Anda di halaman 1dari 39

BEDAH KARYA

KOTA SEMARANG
ARSITEKTUR KOTA
KELOMPOK 1

1.Mochammad Reza Rachmat (41218120044)


2.Ryan Gilang (41218120007)
3.Nana Aditya (41218120004)
4.Bagas Ady Pangestu (41218120029)
5.Aqidon Noor Khafid (41218120048)
SEJARAH AWAL BERDIRINYA KOTA
SEMARANG
s 01
SEJARAH PENTING YANG TERJADI DI
KOTA SEMARANG
02
PERKEMBANGAN TATA KELOLA KOTA
03
KONDISI PEMERINTAHAN SAAT INI DAN
KELOLANYA & RENCANA KE DEPANNYA
04
SEJARAH KOTA SEMARANG
Kota Semarang di pantai utara pulau Jawa berasal dari
abad ke-6, ketika Pragota, juga bagian dari kerajaan
kuno di Indonesia, adalah wilayah pesisir kerajaan
Mataram kuno. Luas wilayah dengan total 373,70 km3
memiliki 2 juta jiwa. Ini menjadikannya kota keenam di
Indonesia dengan jumlah penduduk tertinggi dan
setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan, kota
terbesar di Indonesia. Di masa lalu, kota Semarang
adalah kota pelabuhan yang besar dan berkembang
selama era kolonial Belanda dan masih merupakan
area utama untuk urusan maritim.
Sejarah Semarang di Kerajaan Indonesia Lama

Sejarah awal berdirinya kota Semarang dimulai pada masa


ketika daerah ini masih menjadi bagian dari kerajaan Mataram
kuno. Pada saat itu, wilayah Semarang, yang masih dikenal
sebagai Pragota, adalah daerah pelabuhan khusus, di
depannya adalah sekelompok pulau-pulau kecil yang mulai
bersatu dan membentuk daratan karena sedimentasi. Bagian
ini kemudian menjadi daerah yang lebih dikenal sebagai
Semarang Bawah. Pelabuhan yang dulunya besar ini
diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu saat ini dan meluas
ke daerah Pelabuhan Simongan, di mana Cheng Ho 1435
pernah menumpahkan kapal dan armadanya. Pada titik ini,
Cheng Ho juga membangun masjid dan kuil, yang masih aktif
dikunjungi oleh masyarakat dan bernama Kuil Sam Po Kong,
yang berarti “bangunan batu”.
Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I) tiba-tiba digunakan oleh
Kerajaan Demak pada akhir abad ke-15 sebagai penyebar agama Islam.
Ketika Made Panda tiba, wilayah Pragota tempat dia berkhotbah menjadi
semakin subur seiring waktu. Selama masa subur ini, sebuah pohon
asam dengan warna seperti arang, yang orang Jawa disebut Asem Arang,
muncul, dan ini menyebabkan Pragota mengganti namanya menjadi
Semarang, meskipun pada awalnya hanya sebutan atau nama panggilan
untuk daerah tersebut. Pendiri desa pertama di wilayah ini, Made
Pandan, bernama Kyai Ageng Pandan Arang I dan diangkat sebagai
Direktur Regional. Ketika dia meninggal, kepemimpinan mengubah
tangan putranya dan menerima gelar Pandan Arang II dan kemudian
gelar lainnya seperti Sunan Bayat, Ki Ageng Pandanaran, Sunan
Pandanaran II atau bahkan hanya Sunan Pandanaran.
Perkembangan Semarang selama masa pemerintahan Pandan Arang II
mulai berubah secara dramatis, dan perubahan ini menarik perhatian
salah satu pejabat Pajang, Sultan Hadiwijaya. Mengingat daerah
Semarang telah memenuhi persyaratan untuk perbaikan daerah.
Semarang kemudian diangkat sebagai bupati pada 2 Mei 1547,
bertepatan dengan ingatan akan hari ulang tahun Nabi Muhammad.
Ratifikasi Sultan Hadiwijaya atas daerah tersebut menjadi Kabupaten
setelah lama berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga, yang kemudian
dinyatakan pada 2 Mei sebagai hari berdirinya kota Semarang.

