).

1.2.3 Tujuan Imunisasi Di Indonesia


1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.
2. Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi

3
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada calon
jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan
perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga
dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.

1.2.4 Pengertian Imunisasi


Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak
hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi
yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk
antibodi. Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes,
2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein
rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada

4
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu. (Kemkes,2017)

1.2.5 Manfaat Imunisasi


1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
1.2.6 Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1. TBC (Tuberculosis).
2. Difteri.
3. Pertusis
4. Tetanus
5. Polio
6. Influenza
7. Demam Tifoid
8. Hepatitis
9. Meningitis
10. Pneumokokus
11. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
b. Measles (campak)
c. Rubella (campak Jerman)
12. Rotavirus
13. Varisela
14. Hepatitis A

1.2.7 Jenis- Jenis Imunisasi


1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif

5
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan,
sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan
perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan
adalah dimana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang
sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang telah
dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi ketiganya
dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar
air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem
kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu
membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat
digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat,
tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan
jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka
akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi
dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin
sebelum dan sementara waktu sesudah kelahiran. Imunisasi pasif buatan
umumnya diberikan melalui injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit
tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-
antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi serum”,
meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem
kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia
dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan
antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu
tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan kekebalan
terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah
terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar

6
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar
untukmempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri
atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia
sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
campak, tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri
atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan

7
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk
melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang
belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis
meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan
poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG

8
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh
sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri
terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid),
biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam
bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk
vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal,
kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis.
Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah
dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C

9
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang
biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit
kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan,
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek,
demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang
mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.

c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio
yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin
yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai
di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota
gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

d. Vaksin Campak

10
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan
untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal.
Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin
gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi
demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga
pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat
penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka
kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang
gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu
hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu
satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun
cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat
vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan
sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa
panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID

11
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam,
pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis,
hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang
disertai kejang
1.2.8 Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,

12
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1,
maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT
dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

13
Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T
sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku
Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.

1.2.9 KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)


1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada
seseorang yang terjadi setelah pemberian imunisasi. Kejadian ini dapat
merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang bukan reaksi vaksin
dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa yang kebetulan terjadi)
bersamaan atau setelah imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5
kategori : Pilihlah salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari
lebih jauh tentang klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang
terkandung di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan
dalam produk vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin
yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh produsen
vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio saat proses
pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi (IPV)Vaksin polio

14
inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda
dengn vaksin polio oral (OPV) , vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) ,
IPV harus diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon imun.
(inactivated polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat
menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan kepada
orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan
cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini sangat mudah untuk
dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang
terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk
ke dalam vial sewaktu mengambil vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncopeSinkope
yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya mata berkunang-
kunang , badan terasa lemah sampai pingsan. Sering terjadi pada anak
dewasa muda pada saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian
imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan
sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian
imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporalAsosiasi
temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan.
Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan
kejadian berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika. seperti di daerah sub
sahara, penderita malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria

15
yang ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga
sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi,
maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada masalah kesehatan
masyarakat diwilayah tersebut yang perlu dianalisis lebih jauh.

16
BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Profil Puskesmas KTK


3.1.1 Keadaan Geografi dan Demografi
Puskesmas KTK merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota Solok
kecamatan Lubuk Sikarah tepatnya di kelurahan KTK kota Solok, yang luas
daerahnya 6,40 km2 yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan KTK yang luasnya : 1,35 km2


2. Kelurahan IX korong luasnya : 1,50 km2
3. Kelurahan Aro IV korong luasnya : 1,25 km2
4. Kelurahan Simpang Rumbio : 2,30 km2

Puskesmas KTK berpenduduk 15.798 jiwa dengan 4.220 KK dengan jumlah penduduk
perkelurahan sebagai berikut:

Jumlah penduduk

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 IX Korong 951 934 1885

2 KTK 1.306 1.295 2601

3 Aro IX Korong 1.572 1.575 3147

4 Simpang Rumbio 4.085 4.080 8165

Jumlah 7.914 7.884 15.798

Tabel 3.1 Data Kependudukan

Semua kelurahan dapat ditempuh dengan kendraan roda empat, jarak puskesmas dengan Ibu
Kota Solok 2 km.
Dengan batas wilayah kerja :
- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kubung
- Sebelah Utara berbatasan dengan koto panjang
- Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan kubung

