TAHUN 1914-1942
MAKALAH
UNTUK MEMENUI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Lokal
Yang dibina oleh Ibu Dra. Yuliati, M.Hum
oleh
Candra Trido 160731614965
Ela Nur Hidayati 160731614930
Feryan Kristanto Aldiansyah 160731614965
Rifki Hilman Hidayat Fauzi 160731614913
Syukhaifatul Mumtazah 160731614921
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Depan……………………………………………………………….....
Kata i
Pengantar……………………………………………………………….......
Daftar ii
isi………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar 1
Belakang…………………………………………………………….....
B. Rumusan 1
Masalah…………………………………………………………...
C. Tujuan…………………………………………………………………….... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Keadaan Kota Malang Tahun 1914..................................................... 3
B. Perkembangan Kota Malang Tahun 1917-1929................................. 6
C. Perkembangan Kota Malang Tahun 1930-1942................................. 10
DAFTAR 16
RUJUKAN…………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijabarkan secara spesifik mengenai latar belakang,
rumusan masalah, dan tujuan penulisan yang berkenaan dengan Pembangunan Di
Kota Malang Pada Masa Kolonial Tahun 1914-1942
A. Latar Belakang
Kota Malang merupakan sebuah kota kabupaten kecil di pedalaman yang
berada dibawah Karisidenan Pasuruan. Pembangunan prasarana secara bersar-
besaran di Jawa termasuk malang baru dimulai setelah tahun 1870, dengan
adanya pembangunan jalan kereta api pertama antara Surabaya hingga Malang
dibuat pada tahun 1876. Rel kereta api yang sejajar denga jalan masuk kota
Malang dan berhenti di stasiunn kota yang lama ini, berpengaruh besar terhadap
perkembangan kota. karena sesudah adanya rel kereta api, maka banyak rumah-
rumah orang Eropa yang dibangun di dekat rel kereta api tersebut. Jalan-jalan
darat yang menghubungkan antara Malang dengan daerah perkebunan
disekeliliingnya juga mulai dibuat. Bahkan antara Malang dengan kota-kota lain
seperti Blitar, Batu, dan Surabaya juga sudah ada. Secara geografis sesudah tahun
1900, Malang sudah bukan sebagai kota pedalaman yang terisolir lagi.
Malang juga dialiri oleh sungai. Masing-masing adalah sungai Berantas
yang mengalir dari Utara ke Selatan, sungai Bango dan Ampung. Yang
berpengaruh besar terhadap bentuk dan kota Malang adalah sungai Brantas. Tidak
seperti kota-kota pesisir yang biasanya merupakan muara dari sungai-sungai besar
seperti Surabaya, Semarang, dan Batavia, sungai Berantas yang melewati kota
Malang mempunyai lembah yang terjal sehingga sungai lebih berfungsi sebagai
batas kota dari pada urat nadi transportasi perdagangan kota. baru pada
tahun1920-an dengan dibentuknya pusat pemerintah baru di daerah alon-alo
bunder maka sungai Berantas yang dulunya sebagai batas kota. berubah menjadi
suatu yang membelah kota malang. Keadaan gografis lain juga sangat
menguntungkan kota Malang adalah letaknya cukup tinggi (450 m diatas
permukaan laut) sehingga kota ini menjadi satu-satunya kota yang berhawa dingin
di jtim. Selain itu Malang juga dikelilingi oelh gunung-gunung seperti: kawi,
Arjuna, Semeru, dan tengger yang memberikan suatu pemandangan indah pada
1
2
kotanya.Kota Malang sendiri sampai tahun 1914, berbentuk kosentris dengan pola
jelaja (grid) dan pusatnya adalah alon-alon yang dihubungkan dengan jalan-jalan
besar menuju ke luar kota. hal ini merupakan modal awal baik untuk
perkembangan lebih lanjut pada abad ke-20 untuk Kota malang.
Pada 1 April 1914 wilayah kota Malang ditetapkan sebagai wilayah “
Gemente” (kotomadya) dan berdirihnya Kotamadya Malang ( Anonymous, 2009).
Keputusan politik tersebut berdampak pada kelanjutan perkembangan kota
Malang yang dibangun dengan baik. Perkembangan kota malang saat ini
merupakan hasil dari perencanaan kota zaman kolonial oleh Ir. Herman Thomas
Karsten yang berperan sebagai konsultan perencanaan pengembangan kota.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka rumusan masalah yang diulas dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana keadaan kota malang tahun 1914 ?
2. Bagaimana perkembangan kota malang tahun 1917-1929 ?
3. Bagaimana perkembangan kota malang tahun 1930-1942 ?
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan sebagai berikut.