Pada 1678, yang berasal dari Mataram Amangkurat II berjanji untuk


memberikan VOC Semarang. Perjanjian ini dibuat oleh Amangkurat untuk
melunasi utangnya. Hingga tahun 1705, Semarang sebenarnya diberikan
sebagai hadiah kepada VOC, setelah membantu Pakubuwono I
menangkap Kartasutra. Sejak saat itu Semarang menjadi kota yang
dimiliki oleh VOC, yang kemudian menjadi pemerintah Belanda di Hindia
Timur. Pada tahun 1906 oleh Stanblat No. Setelah membentuk
pemerintahan kota besar dengan Burgemeester sebagai pemimpin, ia
terus mengikuti Belanda sebelum kepemimpinannya berakhir pada
tahun 1942 karena Jepang tiba di Indonesia.
Kebijakan yang telah diterapkan oleh kota Semarang akhirnya berubah setelah dimulainya
pendudukan Jepang di Indonesia, karena kepemimpinan regional diubah dari Jepang
menjadi di bawah kepemimpinan militer Jepang (Shico) di perusahaan dua perwakilan
(Fuku Shico Salah satunya adalah orang Jepang dan yang lain adalah orang dari
Indonesia. Tak lama setelah Deklarasi Kemerdekaan 15-20 Oktober 1945, beberapa
tentara Jepang di Semarang bersikeras untuk tidak mengalihkan kendali kota ke pasukan
kemerdekaan. Akhirnya, perang, yang disebut pertempuran lima hari, merenggut
beberapa korban, dan salah satu dari mereka yang meninggal adalah seorang dokter
muda berbakat bernama Dr. Kariadi dulu. Tokoh penting dalam perang ini adalah:
DR. Kariadi Dokter
muda yang bermaksud memeriksa cadangan air ketika muncul berita bahwa Jepang berencana untuk
meracuni cadangan air. Dia masih ingin pergi, meskipun istrinya telah meminta untuk tinggal di rumah.

Tuan Wongsonegoro
Pada saat ini, Bapak Wongsonegoro adalah gubernur yang dipilih untuk wilayah Jawa Tengah. Dia
ditangkap oleh pasukan Jepang.

Dr. Sukaryo & Sudanco Mirza Sidharta


Keduanya bersama dengan Tuan Wongsonegoro lebih lanjut menjadi korban penangkapan Jepang.

Mayor Kido
Pemimpin Kidobutai saat itu yang merupakan Pusat Kidobutai di Jatingaleh.

Kasman Singodimejo
Mengirim perwakilan untuk menjembatani gencatan senjata. Jenderal Nakamura Tahanan jenderal TKR
di Magelang.
Sejarah Perkembangan Kota
Semarang
Kota Semarang Masa Penjajahan