17
- Sebelah selatan berbatsan dengan kecamatan kubung.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskemas KTK

3.1.2 Jenis Pelayanan Puskesmas KTK Tahun 2018


Upaya kesehatan Masyarakat di Puskesmas KTK telah mengacu kepada
Permenkes No 75 tahun 2014 yaitu meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan

a. Pelayanan Rawat Jalan


1. Loket pendaftaran.
2. Poli Lansia
3. Poli Umum.
4. Poli Ibu
5. Poli Anak
6. Poli KB
7. Poli Gigi
8. Konsultasi Gizi.
9. Klinik VCT / IMS
10. Pelayanan Imunisasi.
11. Klinik Sanitasi

18
12. Ruang Refraksi
13. Ruang Tindakan
b. Pelayanan Penunjang
1. Laboratorium.
2. Apotik
c. Pelayanan UKM
1. Esensial
a. Promkes / UKS
b. KIA / KB
c. Gizi
d. Kesling
e. P2P
f. Perkesmas
2. Pengembangan
a. Lansia
b. Jiwa
c. Indra
d. PKPR
e. UKK
f. UKGS/UKGM
Puskesmas KTK merupakan Puskesmas Santun Lansia di mana semua pelayanan rawat
jalan untuk Lansia dilaksanakan dalam satu gedung, terpisah dengan rawat jalan lainnya
kecuali untuk pelayanan loket. Sedangkan program inovatif di Puskesmas KTK adalah
“Posbindu Yang Terintegrasi Dengan UKS” yang dilaksanakan di MAN Model Kota Solok.

3.1.3 Visi dan Misi


1. Visi:
Menjadi pusat layanan yang profesional dan bermutu dibidang kesehatan dasar dan
memandirikan masyarakat untuk hidup sehat di wilayah kerja puskesmas KTK .

2. Misi:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan dasar melalui
perbaikan yang berkesinambungan

19
2. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan , keluarga
maupun masyarakat serta lingkungan di wilayah kerjanya
3. Mendorong kemandirian keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat melalui
upaya kegiatan promotif , preventif, dan peran aktif masyarakat dalam
peningkatan pemberdayaan
4. Menjamin terselenggaranya upaya kesehatan yang paripurna berdasarkan
profesional,pemerataan,bermutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya

3. Janji Pelayanan
 “Melayani dengan sepenuh hati”
4. Motto
 “KTK ASRI (Komunikatif, Taqwa, Kreatif, Aman, Senyum, Rapi, Inovatif )
5. Tata Nilai Puskesmas KTK
1. Jujur

2. Disiplin

3. Ramah

4. Kerjasama Tim

5. Taqwa

6. Integritas yang tinggi

6. Budaya Kerja Puskesmas KTK


SENYUM Senantiasa menampilkan keramahan dalam memberikan
pelayanan.

KOMUNIKATIF Mampu memberikan informasi kesehatan kepada


masyarakat dengan benar

AMAN Dalam memberkan pelayanan selalu mengutamakan


keamanan baik untuk diri petugas, pasien dan lingkungan
kerja.

RAPI Berpenampilan rapi diri dan rapi lingkungan tempat

AKTIF Dalam melaksanakan tugas selalu didasari atas keyakinan

20
dan penuh percaya diri bahwa apa yang dilaksanakan akan
membawa kemajuan dan manfaat baik ke intern maupun
ke ekstern.

MELAYANI Memberikan pelayanan kesehatan yang merata tanpa


membedakan status sosial, suku, ras, serta agama.

INOVATIF Usaha untuk mendayagunakan pemikiran dan kemampuan


imajinasi dalam menghasilkan pelayanan yang baik bagi
pasien.

Tabel 3.2 Budaya Kerja Puskesmas KTK

3.1.4 Sosial Budaya


1. Agama
Puskesmas KTK berpenduduk mayoritas beragama islam.
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya suku minang.
3. Mata Pencaharian
Masyarakat Puskesmas KTK bermata pencaharian sebagai pegawai, pedagang
dan petani.
4. Sarana Kependidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah KTK cukup lengkap:

No KELURAHAN Jumlah Sekolah


TK SD SMP SLTA
1 KTK - 2 1 -
2 ARO 2 3 - -
3 Simpang Rumbio 3 3 1 2
4 IX korong 1 1 1 -
Total 6 8 3 2
Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas KTK Tahun 2018

3.1.5 Sumber Daya Kesehatan


Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada diwilayah Puskesmas KTK sudah cukup memadai,
yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.

21
KEADAAN SDM KESEHATAN DI PUSKESMAS KTK

KEADAAN OKTOBER 2018

JUMLAH  

NO. JENIS SDMK PPPK/ SUKARELA


PNS PTT SUKARELA TOTAL
KONTRAK KONTRAK

1 Dokter umum 3         3

2 Dokter Gigi 1         1

3 Perawat 14 3   4 0 21

4 Bidan 12 1 2 4 0 19

5 Tenaga Kesmas 5         5

6 Tenaga Kesling 1         1

Ahli Laboratorium
7 Medik 2         3

8 Tenaga Gizi 2     2 0 4

Tenaga
9 Kefarmasian           0

  Apoteker 0         0

  Asisten Apoteker 2         2

11 Perawat Gigi 1     0   1

12 Perekam medis 0         0

13 Refraksi Optisi 1         1

Tekhnisi
14 Eletromedik 1         1

15 Fisioterapi       1   1

Tenaga
16 Administrasi 2 0   0   2

17 Dll    3       3

    48 7 2 11 0 67

22
Tabel 3.4Tenaga kerja puskesmas KTK

3.1.6 Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana di wilayah kerja Puskesmas KTK adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas pembantu sebanyak : 3 buah


2. Pos Kesehatan Kelurahan sebanyak : 4 buah
3. Laboratorium sebanyak : 1 buah
4. Rumah Paramedis sebanyak : 3 buah
5. Rumah Dokter sebanyak : 1 buah

3.2 Gambaran Umum Program-Program Kesehatan Masyarakat


Upaya kesehatan layanan dasar yang diselenggarakan puskesmas meliputi:
3.2.1 Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat
3.2.1.1 Target dan Capaian Program Puskesmas KTK Tahun 2017

HASIL KEGIATAN PROGRAM PUSKESMAS KTK

SAMPAI BULAN DESEMBER 2018

3.1 UPAYA KESEHATAN ESENSIAL


I. Promosi kesehatan
A. Kegiatan yang dilakukan :
 Penyuluhan di posyandu
 Penyuluhan ke sekolah
 Penyuluhan Keliling
 Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
 SMD dan MMK dengan pendekatan Keluarga (PIS- PK)
B. Hasil Kegiatan :

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Penyuluhan di posyandu 34 kali 34 kali
2 Penyuluhan ke sekolah 14 kali 14 kali
3 Penyuluhan Keliling 60 kali 60 kali
4 Kelurahan Siaga Aktif 100 % 100 %

23
5. IKS Wilayah Kerja Puskesmas 0,324 0,300

II. Program UKS


A. Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
 Pembinaan Sekolah Sehat
 Pelatihan Dokter Kecil (kader kesehatan sekolah)
 Peyuluhan dan konsultasi ke sekolah
B. Hasil Kegiatan :

Pencapaia
No Kegiatan Target
n
1 Cakupan skrining SD/SLTP/SLTA 87,83 % 100 %
2 Pelatihan dokter kecil 100 % 100 %
3 Pembinaan sekolah sehat 100 % 100 %

3.1.2 Kesehatan Lingkungan


A. Kegiatan yang dilakukan :
 Inspeksi sanitasi dasar
 Rumah sehat
 Pemeriksaan TTU dan TPM
 STBM
 Pembinaan dan pengawasan kwalitas air
 Penyuluhan hygiene sanitasi ke sekolah
B. Hasil Kegiatan

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Akses air bersih 96,80 % 95 %
2 Jamban keluarga 100 % 95 %
3 Pembuangan limbah 82,11 % 90 %
4 Pengeloaan sampah 80,34 % 90 %

24
5 Rumah sehat 76,82 % 90 %
6 TTU 83,91 % 65 %
7 TPM 60,87 % 65 %

3.1.3 Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

A. Kegiatan yang dilakukan pada program ini :


a. Program Kesehatan Ibu
 Kelas ibu hamil
 Pelayanan ANC
 Kunjungan bumil resti
 Kunjungan nifas
 Pemantauan stiker P4K/ANC berkwalitas
 Otopsi verbal
 Pembinaan BPS

b. Program Kesehatan Anak


 Kunjungan Neonatus
 Pelaksanaan MTBS/MTBM
 DDTK
 Kelas Ibu Balita
 Kunjungan rumah balita bermasalah
 LBI
c. Program Keluarga Berencana
 Pelaksanaan KIE/penyuluhan
 Pelayanan KB
 Penanganan komplikasi ringan

B. Hasil Kegiatan
a. Program Kesehatan Ibu

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Cakupan K1 98,7 100 %
2 Cakupan K4 92 % 95 %

25
3 Persalinan di Faskes 83,6 % 89 %
Persalinan komplikasi obstetri yang
4 100 % 80 %
ditangani
5 Kunjungan nifas 3 (KF3) 76,4 % 90 %
6 Deteksi bumil resti oleh nakes 80,0 % 100 %
7 Deteksi bumil resti oleh masyarakat 74,7 % 100 %
8 Kematian bumil/bulin/bufas 0 0

b. Program Kesehatan Anak

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Cakupan Neonatus 79,9 % 90 %
3 Cakupan KN lengkap 79,9 % 90 %
4 Cakupan Pelayanan komplikasi 100 % 90 %
neonatus (PKN )
5 Cakupan Kunjungan Bayi Lengkap 93,1 % 89 %
6 Cakupan Kunjungan Anak Balita 91,2 % 90 %
7 Cakupan DDTK bayi 4 kali pertahun 93,1 % 90 %
8 Cakupan DDTK balita 2 kali pertahun 91,2 % 90 %
9 DDTK APRAS 2 kali pertahun 55,9 % 60 %
10 Pelayanan kesehatan anak balita 91,2 % 90 %
11 Jumlah kematian neonatus 1 0
12 Jumlah kematian bayi 2 0
13 Jumlah kematian balita 0 0

c. Program Keluarga Berencana

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Peserta KB aktif 71,9% 71 %
2 Penangan komplikasi ringan 100 % 100 %

3.1.4 Perbaikan Gizi Masyarakat


A. Kegiatan yang dilakukan :
 Penimbangan massal dan pemberian vitamin A (bulan Februari dan Agustus)
 Pengukuran status gizi murid TK/PAUD
 Pengukuran status gizi siswa SD, SLTP dan SLTA
 Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS
 Pendistribusian Obat cacing dan Vit A

26
 Kunjungan rumah balita gizi kurang dan buruk serta bumi KEK
 Pemberian PMT pemulihan
 Pemantauan posyandu
 Pelaksanaan TFC
 Pendataan Kadarzi
 Kelas MP-ASI
 Kelas gizi
 Pemberian tablet besi ibu hamil dan pemberian vitamin A ibu nifas
 Pemantauan pertumbuhan balita

B. Hasil Kegiatan

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Cakupan D/S balita 75,6 % 87 %
2 Cakupan N/D balita 83,7 % 87 %
3 Cakupan Balita Gizi Buruk yang 100 % 100 %
mendapatkan perawatan
4 Cakupan Bayi kurang 6 bulan 84,55 % 47 %
mendapatkan ASI eksklusif
5 Cakupan balita 6- 59 bulan 88,35 % 89 %
mendapatkan kapsul vitamin A
6 Cakupan rumah tangga mengkonsumsi 98,3 % 95 %
garam beryodium
7 Cakupan ibu hamil dapat ITO minimal 92 % 95 %
90 tablet
8 Persentase balita kurus yang 85 % 85 %
mendapatkan makanan tambahan
9 Cakupan vitamin A ibu nifas 83,6 82 %
10 Cakupan ibu hamil KEK yang 91,7 % 80 %
mendapatkan makanan tambahan
11 Balita yang mempunyai buku 85 % 100 %
KIA/KMS
12 Balita ditimbang yang tidak naik berat 16,5 % 6%
badannya
13 Balita ditimbang yang tidak naik berat 6,4 % 2%
badanya dua kali berturut - turut
14 Balita dibawah garis merah 1,2 % 0,4 %
15 Ibu hamil anemia 4,6 % 20 %
16 Persentase bayidengan berat badan 6,5 % 1,4 %

