Anda di halaman 1dari 35

ASEAN

1. Latar Belakang Terbentuknya ASEAN


ASEAN (Association of South East Asia Nations), atau Perhimpunan Bangsa – Bangsa Asia
Tenggara (PERBARA), merupakan organisasi kerja sama regional negaranegaraAsia
Tenggara di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Meskipun organisasiini bertekad
mewujudkan stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara daripengaruh asing, tetapi
bukan merupakan organisasi politik. Hal ini dapat dilihatdari latar belakang berdirinya
ASEAN. Berdirinya ASEAN didorong oleh beberapa faktor di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor Intern (dari dalam), yakni setelah berakhirnya Perang Dunia II lahirlah
negaranegara
baru di Asia Tenggara. Munculnya negara-negara baru ini pada umumnya banyak memiliki
persamaan masalah, oleh karena itu perlu sikap dan tindakanbersama untuk mewujudkan
stabilitas dan keamanan kawasan ini melalui ASEAN.
2. Faktor Ekstern (dari luar), yakni akibat krisis Indocina yang ditimbulkan olehgerakan
komunis yang berusaha menguasai seluruh Vietnam, Laos dan Kamboja (Kampuchea)
sebagai negara komunis, maka negara-negara tetangga di kawasanini merasa khawatir dan
bersepakat menghadapi ancaman ini denganmembentuk ASEAN

2. Sejarah Berdirinya ASEAN


Di Asia Tenggara ada dua organisasi yang membawa pada pembentukan :
1. Association of Southeast Asia (ASA) yang dibentuk berdasarkan DeklarasiBangkok
tahun 1961 antara Malaysia, Muang Thai, dan Filipina.
2. MAPHILINDO yang dibentuk pada tahun 1963, merupakan musyawarah antara
negara negara Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Karena adanya “Krisis
FederasiMalayasia” yang kurang memuaskan Indonesia dan Malaysia, maka diawali
denganajakan Thanat Khoman dari Birma kepada Tun Abdul Razak dari Malaysia
maupunAdam Malik dari Indonesia pada bulan Mei 1967 maka terbentuklah
DeklarasiASEAN.
Deklarasi ASEAN ditandatanganipada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok (Deklarasi
Bangkok) oleh lima utusandari 5 negara di kawasan Asia Tenggara.Ke lima tokoh yang
menandatangani
Deklarasi Bangkok adalah :
1) Adam Malik (Menteri Luar NegeriIndonesia);
2) Tun Abdul Razak (Wakil PerdanaMenteri Malaysia);
3) S. Rajaratnam (Menteri Luar NegeriSingapura);
4) Narsisco Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina); dan
5) Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Muang Thai).
Kelima negara di atas merupakan anggota ASEAN padaawal berdirinya. Selanjutnya dalam
perkembangannyasampai sekarang ini anggota ASEAN sudah bertambah 5negara, yakni :
1) Brunei Darussalam (tanggal 7 Januari 1984),
2) Vietnam (28 Juni 1995),
3) Laos (23 Juli 1997),
4) Myanmar (23 Juli 1997), dan
5) Kampuchea (16 Desember 1998).
Adapun Timor Leste yang berkeinginan untuk menjadi anggota ASEAN belum bisa diterima
oleh anggota yang lain. Hal ini berkaitan dengan masalah politik dan keamanan serta
persoalan ekonomi dan sumber daya manusia Timor Leste yang menjadi pertanyaan bagi
negara anggota ASEAN terhadap kesiapan untuk memenuhi tanggung jawab dan tugas di saat
bergabung dengan ASEAN.
3. Tujuan ASEAN
Maksud dan tujuan ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok8 Agustus 1967
adalah sebagai berikut.
(1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi,kemajuan sosial sertapengembangan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara.
(2) Meningkatkan perdamaian danstabilitas regional.
(3) Meningkatkan kerja sama yang aktifserta saling membantu satu samalain dalam masalah
ekonomi, sosial,budaya, teknik, ilmu pengetahuandan administrasi.
(4) Saling memberikan bantuan dalambentuk sarana- sarana latihan danpenelitian dalam
bidang bidangpendidikan, professional, teknik danadministrasi.
(5) Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanianserta
industri, perluasan perdagangan komoditi internasional, perbaikan saranasarana
pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat.
(6) Meningkatkan studi-studi tentang Asia Tenggara.
(7) Memelihara kerja sama yang erat dan berguna bagi organisasi-organisasiinternasional dan
regional yang ada dan bertujuan serupa.

4. Struktur Organiasi ASEAN


Untuk melaksanakan maksud dan tujuan ASEAN, maka dibentuklah strukturorganisasi
ASEAN. Struktur organisasi ini antara sebelum dan sesudah KTT I di Bali1976 ada
perbedaan.
a. Sebelum KTT I di Bali 1976 Struktur Organisasinya SebagaiBerikut.
1) Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri (ASEAN Ministerial Meeting).
SidangTahunan ini merupakan sidang tertinggi yang diadakan setiap tahun
secarabergilir di negara anggota.
2) Standing committee, diketuai oleh Menteri Luar Negeri Tuan Rumah,
tugasnyamelanjutkan pekerjaan ASEAN dalam jangka waktu di antara sidang-
sidangtahunan para Menteri Luar Negeri.
3) Komisi-komisi Tetap (Permanent Committee), yang beranggotakan tenaga ahliserta
pejabat pemerintah negara-negara anggota. Tugas utama komisi ini
adalahmemberikan rekomendasi terhadap rencana program ASEAN danmelaksanakan
program tersebut setelah mendapat persetujuan dari SidangTahunan Para Menteri.
4) Komisi-Komisi Khusus (Ad Hoc Committee), yakni Komisi khusus di bentuksesuai
kebutuhan ASEAN.
5) Sekretariat Nasional ASEAN (National Secretariats), yang bertugas
untukmengkoordinasi pada tahap nasional dalam melaksanakan keputusan-
keputusanpara menteri ASEAN dan mempersiapkan agenda pertemuan Standing
Comitte.
b. Sesudah KTT I di Bali 1976 Struktur Organisasinya AdaPerubahan, Sebagai Berikut.
1) Pertemuan Para Kepala Pemerintahan ( Summit Meeting ).
2) Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri ASEAN.
3) Sidang Para Menteri-Menteri Ekonomi.
4) Sidang para Menteri lainnya (Non- Ekonomi).
5) Standing Committee.
6) Komite-Komite.

5. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN


1. KTT I di Bali (23 – 25 Februari 1976)
KTT I ASEAN ini dihadiri para pimpinan negara ASEAN. Dalam KTT I inidisepakati
tentang perluasan kerja sama dengan kerja sama di bidang politik,pertahanan,
keamanan, dan intelejen. Selain itu untuk menjamin stablitas dan keamanan kawasan
dan intervensi asing maka dikeluarkan Declaration of ASEAN Concord (Deklarasi
Kesepakatan ASEAN). Juga disepakati tentang Perjanjian Persahabatan dan Kerja
Sama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in South East Asia), antara
lain berisi tentang dasar perilaku persahabatan antarnegara anggota. Juga dalam KTT I
ini disetujui tentang pembentukan sekretariat ASEAN di Indonesia. HR. Dharsono
dari Indonesia dipilih sebagai Sekjen ASEAN Pertama.
Pada KTT ini juga disepakati adanya ZOPFAN. Ide pembentukan zona bebas dan
damai kawasan Asia Tenggara dimulai dengan dicetuskannya Deklarasi ZOPFAN
(Zone of Peace, Freedom and Neutrality Declaration) di Kuala Lumpur pada tahun
1971 atau yang lebih dikenal dengan Deklarasi Kuala Lumpur mengalami pasang
surut dalam perumusannya, dan barulah pada KTT ke-1 ASEAN tahun 1976 di Bali,
ZOPFAN secara resmi diangkat sebagai kerangka kerjasama politik ASEAN.
Kehadiran ZOPFAN tidak hanya merupakan kerangka perdamaian dan kerjasama
Asia Tenggara saja tetapi juga mencakup kawasan Asia Pasifik yang lebih luas
termasuk major powers dalam bentuk serangkaian tindakan menahan diri secara
sukarela (voluntary self-restrains). Dengan demikian ZOPFAN bukan saja
mengesampingkan peranan major powers, tetapi justru memungkinkan keterlibatan
mereka secara konstruktif dalam penanganan masalah-masalah keamanan kawasan.
Untuk mendukung pelaksanaan ZOPFAN, negara-negara yang tergabung dalam
ASEAN merumuskan Traktat Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and
Cooperation – TAC) pada tahun 1972. Salah satu instrumen penting dalam upaya
mewujudkan ZOPFAN dan menciptakan stabilitas politik dan keamanan di kawasan
Asia Tenggara adalah dengan menjalankan kesepakatan dalam TAC, yang pada
dasarnya prinsip-prinsip tersebut juga tercermin di dalam Piagam Bangsa-Bangsa
(PBB) antara lain, prinsip ‘non-interference’ dan cara-cara damai dalam
menyelesaikan konflik yang timbul diantara negara-negara penandatangan
kesepakatan TAC.
2. KTT II di Kuala Kumpur (4 – 5 Agustus 1977) yang lebih memfokuskan pada
masalah-masalah hubungan ekonomi dengan Jepang, Australia, dan SelandiaBaru.
3. KTT III di Manila (14 – 15 Desember 1987).
Dalam KTT III ini berhasil menandatangani Deklarasi Manila, yang isinya antara lain
tentang kerja sama dalam segala bidang untuk melawan proteksionisme negaranegara
industri dan mengadakan usaha bersama guna menjaga ketertiban, keamanan, dan
stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
4. KTT IV di Singapura ( 27 – 29 Januari 1992).
KTT IV ini mempunyai arti penting karena diadakan pada saat yang tepat yakni pada
waktu dunia sedang mengalami berbagai perubahan. Perubahan positif tersebut
berupa tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian masalah Kamboja yang akan
membuka kesempatan bagi ASEAN untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan
negara-negara eks Indochina di kawasan Asia Tenggara.
5. KTT V di Bangkok, Thailand (14 – 15 Desember 1995)
6. KTT VI di Hanoi, Vietnam (15 – 16 Desember 1998)
7. KTT VII di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam (5 – 6 November 2001)
8. KTT VIII di Phnom Penh, Kamboja (4 - 5 November 2003)
9. KTT IX di Bali, Indonesia (7 – 8 Oktober 2003)
10. KTT X di Vientiane, Laos ( 29 – 30 November 2003)
11. KTT XI di Kuala Lumpur, Malaysia (12 – 14 Desember 2005).
6. Peranan Indonesia dalam ASEAN
Peranan Indonesia dalam ASEAN sangat besar di antaranya sebagai berikut
1. Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN padatanggal 8
Agustus 1967.
2. Indonesia berusaha membantu pihak- pihak yang bersengketa untuk
mencaripenyelesaian dalam masalah Indocina. Indonesia berpendapat
bahwapenyelesaian Indochina secara keseluruhan dan Vietnam Khususnya
sangatpenting dalam menciptakan stabilisasi di kawasan Asia Tenggara. Pada
tanggal15 – 17 Mei 1970 di Jakarta diselenggarakan konferensi untuk
membahaspenyelesaian pertikaian Kamboja. Dengan demikian Indonesia telah
berusahamenyumbangkan jasa-jasa baiknya untuk mengurangi ketegangan-
ketegangandan konflik-konflik bersenjata di Asia Tenggara.
3. Indonesia sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PertamaASEAN
yang berlangsung di Denpasar, Bali pada tanggal 23 – 24 Februari1976.
4. Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia pernah ditunjuk sebagai tempat
kedudukanSekretariat Tetap ASEAN dan sekaligus ditunjuk sebagai Sekretaris
JenderalPertama adalah Letjen. H.R. Dharsono yang kemudian digantikan oleh
UmarjadiNjotowijono.