Kondisi kota Semarang di bawah kolonialisme Belanda


cukup pesat perkembangannya dengan dibangunnya
berbagai kepentingan Belanda. Misalnya sarana dan
prasarana perkotaan seperti jalan, transportasi kereta api,
pasar-pasar dan sebagainya. Hal ini terbukti pada tanggal
16 Juni 1864 dibangun jalan kereta api (rel) pertama di
Indonesia. Dimulai dari Semarang menuju Kota Solo dan
Kedungjati, Surabaya dan ke Magelang serta Yogyakarta
kemudian dibangun 2 stasiun kereta api yang masih ada
sekarang yaitu Tawang dan Poncol.
Pada abad ke XIV, Belanda juga mendirikan Pelabuhan Tanjung
Emas. Pelabuhan Tanjung Emas ini dikatakan memiliki fungsi
strategis sebagai pusat perdangangan nasional dan
internasional (The World Market 1870-1900). Pelabuhan Tanjung
Emas bukan hanya sebagai pusat perdagangan import-ekspor,
tetapi juga sebagai jalur masuk barang-barang dari Eropa yang
dipasarkan akan dipasarkan di Jawa dan Indonesia.
Pada sekitar abad 18, Kota Semarang menjadi pusat
perdagangan. Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut
Kawasan Kota Lama. Pada masa itu, untuk mengamankan
warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng,
yang dinamai benteng VIJHOEK.Untuk mempercepat jalur
perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka
dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya
dinamai HEEREN STRAAT. Saat ini bernama Jl. Let. Jen
Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai
saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut DE ZUIDERPOR.
Sesuai dengan aspek yang mempengaruhi
perkembangan kota, faktor internal yaitu
aktivitas perdagangan dan perindustrian di
kota Semarang telah memberikan pengaruh
dalam perubahan fisik spasial kota, dengan
terbentuknya pusat kota yang dikenal dengan
nama Alun-alun. Ketika masa kolonialisme,
Alun-alun dijadikan pusat administrasi
Kolonial Belanda dan pusat perdagangan.
Periodesasi yang digunakan untuk mengkaji morfologi
Perkembangan kotalama Semarang dibagi menjadi tiga periode.
Periode pertama adalah tahun 1700-1800an dimana
Morfologi Kotalama masa ini merupakan titik awal pembangunan kotalama
Semarang. Periode kedua adalah periode tahun 1800-
Semarang 1900an seorang perancang kota asal Belanda yaitu
Karsten membuat sebuah townplan untuk Semarang
yang mempengaruhi Kotalama Semarang secara
signifikan. Periode terakhir adalah tahun 1900-2000an
yaitu momen dimana Kotalama Semarang yang
ditinggalkan dan kemudian direvitalisasi oleh
pemerintahan Semarang untuk dikembangkan menjadi
kawasan pariwisata kotalama Semarang. Ketiga
periodesasi tersebut merupakan titik-titik momentum
perubahan orientasi Kotalama Semarang yang
awalnya berorientasi ke kanal kemudian berubah ke
Gereja Blenduk sebagai pusat pemerintahan hingga
akhirnya Gereja Blenduk berkembang menjadi
landmark dari Kotalama Semarang.
Periode 1700-1800an
Pembangunan Kotalama Semarang
bermula pada akhir tahun 1700an hingga
awal tahun 1800an. Kotalama Semarang
awalnya merupakan sebidang blok
kawasan yang dihadiahkan oleh
Pemerintahan kepada VOC atas
bantuannya. VOC melihat bahwa
Semarang memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi kawasan
perdagangan karena berada didekat
sungai dan pelabuhan. Pada periode
inilah VOC membangun Kotalama
Semarang menjadi kawasan
perdagangan, sehingga orientasi kotalama
Semarang pada periode ini adalah sungai.
Kota perdagangan ini kemudian dilengkapi
oleh VOC dengan jaringan kanal dan
pengembangan pelabuhan untuk menunjang
kegiatan utama kota yaitu perdagangan.
Fasilitas lain yang disediakan oleh VOC
untuk meningkatkan citra kawasan Kotalama
Semarang sebagai kota perdagangan adalah
dengan membangun Benteng untuk sistem
keamanan.
Berdasarkan temuan bentuk perkembangan
kawasan Kotalama Semarang pada periode
awal ini, dapat dilihat pola bentuk kota
kawasan Kotalama Semarang adalah bentuk
bujur sangkar dengan pola pembagian solid
voidnya secara grid. Pola grid dan bujur
sangkar memang menjadi identitas arsitektur
kolonial (Eropa) pada masa itu.
Periode 1800-1900an
Kotalama Semarang mengalami masa pembangunan yang signifikan pada
periode ini. Orientasi kota yang awalnya dikembangkan menjadi kota
perdagangan akhirnya direncanakan ulang oleh Karsten menjadi kota Praja
Kota Praja adalah kota yang melepaskan diri dari Kabupaten dan menjadi
kota sendiri (kota di dalam kota).
Pada periode ini Kotalama Semarang dikembangkan menjadi kota pemerintahan
dan pemukiman elit Eropa. Pergeseran fungsi kotalama dipengaruhi oleh dua
faktor dominan yaitu faktor Ekonomi dan Politik. Faktor ekonomi yang mulanya
merupakan perdagangan berorientasi ke sungai dan kanal bergeser menjadi
perdagangan yang berorientasi kebangunan atau didalam bangunan. Pergeseran
ini kemudian memicu munculnya kantor-kantor pelayanan perdagangan di
Kotalama Semarang. Pengaruh faktor politik dalam perkembangan kotalama
Semarang pada periode ini dapat dilihat pada munculnya Gereja Blenduk dan
kantor-kantor pemerintahan.
Perkembangan kotalama Semarang menjadi kota
modern juga ditandai dengan pembangunan jaringan
kereta api sebagai fasilitas penunjang kebutuhan
militer dan pemerintahan. Berdasarkan kronologi
perkembangan diatas, maka pola Kotalama Semarang
yang awalnya dirancang dengan pola bujur sangkar
dengan komposisi pembagian solid voidnya secara grid
berkembang menjadi pola persegi Panjang dengan
menghancurkan benteng Vijfhoek dan merubahnya
menjadi jaringan jalan.

