Selama lima dasawarsa ASEAN berdiri (1967-2017) telah banyak
capaian dan dedikasi yang diberikan oleh ASEAN kepada negara anggotanya. ASEAN berkembang menjadi organisasi yang semakin matang dan dinamis, dibuktikan dengan ketahanannya menghadapi berbagai tantangan di tingkat regional maupun global. ASEAN juga terbukti berhasil menjaga keamanan, dan stabilitas di kawasan - mencegah potensi konflik terbuka di kawasan, sehingga memungkinkannya menjadi engine of growth, daya tarik investasi dan pembangunan ekonomi yang unik. Hal ini tidak terlepas dari sumbangsih dan kontribusi yang telah diberikan oleh Indonesia sebagai salah satu founding fathers ASEAN dan negara anggota ASEAN dengan jumlah penduduk serta kondisi geografis terbesar. Indonesia memiliki kepentingan yang tinggi untuk memastikan ASEAN menjadi organisasi yang kuat secara internal, dan dipertimbangkan secara serius oleh dunia internasional. Sejak ASEAN berdiri tahun 1967, Indonesia tiga kali menjabat sebagai Ketua ASEAN yakni pada tahun 1976, 2003 dan 2011. Beberapa sumbangsih Indonesia di ASEAN: Untuk isu Laut China Selatan, Indonesia adalah honest broker dan berperan aktif dalam menggulirkan prakarsa dan inovasi berupa berbagai interim measures. Indonesia turut memainkan peran disepakatinya 2 (dua) interim measures yaitu: (1) Joint Statement on the Application of CUES dan (2) Hotline of Communications.
PERAN INDONESIA DALAM ASEAN
Peran Indonesia dalam ASEAN sangat besar. Tidak hanya dalam bidang ekonomi, peran Indonesia dalam bidang keamanan juga sangat besar. Sebagai salah satu pendiri Asean, Indonesia juga telah mendapat kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah diselenggarakan di Indonesia antara lain, KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23-24 Februari 1976 di Bali. Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat ASEAN yang berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral “Sekjen” pertamanya ialah putra Indonesia yang bernama H.R. Dharsono. KTT ASEAN Ke-9 yang dilaksanakan pada 7-8 Oktober 2003 di Bali. Dalam KTT tersebut Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean “Asean Community” yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya serta keamanan. KTT ASEAN Ke-18 yang dilaksanakan pada tanggal 4-8 Mei 2011 di Jakarta. Dan KTT ASEAN Ke-19 yang dilaksanakan pada 17-19 Nopember 2011 di Bali. Dalam konferensi tersebut di dapat kesepakatan tentang kawasan bebas sejata nuklir di Asia Tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone “SEANWFZ”. Indonesia berperan aktif dalam proses negosiasi Kerangka Code of Conduct (CoC), salah satunya dengan dihasilkannya draft awal Kerangka CoC di Bali pada bulan Februari 2017, untuk dikembangkan dalam pertemuan- pertemuan Joint Working Group (JWG) selanjutnya. Indonesia berperan penting untuk memastikan sentralitas ASEAN, contohnya dalam memprakarsai dikeluarkannya Joint Statement of the Foreign Ministers of ASEAN Member States on the Maintenance of Peace, Security and Stability in the Region pada bulan Juli 2016. Di bidang maritim, Indonesia terus mendorong penguatan kerja sama keamanan maritim, terutama dalam penanggulangan isu illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF). Selain itu, Indonesia adalah negara pendorong implementasi EAS Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation yang diprakarsai Indonesia Indonesia dan disepakati tahun 2015. Indonesia adalah negara pendorong upaya dan kerja sama penanggulangan terorisme, radikalisme dan violent extremism melalui implementasi ASEAN Convention on Counter Terrorism dan instrumen internasional terkait lainnya secara efektif. Indonesia menjadi inisiator