1. Menjelaskan keadaan kota malang tahun 1914 ?
2. Memamaparkan perkembangan kota malang tahun 1917-1929 ?
3. Menjabarkan perkembangan kota malang tahun 1930-1942 ?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
kota. Kemudia jalan kerata api, pada tahun 1914 ini sudah terdapat jalur kerta
yaitu dari jurusan Surabaya-Malang yang dihubungkan dengan 4 buah kerata api
(dua kali berangkat dari Malang dan dua kali berangkat dar Surabaya). Di sekitar
Malang pada kisaran tahun 1914 belum ada aluran listrik yang masuk, untuk
penerangan penduduk masih menggunakan gas dan minyak tanah, dan juga
saluran air bersih pun baru ada setelah tahun 1915 dengan hanya digunakan oleh
penduduk yang berada di daerah Eropa saja, saluran telepon juga msih dikelolah
oleh pihak swasta dengan 275 sambungan saja (nGalamediaLABS).
utama dalam pembangunan lima ini adalah Idjen Boulevard (Jl. Besar
Ijen) yang berorientasi arah utara–selatan. Setiap perpotongan dengan jalur
jalan yang membujur ke arah timur–barat, diakhiri dengan taman-taman.
Taman-taman tersebut ialah Smeroe Plein (pertemuan antara Smeroe
Straat dan Idjen Boulevard), Boering Plein (pertemuan antara Boering
Weg dan Idjen Boulevard), Idjen Plein pada akhir Idjen Boulevard dan
Tjerme Plein (pertemuan antara Tjerme Weg dan Boering Weg. Di
sepanjang jalan Ijen ini ditanami pula pohon palem berjajar dua.
6. Perluasan pembangunan kota tahap enam
Dilaksanakan rencana perluasan pembangunan kota tahap enam yang
terletak di bagian selatan kota (di sebelah selatan dari Alunalun Kota)
yaitu di daerah Sawahan. Daerah ini diperuntukkan sebagai kawasan
permukiman untuk golongan tingkat sosial menengah bawah (Suryorini,
2003: 90), daerah ini dinamakan Eilandenbuurt (daerah pulau-pulau)
karena namanama jalannya memakai nama pulau-pulau di Nusantara.
Daerah permukiman terletak di pinggir kota dengan dibatasi kawasan
emplasemen kereta api dan pasar Pecinan di sebelah timur, serta dibatasi
oleh Kali Sukun di sebelah baratnya. Sebagai pendukung kawasan
permukiman, maka di daerah ini dilengkapi dengan fasilitas pendidikan,
lapangan olahraga, rumah sakit (rumah sakit Katholik sekarang menjadi
Rumah Sakit Panti Waluyo), dan kompleks pemakaman.
7. Perluasan pembangunan kota tahap tujuh
pembangunan sebuah arena pacuan kuda untuk melengkapi fasilitas
olahraga kawasan Bergenbuurt. Saat ini bangunan arena pacuan kuda
tersebut sudah tidak ada dan menjadi kawasan permukiman, di sudut utara
area lapangan ini sekarang terdapat bangunan Kantor Pembantu Gubernur
Provinsi Jawa Timur.
8. Perluasan pembangunan kota tahap delapan
Pada tahun 1929 pihak gemeente dalam rencana pembangunan kota
menyediakan zone industri di dalam kota dan Zoning industri tersebut
diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar, maka untuk menunjang
kegiatan industri tersebut diperlukan suatu prasarana berupa jalur kereta
10
api. Pada rencana perluasan kota tahun 1935, daerah industri tersebut
diperluas dengan pembukaan kawasan baru di bagian utara kota di dekat
daerah Blimbing.
C. Perkembangan Kota Malang Tahun 1930-1942
Kondisi politik di Hindia Belanda pada tahun 1922 mengalami perubahan
dengan adanya reformasi pemerintahan. Dari kondisi tersebut dikeluarkanlah
undang-undang Bestuurshervomingswet pada tanggal 6 Februari 1922 melalui
Staatsblad No. 216 Tahun 1922, yang menghendaki penyelenggaraan
desentralisasi secara luas dan menyeluruh (Harsono, 1992: 59). Keadaan ini
menyebabkan pembubaran dewan-dewan wilayah dan perubahan status Gemeente
menjadi Staadsgemeente (melalui Staadsgemeente Ordenantie Tahun 1926) yang
memberikan wewenang lebih luas.
Selama kurun waktu 1929–1942 terdapat beberapa usaha pembangunan
kota sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini. Data-data tersebut dirangkum
dari “Perkembangan Kota Malang Tahun 1929–1940” dalam buku Perkembangan
Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang (Handinoto dan Soehargo, 1996:
97–114).
1. Rencana pembangunan perluasan kota melalui Geraamteplan
Pada bulan Mei 1929 walikota Malang diganti oleh Ir. E.A.
Voorneman (Wirjosoedibjo, Ali, dan Dalidd, 1954: 20). Keadaan Kota
Malang pada waktu itu terjadi spekulasi tanah besar-besaran yang meliputi
seluruh daerah yang tersedia bagi golongan Eropa walaupun pada tahun-
tahun sebelumnya telah diletakkan suatu rencana-rencana perkembangan
kota. Walikota baru ini pada tahun yang sama mengeluarkan suatu rencana
yang disebut Geraamteplan untuk Kota Malang (secara harfiah berarti
Rencana Kerangka yang kira-kira sama artinya dengan Ouline Plan).
Tujuan dari tindakan ini ialah menguasai tanah-tanah yang diperlukan
untuk perluasan kota dengan bantuan biaya dari pemerintah pusat melalui
Bijblad (Lampiran Lembaran Negara) No. 11272.
Geraamteplan Kota Malang ini disajikan dalam bentuk piktorial
berupa peta rencana. Peta tersebut pada dasarnya merupakan sketsa kasar
pembangunan beberapa lingkungan baru beserta pembangunan beberapa
11
jalan baru. Selain itu dicantumkan pula daerah untuk industri, perumahan
rakyat (berupa pembangunan kampung maupun pembangunan rumah tipe
vila), lapangan olahraga, dan sebuah usulan pembangunan lapangan
terbang.
Geraamteplan yang diajukan oleh pemerintah kota pada tahun
1929 tersebut, ditolak oleh pemerintah pusat karena dianggap tidak jelas
dan kurang terperinci. Pemerintah pusat memberi waktu dua tahun bagi
pemerintah Kota Malang untuk melengkapi dan memperbaiki usulan
geraamteplannya. Untuk menangani hal-hal tersebut pemerintah Kota
Malang mengangkat seorang ahli perencana kota yaitu Ir. Herman Thomas
Karsten yang telah membantu pihak gemeente sejak pelaksanaan rencana
perluasan pembangunan kota tahap II (Bouwplan II) pada tahun 1920.
Oleh sebab itu, mulai Agustus 1929 Karsten menjadi penasihat resmi
(asdviseur) Kota Malang dalam perkembangan dan perencanaan kota.
(Kurniawan, 2006: 59-60)
Selama pengerjaannya ternyata rencana tersebut mengalami
perubahan dikarenakan pertambahan penduduk yang meningkat pesat
sehingga diperlukan suatu pemekaran wilayah kota, maka hal inipun harus
dimasukan ke dalam rencananya. Masalah tersebut mendorong
dikeluarkannya Rencana Tambahan Global oleh Karsten pada tahun 1935.
termasuk dalam rencana tersebut kota kecil Blimbing yang letaknya sangat
dekat dengan batas utara Kota Malang, yang lambat laun menjadi satu
wilayah dengan Kota Malang. Karsten menamakan proses ini sebagai
Pembentukan Kota Depan. (Kurjiawan, 2006: 60)
2. Rencana tambahan global Kota Malang tahun 1935
Menurut Kurniawan, 2006 dalam perencanaan tersebut Karsten membagi
wilayah kota menjadi lingkungan-lingkungan dengan tujuan/peruntukan
tertentu, yaitu daerah yang diperuntukkan bagi bangunan/gedung, daerah
untuk industri dan agraris, daerah untuk jalan/lalu lintas kota, dan daerah
untuk penghijauan (termasuk taman dan pemakaman).
a. Daerah untuk bangunan atau gedung
12
15
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2009. Rencana Induk Tata Ruang Kota Malang Tahun 2001-2011.
Dinas Badan Perencanaan Kota Malang.
Baskara, Medha. ______. Kota Malang-Kota Taman Specifiek Indonesische.
Universitas Brawijaya.
Cahoyono, D. 2007. Malang Telusuri Dengan Hati, Malang: Inggil Documentary
Handinoto. ______. Perkembangan Kota Malang Pada Jaman Kolonial (1914-
1940). Universitas Kristen Petra Surabaya.
Handinoto dan Paulus H. Soehargo. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur
Kolonial Belanda di Malang. Yogyakarta: Andi.
Harsono. 1992. Hukum Tata Negara: Pemerintahan Lokal dari Masa ke Masa.
Yogyakarta: Liberty.
Kurniawan, J. 2006. PERKEMBANGAN KOTA MALANG 1914–1942: Kajian
Atas Intervensi Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.
Universitas Gadjah Mada
nGalamediaLABS. 2013. Kota Malang Pada Tahun 1914. Online
(http://ngalam.id/read/3711/kota-malang-pada-tahun-1914/).
Diakses pada 03 Oktober 2018.
Suryorini, Ana Christalina S. 2003. Penerapan Konsep Garden City Dalam
Perencanaan Kota dan Pemukiman di Kota Malang. Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.
Wirjosoedibyo, Gapar, Ibnoe Ali, dan Moeslim Dalidd. 1954. Empat Puluh Tahun
Kota Malang. Malang: Panitya Peringatan 40 tahun Kota
Malang.
Yuliati. _____. Sistem Pemerintahan Wilayah Malang Pada Masa Kolonial.
Universitas Negeri Malang.
16