Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Pembentukan ASEAN

Perang

dingin

antara

Blok

Barat

dengan

Blok

Timur

juga

mempengaruhi kawasan Asian Tenggara. Pembentukan blok-blok atau


organisasi kerja sama antarnegara dalam kawasan ini terutama dalam
bidang pertahanan dan keamanan mempertegas hal ini. Pada tanggal 8
September 1958, Australia, Perancis, Inggris, Selandia Baru, Pakistan,
Filipina, Thailand, dan Amerika Serikat mendirikan Pakta Pertahanan Asia
Tenggara (SEATO). SEATO dibentuk untuk menjalin kerja sama dalam
bidang pertahanan dan bertujuan untuk membendung pengaruh komunis
di kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1961, dengan dukungan dari Thailand dan Filipina,
Malaysia membentuk Perhimpunan Asia tenggara (ASA). ASA bertujuan
untuk menjalin kerja sama dalam bidang ekonomi dan kebudayaan.
Tuanku Abdul Rahman, pemimpin Malaysia pada saat itu, menginginkan
negara lain dalam kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk
bergabung. Namun Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno menolak
untuk

bergabung.

Indonesia

bahkan

mencurigai

bahwa

organisasi

tersebut merupakan perpanjangan tangan atau melayani kepentingan


negara-negara Barat.
ASA tidak berjalan mulus karena terjadi perseteruan di antara
mereka. Pada tahun 1962, Filipina mengklaim bahwa Sabah (Negara
bagian Malaysia) merupakan bagian dari Filipina. Pada tahun 1963,
organisasi lain dikenal sebagai Maphilindo dibentuk. Maphilindo terdiri dari
Malaysia, Filipina dan Indonesia. Namun, organisasi ini tidak bertahan
lama setelah Indonesia menghidupkan konfrontasi dengan Malaysia.
Pada bulan Maret tahun 1966, muncul ide untuk menghidupkan
kembali ASA. Namun, Indonesia tetap menolak untuk bergabung. Setelah
pemerintah Indonesia dipegang oleh Presiden Soeharto, Indonesia kembali
menjalin hubungan dengan Malaysia dan singapura. Hubungan Indonesia
juga meluas dengan negara-negara lain di kawasan Asia tenggara.
Pada tanggal 8 agustus 1967, lima menteri luar negeri dari
Indonesia, Thailand, singapura, Filipina, dan Malaysia bertemu di Bangkok.

Pertemuan

tersebut

kemudian

menghasilkan

kesepakatan

berupa

pendirian Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Berdirinya


ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok oleh kelima
delegasi dari masing-masing negara. Kelima orang tersebut antara lain:
1. Adam Malik, menteri luar negeri Indonesia;
2. Tuanku Abdul Razak, menteri luar negeri Malaysia;
3. Thanat Khoman, menteri luar negeri Thailand;
4. Narcisco Ramos, menteri luar negeri Filipina;
5. Rajaratnam, menteri luar negeri Singapura.
Sumber:

http://pendidikan60detik.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-

berdirinya-asean.html

Sejarah Pembentukan ASEAN


Pada tahun 1967 negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
dan juga Thailand mendirikan ASEAN atau tepatnya pada tanggal 8
Agustus 1967. Terbentuknya persatuan antar negara di Asia ini memiliki
tujuan untuk membentuk akselerasi dari segala bidang.
Diharapkan dengan adanya badan resmi ini setiap anggota negara yang
bergabung bisa memiliki pertumbuhan ekonomi, sosial, sekaligus evolusi
terhadap kebudayaan yang baik. Lewat ASEAN pula diharapkan mampu
menjaga

perdamaian

antar

negara

yang

bergabung

dan

mampu

menyelesaikan setiap persoalan yang timbul dengan jalan berdiskusi.


Perjalanan Berdirinya Organisasi ASEAN
Sebelum ASEAN terbentuk oleh negara Filipina, Thailand, dan juga
Malaysia sudah memiliki organisasi serupa. Adapun nama organisasi
tersebut adalah Association of Southeast Asia (ASA) yang mulai dibentuk
pada tahun 1961. Kemudian pada tahun 1967 ada beberapa negara yang
masuk dan organisasi tersebut mengalami proses inagurasi. Masuknya
negara Indonesia dan juga Singapura menjadikan organisasi tersebut
semakin berkembang.
Pertemuan pun dilakukan di Thailand, tepatnya di Gedung Urusan Luar
Negeri yang dihadiri oleh para menteri luar negeri setiap negara. Adapun
yang hadir pada pertemuan tersebut adalah:
1. Menteri Abdul Razak dari negara Malaysia.

