Anda di halaman 1dari 4

Peran Indonesia dalam ASEAN

ASEAN dalam kedudukannya menjadi sangat penting bagi politik luar negeri
Indonesia, Dirjen Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI, I Gusti Agung Wesaka
Puja mengatakan bahwa ASEAN adalah soko guru politik luar negeri Indonesia sejak era
Presiden Soeharto hingga kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam hal
ini kebijakan luar negeri Indonesia tentunya harus sejalan dengan prinsip ASEAN yang
lebih difokuskan pada people oriented organitation.

Sejak awal dibentuknya ASEAN, Indonesia selalu memposisikan ASEAN sebagai


soko guru politik luar negeri Indonesia, arti penting ASEAN bagi Indonesia terus sejalan
dengan ambisi Indonesia untuk memperkuat peran dan kepemimpinannya ASEAN. Dalam
upaya untuk mempertahankan eksistensinya di ASEAN, Indonesia perlu untuk terus
memantapkan kepimpinannya di ASEAN dan menentukan arah ASEAN ke depan.
Keberhasilan kepemimpinan Indonesia di ASEAN tersebut juga akan sangat tergantung pada
upaya menindaklanjuti komitmen Indonesia di ASEAN ke dalam dukungan domestik
melalui regulasi, kelembagaan, program/kegiatan dan anggaran.

Keaktifan peran Indonesia dalam mendukung proses pembangunan masyarakat


ASEAN bisa dijelaskan dari berbagai macam cara pandang, salah atau cara pandang yang
dapat penulis jelaskan adalah bahwa peran aktif Indonesia didorong dari rasa tanggung
jawab moral Indonesia sebagai salah satu negara anggota dan juga pendiri ASEAN. Selain
itu keaktifan peran Indonesia juga dapat dipandang sebagai langkah Indonesia untuk
mengejar misi sebagai pemimpin kawasan Asia Tenggara. Selepas disahkannya gagasan
pembentukan masyarakat ASEAN dalam deklarasi Bali Concord II Indonesia terus
mendorong ASEAN untuk memperkuat transformasinya menjadi suatu aktor kunci dalam
proses integrasi Kawasan. Seperti yang tertulis dalam buku diplomasi Indonesia 2011, dalam
bidang sosio kultural, Indonesia telah menunjukan keaktifan diplomasinya dengan
menggagas penyusunan Declaration on ASEAN Unity in Cultural Diversity: Towards
Strengthening ASEAN Community, yang ditandatangani oleh para Menteri Kebudayaan
ASEAN pada KTT ke-19 ASEAN. Deklarasi tersebut dapat dinilai sebagai perwujudan
komitmen negara-negara ASEAN untuk mendukung Komunitas ASEAN yang berorientasi
pada masyarakat (people oriented) melalui pendekatan kerja sama kebudayaan.
Indonesia merupakan negara yang terbesar di Asia Tenggara. Indonesia juga
mempunyai peranan penting di lingkungan negara-negara ASEAN. Peran Indonesia dalam
organisasi ASEAN, sebagai berikut :

1. Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN


Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya ASEAN.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya ASEAN adalah
deklarasi Bangkok, dimana deklarasi tersebut ditanda tangani oleh menteri luar
negri dari kelima negara pendiri ASEAN, Yaitu:
 Adam Malik dari Indonesia
 Narsisco Ramos dari Filipina
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 Rajaratnam dari Singapura
 Thanat Koman dari Thailand

Sedangkan isi Dari Deklarasi Bangkok yang menjadi dasar berdirinya ASEAN
adalah :  
 Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara  
 Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional  
 Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama
dalam  bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi  
 Memelihara kerja sama yang erat di tengah
  tengah organisasi regional dan internasional yang ada  
 Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan
penelitian di kawasan Asia Tenggara
 
Indonesia telah dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa negara
yang  berada di luar ASEAN, dimana Indonesia telah mampu menciptakan
stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara
2. Sebagai salah satu Pemimpi ASEAN
Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto (tahun
2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya
kepemimpinannya Indonesia mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia juga
memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada  pertemuan ASEAN ministerial
meeting ke-5 di Singapura melalu menteri luar negeri Adam Malik. Hal tersebut
ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN. Indonesia juga telah menyampaikan
makalah yang berjudul reflection dalam rangka mengajak para anggota ASEAN
yang lain untuk mengevaluasi kesepakatan ekonomi sebelumnya, dimana
kesepakatan tersebut berkaitan dengan program kerjasama sektoral di  berbagai
bidang. Selain itu, pada masa kepemimpinannya, Indonesia telah berhasil
menyelenggarakan serangkaian pertemuan seperti :
 Asean Ministerial Meeting (Pertemuan Tingkat Menteri Asean)
 Asean Regional Forum (Forum Kawasan Asean)  
 Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulangan
berbagai masalah yang terjadi, dan lain sebagainya
3. Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara
Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia
Tenggara, yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh
negara anggota ASEAN lainnya. Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah
saat terjadinya konflik antara Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun
1991 dalam Konferensi Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya perjanjian
damai.  
Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL)
dengan  pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut
sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di
Indonesia.
4. Ikut serta dalam menyelesaikan konflik diKamboja
Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja dipimpin
oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran
Norodom Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Pangeran
Sisowath Sirik Matak  bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan
kekuasaan. Sejak peristiwa tersebut terjadi  perang saudara yang berlangsung lama
dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja menjadi porak poranda, rakyatnya sangat
menderita. Melihat kejadian yang berlarut-larut di Kamboja tersebut, Indonesia
berusaha untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang dengan cara
mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya, dibentuklah Jakarta
Informal Meeting (JIM). Artinya,  pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta
tahun 1988. Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas
sebagai penengah di antara pihak-pihak yang bertikai. Dengan adanya pertemuan
tersebut pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan  perdamaian.
Pertemuan di Jakarta itu kemudian ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya
 perundingan perdamaian di Paris, Perancis pada tahun 1989.

Anda mungkin juga menyukai