M KEVIN 1510070100010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan case ini dengan judul
Case ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan case ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan case ini.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan case ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
2.9 KIPI..............................................................................................25
Kesimpulan .......................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat ialah
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, dan
a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor
1
b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku masyarakat untuk
mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko
c. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian
penatalaksanaan imunisasi
3. Bagi peneliti
imunisasi
mengenai imunisasi
1.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada calon
jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan
perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga
dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.
4
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu. (Kemkes,2017)
5
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan,
sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan
perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan
adalah dimana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang
sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang telah
dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi ketiganya
dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar
air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem
kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu
membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat
digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat,
tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan
jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka
akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi
dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin
sebelum dan sementara waktu sesudah kelahiran. Imunisasi pasif buatan
umumnya diberikan melalui injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit
tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-
antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi serum”,
meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem
kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia
dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan
antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu
tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan kekebalan
terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah
terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar
6
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap penyakit:
hepatitis B
poliomyelitis
tuberkulosis
difteri
pertusis
tetanus
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar
untukmempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri
atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
serta campak.
anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia
sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
campak, tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah.
wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri
atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan
7
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk
melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang
belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh,
persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis
meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan
poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
diare yang disebabkan oleh rotavirus;
influenza;
cacar air (varisela);
gondongan (mumps);
campak jerman (rubela);
demam tifoid;
hepatitis A;
kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
Japanese Enchephalitis;
herpes zoster;
hepatitis B pada dewasa
demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG
8
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh
sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri
terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid),
biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam
bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk
vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal,
kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis.
Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah
dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
9
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang
biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit
kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan,
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek,
demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang
mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio
yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin
yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai
di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota
gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
d. Vaksin Campak
10
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan
untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal.
Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin
gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi
demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga
pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat
penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka
kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang
gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu
hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu
satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun
cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat
vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan
sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa
panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
11
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam,
pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis,
hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang
disertai kejang
1.2.8 Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Catatan :
Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
12
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1,
maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan
sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Catatan:
Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar
Catatan:
Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT
dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
13
Catatan:
Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T
(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.
Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T
sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku
Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.
14
inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda
dengn vaksin polio oral (OPV) , vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) ,
IPV harus diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon imun.
(inactivated polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat
menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan kepada
orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan
cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini sangat mudah untuk
dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang
terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk
ke dalam vial sewaktu mengambil vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncopeSinkope
yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya mata berkunang-
kunang , badan terasa lemah sampai pingsan. Sering terjadi pada anak
dewasa muda pada saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian
imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan
sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian
imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporalAsosiasi
temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan.
Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan
kejadian berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika. seperti di daerah sub
sahara, penderita malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria
15
yang ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga
sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi,
maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada masalah kesehatan
masyarakat diwilayah tersebut yang perlu dianalisis lebih jauh.
16
BAB III
HASIL KEGIATAN
Puskesmas KTK berpenduduk 15.798 jiwa dengan 4.220 KK dengan jumlah penduduk
perkelurahan sebagai berikut:
Jumlah penduduk
Semua kelurahan dapat ditempuh dengan kendraan roda empat, jarak puskesmas dengan Ibu
Kota Solok 2 km.
Dengan batas wilayah kerja :
- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kubung
- Sebelah Utara berbatasan dengan koto panjang
- Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan kubung
17
- Sebelah selatan berbatsan dengan kecamatan kubung.
18
12. Ruang Refraksi
13. Ruang Tindakan
b. Pelayanan Penunjang
1. Laboratorium.
2. Apotik
c. Pelayanan UKM
1. Esensial
a. Promkes / UKS
b. KIA / KB
c. Gizi
d. Kesling
e. P2P
f. Perkesmas
2. Pengembangan
a. Lansia
b. Jiwa
c. Indra
d. PKPR
e. UKK
f. UKGS/UKGM
Puskesmas KTK merupakan Puskesmas Santun Lansia di mana semua pelayanan rawat
jalan untuk Lansia dilaksanakan dalam satu gedung, terpisah dengan rawat jalan lainnya
kecuali untuk pelayanan loket. Sedangkan program inovatif di Puskesmas KTK adalah
“Posbindu Yang Terintegrasi Dengan UKS” yang dilaksanakan di MAN Model Kota Solok.
2. Misi:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan dasar melalui
perbaikan yang berkesinambungan
19
2. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan , keluarga
maupun masyarakat serta lingkungan di wilayah kerjanya
3. Mendorong kemandirian keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat melalui
upaya kegiatan promotif , preventif, dan peran aktif masyarakat dalam
peningkatan pemberdayaan
4. Menjamin terselenggaranya upaya kesehatan yang paripurna berdasarkan
profesional,pemerataan,bermutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya
3. Janji Pelayanan
“Melayani dengan sepenuh hati”
4. Motto
“KTK ASRI (Komunikatif, Taqwa, Kreatif, Aman, Senyum, Rapi, Inovatif )
5. Tata Nilai Puskesmas KTK
1. Jujur
2. Disiplin
3. Ramah
4. Kerjasama Tim
5. Taqwa
20
dan penuh percaya diri bahwa apa yang dilaksanakan akan
membawa kemajuan dan manfaat baik ke intern maupun
ke ekstern.
21
KEADAAN SDM KESEHATAN DI PUSKESMAS KTK
JUMLAH
1 Dokter umum 3 3
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 14 3 4 0 21
4 Bidan 12 1 2 4 0 19
5 Tenaga Kesmas 5 5
6 Tenaga Kesling 1 1
Ahli Laboratorium
7 Medik 2 3
8 Tenaga Gizi 2 2 0 4
Tenaga
9 Kefarmasian 0
Apoteker 0 0
Asisten Apoteker 2 2
11 Perawat Gigi 1 0 1
12 Perekam medis 0 0
13 Refraksi Optisi 1 1
Tekhnisi
14 Eletromedik 1 1
15 Fisioterapi 1 1
Tenaga
16 Administrasi 2 0 0 2
17 Dll 3 3
48 7 2 11 0 67
22
Tabel 3.4Tenaga kerja puskesmas KTK
23
5. IKS Wilayah Kerja Puskesmas 0,324 0,300
Pencapaia
No Kegiatan Target
n
1 Cakupan skrining SD/SLTP/SLTA 87,83 % 100 %
2 Pelatihan dokter kecil 100 % 100 %
3 Pembinaan sekolah sehat 100 % 100 %
24
5 Rumah sehat 76,82 % 90 %
6 TTU 83,91 % 65 %
7 TPM 60,87 % 65 %
B. Hasil Kegiatan
a. Program Kesehatan Ibu
25
3 Persalinan di Faskes 83,6 % 89 %
Persalinan komplikasi obstetri yang
4 100 % 80 %
ditangani
5 Kunjungan nifas 3 (KF3) 76,4 % 90 %
6 Deteksi bumil resti oleh nakes 80,0 % 100 %
7 Deteksi bumil resti oleh masyarakat 74,7 % 100 %
8 Kematian bumil/bulin/bufas 0 0
26
Kunjungan rumah balita gizi kurang dan buruk serta bumi KEK
Pemberian PMT pemulihan
Pemantauan posyandu
Pelaksanaan TFC
Pendataan Kadarzi
Kelas MP-ASI
Kelas gizi
Pemberian tablet besi ibu hamil dan pemberian vitamin A ibu nifas
Pemantauan pertumbuhan balita
B. Hasil Kegiatan
27
No Kegiatan Pencapaian Target
rendah (BBLR)
28
Penyuluhan tentang diare dan cara penanggulangan diare di
rumah sebelum dan sesudah dibawa ke pelayanan kesehatan
kepada tokoh masyarakat dan kader posyandu.
Penemuan dan penatalaksanaan kasus diare.
Melakukan rujukan kasus pada diare dengan dehidrasi
sedang-berat.
Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare
berdampak KLB.
e. Pelaksanaan Program VCT dan IMS
Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyarakat.
Melakukan kerja sama dengan LSM dalam penjaringan
masyarakat beresiko.
Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang
datang sendiri atau diantar oleh penjangkaunya (LSM) ke
puskesmas.
Melakukan pemeriksaan VCT dan HIV pada ibu hamil.
Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi
yang berminat.
Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus posiif VCT dan
IMS.
f. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies :
Penyuluhan bahaya penyakit Rabies dan penanggulangan dini
kasus gigitan hewan tersangka Rabies bagi petugas dan tokoh
masyarakat.
Pemberian vaksin anti Rabies (VAR) dan serum anti Rabies
(SAR) pada kasus sesuai indikasi.
Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien yang
mendapat VAR dan SAR.
g. Program Penyakit Tidak Menular (PPTM)
Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus yang tergolong
penyakit tidak menular di poli.
Melakukan pemeriksaan dan pembinaan calon jemaah haji.
Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini penyakit kanker
leher rahim dan kanker payudara kepada masyarakat.
29
Melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara wanita yang sudah pernah berhubungan
seksual terutama yang berumur 30 tahun sampai dengan 50
tahun.
Melakukan konseling pra IVA dan pra krioterapi.
Melakukan tindakan krioterapi pada pasien IVA positif yang
kandidat krio.
Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara.
Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau
kasus IVA positif lesi luas (bukan kandidat krio).
Melakukan pembinaan kegiatan Posbindu di kelurahan.
h. Program Imunisasi
Melakukan pemberian imunisasi dasar di puskesmas dan di
posyandu.
Melakukan sosialisasi dan pemberian boster imunisasi .
Melakukan swepping pada sasaran yang tidak datang ke
posyandu dan dievaluasi tiap triwulan.
Melakukan Bias Campak pada anak kelas 1 SD tiap tahun.
Melakukan Bias DT/TT pada anak SD kelas 1 sampai dengan
kelas 3 tiap tahun.
Melakukan TT WUS di SMA dan posyandu tiap tahun
B. Hasil Kegiatan
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
30
No Kegiatan Pencapaian Target
1 Angka bebas jentik (ABJ) 74 % 95 %
2 Penemuan kasus DBD 15 kasus -
3 Penanganan kasus DBD 100 % 100 %
4 Kematian akibat DBD 0 0
31
No Kegiatan Pencapaian Target
Penderita TB yang dikonseling
10 80 % 100 %
HIV
h. Program Imunisasi
32
Vaksin Pencapaian Target
Polio 4 97,1 % 90 %
Campak 76,3 % 90 %
IPV 97,1 % 90 %
Penta Booster 19,4 % 90 %
MR Booster 18,8 % 90 %
B. Hasil Kegiatan :
33
IV. Pengobatan
34
epilepsi
gangguan neurotik
depresi
retardasi mental
4 Cakupan pelayanan lansia 100 % 83 %
5 Total kunjungan lansia 7855 orang 3142 orang
Lima penyakit terbanyak pada lansia
Sistem otot dan jaringan 160 orang
wawancara dengan kepala puskesmas dan penanggung wab program di puskesmas KTK.
35
Terdapat lima upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan
gizi masyarakat serta pencegahan dan pengendalian penayakit. Identifikasi masalah dilakukan
pada masing-masing rogram wajib puskesmas KTK. Pada program esensial tersebut masih
terdapat kesenjangan antara target, dipilih lima masalah dengan skor tertinggi berdasarkan
skala prioritas Urgens, Seriousnes, Growth (USG). Penilaian lima masalah tersebut
serta observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan
antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgens, Seriousnes, Growth (USG).
1. Rendahnya cakupan imunisasi DT/TD anak SD diwilayah puskesmas KTK pada tahun
2018
tahun 2018
2018
5. Rendahnya pencapaian angka bebas jentik di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018
masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya yang dilakukan
untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik skoring sebagai
berikut :
36
Nilai 3 : cukup cepat
Nilai 4 : cepat
Nilai 4 : cepat
Nilai 4 : cepat
Berdasarkan keseluruhan program yang belum tercapai target, dipilih lima masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan sklah prioritas USG. Penilaian masalah yang
memiliki skor tertinggi berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara dengan
pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan
Masalah U S G P Prioritas
37
Rendahnya cakupan imunisasi MR diwilayah 4 4 4 64 P2
puskesmas KTK pada tahun 2018
PEMBAHASAN
MANUSIA METOE
Kurangya dukungan
lintas sektor
38
Adanya gerakan
Tingginya rasa kelompok anti vaksin
takut terhadap
SARANA KIPI
DANA
LINGKUNGAN
Dari hasil penyebab masalah didapatkan tidak sesuai alur penatalaksanaan imunisasi
DT/TD di wilayah puskesmas KTK Kota Solok. Dari penemuan tersebut, penulis dapat
merancang penetapan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan pelayanan imunisasi DT/TD.
Variabel Penyebab
N
Faktor Alternatif Pemecahan Alternatif Terpilih
o Penyebab Masalah
Penyebab Masalah
2. Dana Tidak - -
terdapat
masalah
yang begitu
39
bearti pada
pelaksanaan
imunisasi
DT/TD
3. Sarana Tidak - -
terdapat
masalah
yang begitu
bearti pada
pelaksanaan
imunisasi
DT/TD
40
NO Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume Pelaksanaan
Kegiatan
41
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pemerintah, bertanggung jawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi,
kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
42
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA
Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif- dan-imunisasi-
pasif/. Diakses pada 29 Maret 2019.
43