NON BLOK

1. Pengertian Gerakan Non Blok


Gerakan Non blok atau yang bisa disingkat GNB merupakan gerakan untuk tidak
memihak salah satu blok kekuatan di dunia. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang
tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan,
kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan
mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme,
rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni
dan menentang segala bentuk blok politik. Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk
dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Pendirian organisasi ini berperan dalam meredam
ketegangan dunia. Keberadaan organisasi ini dapat membendung perluasan dari kedua blok.
Gerakan Non Blok ini, diikuti oleh sejumlah negara termasuk indonesia. Indonesia bukan
saja sebagai negara anggota, tetapi juga pendirinya Gerakan ini. Gagasan perlunya organisasi
negara negara non blok tercetus dalam konfrensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun
1955. Oleh karena itu, peranan Indonesia dalam organisasi ini cukup sangat penting.

2. Sejarah berdirinya GNB


Setelah Perang Dunia 2 berakhir, dunia terbaik menjadi dua blok, yaitu blok barat dan
blok timur. Blok barat yang dipimpin oleh America berpaham Liberal. Sedangkan Blok
Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet berpaham komunis.

Kedua Blok tersebut saling berlawanan karena perbedaan paham tersebut. Agar
menjadi semakin kuat, tiap tiap blok mencari sekutu sebannyak banyaknya. Negara negara
yang baru merdeka diajak untuk menjadi sekutu. Meskipun demikian, tidak semua negara
bersedia ikut salah satu blok tersebut.

Ada negara negara yang memilih berskiap netral. Negara negara tersebut tidak mau
memihak salah satu blok. Di antara negara netral ini adalah Indonesia, India, Mesir, ghana,
serta Yugoslavia. Atas inisiatif pemimpin lima negara ini terbentuklah sebuah organisasi
yang disebut gerakan non blok (GNB) atau Non Aligned Movement (NAM). 

Pemimpin kelima negara tersebut antara lain Soekarno (Presiden Indonesia), Pandit
Jawaharlal Nehru (Perdana mentri India), Gamal Abdel Naser (Presiden Mesir), Josep Brozz
Tito (Presiden Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana).
Gerakan Non blok didirikan pada tanggal 1 september 1961. Gerakan ini di-ilhami
oleh Dasasila Bandung yang disepakati pada konfrensi Asia Afrika tahun 1955. Penggagas
Gerakan Non Blok adalah Soekarno (Presiden Indonesia), Josep Brozz Tito (Presiden
Yugoslavia), Gamal Abdel Naser (Presiden Mesir), Kwame Nikrumah (Ghana).

3. KTT Gerakan Non Blok

Sejak didirikan tahun 1961, Gerakan Non Blok telah beberapa kali mengadakan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT), antara lain sebagai berikut.

1. Konferensi Tingkat Tinggi I Gerakan Non Blok (KTT I Gerakan Non Blok)
KTT I Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 1–6 September 1961 di Beograd,
Yugoslavia dengan ketua Presiden Joseph Broz Tito. KTT dihadiri oleh 25 negara. KTT I
Gerakan Non Blok menghasilkan beberapa keputusan penting yang disebut Deklarasi
Beograd dan berisi, antara lain sebagai berikut:

 mengimbau dihentikannya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat
bersama sekutunya;
 mengimbau Uni Soviet dan Amerika Serikat agar hidup berdampingan secara damai
dengan menghentikan perlombaan senjata nuklir;
 menyerukan kepada dunia (PBB) untuk membantu negara yang masih terjajah supaya
segera merdeka.

2.  Konferensi Tingkat Tinggi II Gerakan Non Blok (KTT II Gerakan Non Blok)
KTT II Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 5–10 Oktober 1964 di Kairo, Mesir
dengan ketua Presiden Gamal Abdul Nasser. KTT dihadiri oleh 46 negara. Keputusan penting
yang dihasilkan dalam KTT II Gerakan Non Blok antara lain sebagai berikut:

 penghentian Perang Dingin dan perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok
Timur;
 usaha perbaikan ekonomi di negara sedang berkembang agar tidak tertinggal jauh dari
negara maju;
 KTT II Gerakan Non Blok melahirkan Kelompok 77 yang terdiri atas negara Dunia
Ketiga yang ingin berjuang untuk memperoleh keadilan ekonomi.

3.  Konferensi Tingkat Tinggi III Gerakan Non Blok (KTT III Gerakan Non Blok)
KTT III Gerakan Non Blok diselenggarakan di Lusaka, Zambia pada tanggal 8–10 Oktober
1970 dengan ketua Presiden Kenneth Kaunda Zambia. KTT dihadiri oleh 59 negara.
Keputusan penting yang diambil dalam KTT III Gerakan Non Blok, selain tetap mendukung
keputusan KTT I dan II Gerakan Non Blok, dihasilkan pula keputusan baru, antara lain
sebagai berikut:

a. dicetuskan suatu resolusi menuntut pembangunan tata ekonomi dunia baru yang lebih
adil dan merata;
b. mengimbau diadakannya dialog yang lebih demokratis antara kelompok Utara dan
kelompok Selatan untuk mendorong tumbuhnya perekonomian dunia yang sehat dan
dinamis;
c. menyerukan kerja sama yang erat dan luas di antara negara anggota Gerakan Non
Blok dan tidak terlalu bergantung pada negara maju.

4.  Konferensi Tingkat Tinggi IV Gerakan Non Blok (KTT IV Gerakan Non Blok)
KTT IV Gerakan Non Blok diselenggarakan di Aljir, Aljazair pada tanggal 5–9 September
1973 dengan ketua Presiden Houari Boumediene. KTT IV Gerakan Non Blok dihadiri oleh
76 negara. Sasaran yang hendak dicapai dalam KTT IV Gerakan Non Blok, antara lain
sebagai berikut:

a. pengajuan rancangan tata ekonomi dunia baru;


b. meredakan ketegangan dunia atau “détente” dan membahas persoalan Krisis Timur
Tengah;
c. pembentukan dana pembangunan bagi negara-negara berkembang;
d. kerja sama dalam mengatasi masalah lingkungan hidup.

5.   Konferensi Tingkat Tinggi V Gerakan Non Blok (KTT V Gerakan Non Blok)
KTT V Gerakan Non Blok diselenggarakan di Kolombo, Sri Lanka pada tanggal 16–19
Agustus 1976 dengan ketua PM Sirimavo Bandaranaike. KTT dihadiri oleh 81 negara. Hasil
KTT V Gerakan Non Blok “Deklarasi Kolombo” antara lain sebagai berikut:

 berusaha mewujudkan tata ekonomi dunia baru;


 program Aksi Kolombo;
 penyelesaian masalah perang Vietnam.

6.   Konferensi Tingkat Tinggi VI Gerakan Non Blok (KTT VI Gerakan Non Blok)
KTT VI Gerakan Non Blok diadakan di Havana, Kuba (1979) ketua Presiden Fidel Castro.
KTT dihadiri oleh 94 negara. KTT ini membicarakan masalah masuknya pengaruh blok
sosialis ke dalam anggota Gerakan Non Blok dan mencegah terjadinya pertikaian
antaranggota. Hasil penegakan kembali pentingnya perdamaian dunia. Birma menyatakan
keluar dari GNB, sebab GNB dianggap
tidak murni lagi.
7.   Konferensi Tingkat Tinggi VII Gerakan Non Blok (KTT VII Gerakan Non Blok)
KTT VII Gerakan Non Blok diadakan di New Delhi, India pada tahun 1982 dengan ketua PM
Indira Gandhi. Menurut keputusan KTT ke VI bahwa KTT VII diselenggarakan di Bagdad
Irak pada akhir tahun 1982. Oleh karena terjadi perang Irak-Iran,maka KTT VII dialihkan ke
New Delhi India. Pembicaraan pada KTT VII Gerakan Non Blok ini masih berkisar pada cara
menyelesaikan persengketaan yang timbul di antara anggota Gerakan Non Blok, akibat
perang saudara, dan pengaruh kekuatan asing. Hasil “The New Delhi Massage”, Pesan New
Delhi yaitu sebagai berikut:

a. menghimbau agar negara-negara besar menghilangkan kecurigaan dan mengadakan


perundingan secara jujur;
b. mendukung perjuangan rakyat Palestina dan Namibia;
c. menghimbau agar negara-negara besar dan maju menghilangan politik
proteksionisme, sebab dapat menghambat perdagangan internasional.
8.  Konferensi Tingkat Tinggi VIII Gerakan Non Blok (KTT VIII Gerakan Non Blok)
KTT VIII Gerakan Non Blok diadakan di Harare, Zimbabwe pada tanggal 1–6 September
1986 dengan ketua Robert Mugabe. Konferensi ini dihadiri oleh 102 negara. KTT VIII
Gerakan Non Blok ini membicarakan masalah ketertiban, keamanan serta perdamaian dunia
yang menyangkut masalah hak asasi serta kedaulatan suatu negara. Selain itu, juga berupaya
menghentikan perang Irak–Iran dan mengupayakan agar negara-negara Gerakan Non Blok
mengakhiri sengketa antarnegara.
9.   Konferensi Tingkat Tinggi IX Gerakan Non Blok (KTT IX Gerakan Non Blok)
KTT IX Gerakan Non Blok berlangsung di Beograd, Yugoslavia pada tanggal 4–7 September
1989 dengan ketua Presiden Janez Drnosek. Dalam KTT ini terjadi perbedaan pendapat di
antara para anggota mengenai masalah Irak dan Kuwait. Kelompok pertama yang didukung
mayoritas anggota menghendaki Irak menaati semua resolusi PBB. Kelompok kedua
menghendaki penyelesaian Irak–Kuwait dengan solusi Arab tanpa campur tangan pihak luar.
Akan tetapi, akhirnya Gerakan Non Blok gagal menghentikan konflik di Teluk Persia, baik
dalam kasus Perang Teluk I maupun Perang Teluk II.
10.  Konferensi Tingkat Tinggi X Gerakan Non Blok (KTT X Gerakan Non Blok)
KTT X Gerakan Non Blok diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 1–6 September
1992 ketua Presiden Soeharto. Isu yang muncul dalam KTT X Gerakan Non Blok di Jakarta,
antara lain sebagai berikut.

a. Gerakan Non Blok tetap mendukung perjuangan Palestina yang rumusannya terdapat
dalam Pesan Jakarta atau Jakarta Message.
b. Menyesalkan tindakan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam pembangunan
permukiman Yahudi di wilayah Palestina.
c. Kegagalan memasukkan masalah sanksi PBB terhadap Irak dan Libia masih
membuktikan lemahnya Gerakan Non Blok dalam mengatasi perbedaan pendapat di
kalangan anggotanya.

11.  Konferensi Tingkat Tinggi XI Gerakan Non Blok (KTT XI Gerakan Non Blok)
KTT XI Gerakan Non Blok diselenggarakan di Cartagena, Kolombia pada tanggal 16–22
Oktober 1995 dengan ketua Presiden Ernesto Samper. Hasilnya meningkatkan dialog Utara
Selatan.
12.  Konferensi Tingkat Tinggi XII Gerakan Non Blok (KTT XII Gerakan Non Blok)
KTT XII Gerakan Non Blok diselenggarakan di Durban, Afrika Selatan pada tanggal 28
Agustus–3 September 1998. Hasil perjuangan demokratisasi dalam pengakuan serta
hubungan internasional bagi negara dunia ketiga.
13.  Konferensi Tingkat Tinggi XIII Gerakan Non Blok (KTT XIII Gerakan Non Blok)
KTT XIII Gerakan Non Blok diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan
Februari 2003. Hasilnya penyelesaian masalah Irak dengan jalan damai dan tidak memicu
pecahnya perang di Irak.

MISI GARUDA

1. Latar Belakang Pengiriman Misi Garuda

Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus1945, Mesir segera


mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November1946,
mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan
berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu pengakuan de jure menurut hukum
internasional.
Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu,
Abdurrahman Azzam Pasya, mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad Abdul
Mun'im, untuk pergi ke Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dengan
rintangan terutama dari pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu Kota RI waktu itu
yaitu Yogyakarta, dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan Bung Hatta
pada 15 Maret1947. Ini pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.

Hubungan yang baik tersebut berlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir


dengan menunjuk HM Rasyidi sebagi Charge d'Affairs atau "Kuasa Usaha". Perwakilan
tersebut merangkap sebagai misi diplomatik tetap untuk seluruh negara-negara Liga Arab.
Hubungan yang akrab ini memberi arti pada perjuangan Indonesia sewaktu terjadi perdebatan
di forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB yang membicarakan sengketa
Indonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung Indonesia.Presiden Sukarno
membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir
dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak pada April 1960.

Pada tanggal 26 Juli 1956 Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser menasionalisasi Terusan
Suez, akibatnya Inggris dan Perancis yang memiliki saham atas Terusan Suez menjadi marah
dan mengirimkan pasukannya untuk menggempur Mesir. Serangan Inggris dan Perancis yang
dibantu Israel terhadap Mesir sangat membahayakan perdamaian dunia sehingga PBB
terpaksa turun tangan dan mengirimkan pasukan perdamaian,Indonesia mendukung
keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke
Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.

2. Dasar Pengiriman Misi Garuda

Yang menjadi dasar Indonesia mengambil bagian dalam tugas misi Garuda ialah :
1. Sebagai anggota Dewan Keamanan PBB
2. Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
3. Landasan Konstitusional Indonesia ( Pembukaan UUD 1945)
4. Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

3. Misi Misi Kontingen Garuda

Kontingen Garuda I
Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I
terdiri dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT)
IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang.
Kontingen ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan
oleh Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri
Soediono Suryantoro. Kontingen Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan pesawat
C-124 Globe Master dari Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibukota Libanon.
Dari Beirut pasukan dibagi dua, sebagian menuju ke Abu Suweir dan sebagian ke Al
Sandhira. Selanjutnya pasukan di El Sandhira dipindahkan ke Gaza, daerah perbatasan Mesir
dan Israel, sedangkan kelompok Komando berada di Rafah. Kontingen ini mengakhiri masa
tugasnya pada tanggal 29 September1957. Kontingen Garuda I berkekuatan 559 pasukan.
Kontingen Garuda II
Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II
berada di bawah misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol. Prijatna
(kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga
Mei 1961.

Kontingen Garuda III


Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri atas
3.457orang dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.
KONGA III terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan,
Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A. Manan
Karim (pernah menjadi Wkl. Pemred Hr Analisis) turut dalam kontingen Garuda yang
bertugas hingga akhir 1963. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani
pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada
tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon Kavaleri 7 Letkol GA. Manulang gugur di Kongo.

Kontingen Garuda IV
Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari1973 pasukan
Garuda IV diberangkatkan ke Vietnam yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo
Atmodarminto, yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan kekuatan 294 orang yang
terdiri dari anggota ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini
merupakan Kontingen ICCS (International Commission of Cantre and Supervision) pertama
yang tiba di Vietnam. Tugas kontingen Garuda IV adalah mencegah pelanggaran-
pelanggaran, menjaga status quo, mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat perang serta
mengawali pertukaran tawanan perang.

Kontingen Garuda V
Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Harsoyo.

Kontingen Garuda VI
Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF dan
dipimpin oleh Kol Inf Rudini. Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean. Tugas pokok Kontingen Garuda Indonesia
sebagai peace keeping force atau “Pasukan Pemelihara Perdamaian”. Komposisi Kontingen
tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan 466 orang,
dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis, ditunjuk Mayor
Basofi Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB diberangkatkan pula
Brigadir Jenderal Himawan Sutanto sebagai Komandan Brigade Selatan Pasukan PBB di
Timur Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973. Kontingen Garuda Indonesia VI tiba
kembali di Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur Tengah selama sembilan
bulan. Pada tanggal 31 September 1974, Kasum Hankam Marsdya TNI Sudharmono atas
nama Menhankam/Pangab membubarkan Kontingen Garuda Indonesia VI dan selanjutnya
diserahkan kepada kesatuan masing-masing.

Kontingen Garuda VII


Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI S. Sumantri.
Kontingen Garuda VIII
Kontingen Garuda VIII dikirim dalam rangka misi perdamaian PBB di Timur Tengah paska
Perang Yom Kippur antara Mesir dan Israel yang berlangsung dari tanggal 6 sampai dengan
26 Oktober 1973, dengan tercapainya gencatan senjata di kilometer 101 dan disusul dengan
keluarnya resolusi PBB 340[1]. Kontingen Garuda VIII bertugas di daerah penyangga PBB di
Semenanjung Sinai tersebut dikirim dalam 9 gelombang rotasi, dan setiap rotasi bertugas
selama 6 bulan. Negara yang berkontribusi dalam pasukan perdamaian dalam wadah UNEF
II tersebut yaitu dari Australia, Austria (penerbangan), Kanada (logistik), Finlandia
(pasukan), Ghana (pasukan), Indonesia (pasukan), Irlandia, Nepal, Panama, Peru, Polandia
(logistik), Senegal dan Swedia (pasukan)[2].

Kontingen Garuda VIII/1


Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Art Sudiman Saleh.

Kontingen Garuda VIII/2


Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari
kesatuan KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD 305/Tengkorak-BRIGIF LINUD
17/KOSTRAD.

Kontingen Garuda VIII/3


Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Untung Sridadi.

Kontingen Garuda VIII/4


Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Suhirno.

Kontingen Garuda VIII/5


Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Kav Susanto Wismoyo.

Kontingen Garuda VIII/6


Konga VIII/6 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/6 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Karma Suparman. Inti pasukan Garuda VIII/6 ini adalah
dari kesatuan Yonif 700 Linud (Ujung Pandang) dibawah pimpinan Letkol Inf Sarmono
(dalam kontingen menjabat sebagai Wakil Komandan Kontingen). Untuk meningkatkan
komando dan pengendalian pasukan maka markas kontingen yang semula berada di Kota
Suez diajukan ke tengah-tengah buffer zone yaitu di Wadi Reina, Semenanjung Sinai.

Kontingen Garuda VIII/7


Konga VIII/7 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/7 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Sugiarto.

Kontingen Garuda VIII/8


Konga VIII/8 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/8 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf R. Atmanto.
Kontingen Garuda VIII/9
Konga VIII/9 dikirim ke Timur Tengah pada 1979. Konga VIII/9 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf RK Sembiring Meliala.

Kontingen Garuda IX

Kontingen Garuda IX/1


Konga IX/1 dikirim ke Iran-Irak pada 1988. Konga IX/1 berada di bawah misi UNIIMOG
dan dipimpin oleh Letkol Inf Endriartono Sutarto.

Kontingen Garuda IX/2


Konga IX/2 dikirim ke Iran-Irak pada 1989. Konga IX/2 berada di bawah misi UNIIMOG
dan dipimpin oleh Letkol Inf. Fachrul Razi.

Kontingen Garuda IX/3


Konga IX/3 dikirim ke Iran-Irak pada 1990. Konga IX/3 berada di bawah misi UNIIMOG
dan dipimpin oleh Letkol Inf Jhony Lumintang.

Kontingen Garuda X
Konga X dikirim ke Namibia pada 1989. Konga X berada di bawah misi UNTAG dan
dipimpin oleh Kol Mar Amin S.

Kontingen Garuda XI

Kontingen Garuda XI/1


Konga XI/1 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/1 berada di bawah misi UNIKOM
dan dipimpin oleh Letkol Inf Albert Inkiriwang.

Kontingen Garuda XI/2


Konga XI/2 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/2 berada di bawah misi UNIKOM
dan dipimpin oleh May CZI TP Djatmiko. Setelah Kontingen Garuda XI-1 mengakhiri masa
tugasnya pada tanggal 23 April 1992 kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada
Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian
PBB di wilayah Irak-Kuwait sebagaimana Kontingen Garuda XI-1. Kontingen gelombang
kedua ini berangkat pada tanggal 23 April 1992.Penugasan Kontingen Garuda XI-2
berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 687 tanggal 3 April 1992 pada paragraf
5 tentang pembentukan dan tugas-tugas yang dilaksanakan Unikom dan Surat Perintah
Panglima ABRI Nomor Sprin 1024/IV/1992.Sebagai Komandan Kontingen Garuda XI-2
adalah Mayor Czi Toto Punto Jatmiko. Personel anggota Kontingen Garuda XI-2 terdiri dari
6 perwira. Sebagai duta bangsa prestasi yang berhasil dicapai Kontingen Garuda XI-2 adalah
berperan mengembalikan personel Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di
wilayah Kuwait. Di samping itu Kontingen Garuda XI-2 berhasil membujuk suku Bieloven
untuk tidak melaksanakan kegiatan pasar gelap. Pada tanggal 23 April 1991 Kontingen
Garuda XI-2 telah selesai melaksanakan tugas dan kembali ke tanah air dan mereka
kemudian mendapatkan bintang Satyalencana Santi Dharma dari pemerintah.

Kontingen Garuda XI/3


Konga XI/3 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1993. Konga XI/3 berada di bawah misi UNIKOM
dan dipimpin oleh May Kav Bambang Sriyono. Garuda XI-2 mengakhiri masa tugasnya pada
tanggal 23 April 1992, maka Kontingen Garuda XI-3 menggantikan Kontingen Garuda XI-2
untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-
Kuwait. Kontingen ini beranggotakan enam orang perwira ABRI di bawah pimpinan Mayor
Kav. Bambang Sriyono. Mereka berangkat ke wilayah Irak-Kuwait pada tanggal 19 April
1993 dan kembali ke tanah air pada tanggal 25 April 1994.Atas permintaan Dewan
Keamanan PBB pada tanggal 10 Oktober 1993 Pemerintah Indonesia mengirimkan Letkol
Inf. Hasanudin sebagai anggota Staf UNIKOM. Ia termasuk Kontingen Garuda XI/UNIKOM
dan berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Pada tanggal 17 Oktober 1994 kontingen ini
kembali ke tanah air.

Kontingen Garuda XI/4


Konga XI/4 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1994. Konga XI/4 berada di bawah misi UNIKOM
dan dipimpin oleh May Inf Muh. Mubin.

Kontingen Garuda XI/5


Konga XI/5 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1995. Konga XI/5 berada di bawah misi UNIKOM
dan dipimpin oleh May CPL Mulyono Esa.

Kontingen Garuda XII

Kontingen Garuda XII/A


Konga XII/A dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/A berada di bawah misi UNTAC
dan dipimpin oleh Letkol Inf Erwin Sujono.

Kontingen Garuda XII/B


Konga XII/B dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/B berada di bawah misi UNTAC
dan dipimpin oleh Letkol Inf Ryamizard Ryacudu.

Kontingen Garuda XII/C


Konga XII/C dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/C berada di bawah misi UNTAC
dan dipimpin oleh Letkol Inf Darmawi Chaidir.

Kontingen Garuda XII/D


Konga XII/D dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/D berada di bawah misi UNTAC
dan dipimpin oleh Letkol Inf Saptaji Siswaya dan Letkol Inf Asril Hamzah Tanjung. Pada
tanggal 20 Januari 1993 Kontingen Garuda XII-D diberangkatkan ke Kamboja untuk
menggantikan Kontingen Garuda XII-C. Kontingen Garuda XII-D dipimpin oleh Letkol Inf.
Saptadji dan wakilnya Mayor Inf. Suryo Sukanto. Jumlah personel 850 orang terdiri atas 390
orang dari Yonif 303/SSM Kostrad, 213 orang anggota Korps Marinir TNI AL dan 217 orang
anggota ABRI dari berbagai kesatuan. Selama penugasan terjadi penyusutan lima orang
personel, karena tiga orang menderita kecelakaan ranjau, satu orang kecelakaan lalu lintas
dan satu orang sakit. Untuk menggantikan personel tersebut dikirim 63 orang, sehingga pada
akhir penugasan berjumlah 908 personel.

Kontingen Garuda XII (Civpol)


Konga XII dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII berada di bawah misi UNTAC (civil
police) dan dipimpin oleh Kol Pol Drs S. Tarigan dan Kol Pol Drs Rusdihardjo.

Kontingen Garuda XIII


Konga XIII dikirim ke Somalia pada 1992. Konga XIII berada di bawah misi UNOSOM dan
dipimpin oleh May Mar Wingky S.
Kontingen Garuda XIV

Kontingen Garuda XIV/1


Konga XIV/1 dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993. Konga XIV/1 berada di bawah misi
UNPROFOR dan dipimpin oleh Letkol Inf Eddi Budianto.

Kontingen Garuda XIV/2


Konga XIV/2 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/2 berada di bawah misi UNPROFOR
dan dipimpin oleh Letkol Inf Tarsis K.

Kontingen Garuda XIV/3


Konga XIV/3 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/3 berada di bawah misi
UNPROFOR.

Kontingen Garuda XIV/4


Konga XIV/4 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/4 berada di bawah misi UNPROFOR
(civil police) dan dipimpin oleh Letkol Pol Drs Suhartono.

Kontingen Garuda XIV/5


Konga XIV/5 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/5 berada di bawah misi UNPROFOR
dan dipimpin oleh Letkol Art Mazni Harun.

Kontingen Garuda XIV/A


Konga XIV/A dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/A berada di bawah misi
UNPROFOR (Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Heridadi. Konga XIV/A ini
merupakan petugas kesehatan.

Kontingen Garuda XIV/B


Konga XIV/B dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/B berada di bawah misi
UNPROFOR (Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Budi Utoyo. Konga XIV/B ini
merupakan pasukan yang bertugas mendukung misis kesehatan. pasukan kesehatan ini pun di
dukung oleh beberapa personel dari zeni(lettu CZI Deni dkk ),Hub (kapten Chb Sarjuno
Dkk), Pal ( lettu Cpl Herry Dkk ), Bekang ( kapten CBA Eko Sedaryanto Dkk ), pasukan ini
merupakan gabungan tim kesehatan dari beberapa matra yakni TNI AD, TNI AU, TNI AL.
tergabung dalam satu kontingen garuda XIV/B, lagu mars konga kebanggaan Indonesia di
ciptakan oleh Lettu Ckm Hasyim, yang saat ini menjabat di Denkes Garut. Wassalam. salam
garuda

Kontingen Garuda XIV/C


Konga XIV/C dikirim ke Bosnia pada 1995. Konga XIV/C berada di bawah misi
UNPROFOR (Yon Zeni) dan dipimpin oleh Letkol CZI Anwar Ende. Konga XIV/C ini
adalah dari Batalyon Zeni.

Kontingen Garuda XV
Konga XV dikirim ke Georgia pada 1994. Konga XV berada di bawah misi UNOMIG dan
dipimpin oleh May Kav M. Haryanto. Kontingen Garuda XV pada awalnya merupakan
kontingen para Military Observer yang bertugas di bawah misi United Nations Observer for
Military in Georgia (UNOMIG). Bertugas di Rep. of Georgia untuk mengawasi perjanjian
damai antara Rep. of Georgia dan Rep. of Abkhazia (Self Autonomous), yang merupakan
upaya pemecahan diri dari sebagian wilayah. Pertama kali misi ini di kirimkan pada tahun
1994 dan berakhir tahun 2009.

Kontingen Garuda XVI

Konga XVI dikirim ke Mozambik pada 1994. Konga XVI berada di bawah misi UNOMOZ
dan dipimpin oleh May Pol Drs Kuswandi. Kontingen ini terdiri dari 15 pasukan.

Kontingen Garuda XVII

Konga XVII dikirim ke Filipina pada 1994. Kontingen ini bertugas dari 17 Juni1994 sampai
28 Desember1994. KONGA XVII dipimpin oleh Brigjen TNI Asmardi Arbi, bertugas di
Filipina sebagai pengawas gencatan senjata setelah adanya perundingan antara MNLF
pimpinan Nur Misuari dengan pemerintah Filipina.

Kontingen Garuda XVIII

KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997. Kontingen ini terdiri dari 8
perwira TNI yang dipimpin oleh Mayor Can Suyatno.

Kontingen Garuda XIX

Kontingen Garuda XIX/1

Konga XIX/1 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/1 beranggotakan 10
perwira TNI dipimpin oleh Letkol K. Dwi Pujianto dan bertugas sebagai misi pengamat
(observer mission).

Kontingen Garuda XIX/2

Konga XIX/2 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/2 beranggotakan 10
orang dipimpin oleh Letkol PSK Amarullah. Konga XIX/2 bertugas sebagai misi pengamat.

Kontingen Garuda XIX/3

Konga XIX/3 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/3 beranggotakan 10
perwira dipimpin oleh Letkol (P) Dwi Wahyu Aguk. Konga XIX/3 bertugas sebagai misi
pengamat.

Kontingen Garuda XIX/4

Konga XIX/4 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/4 beranggotakan 10
perwira dan dipimpin oleh Mayor CZI Benny Oktaviar MDA. Konga XIX/4 bertugas sebagai
misi pengamat. [1]
Kontingen Garuda XX

Kontingen Garuda XX/A

Konga XX/A dikirim ke Bungo, Kongo pada 6 September2003 dan bertugas selama 1 tahun.
Konga XX/A berjumlah 175 prajurit dari Kompi Zeni dibawah pimpinan Mayor CZI Ahmad
Faizal. [2]

Kontingen Garuda XX/B

Konga XX/B bertugas di Republik Demokratik Kongo. Konga XX/B berasal dari Kompi
Zeni. [3]

Kontingen Garuda XX/C

Konga XX/C dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada 28 September2005. Konga XX/C
berjumlah 175 personel dan dipimpin Mayor Czi Demi A. Siahaan. Konga XX/C berasal dari
Kompi Zeni. [4]

Sebagai Military Observer (Milobs) di MONUC Congo)tahun 2005-2006 yang bertugas di


Riverine Section sebagai Team Leader di kapal-kapal MONUC melaksanakan patroli di
sungai Congo dari Kinshasa - Mbandaka - Kisangani 1. Mayor Laut (E) Ir. Wahyu Broto 2.
Mayor Mar Werijon

Kontingen Garuda XX/D

Konga XX/D rencananya akan diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo untuk


menggantikan Konga XX/C yang telah bertugas selama hampir satu tahun. Konga XX/D
berjumlah 175 personel dan dipimpin oleh Mayor Czi Jamalulael. Konga XX/D berasal dari
Kompi Zeni yang terdiri dari kelompok komando 27 orang, tim kesehatan 11 orang, ton
bantuan 30 orang, ton 1 Zikon 22 orang, ton 2 Zikon 22 orang, ton 3 Zikon 22 orang dan ton
Alberzi 41 orang [5].

Kontingen Garuda XXI

Kontingen Garuda XXI merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia
(UNMIL) yang terdiri dari perwira AD, AL, AU yang terlatih dalam misi PBB dan
mempunyai kecakapan khusus sebagai pengamat militer (UN military observer).

Konga XXI sampai saat ini 2009 sudah masuk gelombang ke-6:

1. Konga XXI-1 dipimpin oleh Letkol Lek. Bayu Roostono, bertugas tahun 2003-2004 dalam
periode DDRR, pasca perang sipil II.
2. Konga XXI-2 dipimpin oleh Letkol (L) Putu Angga, bertugas tahun 2004-2005 dalam periode
pasca pemilu dan pemilu.
3. Konga XXI-3 dipimpin oleh Letkol (L) Supriatno, beserta dua orang perwira lainnya yaitu
Mayor Inf Fritz Pasaribu dan Mayor Pnb Andri G. bertugas tahun 2005-2006 dalam periode
pemulihan keamanan, rekonstruksi, pemilu dan pemerintahan demokratis pertama semenjak
perang sipil 14 tahun.
4. Konga XXI-4 dipimpin oleh Letkol Kav. Hilman Hadi, beserta dua orang perwira lainnya
yaitu Mayor Mar Beni dan Kapten Adm Tri Ambar Nugroho, bertugas tahun 2006-2007,
sudah memasuki tahap konsolidasi setelah berhasil melewati tahap DDRR.
5. Konga XXI-5 dipimpin oleh Letkol Lek. Joseph Rizki P., bertugas tahun 2007-2008, di saat
misi UNMIL memulai tahap drawdown.

Kontingen Garuda XXI dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh


Perhimpunan Masyarakat Indonesia di Liberia (PERMIL) termasuk beberapa staf
Internasional yang berasal dari Indonesia.

Kontingen Garuda XXII

Kontingen Garuda XXII merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Sudan
(UNMIS) yang terdiri dari perwira AD, AL, AU yang bertugas khusus sebagai pengamat
militer (UN Military Observer). Sekarang ini Konga XXII juga berkontribusi untuk
UNAMID (Darfur).

Kontingen Garuda XXII/G berjumlah 6 personel TNI yang bertugas sebagai UNMO (UN
Military Observer)untuk UNMIS (United Nations Mission In Sudan) yang terdiri dari: Mayor
Inf Tri Saktiyono, Mayor Laut (E) Danny Bachtera, Mayor Adm Mirza Hus'an, Mayor Arh I
Made Kusuma Dhyana Graha, Mayor Tek Lully Hermawan, dan Kapten Laut (E) Ertawan
Juliadi. Periode Penugasan Konga XXII/G ini terhitung mulai tanggal 9 Pebruari 2008
sampai dengan 8 Pebruari 2009.

Kontingen Garuda XXII/H berjumlah 3 personel TNI yang bertugas sebagai UNMO (UN
Military Observer)untuk UNMIS (United Nations Mission In Sudan) yang terdiri dari: Mayor
Arm Ari Estefanus , Mayor Laut (P) Robert Marpaung , Mayor Lek Johni Purwnato. Periode
penugasan Konga XXII-H/08 terhitung mulai 23 Agustus 2008 - 22 Agustus 2009. Dengan
Tugas pokok : Monitorir , Verifikasi dan Implementasi Perjanjian Damai Komprehensif
(Comprehensive Peace Agreement/CPA) dengan sasaran yaitu Proses Gencatan senjata ,
Proses DDR ,Sensus , Pemilu dan Referendum. Dalam kurun tersebut terjadi beberapa
peristiwa penting : Indictment Presiden Baasyir, Malakal Assault , PCA Abyei dan penolakan
hasil Pemilu oleh SPLM.

Kontingen Garuda XXII/I berjumlah 3 personel TNI yang bertugas sebagai UNMO (UN
Military Observer)untuk UNMIS (United Nations Mission In Sudan) yang terdiri dari: Mayor
Inf Freddino Silalahi, Mayor Laut (adm) Tarmizi dan, Mayor (psk) Nana Setiawan. Periode
Penugasan Konga XXII/I ini terhitung mulai tanggal 4 September 2008 sampai dengan 3
September 2009. Tugas Pokok para Milobs adalah mengawasi gencatan senjata antara tentara
SAF (pemerintah)& SPLA (pemberontak)untuk mendukung pelaksanaan Referendum pada
tahun 2011 nantinya.

Kontingen Garuda XXIII/A

Konga XXIII/A bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon
(UNIFIL) dan rencananya akan berangkat pada akhir September 2006 tetapi kemudian
ditunda karena PBB menunda keberangkatan pasukan perdamaian dari negara-negara Asia
sehingga akhirnya pasukan dikembalikan lagi ke kesatuannya masing-masing. Kontingen
Garuda XXIII/A dipimpin oleh Kolonel Surawahadi dan terdiri dari 850 personel TNI. Anak
pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono juga ikut serta
dalam pasukan ini.

Kontingen Garuda XXIII-B/UNIFIL

Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2007 - 2008 di bawah komando Letkol Inf A M
Putranto, S.Sos sebagai Dansatgas dan Letkol Mar Ipung Purwadi sebagai Wadansatgas.
Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-B/UNIFIL berkekuatan 850 personil dengan
komposisi personil: 541 AD, 242 AL, 63 AU, 1 Kemhan dan 3 Deplu.

Kontingen Garuda XXIII/C

Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2008 - 2009 dibawah UNIFIL

Kontingen Garuda XXIII/D

Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2009 - 2010 dibawah UNIFIL Bertugas di Lebanon
Selatan pada tahun 2009 - 2010 di bawah Pimpinan Letkol Inf Andi Perdana Kahar (Akmil
1992) sebagai Dansatgas dan Letkol Mar Guslin Kamase (AAL 1993) sebagai Wadansatgas.
Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-D/UNIFIL berkekuatan 1000 personil dengan main
body dari Yonif Raider 323/13/1 Kostrad.

Kontingen Garuda XXIII/E

Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2010- 2011 dibawah UNIFIL, pimpinan Letkol Inf
Hendy Antariksa. Untuk pertama kalinya Konga XXIII-E selain mendapat UN Medal seperti
Konga pada umumnya, juga mendapatkan Brevet Kehormatan UNIFIL dari Komandan
Sektor Timur UNIFIL. Selain itu, Konga XXIII-E juga mendapatkan kepercayaan perluasan
5 wilayah binaan.

Kontingen Garuda XXIV

Bertugas di Nepal. Kontingen Garuda XXIV merupakan kontribusi TNI dalam misi
perdamaian PBB di Nepal (UNMIN) yang terdiri dari perwira AD, AL, AU yang terlatih dan
dibekali ilmu dalam misi PBB serta mempunyai kecakapan khusus sebagai pengamat militer
(UN military observer).

Konga XXIV sampai misi terakhir 2011 adalah gelombang ke-4:

1. Konga XXIV-1 dipimpin oleh Mayor , beserta 5 orang perwira lainnya bertugas
selama 1 tahun dari tahun 2007-2008, pasca perang tahun 2006.
2. Konga XXIV-2 dipimpin oleh Kol Laut (T) (Anumerta) Sondang Dodi Irawan,
beserta lima orang perwira lainnya Mayor Laut (E) Ir. Wahyu Broto, Mayor Arh M
Fahmi Rizal Nasution, Mayor Pnb Lubis, Mayor Supomo dan Mayor Inf Mulyaji
bertugas selama 1 tahun 6 bulan 2 minggu dari tahun 2008-2009 dalam periode pasca
pemilu dan pemilu.
3. Konga XXIV-3 dipimpin oleh Mayor Kav Arief Munandar, beserta empat orang
perwira lainnya yaitu Mayor Inf Budi Prasetyo, Mayor Kav Sindhu Hanggara, Mayor
Arh IGN Wahyu Jatmiko dan Mayor Adm Djoko Nugroho bertugas selama 1 tahun
dari tahun 2009-2010.
4. Konga XXIV-4 dipimpin oleh Mayor Arm Aziz Mahmudi, beserta empat orang
perwira lainnya yaitu Mayor Mar Arief Rahman Hakim, Mayor Kal R Akhmad
Wahyuniawan, Kapten Arm Abdi wirawan dan Kapten L (P) Agus Wijaya, bertugas
selama 4 bulan dari 28 Agustus 2010 sd 15 Januari 2011, sudah memasuki tahap
konsolidasi.

Kontingen Garuda XXIV dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh


Masyarakat Indonesia di Nepal termasuk beberapa staf Internasional yang berasal dari
Indonesia.

Kontingen Garuda XXV

Berdasarkan Frago (fragmentery order) Nomor10-10-08 tanggal 30 Oktober 2008,


penambahan Kontingen Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan
memberikan kesempatan kepada 75 prajurit Polisi Militer TNI untuk turut serta memberikan
sumbangsih bhakti yang mana Kontingen Satgas POM TNI 25A (Satgas POM TNI pertama)
dipimpin oleh Letkol CPM Ujang Marteniz dalam kurun waktu 2008 - 2009, selanjutnya
Satgas POM TNI 25B, dipimpin oleh Letkol CPM Ekoyatma Parnowo dalam kurun waktu
2009 - 2010, kemudian, yang saat ini sedang bertugas adalah Satgas POM TNI 25C, yang
dipimpin oleh Letkol CPM Dwi Prasetyo Wiranto.

Satgas POM TNI di Lebanon, berkedudukan langsung dibawah Force Commander of


UNIFIL (FC assets), namun bertempat di wilayah Sektor Timur UNIFIL, itulah sebabnya
Satgas POM TNI di Lebanon disebut INDO SEMPU. Wilayah sektor timur, yang juga
merupakan wilayah Area of Responsibility (AOR) daripada SEMPU meliputi 4 batalion area,
yaitu, Kontingen Malaysia, Batalion India (Alpha Area), Batalion Spanyol (Bravo Area),
Batalion Indonesia (Charlie Area) dan Batalion Nepal (Delta Area).

Kontingen Garuda XXVI

Menyusul keberhasilan penugasan Kontingen Garuda XXIII bersama dengan UNIFIL,


sekaligus dalam rangka memperbesar peran serta Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian
di Lebanon Selatan dan atas permintaan PBB, maka dikirimkan pasukan tambahan Indonesia
untuk melaksanakan tugas sebagai satuan Force Headquarter Support Unit (FHQSU) dan
INDO Force Protection Company (INDO FP Coy) berjumlah 200 orang. Tugas yang
diemban berbeda dengan Konga XXIII (INDOBATT) yang merupakan satuan Yonif Mekanis
yang memiliki wilayah operasi di sekor timur UNIFIL, Konga XXVI merupakan satuan yang
bertugas untuk mendukung pelayanan dan pengamanan di UNIFIL HQ - Naqoura. Konga
XXVI-A tiba pertama kali di Naqoura pada tanggal 31 Oktober 2008, dipimpin oleh Kolonel
Mar Saud P. Tamba Tua.

Kontingen Garuda XXVI-B

Kontingen Garuda XXVI-B terdiri dari 2 Satuan Tugas; Konga XXVI-B1 merupakan Satgas
Indonesian Force Head Quarter Support Unit (FHQSU) yang di komandani oleh Kolonel Inf
Restu Widiantoro dan Kontingen Garuda XXVI-B2 sebagai kompi pengaman UNIFIL
Headquater atau Force Protection Company (FP Coy) dengan Komandan Satgas Letkol Inf
Fulad. Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Kontingen Garuda XXVI-B sama dengan
Kontingen Garuda XXVI-A.
Kontingen Garuda XXVI-C1

Kontingen Garuda XXVI-C1 merupakan pengganti Konga XXVI-B1 dengan tugas-tugas


yang tidak jauh berbeda dengan Satgas sebelumnya. Namun Kontingen Garuda XXVI-C1
yang dipimpin oleh Kolonel PNB Yulianta ini membawa serta 5 orang prajurit Wanita TNI
(Wan TNI) sebagai bagian dari quota yang telah ditetapkan oleh United Nation kepada
Troops Contibuting Countries sebesar 10 % dari keserulurah jumlah kontingen negara
penyumbang pasukan perdamaian.

Kontingen Garuda XXVI-C2

Kontingen Garuda XXVI-C2 mengawali misinya di Lebanon pada 19 Nopember 2010,


setelah upacara Transfer of Autority dengan Konga XXVI-B2. Serah terima wewenang dan
tanggung jawab pengamanan diserahkan dari Komandan Kontingen XXVI-B2 Letkol Inf
Fulad kepada Komandan Kontingen Garuda XXVI-C2 Mayor Inf Henri Mahyudi di markas
Indo FP Coy "Soedirman Camp" Naqoura.

Adapun tugas pokok Kontingen Garuda XXVI-C2 antara lain; 1. Penjagaan Main Gate,
Patroli, Observation Post dan penjagaan Food Platoon. 2. Menyiapkan Tim Penanggulangan
Huru-Hara (CRC) dengan kemampuan untuk mengendalikan massa. 3. Menyiapkan Tim
Reaksi Cepat (QRT)yang dapat digerakan setiap saat. 4. Melaksanakan pengawalan terhadap
semua asset Force Commander (FC) pada saat perjalanan di daerah operasi, termasuk escort
pelaksanaan Tripartite Meeting antara Lebanon Arms Forces (LAF), Israel Defence Force
(IDF) dan UNIFIL. 5. Sebagai bagian dari unit pertahanan terkoordinasi di wilayah Naqoura
UNIFIL Head Quarter. 6. Memberikan bantuan perkuatan terhadap unsur-unsur UNIFIL
lainnya di luar Naqoura Camp. 7. Melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah Force
Commander.

Kontingen Garuda XXVI-C2 mengakhiri misinya di Lebanan pada tanggal 23 Nopember


2011 dan diserahkan kepada Kontingen Garuda XXVI-D2 yang dipimpim oleh Kapten Inf
Wimoko dalam upacara TOA di Lapangan Upacara Sudirman Camp. Secara keseluruhan
Kontingen Garuda XXVI-C1 dan XXVI-C2 mengakhiri misi di Lebanon pada tanggal 1
Desember 2011 dan untuk selanjutnya kembali ke Tanah Air.

Kontingen Garuda XXVI-D1

Kontingen Garuda XXVI-D1 bertugas di Lebanon mulai tanggal 22 November 2011 sampai
dengan 25 November 2012 sebagai satgas FHQSU (Force Headquarter Support Unit) dan
mempunyai dua tugas pokok yaitu di bidang security (force protection) dan di bidang camp
management yang berkedudukan langsung dibawah Force Commander UNIFIL. Konga
XXVI-D1 di bawah kepemimpinan Kolonel Adm Darmawan Bakti yang berlokasi di Markas
UNIFIL karena bertugas untuk escort apabila Force Commander UNIFIL bergerak keluar
AoR (Area of Responsibility) UNIFIL utamanya menjadi mediator dalam pertemuan rutin
Tripartit Meeting antara IDF (Israel Defence Force) dengan LAF (Lebanese Armed Forces).

Kontingen Garuda Indonesia XXVII

Kontingen Garuda XXVII - 1 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak
tanggal 21 Agustus 2008 sampai dengan tanggal 21 Agustus 2009 dalam satgas Milobs
dipimpin oleh Mayor Pnb Destianto Nugroho.
Kontingen Garuda XXVII - 2 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak
tanggal 8 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 8 Oktober 2011 dalam satgas Milobs
dipimpin oleh Letkol CHK Tiarsen, yang didukung oleh 2 personil.

Kontingen Garuda XXVII - 3 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak
tanggal 14 Februari 2011 sampai dengan tanggal 14 Februari 2012 dalam Satgas Military
Observer dengan beranggotakan Mayor Arh Irwan Setiawan, Mayor Kal Bambang Witono
dan Kapten Laut (P) Dian Wahyudi serta Satgas Military Staff atas nama Mayor Kal
R.Akhmad Wahyuniawan yang bertugas sebagai Staff Officer Air Operation UNAMID
Headquarter - El Fasher.

Kontingen Garuda XXVII - 4 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak
tanggal 08 Nopember 2011 sampai dengan tanggal 22 Nopember 2012 sebagai Military
Observer dengan anggota Mayor Arm Abdi Wirawan dan Mayor Lek Bayu Hendraji.

KONTINGEN GARUDA XXVI-C

Kontingen Garuda XXVI-C/UNIFIL menginjakan kaki Lebanon pada tanggal 15 Nopember


2010 tepatnya sekitar pukul 22.00 LT atau sesuai waktu Indonesia sekitar pukul 02.00 WIB
tanggal 16 Nopember 2011. Kontingen Garuda XXVI-C terbagi dalam 2 Satuan Tugas;
Pertama, Satgas Indonesia Force Head Quarter Support Unit (Indo FHQSU) dan tergabung
dalam Kontingen Garuda XXVI-C1 dipimpin oleh Komandan Satgas Kolonel PNB Yulianta
sekaligus bertindak selaku Komandan Kontingen Garuda periode 2010-2011. Kedua, Satgas
Indonesian Force Frotection Company (Indo FP Coy) dan tergabung dalam Kontingen
Garuda XXVI-C2 dipimpin oleh Komandan Satgas Mayor Inf Henri Mahyudi Hamid, S.Sos.
Kontingen Garuda XXVI adalah salah dari sekitar 8 Satgas-Satgas TNI yang tergelar di
Lebanon dalam rangka untuk melaksanakan Tugas Perdamaian Dunia sesuai dengan Resolusi
DK PBB / UNSCR 1701/2006, sebagai konsekuensi dari perang 34 hari antara Israel Defence
Force dengan kelompok-kelompok militan di Lebanon.

KONTINGEN GARUDA XXVI-C1

Kontingen Garuda XXVI-C1 atau yang lebih dikenal dengan Satgas Indonesian Force Head
Quarter Support Unit (Indo-FHQSU) merupakan gabungan personel dari 3 Matra (TNI-AD,
AL dan AU). Tugas utama Satgas ini adalah memberikan pelayanan kepada seluruh personil
UNIFIL baik Sipil maupun militer dalam hal akomodasi, kesejahteraan,maupun pelayanan
bagi akses untuk masuk ke dalam lingkungan UNIFIL Head Quarter. Komandan Satgas Indo
FHQSU periode ini dijabat oleh Kolonel PNB Yulianta dengan membawahi 50 orang
personel, 5 orang diantaranya adalah Wanita TNI (Kowad, Wara dan Kowal)

Kontingen Garuda XXVI-C2

Kontingen Garuda XXVI-C2 atau biasanya di Indonesia dikenal dengan Satgas Indonesian
Force Protection Company (Indo FPC) adalah Satuan Tugas yang diberikan wewenang dan
tanggung Jawab untuk pengamanan UNIFIL Head Quarter di Naqoura. Kontingen Garuda
XXVI-C2/UNIFIL mengambil alih tanggung jawab pengamanan dari Kontingen Garuda
XXVI-B2/UNIFL melalui upacara Transfer Of Autority (TOA) dari Letkol Inf Fulad kepada
Mayor Inf Henri Mahyudi dalam upacara serah terima yang dilaksanakan pada tanggal 19
Nopember 2010 di Lapangan Upacara Sudirman Camp. Kontingen Garuda
XXVI-C2/UNIFIL terdiri dari 150 prajurit yang direkrut melalui seleksi dari Pasukan elit
TNI antara lain dari Kopassus, Paskhas, Marinir, Den Jaka dan beberapa personel pendukung
dari Kostrad dan Mabes TNI.

Adapun Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Kontingen Garuda XXVI-C2 meliputi : 1.


Penjagaan Main Gate, Patroli, Observation Post dan penjagaan Food Platoon. 2. Menyiapkan
Tim Penanggulangan Huru-Hara (CRC)dengan kemampuan untuk mengendalikan massa
dalam waktu singkat dapat bergerak menuju ke titik ancaman. 3. Menyiapkan Tim Reaksi
Cepat 24/7 yang dapat digerakan setiap saat. 4. Melaksanakan pengawalan (escort) terhadap
semua asset Force Commander pada saat perjalanan di daerah operasi dengan mengacu pada
Frago Force Commander. 5. Sebagai bagian dari unit pertahanan terkoordinasi di wilayah
Naqoura UNIFIL Head Quarter. 6. Memberikan bantuan perkuatan terhadap unsur-unsur
UNIFIL lainnya di luar Naqoura Camp jika mendapatkan serangan. 7. Melaksanakan tugas
lainnya sesuai perintah Force Commander.

Kontingen Garuda XXVI-C2 mengakhiri misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan pada 1
Desember 2011, dengan ditandai dengan penyerahan bendera PBB kepada Kontingen Garuda
XXVI-D2/UNIFIL dalam upacara TOA pada tanggal 23 Nopember 2011 kepada Kapten Inf
Wimoko.

KONFERENSI ASIA AFRIKA (KAA)

1. Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia Afrika

Berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah
dan muncul masalah baru.

Penjajahan yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan
masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di
Asia, kemudian memperoleh kemerdekaannya, seperti : Indonesia (17 Agustus 1945),
Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14
Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948),
dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak negara lainnya yang
berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah
Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang
menghadapi masalah sisa penjajahan seperti daerah Irian Barat, Kashmir, Aden, dan
Palestina. Selain itu konflik antarkelompok masyarakat di dalam negeri pun masih
berkecamuk akibat politik devide et impera.

Lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang
dipimpin oleh Amerika Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet
(komunis), semakin memanaskan situasi dunia. Perang Dingin berkembang menjadi konflik
perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan Indo-Cina. Perlombaan pengembangan senjata
nuklir meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya
Perang Dunia.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah dunia, namun pada kenyataannya badan
ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut, sementara akibat yang ditimbulkan oleh
masalah-masalah ini sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

2. Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para
perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali
Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu
pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan
pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan
kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide
diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau
menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah
didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui
pergerakan nasional melawan penjajahan.

Sebagai persiapan, maka Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh
para Kepala Perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu,
Puncak, Jawa Barat pada 9 – 22 Maret 1954, untuk membahas rumusan yang akan dibawa
oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Kolombo, sebagai dasar usulan
Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di tingkat Asia Afrika.

Pada 28 April – 2 Mei 1954, Konferensi Kolombo berlangsung untuk membicarakan


masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.

Dalam konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan


perlunya diadakan pertemuan lain yang lebih luas antara Negara-negara Afrika dan Asia
karena masalah-masalah krusial yang dibicarakan itu tidak hanya terjadi di Negara-negara
Asia yang terwakili dalam konferensi tersebut tetapi juga dialami oleh negara-negara di
Afrika dan Asia lainnya.

Usul ini diterima oleh semua peserta konferensi walaupun masih dalam suasana skeptis.
Konferensi memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk menjajaki kemungkinannya dan
keputusan ini dimuat di bagian akhir Komunike Konferensi Kolombo.

3. Usaha-Usaha Persiapan Konferensi 

Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik, melakukan pendekatan kepada 18 Negara


Asia Afrika, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Ternyata pada umumnya mereka  menyambut baik ide
ini dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi tersebut, walaupun mengenai
waktu penyelenggaraan dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.

Pada 18 Agustus 1954, melalui suratnya, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India
mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia dewasa itu
yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih disertai keraguan
akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana
Menteri Indonesia pada 25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan
konferensi tersebut, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan
Perdana Menteri Indonesia :

“Para perdana menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi
yang mewakili Negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat
diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke
arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin“.

Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma, U Nu, pada 28 September
1954.

Pada 28 – 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana
menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan)
mengadakan pertemuan di Bogor, untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika.

Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang  agenda, tujuan, dan negara-
negara yang diundang pada Konferensi Asia  Afrika.

Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika dan
Indonesia dipilih menjadi tuan rumah pada konferensi tersebut, yang ditetapkan akan
berlangsung pada akhir minggu April tahun 1955. Presiden Indonesia, Soekarno, menunjuk
Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.

4. Menjelang Konferensi Asia Afrika 

Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, dibentuk Sekretariat Bersama yang
diwakili oleh lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang juga menjadi ketua badan itu, dan 4
negara lainnya diwakili oleh kepala-kepala perwakilan mereka masing-masing di Jakarta,
yaitu Kuasa Usaha U Mya Sein (Birma), Duta Besar M. Saravanamuttu (Ceylon), Duta Besar
B.F.H.B. Tyabji (India), dan Duta Besar Choudhri Khaliquzzaman (Pakistan).

Pemerintah Indonesia sendiri membentuk Panitia Interdepartemental pada 11 Januari 1955


yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama dengan anggota-anggota dan
penasehatnya berasal dari berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan
konferensi tersebut.

Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuklah Panitia Setempat pada 3 Januari


1955, dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas
mempersiapkan dan melayani hal-hal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transportasi,
kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.

Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang
konferensi. Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 hotel lainnya serta 31 bungalow di
sepanjang Jalan Cipaganti, Lembang, dan Ciumbuleuit dipersiapkan sebagai tempat
menginap para peserta yang berjumlah lebih kurang 1.500 orang. Selain itu, disediakan juga
fasilitas akomodasi untuk lebih kurang 500 wartawan dalam dan luar negeri.
Keperluan transportasi dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang
sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.

Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan  terakhir di Bandung pada 7 April 1955,


Presiden Indonesia Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi
Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwiwarna, dan sebagian
Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan
untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai
dengan tujuannya.

Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala
pemerintah dari 25 Negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu
negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah, karena memang negara itu
masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya, sedangkan 24 negara lainnya menerima
baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu.

5. Negara-negara Peserta Konperensi Asia-Afrika :

1. Afghanistan
2. Indonesia
3. Pakistan            
4. Birma
5. IranFilipina
6. Kamboja
7. Irak
8. Iran
9. Arab Saudi
10. Ceylon
11. Jepang
12. Sudan
13. Republik Rakyat Tiongkok
14. Yordania
15. Suriah
16. Laos
17. Thailand
18. Mesir
19. Libanon
20. Turki
21. Ethiopia
22. Liberia
23. Vietnam (Utara)
24. Vietnam (Selatan)
25. Pantai Emas
26. Libya
27. India
28. Nepal
29. Yaman

6. Asia Afrika Bergema Dari Bandung

Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung
untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia  Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi
sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos
penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai
negara. Sementara itu, para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap di
tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel
Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompokuntuk menghadiri
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional
masing-masing yang beraneka corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang
berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira.
Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan
nama “Langkah Bersejarah”(The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua
delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.

Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan
Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-
sorai dan pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pimpinan
Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.

Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : “Indonesia
Raya”, Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul “Let a
New Asia And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru).
Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi,
berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama,
sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan
oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam
usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya
beliau mengatakan :

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin
Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila
mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan
terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan
menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai
keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia
dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah
lahir!”

Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan
dengan adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi
untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya.

Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan
selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih
sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih
sebagai sekretaris jenderal konferensi.

Kelancaran jalannya konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih


dahulu di antara para pimpinan delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum
konferensi dimulai yaitu pada 17 April 1955. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa
kesepakatan yang bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang
dipandang perlu. Beberapa kesepakatan itu berisi antara lain bahwa prosedur dan acara
konferensi ditempuh dengan sesederhana mungkin dan dalam memutuskan sesuatu akan
ditempuh sistem musyawarah  dan  mufakat  (sistem konsensus).

Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi
peserta konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite
Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan
pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

 Ketua Konferensi    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia


 Ketua Komite Politik    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
 Ketua Komite Ekonomi    : Roosseno, Menteri Perekonomian  Indonesia
 Ketua Komite Kebudayaan   : Muhammad Yamin, Menteri  Pendidikan,  Pengajaran,  dan
Kebudayaan Indonesia
 Sekretaris Jenderal
 Konferensi    : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.
Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan
pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika
muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.

Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan
kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan
pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.

Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada
pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum
terakhir Konferensi Asia  Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris
jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil
konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang
dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua konferensi
menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.

Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :

1. Kerja sama ekonomi;


2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.

Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan
Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha
memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
7. Dasasila Bandung :

1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip


dalam Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif,
sesuai dengan Piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus
negara besar mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap
keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui
perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya
yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

8. Dampak Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika di Bandung telah membakar semangat dan menambah


kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah
memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah
negara merdeka di kawasan Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan
semangat Dasasila Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan
Afrika.

Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di


antara Negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun
regional. Beberapa konferensi antarorganisasi dari negara-negara tersebut diselenggarakan,
seperti Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika,
Konferensi Wartawan Asia Afrika, dan Konferensi Islam Afrika Asia.

Jiwa Bandung dengan Dasasilanya telah mengubah pandangan dunia tentang


hubungan internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau “Non-Aligned”
terhadap Dunia Pertama Washington, dan Dunia Kedua Moscow. Jiwa Bandung telah
mengubah juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB tidak lagi menjadi
forum eksklusif Barat atau Timur saja.

Mengasosiasikan/Menalar
PILIHLAH JAWABAN YANG PALING BENAR

1. Organisasi ASEAN didirikan di Bangkok pada ....


A. 18 Agustus 1945
B. 11 November 1947
C. 8 Agustus 1961
D. 8 Agustus 1967
E. 8 Agustus 1968

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional merupakan salah satu isi dari ....


A. Struktur ASEAN
B. Keanggotaan ASEAN
C. Dasar ASEAN
D. Tujuan ASEAN
E. Latar belakang ASEAN

3. AFTA merupakan bentuk kerja sama negara-negara kawasan Asia Tenggara di bidang ....
A. Ekonomi
B. Politik
C. Sosial
D. Keamanan
E. Budaya

4. Rajaratnam merupakan salah satu pemrakarsa terbentuknya ASEAN yang berasal dari 


negara ....
A. Indonesia
B. Malaysia
C. Thailand
D. Singapura
E. Philipina

5. Indonesia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral ASEAN sebanyak ....


A. Tiga kali
B. Empat kali
C. Lima kali
D. Enam kali
E. Dua kali

7. Tujuan kerja sama negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam bidang politik dan
keamanan adalah ....
A. meningkatkan investasi di kawasan Asia Tenggara
B. meningkatkan daya saing kawasan Asia Tenggara
C. menggalang kekuatan militer
D. menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara
E. menciptakan blok tersendiri yang kuat di Asia Tenggara

8. Untuk mendorong pembangunan di kawasan ASEAN, negara anggota ASEAN sepakat 


    melakukan kerja sama ....
A. ZOPFAN
B. SEATO
C. ASA
D. AFTA
E. NAFTA

9. Sekretaris jendral ASEAN yang pertama berasal dari negara ....


A. Singapura
B. Indonesia
C. Filipina
D. Thailand
E. Malaysia
  
10. Sekretariat ASEAN yang dikepalai seorang sekretaris jenderal, berkedudukan di ....
A. Manila
B. Malaysia
C. Singapura
D. Jakarta
E. Bangkok
  
11. Di bawah ini merupakan organisasi bentukan hasil Bali Concord II, kecuali ....
A. ASEAN Security Community
B. ASEAN Economic Community
C. ASEAN Socio Cultular Community
D. ASEAN Politic Community
E. ASEAN Agricultural Community

12. KTT ASEAN IX di Bali menghasilkan sebuah gagasan penting berupa ....
A. menyepakati pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN
B. Melanjutkan upaya penyatuan ASEAN
C. menyepakati terbentuknya AFTA
D. pembentukan sekretariat ASEAN di Jakarta
E. pembentukan ASA

13. Peran penting Indonesia dalam menyelesaikan konflik di Kamboja dilakukan melalui ....
A. mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan
B. mengirimkan bantuan senjata dan militer
C. mengirimkan TNI untuk menjaga perdamaian  
D. mempertemukan pihak yang bertikai dalam Jakarta Informal Meeting
E. memberi bantuan keuangan
   
14. Untuk mendamaikan pertikaian di Kamboja, Indonesia menggagas terbentuknya ....
A. Jakarta Informal Meeting
B. Pasukan Garuda IV
C. ASEAN
D. AFTA
E. NAFTA

15. Organisasi Asia Tenggara yang bergerak di bidang militer adalah ....
A. ASA
B. ASPAC
C. SEATO
D. Maphilindo
E. NATO

16. . Perjanjian mengenai kawasan damai, bebas, dan netral dikenal dengan nama
Deklarasi ....
A. Bangkok
B. Kuala Lumpur
C. Jakarta Informal Meeting
D. Dasasila Bandung
E. Manila

17. Dalam menyelesaikan konflik, Indonesia lebih memilih menggunakan cara ....
A. Kekerasan
B. Pemaksaan
C. Kekeluargaan
D. Diplomasi
E. Perjanjian

18. Kamboja masuk menjadi anggota ASEAN yang ke-10 pada tanggal ....
A. 16 September 1998
B. 16 Desember 1999
C. 16 Desember 1998
D. 16 November 1998
E. 10 Desember 1998

19. Tokoh deklarator ASEAN yang berasal dari Filipina adalah ....
A. Tun Abdul Razak
B. Narcisco Ramos
C. Rajaratnam
D. Thanat Khoman
E. Ferdinant Marcos

20. Kerja sama antara beberapa negara dalam satu kawasan geografis yang sama
disebut dengan kerja sama ....
A. Multilateral
B. Bilateral
C. Multiregional
D. Regional
E. Multinasional

21. Jumlah keanggotaan ASEAN hingga saat ini sebanyak ....


A. 7 negara
B. 8 negara
C. 9 negara
D. 10 negara
E. 11 negara

22. Gerakan Non Blok didirikan oleh beberapa negara, salah satunya adalah
A. Indonesia
B. Malaysia
C. Singapura
D. Vietnam
E. Kamboja

23. Gerakan Non Blok didirikan berdasar deklarasi...


A. Jakarta
B. Bangkok
C. Beograd
D. Havana
E. Beijing

24. Tujuan dari gerakan Non Blok adalah....


A. menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, dari negara-negara nonblok
B. kerjasama militer negara negara non blok
C. menghadapi persaingan dengan blok Barat maupun Blok Timur
D. mencapai kemakmuran bersama
E. mendamaikan blok barat dan Blok Timur

25. munculnya gerakan Non Blok dilatarbelakangi oleh....


A. peperangan antara blok barat dan blok timur
B. keinginan mendamaikan blok barat dan blok timur
C. ketegangan antara blok barat dan blok timur yang mengancam perdamaian
D. keinginan menundukkan blok barat dan blok timur
E. munculnya perang dunia 2

26. Yosef Broz Tito merupakan pemimpin dari GNB yang berasal dari
A. Rumania
B. Bulgaria
C. Polandia
D. Yugoslavia
E. Kuba

27. KTT I Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 1–6 September 1961 di negara...
A. Indonesia
B. Yugoslavia
C. India
D. Mesir
E. Malaysia

28. KTT II Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 5–10 Oktober 1964 di Kairo
diketuai oleh....
A. Yosef Broz Tito
B. Ir. Sukarno
C. Kwame Nkrumah
D. Gamal Abdul Nasser
E. Nehru

29. persoalan Krisis Timur Tengah pertama kali diangkat dalam KTT GNB ke 4 yang
berlangsung di.....
A. Jakarta
B. Beograd
C. New Delhi
D. Kuala Lumpur
E. Aljiers
30. KTT V Gerakan Non Blok diselenggarakan pada tanggal 16–19 Agustus 1976
menghasilkan sebuah deklarasi yang dikenal dengan....
A. Deklarasi Havana
B. Deklarasi Kolombo
C. Deklarasi Bangkok
D. Deklarasi Bandung
E. Dasasila Bandung

31. “The New Delhi Massage” merupakan hasil dari KTT GNB ke...
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
E. 9

32. KTT GNB 10 berlangsung di Jakarta pada tanggal 1–6 September 1992 dengan ketua...
A. Presiden Suharto
B. Ali Alatas
C. Muhtar Kusumaatmaja
D. Harmoko
E. Umar Wirahadikusuma

32. Pembentukan Gerakan Non Blok (GNB) tidak dilatarbelakangi oleh…


A. Munculnya blok barat dan blok timur
B. Keinginan untuk menjadi pesaing kedua blok yang sudah ada
C. Keinginan meredakan ketegangan dunia
D. Ditandatanganinya dokumen Brioni
E. Terjadinya krisis Kuba 1961

33. Dalam asasnya, gerakan Non Blok menentang Apharteid. Apartheid adalah….
A. Politik adu domba dan pecah belah
B. Politik penjajahan terhadap bangsa lain
C. Politik perbedaan warna kulit
D. Program pemusnahan terhadap etnis lain
E. Program penghancuran sebuah bangsa

34. Pengiriman Misi Garuda I dilatarbelakangi oleh peristiwa. ...


A. Penyerangan pasukan Israel ke Palestina
B. Penyerangan pasukan Vietnam ke Kamboja
C. Konflik Berdarah di wilayah teluk
D. Peperangan yang terjadi di Kenya
E. Konflik yang terjadi di Mesir

35. Salah satu alasan Indonesia mengirimkan pasukan Garuda adalah....


A. Solidaritas terhadap sesama negara terjajah
B. Upaya menciptakan perdamaian dunia
C. Agar Indonesia dikenal oleh negara lain
D. Sebagai prasyarat menjadi anggota PBB
E. Sebagai persiapan bagi TNI untuk menghadapi musuh dari luar

36. Pasukan Garuda I yang berangkat pada tahun 1957 dipimpin oleh....
A. Brigjen TNI Kemal Idris
B. Mayor Infanteri Soediono Suryantoro
C. Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo
D. Kol. Prijatna
E. Letkol Solichin G.P

37. Pada tahun 1973 pasukan Garuda VIII dikirim untuk misi perdamaian PBB ke Timur Tengah
setelah kawasan itu dilanda perang....
A. Irak Iran
B. Teluk
C. Suez
D. Yom Kippur
E. 6 hari

38. Salah satu keberhasilan pasukan Garuda XI/2 yang dikirim ke Irak adalah.....
A. Mendamaikan pasukan Irak dan Kuwait
B. Mengusir pasukan Irak dari Kuwait
C. Mengamankan wilayah yang menjadi sengketa Irak dan Kuwait
D. Menangkap para pengacau keamanan di wilayah Irak
E. mengembalikan personel Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di wilayah Kuwait

39. Pada tahun 1993 Indonesia kembali mengirim pasukan Garuda XIV ke wilayah Bosnia
Herzegovina dan bergabung bergabung ke pasukan PBB lain dibawah misi....
A. UNAMET
B. UNOSOM
C. UNTAG
D. UNIKOM
E. UNPROFOR

40. Pasukan Garuda yang dikirim ke Congo pada tahun 2003 merupakan pasukan Zeni, artinya....
A. Pasukan bantuan tempur
B. Pasukan tempur
C. Pasukan cadangan
D. Pasukan khusus
E. Pasukan tambahan

41. Pasukan Garuda yang tergabung dalam misi UNAMID tahun 2008 merupakan pasukan yang
dikirim ke negara....
A. Vietnam
B. Kamboja
C. Liberia
D. Sudan
E. Lebanon

42. Pasukan Garuda XXVI-C1 memiliki perbedaan dengan pasukan Garuda sebelumnya yaitu....
A. Merupakan pasukan tempur
B. Memiliki kamp tersendiri di daerah operasi
C. Membawa pasukan wanita
D. Tidak berada dibawah komando PBB
E. Tidak memiliki batasan masa tugas

43. Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 dilatarbelakangi oleh…
A. Keinginan meredakan ketegangan dan mewujudkan perdamaian dunia
B. Politik mercusuar Indonesia
C. Munculnya perang dunia II antara Sekutu dan Central
D. Keinginan Indonesia melaksanakan politik bebas dan aktif
E. Kekawatiran terhadap Negara Negara besar yang memiliki kekuatan militer
44. Berikut ini bukan merupakan Negara yang memprakarsai adanya konferensi Asia Afrika (KAA)

A. Indonesia
B. Srilangka
C. India
D. Pakistas
E. Mesir

45. Sebelum pelaksaan KAA tahun 1955 maka diselenggarakan pertemuan awal negara pemrakarsa
yang diselenggarakan di...
A. Surabaya
B. Srilangka
C. New delhi
D. Kairo
E. Jakarta

46. Kota Bandung dipilih menjadi tempat berlangsungnya KAA tahun 1955 dengan mengambil
lokasi di...
A. Gedung DPRD kota Bandung
B. Gedung Sate
C. Gedung Concordia
D. Kantor Gubernur Jawa Barat
E. Kantor Konsulat Kota Bandung

47. Salah satu Negara yang diundang tetapi tidak hadir pada konferensi Asia Afrika adalah negara…
A. Afrika selatan
B. Afghanistan
C. Afrika Tengah
D. Etiopia
E. Nepal

48. Dalam konferensi Asia Afrika dihasilkan suatu keputusan yang dikenal dengan nama…
A. Kesepakatan Bandung
B. Piagam Jakarta
C. Piagam KAA
D. Dasasila Bandung
E. Bandung Charter

49. Keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dalam penyelenggaraan KAA tahun 1955 adalah…
A. Dukungan dunia terhadap masalah Timor Timur
B. Dukungan dunia terhadap kemerdekaan Indonesia
C. Dukungan dunia terhadap masalah Irian Barat
D. Sambutan positif dunia terhadap peran Indonesia dalam menyelesiakan masalah Palestina
E. Keinginan Indonesia agar masuk menjadi anggota tetap DK PBB di dukung oleh negara
peserta

50. Berikut ini merupakan dampak positif Konferensi Asia Afrika bagi Indonesia adalah
A. Indonesia dikagumi negara lain
B. Indonesia menjadi pemimpin di Asia dan Afrika
C. Masalah dwikewarganegaraan dengan China memperoleh penyelesaian
D. Politik mercusuar Sukarno berhasil
E. Indonesia ditakuti negara negara Barat

ISILAH TITIK TITIK DI BAWAH INI !


1. ASEAN merupakan organisasi kerjasama negara negara di kawasan....
2. ASEAN resmi berdiri dengan dilakukannya penandatanganan . . . .
3. Wakil dari Indonesia yang turut mendirikan ASEAN adalah . . . .
4. ZOPFAN singkatan dari......
5. Sampai tahun 2007, anggota ASEAN terdiri atas . . . negara.
6. Gerakan Non Blok didirikan pada tahun.....
7. Salah satu tokoh Pemrakarsa GNB adalah Gamal Abdul Nasser dari.....
8. Salah satu isi dari KTT GNB V adalah.....
9. Pada tahun 1979 salah satu anggota GNB keluar yaitu negara.....
10. Terjadinya perang Irak – Iran menyebabkan KTT GNB dipindah ke negara....
11. Negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Indonesia adalah....
12. Nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan presiden Gamal Abdul Nasser
menyebabkan....
13. Pengiriman Pasukan Garuda merupakan perwujudan politik luar negeri Indonesia
yang.....
14. Brigjend TNI Harsoyo pernah memimpin Pasukan Garuda V ke ......
15. UNIFIL merupakan misi pemeliharaan perdamaian PBB ke negara....
16. Ide Konferensi Asia Afrika (KAA) datang dari Perdama Menteri Srilangka bernama....
17. Salah satu pemrakarsa KAA adalah perdana menteri U Nu dari......
18. Konferensi Asia Afrika yang berlangsung di Bandung diikuti oleh......negara
19. Dalam pembukaan KAA presiden Sukarno menyampaiakan pidato yang diberi judul...
20. Salah satu dampak positif yang dirasakan negara negara Asia Afrika dengan adanya
KAA adalah....

Anda mungkin juga menyukai