pembentukan ASEAN Seaport Interdiction Task Force (ASITF) dengan menjadikan seaport sebagai daerah perbatasan pengawasan Narkotika dan Prekursor Narkotika selain airport. Indonesia juga berperan aktif dalam merespon perkembangan isu Rakhine State dengan mendorong dibukanya akses bantuan kemanusiaan ke Rakhine State, memberikan bantuan kemanusiaan, menawarkan berbagai inisiatif untuk membantu rekonsiliasi nasional dan interfaith dialogue, serta mendorong Myanmar memberikan update secara berkala mengenai perkembangan situasi di Rakhine. Indonesia telah menjadi driving force yang sangat diperhitungkan dalam rangkaian perundingan RCEP. Di bawah kepemimpinan Indonesia, telah dicapai kemajuan dengan disepakatinya Chapter on Small Medium Enterprises (SMEs) dan Chapter on Economic and Technical Cooperation (ECOTECH). Indonesia terlibat aktif dalam upaya pengembangan start-up business melalui penguatan pilot project berupa inkubator pelatihan di bidang peningkatan produksi, akses pasar, akses finansial, dan pengembangan peraturan serta sumber daya manusia. Dalam isu Konektivitas ASEAN, Indonesia (bersama Filipina) berhasil mencapai kesepakatan di bidang konektivitas yang telah dinegosiasikan secara intensif selama kurun waktu lima tahun terakhir. Tercapai kemajuan dalam mengimplementasikan jalur pelayaran Roll On-Roll Off (RO-RO) kargo dengan rute Davao-General Santos- Bitung, yang merupakan salah satu proyek konektivitas. Dalam isu pekerja migran, Indonesia berhasil meyakinkan disepakatinya Vientiane Declaration on Transition from Informal Employment to Formal Employment toward Decent Work Promotions. Deklarasi ini menggarisbawahi upaya untuk menghapuskan diskriminasi di lingkungan kerja serta memberikan jaminan perlindungan, terutama bagi para pekerja informal. Dalam isu penanggulangan bencana, telah disepakati inisiatif Indonesia tentang Declaration on One ASEAN, One Response yang ditandatangani oleh seluruh Kepala Negara ASEAN pada bulan September 2016 ASEAN telah menyepakati inisiatif Indonesia dalam Joint Statement on SocialWelfare and Development “Strengthening Social Welfare Development in Pursuing ASEAN Community Vision 2025” yang memberikan penekanan terhadap peningkatan aksesibilitas dan perlindungan kelompok rentan (kaum difabel). Kementerian Luar Negeri terus membentuk dan menggerakkan Pusat Studi ASEAN, yang saat ini berjumlah 68 yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk ikut serta mendiseminasikan informasi kepada masyarakat luas dan memberikan rekomendasi kebijakan.
Indonesia sebagai salah satu negara pendiri ASEAN
Indonesia merupakan salah satu negara pendiri ASEAN. ASEAN resmi didirikan sejak ditandatanganinya Deklarasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima negara pendiri. Dilansir dari situs resmi ASEAN, lima menteri luar negeri yang menandatangani adalah Adam Malik dari Indonesia, Narcisco R. Ramos dari Filipina, Tun Abdul Razak dari Malaysia, S. Rajaratnam dari Singapura, dan Thanat Khoman dari Thailand.
Indonesia sebagai lokasi kantor sekretariat ASEAN
Disadur dari Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia tenggara (ASEAN) mengenai Ketuanrumahan dan Pemberian Keistimewaan dan Kekebalan kepada Sekretariat ASEAN Pasal 1 butir 16 menyebutkan bahwa: “Sekretariat" adalah Sekretariat tetap untuk ASEAB yang didirikan berdasarkan Persetujuan mengenai Pendirian Sekretaria ASEAN yang ditandatangani pada 24 Februari 1967. Lokasi Sekretariat adalah di Jalan Sisingamangaraja No. 70A, Kebayoran Baru, Jakarta 1211 sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran 1, yang dapat dipihdahkan ke lokasi lain apa bisa disepakati oleh Para Pihak.