Orientasi kota pada periode ini juga berubah


menjadi terpusat di Gereja Blenduk yang
merupakan pusat pemerintahan pada masa ini. Hal
ini menyebabkan pada periode ini Gereja Blenduk
berperan sebagai nodes (titik aktifitas) masyarakat
eropa pada masa itu.
Periode 1900-2000an
Pada periode ini kotalama Semarang sudah mulai mengalami penurunan
eksistensinya sebagai kawasan pemukiman Eropa. Penurunan ini diawali
dengan berhentinya pembangunan dikawasan ini akibat Penjajahan
Jepang. Pada
masa penjajahan jepang, bangsa eropa yang tinggal dikawasan
kotalama mulai migrasi ke negara asal mereka. Fungsi-fungsi
perkantoran dan pemukiman berubah menjadi barak tentara jepang.
Pada akhir penjajahan jepang kotalama semarang menjadi kota mati
akibat ditinggalkan. Tahun 2000 pemerintahan Semarnag menetapkan
kotalama sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi dan di
fungsikan kembali sebagai kawasan pariwisata.
Pergeseran fungsi sebagai kawasan pariwisata ini tidak mempengaruhi
morfologi kotalama semarang secara signifikan. Pengaruh yang dapat
dilihat adalah penambahan elemen- elemen kota dan perbaikan fisik
(fasade, pedestrian ways, ruang jalan, street furniture dan sebagainya).
Morfologi pada periode ini dapat dilihat sebagai
berikut.

Berdasarkan peta morfologi diatas dapat dilihat


bahwa pola bentuk kota dari kotalama semarang
pada periode 1900-200an adalah berbentuk
Square dengan pola pembagian solid dan
voidnya ,asih memegang pola grid.