2. Menteri Abdul Malik dari negara Indonesia.


3. Menteri Narciso Ramos dari negara Filipina.
4. Menteri S. Rajaratman dari negara Singapura, dan
5. Menteri Thanat Khoman dari negara Thailand.
Terbentuknya ASEAN memiliki motivasi untuk meningkatkan keamanan
negara, pertumbuhan ekonomi, dan melawan pertumbuhan komunisme.
Bergabungnya negara Brunei Darussalam tepatnya pada tanggal 9 Januari
1984. Menjadi negara ke-6 yang bergabung usai mendapatkan pengakuan
kemerdekaan, tepatnya satu minggu setelah proklamasi. Organisasi
ASEAN seiring berjalannya waktu terus tumbuh dan jumlah anggota yang
bergabung semakin banyak.
Negara yang Kemudian Bergabung di ASEAN
Adapun beberapa negara yang kemudian ikut bergabung dalam organisasi
ASEAN antara lain:
1. Negara Vietnam, yang memutuskan untuk ikut bergabung pada
tanggal 28 Juli 1995.
2. Negara Laos dan juga Myanmar atau Burma bergabung bersamaan
pada tanggal 23 Juli 1997.
3. Negara Kamboja yang resmi bergabung pada tanggal 30 April 1999
yang sebelumnya sudah pernah ingin bergabung namun gagal
karena adanya konflik internal.
Perkembangan ASEAN menjadi semakin pesat dan juga kuat dengan
semakin banyaknya negara di Asia Tenggara yang ikut bergabung.
Kemudian ada beberapa negara baru yang terbentuk dan merdeka juga
ikut bergabung, sebut saja Timor Leste dan juga Papua Nugini. Ada
beberapa

perjanjian

penting

yang

terbentuk

atau

tertulis

untuk

mengambil keputusan damai antar beberapa negara yang sempat


mengalami perselisihan.
Kemudian pada tahun 2007 ASEAN merayakan hubungan diplomatik yang
terjalin apik dengan negara adidaya, Amerika Serikat. Adanya perjanjian
dagang bebas yang akan melibatkan Amerika dengan negara-negara di
Asia Tenggara.
Sumber:

http://jokowarino.id/proses-pembentukan-dan-pertumbuhan-

organisasi-asean/

Sejarah Pembentukan ASEAN


Sejarah Pembentukan Asean - Sebelum terbentuknya ASEAN pada 1967, beberapa
negara di Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk membentuk kerja sama
regional di kawasan ini, seperti ASA (Association of Southeast Asia), Maphilindo (Malaya,
Philipina, Indonesia), dan SEAMEO (South East Asian Ministers of Education Organization),
maupun dengan negara di luar kawasan ini, seperti SEATO (South East Asia Treaty
Organization) dan ASPAC (Asia and Pacific Council).
Komunikasi antara negara Asia Tenggara dengan negara di luar kawasan tersebut
telah berkembang dalam ECAFE (Economic Commission for Asia and the Far East),
Colombo Plan, dan KAA (Konferensi Asia Afrika). ECAFE dibentuk pada 28 Mei 1947 yang

kemudian diubah menjadi ESCAP (Economic and Social Commission for Asia and the
Pacific), yaitu badan khusus PBB yang banyak memberikan inspirasi bagi pertumbuhan kerja
sama regional di Asia Tenggara.
ASEAN merupakan organisasi regional yang di bentuk bertitik tolak dari kesadaran
bangsa-bangsa Asia Tenggara akan perlunya solidaritas dan kerjasama di antara mereka,
melalui kebersamaan sikap dan tindakan, di harapkan akan tercipta suatu perdamaian,
kemajuan, dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara. ASEAN (Assosiation of Sounth East
Asia Nations) didirikan dengan latar belakang sebagai berikut:
1. Persamaan letak geografis, artinya negara anggota ASEAN terletak di kaeasan Asia
Tenggara
2. Persamaan nasib dan sejarah, artinya negara anggota ASEAN sama-sama negara
jajahan imperialisme Barat kecuali Thailand
3. Persamaan kepentingan,artinya sebagai negara yang sedang berkembang perlu
kiranya di jalin kerja sama di bidang ekonomi,sosial dan budaya di antara negaranegara yang berada di satu kawasan.
4. Persamaan budaya, artinya negara anggota ASEAN berasal dari rumpun yang sama
yaitu rumpun Austronesia
ASEAN terbentuk pada tanggal 8 agustus 1967 di Bangkok. Adapun pendiri ASEAN di
prakasai oleh lima orang mentri luar negeri yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Mentri luar negeri Indonesia : Adam Malik


