Indonesia Menjadi Pelopor Terbentuknya ASEAN yang Bertujuan untuk Menjaga Stabilitas Perdamaian
Regional Asia Tenggara
Indonesia dan Malaysia sempat mengalami ketegangan. Setalah ketegangan itu berakhir, beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara merasa perlu membentuk kerjasama untuk menjaga kestabilan sosial
dan ekonomi di Asia Tenggara. Karena keinginan tersebit, Menteri luar negeri dari Indonesia, Malaysia,
Singapura, Filipina, dan Thailand. Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Adam Malik, Malaysia diwakili
oleh Tun Abdul Razak, Singapura diwakili oleh S Rajaratman, Filipina diwakili oleh Narciso Ramos, dan
Thailan sebagai tuan rumah diwakili oleh Thanat Khoman. Pertemuan yang berlansung di Bangkok
tersebut menghasilkan Deklarasi Bangkok yang ditandatangani bersama oleh lima negara. Deklarasi
tersebut berisi mengenai persetujuan lima negara membentuk organisasi kerjasama regional yaitu
Association of South East Asian Nations (ASEAN). Deklarasi Bangkok yang ditandatangani berisi tujuan
ASEAN yaitu :
Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di Asia Tenggara.
Memajukan kerjasama aktif dan saling membantu di negara-negara anggota dalam bidang ekonomi,
sosial, budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
Menyediakan bantuan satu sama lain dalam bentuk fasilitas-fasilitas latihan dan penelitian.
Kerjasama yang lebih besar dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, pengangkutan, komunikasi
serta usaha peningkatan standar kehidupan rakyatnya.
Memelihara dan meningkatkan kerjasama yang bermanfaat dengan organisasi-organisasi regional dan
internasional yang ada.
Dalam pertemuan itu membahas perdamaian Thailand dan Kamboja. Indonesia sebagai mediator
tercapai ketika Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mampu mendamaikan kedua negara di PBB pada
14 Februari 2011.
Marty melakukan "shuttle diplomacy" menemui Menlu Kamboja Hor Nam Hong di Phnom Penh dan
Menlu Thailand Kasit Piromya di Bangkok untuk mendapatkan informasi dari pihak pertama. Bersama-
sama dengan Menlu Thailand dan Kamboja, Menlu Marty pun ke New York untuk memberikan
pertimbangan dan masukan mengenai peran ASEAN dalam menyelesaikan konflik internal di kawasan.
Langkah ini terbukti efektif dengan stabilnya kembali wilayah konflik di perbatasan Thailand dan
Kamboja.
Pada tahun 2004, yaitu pada era orde baru dibawah kepemimpinan Suharto, Indonesia pernah menjadi
pemimpin ASEAN yang selama masa kepemimpinannya tersebut.
Indonesia memiliki berbagai prestasi dan keuntungan Indonesia dengan bergabung dalam ASEAN
seperti :
Indonesia telah dianggap mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik diantara negara-negara
anggotanya.
Indonesia juga telah dianggap mampu dalam mempertegas tujuan berdirinya ASEAN. Hal itu ditunjukkan
dengan memperkenalkan doktrin ketahanan nasional melalui menteri luar negeri Indonesia Adam Malik
dalam ASEAN Ministerial meeting ke-5 di Singapura.
Indonesia mampu mengajak negara-negara ASEAN untuk melakukan evaluasi terkait kesepakatan
ekonomi ASEAN sebelumnya yang berhubungan dengan program kerjasamasektoral di berbagai bidang
KTT ASEAN Ke-1 yang diadakan di Bali pada 23 hingga 24 Februari 1976
KTT ASEAN Ke-9 yang diadakan di Bali pada 7 hingga 8 Oktober 2003
KTT ASEAN Ke-18 yang diadakan di Jakarta pada 4 hingga 8 Mei 2011
KTT ASEAN Ke-19 yang diadakan di Bali pada 17 hingga 19 Nopember 2011
Dalam menjaga perdamaian dunia umumnya, terutama di kawasan Asia Tenggara khususnya, Indonesia
telah mampu membantu penyelesaian yang terjadi di kawasan tersebut, seperti :
Menjadi penegah pada saat konflik antara Filiphina dengan Moro National Front Liberation (MNFL)
Konflik Moro adalah sebuah pemberontakan yang sedang berlangsung di pulau Mindanao, Filipina. Pada
1969, ketegangan politik dan pertempuran terbuka berkembang di antara Pemerintah Filipina dan
kelompok-kelompok pemberontak Muslim Moro