Penyelenggara:
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang
i
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
Susunan Panitia
ii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Rahmat-Nya proceedings Seminar
Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (SEMSINA) 2018, dapat selesai dan diterbitkan. Seminar
Nasional dengan tema “Infrastruktur Berkelanjutan” diselenggarakan pada tanggal 29 November
2018, di Auditorium Kampus 1 Institut Teknologi Nasional Jl. Sigura-Gura No. 2 Malang.
Seminar Nasional (SEMSINA) 2018 ini bertujuan sebagai sarana para akademisi, praktisi,
masyarakat permerhati di bidang teknologi perencanaan dan pemerintah dalam menyampaikan hasil
penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang teknologi perencanaan. Selain itu juga sebagai
sarana pengembangan riset dan penerapannya di bidang teknologi perencanaan dalam upaya
pengembangan teknologi infrastruktur berkelanjutan.
Di dalam proceedings ini, berisi artikel ilmiah yang dipresentasikan oleh peserta Seminar Nasional
(SEMSINA) 2018, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Artikel ilmiah tersebut merupakan
hasil penelitian dan pengabdian masyarakat para peserta Seminar Nasional (SEMSINA) 2018.
Akhir kata, kami sangat berterimakasih kepada semua sponsor, para peserta Seminar Nasional
(SEMSINA) 2018, dan semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu kami. Semoga
proceedings ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Infrastruktur Berkelanjutan di
Indonesia.
Hormat Kami.
iii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
SUSUNAN PANITIA ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
ANALISA PERMODELAN PROPORSI SUMBERDAYA PADA PROYEK
KONSTRUKSI GEDUNG SEDERHANA & NON SEDERHANA
Studi Kasus : Beberapa Proyek Konstruksi Di Wilayah Jawa Timur
Rini Pebri Utari1, Ernawan Setyono2 1
iv
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
v
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
STUDI BETON KUAT TEKAN AWAL TINGGI DARI LIMBAH BATU ALAM
CANDI
Lilik Hendro Widaryanto 159
vi
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
vii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
viii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
ix
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
x
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
xi
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051
xii
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Industri jasa konstruksi diindonesia berkembang begitu pesat. Proyek konstruksi merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Suatu
permasalahan dalam proyek konstruksi banyak disebabkan karena belum adanya ketidakpastian dalam
menentukan proporsi sumberdaya proyek yang mengakibatkan terjadi pembengkakan biaya proyek.
Ketidakpastian dalam penggunaan proporsi sumberdaya proyek tersebut dikarenakan belum adanya acuan
yang dapat membantu untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai proporsi sumberdaya seperti
upah, tanaga kerja, material dan alat yang tepat untuk pelaksanaan konstruksi di lapangan. Penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan model yang mampu memberikan gambaran lebih nyata tentang hubungan
antar variabel dalam penentuan proporsi sumber daya, sehingga diketahui proporsi sumber daya yang dapat
diterapkan untuk mendukung pelaksanaan proyek konstruksi secara tepat. Dan analisis Regresi linier
dianggap tepat untuk menemukan model ini. Setelah dilakukan analisis terhadap beberapa sampel data
gedung, pada penelitian ini didentifikasi bahwa rata-rata proporsi sumberdaya material yang digunakan
adalah sebesar 58% pada gedung sederhana dan 63% pada gedung non sederhana. Proporsi tersebut
mengidentifikasi bahwa baik pada gedung sederhana maupun gedung non sederhana, sumberdaya material
tersebut adalah dominan. Sedangkan Proporsi sumberdaya manusia merupakan faktor dominan kedua
setelah material, dimana proporsi Sumber daya manusia pada gedung sederhana sebesar 28% dan Non
Sederhana adalah sebesar 21%, hal ini disebabkan karena gedung non sederhana lebih banyak
menggunakan teknologi sehingga lebih sedikit menggunakan sumber daya manusia. Sedangkan nilai
proporsi peralatan untuk gedung sederhana sebesar 14 % dan Non sederhana sebanyak 16%, dimana
dalam pelaksanaan konstruksi gedung Non sederhana membutuhkan peralatan yang lebih canggih
dibandingkan dengan gedung sederhana.
Indonesia's construction services industry is growing rapidly. Construction projects are activities that are
specific to one-time implementation and short-term special. A problem in many construction projects is
because there is still uncertainty in determining the benefits of the project which is carried out by project cost
overruns. The uncertainty in its use is one of the factors that allows you to use the information needed for
measurement, materials and the right tools for the construction in the field. It is possible to produce a model
that is able to provide better information about the relationships between variables in determining resources,
resources that can be used for projects. And the analysis used to identify this model. After analyzing several
data data, this study was identified from the average material resources, namely 58% in simple buildings and
63% in non-simple buildings. Functional proportions in both simple buildings and non-simple buildings, the
material sources are dominant. While the proportion of HR is the most appropriate factor to use, with human
resources of 28% and Non-Simple is 21%, this is due to better use of resources. Whereas organizational
values for simple buildings are 14% and simple are 16%, where in the implementation of non-simple building
construction requires more sophisticated equipment than simple buildings..
1
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
2
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
setiap satu variabel terikat, dalam hal ini adalah sebesar 58%. Apabila di lihat secara linier, dari
sumberdaya material (y1), manusia (y2), maupun sampel proyek gedung yang dianalisis persamaan
peralatan (y3). untuk proporsi material adalah y =
Pengaruh secara parsial diselesaikan 0,0217x+0,4587. Seperti pada gambar 3
dengan Analisa Regresi Linear Sederhana yang
menjelaskan hubungan fungsional ataupun kausal
satu variabel bebas dengan satu variabel terikat
Gambar 8. Proporsi Peralatan Pada Gedung Non menggunakan regresi tunggal. Dari ketiga hasil
Sederhana analisis korelasi secara parsial pada masing-
masing variabel tersebut terhadap
Kebutuhan Sumberdaya terhadap Biaya sumberdaya proyek, didapat model
Konstruksi Proyek persamaan seperti pada tabel 1.
Berdasarkan analisa data lapangan
(eksisting) pada proyek gedung sederhana, Tabel 1. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Material
nilai rata rata pembiayaan proyek 2
No Variab Sig. R R Persamaan
konstruksi untuk keperluan sumberdaya dari el
total nilai proyek adalah 88%, sedang sisanya 1 Nilai 0,453 0,178 0,035 y = 0,620+7,41E-012
sebanyak 12% merupakan keperluan sumberdaya proyek x
lain-lain misalnya overhead, pajak, serta biaya 2 Durasi 0,466 0,173 0,020 y = 0,917- 0,59ln(x)
untuk keperluan lainnya. Sedangkan untuk
Gedung non sederhana proporsi pembiayaan 3 Jumlah 0,281 0,262 0,075 y = 0,540+ 0,094e(x)
untuk sumberdaya sedikit lebih besar yaitu lantai
mencapai 92% dari total nilai proyek, sisanya 8% 4 Luas 0,017 0.528 0,279 y= 0,538 + 4,28E-
merupakan biaya sumberdaya lainnya. 005x
material tidak signifikan. Hasil analisis Tabel 4.Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Material
menunjukan bahwa pengaruh nilai proyek N Variabel Sig. R 2 Persamaan
terhadap proporsi material hanya sebesar R
o
3,5% saja, untuk durasi adalah sebesar 2% , 1 Nilai 0,329 0,350 0,128 y = 0,716-7,21E-012x
jumlah lantai sumbangan pengaruhnya proyek 2
+ 1,17E-022x
terhadap proporsi material adalah sebesar 2 Durasi 0,506 0,158 0,023 y = 0,692 – 8,44E-
sebesar 7,5%, sedangkan faktor luas bangunan 005x
memberikan pengaruh sebesar 27,9%. 3 Jumlah 0,344 0,343 0,115 y = 0,571 + 0,03x –
lantai 2
0,002x
Hasil Analisis pada Proporsi Sumberdaya
Manusia
Dari ketiga hasil analisis korelasi secara Berdasarkan nilai signifikan dapat
parsial pada masing- masing variabel disimpulkan bahwa pengaruh nilai kontrak,
tersebut terhadap sumberdaya proyek, durasi maupun jumlah lantai terhadap proporsi
didapat model persamaan seperti pada tabel 2. material tidak signifikan. Koefisien korelasi R =
0,350 pada variabel nilai proyek menunjukkan
Tabel 2. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Material bahwa hubungan antara nilai proyek terhadap
proporsi material cukup kuat adalah sebesar
No Variabel Sig. R 2 Persamaan 12,8%.
R
1 Nilai proyek 0,119 0,277 0,077 y = 0,651-0,02ln Hasil Analisis pada Sumberdaya Manusia
(x)
Pada konstruksi gedung non sederhana
2 Durasi 0,374 0,209 0,044 y = -0,034+0,059ln
analisa pengaruh variabel variabel proyek
(x)
terdiri dari tiga faktor diantaranya nilai kontrak
3 Jumlah 0,340 0,226 0,051 y = 0,306 – 0,037x
lantai
proyek, durasi, dan jumlah lantai gedung. Adapun
dari hasil analisis pada sumberdaya manusia
4 Luas 0,056 0,433 0,195 y= 0,312-2,88E-
005x
dapat digambarkan bahwa dari ketiga hasil
analisis korelasi, didapat hubungan persamaan
seperti pada tabel 5.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa proporsi
sumber daya manusia nilai pengaruh terluas dari Tabel 5. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi
luas yaitu sebesar 19,5%. Sumberdaya Manusia
N Variabe Sig. R 2 Persamaan
Hasil Analisis pada Proporsi Sumberdaya o l
R
Peralatan
Dari ketiga hasil analisis korelasi secara 1 Nilai 0,055 0,434 0,189 y = 0,159+
proyek 1,71E-012x
parsial pada masing- masing variabel nilai
proyek, durasi, jumlah lantai dan luas tersebut 2 Durasi 0,013 0,546 0,298 y = 0,114 +
terhadap sumberdaya proyek, didapat model 0,002e(x)
persamaan seperti pada tabel 3. 3 Jumlah 0,014 0,540 0,310 y = 0,136 +
Tabel 3. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi lantai 0,011x
Peralatan
Berdasarkan nilai signifikan dapat
disimpulkan bahwa pengaruh nilai proyek,
Berdasarkan nilai signifikan dapat durasi dan jumlah lantai terhadap proporsi
disimpulkan bahwa seperti pada sumberdaya sumberdaya manusia cukup signifikan. Jumlah
material maupun manusia, pengaruh Luas lantai menunjukkan bahwa ketiga variabel ini
bangunan terhadap proporsi peralatan lebih memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap
berpengaruh dari pada variabel lainnya yaitu proporsi sumberdaya manusia adalah sebesar
sebesar 19% dan sisanya merupakan sumbangan 31,0% sisanya merupakan sumbangan dari
dari faktor lain. faktor lain.
Analisis pada Konstruksi Gedung non Hasil Analisis pada Sumberdaya Peralatan
Sederhana Pada konstruksi gedung non sederhana
Hasil Analisis pada Sumberdaya Material analisa pengaruh variabel variabel proyek terdiri
Pada konstruksi gedung non sederhana dari tiga faktor diantaranya nilai kontrak proyek,
analisa pengaruh variabel nilai kontrak proyek, durasi, dan jumlah lantai gedung. Adapun dari
durasi, dan jumlah lantai gedung terhadap hasil analisis pada sumberdaya manusia dapat
proporsi material. Adapun dari hasil analisis dapat digambarkan bahwa dari ketiga hasil
digambarkan bahwa dari ketiga hasil analisis analisis korelasi, didapat hubungan persamaan
korelasi, didapat hubungan persamaan seperti seperti pada tabel 6.
pada tabel 4.
6
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
8
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
M Afif Shulhan
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jalan Miliran 16, Umbulharjo, Yogyakarta
E-mail: afifs@ustjogja.ac.id
ABSTRAK
Kayu Jati (Tectona grandis) merupakan kayu yang banyak tumbuh di pulau Jawa dan digunakan
sebagai material konstruksi bangunan tradisional Joglo. Hingga saat ini tercatat banyak bangunan Joglo
dengan kategori bangunan cagar budaya. Seiring bertambahnya usia bangunan Joglo, maka akan semakin
rentan terhadap pelapukan yang berakibat menimbulkan pengurangan luas penampang sehingga kapasitas
elemen strukturnya akan menurun. Dengan demikian perlu dilakukan usaha untuk memperkirakan
penurunan kapasitas dari pelapukan pada elemen struktur. Penelitian ini akan mengamati secara numerik
mengenai perilaku lentur dari elemen balok Kayu Jati yang mengalami pelapukan yang disimulasikan
dengan takikan pada tengah bentang.
Algoritma MATLAB digunakan dalam penelitian ini untuk memodelkan balok Kayu Jati sebagai material
non-linier dan orthotropik. Pelapukan kayu disimulasikan dengan membuat takikan berukuran 40x60x100
mm di tengah bentang. Data mekanik material diperoleh dari studi terdahulu dan eksperimen berdasarkan
ASTM D143-94(2000). Model balok Kayu Jati memiliki panjang bentang 990 mm dan dimensi penampang
60 x 80 mm. Balok Kayu Jati dimodelkan dengan elemen quadrilateral dalam asumsi plane stress. Sifat non-
linier material mengikuti Hill’s yield function dengan associated flow rule. Selanjutnya, hasil analisis elemen
hingga divalidasi menggunakan data pengujian eksperimental pada studi terdahulu.
Hasil analisis numerik memperlihatkan bahwa kurva beban-perpindahan ketiga jenis model balok Kayu
Jati memiliki kesesuaian dengan hasil eksperimen uji lentur. Pola kegagalan dari semua jenis balok Kayu
Jati menunjukkan bahwa kegagalan terjadi pada fase plastis (fase non-linier).
Kata kunci: Kuat lentur, Balok kayu Jati, takikan, elemen hingga, plane stress
ABSTRACT
Teak wood (Tectona grandis) grows a lot on the island of Java and widely used as a part of Joglo
structure. Nowadays, many Joglo are categorized as heritage building. Along the time, the susceptible to
weathering of Joglo will increase. Thus it is necessary to predict the capacity of structural elements due to
the decreasing cross sectional area caused by weathering. Therefore, this study is aimed to investigate the
flexural behavior of the Teak beams with the notch in the middle of the span. It is designed to simulate the
decreasing cross-sectional area due to weathering.
This research was conducted using MATLAB algorithm by modeling Teak Wood Beams as non-linear
and orthotropic materials. The decreased cross sectional area due to weathering was simulated by making a
notch with a size of 40 by 60 mm and length of 100 mm in the middle of the span. Mechanical properties
data are obtained from previous studies and experiment based on ASTM D143-94(2000). Teak wood beam
model has a span length of 1200 mm and cross-sectional dimensions of 60 by 80 mm. Teak wood beams
were modeled with quadrilateral elements in the plane stress assumption. Properties of non-linear materials
follows Hill's function with associated flow rules. Furthermore, the results of finite element analysis were
validated using experimental data from previous studies.
Numerical results show that all of the load displacement curve of the beams shows a conformity
between numerical analysis and experimental result. The numerical results conform that the beam failed on
plastic phase (non-linear phase).
Keywords: bending strength, Teak wood beam, notch, finite element, plane stress
9
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai negara tropis, dengan sumber daya
hutan yang melimpah membuat Indonesia
memiliki banyak rumah tradisional dari kayu, Pemodelan elemen hingga merupakan
salah satunya adalah Joglo. Joglo merupakan metoda yang lazim digunakan untuk memodelkan
rumah tradisional masyarakat Jawa Tengah dan elemen struktur pada kondisi pembebanan
Yogyakarta yang mudah dikenali dari penggunaan tertentu. Meskipun demikian, akurasi dari
balok kayu Jati masif sebagai elemen strukturnya. pemodelan numerik tergantung dari seberapa
Secara umum, Joglo merupakan struktur yang realistik pemodelan perilaku material melalui
memiliki ketahanan gempa yang baik, sehingga konstitutif model dan model kegagalan (failure
tidak heran jika masih dapat ditemui Joglo yang model) yang digunakan (Vaziri dkk., 1992).
berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Oleh Upaya untuk mensimulasikan kayu secara
karena itu, beberapa bangunan Joglo realistis adalah dengan memodelkan kayu dengan
dikategorikan sebagai cagar budaya yang harus sifat plastisitasnya. Pemodelan plastisitas
dikonservasi. merupakan prosedur penyusunan konstitutif dari
Meskipun Joglo dapat bertahan selama data tegangan-regangan uniaksial yang kemudian
puluhan tahun, terdapat beberapa kasus dimana diselesaikan dengan kriteria leleh (yield criterion),
Joglo mengalami kegagalan. Beberapa isu flow rule, dan hardening rule (Chen dan Han,
dihadapi oleh Joglo diantaranya adalah isu 1988).
ketahanan material terhadap cuaca dan Beberapa program finite element komersial
kerusakan atau cacat pada kayu. Isu-isu tersebut telah mampu mengakomodir pemodelan material
secara mendalam telah diteliti oleh Franke & orthotropik. Namun, konstitutif material dalam
Franke (2015) untuk menentukan distribusi kondisi desak dan tarik belum dapat dimodelkan
kegagalan pada elemen kayu (Gambar 1). secara terpisah. Vaziri dkk.(1992) telah menyusun
sebuah algoritma pemrograman elemen hingga
dalam bahasa FORTRAN untuk memodelkan
fibre reinforce composite dengan konstitutif desak
dan tarik yang berbeda.
Guan dkk. (2009) telah melakukan
pemodelan plastisitas pada konstitutif desak balok
I (I-beam) komposit OSB (flange) dan kayu (web)
menggunakan sub-rutin program ABAQUS.
Pemodelan sifat desak menggunakan asumsi
elastoplastik tanpa hardening yang mengikuti
Hill’s yield function dan diselesaikan
menggunakan associated flow rule menghasilkan
perilaku lentur yang sesuai dengan eksperimen.
Gambar 1. Distribusi kegagalan kayu Secara khusus, Eratodi dan Awaludin (2016)
Sumber : Franke & Franke (2015) menyimpulkan bahwa penggunaan model plastis
dalam pemodelan sifat desak pada balok kayu
Dalam usaha konservasi bangunan cagar LVL sengon menghasilkan prediksi perilaku lentur
budaya, tantangan yang muncul adalah balok non-prismatis yang lebih mendekati hasil
bagaimana memprediksikan kekuatan elemen eksperimen. Kondisi plastis pada balok non-
struktur eksisting. Terutama ketika elemen prismatis telah tercapai yang ditunjukkan dari
struktur tersebut mengalami cacat atau kerusakan diagram tegangan pada penampang.
parsial. Salah satu upaya untuk memperkirakan
kekuatan elemen struktur eksisting adalah dengan
METODE PENELITIAN
menggunakan pendekatan numerik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati
A. Sifat Mekanik Kayu Jati
hubungan beban-lendutan, pola distribusi
tegangan pada penampang, dan prediksi kuat Data mekanik Kayu Jati diperoleh dari studi-
lentur balok Kayu Jati yang mengalami studi terdahulu dan data tarik sejajar serat
pelapukan. Pelapukan disimulasikan sebagai diperoleh dari pengujian tarik mengacu pada
takikan yang berada pada posisi serat desak atau ASTM-D149-93(2000). Data mekanik kayu Jati
serat tarik. Output pemodelan numerik kemudian disajikan dalam Tabel 1. Sifat material Kayu Jati
divalidasi menggunakan data eksperimen. dalam penelitian ini dimodelkan sebagai material
elastoplastik dengan kelelehan material mengikuti
Hill’s yield function dengan associated flow rule.