Mentri luar negeri Malaysia : Tun Abdul Razak
Mentri luar negeri Thailand : Thanat Koman
Mentri luar negeri Filipina : Narsisco Ramos
Mentri luar negeri Singapura : S.Rajaratnam

Berdirinya ASEAN di tandai dengan Deklarasi Bangkok, dalam Deklarasi Bangkok


tersebut di cantumkan bahwa maksud dan tujuan ASEAN antara lain sebagai berikut:

Mempecepat pertumbuhan ekonomi,kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan


di kawasan Asia Tenggara.

Memelihara perdamaian dan stabilitas regional Asia Tenggara

Memajukan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama di bidang
ekonomi, sosial, kebudayaan, tehnik, ilmu pengetahuan dan administrasi.

Memajukan studi tentang Asia Tenggara

Dalam rangka menetapkan kebijakan ASEAN, maka di selenggarakan Konferensi Tingkat


Tinggi (KTT) ASEAN, yang di hadiri oleh kepala-kepala negara atau pemerintahan, adapun
KTT ASEAN yang pernah di laksanakan sebanyak tiga belas kali yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

KTT ASEAN I : di Bali Indonesia, tanggal 23-24 Februari 1976


KTT ASEAN II : di Kuala Lumpur Malaysia, tanggal 4-5 agustus 1977
KTT ASEAN III : di Manila Filipina, tanggal 14-15 desember 1987
KTT ASEAN IV : di Singapura, tanggal 27-28 februari 1992
KTT ASEAN V : di Bangkok Thailand, tanggal 14-15 desember 1995
KTT ASEAN VI : di Hanoi Vietnam, tanggal 15-16 desember 1998
KTT ASEAN VII : di bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, tanggal 5-6 november

2001
8. KTT ASEAN VII : do Pnom Phen Kamboja, tanggal 4-5 november 2002
9. KTT ASEAN IX : di bali Indonesia, tanggal 7-8 oktober 2003
10. KTT ASEAN X : di Vientiane Laos, tanggal 29-30 november 2004
11. KTT ASEAN XI : di Kuala Lumpur Malaysia, tanggal 12-14 November 2005
12. KTT ASEAN XII : di Cebu Filipina, tanggal 2-14 november 2007
13. KTT ASEAN XIII : di Singapore Singapura, tanggal 18-22 november 2007
Dampak positif dari meredanya rasa saling curiga dan konflik antara bangsa di Asia
Tenggara mendorong pembentukan organisasi kerja sama regional. Pertemuan konsultatif
yang dilakukan secara intensif antara para Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand yang menghasilkan rancangan Joint Declaration, yang mencakup
kesadaran akan perlunya peningkatan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara baik,
serta kerja sama yang bermanfaat di antara negara yang sudah terikat oleh pertalian sejarah
dan kebudayaan.
Dalam pertemuan 8 Agustus 1967 di Bangkok (Sejarah Singkat Pembentukan
Asean), ditandatanganilah Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh Wakil Perdana
Menteri Malaysia dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang
menandai berdirinya Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang berarti
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Sumber:http://sejarah-indonesia-lengkap.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-pembentukan
asean.html

Deklarasi Bangkok
1. mempercepat

pertumbuhan

ekonomi,

kemajuan

perkembangan kebudayaan di kawasan asia Tenggara;


2. meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional;

