ASEAN dalam kedudukannya menjadi sangat penting bagi politik luar negeri
Indonesia, Dirjen Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI, I Gusti Agung Wesaka
Puja mengatakan bahwa ASEAN adalah soko guru politik luar negeri Indonesia sejak era
Presiden Soeharto hingga kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam hal
ini kebijakan luar negeri Indonesia tentunya harus sejalan dengan prinsip ASEAN yang
lebih difokuskan pada people oriented organitation.
Sedangkan isi Dari Deklarasi Bangkok yang menjadi dasar berdirinya ASEAN
adalah :
Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama
dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi
Memelihara kerja sama yang erat di tengah
tengah organisasi regional dan internasional yang ada
Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan
penelitian di kawasan Asia Tenggara
Indonesia telah dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa negara
yang berada di luar ASEAN, dimana Indonesia telah mampu menciptakan
stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara
2. Sebagai salah satu Pemimpi ASEAN
Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto (tahun
2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya
kepemimpinannya Indonesia mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia juga
memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada pertemuan ASEAN ministerial
meeting ke-5 di Singapura melalu menteri luar negeri Adam Malik. Hal tersebut
ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN. Indonesia juga telah menyampaikan
makalah yang berjudul reflection dalam rangka mengajak para anggota ASEAN
yang lain untuk mengevaluasi kesepakatan ekonomi sebelumnya, dimana
kesepakatan tersebut berkaitan dengan program kerjasama sektoral di berbagai
bidang. Selain itu, pada masa kepemimpinannya, Indonesia telah berhasil
menyelenggarakan serangkaian pertemuan seperti :
Asean Ministerial Meeting (Pertemuan Tingkat Menteri Asean)
Asean Regional Forum (Forum Kawasan Asean)
Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulangan
berbagai masalah yang terjadi, dan lain sebagainya
3. Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara
Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia
Tenggara, yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh
negara anggota ASEAN lainnya. Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah
saat terjadinya konflik antara Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun
1991 dalam Konferensi Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya perjanjian
damai.
Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL)
dengan pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut
sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di
Indonesia.
4. Ikut serta dalam menyelesaikan konflik diKamboja
Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja dipimpin
oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran
Norodom Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Pangeran
Sisowath Sirik Matak bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan
kekuasaan. Sejak peristiwa tersebut terjadi perang saudara yang berlangsung lama
dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja menjadi porak poranda, rakyatnya sangat
menderita. Melihat kejadian yang berlarut-larut di Kamboja tersebut, Indonesia
berusaha untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang dengan cara
mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya, dibentuklah Jakarta
Informal Meeting (JIM). Artinya, pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta
tahun 1988. Pertemuan di Jakarta dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas
sebagai penengah di antara pihak-pihak yang bertikai. Dengan adanya pertemuan
tersebut pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan perdamaian.
Pertemuan di Jakarta itu kemudian ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya
perundingan perdamaian di Paris, Perancis pada tahun 1989.