Sifat tersebut diilustrasikan melalui grafik
konstitutif material pada Gambar 2.
10
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Gambar 1. Grafik konstitutif elastoplastik Kayu Jati Gambar 2. Benda uji lentur Kayu Jati
arah longitudinal (Shulhan dkk., 2018)
11
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
C. Plane Stress g
d p d d g
Kondisi plane stress adalah kondisi dimana .........................(3)
sebuah pelat tipis dibebani oleh suatu gaya Parameter d merupakan proportionality
sejajar terhadap pelat tipis tersebut dan constant. Secara umum parameter g dapat
terdistribusi secara merata atas ketebalannya didekati menggunakan asumsi g=f sehingga
(Gere dan Timoshenko, 1990). Dalam kasus ini Persamaan 3 menjadi bentuk Persamaan 4.
semua tegangan pada arah sumbu 3 (tebal) Proses pendekatan ini disebut sebagai
selalu nol. Namun regangan pada arah tersebut associated flow rule.
tidak nol. Bentuk persamaan stiffness untuk
kondisi plane stress tersaji pada Persamaan 1.
f
d p d df
1 E1 12 E 2 0 1 .........................(4)
1 E
2 12 2 E2 0 2
1 12 21 0 1 12 21 G12 12
E. Hill’s Yield Function
12 0
...(1)
Hill’s yield function merupakan
D. Yield Function dan Flow Rule pengembangan dari kriteria leleh Von Misses.
Bentuk umum yield function ini tercantum pada
Zienkiewicz & Taylor (2005) menyatakan Persamaan 5 (ADINA R&D Inc, 2012).
bahwa kelelehan (yielding) dapat terjadi jika
F 22 33 G 33 11 H 11 22
tegangan memenuhi kriteria leleh (F) bernilai 2 2 2
12
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
g f
T
D D
D ep D
f g
T
D
.............. (6)
A. Analisis Elemen Hingga Balok Kayu Jati Solid
Hasil analisis elemen hingga yang tercantum solid. Gambar 7 menunjukkan bahwa daerah
pada Gambar 6, menujukkan bahwa pola yang mengalami tegangan desak (warna kontur
deformasi pada balok kayu jati solid memiliki pola biru) memiliki luasan yang lebih banyak daripada
yang identik dengan hasil eksperimen. Secara tegangan tarik (warna kontur merah). Hal ini
lebih detail dapat diamati dalam kurva hubungan bersesuaian dengan pembacaan tegangan pada
beban dan perpindahan pada Gambar 8. Secara tengah bentang (Gambar 9) yang menunjukkan
umum kurva beban-perpindahan analisis numerik bahwa garis netral berada pada jarak 45 mm dari
memiliki kemiringan garis yang identik dengan serat desak terluar. Terlihat pula pada Gambar 9,
eksperimen. Namun demikian, dalam prediksi diagram tegangan σx memiliki pola yang tidak
beban lentur maksimal dari analisis numerik linier. Pola non-linier telah muncul pada serat
masih relatif dibawah hasil eksperimen. Dengan desak balok kayu Jati solid. Hal ini menujukkan
kata lain, pemodelan elemen hingga memberikan bahwa balok mengalami kegagalan ketika sudah
nilai prediksi beban lentur yang under estimate. berada dalam fase plastis.
Gambar 9. Diagram tegangan penampang pada tengah bahwa antara hasil numerik dan eksperimen
bentang (S) memperlihatkan kecenderungan kemiringan kurva
beban-perpindahan yang relatif identik. Namun
B. Analisis Elemen Hingga Balok Kayu dengan demikian, Gambar 12 memperlihatkan bahwa
Takikan pada Serat Tarik prediksi beban lentur oleh analisis numerik masih
cenderung under estimate. Selain itu, regangan
Hasil analisis elemen hingga pada balok Kayu
saat terjadi failure pada balok menunjukkan nilai
Jati dengan takikan pada serat tarik menujukkan
yang terlalu kecil.
hasil yang sesuai antara eksperimen dan
pemodelan numerik. Hal ini terkonfirmasi melalui
Gambar 10 dan Gambar 12 yang menujukkan
Gambar 10. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati dengan takikan pada serat tarik (TD)
Gambar 11. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok dengan takikan pada serat tarik
14
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
tarik pada serat tarik terluar meningkat menjadi kecenderungan kemiringan kurva beban-
40,3% jika dibandingkan dengan balok Jati solid perpindahan cukup memiliki kesesuaian antara
(Gambar 9). analisis numerik dengan eksperimen. Prediksi
beban lentur maksimal juga masih under
Pola keruntuhan pada balok terlihat dalam estimate.
Gambar 13. Diagram tegangan σx memiliki pola
yang non-linier pada serat desak balok kayu Jati Takikan pada serat desak yang dibuat
dengan takikan pada serat tarik. Dengan demikian mengakibatkan pengurangan luas penampang
kegagalan balok terjadi dalam fase plastis. yang sama besar dengan takikan pada serat tarik.
Namun demikian, perbedaan posisi takikan ini
C. Analisis Elemen Hingga Balok Kayu dengan menghasilkan tegangan serat tarik yang berbeda.
Takikan pada Serat Desak Tegangan serat tarik yang tercantum pada
Gambar 17 menunjukkan bahwa tegangan tarik
Seperti halnya pada analisis balok solid dan masih dibawah tegangan yang muncul pada balok
balok dengan takikan pada serat tarik, analisis dengan takikan pada serat tarik.
numerik balok dengan takikan pada serat desak
menujukkan kecenderungan yang sama. Dari
Gambar 14 dan Gambar 16 terlihat bahwa
Gambar 14. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati dengan takikan pada serat desak (CD)
Gambar 15. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok dengan takikan pada serat desak
15
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Secara umum, tegangan pada serat desak Menggunakan Kayu Jati Hutan Rakyat
memperlihatkan bahwa balok dengan takikan Sebagai Material Konstruksi. INERSIA, 13(2)
pada serat desak sudah menghasilkan perilaku
non-linier pada serat desak (Gambar 17). Shulhan, M. A., Yasin, I., Prasetya, T., Salim, A.,
& Chan, E. (2018). Experimental Study of
Patching Method on Repairment of Partially
KESIMPULAN Decayed Teak (Tectona grandis) Wood
Beams. Proceeding of ICSI UNY. Yogyakarta
Hasil analisis numerik memperlihatkan
bahwa balok Kayu Jati solid, dengan takikan serat Vaziri, R., Olson, M. D. & Anderson, D. L., (1992).
tarik dan serat desak memberikan kemiringan Finite Element Analysis of Fibrous Composite
kurva beban-perpindahan yang relatif identik. Structures : A Plasticity Approach.
Namun demikian, nilai beban maksimum belum Computers and Structures, 44(1/2), pp. 103-
dapat diprediksikan dengan akurat. Hasil analisis 116.
numerik untuk beban lentur maksimal cenderung
under estimate. Lebih lanjut, pada ketiga jenis Zienkiewicz, O. C. & Taylor, R. L., (2005). The
balok kecenderungan kegagalan terjadi pada fase Finite Element Method for Solid and
non-linier (elastoplastik). Structural Mechanics. 6th ed. Elsevier
Butterworth-Heinemann.
UCAPAN TERIMA KASIH
LAMPIRAN
Start
Ucapan Terima Kasih disampaikan penulis
Input material, geometric
kepada Fakultas Teknik, Universitas & boundary condition data
Sarjanawiyata Tamansiswa untuk dukungan
Discretization (meshing)
pendanaan penelitian ini. Lebih lanjut,
penghargaan sebesar-besarnya penulis haturkan Iteration (i) = 1
kepada Bpk. Ali Awaludin., PhD atas
F
Generating incremental load mrix
bimbingannya dalam pengembangan algoritma.
Selanjutnya kepada Bpk. Maris Setyo Nugroho, Stiffness calculation
K i B T Di BdV
M.Eng. atas dukungan data-data penelitian yang
diberikan kepada penulis. Displacement calculation
F K i ui
DAFTAR PUSTAKA Incremental strain i & stress
i calculation
ADINA R&D Inc, (2012). Theory and Modelling
Fi Fi 1 F i i 1 i
Guide Volume I. Report ARD 12-8, u i u i 1 u i i i 1 i
Watertown, MA
Associated flow rule Hill’s Yield Check
Eratodi, I. B. & Awaludin, A., 2016. Bending (Hill’s yield function)
F yy G xx H xx yy 2L xy2 1
2 2 2
Company.
Yes
16
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Beton merupakan konstruksi yang umum digunakan. Salah satu sifat beton yang perlu diketahui adalah
permeabilitasnya. Beberapa cara telah dilakukan untuk meningkatkan sifat permeabilitas beton, di antaranya
adalah dengan melapiskan bahan waterproofing pada permukaan beton. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penggunaan coating waterproofing jenis cementitious pada sifat kedap air
beton. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara beton yang termasuk kedap air (fas 0,4)
dengan beton normal (fas 0,55), yang dilapisi dengan bahan waterproofing jenis cementitious dengan
variabel jumlah lapisan sebanyak 2,3 dan 4, terhadap sifat permeabilitasnya. Uji resapan air merujuk pada
SNI 03-2914-1992, dengan benda uji silinder (Ø=100 mm, t=200 mm) sebanyak 9 buah. Untuk uji kuat tekan
dilakukan sesuai SNI 03-1974-1990, dengan benda uji silinder (Ø=150 mm, t=300 mm) sebanyak 12 buah.
Semua pengujian dilakukan pada beton yang telah mencapai umur 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa semua benda uji memenuhi batas resapan maksimum (kurang dari 6,5%) untuk sifat kedap air beton.
Nilai resapan air pada pengujian 24 jam untuk beton fas 0,4 sebesar 3,62%, sedangkan yang dilapisi
dengan waterproofing jenis cementitious berturut-turut sebesar 0,95% (2 lapis), 0,49% (3 lapis) dan 0,42%
(4 lapis). Untuk beton dengan fas 0,4, mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 37,58 MPa, sedangkan yang
dengan fas 0,55 sebesar 26,20 MPa. Hasil ini menunjukkan bahwa waterproofing jenis cementitious bisa
digunakan untuk meningkatkan sifat permeabilitas beton dengan minimal dua kali pelapisan seperti yang
disarankan oleh pabrikan.
ABSTRACT
Concrete is one of the most used construction materials. One of the concrete properties that need to be
known is its permeability. Several ways have been done to improve the permeability properties of concrete,
including by coating waterproofing materials on concrete surfaces. The objective of this study was to
determine the effect of using cementitious waterproofing on the concrete permeability. This research was
compareing to water-resistant concrete (w/c 0,4) with normal concrete (w/c 0,55), which was coated with
cementitious waterproofing materials with a variable number of layers of 2,3 and 4, on the permeability
properties. This test was carried out following SNI 03-2914-2002, with cylindrical specimens (Ø=100 mm,
t=200 mm) of 9 pieces. The compressive strength test based on SNI 03-1974 1990, with cylindrical
specimens (Ø=150 mm, t=300 mm) of 12 pieces. All tests are carried out on concrete that has reached the
age of 28 days. The test results show that all specimens meet the maximum infiltration limit (less than 6.5%)
for the waterproof properties of concrete. Water infiltration value for concrete water-cement ratio of 0,4 is
3,62%, while those coated with cementitious waterproofing are 0,95% (2 layers), 0,49% (3 layers) and 0,42%
(4 layers) respectively. The average compressive strength for concrete with water-cement ratio is 37.58
MPa, while the one with water-cement ratio of 0,55 is 26,20 MPa. The test results show that cementitious
waterproofing can be used to improve the permeability properties of concrete.
17
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
18
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
waterproof
Beton fas 2 3 Tahap I
Ya
0,55 dengan 6 3 3 Perancangan Mix Design Beton dan
waterproof 4 3 Pembuatan Benda Uji
c. Tahap III Benda Uji fas 0,40 Benda Uji fas 0,55
Pengujian meliputi uji kuat tekan dan uji (Target min. 35 MPa) (Target min. 20 MPa)
resapan air. Uji kuat tekan dilakukan saat Tahap II
benda uji berumur 7 dan 28 hari sesuai
dengan SNI 03-1974-1990, sedangkan uji Uji Kuat Tekan
resapan air dilakukan pada benda uji yang (7 Hari) Tidak
Target min. 35 MPa (28 hari): 22,75 MPa
telah mencapai umur 28 hari mengacu pada Target min. 20 MPa (28 hari): 13 MPa
SNI 03-2941-1992.
19
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
pada benda uji silinder beton yang telah (fas) 0,55. Variasi benda uji dengan pelapis
mencapai umur 28 hari. jenis cementitious adalah 2, 3, dan 4 lapisan.
Sesuai dengan ketentuan cara
Kuat Tekan Beton penggunaannya, pencampuran pelapis ini
Uji kuat tekan beton dilakukan pada umur dilakukan berdasarkan perbandingan berat
7 dan 28 hari (Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat komponen cairan polimer dengan berat
bahwa kuat tekan benda uji beton pada umur komponen cementitious yaitu 1:3 dan minimal
28 hari telah mencapai target yang ditentukan dua lapisan (Gambar 2).
yaitu 35 MPa dan 20 MPa.
21
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA Diamanti, M., Brenna, A., Bolzoni, F., Berra, M.,
Pastore, T., & Ormellese, M. (2013).
Badan Standarisasi Nasional. (1990). SNI-03- Effect of Polymer Modified
1974-1990 Metode Pengujian Kuat Cementitious Coatings On Water and
Tekan Beton. Jakarta: Badan Chloride Permeability in Concrete.
Standarisasi Nasional. Construction and Building Materials 49,
Badan Standarisasi Nasional. (1992). SNI-03- 720-728.
2914-1992 Spesifikasi Beton Bertulang Pan, X., Shi, Z., Shi, C., Ling, T.-C., & Li, N.
Kedap Air. Jakarta: Badan Standarisasi (2017). A review on concrete surface
Nasional. treatment Part I: Types and
Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI-03- mechanisms. Construction and Building
2847-2002 Tata Cara Perhitungan Materials, 578-590.
Struktur Beton Untuk Bangunan Tjokrodimuljo, K. (2007). Teknologi Beton.
Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS FT
Nasional. UGM.
22
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Berawal dari permasalahan eksploitasi air tanah yang terus berjalan tanpa diimbangi dengan
perbaikan cadangan air tanah, maka penelitian ini mencoba memberikan solusi lain menanggapi
masalah tersebut. Secara lebih sempit, masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah
perkerasan yang diterapkan saat ini, khususnya conblock yang belum menjawab permasalahan air
tanah. Genangan masih terjadi akibat deformasi pada permukaan conblock dan sifat conblock yang
tidak porus. Penelitian ini bertujuan memberikan mix design dan design conblock yang permeabel
namun tetap memenuhi standar kekuatan dan bernilai ekonomis dengan memanfaatkan bahan baku
dari limbah Merapi yang berlimpah.
Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu dengan membuat sampel uji coba
untuk menentukan mix design yang paling ideal untuk diterapkan pada conblock. Mempertimbangkan
kuat tekan berbanding terbalik dengan permeabilitas, artinya semakin permeabel suatu conblock maka
semakin rendah kuat tekannya, maka design yang diterapkan pada conblock dimodifikasi dengan
menambah beton non pasir pada bagian tengah conblock untuk meningkatkan nilai permeabilitas
conblock. Data-data uji coba kemudian diolah dan disesuaikan dengan SNI sehingga didapat klasifikasi
conblock dan penggunaannya sesuai parameter dalam SNI.
Hasil dari penelitian menunjukkan pengklasifikasian conblock dengan berbagai macam kombinasi
mix design. Didapatkan mix design yang paling ideal untuk lahan parkir adalah kombinasi 1:4 dan 1:3.
Sedangkan mix design 1:6 dan 1:5 berturut-turut memenuhi persyaratan untuk taman dan pejalan kaki
Kata kunci: conblock, porus, mix design, kuat tekan, permeabilitas, beton non pasir
ABSTRACT
The problem of groundwater exploitation that keeps running without any improvement of
groundwater reservation has initiated this research aiming to provide a solution to respond to the
problem. In a more specific discussion, the specific problem that becomes the background of this
research is the type of pavement that is applied recently, especially the conblock pavement which has
not provided solution to groundwater problem. Inundation over conblock surfaces still occur due to
surface deformation and non-porous properties of the conblock. This research aims to provide a mix
design and a permeable design of conblock which still meets both the standards of the structural
strength and the economic value by utilizing abundant raw materials from Merapi’s eruption products
The method used in this research is by making testing samples of conblock to determine the most
ideal mix design of the conblock. Considering that the compressive strength of concrete is inversely
proportional to permeability, meaning that the more permeable a conblock is, the lower the compressive
strength, the design applied to the conblock is modified by adding non-sand concrete into the center of
the conblock to increase the permeability value of the conblock. The resulted data is then processed
and adapted to SNI so that the classification of concblock and its use in accordance with the SNI-based
parameters is obtained.
The results of the study show the classification of conblock with various combinations of mix
designs. The most ideal mix design for parking lots is a combination of 1:4 and 1:3. While the mix
design 1:6 and 1:5 meet requirements for parks and pedestrians, respectively.
Keywords: conblock, porous, mix design, compressive strength, permeability, non-sand concrete
23
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Pengujian dilakukan pada usia 14 hari dan Persyaratan SNI membagi kuat tekan
28 hari. Hasil pengujian 14 hari pada menjadi empat klasifikasi kemanfaatan, yaitu
perbandingan 1:3, 1:4, 1:5 diberikan pada Tabel 2 untuk taman, pejalan kaki, parkir, dan jalan (Tabel
berikut. 4).
25
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
40 Mpa(Jalan)
20 Mpa(Parkir)
10 % (Jalan)
8 % (Parkir)
6 % (Pejalan Kaki)
3 % (Taman)
KESIMPULAN
26
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
27
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
28
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Telah kita rasakan bersama bahwa Pemanasan Global telah menimbulkan perubahan iklim yang
berakibat munculnya gangguan debit air permukaan. Gangguan debit air permukaan ini juga
mengakibatkan berubahnya pemberian air irigasi bagi pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengaturan pemberian air irigasi yang lebih efisien dengan cara menyusun pola tanam yang bersifat
ramah lingkungan dan kontinyu serta mampu menyesuaikan dengan kondisi terjadinya perubahan iklim.
Selama ini pengaturan alokasi air irigasi menjadi wewenang Pemerintah melalui instansi terkait dan pola
tanam yang digunakan sama sepanjang tahun. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dihasilkan
kesimpulan bahwa pola tanam yang selama ini dilaksanakan dan yang tertuang di dalam Rencana Tata
Tanam Global (RTTG) harus disempurnakan dan disusun setiap tahun dengan cara mempertimbangkan
berubahnya waktu musim hujan dan bentuk pola curah hujan efektif.. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang terdiri dari : penyusunan Prosedur Operasi Standar,
melakukan koordinasi intensif dengan seluruh pemangku kepentingan, melakukan penyebaran kuisener
dan melakukan analisa hasil isian kuisener dari responden serta melakukan diseminasi terhadap
hasilnya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah agar supaya Pemerintah berupaya
menyempurnakan kebijakan atau peraturan yang mengatur penyusunan RTTG sehingga akan
menghasilkan dampak yang signifikan untuk meningkatkan produktifitas padi dan semakin menguatnya
ketahanan pangan di masing-masing daerah di wilayah regional dan di wilayah nasional. Hasil dari
penelitian ini adalah menunjukkan besarnya pengaruh yang diberikan oleh ketersediaan debit air
terhadap pola tanam Musim Hujan , Musim Kemarau 1 dan Musim Kemarau 2 yang dinyatakan dalam
persen. Kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah memang RTTG yang terdiri dari
pola tanam Musim Hujan, pola tanam Musim Kemarau 1 dan Pola Tanam Musim Kemarau 2 harus
disempurnakan dengan mempertimbangkan kondisi air permukaan akibat perubahan iklim.
ABSTRACT
We have felt together that Global Warming has caused climate change which has resulted in the
disruption of surface water discharge. This disruption of surface water discharge also results in changes in
the provision of irrigation water for agriculture. Therefore it is necessary to regulate the provision of more
efficient irrigation water by composing a cropping pattern that is environmentally friendly and continuous and
able to adapt to the conditions of climate change. So far the regulation of irrigation water allocation has
become the authority of the Government through relevant agencies and the cropping patterns used are the
same throughout the year. Based on previous research, it has been concluded that the cropping patterns
that have been carried out and those contained in the Global Planting Plan (RTTG) must be refined and
prepared every year by considering changes in the rainy season and effective rainfall patterns. The methods
used in this study is the descriptive method consisted of: preparation of Standard Operating Procedures,
intensive coordination with all stakeholders, conducting questionnaires and analyzing questionnaires results
from respondents and disseminating results. The purpose of this study is so that the Government seeks to
improve policies or regulations governing the preparation of RTTG so that it will produce a significant impact
to increase rice productivity and the strengthening of food security in each region in the regional region and
in the national region. The results of this study are to show the magnitude of the relationship of the water
discharge availability on the planting pattern of the Rainy Season, Dry Season 1 and Dry Season 2 which
are represent in percent. The conclusion of the results obtained from this study is that RTTG consisting of
the Rainy Season cropping pattern, the Dry Season 1 cropping pattern and the Dry Season 2 cropping
pattern must be improved by considering the condition of surface water due to climate change
29
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Perubahan iklim telah mengancam produktivitas bulan Oktober 2011, telah dinyatakan bahwa
sektor pertanian sehingga rentan keduanya yaitu perencanaan alokasi air harus
ekonomi dan fisik terhadap ketidakseimbangan mempertimbangkan perubahan karakteristik
dan perubahan iklim. sumber daya air yang disebabkan terjadinya
Produktivitas dipengaruhi oleh sejumlah perubahan iklim. (Azis S, 2011)
variabel perubahan iklim termasuk pola curah Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut
hujan, kenaikan suhu, perubahan penaburan dan telah dilakukan penelitian ini untuk
pemanenan, ketersediaan air dan kesesuaian menyempurnakan pemanfaatan air irigasi yang
lahan. (Shakoor, 2011). lebih efisien guna menghasilkan pola tanam yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan serta
a. Rencana Tata Tanam Global (RTTG) beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Selanjutnya diperlukan penelitian yang
RTTG disebut juga Rencana Tata Tanam sifatnya melanjutkan hasil penelitian ini yaitu
Daerah (RTTD) yaitu suatu pedoman yang dengan cara melakukan uji coba RTTG yang baru
memuat rencana luas tanam, rencana pola dan mengamati hasilnya, selanjutnya diharapkan
tanam, rencana waktu tanam dan rencana alokasi dapat mendorong Pemerintah Kabupaten dan
pemberian air irigasi pada satu Daerah Irigasi Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Pusat agar
(DI), sedangkan Daerah Irigasi (DI) adalah suatu supaya dapat melakukan perubahan kebijakan
luasan lahan sawah yang menerima air irigasi tentang pengaturan air irigasi dan pola tanam
yang berasal dari satu Jaringan Irigasi (JI). secara regional dan nasional. Dengan perubahan
Dengan terjadinya perubahan iklim maka kebijakan ini maka diharapkan produktifitas lahan
alokasi air irigasi yang direncanakan tidak sama sawah dapat dimaksimalkan guna mendukung
sepanjang tahun melainkan harus ketahanan pangan.
mempertimbangkan pola waktu hujan efektif yang Penelitian ini dilaksanakan untuk
turun pada satu tahun sebelum pelaksanaan menghasilkan manfaat yaitu : (1). sebagai upaya
RTTG pada tahun berikutnya. Begitu seterusnya agar pengaturan alokasi air irigasi lebih
untuk tahun yang akan datang, secara dinamis akomodatif terhadap pergeseran musim hujan
harus selalu dilakukan perencanaan pola waktu dan lebih sesuai dengan kondisi debit air irigasi
hujan efektif terlebih dulu sebagai acuan untuk yang tersedia. (2). penyusunan RTTG lebih
menentukan alternatif jadwal awal tanam, sesuai dengan kondisi perubahan iklim dan pada
sebelum merencanakan RTTG. akhirnya akan menghindari kemungkinan
terjadinya gagal panen. (3). seluruh pemangku
b. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) kepentingan yang terlibat di dalam perencanaan
dan pelaksanaan alokasi air irigasi akan
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) memahami situasi dan kondisi perubahan iklim
adalah satu organisasi bagi para petani yang sangat berpengaruh terhadap air
(masyarakat) yang mempunyai tujuan agar permukaan dan air irigasi.
supaya alokasi air irigasi pada satu Jaringan Selanjutnya perlu dilakukan perubahan
Irigasi (JI) dapat terlaksana dengan baik dan peraturan tentang penetapan Rencana Tata
menghindari konflik kepentingan antar desa. Tanam Global (RTTG).
HIPPA Tunggal disingkat HIPPA mempunyai
wilayah pada satu Jaringan Irigasi (JI) pada satu METODE
desa. Sedangkan Gabungan HIPPA (G-HIPPA)
adalah organisasi gabungan yang terdiri dari a. Lokasi Penelitian
beberapa HIPPA.
Satu Jaringan Irigasi (JI) melintasi Untuk mewujutkan pelaksanan pemahaman
beberapa desa sehingga G-HIPPA adalah Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang baru
organisasi gabungan yang terdiri dari masing- ini dipilih Daerah Irigasi (DI) Molek yang
masing HIPPA yang ada di desa-desa yang merupakan salah satu dari 44 (empat puluh
dilintasi Jaringan Irigasi (JI) tersebut. empat) Daerah Irigasi (DI) di wilayah Kabupaten
Malang. Daerah Irigasi (DI) Molek termasuk
c. Penelitian Pendahuluan dalam wilayah Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Kepanjen, Dinas Pekerjaan Umum
Dari penelitian pendahuluan telah dihasilkan Sumber Daya Air Kabupaten Malang. Peta lokasi
suatu Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang daerah Irigasi Molek Kabupaten Malang disajikan
baru yang lebih akomodatif terhadap pergeseran pada Gambar 1.
musim. RTTG yang baru ini mempertimbangkan
pergeseran musim hujan dan besarnya curah
hujan serta faktor perkolasi pada tanah lahan
sawah (Azis S, 2011).
Pada Journal of Basic and Applied Scientific
Research (JBASR)Volume 1, Nomor 10, Terbitan
31
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Dimana :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
E : Persen kelonggaran = 0,05
32
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
X4 = Kegagalan pola taman dengan RTTG Dari tabel dapat dijelaskan bahwa Nilai
variabel tak bebas (Y) terdiri atas 3 komponen korelasi antara Pola Tanam Musim Hujan (MH)
data yaitu: dan Ketersediaan Debit Air sebesar 0,569.
Y1 = Ketersediaan (Debit) Air Musim Hujan Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R^2)
Y2 = Ketersediaan (Debit) Air Musim Kemarau sebesar 0,324; yang berarti bahwa kontribusi atau
Pertama sumbangan atau besarnya pengaruh yang
Y3 = Ketersediaan (Debit) Air Musim Kemarau diberikan oleh Ketersediaan Debit Air terhadap
Kedua Pola Tanam Musim Hujan sebesar 0,324 (32,4%)
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil analisa pengolahan data kuisener untuk
Musim Hujan, Musim Kemarau 1 dan Musim Tabel 3. Residual Output Musim Hujan
Kemarau 2 disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel RESIDUAL OUTPUT
3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8, Observation Predicted Y1 Residuals
Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11 dan Tabel 12. 1 37,37791 -10,37790
2 37,07287 -3,07287
a. Musim Hujan (MH) 3 40,29526 -5,29526
4 36,10287 1,89712
Tabel 1. Pola Tanam Musim Hujan dan Ketersediaan 5 38,75639 -0,75639
Debit Air 6 38,59947 -0,59947
Kelmpok 7 39,97473 0,02527
Y1 X1 X2 X3 X4
Sampel 8 41,95863 -1,95863
1 27 48 44 34 34 9 35,48804 5,51195
34 50 43 32 32 10 34,27548 7,72452
2
11 42,07101 0,92899
3 35 45 37 39 33 12 47,02735 5,97265
4 38 38 29 34 30 Sumber : Hasil Analisa
9 40 48 41 31 28
33
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
10 42 45 37 39 33 4 29,16667 38
5 37,50000 39
11 42 43 43 34 27
6 45,83333 39
12 54 43 42 44 40 7 54,16667 40
Sumber : Hasil Analisa 8 62,50000 40
9 70,83333 42
Berdasarkan data pada tabel di atas 10 79,16667 42
dilakukan analisa untuk mengetahui tingkat 11 87,50000 45
keeratan hubungan antara dua variabel yaitu 12 95,83333 45
hubungan antara peubah bebas (X) dengan Sumber : Hasil Analisa
peubah tak bebas (Y) bisa dalam bentuk polinom
derajat satu (linear) polinom derajat dua Tabel 9. Pola Tanam Musim Kemarau 2 dan
(kuadratik). Ketersediaan Debit Air
Dari hasil analisa regresi linier berganda Kelmpok
Y1 X1 X2 X3 X4
Sampel
dengan menggunakan program Microsoft Excel
dapat diuraikan sebagai berikut. 1 35 38 29 34 30
2 36 50 40 40 20
Tabel 6. Summary Output Musim Kemarau 1
3 40 45 44 40 31
Regression Statistics
4 40 48 50 50 20
Multiple R 0,423268
5 41 44 40 38 33
R Square 0,179156
6 41 43 42 44 40
Adjusted R Square -0,2899
7 42 43 43 34 27
Standard Error 7,073358
8 42 45 37 39 33
Observations 12
Sumber : Hasil Analisa 9 43 48 41 31 28
10 43 48 44 34 34
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa Nilai
korelasi antara Pola Tanam Musim Kemarau 1 11 44 50 43 32 32
(MK1) dan Ketersediaan Debit Airsebesar 0,423. 12 56 56 48 45 42
Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R^2) Sumber : Hasil Analisa
sebesar 0,179; yang berarti bahwa kontribusi atau
sumbangan atau besarnya pengaruh yang Berdasarkan data pada tabel di atas
diberikan oleh Ketersediaan Debit Air terhadap dilakukan analisa untuk mengetahui tingkat
Pola Tanam Musim Kemarau 1 (MK1)sebesar keeratan hubungan antara dua variabel yaitu
0,179 (17,9%) sedangkan sisanya dipengaruhi hubungan antara peubah bebas (X) dengan
oleh faktor lain. peubah tak bebas (Y) bisa dalam bentuk polinom
derajat satu (linear) polinom derajat dua
Tabel 7. Residual Output Musim Kemarau 1 (kuadratik).
RESIDUAL OUTPUT Dari hasil analisa regresi linier berganda
Observation Predicted Y1 Residuals dengan menggunakan program Microsoft Excel
1 35,91006 -9,91006 dapat diuraikan sebagai berikut.
2 37,37474 -11,37470
3 36,02368 1,97631 Tabel 10. Summary Output Kemarau 2
4 39,65532 -1,65532 Regression Statistics
5 38,33279 0,66721
6 40,24962 -1,24962 Multiple R 0,924359
7 39,06202 0,93798 R Square 0,854439
8 35,46178 4,53822 Adjusted R Square 0,771261
9 40,74872 1,25128
10 33,90097 8,09903 Standard Error 2,484799
11 40,46380 4,53619 Observations 12
12 42,81650 2,18350 Sumber : Hasil Analisa
Sumber : Hasil Analisa
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa Nilai
Tabel 8. Probability Output Musim Kemarau 1 korelasi antara Pola Tanam Musim Kemarau 2
PROBABILITY OUTPUT (MK2) dan Ketersediaan Debit Airsebesar 0,924.
Observation Percentile Y1 Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R^2)
1 4,16666 26 sebesar 0,854; yang berarti bahwa kontribusi atua
2 12,50000 26 sumbangan atau besarnya pengaruh yang
3 20,83333 38 diberikah oleh Ketersediaan Debit Airterhadap
34
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Pola Tanam Musim Kemarau 2 (MK2)sebesar Ucapan Terima Kasih saya sampaikan
0,854 (85,4%) sedangkan sisanya dipengaruhi kepada pemberi dana yaitu Kementrian
oleh faktor lain. Ristekdikti. Ucapan terima kasih juga saya
sampaikan kepada Rektor Insttut Teknologi
Tabel 11 Residual Output Musim Kemarau 2 Nasional Malang, Lembaga Penelitian dan
RESIDUAL OUTPUT Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi
Observation Predicted Y1 Residuals Nasional Malang yang telah memfasilitasi
1 33,79419 1,205813 pemberian dana. Tak lupa saya sampaikan terima
2 38,47736 -2,47736 kasih kepada Panitia Semsina 2018 Fakultas
3 41,57205 -1,57205 Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
4 39,02026 0,979741 Nasional Malang yang telah member kesempatan
5 41,04384 -0,04384 kepada saya ntuk berkontribusi hasil penelitian
6 43,58903 -2,58903 tahun 2018 guna dimanfatkan oleh pihak yang
7 38,91172 3,088276 membutuhkan.
8 40,75536 1,244638
9 41,96997 1,030026 DAFTAR PUSTAKA
10 45,1623 -2,1623
11 45,33048 -1,33048 Subandiyah A. 2011. Analysis of Irrigation Water
12 53,37344 2,62656 Requirement for Anticipating Global Climate
Sumber : Hasil Analisa Change. Journal of Basic and Applied
Scientific Research (JBASR). 1(10), 1709-
Tabel 12. Probability Output Musim Kemarau 2 1714.
PROBABILITY OUTPUT
Observation Percentile Y1 Firdaus A. 2013. Adaptasi Petani Terhadap
1 4,16666 35 Perubahan Iklim. Jurnal Lingkungan Hidup.
2 12,50000 36 Januari,2013.
3 20,83333 40
https://uwityangyoyo.wordpress.com/2013/01
4 29,16667 40
5 37,50000 41 /10/adaptasi-petani-terhadap-perubahan-
6 45,83333 41 iklim/. Diakses tanggal 18 Mei 2017.
7 54,16667 42
8 62,50000 42 Kazem, Javan. 2013. The Influences of Climate
9 70,83333 43 Change on the Runoff of Gharehsoo River
10 79,16667 43 watershed. American Journal of Climate
11 87,50000 44 Change. Published Online Desember 2013.
12 95,83333 45
296-305.
Sumber : Hasil Analisa
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan Kerry, J. 2010. Les compe´tences de ´montre´es
besarnya pengaruh yang diberikan oleh par des employe´s municipaux implique´s
ketersediaan debit air terhadap pola tanam Musim dans un processus d’adaptation aux
Hujan , Musim Kemarau 1 dan Musim Kemarau 2 changements climatiques. Master’s thesis.
yang dinyatakan dalam persen. Universite´ de Moncton. Moncton. France.
36
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Tingginya tingkat kemacetan merupakan salah satu penyebab tingginya permasalahan transportasi di
Kota Malang. Permasalahan tersebut secara umum sering terjadi di beberapa persimpangan di Kota
Malang, salah satunya adalah pada persimpangan bersinyal Jl. Kalpataru – Jl. Cengger Ayam.
Kemacetan yang terjadi pada persimpangan ini sering kali menimbulkan antrian dan tundaan yang cukup
tinggi. Hal tersebut menyebabkan pelaku pergerakan terkadang membutuhkan waktu yang lama saat
berada di persimpangan tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka
dilakukanlah evaluasi kinerja simpang pada persimpangan bersinyal Jl. Kalpataru – Jl. Cengger Ayam
Kota Malang. Untuk menunjang studi ini di perlukan sampel volume lalu lintas, panjang antrian, dan
tundaan dengan survey lapangan pada kondisi eksisting yang di laksanakan pada 3 hari di mulai dari hari
Sabtu 24 Februari 2018, Minggu 25 Februari 2018, dan Senin 26 Februari 2018. Metode evaluasi ini
menggunakan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014 dan menggunakan Peraturan Menteri
Perhubungan 96 Tahun 2015. Dari hasil survey lapangan selama tiga hari, diperoleh volume tertinggi
terjadi pada Senin 26 Februari 2018 pukul 06.15-07.15 dengan nilai 2212 skr/jam, panjang antrian 110
meter, dan tundaan 82,5 det/kend dengan tingkat pelayanan F. Skenario alternatif yang dipilih dari tiga
alternatif yang direncanakan adalah alternatif kedua yaitu pelebaran jalan. Pelebaran jalan memberikan
kenaikan tingkat pelayanan yang berawal dari F berubah menjadi D.
ABSTRACT
The high level of congestion is one of the causes of the high transportation problems in Malang City.
These problems generally occur in several intersections in the city of Malang, one of which is at a
signalized intersection Jl. Kalpataru - Jl. Chicken Cengger. Congestion that occurs at this intersection
often causes high queues and delays. This causes the drivers sometimes take a long time waiting when
they are at the intersection. Based on the problems, a performance evaluation of the intersection at the
signalized intersection Jl. Kalpataru - Jl. Cengger Ayam Malang City is needed. To support this study, a
sample of traffic volume, queue length, and delay is needed with a field survey on the existing conditions
carried out on 3 days starting from Saturday 24 February 2018, Sunday 25 February 2018, and Monday
26 February 2018. Evaluation method that we used are Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014 dan
menggunakan Peraturan Menteri Perhubungan 96 Tahun 2015. From the results of a three-day field
survey, the highest volume occurred on Monday 26 February 2018 at 06.15-07.15 with a value of 2212
skr/jam, a queue length of 110 meters, and delay of 82.5 det/kend with the level of service is F.
Alternative scenarios selected from three planned alternatives are the second alternative, which is road
widening. Road widening provide an increase in the level of service that starts from F, changes to D.
37
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
METODE
38
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
39
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Data Antrian Puncak Hari Minggu, 25 Februari Data Tundaan Rata-Rata Puncak Hari Senin, 26
2018 Februari 2018
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Pendekat Pendekat
m m m det/kend det/kend det/kend
Jl. Cengger Ayam Utara 52,5 51 52,5
70 73 62
(Utara)
Jl. Melati (Selatan) 135 135 114 Selatan 40,8 45 44,5
40
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tingkat Pelayanan di Hari Sabtu, 24 Februari (Jam Dari evaluasi yang telah dilakukan, didapatkan
Puncak Pagi) hasil kinerja simpang yang melebihi syarat yang
LAPANGAN PKJI telah ditentukan. Oleh karena itu dilaukan
perencanaan perbaikan dengan tujuan
Pendek Tundaa Tundaa
Tingkat Tingkat meningkatkan kinerja simpang pada
n n
at
det/ken
Pelayana
det/ken
Pelayana persimpangan Jl. Kalpataru – Jl . Cengger
n n Ayam. Ada tiga skenario alternatif perbaikan
d d
yang akan dilakukan yaitu:
Utara 50,6 E 71,84 F
Selatan 45,6 E 75,83 F 1. Optimasi sinyal.
2. Pelebaran jalan.
Barat 51 E 125,06 F
3. Optimasi sinyal dan pelebaran jalan.
1362,1
Timur 71,7 F F
2 Setelah perencanaan alternatif perbaikan
simpang dilakukan, maka dipilih alternatif terbaik
dari ketiga alternatif yang telah direcanakan.
Tingkat Pelayanan di Hari Minggu, 25 Februari (Jam
Puncak Pagi)
Dari hasil perencanaan, maka alternatif kedua
yaitu pelebaran jalan yang menjadi rekomendasi
LAPANGAN PKJI
untuk perbaikan simpang dikarenakan nilai
Pendek Tundaa Tundaa tundaan memenuhi syarat dan tidak
Tingkat Tingkat
at n n menimbulkan konflik pada persimpangan.
Pelayana Pelayana
det/ken det/ken
n n
d d
Utara 52,5 E 55,36 E
Selatan 44,1 E 95,36 F
Barat 52,5 E 116,52 F
1595,6
Timur 69,3 F F
6
41
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Fedorave, Ardena Oney. 2017. Studi Evalusi
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Simpang Empat Galunggung Kota
1) Jam puncak pada hari kerja dan hari libur Malang. Skripsi. Dipublikasikan. Malang:
terjadi di pendekat yang sama, dan jam puncak Institut Teknologi Nasional.
pada hari kerja mengalami pergeseran menjadi
lebih pagi daripada jam puncak pada hari libur. Kota Malang Dalam Angka 2017. Malang:
Antrian puncak pada hari kerja dan hari libur Badan Pusat Statistik Kota Malang.
terjadi di pendekat yang sama yaitu pedenkat
Selatan. Serta tundaan puncak pada hari kerja Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96
Tahun 2015. Direktur Jendral
dan hari libur terjadi di pendekat yang sama
yaitu pendekat Timur. 2) Tingkat pelayanan Perhubungan Darat.
simpang untuk hasil survey lapangan maupun
Utami, Elok Tri. 2015. Analisis Antrian Dan
hasil perhotungan PKJI 2014 memiliki nilai E
Tundaan Kendaraan Pada Simpang
dan terus meningkat sampai F. 3) Dari ketiga
Bersinyal Jl. Urip – Jl. Perintis - Jl.
opsi alternatif perbaikan kinerja simpang Leimena. Skripsi. Dipublikasikan.
didapatkan alternatif terbaik yaitu alternatif
Makassar: Universitas Hasanuddin.
kedua yang berupa pelebaran jalan.
Saran
Dari hasil analisis dan kesimpulan studi ini, ada
beberapa saran dari penilus yaitu 1) Untuk
penelitian selanjutnya, tata cara survey harus
lebih matang dan sesuai dengan standar survey
pengamatan lalu lintas. 2) Adanya semacam
revisi untuk rumus yang ada di PKJI 2014
dikarenakan hasil perhtungan sangat jauh
berberda dengan hasil survery lapangan. 3)
Untuk skenario alternatif simpang yaitu
pelebaran jalan, dapat terealisasikan apabila
Pemerintah Kota Malang membeli bangunan-
bangunan yang berada di sekitar persimpangan.
4) Pemkot Malang diharapkan melakukan
manajemen jaringan lalu lintas sehingga untuk
pemecahan solusi tidak hanya pada satu titik,
tetapi juga memperhatikan titik yang lainnya.
42
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Pengadaan barang dan jasa tidak sebatas pada pemilihan rekanan proyek dengan bagian pembelian
(purchasing) atau perjanjian resmi kedua belah pihak, namun mencakup seluruh proses sejak awal
perencanaan, persiapan, perijinan, penentuan pemenang tender, tahap pelaksanaan dan proses
administrasi dalam pengadaan barang dan jasa (Ibid). Pemerintah memperkenalkan e-procurement
sebagai bentuk procurement terbaru (Septian Aji Prabowo, 2016). Hal ini dilatar belakangi oleh
kelemahan-kelemahan pengadaan barang dan jasa dengan sistem konvensional seperti persaingan
yang tidak sehat, adanya indikasi kecurangan, kurangnya transparasi dan adanya persekongkolan antara
pihak-pihak terkait (Dr. Sevenpri Candra, 2016). Di Kota Kupang yang merupakan bagian dari Propinsi
Nusa Tenggara Timur, sejak tahun 2008 telah melaksanakan e-procurement. Studi ini bertujuan untuk
mengkaji tingkat kesiapan dan tingkat kesulitan dari pelaksanaan e-procurement berdasarkan peraturan
presiden no.16 tahun 2018 pada pemerintahan daerah Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 40 responden. Responden berasal dari
panitia lelang instansi pemerintahan. Data penelitian ini diuji dan dianalisis dengan uji mean, standar
deviasi dan rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapan termasuk dalam kondisi siap
dengan nilai rata-rata 3,80 dari antara nilai 1,00 untuk kondisi sangat tidak siap dan nilai 5,00 untuk
kondisi sangat sulit. Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kesulitan dari
pemerintahan daerah Kota Kupang dalam melaksanakan e-procurement termasuk dalam kondisi tidak
sulit dengan nilai rata-rata 2,35 dari antara nilai 1,00 untuk kondisi sangat tidak sulit dan nilai 5,00 untuk
kondisi sangat sulit.
meluas, mencakup penjelasan dari tahap keinginan tersebut maka mustahil untuk
persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau mengembangkan e-procurement untuk berjalan
administrasi tender untuk pengadaan barang, sesuai harapan dan Capacity yang dimana
lingkup pekerjaan atau jasa lainnya yang unsur kemampuan atau keberdayaan dari
kemudian diatur dalam Keputusan Presiden pemerintah diperlukan dalam mewujudkan e-
Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman procurement dan harus memiliki element
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi pendukung seperti ketersedian infrastruktur
Pemerintah. Pengadaan barang dan jasa tidak teknologi informasi yang memadai, sumber daya
sebatas pada pemilihan rekanan proyek dengan manuasia yang memiliki kompetensi dan
bagian pembelian (purchasing) atau perjanjian keahlian dan membentuk organisasi khusus
resmi kedua belah pihak, namun mencakup untuk menangani sistem e-procurement.
seluruh proses sejak awal perencanaan, Di Kota Kupang yang merupakan
persiapan, perijinan, penentuan pemenang bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Timur,
tender, tahap pelaksanaan dan proses sejak tahun 2008 telah melaksanakan e-
administrasi dalam pengadaan barang dan jasa procurement. Berdasarkan paparan diatas,
(Ibid). Kemudian pemerintah memperkenalkan maka peneliti akan melakukan kajian terhadap
e-procurement sebagai bentuk procurement kesiapan dalam pelaksanaan e-procurement di
terbaru (Septian Aji Prabowo, 2016). Hal ini Pemerintah Daerah khususnya Kota Kupang
dilatar belakangi oleh kelemahan-kelemahan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah
pengadaan barang dan jasa dengan sistem tercantum dalam Peraturan Presiden No. 16
konvensional seperti persaingan yang tidak tahun 2018 sehingga selain mendukung
sehat, adanya indikasi kecurangan, kurangnya pemerintahan yang transparan (Good
transparasi dan adanya persekongkolan antara Governance) dan dapat mendukung
pihak-pihak terkait (Dr. Sevenpri Candra, 2016). pemerintahan memiliki pembangunan dengan
Di Indonesia pertama kali e- sistem keberlanjutan (sustainability) serta green
Procurement diperkenalkan sebagai sistem government.
pengadaan barang dan jasa pada tahun 2002.
E-procurement adalah sistem lelang dalam TINJAUAN PUSTAKA
pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan
memanfaatkan teknologi, informasi dan Pengertian Pelelangan
komunikasi berbasis internet agar dapat Pelelangan dapat didefinisikan sebagai
berlangsung secara efektif, efisiensi terbuka dan serangkaian kegiatan untuk menyediakan
akuntabel (Sutedi, 2012:254). Pengadaan barang / jasa dengan cara menciptakan
secara elektronik atau E-Procurement adalah persaingan yang sehat diantara penyedian
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat,
dengan menggunakan teknologi informasi dan berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak – pihak
perundang-undangan (Peraturan Presiden yang terkait secara taat sehingga terpilih
No.54 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 37). Proses penyedia terbaik (Wulfram I. Ervianto,
pengadaan barang/jasa secara elektronik manajemen proyek konstruksi hal 49).
membantu pemerintah untuk lebih
meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, E-Procurement
efektifitas, transparasi dan akuntabilitas dalam Pengadaan barang dan jasa pada suatu
pembelanjaan uang Negara. Tujuan dari e- instansi atau perusahaan merupakan kegiatan
procurement, adalah meningkatkan transparasi rutin yang selalu dilakukan. Pengadaan
dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar barang/jasa dimaksudkan untuk memenuhi
dan usaha, meningkatkan tingkat efisiensi kebutuhan barang serta jasa yang diperlukan
proses pengadaan, mendukung proses guna keberlangsungan operasional instansi atau
monitoring dan audit dan memenuhi kebutuhan perusahaan. Proses pengadaan barang dan
akses informasi (Siahaya, 2012:h.80). jasa yang banyak dilakukan pada instansi
Penerapan e-procurement dalam tahap biasanya masih bersifat konvensional mulai dari
pengadaan merupakan salah satu bentuk upaya proses pengadaannya hingga ke laporan. Hal ini
dalam mencapai konstruksi berkelanjutan. memunculkan masalah-masalah didalam
Dalam penerapan e-procurement, diharapkan pengadaan barang dan jasa seperti lamanya
dapat mengurangi dan mengatasi permasalahan proses pengadaan, biaya yang besar, ketidak
yang timbul dalam pengadaan barang dan jasa transparan dalam proses pengadaan, koordinasi
terutama dikalangan Pemerintahaan. Untuk antara bagian tidak terjalin baik, serta
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada banyaknya dokumen (kertas) yang terlibat,
sector pemerintahaan, ada beberapa indikator hingga proses pelaporan yang tidak akurat dan
yang harus diperhatikan (Indrajit, 2006:15) lambat.
seperti Support yaitu keinginan dari berbagai Sistem pengadaan barang/jasa konstruksi
kalangan pemerintahaan untuk menerapkan di Indonesia telah diterapkan sistem e-
konsep e-procurement, apabila tidak adanya procurement. Pada sistem e-procurement
44
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
seluruh proses lelang mulai dari pengumuman, 5. Mereduksi tenaga sumber daya
mengajukan penawaran, seleksi, sampai manusia, menghemat biaya
pengumuman pemenang akan dilakukan secara penyelenggaraan pelelangan dan
online melalui situs internet. Pemerintah mengoptimalkan waktu pelaksanaan.
Indonesia saat ini memang berusaha
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan Tahapan Pelaksanaan E-Procurement
menerapkan tata kelola yang baik. Untuk Pelaksanaan e-procurement perlu
mendukung tujuan tersebut pemerintah dilakukan secara bertahap guna penerapan
mengeluarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang semakin baik. Secara umum tahapan
tentang pedoman pelaksanaan pengadaan pelaksanaan e-procurement dibagi dalam empat
barang/jasa pemerintah, yang menggantikan tahap, antara lain:
Keppres No. 80 tahun 2003. 1. Penayangan informasi
Terdiri dari informasi umum dan paket
Manfaat E-Procurement pekerjaan
Keuntungan e-procurement meliputi 2. Pelaksanaan copy to internet (CTI)
pengurangan biaya overhead seperti pembelian Adalah penayangan informasi, proses
agen, juga peningkatan kendali inventori, dan dan hasil pengadaan barang/jasa
keseluruhan peningkatan siklus manufaktur. 3. Pelaksanaan semi e-procurement
Sistem e-procurement membantu perusahaan- Yaitu kegiatan pengadaan barang dan
perusahaan mengkonsolidasikan data tentang jasa yang sebagian prosesnya
pengadaan bermacam-macam barang baik dilakukan melalui media internet secara
secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan interaktif antara peserta lelang dan
dari implementasi e-procurement adalah: panitia lelang
1. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi 4. Pelaksanaan full e-procurement
dalam pengadaan barang/jasa. Yaitu proses pengadaan barang dan
2. Meningkatkan transparansi dan jasa yang dilakukan dengan transaksi
akuntabilitas. secara penuh melalui media internet.
3. Memudahkan pencarian data dan
informasi tentang pengadaan jasa Macam-Macam Pelelangan
konstruksi. 1. Pelelangan umum
4. Menjamin persamaan kesempatan, Adalah metode pemilihan penyedia
akses dan hak yang sama bagi para barang atau jasa yang dilakukan secara
pihak pelaku pengadaan jasa dan terbuka dengan pengumuman secara
konstruksi. luas melalui media masa dan papan
5. Menciptakan situasi yang kondusif agar pengumuman resmi
terjadi persaingan yang sehat antar 2. Pelelangan terbatas
penyedia jasa konstruksi Dilaksanakan apabila jumlah penyedia
6. Menciptakan situasi yang kondusif bagi barang atau jasa yang mampu
aparatur pemerintah dan menjamin melaksanakan diyakini terbatas
terselenggaranya komunikasi secara 3. Pemilihan langsung
online untuk mengurangi intensitas Adalah pemilihan penyedia barang/jasa
pertemuan langsung antara penyedia yang dilakukan dengan membandingkan
jasa konstruksi dengan panitia sebanyak-banyaknya penawar,
pengadaan dalam mendukung sekurang-kurangnya tiga penawaran
pemerintah yang bersih dan bebas dari dari penyedia barang/jasa yang telah
KKN. lulus prakualifikasi
Manfaat e-procurement, adalah: 4. Penunjukan langsung
1. Pelaksanaan pengadaan barang atau Metode ini dapat dilaksanakan dalam
jasa dapat berjalan secara transparan keadaan tertentu dan keadaan khusus
adil dan persaingan sehat. terhadap satu penyedia barang/jasa
2. Masyarakat luas dapat berperan aktif 5. Swakelola
dalam pelaksanaan pelelangan dan Adalah pelaksanaan pekerjaan yang
mempermudah masyarakat dalam direncanakan, dikerjakan dan diawasi
memperoleh informasi. sendiri dengan menggunakan tenaga
3. Tidak terjadi pengadaan barang/jasa dan alat sendiri atau upah borongan
yang bernuansa KKN, karena semua tenaga.
peserta pengadaan barang/jasa dapat
saling mengawasi.
4. Tercapainya mutu produk, waktu Prinsip Pemilihan Penyedia Jasa Secara
pelaksanaan, pemanfaatan dana, Elektronik
sumber daya manusia, teknologi dalam Prinsip pemilihan penyedia jasa secara
pelaksanaannya. elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yaitu:
45
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
47
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
48
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
49
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
50
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
51
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
52
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Layanan Logistik Strategis (L2S) merupakan salah satu solusi untuk mengakomodir amanat Undang-
undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kegiatan usaha
jasa konstruksi harus didukung dengan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi. L2S merupakan suatu
bentuk layanan logistik terpadu yang diharapkan mampu menjadi penggerak sistem rantai pasok konstruksi.
Makalah ini memaparkan hasil kajian literatur untuk menyusun sekumpulan parameter dalam menentukan
kelayakan entitas yang berpotensi menjadi penyedia L2S. Studi literatur dilakukan untuk mengidentifikasi
kriteria-kriteria yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan penyedia layanan logistik yang
diperuntukan bagi kontraktor kecil serta siapa saja entitas yang berpotensi menjadi provider nya. Hasil kajian
menunjukkan bahwa terdapat empat sumber daya yang harus dimiliki oleh para entitas untuk menjadi
penyedia L2S, yaitu informasi, sumber daya manusia, fasilitas logistik, serta dukungan finansial. Entitas
yang berpotensi untuk menjadi penyedia layanan logistik adalah entitas yang sudah berkecimpung di industri
konstruksi, seperti kontraktor, supplier, penyedia layanan transportasi, penyedia layanan pergudangan,
maupun entitas baru yang membuka model bisnis L2S secara khusus, baik yang dilakukan oleh pemerintah,
swasta, maupun dalam bentuk kerjasama pemerintah dan swasta.
Kata kunci: layanan logistik strategis, rantai pasok konstruksi, potensi entitas
ABSTRACT
Strategic Logistics Services (SLS) can be considered as one of the efforts to respond the mandate of
the Construction Services Law Number 2 of 2017 that enacts construction services business activities must
be supported by construction supply chains. An SLS is a form of integrated logistics service that is expected
to be able to drive the construction supply chains system. This paper presents the literature reviews that
compile a set of parameters in determining the feasibility of potential entity to become an SLS provider.
Literature reviews were conducted to identify some criteria that can be used as parameters in determining
logistics service providers that are intended for small-sized contractors and to identify the entities that have
the potential to be providers. The results indicate that there are four resources that must be owned by the
entities to become SLS providers: information, human resources, logistics facilities, and financial support.
Entities that have the potential to become logistics service providers are entities that have been involved in
the construction industry, such as contractors, suppliers, transportation service providers, warehousing
service providers, and new entities that have specifically built SLS business models, both those carried out
by the government, private sectors, and in the form of government and private cooperation.
53
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
54
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ini dilakukan agar dapat menurunkan secara SISTEM LAYANAN LOGISTIK STRATEGIS
dratis persediaan barang di gudang dan untuk
mengatur pasokan material agar sesuai dengan Sistem manufaktur atau konstruksi pada
proses produksi. Dengan demikian biaya dasarnya melakukan perubahan dari input
inventory atau persediaan dapat dipangkas, dan menjadi output dengan bantuan trasformation
mengurangi biaya produksi secara keseluruhan utility dan penambahan nilai, sehingga bentuk
(Vrijhoef dan Koskela, 2000). atau ukuran keberhasilan proses manufaktur
Menurut Christhoper (2011), hubungan dan dan konstruksi adalah ketika nilai output lebih
rangkaian entitas yang terlibat dalam suatu besar dibanding dengan input.
rantai pasok, tidak tepat jika dikatakan sebagai Hal ini justru sangat berbeda dengan
hubungan yang linier, namun lebih tepat jika sistem logistik, nilai output tidak boleh berbeda
dikatakan sebagai hubungan yang kompleks. dengan input, jadi yang digunakan adalah time
Hal ini karena suatu entitas (misalnya supplier) and place utility. Output tidak boleh berubah dari
memiliki tidak hanya satu saja hubungan input nya, yang berubah hanya waktu dan
dengan supplier di ranah hulu, namun bisa dua tempatnya saja, dalam hal ini berubah
atau lebih, demikian pula ia tidak hanya memiliki kepemilikan, dalam dimensi waktu dan lokasi
satu hubungan dengan satu konsumennya, yang berbeda. Sistem logistik melibatkan 2 titik,
namun bisa dua atau lebih di ranah hilirnya. yaitu titik asal (origin) dan titik akhir
Demikian pula konsumen sebagai entitas di (destination), dan dengan melibatkan 3 aliran,
ranah hilir, dia dapat memiliki hubungan tidak yaitu produk, informasi, dan uang.
hanya dengan satu supplier, namun bisa lebih, Logistik merupakan proses strategis dalam
sehingga rangkaian rantai pasok ini lebih tepat hal pengelolaan pengadaan, pergerakan, dan
dikatakan sebagai suatu jaringan atau network. penyimpanan material, suku cadang, dan
Industri konstruksi mencoba mengadaptasi persediaan barang (dan aliran informasi) melalui
apa yang terjadi di industri manufaktur. Salah organisasi dan saluran pemasarannya
satunya adalah dengan mengadaptasi konsep sedemikian rupa sehingga memperoleh
lean production menjadi konsep lean keuntungan dengan biaya yang efektif dalam
construction, dengan aspek perhatian yang rangka memenuhi permintaan pelanggan
sama, yaitu efisiensi pada organisasi dan (Christhoper, 2011).
sumberdaya. Demikian pula dengan konsep Istilah “logistics outsourcing”, “logistics
supply chain, construction supply chain alliances”, “third party logistics”, “contract
merupakan rangkaian proses dari sekumpulan logistics”, serta “contract distribution” telah
aktivitas perubahan material alam hingga digunakan dan mengalami perubahan yang
menjadi produk akhir (bangunan air, menggambarkan suatu organisasi yang
transportasi, dan gedung), dengan mengabaikan melakukan kontrak secara sebagian atau
batas-batas organisasi yang ada. Tommelein, keseluruhan dari aktivitas logistik yang
dkk (2003) menyatakan bahwa jaringan tersebut sebelumnya dilakukan sendiri oleh perusahaan
selain dilakukan untuk kebutuhan owner, juga manufaktur (pembuat produk) (Aertsen, 1993;
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota Bowersox, 1990; Lieb, 1992; Sink dkk, 1996
supply chain. dalam Selviaridis dan Spring, 2007).
Secara konvensional, kebutuhan akan Perubahan model bisnis logistik
rantai pasok dapat dilihat pada tahap berkembang, karena peningkatan kebutuhan
penawaran pada suatu siklus konstruski. Hal ini layanan logistik, sehingga para penyedia
terjadi ketika pada saat tender proyek konstruksi layanan logistik mulai membangun layanan one-
terjadi, para kontraktor mengajukan dokumen stop solution dan membangun Third Party
penawaran, dengan menawarkan harga Logistics (TPL) dan bahkan Fourth Party
pekerjaan (satuan pekerjaan) yang merupakan Logistics (4PL).
representasi dari bentuk hubungan kantraktor Thrid party logistics (TPL) merupakan salah
dengan supplier-nya (material, tenaga kerja, satu bentuk model bisnis di bidang logistik yang
serta alat), sehingga jika ditilik dari hal umumnya berupa suatu badan usaha swasta
efiseiensi, kontraktor yang menawarkan harga dan bekerja berdasarkan kontrak dengan pabrik
pekerjaan yang optimal-lah yang akan menjadi (manufaktur), vendor (agen), atau pengguna
pilihan owner. Dengan demikian dapat (user) dari produk atau pelayanan. Penyedia
disimpulkan bahwa para kontraktor peserta layanan logistik ini diistilahkan pihak ketiga
tender sesungguhnya sedang menawarkan (third-party) karena, dia bukanlah pemilik dari
rantai pasoknya masing-masing yang produk-produk yang ditawarkan, namun dia
diunggulkan. Hal ini sesuai dengan apa yang berpartisipasi dalam rantai pasok yang
diutarakan oleh Christopher (2011), bahwa menghubungkan pihak pabrikan dengan
keunggulan dalam bisnis adalah keunggulan pengguna produk (Aguezzoul, 2007).
persaingan antar jaringan rantai pasok. Pada awalnya, penyedia layanan TPL
merupakan bagian dari perusahaan yang
melayani pergudangan dan transportasi barang
55
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
(ekspedisi), namun saat ini mereka telah terlibat dalam rantai pasok konstruksi yang telah
berkembang dan melakukan diversifikasi ada, namun tidak menutup kemungkinan pula
layanan dengan menawarkan berbagai macam entitas baru yang dapat berperan dalam
layanan serta dengan memastikan berbagai interface antara rantai pasok dan proyek
aktivitas logistik. Penyedia layanan logistik TPL konstruksi.
harus memiliki fasilitas pergudangan, armada Vrijhoef dan Koskela (2000) menyatakan
transportasi, dan jangkauan layanan mereka terdapat empat peran untuk pengelolaan rantai
harus dapat menjangkau ke seluruh penjuru pasok di konstruksi, yaitu peranan yang fokus
dunia. Kondisi dunia bisnis saat ini sangat sulit pada interface antara rantai pasok dan proyek
bagi perusahaan untuk dapat berdaya saing jika konstruksi di lapangan, fokus pada rantai pasok
tidak berkolaborasi dengan para mitra nya itu sendiri, fokus pada pemindahan aktivitas dari
(Aguezzoul, 2014). lokasi proyek ke tahapan awal rantai pasok, dan
Model bisnis TPL pada dasarnya pengelolaan yang terpadu dan perbaikan dari
mengambil alih proses distribusi material dari rantai pasok dan produksi pada lokasi proyek.
perusahaan penghasil produk (produsen), L2S nantinya kan menempati peran pertama
dengan pengalihan distribusi barang ke dalam konsep SCM tersebut.
konsumen oleh perusahaan TPL, maka Hasil dari kajian menunjukkan bahwa
produsen dapat fokus pada bidang usaha entitas yang dapat berperan sebagai penyedia
utamanya saja dan dapat mengeliminasi biaya atau provider layanan logistik strategis adalah
investasi infrastruktur logistik (gudang, armada kontraktor itu sendiri, supplier material yang
transportasi, maupun peralatannya), sehingga sudah ada, penyedia layanan transportasi,
pada akhirnya biaya produksi menjadi penyedia layanan pergudangan, atau entitas
berkurang. baru yang dikendalikan oleh pemerintah,
Menurut (Aguezzoul, 2014), aktivitas TPL swasta, atau kerjasama antara pemerintah dan
yang termasuk dalam kategori fungsi logistik swasta. Berikut dalam Tabel 2 disajikan
disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut: perbandingan dari potensi entitas yang
memungkinkan menjadi provider L2S.
Tabel 1. Aktivtas Penyedia Layanan Logistik Tantangan bisnis logistik yang dihadapi
Strategis saat ini adalah tentang kurangnya sumberdaya
manusia yang profesional di bidang logistik,
Proses sehingga perlu diadakan pelatihan secara terus
Aktivitas menerus agar para penyedia layanan logistik
Logistik
tidak saling bersaing untuk memperoleh SDM
Transportation Jalan, rel, udara, laut; manjemen yang kompeten. Tantangan lain yang dihadapi
intermodal; pengiriman; penerusan oleh penyedia layanan logistik adalah,
pengiriman; pengiriman ekspres. kebutuhan terhadap layanan-layanan yang
Outbound Menggabungkan pengiriman; bersifat spesialis, sehingga antar penyedia
(distribution) memproses permintaan barang; layanan logistik mampu berkolaborasi.
pemilihan dan penyortiran barang; Sumberdaya yang harus dimiliki oleh
Mengirim barang; konfigurasi pasca penyedia layanan logistik selain sumber daya
produksi; instalasi produk di tempat manusia yang kompeten, juga diperlukan
pelanggan. jaringan teknologi informasi yang memadai serta
Warehousing Penyimpanan barang; penerimaan fasilitas yang menunjang layanan logistik,
barang; cross docking; konsolidasi apakan fasilitias transportasi, pergudangan,
(dekonsolidasi); penanganan maupun infrastruktur teknologi infomasi.
terhadap barang yang mudah Dukungan finansial yang kuat juga menjadi
rusak/berbahaya.
salah satu hal yang harus dimiliki oleh penyedia
layanan logistik, agar mampu memberikan
Inventory Perkiraan/peramalan; slotting;
pelayanan bagi pelanggannya.
management analisis lokasi; analisis lokasi;
perancangan layout; manajemen Tabel 2. Alternative Entitas Penyedia Layanan
penempatan dan pengambilan. Logistik Strategis
Packaging Desain kemasan; pemberian label;
perakitan/pengemasan. Kelebihan Kekurangan
Reverse Daur ulang; penggunaan kembali; Kontraktor
logistics perbaikan; pengujian produk; Terlibat langsung di Membutuhkan investasi
manajemen pengembalian barang lapangan untuk menyediakan
Sumber: Aguezzoul (2014) layanan transportasi dan
pergudangan
Berdasarkan hasil kajian terdahulu, entitas Supplier
yang mampu menjadi integrator dalam sistem Memiliki kedekatan Membutuhkan innevstasi
layanan logistik strategis dalam ranah rantai hubungan dengan untuk menyediakan
pasok konstruksi, adalah entitas yang telah
56
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
57
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
beberapa metode seleksi TPL, yaitu sebagai para entitas untuk menjadi penyedia L2S, yaitu
tertera di Tabel 5. informasi, sumber daya manusia, fasilitas
logistik, serta dukungan finansial. Entitas yang
Tabel 5. Perbandingan Metode Evaluasi berpotensi untuk menjadi penyedia layanan
Pemilihan TPL logistik adalah entitas yang sudah berkecimpung
di industri konstruksi, seperti kontraktor,
Keuntungan Kekurangan supplier, penyedia layanan transportasi,
Metode Pembobotan linier penyedia layanan pergudangan, maupun entitas
Cepat dan sederhana Tergantung dari penilaian baru yang membuka model bisnis L2S secara
diaplikasikan personal khusus, baik yang dilakukan oleh pemerintah,
Mempertimbangkan Tidak ada kemungkinan swasta, maupun dalam bentuk kerjasama
kriteria yang subjektif untuk memperkenalkan pemerintah dan swasta.
Murah untuk hambatan kedalam model
Kriteria pemilihan entitas adalah terkait
diimplementasikan
dengan kinerja pelayanan (biaya logistik yang
Artificial intelligennce
ditawarkan, fasilitas dan flesibilitas pelayanan,
Menawarkan dasar Memerlukan pengetahuan
kualitas material terkirim), aspek lokasi dan
pengetahuan yang tentang TPL
geografi (menyangkut jangkauan pelayanan),
fleksibel Akses ke praktisi lama dan
Mempertimbangakan sulit Kepercayaan (kondisi finansial, hubungan
faktor-faktor kuantitatif kerjasama, reputasi), fasilitas (sistem informasi,
Statistical/probabilistic sarana dan prasarana logistik). Metode evaluasi
Mengalisis perilaku yang Tidak ada solusi yang yang dipilih harus disesuaikan dengan
meragukan TPL optimal kebutuhan dan kemampuan sumberdaya
Sulit untuk dilakukan manusia yang dimiliki oleh calon pengguna TPL,
analisa yaitu mulai dari metode yang paling sederhana
Tidak ada kemungkinan menggunakan pembobotan linier hingga
untuk memperkenalkan menggunakan mathematical programming.
hambatan secara
matematis pada model
Mathematical Programming - Multi-objective
UCAPAN TERIMA KASIH
Kriteria tidak dalam Mempertimbangkan
dimensi yang tidak dengan sulit kriteria Makalah ini merupakan bagian dari
umum subjektif Penelitian Hibah Kompetensi yang didanai oleh
Mengusulkan beberapa Tidak mengusulkan solusi Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
solusi optimal (Kemenriset Dikti) pada tahun 2018 melalui
Memungkinkann Sulit untuk dilakukan LPPM ITB.
memperkenalkan atau analisis hasil dari metode
tidak hambatan pada ini
model DAFTAR PUSTAKA
Mathematical Programming - Mono-objective
Mengusulkan solusi Tidak membeprimbangkan Abduh, Muhamad. (2017). Kebutuhan Layanan
yang optimal kriteria subjektif Logistik Strategis Untuk Pemberdayaan
Kemungkinan kontraktor Kecil Di Indonesia. University
memperkenalkan atau Network For Indonesia Infrastructure
tidak hambatan pada Development (UNIID) 2017, Palembang,
model 19-20 September 2017.
Sumber: Aguezzoul (2007) Aguezzoul, Aicha. (2007). The third party
logistics selection: a review og literature.
Penerapan metode evaluasi ini tentunya International Logistics and Supply Chain
harus dipilih berdasarkan kemampuan Congress, Istambul, Turkey, November ,
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh calon 2007.
pengguna TPL, semakin detail kriteria dan Aguezzoul, Aicha. (2014). The third party
metode evaluasi yang dipilih, maka akurasi hasil logistics selection: A review of literature
analisa juga akan semakin baik, namun hal ini review on criteria and methods. Omega,
perlu diimbangi oleh kemampuan sumberdaya 69–78.
manusia yang dimiliki. Alternatif metode evaluasi Christopher, M. (2011). Logistic and Supply
yang paling sederhana adalah dengan Chain Management. London: Pearson
menggunakan pembobotan linier yang dapat Education Limited.
dikombinasikan dengan teknik AHP atau FAHP. Ekeskär, A dan Rudberg, M. (2016). Third-party
logistics in construction: the case of a large
KESIMPULAN hospital project, Construction Management
and Economics, Vol. 34, pp. 1-18, DOI:
Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat 10.1080/01446193.2016.1186809.
empat sumber daya yang harus dimiliki oleh
58
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
59
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
60
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Hamparan tanah jelek cenderung tersebar di dataran rendah di wilayah konsentrasi aktivitas
manusia yang strategis, sehingga berbagai bangunan/infrastruktur lebih banyak yang dibangun di posisi
tanah jelek. Salah satu daerah yang terdapat banyak hamparan tanah jelek adalah Kabupaten Merauke
dimana daerah ini kaya dengan mineral logam khususnya yang terbentuk dari batuan ultrabasa, hal ini
menyebabkan terbentuknya tanah laterit hampir ada di setiap wilayah. Potensi lokal (local content) tanah
laterit ini merupakan aset daerah yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan pemanfaatannya
sebagai material konstruksi atau lapis pondasi jalan. Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk di daerah
tropis atau sub tropis dengan tingkat pelapukan tinggi pada batuan basa sampai batuan ultrabasa yang
didominasi oleh kandungan logam besi. Tanah ini mengandung mineral-mineral lempung tinggi utamanya
illite dan montmorilonite, sehingga potensi kerusakannya besar jika dilakukan pekerjaan konstruksi pada
tanah seperti ini. Untuk itu perlu kajian mendalam terhadap karakteristik detail khususnya karakteristik
fisik dan kemungkinan perbaikannya sebelum digunakan sebagai lapis pondasi jalan.
Kata kunci: tanah jelek, tanah laterit, kabupaten Merauke, karakteristik fisik
ABSTRACT
The expanse of ugly land tends to be scattered in the lowlands in areas of strategic human activity
concentration, so that more buildings/infrastructure are built in ugly land positions. One of the areas with a
lot of ugly land is Merauke Regency where this area is rich in metal minerals, especially those formed
from ultramafic rocks, this causes the formation of laterite soils almost in every region. Local content of
this laterite soil is a regional asset which is very possible to develop its use as a construction material or
road foundation layer. Laterite soil is soil that is formed in tropical or sub-tropical regions with high
weathering rates in alkaline rock to ultramafic rocks which are dominated by iron metal content. This soil
contains high clay minerals mainly illite and montmorilonite, so that the potential for damage is great if the
construction work is done on this soil. For this reason, it is necessary to have an in-depth study of the
detailed characteristics, especially the physical characteristics and possible improvements before being
used as a road foundation layer.
61
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
62
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
63
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
64
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Dominasi angkutan barang dengan moda truk di Indonesia menimbulkan beberapa permasalahan
transportasi antara lain kemacetan di ruas jalan dan pelabuhan, meningkatnya polusi udara,
meningkatnya biaya pemeliharaan dan perawatan jalan, subsidi BBM, dan tingkat kecelakaan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dominasi tersebut dengan memberikan perhatian pada
sistem jaringan transportasi multimoda melalui pengoperasian jalur perangkutan barang dengan moda
laut yaitu Short Sea Shipping (SSS). Penelitian ini bertujuan untuk memilih parameter sistem operasi
dalam memperoleh rute optimum SSS untuk memaksimumkan selisih total biaya transportasi akibat
pengoperasian SSS. Beberapa parameter sistem operasi SSS yang dipertimbangkan antara lain
pemilihan pelabuhan singgah, tarif, dan kecepatan kapal. Pendekatan yang digunakan dalam memilih
parameter sistem operasi SSS yaitu dengan teknik solusi optimasi Discrete Binary Particle Swamp
Optimization (DBPSO). Model pemilihan parameter sistem operasi SSS akan dicoba pada jaringan
transportasi barang hipotetikal.
Kata kunci: transportasi multimoda, short sea shipping (SSS), Discrete Binary Particle Swamp
Optimization (DBPSO)
ABSTRACT
The dominance of freight transportation by truck mode in Indonesian causes congestion in road and
port, and also other impacts such as the increase of air pollution, road maintenance costs, fuel subsidies.
and traffic accident. One of the efforts to reduce this dominance is by paying attention to the multimodal
transportation network system through the operation of freight transportation lines by sea mode, namely
Short Sea Shipping (SSS). The objective of this study is to select operating system parameters in
obtaining the optimum SSS route with objective function to maximize the difference of total transportation
cost by designing SSS operating system model. Several parameters are considered in SSS operating
system such as transit ports, tariffs, and ship speed. The selecting parameters of SSS operating system
is approached by Discrete Binary Particle Swamp Optimization (DBPSO). The SSS operating system
parameter selection model will be tested on the hypothetical multimodal freight transportation network.
Keywords: multimodal transportation, short sea shipping (SSS), Discrete Binary Particle Swamp
Optimization (DBPSO)
transportasi (Pusat Studi Logistik dan Rantai
PENDAHULUAN Suplai ITB, 2013). Salah satu penyebab lain
yang sangat penting adalah masih dominannya
pergerakan barang dengan menggunakan moda
Rata-rata total biaya logistik di Indonesia
truk. Lubis dkk (2005) dan Saleh, M. (2009)
pada periode tahun 2004-2011 sekitar 26,03%
menyatakan total pergerakan barang yang
dari Produk Domestik Bruto. Dari total biaya
terjadi di Indonesia sekitar 90% dilakukan
logistik tersebut, komponen biaya transportasi
dengan moda jalan, 7% dengan moda laut, dan
merupakan komponen biaya tertinggi (12,04%)
sisanya dengan moda lain. (kereta api, pesawat
diikuti biaya inventory (9,47%) dan biaya
terbang serta angkutan sungai, danau dan
administrasi (4,52%). Tingginya biaya ini
penyeberangan)’
menunjukkan buruknya kualitas pelayanan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
logistik di Indonesia. Beberapa penyebab biaya
untuk memperbaiki kinerja logistik di atas dan
logistik yang tinggi antara lain kondisi
dominannya penggunaan moda darat untuk
infrastruktur yang kurang memadai, baik dari
angkutan barang adalah dengan memberikan
segi kuantitas maupun kualitas; adanya
perhatian pada sistem transportasi barang
pungutan-pungutan liar; kemacetan (bottleneck)
multimoda melalui pengoperasian jalur
di pelabuhan; proses ekspor dan impor yang
perangkutan barang dengan moda laut salah
membutuhkan waktu yang cukup lama; dan
satunya Short Sea Shipping (SSS).
kurangnya kapasitas pelayanan dan jaringan
65
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
PERMASALAHAN METODE
program matematis dapat dibedakan menjadi menggunakan fungsi tujuan yang telah
beberapa kelompok teknik, yaitu: Exact Solution, ditetapkan (fit (unm).
Approximation, Heuristic, Metaheuristic, dan 3. Atur posisi awal dari partikel sebagai posisi
Hybrid Heuristic (SteadiSiefi dkk, 2014) personal terbaik (pbestnm) berdasarkan hasil
dari eveluasi fungsi tujuan
Teknik Solusi Optimasi Discrete Binary 4. Pilih posisi terbaik partikel dalam grup/swarm
Particle Swarm Optimization (DBPSO) untuk disimpan sebagai posisi global terbaik
(g bestn)
Particle swarm optimization (PSO) 5. Perbaharui kecepatan dari partikel ( )
didasarkan pada perilaku sosial dari pergerakan
burung atau ikan. Algoritma PSO meniru dengan menggunakan fungsi sebagai
perilaku sosial organisme ini. PSO sebagai alat berikut
optimasi menyediakan prosedur pencarian
berbasis populasi dimana masing-masing
individu yang disebut partikel mengubah posisi 6. Hasilkan populasi partikel yang baru (swarm)
mereka terhadap waktu. Pada sistem PSO, berdasarkan langkah (1.d)
masing-masing partikel terbang mengitari ruang 7. Evaluasi kembali posisi setiap partikel yang
pencarian multi dimensional (multidimensional baru dihasilkan dengan menggunakan funsgi
search space) dan menyesuaikan posisinya tujuan yang telah ditetapkan (fit (unm))
berdasarkan pengalaman pribadinya dan 8. Perbaharui catatan dari setiap partikel
pengalaman partikel di sebelahnya. Model ini dengan membandingkan nilai dari hasil
akan disimulasikan dalam ruang dengan evaluasi (fitness value) dengan posisi
dimensi tertentu dengan sejumlah iterasi personal terbaik (pbestnm)
sehingga di setiap iterasi posisi partikel akan 9. Perbaharui catatan atas posisi global terbaik
semakin mengarah ke target yang dituju (g bestn).
(minimasi atau maksimasi fungsi). Ini dilakukan 10. Ubah n=n+1. Jika algoritma telah mencapai
hingga maksimum iterasi dicapai atau bisa juga kriteria berhenti, kemudian hentikan iterasi.
digunakan kriteria penghentian yang lain. Jika belum mencapai kriteria berhenti
Pada penelitian ini teknik solusi optimasi kembali ke langkah ke 4.
yang digunakan merupakan pengembangan dari Secara jelas diagram alir dari algoritma DBPSO
algoritma PSO yaitu Discrete Binary PSO dapat dilihat pada gambar 16 di bawah
(DBPSO). Metoda ini digunakan karena
permasalahan disain sistem operasi SSS yang
diangkat merupakan permasalahan optimasi
kombinatorial dimana sekumpulan tindakan
yang yang dibangkitkan secara acak yang
merepresentasikan partikel yang terdiri dari
pemilihan lokasi, jenis tarif, frekuensi pelayanan
dan ukuran kapal memiliki nilai 1 jika
diimpementasikan dan 0 jika tidak
diimplementasikan.
Prosedur perhitungan teknik solusi optimasi
DBPSO dapat dijelaskan dengan langkah-
langkah sebagai berikut (Menhas, 2012):
1. Inisialisasi
a. Atur nilai bobot inersia (), faktor
pembelajaran 1 dan 2, jumlah partikel
N dalam swarm dan jumlah iterasi.
b. Tetapkan batas atas dan batas bawah
kecepatan partikel (velmax ( velmin ))
c. Tetapkan kecepatan awal partikel
(kecepatan awal ditetapkan nol).
Z0m = Z0m1, Z0m2, …………,Z0mN
Z0m = [0.00, 0.00………..,0.00}
Hasilkan posisi awal dari partikel dengan
menggunakan persamaan di bawah sebagai
berikut:
67
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Fungsi Biaya
Keterangan
ca(xa) = biaya transportasi pada link a (Rp)
αa = tarif pada link a (Rp)
β = nilai waktu (Rp/jam)
ta(xa) = waktu perjalanan pada link a (jam)
xa = arus pada link a
Gambar 2. Kerangka Model Optimasi (Russ dkk, Waktu transfer pada simpul atau node
2015 menggambarkan proses bongkar-muat (loading-
unloading), persamaan yang digunakan untuk
Fungsi Tujuan Model memperkirakannya adalah:
68
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
A C
P1 P2 P3 B
T1 T2 T3 S1 S2 S3
S1 S2 S3
69
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Dari ke enam belas kombinasi di atas, akan Secara full enumerasi, setiap kombinasi
dipilih kombinasi terbaik yang menggambarkan operasional SSS akibat skenario yang dilakukan
sistem operasi jalur pelayaran SSS optimum dianalisis satu per satu. Untuk jumlah kombinasi
yang akan ditunjukkan oleh nilai total biaya cukup besar hal tersebut tidak efektif untuk
transportasi tekecil (minimum). dilakukan karena membutuhkan waktu yang
cukup lama. Model optimasi dengan teknik
70
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
solusi DBPSO dengan menggunakan perangkat arus sebesar 15,9 % dari link S2-S3 (moda
lunak mathlab yang dibangun dalam penelitian kereta api) dan 6,88 % dari link T2-T3 (moda
ini mencoba untuk mendapatkan kombinasi truk) ke link P2-P3 (moda SSS).
terbaik tanpa menganalisis satu per satu
sehingga waktu pencarian yang dibutuhkan KESIMPULAN
dalam memperoleh solusi optimum relatif
singkat dibandingkan dengan full enumerasi Kesimpulan yang dihasilkan dari model
Hasil analisa terhadap contoh pemilihan parameter ini adalah
permasalahan di atas dengan menggunakan - Model mampu memilih atau mendapatkan
program optimasi yang telah disiapkan adalah parameter-parameter sistem operasi SSS
sebagai berikut Kombinasi terbaik dihasilkan yang optimum
oleh jaringan dengan mengaktifkan pelabuhan - Model dapat menghitung nilai fungsi tujuan
P1, P2, dan P3, adanya pengurangan tarif pada yang optimum
link SSS yaitu link P1-P2 dan link P2-P3 serta - Model mampu memberikan informasi terkait
adanya peningkatan kecepatan operasional seberapa besar terjadinya perpindahan
kapal dengan kecepatan 30 km/jam yang ingin antara moda.
menunjukkan perbaikan frekuensi pelayanan,. - Dengan algoritma DBPSO waktu yang
Perbandingan antara jaringan eksisting (tanpa diperlukan untuk mendapatkan kombinasi
pengoperasian jalur pelayan SSS) dengan optimum 16 kali lebih cepat dibandingkan
kombinasi jaringan optimum (kombinasi 16) dengan full enumerasi
memberikan nilai selisih total biaya transportasi
terbesar (maksimum). Selisih total biaya UCAPAN TERIMA KASIH
transportasi yang dihasilkan adalah sebesar
Rp. 118,86. Secara lengkap perbandingan Penelitian ini didukung oleh Program
antara jaringan eksisting (tanpa pengoperasian Penelitian, Pengabdian kepada masyarakat, dan
jalur pelayan SSS) dan jaringan pada kombinasi Inovasi (P3MI) Kelompok Keahlian ITB, Fakultas
jaringan optimum (dengan mengoperasikan Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
SSS) dapat dilihat pada tabel 5 di bawah. Bandung
Tabel 5. Perbandingan Hasil Pembebanan Jaringan
DAFTAR PUSTAKA
antara Jaringan Eksisting dan Jaringan
Kombinasi Terbaik
Centre of Logistics and Supply Chain Studies
Eksisting Terbaik ITB. (2013): State of Logistics Indonesia
No. Link Arus Cost Arus Cost 2013
1 T1 P1 0 7.000 60 7.078
2 T1 S1 95 5.672 40 5.569
Daduna, J. R., Hunke, K., Prause, G (2012):
Analysis of Short Sea Shipping-Based
3 P1 P2 0 45.883 60 45.883
Logistics Corridors in the Baltic Sea
4 T1 T2 155 58.819 150 58.213
Region, Journal of Shipping and Ocean
5 S1 S2 95 47.100 40 47.100
Engineering 2 (2012) 304-319
6 T2 P2 0 7.000 0 7.000
7 S2 T2 5 5.508 10 5.517 Douet, M., Cappuccilli, J.F. (2011): A review of
8 P2 T2 0 7.000 0 7.000 Short Sea Shipping policy in the
9 T2 S2 20 5.534 20 5.534 European Union. Journal of Transport
10 P2 S2 0 9.500 0 5.000 Georaphy, Vol. 19, pp. 968-976
11 P2 P3 0 68.825 60 68.825 Lubis, H.A.S., Sjafruddin, A., Isnaeni, M., dan
12 T2 T3 120 81.877 120 81.877 Dharmowijoyo, D.B. (2005): Multimodal
13 S2 S3 110 70.650 50 70.650 Transport In Indonesia: Recent Profile
14 S3 T3 110 5.702 50 5.587 and Strategy Development. Proceedings
15 P3 T3 0 7.000 60 7.078 of Eastern Asia Society for Transportation
16 T3 S3 0 5.500 0 5.500 Studies, Vol. 5, pp. 46-64
17 P3 S3 0 9.500 0 5.000 Paixao, A.C., dan Marlow, P.B. (2002):
18 P1 P3 0 137.650 0 137.650 Strengths and weaknesses of Short Sea
Total Cost 32,492.38 32,373.52 Shipping. Marine Policy 26, 167–178.
Konvergensi 0.02173 0.02148
Peraturan Presiden Indonesia No. 26 Tahun
Dari hasil pembebanan jaringan juga dapat 2012 Tanggal 5 Maret 2012: Cetak Biru
dilihat seberapa besar terjadinya perpindahan Pengembangan Sistem Logistik Nasional
moda akibat pengoperasian jalur pelayaran
SSS. Akibat pengoperasian jalur pelayaran Rao, S. S. (2009): Engineering Optimization,
kombinasi 16 pada contoh di atas berdampak Theory and Practice Fourth Edition, John
pada berpindahnya 16,9 % arus yang Wiley & Son, New York
menggunakan moda kereta api ke moda SSS Russ, B.F., Castro, J., Yamada, T., Yasukawa,
(link P1-P2). Demikian juga terjadi perpindahan H. (2005): Optimising The Design of
71
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
72
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Pengelolaan yang baik merupakan salah satu kunci tercapainya tujuan pembangunan infrastruktur.
Dari berbagai aspek yang harus dipenuhi oleh pengelola infrastruktur sanitasi komunal, perlu ditentukan
faktor yang diprioritaskan agar pengelolaan infrastruktur berbasis masyarakat dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, penentuan prioritas dilakukan melalui pembobotan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini digunakan untuk menangani ketidakpastian
penilaian seseorang dalam menentukan tingkat kepentingan antar faktor sehingga diketahui faktor mana
yang lebih dominan terhadap faktor yang lain. Faktor-faktor tersebut diterjemahkan ke dalam kriteria, sub
kriteria dan alternatif yang diperoleh dari penjabaran tugas pokok pengelola dalam petunjuk teknis
pengelolaan infrastruktur sanitasi komunal berbasis masyarakat. Hasil dari penelitian didapatkan bobot
dari tiap kriteria yang dapat digunakan sebagai strategi pengelolaan sebagai berikut: bobot kriteria fisik
sebagai prioritas pertama yaitu 0,292; dikuti kriteria kesehatan 0,289; kriteria sosial 0,215; dan terakhir
kriteria pembiayaan 0,204.
Kata kunci: pengelolaan berbasis masyarakat, sanitasi komunal, AHP
ABSTRACT
Good management is one of the keys to achieving the objectives of infrastructure development.
From various aspects that must be met by communal sanitation infrastructure managers, priority factors
need to be determined so that community-based infrastructure management can take place effectively
and efficiently. In this study, priority determination is done through weighting using the Analytical
Hierarchy Process (AHP) method. This method is used to handle the uncertainty of a person's judgment
in determining the importance of inter-factors so that it is known which factors are more dominant than
other factors. These factors are translated into criteria, sub-criteria and alternatives that are obtained from
the translation of the manager's main tasks in the technical guidelines for managing community-based
communal sanitation infrastructure. The results of the study obtained the weight of each criterion that can
be used as a management strategy as follows: the weight of physical criteria as the first priority is 0.292;
followed by health criteria 0.289; social criteria 0.215; and finally the financing criteria is 0.204.
73
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
sanitasi yang belum mencapai standar tertentu yang sejak tahun 2010 menjadi SLBM dan
dan untuk mendorong percepatan USRI. Program DAK SLBM diproritaskan
pembangunan daerah (Kementerian PUPR, pelaksanaanya di wilayah pedesaan, sementara
2015).
Proses perencanaan dan pembangunan USRI difokuskan di wilayah perkotaan
infrastruktur sanitasi komunal berbasis dengan kondisi sanitasi yang dinilai rawan
masyarakat pada berbagai program sesuai dengan Strategi Sanitasi Kabupaten
pemberdayaan dilakukan oleh masyarakat (SSK). Pada rentang waktu 2009 hingga 2015,
secara mandiri didampingi oleh fasilitator dan kegiatan ini telah dilaksanakan di 47 lokasi
dipantau oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat. rawan sanitasi dan telah menjangkau sebanyak
Adapun pengelolaan sarana prasarana sanitasi 3539 KK dan total dana yang telah dialokasikan
komunal hasil dari sebuah kegiatan dilakukan sebanyak Rp. 9.020.739.000,00.
oleh Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
(KPP) yang merupakan organisasi yang diambil
dari perwakilan warga masyarakat pemanfaat
sarana sanitasi komunal melalui musyawarah
warga.
Belum ada prioritas dari berbagai aspek
yang harus dipenuhi dan tolak ukur pengelolaan
yang baik dan spesifik yang dapat dilaksanakan
oleh KPP dalam mengelola IPAL Komunal
sehingga sarana ini dapat dikelola secara
optimal dan berkelanjutan.
Rumusan masalah yang dapat ditentukan
dari penjelasan latar belakang penelitian diatas,
antara lain :
1. Apakah pengelolaan yang selama ini Gambar 1. Lokasi penelitian di wilayah
dilakukan telah memperhatikan beragam Kabupaten Sragen
aspek yang ada dalam masyarakat ?
2. Apakah terdapat faktor prioritas dalam 2. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
mengelola infrastruktur sanitasi komunal (KPP)
berbasis masyarakat ? KPP merupakan perwakilan pemanfaat
3. Bagaimana merumuskan sistem untuk melakukan operasi dan pemeliharaan
pembobotan dan skala prioritas pengelolaan maupun pengembangan pelayananan
infrastruktur sanitasi komunal berbasis prasarana sanitasi (Kementerian PUPR, 2016).
masyarakat ? KPP sebagian besar berasal dari pengurus
Sementara itu tujuan dari dilakukannya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) selaku
penelitian ini adalah : perencana dan pelaksana kegiatan sanitasi
1. Mengetahui faktor apa saja yang harus berbasis masyarakat, dibentuk pada saat
diperhatikan dalam mengelola infrastruktur Rembug Warga. Dalam buku panduan Operasi
sanitasi komunal berbasis masyarakat. dan Pemeliharaan SANIMAS-IDB (Kemen
2. Mengetahui faktor yang dominan untuk PUPR, 2016) disebutkan bahwa tugas pokok
diprioritaskan dalam pengelolaan KPP adalah:
infrastruktur sanitasi komunal berbasis a. Menyusun rencana kerja, mekanisme
masyarakat. operasional dan pemeliharaan infrastruktur
3. Menemukan suatu konsep untuk menunjang sanitasi (IPAL Komunal dengan sistem
keberhasilan pengelolaan infrastruktur perpipaan);
sanitasi komunal berbasis masyarakat yang b. Mengumpulkan dan mengelola dana untuk
bisa diterapkan pada sarana yang biaya operasional dan pemeliharaan yang
sejenis/tipikal. diperoleh dari iuran anggota dan pihak-
pihak lain;
METODE c. Mengoperasikan dan memelihara sarana
1. Lokasi Penelitian sanitasi (IPAL Komunal dengan sistem
perpipaan);
Lokasi penelitian berada di dalam wilayah d. Meningkatkan mutu pelayanan dan jumlah
Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah pengguna/pemanfaat;
(Gambar 1). Kegiatan dan program sanitasi di
Kabupaten Sragen telah dilaksanakan sejak
e. Melakukan kampanye kesehatan
lingkungan.
Tahun 2009 dengan nama program Sanimas
a. Analytical Hierarchy Process (AHP) diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty. AHP
AHP adalah salah satu metode khusus dari sangat berguna sebagai alat dalam analisis
Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang pengambilan keputusan dan telah banyak
74
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Intensitas √ (1)
Keterangan
Kepentingan
dimana:
1 Kedua elemen sama pentingnya
GM : Geometric Mean
Elemen yang satu sedikit lebih penting
3 X1 : Penilaian orang ke-1
daripada elemen lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada Xn : Penilaian orang ke-n
5 n: Jumlah penilai
elemen yang lainnya
Satu elemen sangat penting daripada
7 d. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam
elemen yang lainnya
Satu elemen mutlak sangat penting satu baris dan diakar pangkat n seperti
9
daripada elemen yang lainnya ditunjukkan dalam persamaan berikut ini:
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang
2,4,6,8
berdekatan
Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari
1/ (1-9)
skala 1-9
75
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
76
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Mulai
Studi Literatur
Kajian Teori, Metode, Penentuan Kriteria
Kuesioner
Penyusunan, pemilihan responden dan
pengisian Kuesioner AHP
77
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
79
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
80
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Perbaikan struktur jalan yang rusak membutuhkan material alam yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga
perlu mempertimbangkan dengan menggunakan material yang ada (setempat).Teknologi Cement Treated
Base (CTB) memungkinkan untuk menggunakan dan memproses bahan material lokal setempat menjadi
bahan material pondasi jalan. Dengan demikian, pemanfataan material lokal akan banyak menghemat
sumber daya alam. Salah satu daerah yang harus memanfaatkan material lokal dalam pembangunan
konstruksi adalah Kabupaten Merauke. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai kuat tekan CTB
untuk lapis pondasi jalan dari berbagai material lokal setempat. Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode percobaan laboratorium. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah
dengan pemanfaatan material lokal setempat sehingga dapat menghemat biaya pembangunan jalan apabila
material didatangkan dari luar daerah.
Kata kunci: CTB, material lokal, kuat tekan, lapis pondasi jalan
ABSTRACT
Pada perkembangan infrastruktur, Ionic soil pengujian yang dilakukan tidak menggunakan uji
stabilizer merupakan bahan Additive yang dapat tekan bebas.
digunakan untuk pembangunan jalan. Selain itu, Aria Alhadi pada penelitiannya dengan judul
Ionic soil stabilizer juga dapat digunakan untuk Tinjauan Kuat Tekan Beton Terhadap Aplikasi
memperkuat struktur tanah, mengisi pori-pori Bahan Aditif Plastiment Vz Dengan Variasi Dosis
antar partikel tanah, cepat mengering menjadi 0,15%; 0,20%; 0,25% Dari Berat Semen, yang
lapisan yang keras sehingga tanah menjadi padat dilakukan di Proyek Geotechnical Improvement At
dan stabil sehingga menyebabkan daya dukung Pemping Gas Station ini untuk mengetahui variasi
tanah meningkat. kandungan dosis yang optimum untuk mutu beton
Jumlah material alam yang terbatas akan k-250 yang ditinjau dari nilai kuat tekan yang
sangat berpengaruh pada pemeliharan dan dihasilkan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
perbaikan sebuah jalan, sehingga diperlukan bahwa variasi kandungan dosis yang optimum
dengan cara lain untuk dapat menggunakan dari 0,15%; 0,20%; 0,25% untuk mutu beton k-
material sisa struktur jalan yang ada. Untuk 250 yang ditinjau dari nilai kuat tekan adalah
mempertahankan fungsi jalan maka diperlukan (0,15%) dengan kuat tekan yang dicapai 321,88
pemeliharan, perbaikan, dan peningkatan jalan. kg/cm2. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian
Dalam pelaksanaan pemeliharaan maupun ini adalah prosentase variasi tanah dan bahan
perbaikan jalan membutuhkan material alam yang aditif.
tidak sedikit jumlahnya, sedangkan jumlah Tujuan dari penelitian untuk mengetahui nilai
sumber daya alam terbatas dan juga ijin galian kuat tekan Cement Treated Base (CTB) untuk
material alam sekarang ini tidak mudah. Untuk lapis pondasi jalan dengan berbagai material-
memecahkan permasalahan tersebut maka material lokal yang ada di Merauke.
material yang ada atau material dari bekas
struktur jalan tersebut akan dimanfaatkan lagi METODE
dengan menggunakan bahan tambah aditif Lapis Pondasi (Base Course)
sehingga dapat digunakan sebagai bahan
Fungsi lapis pondasi antara lain :
pembentuk struktur jalan. Dengan demikian
1. Sebagai bagian perkerasan, yang menahan
penggunaan bahan alam dapat dikurangi dan
roda.
mempercepat proses dari perbaikan struktur jalan
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
tersebut.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya
Material sisa struktur jalan yang rusak atau
harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
material yang sudah ada biasanya sudah
menahan beban-beban roda. Sebelum
tercampur dengan material lain yaitu berupa
menentukan suatu bahan untuk digunakan
tanah ataupun lumpur. Untuk itu diperlukan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan
peneletian untuk mengetahui kekuatan struktur
penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya
jalan CTB dengan menggunakan material yang
sehubungan dengan persyaratan teknik.
ada. Karena material yang ada sudah bercampur
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat
dengan tanah maka dipelukan bahan tambah
(CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat digunakan sebagai
aditif untuk meningkatkan nilai kekuatan dari CTB
bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah,
tersebut. Dengan penelitian ini diharapkan
kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen
material yang ada atau sisa dari struktur jalan
atau kapur.
rusak dapat dimanfaatkan atau digunakan lagi
sebagai material struktur jalan untuk perbaikan
jalan. CTB (Cement Treated Base)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Brian Cement Treated Base adalah base atau
Rivaldo Purba tentang Uji Kelayakan Agregat Dari perkerasan yang mempergunakan PC sebagai
Saoka Sorong Barat Sebagai Material Lapis filler. Karena semen PC bisa mengeras seperti
Pondasi Agregat Jalan Raya, mengenai tingkat batu maka kualitas atau kekuatan dari CTB
kelayakan agregat sebagai material lapis pondasi adalah jauh lebih baik dari pada base biasa
yang memberikan daya dukung yang tinggi, dengan filler debu atau tanah liat, sehingga CTB
dengan menggetahui nilai CBR lapis pondasi diberi nilai struktur lebih tinggi dari pada base dari
kelas A dan B. Dari hasil penelitian dapat bahan batu pecah biasa, namun demikian masih
disimpulkan bahwa agregat dari daerah Saoka dibawah base dari lean concrete yang mempunyai
Sorong Barat dapat digunakan unuk lapis pondasi kandungan semen PC sedikit lebih tinggi.
kelas A dan B, nilai CBR yang dihasilkanLapis Selain gradasi agregat melalui proses alat
Pondasi Kelas A dengan nilai CBR = 147 % dan grading dalam pelaksanaannya CTB mempunyai
Lapis Pondasi Kelas B dengan nilai CBR = 123%. beberapa kelebihan antara lain :
Sesuai standar spesifikasi Kementrian Pekerjaan a. Lapis konstruksi CTB tidak peka terhadap air,
Umum Direktorat Jendral Bina Marga tahun 2010. sifat ini sangat membantu untuk konstruksi
Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dimana muka air tanahnya tinggi.
adalah dalam pembuatan LPA/LPB tidak
menggunakan bahan tambah zat addictive dan
82
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
tumbukan dari benda uji bentuk silinder 15 x 30 S = Tinggi jatuh hamer (ft)
cm dilakukan dengan pedoman energi pemadatan
dari modified proctor yang sudah umum HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan dalam perencanaan jalan. Energi
pemadatan dapat dihitung dengan menggunakan Tabel 3 memperlihatkan hasil penelitian
rumus energi pemadatan yang diperlihatkan pada penggunaan material lokal Papua untuk CTB.
persamaan 1. Material lokal Papua diperoleh dari berbagai
macam tempat diantaranya adalah sirtu
E =(N. W. S)/V.............................................. (1) Mentawai, batu kapur (domato) Pulutan, Talaud,
Dimana : batu kapur Ayamaru, Maybrat, batu kapur
E = Energi (ft lb/cu ft) Kambuaya, Maybrat, Batu kapur patah hati,
N = Jumlah tumbukan Maybrat, batu kapur Moswaren, Maybrat dan sirtu
V = Volume (cu ft) Tanah Merah.
Tabel 3. Hasil penelitian penggunaan material lokal Papua untuk CTB (Pusjatan Kementerian PUPR)
Persen Lolos Ayakan
Batu Batu
Batu Batu Batu Sirtu
Ukuran Kapur Kapur Sirtu
Sirtu Kapur Kapur Kapur Tanah
ayakan (Damato) Patah Tanah Keterangan
Mentawai Ayamaru, Kambuaya Moswaren, Merah
Pulutan, Hati, Merah
Maybrat , Maybrat Maybrat (Dicuci)
Talaud Maybrat
Abrasi 62 62 63 76 50,5
PI NP NP NP NP NP NP NP NP
¾ in 96 86 96 97 95 96 92 85
No. 4 69 51 78 84 68 70 69 48
No. 10 48 34 68 69 55 58 64 40
No. 40 25 20 50 47 41 44 56 31
No. 200 12 12 35 29 21 33 29 6
3 22
4 17
5 29 21 17 12 27 39
6 25 21
86
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Fondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu struktur yang mempunyai fungsi sebagai mediator
yang meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah fondasi. Tanah di bawah
fondasi akan mengalami tekanan geser (shear stresses) jika tanah tesebut berada dalam kondisi menerima
beban. Nilai tekanan geser ini sangat dipengaruhi oleh besarnya beban yang diterima oleh tanah tersebut,
dan dimensi geometrik fondasi. Kuat geser (shear strength) adalah kemampuan tanah untuk menerima
tekanan geser akibat pembebanan yang terjadi. Jika nilai tekanan geser yang dialami oleh tanah di bawah
fondasi melebihi kuat geser tanah maka, tanah tersebut akan mengalami keruntuhan. Stabilisasi tanah
adalah proses untuk memperbaiki bahkan mengubah sifat tanah dasar dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu dan kemampuan daya dukungnya sehingga aman terhadap konstruksi bangunan yang akan didirikan
di atasnya. Abu sekam padi (ASP) sebagai limbah dari hasil pengolahan padi menjadi beras pada
merupakan salah satu alternatif bahan additive yang dapat digunakan sebagai material stabilisasi tanah.
Secara umum, tanah yang distabilisasi dengan campuran pasir dan Abu Sekam Padi (ASP) memiliki
kapasitas dukung yang lebih baik dibandingkan dengan tanah yang tidak distabilisasi. Penurunan yang
terjadi akibat pembebanan yang diberikan pada tanah yang distabilisasi akan semakin kecil seiring dengan
penambahan prosentase Abu Sekam Padi (ASP). Bentuk telapak fondasi memberikan pengaruh pada
kapasitas dukung fondasi dan nilai penurunan tanah di bawah fondasi. Komposisi bahan campuran untuk
stabilisasi yang optimal yaitu campuran pasir dan 50% ASP, dengan tebal lapisan stabilisasi adalah 0,5B.
ABSTRACT
Foundation is the lowest part of a structure that has a function as a mediator that continues the
construction load to the soil layer that is under the foundation. The soil under the foundation will experience
shear stress if the soil is in a state of receiving the load. The value of shear pressure is strongly influenced
by the amount of load received by the soil, and the geometric dimensions of the foundation. Shear strength
is the ability of the soil to receive shear pressure due to loading. If the value of the shear pressure
experienced by the soil under the foundation exceeds the shear strength of the soil, the soil will collapse. Soil
stabilization is a process to improve and even change the nature of the subgrade with the aim of improving
the quality and ability of the carrying capacity so that it is safe against the construction of the building to be
erected on it. Rice husk ash (RHA) as waste from processing rice into rice is an alternative additive that can
be used as soil stabilization material. In general, stabilized soil with a mixture of sand and Rice Husk Ash
(RHA) has a better support capacity compared to non-stabilized soil. The decrease that occurs due to the
loading given to the stabilized soil will be smaller along with the addition of the percentage of Rice Husk Ash
(RHA). The foundation palm shape influences the bearing capacity of the foundation and the value of soil
subsidence under the foundation. The composition of the mixture for optimal stabilization is a mixture of sand
and 50% ASP, with a thickness of the stabilization layer is 0.5B.
87
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
89
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
Idharmahadi Adha, 2011, Pemanfaatan Abu Sekam
Padi Sebagai Pengganti Semen Pada Metoda
Stabilisasi Tanah Semen, Jurnal Rekayasa Vol.
Sumber : Hasil analisa 15 No. 1, April 2011.
Hardiyatmo, H.C., 2011, Mekanika Tanah 1 edisi
Tabel 2. Kapasitas Dukung Ijin Fondasi keempat, Gadjah Mada University Press,
Persegipanjang (lapisan stabilizer, t = 2,00 Yogyakarta, Indonesia.
Hardiyatmo, H.C., 2011, Teknik Fondasi 1 cetakan
ketiga, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia.
Teguh Widodo, Heri Suprayitno, 2013, Penambahan
Lapisan Pasir Padat Sebagai Solusi Masalah
Penurunan Fondasi Di Atas Lapisan Lempung
Lunak : Suatu Studi Model, Jurnal Teknik Vol. 3
Sumber : Hasil analisa
No. 2/Oktober 2013.
Pada tabel kapasitas dukung ijin dari
pengujian model fondasi menunjukkan bahwa
stabilisasi memberikan penambahan nilai
kapasitas dukung tanah dibandingkan dengan
tanah yang tidak distabilisasi. Ketebalan lapisan
stabilisasi dan komposisi bahan stabilizer
berpengaruh pada nilai kapasitas dukung ijin
tanah tersebut, semakin tebal lapisan stabilisasi
akan berpengaruh dengan semakin tingginya nilai
kapasitas dukung tanah. Penambahan prosentase
komposisi ASP juga memberikan pengaruh
terhadap nilai kapasitas dukung, semakin besar
prosentase ASP akan semakin meningkatkan nilai
kapasitas dukung tersebut.
KESIMPULAN
Stabilisasi sebagai upaya untuk menaikan
kapasitas dukung pada tanah lempung dapat
dilakukan dengan menambahkan lapisan pasir di
bawah fondasi. Abu Sekam Padi (ASP)
mempunyai kandungan unsur silika yang akan
bereaksi dengan air dan tanah dasar serta butiran
pasir dengan berfungsi sebagai bahan pengikat.
Pada komposisi bahan campuran stabilisasi
dengan perbandingan 50% Pasir dan 50% ASP
serta ketebalan lapisan stabilisasi 0,5B mampu
mengurangi penurunan yang terjadi. Bentuk
telapak fondasi tetap merupakan faktor yang
mempengaruhi nilai kapasitas dukung fondasi,
telapak fondasi yang mempunyai nilai luasan
yang semakin besar akan mempunyai nilai
kapasitas dukung yang semakin besar pula.
90
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Komposisi bahan campuran beton menentukan kekuatan tekan. Campuran beton umumnya terdiri atas
semen, air, agregat kasar, agregat halus dan obat beton (Admix). Pada penelitian ini akan dicoba
mencampurkan abu batu dan serabut kelapa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kuat tekan
beton.dengan penambahan abu batu dan serabut kelapa terhadap beton normal Data dikumpulkan
melalui uji laboratorim dengan melakukan campuran tambahan abu batu dan serabut kelapa. Ada
enam jenis benda uji yang dihasilkan yang diukur selama 7,14, 21 dan 28 hari. Variasi benda uji 1)
beton normal, 2) beton normal + abu batu, 3) beton normal + serabut kelapa 1,5%, 4) beton normal + abu
batu dan serabut kelapa 1,5%, 5) beton normal + abu batu dan serabut kelapa 1%, 6) beton normal +
serabut kelapa 1%Dari hasil pengujian kuat tekan beton diperoleh 455 kg/cm 2 untuk umur beton selama
28 hari dengan campuran beton normal + abu batu.
ABSTRACT
Composition of concrete mixture determines the compressive strength. Concrete mixtures generally
consist of cement, water, coarse aggregates, fine aggregates and concrete drugs. In this study, it will be tried
to mix stone ash and coconut fibers. The purpose of this study is to find out the concrete compressive
strength with add stone ash and coconut fibers to normal concreate. Data was collected through laboratory
tests by carrying out an additional mixture of stone ash and coconut fibers. There were six types of
specimens produced which were measured for 7, 14, 21 and 28 days. Variation of specimens 1) normal
concrete, 2) normal concrete + stone ash, 3) normal concrete + coconut fiber (1.5%), 4) normal concrete +
stone ash and coconut fiber (1.5%), 5) normal concrete + stone ash and 1% coconut fiber, 6) normal
concrete + 1% coconut fiber. From the results of testing the concrete compressive strength was obtained
455 kg/cm2 for the age of concrete for 28 days with a mixture of normal concrete + stone ash.
korang (Pribadi, 2015) limbah abu ampas tebu 4 Pengerasan jalan. 7.5 5
(Arriandri Putra, Raya Prabumulih, & Selatan, 5 Pembetonan massal. 7.5 2.5
2014), copper slag (Kartini, 2009), serat ijuk (P
Sarjono & Wajono, 2008), Penambahan bata Semen mengikat butir-butir aggregat hingga
merah dan serat fiber (Safarizki, 2017). serat membentuk suatu masa padat dan mengisi
bandrat dan abu sekam padi(Prayinto, rongga-rongga udara di antara butiran aggregat.
Sunarmasto, & Susanto, 2016). Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu : kehalusan
Sabut kelapa sebagai bahan tambahan dalam dan waktu ikat terdiri atas waktu ikat awal > 60
campuran beton memiliki peluang yang sangat menit dan Waktu ikat akhir > 480 menit. Ada
besar di masa depan. Pemanfaatan sisa-sisa beberapa jenis semen yaitu: Semen Portland
serabut kelapa sangat berlimpah dan juga bisa Putih, Semen Potland Pozzolan, Semen Portland
dimanfaatkan sebagai campuran beton guna (tabel 2).
meningkatkat kualitas beton.
Tabel 2. Syarat kimia dan fisika semen portland putih.
Bahan serabut kelapa pada campuran beton
sangat baik karena serat pada serabut kelapa No Jenis uji Satuan Syarat
dapat mengikat dengan sempurna pada 1 MgO % 5,0 ≥
campuran beton dan menyerap air untuk
mempercepat pengikatan pada campuran beton 2 SO3 % 3,5 ≥
sehingga beton lebih cepat kering dan lebih kuat. 3 Fe2O3 % 0,4 ≥
Selain menggunakan campuran serabut
kelapa dapat juga dicampur abu batu ke dalam 4 Hilang pijar % 5,0 ≥
campuran beton. Abu batu sangat bermanfaat 5 Bagian tak larut % 3,0 ≥
dalam campuran beton, selain untuk pembuatan
paving block, bata press dan juga untuk 6 Alkali sebagai Na20 % 0,6 ≥
pengaspalan.
Abu batu saat ini seperti limbah dari proses Semen Potland Pozzolan hidrolis terdiri dari
pemecahan batu yang harus dimanfaatkan untuk campuran homogen antara semen portland
campuran beton, campuran pengaspalan atau dengan pozolan halus di mana kadar pozolan 6%
untuk kepentingan lain. sampai dengan 40% massa semen portland
Kekuatan, keawetan dan sifat beton pozolan,
bergantung pada sifat dan bahan dasar,
perbandingan bahan-bahanya, cara pengadukan, Semen Portland
cara pengerjaan selama penuangan adukan Semen hidrolis dihasilkan dengan menggiling
beton, cara pemadatan dan cara perawatan terak semen portland dan digiling bersama-sama
selama proses pengerasan dan pengikatannya. dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
Abu batu merupakan bahan hasil sampingan bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh di
industri pemecahan batu yang jumlahnya tidak tambah dengan bahan tambahan lain. Mineral
sedikit sehingga abu batu pada stone crusher pembentuk semen.
menjadi bahan limbah yang diupayakan Kuat tekan
penangananya. Kuat tekan semen salah satunya ditentukan
Abu batu berfungsi sebagai alternatif oleh komponen semen, kalsium silikat. Pada
menggantikan pasir, kelebihan dan kekurangan pengembangan kuat tekan awal (umur 28 hari),
dari abu batu bila dibandingkan dengan pasir. didominasi oleh hidrasi CзS dan didukung oleh
ukuran butir abu batu sangat kecil seperti debu CзA. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan
dan ukuranya cukup merata di seluruh bagiannya, kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang
sehingga tidak diperlukan pengayakan. Kedua lebih lama.
abu batu memiliki tekstur sangat tajam, sehingga
membuat ikatan di dalam beton menjadi sangat Setting Time
kuat, Campuran semen dengan air akan
Adukan beton tidak boleh terlalu kental dan encer membentuk adonan yang bersifat kenyal dan
yang dapat dilihat dari nilai slumnya (tabel 1). dapat di bentuk (workable). Beberapa saat, pasta
tidak berubah. Pasta yang terbentuk menjadi
Tabel 1. Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton semakin kaku hingga mencapai tingkat di mana
Slump (cm) pasta tetap lunak, tetapi sudah tidak dapat
No Uraian
maks min dbentuk lagi. Selanjutnya pasta semakin kaku
1 Dinding plat pondasi dan 12.5 5 menjadi padatan yang keras dan getas (rigid).
pondasi telapak bertulang.
Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen
2 Pondasi telapak tidak 9 2.5
bertulang, kaison dan menjadi semakin keras dan kuat yang di sebut
konstruksi di bawah tanah. dengan pengerasan atau hardening.
3 Pelat, balok , kolom dan 15 7.5
dinding.