sosial,

dan

3. meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan


bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan,
dan administrasi;
4. memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi
regional dan internasional yang ada.
5. meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan,
dan penelitian di kawasan Asia Tenggara.
Sifat Keanggotaan ASEAN
Sifat keanggotaan ASEAN adalah terbuka bagi semua Negara di kawasan
Asia Tenggara. Keikutsertaan suatu negara ditandai dengan kesepakatan
terhadap asas-asas dan tujuan ASEAN. Seajak tanggal 7 Januari 1984,
atas persetujuan kelima anggota ASEAN, Brunai Darussalam masuk
sebagai anggota baru yang keenam dalam ASEAN.
Pada tanggal 28 Juli 1995, Vietnam resmi disetujui sebagai anggota
ASEAN yang ketujuh. Laos dan Myanmar masuk sebagai anggota ASEAN
yang kedelapan dan kesembilan pada tanggal 23 juli 1997. Kemudian
pada tanggal 16 Desember 1998, Kamboja masuk menjadi anggota
ASEAN yang kesepuluh.
Sekretariat ASEAN
Sejak kegiatan ASEAN semakin banyak maka dibentuklah sebuah
sekretariat ASEAN. Pada tahun 1976, dibangun gedung Sekretariat ASEAN
sebagai upaya untuk memudahkan koordinasi badan-badan ASEAN.
Sekretariat ASEAN berada di Jakarta. Tepatnya di Jalan Sisingamangaraja,
Jakarta Selatan. Sekretariat ASEAN dipimpin oleh seorang Sekretaris
Jenderal. Sekretaris Jenderal diangkat oleh sidang menteri ASEAN, secara
bergilir menurut abjad. Lama masa jabatan dua tahun. Pejabat ini
bertanggung jawab pada sidang Menteri ASEAN manakala bersidang.
Beberapa orang yang pernah menduduki jabatan Sekretaris Jenderal
ASEAN adalah sebagai berikut:

1. HR Dharsono dari Indonesia menjabat tahun 1977-1978;


2. Umarjadi Notowijono dari Indonesia menjabat tahun 1978-1979;
3. Datuk Ali bin Abdullah dari Malaysia menjabat tahun 1979-1981;
4. Narcisco Reyes dari Filipina menjabat tahun 1981-1983;
5. Chan Kai Yau dari Singapura menjabat tahun 1983-1985;
6. Phan Wamamethe dari Thailand menjabat tahun 1985-1986;
7. Roderick Yong dari Brunai Darussalam menjabat tahun 1986-1989;
8. Rusli Noor dari Indonesia menjabat tahun 1989-1992;
9. Datuk Ajit Singh dari Malaysia menjabat tahun 1992-1998;
10.

Rodolfo C. Severini Jr. dari Filipina menjabat tahun 1998-2002;

11.

Ong Keng Yong dari Singapura menjabat sejak tahun 2002.

Struktur Organisasi ASEAN


Struktur organisasi ASEAN setelah KTT ASEAN di Bali pada tahun 1976
adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan para kepala pemerintahan
Pertemuan ini biasa disebut dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
Pertemuan ini merupakan kekuasaan tertinggi di dalam organisasi ASEAN.
b. Sidang tahunan para menteri luar negeri
Sidang ini dilaksanakan secara bergiliran yang disebut Pertemuan Menteri
ASEAN. Sidang ini untuk merumuskan garis kebijakan dan koordinasi
kegiatan-kegiatan organisasi ASEAN.
c. Sidang para menteri ekonomi.
Sidang ini dilakukan setahun dua kali untuk merumuskan kebijakankebijakan yang menyangkut kerja sama di bidang ekonomi.
d. Sidang para menteri nonekonomi.

Sidang ini dilakukan untuk merumuskan kebijakan yang menyangkut


bidang penerangan, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Bentuk Kerja sama ASEAN
Kerjasama negara-negara ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Kerja
sama

ini

Persahabatan

harus
dan

menghormati
Kerja

Sama

prinsip-prinsip
di

Asia

dalam

Tenggara.

Perjanjian

Perjanjian

ini

ditandatangani pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Isi dari perjanjian


tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Menghormati

kemerdekaan,

kedaulatan,

kesamaan,

integritas

wilayah nasional dan identitas nasional setiap negara;


2. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain;
3. Penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai;
4. Menghindari penggunaan atau ancaman melalui kekuatan militer;
5. Kerja sama yang efektif antarnegara anggota.

Kerja sama Bidang Politik dan Keamanan


Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dalam bidang politik
dan keamanan diarahkan untuk menciptakan stabilitas kawasan. Stabilitas
kawasan diperlukan untuk mendukung pembangunan nasional di masingmasing Negara anggota. Itulah mengapa segala bentuk konflik atau
sengketa yang terjadi di antara negara anggota ASEAN harus diselesaikan
dengan cara-cara damai.
Berbagai usaha untuk menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara
ditempuh melalui penandatanganan berbagai dokumen atau kesepakatan,
antara lain:

1. Perjanjian mengenai kawasan damai, bebas dan netral atau Zone of


Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) atau dikenal dengan
Deklarasi Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1971. Perjanjian
ini berisikan keinginan untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara
sebagai kawasan yang damai, bebas dan netral.
2. Perjanjian persahabatan dan kerja sama di Asia Tenggara (Treaty of
Amity and Cooperation in South-east Asia) pada tanggal 24 Februari
1976 di Bali.
3. Perjanjian kawasan bebas senjata nuklir pada tanggal 15Desember
1997 di Bangkok.Perjanjian
anggota

ASEAN

untuk

ini melarang masingmasing negara

mengembangkan,

memproduksi,

atau

memiliki senjata nuklir. Bahkan juga melarang menjadi tempat


persinggahan senjata nuklir, dan melakukan uji coba nuklir.
4. Komunitas keamanan ASEAN pada tanggal 7 Oktober 2003 di Bali.
Pembentukan komunitas keamanan ASEAN datang atas prakarsa
Indonesia. Melalui komunitas keamanan ASEAN akan didirikan
sebuah pusat untuk memerangi terorisme, pelatihan pasukan
penjaga perdamaian, dan pertemuan secara teratur antara polisi
dan menteri pertahanan ASEAN.
Menghasilkan Visi ASEAN 2020
ASEAN menginginkann kerja sama dalam bidang politik dan keamanan
lebih luas lagi. Pada tahun 1991, ASEAN membentuk ASEAN Regional
Forum (ARF).Forum ini mengikutkan negaranegara lain di luar kawasan
Asia Tenggara, antara lain Australis, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Korea
Selatan, Korea Utara, Cina, dan Kanada.
Kerja Sama Ekonomi
Pada awal pembentukannya perdagangan barang dan jasa antar negara
ASEAN masih sangat kecil. Oleh karena itu kerja sama ekonomi diarahkan
untuk meningkatkan volume perdagangan dan pertukaran jasa antar

anggota. Bentuk kerja sama ini antara lain berupa penerapan tarif khusus
bagi barang dan jasa sesama Negara anggota ASEAN.
KTT ASEAN IV di Singapura pada tahun 1992 meluncurkan gagasan untuk
menerapkan kawasan perdagangan bebas yang dikenal dengan AFTA
(ASEAN Free Trade Area).Tujuan pembentukan kawasan ini adalah untuk
meningkatkan daya saing kawasan agar mampu bersaing dengan negara
atau kawasan lainnya. Usaha ini dicapai melalui penghapusan tarif
ataupun

hambatan-hambatan

lainnya

dalam

rangka

meningkatkan

efisiensi ekonomi, produktivitas dan daya saing.


Kerja sama ekonomi juga dilakukan melalui pembentukan kawasan
pertumbuhan.
bertujuan

Pembentukan

untuk

kawasan

meningkatkan

pertumbuhan

perdagangan,

ini

investasi,

antara

lain

pariwisata,

perkebunan, dan perikanan pada suatu kawasan.


Pembentukan kawasan pertumbuhan antara Indonesia dengan negaranegara anggota ASEAN antara lain adalah BIMP-EAGA (Brunai Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Philipines-East ASEAN Growt Area) dan IMT-GT
(Indonesia, Malaysia, and Thailand-Growth Triangle).
Gagasan pembentukan BIMP-EAGA datang dari Presiden Fidel Ramos
(Filipina) dan diresmikan tahun 1994. Kawasan pertumbuhan BIMP-EAGA
mencakup:
1. Brunai Darussalam;
2. Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Indonesia);
3. Sabah, Sarawak, dan Labuhan (Malaysia);
4. Mindanao dan Palawan (Filipina).
Sedangkan IMT-GT didirikan oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kerja
sama ini diresmikan pada pertemuan pertama Tingkat Menteri IMT-GT di
Langkawi, Malaysia, pada tanggal 20 Juli 1993. Kawasan IMT-GT mencakup
antara lain sebagai berikut:

1. Sumatera Utara dan Aceh (Indonesia);


2. Kedah, Perlis, Penang, dan Perak (Malaysia);
3. Satun, Narathiwat, Yala, Songkhla, dan Pattani (Thailand).
Pada tahun 1997, kepala negara dan pemerintahan negaranegara
anggota ASEAN menginginkan integrasi ekonomi kawasan lebih jauh lagi.
Integrasi dilakukakn untuk mengurangi hambatan fisik dalam aliran
barang, jasa, dan investasi, dari suatu negara ke negara lain masih dalam
satu kawasan. Langkah ini dilakukan antara lain melalui pengembangan
jaringan transportasi ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai