Anda di halaman 1dari 29

A.

Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia dimana setiap orang tidak

terikat oleh negara dan batas wilayah. Artinya pembatasan antar negeri untuk

perpindahan barang, jasa, modal, manusia, teknologi, pasar, dan masih banyak hal

lain yang tidak ada batasannya.,karena batas antar negara semakin berkurang,

sementara kemajuan teknologi dan informasi berkembang demikian cepat.

Globalisasi mempengaruhi perubahan di semua sektor, termasuk dalam bidang

kesehatan.1 Kelompok Negara ASEAN ikut serta untuk kemajuan teknologi dan

informasi di semua sektor termasuk di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang

kedokteran. ASEAN atau Association of Southeast Asian Nation adalah geopolitik

dan ekonomi dari Negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Didirikan di Bangkok, 8

Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh 5 Negara yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.2

Kemudian terdapat Piagam ASEAN adalah sebagai anggaran dasar bagi Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Piagam ASEAN sudah berlaku sejak 15

Desember 2008. Kemudian pada Tanggal 7 Januari 1984, Brunei Darussalam

bergabung menjadi Anggota ASEAN yang ke-6. Negara-negara Asia Tenggara

lainnya juga bergabung menjadi Anggota ASEAN seperti Vietnam (bergabung pada

1
https://www.yuksinau.id/pengertian-globalisasi/ diakses pada tanggal 17 oktober 2019, pukul 14.20
WIB
2
http://setnas-asean.id/tentang-asean diakses pada tanggal 17 oktober 2019 , pukul 14:20 WIB
tanggal 28 Juli 1995), Laos dan Myanmar (bergabung pada tanggal 23 Juli 1997) dan

pada tanggal 16 Desember 1998 Kamboja juga ikut bergabung ke dalam Organisasi

ASEAN.3

Kerjasama antara Negara ASEAN dijalin, dimana salah satunya adalah

kerangka ekonomi yang dinamakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA

merupakan salah satu bentuk kerjasama antar Negara anggota ASEAN dalam bidang

perekonomian. Diawali dari perjanjian bersama pada Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia. Terdapat dokumen Blueprint (cetak

biru) yang didalamnya memuat empat pilar yang sudah disepakati dalam pertemuan

ke-38 ASEAN Economic Minister Meeting (AEM) di Kuala Lumpur pada bulan

Agustus tahun 2016. Tujuan MEA adalah agar semua negara anggota memiliki

tingkat perekonomian yang sama sehingga tidak menimbulkan kesenjangan dan

kemiskinan. Program ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan negara agar

lebih maju.4

Dalam kawasan Ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan berdaya saing

tinggi ditandai dengan kemudahan jasa-jasa dan investasi bebas, maka mendorong

pembangunan ekonomi yang merata, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan

pergerakan tenaga internasional dan jasa secara bebas di kawasan Ekonomi ASEAN.

Terbentuknya MEA dengan visi Kawasan Ekonomi ASEAN yang berdaya saing

3
https://kemlu.go.id/portal/i/read/122/halaman_list_lainnya/tentang-asean diakses pada tanggal 21 Juli
2019, pukul 15:00 WIB
4
http://pengertian.com/mea-adalah-masyarakat-ekonomi-asean . Diakses Pada Tanggal 7 April 2019.
Pukul 16:00.
tinggi menunjukkan bahwa, persaingan merupakan suatu elemen yang esensial dalam

perekonomian modern.5

MEA kemudian mengatur tentang kemajuan teknologi dan informasi di

bidang jasa yaitu dalam Mutual Recognition Arrangement (MRA). MRA adalah

perjanjian antar dua negara atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan yang di

dalamnya mengatur kepentingan masing-masing negara mengenai suatu hal. MRA

diaplikasikan untuk hal-hal yang berkaitan dengan keprofesian dan tenaga

profesional. Dalam perkembangan MRAs ASEAN, telah ditentukan bahwa pada

dasarnya, MRA mengatur mengenai pemfasilitasi di 8 Profesi yang terdapat pada

Pasal 5 Asean Framework Agreement (ASAF), yaitu:

1. Engineering Services (Jasa Insinyur/Engineering)

2. Nursing Services (Jasa Keperawatan)

3. Architectural Services (Jasa Arsitektur)

4. Surveying Qualifications (Jasa Ahli Survey)

5. Accountancy Services (Jasa Akuntan)

6. Medical Practitioners (Jasa Tenaga Dokter)

7. Dental Practitioners (Jasa Tenaga Dokter Gigi)

8. Tourism Professionals (Jasa Tenaga Pariwisata)

5
Syahmin AK, 2006, “Hukum Dagang Internasional”, PT. Raja Grafindo Persada,
Tujuan dari kedelapan bidang profesi ini mirip satu sama lain, seperti saling

menukar informasi dan memfasilitasi mobilitas para ahli profesi yang bersangkutan,

dimana hal ini dinyatakan langsung dalam kedelapan perjanjian MRA tersebut.

Dengan adanya kerjasama antar negara ASEAN maka terjadi perjanjian internasional

diantara negara-negara tersebut.

Perjanjian internasional diartikan secara umum dan luas yang dalam bahasa

Indonesia disebut juga persetujuan, traktat, ataupun konveksi, adalah:

6
“kata sepakat antara dua atau lebih subyek hukum internasional mengenai

suatu obyek atau masalah tertentu dengan maksud untuk membentuk hubungan

hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional.”

Sedangkan dalam pasal 2 konvensi Wina 1969, perjanjian Internasional

(treaty) merupakan suatu persetujuan yang dibuat antara Negara dalam bentuk tertulis

dan diatur oleh hukum internasional. Apakah perjanjian tersebut dibuat dalam

instrument tunggal atau dua atau lebih instrument yang berkaitan satu sama lain,

dengan apapun nama yang diberikan padanya.7

Dalam Hukum Internasional, Perjanjian seperti MRA ini masuk dalam jenis

Perjanjian Internasional, dimana menurut Mochtar Kusumaatmadja : “Perjanjian

6
Wayan Parthiana, 2002, “Hukum Perjanjian Internasional”, CV. Mandar Maju, Bandung, hlm.12.
7
Boer Mauna, 2003, “Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global”, PT. Alumni, Bandung, hlm. 12.
Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-

bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.8

Dapat dilihat dari definisi yang diberikannya, yaitu: 9“international treaties or

Convention are agreements or contracts between two or more states, usually

negotiated for the purpose or creating, modifying or extinguising mutual and

reciprocal obligations”

Dalam hukum internasional mengatur mengenai organisasi internasional baik

yang bersifat privat maupun publik dan individu yang menjadi perhatian masyarakat

internasional. Perkembangan masyarakat modern bersifat global juga, mulai

mengurangi batas-batas nasional (national boundaries) terutama aktivitas yang

berhubungan dengan ekonomi, informasi, komunikasi, lingkungan hidup yang sering

mengabaikan batas nasional suatu negara.10.

Dalam hal ini Indonesia mempunyai hubungan perjanjian antara dua Negara

atau lebih yang berpengaruh dalam banyak hal dari aspek ekonomi internasional.

Dalam hal ini, selama berada di Indonesia, orang asing dapat melakukan kegiatan

bisnis yang dipandang dapat menguntungkan dirinya.11 Vienna Convention on the

Law of Treaties 1969 merupakan induk dari pengaturan perjanjian internasional

karena konvensi ini merupakan konvensi pertama yang berisikan pengaturan

8
Mochtar Kusumaatmadja, 2015, “Pengantar Hukum Internasional”, PT. Alumni, Bandung, hlm. 3.
9
Syahmin AK, 1985, “Hukum Perjanjian Internasional(Menurut Konvensi Wina)”, Armico, Bandung,
hlm. 10.
10
Andreas Pramudianto, 2017, “Hukum Lingkungan Internasional” , PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm 13
11
Gatot Supramono, 2012, “Hukum Orang Asing di Indonesia”, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 3
perjanjian internasional, baik secara teknis maupun material dan ketentuan dalam

konvensi ini merupakan kebiasaan-kebiasaan internasional selama ini yang berkaitan

dengan perjanjian internasional.12

Berlakunya arus bebas tenaga kerja dalam kerangka Masyarakat Ekonomi

ASEAN menimbulkan dampak terhadap mobilitas tenaga kerja terampil, salah

satunya jasa profesi dokter. Peraturan tersebut dinamakan lebih rinci lagi dengan

Mutual Recognition Arrangement On Medical Practitioners. Mutual Recognition

Arrangements On Medical Practitioners, terdapat didalamnya peraturan yang

mengatur bagaimana perdagangan jasa bagi profesi dokter. Profesi dokter yang

dimaksudkan dalam hal ini yaitu profesi dokter dan dokter gigi. Di Indonesia sendiri

sudah ada peraturan yang mengatur bagaimana kedudukan bagi profesi dokter asing

yang akan masuk ke Indonesia untuk berbagai macam kegiatan. Peraturan tersebut

sudah tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

317/MENKES/PER/III/2010 tentang Pendayagunaan Tenaga Kerja Negara Asing di

Indonesia.

MRA on Medical Practitioners ditetapkan pada 26 Februari 2009 di Cha-am,

Thailand. MRA ini bertujuan untuk untuk memfasilitasi mobilitas dokter umum di

kawasan ASEAN. Kemudian bertujuan untuk tukar menukar informasi dan

membangun kerjasama pada sektor kesehatan ini. Meningkatkan kualitas pelaksanaan

standarisasi. Dan yang terakhir untuk memberikan kesempatan program

pembangunan kapasitas dan pelatihan bagi para dokter umum. Sumber Daya Manusia

12
Jawahir Thontowi, 2019, “Perjanjian Internasional dan HAM”, UII Press, Yogyakarta, hlm. 135.
di Indonesia dalam bidang perekonomian sudah cukup bersaing sebelum adanya

MEA, akan tetapi setelah adanya MEA, masyarakat dari negara-negara anggota

ASEAN dapat masuk ke Indonesia membantu perekonomian Indonesia dan tidak

dapat dipungkiri bahwa satu hal yang pasti ialah masuknya sumber daya manusia dari

berbagai negara di Indonesia mengancam keberadaan ataupun kedudukan subjek

ekonomi yang ada di negara Indonesia. Salah satunya dalam bidang kesehatan.

Indonesia merupakan salah satu pendiri ASEAN, dan Indonesia telah mampu

menciptakan stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara. Indonesia juga turut serta

dalam perkembangan di berbagai bidang tingkat ASEAN. Salah satunya adalah untuk

mengembangkan dalam bidang kesehatan khususnya profesi profesi dokter. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2025/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin

Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran dalam Pasal 18 yang berisi: “dokter dan

dokter gigi warga Negara asing hanya dapat bekerja atas permintaan fasilitas

pelayanan kesehatan tertentu dalam ruang lingkup:

a) Pemberi pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

b) Pemberi pelayanan.”

Fungsi dan tujuan dari profesi dokter yaitu sebagai salah satu unsur dimasyarakat

dan pemerintahan amat dibutuhkan perannya untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan. Harapan masyarakat bila berhadapan dengan tenaga kesehatan adalah

dapat memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kesehatannya baik keluhan


hal yang mendasar sampai hal-hal yang komplikasi ditanyakan kepada mereka. Peran

seorang “penyembuh” ini amat mulia dan dihargai sangat tinggi dimata masyarakat.

Biasanya masyarakat hanya tahu, petugas yang melayani mereka untuk pengobatan

mereka panggil dengan sebutan “dokter”. Padahal seperti yang kita ketahui, tidak

hanya seseorang yang berprofesi sebagai dokter yang melakukan dan memberikan

pengobatan.13

Pelayanan jasa dibidang kesehatan di Indonesia masih dirasakan kurang maksimal,

berbagai macam terobosan telah dilakukan oleh pemerintah. Misalnya, menambah

jumlah fasilitas kesehatan. Untuk itu Indonesia memerlukan profesi dokter asing

dalam ilmu teknologi dibidang medis. Dikarenakan perkembangan zaman, Indonesia

masih bisa dibilang belum mampu mengimbangi Negara lain khususnya masalah

teknologi di bidang medis, dan lebih pada metode pengobatan baru.14

Pengaturan profesi dokter yang berada di negara Indonesia terkait MRA On Medical

Practitioners masih terdapat kejanggalan atau permasalahan yang terjadi seperti salah

satu contoh kasus yaitu, profesi dokter asing dari Negara Singapura yang masuk ke

Indonesia dalam rangka membagi ilmu tentang teknologi yang sebelumnya belum

pernah digunakan oleh profesi dokter Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena

sudah sangat dibutuhkan teknologi yang lebih baru yang akan digunakan di

13
https://www.kompasiana.com/puri3/56801eb090fdfd3a0957000f/peran-dan-fungsi-tenaga-
kesehatan-sudahkah-sesuai-dengan-harapan-masyarakat. Diakses Pada Tanggal 21 oktober 2019,
Pukul 16:00 WIB.
14
Wawancara Dengan Wakil Ketua Konsil Kedokteran Indonesia, Dr. drg. Laksmi Dwiati, MHA.
Pada Tanggal 21 oktober 2019.
Indonesia. Dengan terbukanya arus ahli teknologi antar Negara karena adanya MRA

On Medical Practitioners.

Peraturan dokter asing menurut hukum Indonesia ada pada UU No 29 Tahun 2004

Tentang Profesi Dokter, dan peraturan Mentri Kesehatan No TAHUN 2013

Tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing. Dalam Undang-

Undang dan Peraturan Kementrian tersebut sudah dijelaskan bahwasanya jika profesi

dokter asing yang melakukan praktek di Indonesia harus memiliki criteria dan syarat

syarat yang sudahdi tetapkan oleh peraturan tertulis yaitu undang-undang di

indoensia,

Undang-Undang No 29 tahun 2004 Pasal 32 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “surat tanda registrasi bersyarat dokter dan

dokter gigi” adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran

dan Konsil Kedokteran Gigi kepada peserta didik untuk mengikuti

pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi di Indonesia

bagi dokter atau dokter gigi warga negara asing

Kemudian contoh kasus lainnya, yaitu keberedaan dokter asing illegal yang membuka

praktik medis di Indonesia khususnya Jakarta dengan memakai izin tinggal sementara

untuk bisnis atau wisata. Keberadaan dokter asing illegal ini sudah melanggar aturan.

Dikarenakan dokter asing yang ingin membuka praktik harus memenuhi kompetensi,

punya surat tanda registrasi dan surat rekomendasi kementrian kesehatan Negara
asal,sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 67/2013 tentang pendayagunaan tenaga

kesehatan warga Negara asing. Seiring pemberlakuan masyarakat ekonomi asean,

pihaknya tidak mempersulit dokter asing yang praktik di Indonesia.

Keadaan yang menyebabkan timbulnya kasus-kasus yang berkaitan dengan profesi

dokter di Indonesia seperti yang disebutkan diatas penulis tertarik mengangkat judul

skripsi yang berjudul “Upaya Penegakan Hukum Dalam Kasus Pelanggaran

Profesi Dokter Asing Dalam Kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN ”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah upaya pemerintah dalam menangani kasus pelanggaran

profesi dokter asing di Indonesia ?

2. Bagaimanakah pengaturan profesi dokter asing dalam kerangka MEA?

C. Tujuan penelitian

Penulis akan mencoba menguraikan apa saja sasaran dan tujuan yang akan

dicapai dalam penulisanskripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa saja upaya pemerintah dalam menangani kasus

pelanggaran profesi dokter asing yang terjadi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan profesi dokter asing dalam

kerangka MEA.

D. Metode penelitian

Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini ialah yuridis

normatif
Yuridis normatif yaitu suatu metode pendekatan yang menekankan pada

norma hukum yang berlaku di masyarakat dengan cara meneliti data primer

dan data sekunder, baik yang berupa bahan hukum primer,sekunder,maupun

tersier melalui tahapan penelitian kepustakaan.15

E. Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Profesi Dokter Asing

1. Pengertian Profesi Dokter Asing

2. Ruang lingkup Profesi Dokter Asing

B. Tinjauan Tentang MEA

1. Sejarah Asean

2. Keberadaan MEA Dalam Asean

3. Pengaturan dan Pengertian MEA

4. Sektor – sector MEA

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memuat secara keseluruhan yang akan disajikan

dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan

memperoleh gambaran menyeluruh tentang skripsi ini.

15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, “Penelitian Hukum Normatif dan Suatu Tujuan
Singkat”, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, , hlm 13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Tentang Profesi Dokter Asing

1. Pengertian Profesi Dokter Asing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dokter adalah lulusan pendidikan

kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya, dan spesialis

adalah dokter yang mengkhususkan keahliannya dalam satu macam penyakit,

sedangkan dokter spesialis adalah dokter yang mengetahui “semua” penyakit

pada sebagian (satu organ atau satu sistem) tubuh manusia.16

Dokter adalah pihak yang mempunyai keahlian di bidang kedokteran. Pada

Kedududukan ini, dokter adalah orang yang dianggap pakar dalam bidang

kedokteran. Dokter juga orang yang memiliki kewenangan dan izin

sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya

memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan menurut hukum dalam

pelayanan kesehatan.

Definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi

tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua

masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit,

organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin,

kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan

16
Kamus besar bahasa indonesia
prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung

jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya

adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama

pendidikan kedokteran. 16

Menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut “basic

medical doctor”. Ada tujuh area kompetensi “kemampuan dasar” seorang

“dokter”, yaitu:

1. Keterampilan komunikasi efektif.

2. Keterampilan klinik dasar.

3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu

perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran.

4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada indivivu, keluarga

ataupun masyarakat denga cara yang komprehensif, holistik, bersinambung,

terkoordinasi dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.

5. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi.

6. Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat.

7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik.

Tugas seorang dokter adalah:17

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan pasien.

17
Sri Siswati, 2013, “Etika dan Hukum Kesehatan”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm 58
2. Merujuk pasien ke dokter atau drg lain yg memiliki keahlian atau

keterampilan yg lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan.

3. Merahasiakan segala sesuatu yg diketahuinya tentang pasien, bahkan

setelah pasien meninggal dunia, serta tunduk pada tata cara pembukaan

Rahasia Kedokteran menurut Hukum yg berlaku.

4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kec: ia yakin ada

orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran.

Tak hanya itu, dokter umum pun dituntut untuk mampu melakukan

manajemen sumber daya dan fasilitas di tempat kerjanya, mampu memberikan

pertolongan pertama pada pasien gawat darurat, serta bisa melakukan

pembedahan kecil (minor surgery).

Hak seorang dokter adalah:18

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

standar profesi dan standar operasional prosedur,

2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar

operasional prosedur.

18
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51.
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya.

4. Menerima imbalan jasa.

5. Mendapat perlindungan HAM. Dan peradilan perlindungan umum.

2. Ruang lingkup Profesi Dokter Asing

Era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) memungkinkan banyak dokter

asing di Indonesia. Meski demikian, dokter asing tak bisa melakukan

praktik atau bekerja di Indonesia secara sembarangan.

Salah satu aturan yang akan diterapkan di Indonesia adalah dokter asing

harus memiliki keahlian tertentu yang belum maksimal bisa dilakukan

oleh dokter Indonesia. Dokter asing yang ingin praktik pun harus paham

kondisi penyakit di Indonesia yang mungkin berbeda dari Negara asal

dokter asing tersebut.

B. Tinjauan Tentang MEA

1. Sejarah ASEAN

ASEAN (Association of South East Asian Nations) atau Perhimpunan

Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara) dirintis oleh 5 negara yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Titik mula peringatan sejarah berdirinya

ASEAN ditandai dengan dirumuskannya Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967.

Dalam buku Association of South East Asian Nations (ASEAN): Sejarah Konstitusi

dan Integrasi Kawasan (2014) karya Koesrianti dituliskan, Sekretariat ASEAN


dibentuk pada 24 Februari 1976 dan berkedudukan di Jakarta. Hartono Rekso

Dharsono dari Indonesia didapuk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN

pertama. Organisasi dalam lingkup regional ini seolah menjadi asa dalam upaya

memadukan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang memiliki ragam berbeda-beda.

ASEAN juga bertujuan meningkatkan ekonomi, sosial, kebudayaan, perdamaian dan

stabilitas, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara

anggotanya dengan damai. Selanjutnya, negara-negara Asia Tenggara lainnya turut

bergabung dengan ASEAN, berturut-turut yaitu Brunei Darussalam pada 7 Januari

1984, Vietnam pada 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada 23 Juli 1997, serta

Kamboja yang masuk pada 30 April 1999.19

2. Keberadaan MEA Dalam ASEAN

Dunia yang dari hari ke hari terus berubah disikapi negara-negara di Asia Tenggara

yang tergabung dalam ASEAN dengan memperkuat hubungan antarnegara.

Hubungan yang terjalin biasanya diwujudkan dalam bentuk kerja sama di beberapa

bidang. Salah satu bidang yang menjadi fokus adalah bidang ekonomi. Saat ini

beberapa negara ASEAN menunjukkan perkembangan signifikan, bahkan posisinya

termasuk yang diperhitungkan di kancah internasional

Sebut saja Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Negara-negara

tersebut kini bukan sekadar konsumen, melainkan juga menjadi produsen bagi

negara-negara lain. Hal ini adalah nilai yang positif tentunya. Keberadaan Uni Eropa

19
, https://tirto.id/efSo
dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara mendorong negara-negara ASEAN

dalam menggagas kerja sama dalam bidang perdagangan yang lebih luas lagi.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) digagas untuk membentuk pasar tunggal dan

menciptakan kondisi yang kompetitif antarnegara demi peningkatan negara-negara

anggota.

Sejarah MEA diawali dari perjanjian bersama pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia yang menghasilkan satu visi bersama

negara-negara Asia Tenggara (ASEAN Vision 2020). Tujuannya menjadikan kawasan

Asia Tenggara sebagai kawasan yang makmur dengan pembangunan serta

pengembangan ekonomi yang merata di tiap-tiap negara yang menjadi anggotanya.

KTT di Bali, Indonesia pada Oktober 2003 menelurkan hasil yang hampir sama

dengan KTT 1997. Pada KTT di Bali tersebut, para pemimpin negara-negara ASEAN

menyatakan pentingnya mengintegrasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

sebagai satu tujuan utama dalam integrasi perilaku ekonomi di kawasan regional yang

akan diterapkan tahun 2020.

KTT selanjutnya pada 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia melahirkan konsensus baru.

Isinya menyatakan bahwa tahun diberlakukannya MEA dimajukan. Yang awalnya

tahun 2020 menjadi tahun 2015. Konsensus tersebut melahirkan deklarasi yang

disebut dengan Deklarasi Cebu. Dengan ditandatanganinya Deklarasi Cebu maka

keputusan konsensus dari tahun ke tahun menjadi satu langkah nyata untuk

menjadikan ASEAN sebagai daerah perdagangan bebas yang meliputi seluruh


komponen aktivitas ekonomi. Mulai dari barang, tenaga kerja (terampil), investasi,

modal, sampai jasa.

3. Pengaturan dan Pengertian MEA

MEA adalah bentuk program yang mempunyai tujuan yaitu menciptakan ASEAN

sebagai pasar tunggal dan kesatuan yang berbasis produksi, yang terjadi free flow atas

barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal dan menghapus tariff untuk

perdagangan antar Negara ASEAN. Terwujudnya MEA 2015 merupakan perjalanan

panjang ASEAN sejak dibentuknya Preferential Tariff Arrangement (PTA) tahun

1977. Proses pembentukan MEA sebelumnya didasari atas prinsip-prinsip

keterbukaan, outwardlooking , inklusif dan berorientasi pasar.

MEA 2015 dibangun dengan 4 (empat) karakterristik utama yakni:

I. ASEAN sebagai pasar tunggal dan Basis Produksi,

II. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi,

III. ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi merata dan berimbang,

IV. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global.

Dalam mewujudkan karekteristik, ASEAN telah menandatangani ASEAN

Trade in Goods Agreement (ATIGA), ASEAN Framework Agreement on

Services (AFAS), dan ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA)

untuk menjamin arus peredaran barang, jasa dan investasi yang bebas di
kawasan ASEAN. Disamping itu, ASEAN juga telah memiliki kesepakatan

tentang Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang bertujuan untuk

memfasilitasi perpindahan tenaga kerja terampil yang sejauh ini difokuskan

kepada 8 (delapan) profesi.

Untuk dapat bersaing dalam MEA 2015, peningkatan produksi secara

kuantitas harus diimbangi oleh peningkatan kualitas dan inovasi. Oleh

karenanya, Pilar 2 pondasi MEA 2015, “kawasan dengan daya saing

ekonomi”, akan tercapai melalui berbagai kerja sama dibidang kebijakan

kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,

pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.20

AFAS adalah persetujuan dan kerjasama dalam rangka liberalisasi

perdagangan dibidang jasa dan forum ASEAN. Awal mulanya terbentuk

AFAS 21

yaitu berdasarkan oleh General Agreement on Trade in Service (GATS).

GATS adalah perjanjian multilateral pertama dibidang jasa yang dibuat dalam

rapat perdagangan multilateral Uruguay tahun 1994 dan juga dikenal sebagai

perjanjian multilateral pertama mengatur tentang perdagangan lintas batas

dibidang jasa.

20

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Kv8ERIdHH9wJ:ditjenppi.kemendag.go.id/in
dex.php/download/pub/Ng%253D%253D+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=safari. Diakses
Pada Tanggal 17 Maret 2019, pukul 14:00.
21
Aec.ekon,go.id
Dasar dibentuknya AFAS berasal dari kesepakatan pemimpin di rapat umum

kepala Negara di Bangkok pada tahun 1995 yang membuahkan hasil berupa

Deklarasi Bangkok Summit 1995.

Dalam dokumen AFAS (ASEAN Framework Arrangement on Services) ini

dinyatakan beberapa hal yang menyangkut Trade in Services (perdagangan di

bidang jasa), yaitu: 22

1. Kesepakatan untuk melakukan integrasi ekonomi.

2. ASEAN akan terus bergerak menignkatkan kerjasama perdagangan jasa

yang lebih terbuka melalui pelaksanaan The ASEAN Framework Agreement

on Services.

3. Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment on

market acces, national treatment, dan additional commitments yang

mencakup seluruh modes of supply sektor jasa .

4. Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai tingkat

liberalisasi yang lebih tinggi.

5. Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan offer

(penawaran).

22
ASEAN, ASEAN Framework Agreement on Service, 1995, diakses pada tanggal 12 november 2019
Dalam Pasal 5 dinyatakan bahwa setiap Negara anggota dapat mengakui

pendidikan atau pengalaman yang didapat, kualifikasi yang dipenuhi, atau

lisensi atau sertifikat yang didapat dari Negara anggota lainnya, dengan tujuan

untuk melisensi atau mesertifikasi pemasok layanan. Pengakuan seperti ini

dapat didasarkan melalui persetujuan (Agreement) maupun pengaturan

(Arrangement) dengan Negara anggota yang bersangkutan atau dapat

diberlakukan secara mandiri.23

4. Sektor – sektor MEA

Ada beberapa sektor yang diatur dalam MEA yaitu ;24

1. Perdagangan ASEAN

a. Perdagangan Barang ASEAN

 Liberalisasi perdagangan ASEAN dimulai sejak terbentuknya ASEAN Free

Trade Area (AFTA) pada tahun 1992. Untuk memfasilitasi perdagangan yang

lebih lancar, disahkan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada

Februari 2009. ASEAN secara keseluruhan telah mengeliminasi 96,01% pos

tarif.

 Negosiasi perdagangan barang ASEAN dilakukan dalam Coordinating

Committee on ATIGA (CCA). CCA membahas isu-isu terkait praktik

perdagangan barang oleh tiap negara anggota ASEAN dan kesesuaiannya

23
Ibid
24
https;//kemlu.go.id
dengan ATIGA, seperti isu transposisi tarif, non-tariff measures (NTMs),

dan rules of origin(ROO).

 AEC 2025 Trade Facilitation Strategic ActionPlan (ATF-SAP) telah diadopsi

pada 31st AFTA Council Meeting di bulan September 2017, dengan tujuan

untuk merealisasikan target dari mandat AEM yaitu pengurangan biaya

transaksi perdagangan sebesar 10% di tahun 2020, dan menggandakan jumlah

perdagangan intra-ASEAN antara tahun 2017 dan 2025.

 Untuk memfasilitasi perdagangan di kawasan, ASEAN telah

meluncurkan ASEAN Solutions for Investments, Services, and

Trade (ASSIST) yang dapat digunakan secara langsung oleh pelaku usaha

untuk menyampaikan keluhan atas Non-Tariff Barriers (NTB) maupun

kendala lain yang dihadapi ketika melakukan hubungan bisnis dengan AMS

lainnya.

 ASEAN juga memiliki ASEAN Trade Repository (ATR) yang

mengkompilasi National Trade Repository masing-masing AMS. ATR ini

berisikan kebijakan dan regulasi AMS terkait perdagangan barang. ASEAN

juga telah meluncurkan Tariff Finder yang merupakan mekanisme online

untuk mendapatkan informasi terkait preferensi tarif yang masuk dalam skema

ATIGA maupun ASEAN+1 Free Trade Agreement (FTA).

 Untuk ASEAN Single Window, sejak 1 Januari 2018, 5 (lima) negara AMS

yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam telah

melaksanakan Live Operation e-Form D. Diharapkan agar AMS lain yang

belum bergabung dapat mempercepat penyelesaian proses internalnya agar


dapat segera bergabung sehingga ASEAN dapat segera

mengimplementasikannya secara penuh.

 Strategic Action Plan (SAP) Trade in Goods (TIG)

mengandung outcome untuk meliberalisasi tarif yang belum 0%, berdampak

pada produk minuman beralkohol yang masih Indonesia taruh dalam General

Exclusion List(GEL) dan produk beras dan gula dalam Highly Sensitive

List (HSL). Terdapat keinginan para negara anggota ASEAN

untuk review ATIGA guna mengakomodasi MEA 2025.

b. Perdagangan Jasa ASEAN

 Dalam upaya meningkatkan kerja sama ekonomi melalui liberalisasi

perdagangan di bidang jasa, negara-negara ASEAN telah menyepakati dan

mengesahkan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) pada

tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand. Sejak disepakatinya AFAS

pada tahun 1995, liberalisasi jasa dilakukan melalui negosiasi

ditingkat Coordinating Committee on Services (CCS) dalam bentuk paket.

 Saat ini perundingan perdagangan jasa telah memasuki ASEAN Framework

Agreement on Services (AFAS) Package 10. Sementara itu, khusus untuk jasa

keuangan dan transportasi udara negosiasinya dilakukan di tingkat Menteri

terkait lainnya (Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan). Perundingan

liberalisasi jasa keuangan sedang menegosiasikan AFAS 8 sementara jasa


transportasi sudah menandatangani AFAS ke-10.Perundingan liberalisasi

perdagangan jasa ASEAN digunakan pendekatan positif.

 Dengan demikian, sektor jasa yang dibuka terbatas pada sektor-sektor yang

dikomitmenkan setiap negara. Sektor yang dibuka setiap negara dicantumkan

dalam Schedule of Commitment (SOC).

 Hingga Desember 2017, sudah 5 (lima) negara yang telah memenuhi Paket

ke-10 AFAS yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Myanmar, Singapura dan

Thailand.

2. Perpindahan Tenaga Kerja Terampil

 Pergerakan tenaga kerja terampil di ASEAN diatur melalui Mutual

Recognition Agreement (MRA). ASEAN saat ini telah memiliki 8 (delapan)

MRA yakni untuk profesi insinyur, arsitek, surveyor, dokter umum, dokter

gigi, perwawat, jasa pariwisata dan akuntan.

 ASEAN juga mengatur pergerakan tenaga kerja profesional lainnya melalui

penandatanganan ASEAN Agreement on the Movement of Natural

Persons(MNP) pada November 2012. Kesepakatan ini memberikan jaminan

hak dan aturan tambahan yang sudah diatur di AFAS tentang MNP dan juga

memfasilitasi MNP dalam menjalankan pergdangan dalam jasa dan investasi.


3. Investasi

 Kerja sama investasi dipandu oleh ASEAN Comprehensive Investment

Agreement (ACIA) yang telah berlaku (entry into force/EIF) mulai tanggal 29

Maret 2012. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah menciptakan kawasan

investasi ASEAN yang liberal dan transparan sehingga dapat meningkatkan

arus investasi ke kawasan. Indonesia telah meratifikasi ACIA tanggal 8

Agustus 2011 melalui Perpres No. 49 Tahun 2011 tentang

Pengesahan ASEAN Comprehensive Investment Agreement

 ACIA memuat empat pilar kerja sama investasi ASEAN, yakni liberalisasi,

proteksi, fasilitasi, dan promosi. Prinsip utamanya adalah

keterbukaan/transparansi, perlakuan yang sama, dan international best

practices.

 Forum kerja sama investasi di ASEAN berada di bawah ASEAN Investment

Area(AIA) Council yang merupakan Ministerial Body yang berada dibawah

koordinasi ASEAN Economic Ministers yang bertanggung jawab untuk

mengawal implementsi ACIA. Dalam melaksanakan tugasnya AIA dibantu

oleh Coordinating Committee on Investment (CCI).

 Negara-negara ASEAN 6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura

dan Thailand) tetap menjadi sumber utama dalam intra - ASEAN FDI, dengan

rata - rata share sebesar 97.6% sejak tahun 2008-2016. Coordinating

Commitee on Investment (CCI) telah menyusun Protocol to Amend

ACIA. Indonesia dalam hal ini, telah meratifikasi Protocol to Amend


ACIA tersebut pada tanggal 12 Agustus 2015 melalui Perpres No. 92 Tahun

2015 tentang Pengesahan Protocol to Amend ACIA.

 Empat prioritas capaian CCI untuk dapat disepakati oleh kepala negara

ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN) tahun 2017

yaitu: (i) penyelesaian penandatangan the Second Protocol to Amend ACIA

oleh seluruh negara ASEAN, (ii) penyelesaian ketentuan the Third Protocol to

Amend the ACIAkhususnya oleh Thailand, (iii) menyelenggarakan Regional

Forum on Investment Disputes, Resolution, and Prevention, serta (iv) Focused

and Strategic (FAST) Action Agenda on Investment.

4. Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC)

Untuk meningkatkan konektivitas antarnegara anggota, ASEAN telah

menyusun Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) atau Rencana Induk

Konektivitas ASEAN (RIKA) yang berisikan berbagai proyek dan program

pengembangan infrastruktur, kelembagaan, dan hubungan antar masyarakat negara

anggota. ASEAN juga membentuk ASEAN Infrastructure Fund (AIF) atau Dana

Infrastruktur ASEAN (DIA) untuk menunjang konektivitas antar negara anggota

ASEAN.

5. Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)


 Pada KTT ASEAN ke-19 tahun 2011 saat Keketuaan Indonesia, para

Pemimpin ASEAN sepakat untuk mengkonsolidasikan perjanjian

ASEAN Free Trade Agreement + 1 (FTA +1) yang telah ada dan

membentuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

 RCEP memiliki arti penting untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi di

kawasan melalui integrasi Free Trade Agreements ASEAN yang telah ada.

RCEP akan mencakup 3,4 milyar penduduk dunia (48%), PDB USD 21,7

trilyun (29% PDB dunia), dan total ekspor USD 5,1 trilyun (29% ekspor

dunia).

 Cakupan RCEP antara lain meliputi Trade in Goods (TIG), Trade in

Services (TIS), Investment, Economic and Technical

Cooperation (ETC), Intellectual Property (IP), Competition, Legal and

Institutional Issue (LII), E-Commerce, SME, Government

Procurement, dan Movement of Natural Persons (MNP).

 Perundingan RCEP telah memasuki putaran ke-21 di Yogyakarta, Indonesia

pada tanggal 5-9 Februari 2018. Dari 18 chapter yang direncanakan,

perundingan baru berhasil menyelesaikan 2 chapter yaitu mengenai Economic

and Technical Cooperation (ECOTECH) pada putaran ke-15 di Tianjin,

Oktober 2016 dan chapter mengenai Small and Medium Enterprises (SMEs)

pada putaran ke-16 di Banten, Desember 2016.


6. Pariwisata

 Kerja sama ASEAN di bidang pariwisata diatur dalam ASEAN Tourism

Strategic Plan (ATSP) 2016 - 2025. ATSP mengusung visi ASEAN as single

destination, dengan tagline “One Community Towards Sustainability".

 Indonesia telah meratifikasi Agreement on the Establishment of the ASEAN

Regional Secretariat on the Implementation of MRA TP melalui Perpres

Nomor 61 Tahun 2017. Sebagai tindak lanjut Agreement tersebut, saat ini

rancanganHost Country Agreement (HCA) yang disusun oleh Indonesia,

selaku tuan rumah, masih dinegosiasikan dengan Regional Secretariat yang

diwakili oleh negara ASEAN sebagai Governing Council. Per negosiasi

terakhir pada Desember 2017 di Nay Pyi Taw, HCA disepakati tidak memuat

pasal tentang tax exemption dan privilieges and immunities bagi Regional

Secretariat dan pejabatnya. Negosiasi HCA masih berlanjut di tahun 2018.

7. Kerja Sama Ekonomi ASEAN dengan Mitra Eksternal

ASEAN memiliki kerja sama ekonomi dengan pihak eksternal yang diwujudkan

dalam ASEAN+1 Free Trade Area Partners (AFPs), yakni perdagangan bebas

dengan Tiongkok (RRT), Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru, serta

India. Sedangkan FTA antara ASEAN dan Hong Kong telah selesai dinegosiasikan

pada tahun 2017.


8. UMKM

Sejak tahun 2016, Kementerian Koperasi dan UKM bertindak sebagai focal

point dalam kerja sama ASEAN Coordinating Committee on Micro, Small, and

Medium Enterprises (ACCMSME). Forum kerja sama tersebut menjembatani sinergi

dan integrasi program-program kerja di level ASEAN dengan program kerja nasional,

khusunya dalam pengembangan UMKM. Partisipasi Kementerian Koperasi dan

UKM dalam ACCMSME diwujudkan melalui keterlibatan dalam kegiatan dan

program-program pengembangan UMKM yang diimplementasikan di negara

anggota ASEAN, yang mengacu pada Rencana Aksi Strategis Pengembangan

UMKM ASEAN (Strategic Action Plan on SMEs Development).

Anda mungkin juga menyukai