Orientasi kawasan tetap mengacu pada Gereja


Belenduk sebagai landmark kawasan. Perannya
sebagai landmark menyebabkan Gereja Blenduk
kembali berperan
sebagai nodes seperti
pada periode 1800-
1900. Peran nodes ini
kemudian dipertegas
oleh pemerintah
Semarang dengan
penambahan fungsi
open public space
berupa taman kota
yang menjadi titik
aktifitas masyarakat.
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari proses analisis morfologi kawasan kotalama
semarang adalah sebagai berikut.
Perkembangan morfologi Kotalama
Semarang dalam 3 periode dapat dilihat
sebagai berikut :
Periode 1800-1900 pola kota masih tetap dipertahankan yaitu
bujur sangkar namun benteng yang menjadi pembatas kawasan
telah dihancurkan. Nodes kawasan berupa Gereja Blenduk.
Periode 1900-2000 pola kota masih tetap bujur
sangkar, perubahan signifikan yang terjadi adalah
pemecahan beberapa persil bangunan.
Kondisi Pemerintahan saat ini dan
tata Kelola Kota Semarang &
Rencana Kota kedepannya
KOMPAS.com -  Jelang ulang tahun yang ke-472, Kota
Semarang di bawah kepemimpinan Wali kota Hendrar
Prihadi, memperoleh meraih prestasi kinerja tertinggi
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) tahun 2017 dari pemerintah pusat.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri dalam
negeri (Mendagri), Tjahyo Kumolo kepada Wali Kota
Semarang yang diwakili Camat Tugu, Anton
Siswantono. Penyerahan itu berlangsung pada
peringatan Hari Otonomi Daerah ke XXIII Tahun 2019
di Stadion Gelora Diponegoro Banyuwangi, Kamis
(24/4/2019).
Perlu diketahui, raihan penghargaan tersebut merupakan kali ke-5 yang ditorehkan
Pemerintah Kota Semarang sejak tahun 2013. Hal ini menunjukkan kinerja Wali kota
Semarang bersama jajarannya selama ini telah berhasil memenuhi ekspektasi
masyarakat dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab.
Perlu diketahui, raihan penghargaan tersebut
merupakan kali ke-5 yang ditorehkan Pemerintah Kota
Semarang sejak tahun 2013. Hal ini menunjukkan
kinerja Wali kota Semarang bersama jajarannya selama
ini telah berhasil memenuhi ekspektasi masyarakat
dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersih
dan bertanggung jawab. Adapun indikator penilaian
dalam penghargaan tersebut di antaranya adalah
Pengambil Kebijakan, Pelaksanaan Urusan
Pemerintahan, serta Pelaksana Kebijakan seluruh
perangkat daerah. Usai menyerahkan penghargaan,
Tjahjo Kumolo menyebutkan bahwa untuk mewujudkan
Di tempat terpisah, Wali kota Semarang pelaksanaan otonomi daerah yang baik, Pemerintah
Hendrar Prihadi menyebutkan bahwa telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 13
penghargaan ini didedikasikan kepada Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi
masyarakat. Hendi sapaan akrab wali kota Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. “Dengan
menyampaikan bahwa pihaknya bersama melaporkan LPPD dan mempublikasikan Ringkasan
seluruh jajaran Pemkot Semarang terus LPPD kepada masyarakat, dapat terlihat bagaimana
berkomitmen untuk mewujudkan capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintah daerah
pemerintahan yang bersih, transparan dan selama satu tahun sebagai perwujudan transparansi
bertanggung jawab dan akuntabilitas,” tuturnya.
Perubahan Tata Ruang Kota Semarang Melalui Program
Semarang Setara & Hebat
Menurut Kaiser dan Godschalk (1995)
Melalui program Semarang Setara disebutkan bahwa sebuah perencanaan
yang dicanangkan oleh pemerintah yang komprehensif memegang peranan
daerah Kota Semarang yang kemudian penting dalam mengatur sebuah kota,
dilanjutkan dengan program Semarang sedangkan perencanaan yang baik harus
Hebat, menjadikan Kota Semarang kini mampu mencangkup seluruh aspek seperti
mengalami banyak perubahan terutama keadilan lingkungan, kualitas hidup,
dibidang infrastruktur dan juga tata ruang pengembangan ekonomi, ketahanan
bangunannya. terhadap bencana, transportasi yang efektif
Dalam proses perkembangan sebuah dan efisien, pembiayaan infrastruktur, dan
kota, tidak akan bisa lepas dari penataan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
ruang. Sehingga diperlukan suatu pengembangan kota. Kebutuhan
kebijakan yang mantap untuk mengatur infrastruktur kota yang berhadapan dengan
segala sesuatu bidang yang memiliki keterbatasan daya tampung kota menjadi
kaitan dengan kesejahteraan sebuah permasalahan yang harus
masyarakat. diselesaikan dalam sebuah dokumen tata
ruang kota. ibandingkan den
Perubahan Tata Ruang Kota Semarang Melalui Program
Semarang Setara & Hebat

Dibandingkan dengan ibukota provinsi yang ada di Pulau Jawa, Meskipun pada program Semarang Setara
Kota Semarang memang belum dapat bersanding dengan kota-kota lebih difokuskan pada kesejahteraan
besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. masyarakat, pemerintah sudah mulai
membenahi dan membangun beberapa
Walaupun pembangunan Kota Semarang sudah berjalan baik infrastruktur seperti pembenahan
namun dalam beberapa bidang dirasakan masih perlu peningkatan, jembatan penyebrangan, pembuatan
sehingga dapat disejajarkan dengan metropolitan lainnya. Adapun shelter yang nantinya digunakan untuk
program-program yang dilaksanakan guna mewujudkan Semarang pemberhentian bus BRT, dan sebagainya.
Setara dengan memprioritaskan "SAPTA PROGRAM" yang terdiri
dari Penanggulangan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran,
Penanggulangan Rob dan Banjir, Peningkatan Pelayanan Publik,
Tata Ruang dan Infrastruktur, Kesetaraan dan Keadilan Gender,
Pendidikan, serta Kesehatan.
Perubahan Tata Ruang Kota Semarang Melalui Program
Semarang Setara & Hebat

Dalam pengelolaan pembangunan, diketahui Kota Hal ini bertujuan untuk menahan air laut naik ke
Semarang melakukan kerjasama dengan negara-negara daratan. Waduk Jatibarang yang dulunya hanyalah
Uni Eropa seperti pengolahan gas metan di Tempat waduk, sekarang dijadikan sebagai tempat wisata
Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang yang yang berdekatan dengan Goa Kreo. Kita dapat
berkerjasama dengan Pemerintahan Kerajaan Denmark. mengelilingi waduk tersebut dengan menggunakan
Selain itu, adapula kerjasama dalam penanggulangan speedboat atau kita dapat menikmati panorama
banjir rob dengan pemerintahan Belanda. Direncanakan danau diatas jembatan menuju goa.
tahun ini akan dibangun Tanggul Laut sepanjang pesisir
utara Kota Semarang, yang juga nantinya akan
digunakan untuk jalan tol Semarang-Demak.
Perubahan Tata Ruang Kota Semarang Melalui Program
Semarang Setara & Hebat Terlihat sudah banyak pembangunan yang telah
dikerjakan untuk menarik wisatawan mulai dari
Pemerintah juga membenahi masalah-masalah kemacetan pembetulan Lawang Sewu, pembenahan jalan-
yang ada di Kota Semarang dengan memperluas dan jalan di Kota Lama atau orang-orang sering
memperbaiki titik-titik tertentu seperti perluasan sepanjang menyebutnya dengan Little Netherland, hingga
Jalan Majapahit, pembangunan Jembatan Kartini guna pemasangan Semarang Bridge Fountain di
mengurangi kemacetan di Jalan Medoho menuju Masjid Banjir Kanal Barat. Trotoar hingga taman juga
Agung Jawa Tengah, pembangunan Jalan Layang diatas dibenahi dengan penanaman ulang tumbuhan-
bundaran Kalibanteng dan Jatingaleh tumbuhan serta dipasangi lampu-lampu
berwarna agar terlihat indah dimalam hari.
Juga perubahan Taman KB menjadi Taman
Untuk saat ini fokus pemerintah Semarang ingin membangun Indonesia Kaya di Jalan Menteri Supeno.
kerjasama dengan negara-negara maju didunia untuk
pengembangan pariwisatanya. Hendi berharap, masyarakat
Uni Eropa dapat berkunjung dan melihat keindahan Kota
Semarang sehingga ketika orang-orang berkunjung ke
Indonesia, tidak hanya mengunjungi Bali tapi juga ke
Semarang.
Kota Semarang memiliki Luas 373,70 km atau 37.366.836 Ha
terdiri dari 16 kecamatan dan 117 kelurahan. Penduduknya sangat
heterogen terdiri dari campuran beberapa etnis, Jawa, Cina, Arab
dan Keturunan. Juga etnis lain dari beberapa daerah di Indonesia
yang datang di Semarang untuk berusaha, menuntut ilmu maupun
menetap selamanya di Semarang.

Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, kemudian


berikutnya adalah Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Mata
pencaharian penduduk beraneka ragam, terdiri dari pedagang,
pegawai pemerintah, pekerjaan pabrik dan petani.
Kendati warganya sangat heterogen, namun kehidupan sosial
masyarakat Kota Semarang sangat damai. Toleransi kehidupan
umat beragama sangat dijunjung tinggi. Inilah faktor yang sangat
mendukung kondisi keamanan sehingga Semarang menjadi kota
Indonesia yang sangat baik untuk pengembangan investasi dan
bisnis.
Sebagai kota Metropolitan dan ibu kota propinsi Jawa Tengah,
Semarang juga memiliki fasilitas yang sangat memadai. Disini
terdapat fasilitas pelabuhan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas perbelanjaan, kawasan bisnis, dll.

Kota Semarang nampaknya akan terus berkembang, selain


sebagai kota perdagangan juga menjadi kota jasa pariwisata. Oleh
karena itu, di Semarang terus bertumbuh hotel-hotel dari kelas,
melati hingga bintang. Perkembangan menjadi kota jasa itu akan
ditunjang sarana transportasi udara dengan Bandara Ahmad Yani
yang ditingkatkan statusnya menjadi Bandara Internasional,
maupun transportasi darat berupa Kereta Api (KA) dan bus
dengan berbagai jurusan.
Strategi Pengembangan e-government di Kota Semarang

1.Suprastruktur e-government

2. Infrastruktur jaringan

3.Infrastruktur informasi

4.Infrastruktur aplikasi

5.Manajemen strategi yang digunakan


1.Suprastruktur e-government

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menuntut


adanya unsur cepat, murah, dan mudah memberikan dampak kepada
semua sektor. Hal tersebut yang kemudian berpengaruh kepada tata
kelola pemerintahan. Salah satu perubahan tersebut adalah digitalisasi
pelayanan publik.

Perubahan tersebut yang kemudian mengubah proses birokrasi yang


mengaruskan tatap muka menjadi digital. Artinya, terdapat peningkatan efisiensi
pelayanan publik dalam bidang administrasi publik, masyarakat, dan bisnis.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-Government, maka setiap kepala daerah
menentukan strategi terlaksananya pengembangan E-Government di daerah
masing-masing.
Adapun tujuan daripada strategi tersebut adalah:

a. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya,


serta terjangkau oleh masyarakat luas.
b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintahan dan
pemerintah daerah otonom.
c. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara
optimal.
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha.
e. Mengembangkan kapasitas SDM dengan meningkatkan e-literacy
masyarakat.
f. Melaksanakan pengembangan egovernment secara sistematik
sehingga realistik dan terukur.
DAFTAR PUSTAKA

Pacione, Michael. 2005. Urban Geography : A Global Perspective. Routledge: New York.

Kurniawati, Feri. 2010. Skripsi Perkembangan Struktur Ruang Kota Semarang Periode 1960-2007. UMY : Surakarta.

Thian, Joe. Liem.2004. Riwayat Semarang. Jakarta: Hasta Wahana

http://www.dephub.go.id/files/media/file/25%20pelabuhan/Tanjung%20Emas.pdf

http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2007/05/Technical%20and%20Socio-Economics.pdf

http://eprints.undip.ac.id/5945/1/73-adji_m.pdf

http://semarangkota.go.id/p/33/profil_kota

https://regional.kompas.com/read/2019/04/25/17385671/kota-semarang-raih-prestasi-kinerja-tertinggi-pemerintahan-daerah

https://www.kompasiana.com/sekarkurniaa8325/5d0e08c10d82303c981a6362/perubahan-tata-ruang-kota-semarang-melalui-program-semarang-
setara-semarang-hebat?page=2
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai