PENDAHULUAN
Mobilitas: kesiapsiagaan untuk bergerak atau gerakan berpindah-pindah (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008)
pengetahuan manusia, maka semakin maju pula alat transportasi yang dibutuhkannya,
sehingga berbagai penemuan alat transportasi semakin kompleks.
Sebelum tahun 1800 alat angkut yang dipergunakan antara lain adalah tenaga
manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam seperti angin. Pada masa itu barangbarang yang dapat diangkut rata-rata dalam jumlah yang kecil dan waktu yang
ditempuh relatif lama. Namun setelah tahun 1800 hingga tahun 1860 transportasi
telah berkembang dengan baik karena mulai dimanfaatkannya sumber tenaga
mekanik seperti kapal uap dan kereta api, yang dimana mulai banyak dipergunakan
dalam dunia perdagangan dan dunia transportasi.
Sejarah perkeretaapian sama seperti sejarah transportasi pada umumnya
diawali dengan penemuan roda dan dikenal sebagai kereta kuda yang hanya terdiri
dari satu kereta (rangkaian) kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari
satu rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang dibuat dari besi (rel) dan
dinamakan trem, seiring waktu tenaga kereta api yang berasal dari alam mulai
tergantikan dengan tenaga mekanis. Kereta api adalah sarana transportasi berupa
kendaraan dengan tenaga gerak baik berjalan sendiri yang dinamakan lokomotif
maupun rangkaian dengan kendaraan lainnya yang dinamakan gerbong atau kereta
yang bergerak di atas rel (Rustian Kamaludin, 1987:67). Rangkaian kereta atau
gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun
barang dalam skala besar, kereta api mempunyai sifat sebagai angkutan massal yang
efektif pada awal abad ke-20 maka beberapa negara berusaha memanfaatkannya
2
secara maksimal sebagai alat transportasi terutama angkutan darat baik di dalam kota,
antar kota maupun antar negara.
Di Indonesia yang pada masa-masa kolonialisme dikuasai oleh imperialisme
Barat, khususnya Belanda juga sangat membawa dampak yang luas, apalagi dengan
pembangunan-pembangunan berbagai teknologi di Indonesia yang mereka lakukan.
Entah itu karena bertujuan untuk memang membangun Indonesia ataupun hanya
untuk memperlancar mobilitas mereka di Indonesia. Banyak warisan-warisan
pembangunan teknologi dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Indonesia yang
sampai saat ini masih kita gunakan, salah satunya adalah kereta api. Kereta api yang
pada saat itu dijadikan sebagai alat transportasi massal, pada masa sekarang juga
merupakan alat transportasi massal juga yang juga merupakan alat transportasi umum
yang banyak digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa.
Perkembangan perkeretaapian di Indonesia ditandai dengan adanya 70 kelas
lokomotif uap yang pernah beroperasi di Hindia Belanda. Lokomotif-lokomotif uap
ini bervariasi, mulai lokomotif yang kecil nan mungil yang dipergunakan untuk trem
uap pada perkebunan-perkebunan dan untuk transportasi penumpang di kota kota
besar di pulau Jawa hingga lokomotif raksasa yang perkasa untuk pengangkutan hasil
bumi dan barang tambang ke pusat pelabuhan-pelabuhan yang ada di Jawa.
Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1876 di Semarang (KemijenTanggung yang berjarak 26 km), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan
militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam
melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah
3
Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api,
dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya.
Seperti halnya di Jawa dan Sumatera, pemerintah Hindia-Belanda juga
memiliki keinginan untuk menghubungkan semua wilayah Sulawesi dengan jalur
transportasi, khususnya kereta api. Rencana awal adalah membangun jalur trans
Sulawesi dari Makassar menuju Manado. Pada mulanya adalah berkaitan dengan
pembangunan pelabuhan laut di Makassar pada tahun 1912. Pembangunan ini
dilaksanakan oleh
Sebelum pembangunan telah dilakukan berbagai kajian dan studi kelayakan. Kajian
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk semacam buku panduan. Di dalam buku
tersebut terdapat satu bagian yang berjudul waar oceaan en rail elkaar ontmoeten
(dimana laut dan rel bertemu). Didalam bagian tersebut tercantum rencana pembangu
nan
(Indonesian
Railway
Preservation
Society:2010)
Proyek diawali dengan membangun jalur rel disekitar pelabuhan dan sebuah st
asiun kecil. Jalur ini rencananya akan digunakan untuk mengangkut barang-barang
dengan menggunakan gerbong dari pelabuhan Makassar. Lokomotif yang akan
dipakai, rencananya juga akan diangkut secara khusus dengan kapal KPM dari Jawa.
Pembangunan jalur kereta api di Makassar sempat terganggu dengan meletusnya
Perang Dunia I antara tahun 1914-1918. Pada tahun 1920-1922, pembangunan jalur
rel kereta api telah sampai di kabupaten Takalar. Jalur Makassar-Takalar sejauh 47
km
dengan
lebar
sepur2
1067
mm
ini
secara
Railway
resmi
dimulai
Preservation
Society:2010)
Jalur kereta api Makassar-Takalar ini dioperasikan oleh pemerintah. Namun
demikian nampaknya tidak ada nama atau singkatan resmi yang terkait nama
perusahaan atau anak perusahaan. Hanya disebutkan dengan nama Staatstramweg op
Celebes. Tercatat ada 7 buah lokomotif yang pernah dioperasikan di jalur ini. Semua
lokomotif tersebut buatan pabrik Cockerill, tipe Cn2, dengan nomer seri 24, 27, 31,
33, 36, 43, 44. Adapun nomor seri pabriknya adalah 1842, 1845, 1850, 1852, 1855,
1863, dan 1864. Semua lokomotif tersebut awalnya beroperasi di Jawa, terutama
untuk proyek Solo Valley Waterwerken. (Indonesian Railway Preservation
Society:2010)
bekas stasiun, halte, tower air, rumah kepala stasiun dan jembatan kereta api yang
kondisinya sangat memprihatinkan, karena cenderung hilang dan terabaikan.
Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bagaimana kondisi terkini situs
tersebut. Mencari dan menentukan lokasi pasti stasiun pertama di Sulawesi ini
menjadi hal yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, sebab dari lokasi itulah
perkembangan sejarah perkeretaapian Sulawesi dimulai. Terlebih lagi dengan dapat
ditentukannya lokasi tersebut maka diharapkan tidak ada lagi simpang siur informasi
sejarah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mengajukan poin-poin
permasalahan seperti terangkum dalam pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana bentuk-bentuk peninggalan perkeretaapian di Sulawesi Selatan ?
2. Apa yang menjadi latar belakang pembangunan kereta api di Sulawesi Selatan ?
Pengumpulan Data
a. Metode Pustaka
Metode pustaka merupakan metode yang digunakan untuk pencarian data-data
yang
mendapatkan referensi
dipergunakan oleh penulis untuk keperluan penulisan ini. Dengan sasaran agar
penulis dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk keperluan penelitian.
Pada tahap ini yang penulis lakukan adalah mengumpulkan referensi, baik berupa
buku-buku, makalah, artikel, dan sumber-sumber lainnya di perpustakaan, media
massa, internet dan bahkan sampai pada instansi-instansi yang mempunyai hubungan
dengan obyek penelitian.
b. Survey lapangan
Pada metode ini dilakukan pengamatan langsung di lapangan atau lokasi
penelitian untuk mendapatkan data yang maksimal. Kegiatan yang pertama dilakukan
dalam metode ini adalah pengamatan terhadap kondisi fisik lingkungan, kondisi fisik
bangunan stasiun kereta api.
c. Wawancara
Wawancara ini dilakukan terhadap beberapa informan yang dianggap
mengetahui tentang latar belakang dan sejarah kereta api Makassar-Takalar itu
sendiri, dan letak stasiun dan halte kereta api serta hal lain yang berkaitan. Pada
metode ini dilakukan dengan cara memberikan rangkaian pertanyaan yang erat
kaitannya dengan sejarah dan latar belakang kereta api yang menjadi obyek penelitian
tersebut.
d. Deskripsi
Kegiatan ini mendeskripsikan seluruh temuan yang diperoleh dilapangan, baik
itu berupa situs dan lingkungannya, maupun setiap temuan yang ada di lapangan
(artefak).
1.5.2
Pengolahan Data
Bentuk kegiatan ini berusaha mengolah data arkeologi dengan metode-metode
analisis arsitektural. Ada tiga langkah perlakuan data lapangan sebagai rangkaian
kerja dari hasil metode pustaka, survei, wawancara, deskripsi dan fotografi, yakni ;
a. General Description, adalah upaya penjelasan data berdasarkan obyek penelitian,
dimana jalur kereta api Makassar-Takalar sebagai obyek penelitian. Dalam hal ini
dibutuhkan ilmu dasar dan beberapa disiplin ilmu lain yang dapat memberikan
dukungan pada penulisan ini.
b. Identifikasi data, tahap ini adalah pengecekan data dari hasil pengumpulan data
dari setiap temuan arkeologi (artefak) berupa nama, jenis, bentuk dan fungsi dari
keseluruhan obyek penelitian.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13
Situasi terkini eks jembatan kereta api di dekat perbatasan Gowa Takalar.
Saat ini bangunan jembatan sudah berubah menjadi aquaduct saluran irigasi
Situasi terkini eks H. Djongaya, bekas papan nama di dinding kiri masih utuh,
namun tulisan nama sudah tidak ada.
14