Anda di halaman 1dari 6

Bangunan Cagar Budaya: Stasiun Wonokromo Sebagai Bukti Modernisasi

Kota Surabaya

Oleh : Shiva Khoirun Nisa (mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Airlangga)

Perkembangan sistem transportasi darat khususnya di Pulau Jawa ditandai oleh upaya
Herman William Daendels membangun Grote Postweg yang merupakan jalan raya dari Anyer
hingga Panarukan sejauh kurang lebih 1000 km. Bagi pemerintah kolonial transportasi adalah hal
yang paling penting guna menunjang aktivitas perkonomian. Diperiode abad ke-19 hingga awal
abad ke-20 ketika mulai diberlakukannya liberalisasi ekonomi dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Agraria 1870, yang salah satu poinnya adalah pembebasan modal asing untuk masuk ke
Hindia Belanda. Agrarsche Wet kemudian berdampak pada perluasan areal perkebunan dan
peningkatan hasil kebun yang signifikan karena besarnya modal asing yang masuk di sektor
perkebunan. Hasil-hasil perkebunan dari pedalaman sebelumnya diangkut melalui jalur sungai,
namun hal ini dirasa kurang efektif karena tidak semua daerah pedalaman memiliki sungai
sedangkan tuntutan perluasan perkebunan dan peningkatan hasil kebun untuk di ekspor semakin
tinggi. Sistem transportasi massal yang lebih cepat pun mulai dibutuhkan seiring dengan
peningkatan hasil perkebunan untuk di ekspor.

Kebutuhan terhadap angkutan massal semakin mendesak, sehingga tercetuslah ide untuk
mengoperasikan angkutan kereta api meskipun terdapat pertentangan antara pemerintah dan
pihak swasta. Ide dan gagasan pembangunan jaringan perkertapian mucul pada tahun 1840,
namun di Jawa baru dibangun pada tahun 1864. Jalur pertama yang dibangun adalah jalur di
Semarang pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Beele. Pemerintah pun
memberi lampu hijau terhadap pembangunan jalur kereta api yang dipegang oleh perusahaan
Nederlansch Indische Spoorweg Maatschapij (NISM) dan Staatssporwegen (SS). Jalur kereta api
dibangun di kota-kota yang dekat dengan pelabuhan seperti Batavia, Surabaya, Semarang. Tepat
pada tahun 1912 jalur alternatif Batavia – Surabaya melalui Cirebon dan Semarang berhasil
diselesaikan. Menurut Lombard, jaringan perkeretaapian di Jawa merupakan salah satu jalur
yang paling lengkap di Asia, karena melintasi wilayah pedalaman yang jauh dari area
perkebunan.
Salah satu kota yang memiliki jaringan perkeretaapian yang cukup penting adalah
Surabaya, yang mana kota ini menjadi penting karena keberadaan pelabuhannya. Selain itu
terdapat beberapa pabrik gula di wilayah pinggiran kota di daerah Buduran, Waru, Karang Bong,
dan Candi. Sedangkan di kawasan Surabaya pabrik gula terdapat di Ketabang, Jagir, Karah,
Darmo, Gubeng, Keputran, dan Petemon. Pembangunan jalur kereta api di Surabaya, pertama
kali dikerjakan oleh perusahaan negara Staatssporwegen (SS) dari jalur Surabaya-Pasuruan
sejauh 63 km dan menjadi awal dibukanya jalur-jalur kereta api lainnya di wilayah hinterland
sekitar Surabaya. Stasiun di Surabaya yang dibangun salah satunya yaitu, Stasiun Wonokromo
yang terletak di sekitar pintu air Jagir dan berada di area pertokoan atau sekarang lebih dikenal
dengan sebutan Darmo Trade Center. Stasiun kereta api Wonokromo dibangun mulai tahun 1876
dan masuk dalam jaringan rel kereta api dari Stasiun Kereta Api Surabaya Kota atau Stasiun
Semut yang telah diresmikan pada tahun 1878 oleh Gubernur Jenderal Van Lansberge. Tujuan
dari dibangunnya Stasiun Wonokromo ini lebih pada aspek komersil untuk mengangkut hasil
perkebunan dari luar wilayah Surabaya seperti misalnya dari Pasuruan, yang akan disalurkan ke
pelabuhan dan di ekspor ke Eropa.
Gambar : Jalur Kereta Api Surabaya-Pasuruan sepanjang 63 km

Sumber : media-kitlv.nl diakses melalui https://heritage.kai.id/page/sejarah-perkeretapian

Memasuki tahun 1894 Stasiun Wonokromo menempati satu dari dua stasiun yang
paling penting di Surabaya dan menjadi area persilangan kereta api dari berbagai wilayah seperti
Batavia, Malang, Solo, dll. Serta menjadi gerbang pintu masuk bagi kerta api dari wilayah
selatan seperti Malang, Blitar, Banyuwangi dan dari wilayah barat dari Madiun, Jombang,
Kertosono, dll. Stasiun Wonokromo menempati posisi yang penting dalam arus lalu lintas jalur
perkeretaapian di Jawa yang menghubungkan antar wilayah pedalaman dan pelabuhan. Seiring
berjalannya waktu kereta api pun tidak hanya mengangkut barang-barang dan hasil perkebunan.
Penumpang dari kalangan masyarakat pun mulai beralih ke moda transportasi kereta api karena
lebih efektif dan cepat. Di stasiun ini terdapat kurang lebih 6 jalur rel kereta api yang masing-
masing memiliki fungsinya masing-masing untuk dilewati kereta api dan tempat parkir kereta
perawatan rel. Sedangkan tempat lain yang cukup penting di area stasiun adalah adanya dipo
lokomotif atau gudang kereta api yang menandakan bahwa pada masa awal dibangunnya,
stasiun ini cukup menjadi sentral yang dominan bagi lalu lintas perkeretaapian di Surabaya selain
Stasiun Semut.

Di Stasiun Wonokromo pada akhir abad ke-19 pun telah melayani penumpang dari
kalangan masyarakat untuk bepergian ke wilayah di sekitar Surabaya. jam keberangkatan pun
ditentukan oleh pihak stasiun sehingga hal ini pun juga berpengaruh terhadap tingkat
kedisiplinan masyarakat terhadap waktu. Misalnya, keberangkatan ke Pasuruan dari Surabaya
dijadwalkan kereta pukul 07.00 dan 14.30, sedangkan keberangkatan sebaliknya pukul 06.15 dan
14.10. Fasilitas yang terdapat di stasiun pun juga dilengkapi dengan lonceng tanda kedatangan
kereta dari tiap penjuru baik selatan maupun barat. Keberadaan Stasiun Wonokromo ini menjadi
pemicu terhadap ramainya aktivitas di sekitar area stasiun dan menjadikan kawasan Jagir,
Wonokromo sebagai pusat dari seluruh kegiatan sosial-ekonomi masyarakat hingga dekade abad
ke-20 bahkan hingga saat ini.

Seiring berjalannya waktu Stasiun Wonokromo tetap beroperasi dan tetap menjadi
simbol pintu gerbang masuknya kereta api ke wilayah Surabaya. Status stasiun Wonokromo
berada di bawah naungan PT. Kereta Api Indonesia (KAI Persero) yang masih melayani secara
aktif jadwal pemberangkatan kereta api ke berbagai stasiun lain di Pulau Jawa. Pembangunan
dan renovasi aktif dilakukan oleh pihak terkait (PT. KAI) guna meningkatkan pelayanan sarana
prasarana bagi masyarakat yang menggunakan moda transportasi umum kereta api. Sedangakan
beberapa sudut Stasiun Wonokromo pun juga telah berubah, seperti eks dipo lokomotif saat ini
tidak digunakan, bagian rel kereta telah berkurang fungsinya untuk jalur lintas kereta api dan
hanya sebagai jalur mati seiring dengan pembaruan sambungan rel kereta, adanya pelebaran
kawasan stasiun yang digunakan untuk parkir kendaraan penumpang, sedangkan di bagian
jembatan rel kereta api sungai Jagir yang berdekatan dengan pintu air jagir terdapat sisa dari
pondasi yang dahulu digunakan sebagai jalur kereta menuju kawasan industri di Ngagel. Stasiun
Wonokromo pun seringkali hanya melayani rute pemberangkatan kereta api kelas ekonomi jarak
jauh tujuan Madiun, Solo, Yogyakarta, Bandung, Banyuwangi dan ekonomi lokal dan KA
commuter yang melayani rute Surabaya-Bitar baik melalui Kertosono maupun Malang.
Seringkali, Stasiun Wonokromo ini juga menjadi area persilangan bagi kereta api kelas ekonomi
dan kelas bisnis yang berangkat dari Stasiun Gubeng. Tidak hanya melayani keretat penumpang
saja, namun Stasiun Wonokromo juga masih aktif melayani kereta angkutan barang.

Dilihat dari perjalanan sejarahnya yang panjang dan keberadaan Stasiun Wonokromo
yang berperan cukup penting dalam kemajun dan modernisasi Kota Surabaya sejak awal abad
ke-19, sudah pasti jika Stasiun Wonokromo ini menjadi salah satu identitas, ciri khas dan
bangunan bersejarah di Kota Surabaya. Melalui Perda Kota Surabaya No.5 Tahun 2005 tentang
Pelestarian Cagar Budaya dan/atau Lingkungan Cagar Budaya, Stasiun Wonokromo pun telah
ditetapkan sebagai salah satu bagian dari bangunan Cagar Budaya berdasarkan SK Walikota
Surabaya No. 188.45/504/436.1.2/2013. Jika kita berada di area depan stasiun maka akan terlihat
simbol berupa prasasti yang terdapat di bawah plakat tulisan nama stasiun, bahwa bangunan
stasiun tersebut merupakan bangunan bersejarah miliki PT. KAI dan resmi dilindungi oleh
undang-undang. Tentunya sebagai masyarakat khususnya Surabaya sudah menjadi kewajiban
dan dianjurkan untuk merawat, menjaga, dan mengambil nilai-nilai edukasi dari keberadaan
Stasiun Wonokromo yang sarat akan makna sejarah. Kawasan Wonokromo yang kita lihat saat
ini pun tidak terlepas dari peran kolonial dan keberadaan Stasiun Wonokromo yang ramai dan
penting dalam sistem perekonomian Surabaya sejak abad ke-19. Sehingga, perlua danya
kesadaran moral dan rasa memiliki terhadap kekayaan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya
terutama, guna melindungi warisan sejarah bangsa Indonesia, hal inipun dapat dimulai dan
diterapkan mulai dari diri sendiri. Cagar budaya yang ada di Indonesia jika bukan kita yang
memiliki kesadaran untuk merawat, lalu siapa lagi?

Referensi

Basundoro, P. (2019). Arkeologi Transportasi: Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan


Karesidenan Banyumas 1830-1940an. Surabaya: Airlangga University Press.

Handinoto. (1999, Desember). Perletakan Stasiun Kereta Api Dalam Tata Ruang Kota-Kota di
Jawa (Khususnya Jawa Timur) pada Masa Kolonial. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur,
Vol. 27 No.2, 48-56.

Husain, S. B. (2010). Negara di Tengah Kota: Politik Representasi dan Simbolisme Perkotaan
(Surabaya 1930-1942). Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Samidi. (2017). Surabaya sebagai Kota Kolonial Modern pada Akhir Abad ke-19: Industri,
Transportasi, Permukiman, dan Kemajemukan Masyarakat. Jurnal Mozaik Humaniora,
Vol. 17 No. 1, 157-180.

Pemerintah Kota Surabaya. (2005). "Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2005
tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya", diakses dari

https://jdih.surabaya.go.id/pdfdoc/perda_15.pdf

Aryono, “Mengenang Kereta Api Zaman Kolonial” diakses dari


https://historia.id/politik/articles/mengenang-keretapi-zaman-kolonial-P0MO6

_____, " Stasiun Wonokromo" diakses dari https://heritage.kai.id/page/Stasiun%20Wonokromo

_____, "Sejarah Perkerataapian" diakses dari

Sejarah Perkeretaapian diakses dari https://heritage.kai.id/page/sejarah-perkeretapian

_____, "Stasiun Kereta Api Wonokromo Surabaya", diakses dari


https://situsbudaya.id/stasiun-kereta-api-wonokromo-surabaya/

Anda mungkin juga menyukai