Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH KOTA SEMARANG

Secara garis besar sejarah Kota Semarang sebagai berikut :

PERIODE SEBELUM TAHUN 900


Wilayah Semarang pada saat itu masih termasuk kaki gunung Ungaran di Pantai utara
Jawa. Garis pantai meliputi daerah Mrican, Mugas, Gunungsawo, Gajah Mungkur bagian selatan,
Karangkumpul bagian atas, Sampangan, Simongan, Krapyak dan Jrakah.
Pada masa itu di Jawa Tengah terdapat kerajaan Hindia yaitu Bhumi Mataram dan
Cailendra yang terletak di pedalaman dan mempunyai pelabuhan laut antara lain Ujung Negara
(Batang), Semarang, Keling, Jepara dan Juwono.
Melalui Pelabuhan-pelabuhan tersebut kerajaan Hindia Mataram mampu mencapai
puncak kejayaannya ditandai dengan peninggalan berupa candi-candi besar yang sekarang ini
masih dapat dilihat.

PERIODE TAHUN 900 - 1700


Dengan terbentuknya kerajaan Demak Pajang, Semarang mulai dikenal, ditandai dengan
munculnya pedukuhan-pedukuhan besar yang merupakan pemukiman yang dikuasai ajar
(pimpinan Ritus Hindu), antara lain Gisik Drono, Wotgalik, Gajah Mungkur, Sejonilo dan
Gunung Batu.
Saat itulah Pangeran Made Pandan atau Sunan Pandanaran Pertama ditunjuk oleh
pemerintah kerajaan Demak untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Bergota dan
waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela sela kesuburan itu tumbuhlah pohon asam
yang berjarak antara satu sama lain jarang jarang (disebut Asem Arang). Sehingga memberikan
gelar atau nama daerah itu yang kemudian menjadi Semarang.
Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai
Pandan Arang Pertama. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang
bergelar Pandan Arang Kedua (atau Sunan Tembayat). Di bawah pimpinan Pandan Arang
Kedua wilayah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhan yang meningkat sehingga
menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari kesultanan Pajang. Juga karena persyaratan
peningkatan daerah dapat dipenuhi, diputuskan untuk menjadikan semarang setingkat dengan
kabupaten.
Pada tanggal 2 mei 1547 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 12
Rabiul Awal tahun 954 H Semarang disahkan oleh Sultan Hadiwijaya dan ditetapkan sebagai
hari jadi kota Semarang.
Seiring dengan jatuhnya pajang ke tangan kesultanan Mataram, wilayah Semarang pada
tanggal 15 januari 1678 Amangkurat Dua dari kesultanan Mataram di Kartasura menggadaikan
Semarang dan sekitarnya kepada VOC sebagai bagian pembayaran hutangnya. Dia mengklaim
daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas.
Dalam perkembangannya , kemudian VOC membuat pemukiman menurut kelompok
etnisnya, antara lain muara kali Semarang untuk pemukiman orang Belanda dan Melayu,
sekitar jalan Raden Patah untuk orang-orang Cina dan sepanjang kali Semarang ditempati oleh
orang-orang Jawa.
Fasilitas sosial yang berupa masjid, pusat pemerintahan kabupaten dan benteng
pertahanan Belanda di muara Kali Semarang. Setelah tidak di bawah pemerintahan Kasunanan
Surakarta, tahun 1618 Semarang berada di bawah kekuasaan Belanda karena letaknya yang
strategis fungsi dominan Semarang berubah menjadi daerah pertahanan militer dan
perniagaan Belanda (VOC).

PERIODE TAHUN 1700 - 1906


Kawasan Semarang telah mulai menampakkan dirinya sebagai bentuk kota. Wilayah
pemukimannya semakin luas dengan munculnya Kampung Jawa di Kaligawe, Pengapon dan
Poncol, kampung Cina di Bubakan, kampung Melayu di Mlayudarat dan lebih nampak lagi
ketika Belanda membangun Kota Benteng Segi Lima “Vijfhoek”.
Benteng inilah inti pengembangan Kota Semarang yang terletak di sekitar Jl. Raden Patah
dan merupakan perluasan Benteng Lima Ujung di Sleko.
Sedang kehidupan sosial masyarakat Semarang masa itu didominasi oleh kegiatan
perniagaan dan pertahanan militer Belanda, dengan fasilitas sosial seperti masjid, klenteng,
pasar dan jalan lingkungan. Jalur transportasi masih menggunakan alur Kali Semarang dan
cabang-cabangnya.
Semarang menjadi lebih berkembang lagi dengan adanya kegiatan pemindahan
pertahanan militer Belanda dari Jepara ke Semarang pada tahun 1708. Hal ini menjadikan
perubahan status, fungsi fisik serta kehidupan sosial Semarang. Dari sinilah VOC mulai
menjadikan Semarang sebagai pusat kegiatan politik kolonialnya sekaligus kota kedua setelah
Batavia, dengan memindahkan benteng dan kantor-kantor dagangnya dari Jepara ke Semarang.
Pertengahan abad 18 perkembangan kawasan Semarang makin pesat, ditandai dengan
tumbuhnya perkantoran-perkantoran Pemerintah Belanda, kantor dagang, fasilitas-fasilitas
sosial dan lain lain di dalam benteng Belanda tersebut.
Wilayah benteng Belanda mulai dibangun menjadi kota benteng dengan lima ujung
pertahanan dan di dalamnya dibangun jalan dengan pola Grid iron. Sedangkan kawasan di
luarnya menjadi daerah hinterland.
Dengan demikian pemerintah terbagi dua, wilayah benteng gubernur Belanda dan
wilayah hinterland oleh pribumi. Kondisi ini menjadi fungsi kota Semarang semakin jelas,
sebagai kota administrasi pemerintah untuk wilayah Jawa Utara, kota niaga dan kota
pertahanan militer.
Untuk mengantisipasi perkembangan kota, tembok pertahanan Benteng Segi Lima
“Vijfhook” dibongkar dan kemudian orang-orang Belanda mulai membangun villa villa di
Bojong dan Randusari.
Penduduk pribumi pun mengembangkan perkampungan di daerah Poncol, Randusari,
Depok, dan lain lain. Jalan jalan batu juga mulai dibangun seperti Jl. Poncol, Bojong, Depok,
Mataram, Bulu serta jalan lingkungan di sekitarnya. Termasuk jalan ke Jepara yang merupakan
pelabuhan utama di Jawa Tengah sejak kasultanan Demak.
Posisi komersial Semarang yang sangat menonjol ini menyebabkan timbulnya tuntutan
akan sarana transportasi memadai bagi Semarang, tidak cukup dilayani dengan transportasi
tradisional saja.
Berdasarkan penelitian Stiejes yang paling tepat adalah sarana transportasi kereta api.
Maka pada tanggal 16 Juli 1864 dimulai pembuatan rel kereta api yang pertama di Indonesia.
Pertama dimulai dari Semarang dengan stasiun Tambaksari menuju stasiun Tanggung
sepanjang 14 KM. Lalu diteruskan ke Kedungjati dan Solo, hingga pada tahun 1872 sampai di
Kota Yogyakarta.
Perkembangan rel kereta api berkembang pesat dan berpengaruh terhadap nilai ekspor
yang terus meningkat. Sehingga Nederlandsh Indische Spoorweg Maatchappij (NISM) yang
mendapatkan ijin untuk membangun rel kereta api dan membangun kantor di Lawang Sewu,
memperluas jaringan rel ke Surabaya dan Magelang.
Sedangkan Semarang Cheribon Stoomtram Maatchappij (SCS) membangun rel kereta api
Semarang ke Cirebon. Dan Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) membangun rel
kereta api yang menghubungkan Semarang - Kudus - Juwana - Lasem. Disamping itu masih ada
Serayu Dal Stoomtram Maatschappij (SDS) yang membangun rel kereta api Wonosobo ke
Purwokerto.
Kemudian SCS, SJS, SDS bergabung menjadi satu, berkantor pusat di Jl. Thamrin
Semarang. Dengan dibangunnya rel-rel kereta api tersebut dalam satu dasawarsa saja volume
transportasi meningkat 2 kali lipat.
Pada tahun 1900 jumlah ekspor meningkat pesat, hubungan Semarang dengan daerah
sekitarnya semakin mudah berkat jaringan rel kerata api baru 25 KM, tahun 1920 telah
mencapai 5.016 KM.
Sistem perkereta-apian tersebut sangat berpengaruh terhadap posisi Semarang sebagai
pusat perdagangan di Jawa Tengah, dengan demikian untuk mengimbangi lajunya
pembangunan rel kereta api. Maka pada tahun 1875 mulai dibangun pelabuhan laut Semarang.
Pintu pintu air pun dibangun untuk mengurangi penumpukan lumpur di dermaga.
Dengan dibangunnya pelabuhan Semarang ini, maka aktivitas perdagangan Semarang
makin berkembang pesat dan kedudukan Semarang sebagai kota dagang pun bertambah
mantap.
Pada tahun 1884 Semarang mulai melakukan hubungan telepon dengan Jakarta dan
Surabaya, adapun pembukaan Pos Semarang ini merupakan salah satu dari 3 kantor pos yang
dibangun Belanda di Jawa, yakni Batavia dan Surabaya.
Bangunan bangunan perkantoran dan fasilitas perkotaan lainnya sejak dikembangkan
kota pun bermunculan, menggambarkan kedudukan Semarang waktu itu amat penting letak
Semarang memang sangat strategis, di tengah-tengah lalu lintas perekonomian di Pulau Jawa.

Pada tahun 1891, masa pemerintahan RM Tumenggung Purbaningrat, kebudayaan Islam


mulai bangkit kembali, muncul tradisi perayaan Dugderan. Dug berarti suara bedug dan der
berarti suara meriam. Perayaan yang kemudian menjadi ciri khas Semarang ini dimeriahkan
pula dengan mainan anak-anak yang terkenal dengan Warak Ngendog.

PERIODE TAHUN 1906 - 1942


Periode ini merupakan masa pemerintahan Kota Praja Semarang (Stads Gemente van
Semarang) yang diresmikan tanggal 1 April 1906 dan diatur dalam Staatblad No. 120 tahun
1906. Sejak itu Semarang terlepas dari Kabupaten dan memiliki batas kekuasaan Pemerintah
Kota Praja.

Sejak itu Kota Semarang mulai dibawahi dengan sistem administrasi pembangunan. Arah
pembangunan tertuju untuk membangun permukiman Belanda yang dilengkapi dengan
fasilitas dan otoritas kota, antara lain stadion olah raga, lapangan tembak, taman-taman kota.
Jaringan jalan baru, drainasi di Banjir Kanal Timur dan Barat, Siranda Kanal dan CB2 Kanal.
Juga saluran Wijayakusuma dan pembangunan WC/Kamar Mandi umum dan lain lain.
Pembangunan sarana pelabuhan, kantor dagang, stasiun kereta api juga harus dilakukan.
Fungsi kota menjadi lebih luas, disamping kota perdagangan, militer, pemerintahan juga
menjadi kota pendidikan dan pariwisata.
Dengan semakin berkembangnya kota Semarang di sisi lain juga tumbuh menjadi salah
satu pusat pergerakan politik untuk melawan Belanda akibatnya politik Belanda berubah
dengan menekan pertumbuhan kota Semarang.

PERIODE 1942 - 1976

Pada periode ini meletus Perang Dunia II, Semarang dikuasi oleh Jepang. Masa ini adalah
masa diam bagi pertumbuhan Semarang, semua kegiatan diarahkan untuk kebutuhan Militer
Jepang.
Sampai saat Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di atas Kota Hirosima dan Nagasaki
yang menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Waktu itu seharusnya kekuasaan Jepang di Indonesia sudah berakhir. Di Semarang,
senjata tentara Jepang dilucuti tanpa kekerasan namun Kido Butai - pusat ketentaraan Jepang
di Jatingaleh curiga bahwa senjata - senjata tersebut akan digunakan untuk melawan Jepang.
Master Recht Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah saat itu sudah menjamin keamanan
tentara Jepang tetapi suasana makin memanas.
Tak bisa dihindarkan, pertempuran antara Pemuda Semarang dan tentara Jepang terjadi
pada tanggal 15 – 19 Oktober 1945 yang kemudian kita kenal dengan Pertempuran 5 hari di
Semarang.
=====
Baru setelah Kemerdekaan Indonesia, Kota Semarang mulai bebenah kembali, terutama
semenjak tahun 1950. Kota Semarang masih berdasarkan wilayah Gemente.
Masa pertumbuhan ini yang paling pesat adalah perkembangan wilayah permukiman di
daerah kota, antara lain kompleks Krobokan, Seroja, Pelabuhan, Jangli dan Mrican.
Fasilitas yang berkembang untuk menunjang sektor perdagangan antara lain
pembangunan Pasar Johar, Bulu, Karangayu, Dargo, Langgar dan sebagainya.
Juga fasilitas transportasi seperti terminal bus, industri mini bus di Srondol dan yang
tersebar dalam kota mulai bangkit kembali. Dengan melihat pertumbuhan kota yang makin
pesat, pada tanggal 19 Juli 1976 kota Semarang dimekarkan sampai ke wilayah Mijen,
Gunungpati, Tugu dan Genuk. Sedang untuk menunjang pembangunan kota yang lebih
terencana.

SEMARANG SAMPAI SEKARANG

Kini Kota Semarang adalah Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan salah satu kota penting yang
terletak di pesisir utara Jawa dan sebagai hub utama penghubung Jakarta - Surabaya dan kota -
kota di pedalaman selatan Jawa. Memiliki luas wilayah 373,70 kilometer persegi, terdiri dari 16
kecamatan, 177 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta 669 jiwa.

Kota Semarang terus menerus membangun dan bergerak bersama menuju kemakmuran dan
kesejahteraan warganya.

Anda mungkin juga menyukai