27
No Kegiatan Pencapaian Target
rendah (BBLR)

3.1.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


A. Kegiatan yang dilakukan :
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
 Penyuluhan TB pada pemuda dan masyarakat lainnya
 Penjaringan suspek dan penemuan penderita TB BTA positif
 Penyuluhan TB pada penderita dan pasien yang diduga TB
 Survey dan pemetaan wilayah TB
 Pelacakan kasus kontak
 Pelaksanaan PMO
 Pemantauan gizi penderita TB

b. Pencegahan dan Pemberantasan DBD


 Penyuluhan penyakit, pencegahan, dan pemberantasan DBD
kepada masyarakat
 Pemantauan jentik oleh kader Jumantik
 Pemberian bubuk abate pada masyarakat yang dimonitoring
oleh petugas Surveilans puskesmas.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) pada kasus
positif DBD
 Melakukan Fogging pada kasus yang dianggap perlu

c. Penemuan dan Penanggulangan Kasus ISPA dan Pneumonia


 Melakukan penyuluhan ISPA dan Pneumonia pada pasien
yang tersangka Pneumonia
 Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA dan Pneumonia yang
berkunjung ke puskesmas
 Melakukan kunjungan rumah pada pasien tersangka
Pneumonia
 Melakukan rujukan kasus pada Pneumonia sedang-berat
d. Penemuan dan Penanggulangan Diare

28
 Penyuluhan tentang diare dan cara penanggulangan diare di
rumah sebelum dan sesudah dibawa ke pelayanan kesehatan
kepada tokoh masyarakat dan kader posyandu.
 Penemuan dan penatalaksanaan kasus diare.
 Melakukan rujukan kasus pada diare dengan dehidrasi
sedang-berat.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare
berdampak KLB.
e. Pelaksanaan Program VCT dan IMS
 Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyarakat.
 Melakukan kerja sama dengan LSM dalam penjaringan
masyarakat beresiko.
 Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang
datang sendiri atau diantar oleh penjangkaunya (LSM) ke
puskesmas.
 Melakukan pemeriksaan VCT dan HIV pada ibu hamil.
 Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi
yang berminat.
 Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus posiif VCT dan
IMS.
f. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies :
 Penyuluhan bahaya penyakit Rabies dan penanggulangan dini
kasus gigitan hewan tersangka Rabies bagi petugas dan tokoh
masyarakat.
 Pemberian vaksin anti Rabies (VAR) dan serum anti Rabies
(SAR) pada kasus sesuai indikasi.
 Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien yang
mendapat VAR dan SAR.
g. Program Penyakit Tidak Menular (PPTM)
 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus yang tergolong
penyakit tidak menular di poli.
 Melakukan pemeriksaan dan pembinaan calon jemaah haji.
 Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini penyakit kanker
leher rahim dan kanker payudara kepada masyarakat.

29
 Melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara wanita yang sudah pernah berhubungan
seksual terutama yang berumur 30 tahun sampai dengan 50
tahun.
 Melakukan konseling pra IVA dan pra krioterapi.
 Melakukan tindakan krioterapi pada pasien IVA positif yang
kandidat krio.
 Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara.
 Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau
kasus IVA positif lesi luas (bukan kandidat krio).
 Melakukan pembinaan kegiatan Posbindu di kelurahan.
h. Program Imunisasi
 Melakukan pemberian imunisasi dasar di puskesmas dan di
posyandu.
 Melakukan sosialisasi dan pemberian boster imunisasi .
 Melakukan swepping pada sasaran yang tidak datang ke
posyandu dan dievaluasi tiap triwulan.
 Melakukan Bias Campak pada anak kelas 1 SD tiap tahun.
 Melakukan Bias DT/TT pada anak SD kelas 1 sampai dengan
kelas 3 tiap tahun.
 Melakukan TT WUS di SMA dan posyandu tiap tahun

B. Hasil Kegiatan
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC

No Kegiatan Pencapaian Target


Cakupan pemeriksaan suspect
1 23,7 % 51 %
suspect
2 Penemuan kasus TB 15,8 % 51 %
3 Angka konversi 70 % 100 %
4 Angka kesembuhan 100 % 100 %

b. Pencegahan dan Pemberantasan DBD.

30
No Kegiatan Pencapaian Target
1 Angka bebas jentik (ABJ) 74 % 95 %
2 Penemuan kasus DBD 15 kasus -
3 Penanganan kasus DBD 100 % 100 %
4 Kematian akibat DBD 0 0

c. Penemuan dan Penanggulangan ISPA dan Pneumonia

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Penemuan kasus Pneumonia 51 % 95 %
2 Kasus Pneumonia yang dirujuk 0 -
3 Kematian akibat Pneumonia 0 0

d. Penemuan dan Penanggulangan Kasus Diare

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Penemuan kasus Diare 261 -
2 Pemakaian oralit 100 % 100 %
3 Kasus Diare yang dirujuk 0 -
4 Kematian akibat Diare 0 0

e. Pelaksanaan Program VCT dan IMS

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Pemeriksaan VCT 524 orang -
2 Jumlah HIV reaktif 0 -
3 Jumlah HIV indeterminate 1 orang -
4 Pemeriksaan IMS 211 orang -
5 Jumlah IMS yang positif 6 orang -
6 orang
6 Pasien IMS yang diobati 100 %
(100 %)
7 Ibu hamil yang diperiksa HIV 98,4 % 100 %
8 Ibu Hamil yang HIV reaktif 0 -
Ibu hamil yang HIV
9 0 -
indeterminate

31
No Kegiatan Pencapaian Target
Penderita TB yang dikonseling
10 80 % 100 %
HIV

f. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Kasus gigitan oleh binatang 23 kasus -
penular Rabies
2 Penanganan kasus gigitan 100 % 100 %
3 Kasus Rabies pada manusia 0 0

g. Program Penyakit Tidak Menular (PPTM)

No Kegiatan Pencapaian Target


Cakupan deteksi dini Ca.
1 32 % 100 %
Mamme dan Ca. Cerviks
2 Kasus tumor jinak pada Mamme 3 kasus -
3 Kasus curiga kanker Mamme 0 -
4 Kelainan lain pada Mamme 0 -
5 Kasus IVA positif 0 -
6 Kasus curiga kanker serviks - -
7 Kelainan lain pada serviks 11 -
8 Jumlah Posbindu yang aktif 5 5
Jumlah kader Posbindu yang
9 20 orang 20 orang
aktif

h. Program Imunisasi

Vaksin Pencapaian Target


HB0 100,5 % 95 %
BCG 100,4 % 95 %
Polio 1 100,4 % 95 %
DPT/HB 1 98,6 % 95 %
Polio 2 98,6 % 90 %
DPT/HB 2 97,5 % 90 %
Polio 3 97,5 % 90 %
DPT/HB 3 97,1 % 90 %

32
Vaksin Pencapaian Target
Polio 4 97,1 % 90 %
Campak 76,3 % 90 %
IPV 97,1 % 90 %
Penta Booster 19,4 % 90 %
MR Booster 18,8 % 90 %

III. Program Perkesmas


A. Kegiatan yang dilakukan :
 Melakukan mapping KK resti yang akan dikunjungi.
 Melakukan kunjungan rumah KK resti
 Melakukan asuhan keperawatan pada keluarga.

B. Hasil Kegiatan :

No Kegiatan Pencapaian Target

KK resti yang dibina (yang di-Perkesmas- 100% 88%


1
kan)

KK dengan individu tindak lanjut 70 KK -


2
perawatan yang dibina.

KK dengan individu dengan masalah gizi 2 KK -


3
yang dibina.

4 KK dengan bayi resti yang dibina 0 -

5 KK dengan balita resti yang dibina 0 -

6 KK dengan anak sekolah yang dibina 0 -

7 KK dengan ibu hamil resti yang dibina 1 KK -

8 KK dengan ibu nifas resti yang dibina 0 -

9 KK dengan lansia resti yang dibina 25 KK -

Tabel 3.20 Kegiatan Program Perkesmas

33
IV. Pengobatan

Program pengobatan yang dilaksanakan di puskesmas adalah program


pengobatan tingkat pertama atau program pengobatan dasar yang mengacu
kepada standar pengobatan rasional di puskesmas. Obat-obatan yang
digunakan di dalam pengobatan dasar di puskesmas ini harus mengacu pada
obat-obat standar yang terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas).

B. Program Non Esensial


I. Program PKPR
A. Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Penyuluhan dan konsulatasi bagi remaja
B. Hasil Kegiatan :

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Pelayanan dalam dan luar gedung PKPR 48,4 % 85 %

Tabel 3.21 Kegiatan Program PKPR

II. Program Kesehatan Jiwa dan Lansia


A. Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa.
 Rujukan kasus jiwa.
 Pelayanan lansia di dalam dan di luar gedung.
 Pembinaan kelompok lansia.
 Deteksi kesehatan lansia
 Penyuluhan kesehatan jiwa dan lansia
 Pembinaan senam lansia
B. Hasil Kegiatan

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Cakupan pelayanan jiwa 9, 31 % 15 %
2 Total kunjungan jiwa 1027 orang 15 %
Lima penyakit terbanyak jiwa
3
skizofrenia

34
epilepsi
gangguan neurotik
depresi
retardasi mental
4 Cakupan pelayanan lansia 100 % 83 %
5 Total kunjungan lansia 7855 orang 3142 orang
Lima penyakit terbanyak pada lansia
Sistem otot dan jaringan 160 orang

ISPA 157 orang


6
Hipertensi 91 orang
Gastritis 83 orang
Infeksi kulit 53 orang
Tabel 3.22 Kegiatan Program Kesehatan Jiwa dan Lansia

III. Program Kesehatan Indera ( Mata dan THT )


Kegiatan kegiatan yang dilakukan pada program kesehatan indera adalah
sebagai berikut :
 Penyuluhan kesehatan indera di posyandu dan sekolah- sekolah
 Penjaringan kesehatan indera di posyandu dan sekolah
 Penemuan dan penangan kasus indera
 Rujukan kasus indera
IV. Program Kesehatan Gigi dan Mulut
A. Kegiatan yang dilakukan :
 Pelayanan kesehatan dasar gigi dan mulut
 Pelayanan medik dasar gigi
 Pelayanan kedaruratan gigi
 Pelaksanaan upaya kesehatan gigi masyarakat (UKGM)
 Pelaksanaan upaya kesehatan gigi sekolah (UKGS)

3.2.2 Perioritas Penetapan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan

wawancara dengan kepala puskesmas dan penanggung wab program di puskesmas KTK.

35
Terdapat lima upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan

gizi masyarakat serta pencegahan dan pengendalian penayakit. Identifikasi masalah dilakukan

pada masing-masing rogram wajib puskesmas KTK. Pada program esensial tersebut masih

terdapat kesenjangan antara target, dipilih lima masalah dengan skor tertinggi berdasarkan

skala prioritas Urgens, Seriousnes, Growth (USG). Penilaian lima masalah tersebut

ditentukan berdasarkan laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang program,

serta observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan

antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgens, Seriousnes, Growth (USG).

Uraian permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu :

1. Rendahnya cakupan imunisasi DT/TD anak SD diwilayah puskesmas KTK pada tahun

2018

2. Rendahnya cakupan imunisasi MR diwilayah puskesmas KTK pada tahun 2018

3. Rendahnya pencapaian penemuan kasus pneumonia di wilayah puskesmas KTK pada

tahun 2018

4. Rendahnya pencapaian penemuan kasus TB di wilayah puskesmas KTK pada tahun

2018

5. Rendahnya pencapaian angka bebas jentik di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018

Beberapa masalah yang ditemukan di puskesmas KTK harus ditentukan prioritas

masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya yang dilakukan

untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik skoring sebagai

berikut :

1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : tidak cepat

Nilai 2 : kurang cepat

36
Nilai 3 : cukup cepat

Nilai 4 : cepat

Nilai 5 : sangat cepat

2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)

Nilai 1 : tidak cepat

Nilai 2 : kurang cepat

Nilai 3 : cukup cepat

Nilai 4 : cepat

Nilai 5 : sangat cepat

3. Growth (tingkat perkembangan masalah)

Nilai 1 : tidak cepat

Nilai 2 : kurang cepat

Nilai 3 : cukup cepat

Nilai 4 : cepat

Nilai 5 : sangat cepat

3.2.3 Penilaian Prioritas Masalah Program di puskesmas KTK

Berdasarkan keseluruhan program yang belum tercapai target, dipilih lima masalah

yang memiliki skor tertinggi berdasarkan sklah prioritas USG. Penilaian masalah yang

memiliki skor tertinggi berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara dengan

pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan

pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgens, Seriousnes, Growth (USG).

Masalah U S G P Prioritas

Rendahnya cakupan imunisasi DT/TD anak SD 4 4 5 80 P1


diwilayah puskesmas KTK pada tahun 2018

37
Rendahnya cakupan imunisasi MR diwilayah 4 4 4 64 P2
puskesmas KTK pada tahun 2018

Rendahnya pencapaian penemuan kasus pneumonia 3 3 3 36 P3


di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018

Rendahnya pencapaian penemuan kasus TB di 3 3 3 36 P4


wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018

Rendahnya pencapaian angka bebas jentik di 3 2 3 18 P5


wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018

PEMBAHASAN

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa

( Fishbone) Rendahnya Cakupan Imunisasi DT/TD anak SD di Wilayah


Puskesmas KTK pada Tahun 2018

MANUSIA METOE

Kurangya dukungan
lintas sektor

Kurangnya pemahaman orang


tua tentang imunisasi DT/TD
anak SD
Rendahnya
cakupan
imunisasi
DT/TD anak SD
diwilayah
Keikutsertaan puskesmas KTK
dalam pada tahun 2018
Tidak ada kegiatan
masalah Tidak ada keagamaan
masalah

38
Adanya gerakan
Tingginya rasa kelompok anti vaksin
takut terhadap
SARANA KIPI
DANA

LINGKUNGAN

Dari hasil penyebab masalah didapatkan tidak sesuai alur penatalaksanaan imunisasi
DT/TD di wilayah puskesmas KTK Kota Solok. Dari penemuan tersebut, penulis dapat
merancang penetapan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan pelayanan imunisasi DT/TD.

4.2 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 4.2 Pemecahan masalah

Variabel Penyebab

N
Faktor Alternatif Pemecahan Alternatif Terpilih
o Penyebab Masalah
Penyebab Masalah

1. Manusia  Kurangnya Mengadakan sosialisasi Mengadakan sosialisasi


pengetahua dengan menggunakan dengan menggunakan
n petugas sarana audiovisual sarana audiovisual
dan kader dalam menyampaikan dalam menyampaikan
dalam sosialisasi sosialisasi
menyediaka
n fasilitas
pelaksanaan
imunisasi
DT/TD

2. Dana  Tidak - -
terdapat
masalah
yang begitu

39
bearti pada
pelaksanaan
imunisasi
DT/TD

3. Sarana  Tidak - -
terdapat
masalah
yang begitu
bearti pada
pelaksanaan
imunisasi
DT/TD

4 Lingkungan  Kurangnya Memberikan penyuluhan Memberikan penyuluhan


peduli tentang manfaat tentang manfaat
masyarakat imunisasi DT/TD imunisasi DT/TD
dalam
mendukung
program
puskesmas
 Tingginya
rasa takut
terhadap
KIPI
 Adanya
gerakan
kelompok
anti vaksin

5 Metode  Tidak ada  Tingkatkan kerja  Tingkatkan kerja


dukungan sama dengan sama dengan
lintas sektor keluarga,perawat, keluarga,perawat,
bidan dokter atau bidan dokter atau
tenaga medis tenaga medis
lainya lainya

4.3 Plan of Action

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, penulis membuat beberapa


perencanaan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi DT/TD di wilayah
puskesmas KTK Kota Solok.

Tabel 4.3 Rencana Kegiatan

40
NO Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume Pelaksanaan
Kegiatan

1. Memberikan Memberikan Semua Kader Aula 1 kali Petugas


informasi/sosialisasi informasi dan Puskesmas dalam 1 kesehatan,
tentang pelaksanaan pengetahuan tahun / dokter muda,
pelayanan imunisasi kepada kader setiap petugas
DT/TD yang baik dan tentang pergantian sweeping dan
benar pelaksanaan anggota petugas
pelayanan kader penaggung
imunisasi jawab
DT/TD yang
benar

2. Memodifikasi Meningkatkan Semua kader puskesmas Setiap Petugas


kembali ruangan pelayanan posyandu terjadi promosi
pelakaksanaan imunisasi perubahan kesehatan,
pelayanan imunisasi DT/TD dengan petugas
DT/TD dengan struktur yang sweeping, dan
menambah ruang jelas semua kader
tunggu di luar
ruangan

Mengadakan Memberikan Masyarakat Wilayah 1 kali Petugas


penyuluhan dengan informasi kerja dalam promosi
3. menggunakan kepada puskesmas seminggu kesehatan,
sarana audiovisual masyarakat KTK dokter muda
dalam penyuluhan- tentang dan petugas
penyuluhan tentang manfaat penanggung
manfaat pemberian pemberian jawab
imunisasi DT/TD imunisasi
DT/TD

41
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pemerintah, bertanggung jawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi,
kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya


penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya
anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus, polio,
influenza, demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus, MMR (mumps measles
rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .

42
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA

Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggaraan_Imun
isasi_.pdf . Diunduh pada 29 Maret 2019.

WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-


training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 16 November 2017.

Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin -Imunisasi-
2016.pdf. Diunduh pada 29 Maret 2019.

Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif- dan-imunisasi-
pasif/. Diakses pada 29 Maret 2019.

Santoso, B. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus.


http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus. Diakses Pada 29
Maret 2019.

43

Anda mungkin juga menyukai