Indonesia mengagas pembentukan ASEAN Security
Community (ASC) Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menggagas ide pembentukan ASC pada bulan Juni tahun 2003. Rizal Sukma dalam jurnal The Future of ASEAN: Towards a Security Community (2003) menyebutkan bahwa melalui ASC Indonesia berharap mendapatkan peran strategis sebagai pusat yang strategis di ASEAN dan sentralitas diplomatis di komunitas internasional. Dari gagasan ASC tersebut, kemudian lahirlah tiga buah pilar komunitas ASEAN yaitu: 1. ASEAN Political and Security Community merupakan kerja sama ASEAN di bidang politik dan keamanan 2. ASEAN Social and Culture Community yakni kerja sama ASEAN di bidang sosial dan budaya 3. ASEAN Economic Community yaitu kerja sama ASEAN di bidang ekonomi.
meningkatkan demokrasi ASEAN
Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar di ASEAN yang berperan meningkatkan demokrasi antaranggota ASEAN. Hal ini dibuktikan dengan peran I yang menjunjung tinggi demokrasi juga penegakan hak asasi manusia. Indonesia berperan dalam ASEAN Political and Security Community (APSC) Blueprint Indonesia adalah salah satu pelopor APSC Blueprint atau cetak biru APSC. Dilansir dari situs resmi ASEAN, cetak biru APSC mendukung perwujudan komunitas ASEAN yang berbasis aturan dengan nilai dan norma bersama, kawasan yang kohesif , damai, stabil, dan tangguh, tanggung jawab bersama untuk keamanan yang komprehensif, serta kawasan yang dinamis dan berwawasan
Indonesia bekerja sama menanggulangi narkotika dan
obat-obatan terlarang Indonesia bekerja sama dengan negara ASEAN lainnya untuk menanggulangi penggunaan narkotika, psikotropika dan obat-obatan terlarang lainnya dengan menandatangani Deklarasi ASEAN Bebas Narkoba (A Drug-Free ASEAN Declaration). Dalam perjanjian tersebut dituliskan bahwa penyalahgunaan narkoba dapat membahayakan tatan moral masyarakat. Baca juga: Bentuk Kerja Sama ASEAN di Bidang Pendidikan Perdagangan obat-obatan terlarang juga berkaitan erat dengan kejahatan transnasional seperti pencucian uang dan penyelundupan senjata yang dapat menimbulkan ancaman politik dan keamanan serius. Maka dari itu, Indonesia dan negara-negara lainnya di ASEAN bekerja sama untuk meningkatkan sumber daya manusia dan membantu mengekang peredaran gelap, produksi dan peredaran narkoba, penegakan hukum, rehabilitasu, pencegahan, dan penyuluhan narkoba kepada masyarakat
Memastikan sentralitas ASEAN
Selain sebagai penggagas, Indonesia juga berperan dalam memastikan sentralitas atau kesatuan ASEAN itu sendiri. Wujud dan peran tersebut terlihat saat Indonesia ikut memprakarsai dikeluarkannya Joint Statement of the Foreign Ministers of ASEAN Member States on the Maintenance of Peace, Security, and Stability in the Region pada Juli 2016 lalu
Turut serta pada isu pekerja migran di ASEAN
Ketika isu pekerja migran mencuat, Indonesia pun tutur menyakinkan tersepakatinya Vientiane Declaration on Transition from Informal Employment to Formal Employment Toward Decent Work Promotions. Secara khusus, deklarasi ini menggaris besarkan pada bentuk dan upaya untuk menghapuskan diskriminasi di lingkungan kerja, serta memberikan jaminan perlindungan. Khususnya, bagi para pekerja yang berbasis di sektor informal. Peran Indonesia dalam ASEAN tentu diwujudkan tidak hanya sebatas karena peran Indonesia sebagai salah satu pemrakarsanya saja. Tapi juga karena sikap politik Indonesia yang bebas-aktif dan ingin berkontribusi mendorong kawasan Asia Tenggara yang memiliki stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang kuat.Tidak hanya itu saja, peran Indonesia dalam ASEAN juga pernah mendapatkan apresiasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena peran Indonesia bagi wilayah Asia Tenggara. Kala itu, selama menjadi anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia sukses menjembatani upaya perdamaian dunia. Apresiasi ini juga diberikan secara khusus oleh PBB dalam KTT ke-10 ASEAN PBB yang dilakukan Bangkok, Thailand pada 3 November 2019 lalu