Anda di halaman 1dari 4

Tugas Metode Penelitian Sejarah

Foto Arsip Sumber Sejarah


Nama: Eni Haryati

NIM: 3101420007

Prodi: Pendidikan Sejarah

Sumber:
https://www.delpher.nl/nl/boeken1/gview?query=Seradjoedal+Stoomtram+Maatschapij+&co
ll=boeken1&identifier=ImGqPPFi7ioC&rowid=1

Foto Arsip diatas bersumber dari https://www.delpher.nl/ , dari arsip tersebut tertera peta
Kereta api atau Trem Uap yang berada di sekitar Cilacap hingga Wonosobo. Kereta api adalah
sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api
merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan
tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya). Wonosobo merupakan daerah pegunungan yang banyak ngarai dan
jurangnya. Hal ini tidak menyurutkan niat Belanda untuk membangun jalur kereta api. Dulunya
di Wonosobo terdapat perkebunan teh, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan-perkebunan ini
dikelola oleh perusahaan swasta. Bahkan sampai sekarang masih ada perkebunan yang
dikelola, seperti PT. Teh Tambi. Selain itu juga di daerah Banyumas juga terdapat pabrik gula.
Pada waktu perkebunan-perkebunan sedang mengalami kemajuan, banyaknya permintaan
produksi menyebabkan pembukaan jalur kereta api untuk memudahkan ekspor dan impor
barang.

Di sepanjang jalan sekitar Kabupaten Wonosobo tepatnya di daerah Selokromo terdapat jalan
rel kereta api bahkan disitu juga terdapat sebuah kampung stasiun, dimana tempat tersebut
terdapat kantor stasiun yang sudah tidak aktif lagi. Rencana pengaktifan kembali
perkeretaapian di Wonosobo sempat terdengar kabarnya, namun pengaktifan tersebut masih
terkendala berbagai hal. Pembebasan lahan bekas rel yang sampai sekarang masih digunakan
banyak masyarakat, bahkan diatas lahan bekas rel juga sudah dijadikan bangunan permanen.
Rencana pengaktifan tersebut sudah dibahas oleh Dinas Perhubungan Jawa Tengan, PT Kereta
Api Indonesia dan Pemerintah Wonosobo, Banyumas dan Purbalingga. Pembangunan Kereta
Api awal mulanya dicetuskan oleh Van der Wijk, sekitar pada tahun 1840-an. Van der Wijk
juga beranggapan bahwa dengan adanya pembangunan jalur Kereta Api tersebut dapat
memberikan banyak manfaat untuk kedepannya, selain untuk transportasi militer pada masa
kolonial juga dapat untuk mengangkut hasil produksi barang dari masyarakat. Dari usulan
pembangunan kereta api yang pasti adanya pro dan kontra akhirnya pembangunan diresmikan
pada 7 Juni 1864.

Pembangunan rel kereta api ini dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Lembah Serayu atau
Seradjoedal Stoomtram Maatschapij (SDS). Perusahaan kereta api ini adalah suatu perusahaan
dengan skala kecil yang memuat pelayanan diluar jalur utama, yang masa mereka mambangun
jalur-jalur pedalaman menuju daerah kota. Jalur kereta api Puwokerto - Wonosobo dibangun
secara bertahap dari tahun 1893 hingga 1917. Tahap pertama adalah pembangunan jalur
Purwokerto – Patikraja - Sampang - Maus (ke selatan) yang dibuka pada tahun 1896. Tahap
kedua, Purwokerto - Banjarsari - Purbalingga, sepanjang 7 kilometer, mulai beroperasi pada
tahun 1900. Pada tahap ketiga, Banjarnegara - Selokromo - Wonosobo dibuka pada tahun 1917.
Jalur kereta api jalur Purwokerto -Wonosobo sepanjang 92,1 km dan melewati kota Purwokerto
Sokaraja, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara dan Wonosobo (menghadap ke timur). Sejak
akhir abad ke-19, kereta api telah menjadi bagian dari sejarah sosial Indonesia. Alasan mengapa
jaringan trem dibangun dikarenakan adanya keberadaan pabrik gula yang menjadi sumber
penghasilan. Pada saat trem belum dibangun masyarakat berbondong-bondong menuju
pelabuhan di Cilacap dengan menggunakan jalur sungai Serayu untuk menyetorkan hasil bumi
mereka terutama gula. Contohnya, pabrik gula yang berada di Klampok mengirimkan gula
seberat 1.190 ton melalui Sungai Serayu yang kemudian berhenti distasiun Maos dan
dilanjutkan ke stasiun Cilacap. Pembangunan kereta api yang berada di Banyumas tidak lain
untuk menghubungkan ke Pelabuhan Cilacap, dimana saat itu Pelabuhan Cilacap adalah salah
satu pelabuhan yang sangat penting dalam ekspor dan inpor ke luar negeri. Komoditi ekspor
utama pada masa Hindia sekitar abad 19 dan awal 20 gula menjadi salah satunya, sehingga
adanya transportasi kereta api sangat dibutuhkan sebagai alat angkut hasil industri gula untuk
di ekspor.

Awal pembangunan trem di daerah Wonosobo ini adanya dukungan dari semua orang karena
banyaknya permintaan gula di Banyumas dan sekitarnya. Kereta api uap adalah jenis kerata api
yang beroperasi di Wonosobo dan rute perjalanannya pun sangat pendek. Dari dukungan
pembangunan banyak sekali pengusaha swasta yang mulai mempermasalahkan adanya
kesulitan dalam proses distribusi dari daerah Wonosobo dikarenakan minimnya transportasi
untuk menjangkau daerah Wonosobo. Wonosobo sendiri juga dikenal sebagai penghasil teh,
tembakau, dan kina oleh sebab itu sangat dibutuhkan sekali oleh pengusaha swasta untuk ada
pemberlakuan transportasi yang bisa mengangkut komoditi tersebut sebagai bahan ekspor.
Perkebunan tersebut berada di daerah Sapuran, Wonosobo, Tambi dan Bedakah.
Perkembangan kereta api di daerah Wonosobo mulanya hanya untuk mengangkut hasil bumi
dari perkebunan mereka, lambat laun kereta api juga beralih fungsi sebagai alat transportasi
umum yang digunakan oleh masyarakat maupun pekerja kebun. Dengan demikian masyarakat
sekitar sangat menyambut adanya transportasi kereta api ini, yang mana awal mula
pembangunanya hanya digunakan untuk pengangkutan hasil bumi secara tidak langsung juga
masyarakat juga ikut merasakan dari kereta api tersebut. Hal ini sangat memberikan keutungan
bagi para perkerja perkebunan dalam mengambangkan industrinya, dengan adanya transportasi
ini dapat mengatasi masalah pengangkutan dari barang-barang produksi.

Stasiun Wonosobo menjadi pemberhentian terakhir, walaupun daerah Wonosobo sangat


melimpah hasil perkebunannya tetapi hal ini tidak menjadikan perusahaan untuk membangun
trem yang lebih luas di Wonosobo bagian pedalaman atau atas pegunungan karena jalur medan
yang sangat sulit. Dalam hal ini proses distribusinyapun masih mengandalkan pedati ataupun
di pikul menuju stasiun yang berada di Wonosobo yang kemudian diangkut lagi menggunakan
trem menuju Cilacap dan Batavia.

Kritik sumber adalah langkah pengujian terhadap bahan-bahan sumber sejarah yang akan
digunakan dalam penulisan sejarah. Kritik sumber merupakan langkah kedua setelah langkah
heuristik. Kritik sumber dilakukan untuk mendapatkan fakta yang bersifat objektif. Dalam hal
ini yang harus diuji adalah keabsahan tentang masalah otentisitas yang dilakukan melalui kritik
ekstern dan keabsahan tentang masalah kredibilitas melalui kritik intern. Sumber-sumber yang
didapat seperti sumber primer maupun sumber sekunder harus dievaluasi secara kritis. Dalam
proses mencari dan menemukan sumber yang diperlukan oleh penulis yaitu sumber primer dan
sumber sekunder. Dalam arsip diatas sumber primer yang digunakan yaitu arsip, foto dan surat
kabar. Bukti tersebut digunakan sebagi sumber pada masa itu yang memiliki keterkaitan
dengan sejarah perkeretaapian yang ada di daerah Wonosobo. Untuk kritik sumber sendiri yaitu
Kritik Eskternal yang dilakukan pada fisik dokumen sehingga kita dapat mengetahui bahwa
sumber tersebut asli ataupun tidak. Kita harus selalu waspada terhadap dokumen sejarah yang
palsu. Kritik eksternal pada sumber tertulis juga menyangkut dengan bagaimana kondisi fisik
dari dokumen maupun catatan yang temukan, apakah catatan itu berasal dari zamannya atau
dibuat pada masa kini. Dari sumber eksternal yang telah saya temukan di web sejarah yang
berasal dari Belanda terbukti keasliannya pada masa pemberlakuan trem di daerah Wonosobo
dan sekitarnya. Dari peta trem tersebut kita juga dapat mengetahui bagaimana kejayaan trem
pada masa itu yang sangat bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Anda mungkin juga menyukai