92
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
96
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
KESIMPULAN
97
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
agregat halus dapat menurunkan nilai slump. Polyester Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik
Penggunaan abu batu dan serabut kelapa pada Papan Beton Ringan. Jurnal Fisika Unand,
campuran beton dengan variasi 1% dari agregat 6(4).
halus dari volume beton berdampak pada Kartini, W. (2009). Pengaruh copper slag sebagai
penurunan nilai kuat tekan. cementitious terhadap kuat tekan beton.
Jurnal Teknik Sipil, 6(1), 8.
SARAN Mulyati, & Herman. (2015). Komposisi Dan Kuat
Tekan Beton Pada Campuran Portland
Perlu di teliti lebih lanjut penggunaan abu Composite Cement , Pasir Dan Kerikil
batu dan serabut kelapa ini dengan persentase Sungai. Jurnal Momentum ISSN : 1693-
yang lebih kecil dari yang sudah di laksanakan 752X. Jurnal Momentum, 17(2), 1–5.
guna mencari kadar optimum penggunaan abu P Sarjono, W., & Wajono, A. (2008). Pengaruh
batu dan serabut kelapa ini minimal mendekati Penambahan Serat Ijuk Pada Kuat Tarik
kuat tekan beton normal. Campuran Semen-Pasir Dan Kemungkinan
Aplikasinya. Jurnal Teknik Sipil, 8, 159–169.
UCAPAN TERIMA KASIH Prayitno, S., Sunarmasto, & Susanto, T. E.
(2016). Pengaruh Penambahan Serat
Terima kasih kami sampaikan kepada
Bendrat dan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat
PT.SCG Readymix Indonesia yang telah
Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus
memberikan tempat pada kami untuk melakukan
Elastisitas jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL,
uji kuat tekan beton.
1–9.
DAFTAR PUSTAKA Pribadi, A. (2015). Pemanfaatan Limbah Kertas
Koran Sebagai Bahan Pengganti Agregat
Arriandri Putra, M., Raya Prabumulih, J. K., & Kasar Dalam Campuran Papercrete Serta
Selatan, S. (2014). Pemanfaatan Kombinasi Aplikasinya Untuk Elemen Struktur Ringan
Limbah Abu Ampas Tebu Dan Abu KulitT dan Non Struktur Ramah Lingkungan. Jurnal
Kerang Sebagai Substitusi Semen Pada Teknik Lingkungan, 1, 1–50.
Campuran Beton Mutu K225 DenganNaCl Rismayasari, Y., & Santosa, U. (2012).
Sebagai Rendaman. Jurnal Teknik Sipil dan Pembuatan Beton dengan Campuran Limbah
Lingkungan (Vol. 2). Plastik dan Karakterisasinya. Universitas
Baeha, A. E., Sillo, T. H. Z., Laia, S., & Sebelas Maret.
Kurniawan, H. (2016).. Utilization Of Waste Safarizki, H. A. (2017). Pengaruh Bahan Tambah
Of Roof Tiles And Ceramics As Concreate- Serbuk Bata Dan Serat Fiber Pada Self
Mixed Of Rough Aggregate K-350. Jurnal Compacting Concreate (SCC). Jurnal Ilmiah
Teknik Dan Ilmu Komputer, 5(19), 247–255. Teknosains, 3(2).
Garcya, M. G., Djauhari, Z., & Kurniawandy, A. https://doi.org/10.26877/jitek.v3i2.1881
(2018). Pengaruh Penambahan Limbah Sisa Sebayang, S. (2010). Pengaruh Abu Terbang
Penyaringan Minyak Kelapa Sawit Sebagai Sebagai Pengganti Sejumlah Semen Pada
Bahan Tambah Terhadap Kuat Tekan Dan Beton Alir Mutu Tinggi. Jurnal Rekayasa,
Kuat Lentur Beton. JOM F TEKNIK (Vol. 5). 14(2), 116–123.
Hasan, H. (2012). Pengaruh Arang Tempurung https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.
Kelapa Terhadap Kuat Tekan Mortar. 004
SMARTek, 4(4). Retrieved from Sutrisno, A., & Widodo, S. (2005). Analisis Variasi
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMA Kandungan Semen Terhadap Kuat Tekan
RTEK/article/view/441 Beton Ringan StrukturalL Agregat. Jurnal.
Hudhiyantoro, & Hariyadi. (2012). Analisis Limbah Teknik Sipil, 3(2), 76.
Batubara (Fly Ash) Sebagai Alternatif Semen Trimurtiningrum, R. (2018). Pengaruh
Untuk Beton Pada Perisai Sinar Pengion Penambahan Serat Bambu Terhadap Kuat
Cobalt – 60 Ditinjau Dari Segi Biaya. Tarik dan Kuat Tekan Beton. Jurnal Hasil
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Penelitian LPPM Untag Surabaya Januari,
Surabaya, 5(2), 80–89. 3(1), 1–6.
Ikhsan, M. N., Prayuda, H., & Saleh, F. (2016). Trinugroho, S. (2012). Usage variation material
Pengaruh Penambahan Pecahan Kaca added pure sugar dan ash charcoal briket on
Sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus dan mixed concrete high quality. Dinamika Teknik
Penambahan Fiber Optik Terhadap Kuat Sipil, 12(2), 189–193.
Tekan Beton Serat. Jurnal Ilmiah Semesta Winarto, S. (2017). Material Campuran Dalam
Teknika Vol. 19, No. 2, 148-156, November Beton Menahan Beban Tekan: Studi Kasus :
2016, 19(2), 148–156. Pembangunan Homestay Singonegaran
Jatmika, L. P., & Mahyudin, A. (2017). Pengaruh Kediri. U K a R S T, 1(1), 2017.
Persentase Serat Sabut Kelapa dan Resin
98
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan akan terjadinya gempa bumi, karena berada di
daerah Ring of Fire. Untuk itu diperlukan konstruksi bangunan yang lebih ringan guna mengurangi dampak
bahaya tersebut. Salah satu solusinya yaitu dengan menggunakan material ringan, sehingga dapat
mengurangi berat sendiri bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan variasi kapur modern terhadap berat jenis dan kuat tekan mortar busa sebagai material ringan
untuk bangunan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan campuran pasir, semen, air,
busa, dan kapur modern. Untuk membuat busa, digunakan foaming agent yaitu sejenis bahan kimia yang
dicampur dengan air dengan perbandingan 1:40. Busa yang digunakan sebesar 10% dan 15% dari jumlah
semen. Perbandingan semen:pasir 1:3 dengan nilai fas 0,65. Variasi kapur modern yang digunakan 0%,
10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dari jumlah semen. Jumlah benda uji 36 buah, berbentuk kubus ukuran
5x5x5 cm, dan diuji pada umur 28 hari yang mengacu pada standar SNI 03-6825-2002. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berat jenis rata-rata tertinggi terdapat pada busa 10% dengan variasi kapur modern
50% sebesar 1,128 gr/cm 3 dan terendah pada busa 15% dengan varasi kapur modern 30% sebesar 0,822
gr/cm3. Untuk kuat tekan rata-rata tertinggi terdapat pada busa 10% dengan variasi kadar kapur modern
10% sebesar 1,727 MPa dan terendah pada busa 15% dengan variasi kapur modern 50% sebesar 0,156
MPa. Berdasarkan hasil penelitian campuran busa 10% dan 15% menunjukkan bahwa semakin
bertambahnya variasi kapur modern yang digunakan maka berat jenis semakin meningkat dan kuat tekan
semakin menurun.
ABSTRACT
Indonesia is one of country which is vulnerable to earthquake, because this country is located in Ring of Fire
area. For this reason, is needed a lighter building construction to reduce the impact of the hazard. One of
solution is to use lightweight material, so that it can reduce the building’s self weight. The purpose of this
research is to determine the effect of adding modern lime variation to density and compressive strength of
mortar foam as lightweight material for building. This research uses experimental method with mixing of
sand, cement, water, foam, and modern lime. To make a foam, uses foaming agent it is a kind chemistry
material which is mixed with water and the ratio is 1:40. The foam used is 10% and 15% of the amount of
cement. The ratio of cement:sand is 1:3 with the fas value (w/c) is 0,65. The variation of modern lime used
0%, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% of the amount of cement. The object test are 36 pieces, the size of
cube is 5x5x5 cm, and tested at the age of 28 days based on SNI 03-6825-2002. The result of research
shows that highest average density is found in 10% foam with a variation of 50% modern lime is 1,128
gr/cm3 and the lowest on 15% foam with a variation of 30% modern lime is 0,822 gr/cm 3. For the highest
average compressive strength is 10% foam with a variation of 10% modern lime is 1,727 MPa and the lowest
on 15% foam with a variation of 50% modern lime is 0,156 MPa. Based on the results of foam mixture 10%
and 15% shows that the more variations in modern lime are used, the density increases and the
compressive strength decreases.
99
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
PENDAHULUAN
TUJUAN PENELITIAN
LATAR BELAKANG Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
Perkembangan dunia konstruksi sampai saat dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah
ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, sebagai berikut:
dimana para praktisi dan insan perguruan tinggi 1. Mengetahui pengaruh penambahan variasi
semakin giat untuk melakukan sebuah inovasi kapur modern terhadap berat jenis mortar
terbaru yang selanjutnya ditawarkan kepada busa.
masyarakat luas untuk diperkenalkan dan 2. Mengetahui pengaruh penambahan variasi
dimanfaatkan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia kapur modern terhadap kuat tekan mortar
merupakan salah satu negara yang rentan akan busa.
terjadinya gempa bumi, karena berada di daerah
Ring of Fire. Untuk itu diperlukan konstruksi METODE PENELITIAN
bangunan yang ringan dan lebih aman guna
mengurangi dampak bahaya tersebut. Salah satu
Lokasi Penelitian
solusinya yaitu dengan menggunakan material
Penelitian ini menggunakan metode studi
ringan, sehingga dapat mengurangi berat sendiri
eksperimental yang berlokasi di Laboratoriun
bangunan.
Bahan Bangunan Departemen Teknik Sipil dan
Mortar ringan merupakan campuran antara
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
agregat halus, semen, air, dan agregat lainnya
Mada. Sebelum dilakukan penelitian utama, telah
(Tjokrodimuljo, 2007). Dalam penelitian ini, mortar
dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan
ringan yang dimaksud adalah mortar dengan
komposisi campuran yang dianggap cukup optimal
penambahan busa (foam). Seperti yang kita
untuk penelitian utama.
ketahui, penambahan foam dalam campuran
mortar ini akan membentuk gelembung-
Persiapan Material
gelembung udara yang membuat mortar menjadi
Langkah awal dalam pelaksanaan penelitian
lebih ringan karena berkurangnya jumlah material
di laboratorium ini adalah melakukan persiapan
yang digunakan.
terhadap benda uji yang meliputi pencarian
Penelitian ini mencoba untuk membuat
sumber material yang diinginkan, penyaringan,
mortar busa yang terdiri dari campuran pasir,
dan penyimpanan material. Berikut material yang
semen, air, dan foam. Foam dibentuk dari foaming
digunakan dalam penelitian ini adalah:
agent yang dicampur dengan air sehingga
1. Agregat halus yang digunakan adalah pasir
menghasilkan foam yang stabil. Selain itu, dalam
Kali Konteng Sleman Yogyakarta dengan
penelitian ini juga menambahkan batu kapur
ukuran diameter seragam, yaitu lolos
(CaCO3) dalam bentuk butiran halus.
saringan 0,6 mm dan tertahan 0,3 mm.
Jenis batu kapur yang digunakan adalah
2. Semen yang digunakan jenis PPC merk
kapur modern, yaitu kapur yang sudah dihaluskan
Gresik dengan berat 40 kg/zak.
dan masih aktif. Pemilihan penggunaan kapur
3. Kapur yang digunakan adalah jenis kapur
dikarenakan sifat-sifat kapur yang berpotensi
modern yang sudah dihaluskan dan masih
untuk meningkatkan kuat tekan, lebih plastis,
aktif.
dapat mengeras dengan cepat setelah tercampur
4. Air yang digunakan berasal ari Laboratorium
dengan air, serta menghasilkan rekatan yang kuat.
Bahan Bangunan Departemen Teknik Sipil
Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini
dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
adalah untuk mendapatkan berat jenis mortar
Gadjah Mada.
kurang dari 1000 kg/m 3 dan nilai kuat tekan yang
5. Foam Agent yang digunakan adalah tipe G
setara dengan bahan penyusun dinding yang
Foam 1420 yang diproduksi oleh CV. Gunung
umum digunakan, yaitu 3-5 MPa. Hal ini sesuai
Derajat Surabaya.
dengan pendapat Satyarno (2007) yang
menyatakan bahwa berat jenis beton ringan non
Foam Agent
struktur untuk berat 240-800 kg/m3 memiliki kuat
Cara untuk membuat foam yaitu mencampur
tekan sekitar 0,35-7 MPa.
foam agent dan air dengan perbandingan 1:40
menggunakan alat foam generator yang diberi
RUMUSAN MASALAH
tekanan >45 psi. Pemeriksaan foam agent terdiri
Berdasarkan latar belakang yang telah
dari pemeriksaan fisik dan kimia. Pemeriksaan
dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam
fisik foam dilakukan secara visual yaitu dengan
penelitian ini sebagai berikut:
melihat konsistensi yang baik, tidak mudah pecah
1. Bagaimana pengaruh penambahan variasi
atau mencair, sehingga layak digunakan sebagai
kapur modern terhadap berat jenis mortar
bahan campuran dalam pembuatan mortar busa.
busa?
Sedangkan untuk pemeriksaan kimia foam
2. Bagaimana pengaruh penambahan variasi
dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan
kapur modern terhadap kuat tekan mortar
busa?
100
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Gambar 1. Foam agent tipe G Foam 1420 Komposisi Campuran Mortar Busa
Kebutuhan material campuran mortar busa dapat
Diagram Alir Penelitian dilihat pada Tabel 1.
Ya
Tabel 2. Jumlah benda uji mortar busa
Perencanaan campuran Kadar Kapur Busa Jumlah
Modern (%) 10% 15%
0 3 3 6
Uji pendahuluan 10 3 3 6
Tida
20 3 3 6
Y
30 3 3 6
Pembuatan benda uji 40 3 3 6
50 3 3 6
Total Benda Uji 36
Pengujian benda uji
Prosedur Pelaksanaan
Cetakan Benda Uji
Pada penelitian ini digunakan cetakan
Pengujian berat jenis Pengujian kuat tekan
berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm
berbahan dasar baja. Cetakan yang akan
digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi
Analisis data dengan oli.
Kesimpulan
Selesai
101
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Pengadukan Mortar Busa Gambar 5. Benda uji mortar busa variasi busa 10%
Material yang telah memenuhi persyaratan dengan kadar kapur modern 10%
pengujian sifat fisik dan karakteristik bahan
ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Material
yang terdiri dari pasir, semen, kapur modern, dan
air masing-masing ditimbang kemudian dimasukan
ke dalam wadah mesin pengaduk (mixer).
Pertama pasir, semen, dan kapur modern diaduk
menggunakan mixer terlebih dahulu hingga
tercampur seluruhnya. Setelah tercampur, Gambar 6. Benda uji mortar busa variasi busa 15%
dengan kadar kapur modern 0%
masukkan air ke dalam wadah mesin pengaduk
secara perlahan-lahan hingga merata. Pada saat
Perawatan Benda Uji (Curing)
bersamaan dilakukan juga pembuatan busa
Proses perawatan benda uji (curing) untuk
dengan perbandingan foam:air = 1:40 dan
mortar dilakukan dengan cara perendaman benda
dimasukan ke dalam alat foam generator yang
uji selama 28 hari. Namun, sekitar seminggu
diberi tekanan >45 psi. Setelah itu busa
sebelum 28 hari dilakukan pengambilan benda uji
dikeluarkan dan ditimbang sesuai kebutuhan.
dari rendaman dan kemudian diangin-anginkan
Kemudian dicampurkan ke dalam wadah mesin
sampai waktu pengujian.
pengaduk (mixer) yang berisi pasir, semen, kapur
modern, dan air yang telah tercampur tadi.
103
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
penelitiannya pada umur 28 hari sebesar 5,05 Sebagai Material Akustik. Yogyakarta:
MPa, sedangkan dalam penelitian ini kuat tekan Universitas Gadjah Mada.
rata-rata tertinggi hanya mencapai 1,727 MPa. Satyarno, I., 2007. Perancangan Praktis
Tingginya nilai kuat tekan rata-rata yang dihasilkan Campuran Beton dengan Pengerjaan dan
pada penelitian Ratnasari (2017) dikarenakan Persyaratan Khusus. Yogyakarta.
pemakaian superplasticizer. SK SNI S-04-1989-F, 1989. Spesifikasi Bahan
Menurut Satyarno (2007), beton ringan yang Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
memiliki kuat tekan antara 0,37-7 MPa merupakan Logam). Badan Standardisasi Nasional,
jenis beton nonstruktur. Berdasarkan SNI 03-6882- Jakarta.
2002 mortar dengan penambahan busa SNI 03-1970-2008, 2008. Cara Uji Berat Jenis dan
dikategorikan sebagai tipe O dan dapat digunakan Penyerapan Agregat Halus. Badan
untuk partisi bukan pemikul beban, dekoratif dan Standardisasi Nasional, Jakarta.
pelindung. SNI 03-2816-2014, 2014. Metode Uji Bahan
Organik dalam Agregat Halus untuk Beton.
KESIMPULAN Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
SNI 03-6825-2002, 2002. Metode Pengujian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kekuatan Mortar Semen Portland untuk
menunjukkan bahwa berat jenis mortar busa rata- Pekerjaan Sipil. Badan Standardisasi
rata tertinggi pada umur 28 hari secara Nasional, Jakarta.
keseluruhan terdapat pada busa 10% dengan SNI 03-6882-2002, 2002. Spesifikasi Mortar Untuk
variasi kapur modern 50% yaitu sebesar 1,128 Pekerjaan Pasangan. Badan Standardisasi
gr/cm3 dan variasi terendah pada busa 15% Nasional, Jakarta.
dengan variasi kapur modern 30% yaitu sebesar SNI 15-0302-2004, 2004. Semen Portland
0,822 gr/cm3. Pozolan. Badan Standardisasi Nasional,
Kuat tekan mortar busa umur 28 hari dengan Jakarta.
menggunakan campuran busa 10% dan variasi Tjokrodimuljo, K. (2007). Teknologi Beton.
kapur modern 10% memiliki kuat tekan rata-rata Penerbit KMTS FT UGM. Yogyakarta
tertinggi dibandingkan dengan variasi yang lain,
yaitu sebesar 1,727 MPa. Sedangkan untuk variasi
terendah ada pada campuran busa 15% dengan
kadar kapur modern 50% yaitu sebesar 0,156
MPa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya busa yang digunakan, maka berat
jenis semakin ringan dan kuat tekan semakin
rendah. Selain itu, semakin banyak penambahan
kapur modern maka kuat tekan juga akan semakin
menurun, namun untuk berat jenis akan semakin
meningkat. Oleh karena itu penambahan kadar
kapur modern yang paling optimal dari penelitian
ini adalah menggunakan busa 10% dengan variasi
kapur modern 10%.
DAFTAR PUSTAKA
105
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
106
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Muchtar Sufaat1, Ali Awaludin2, Andreas Triwiyono3, Iman Satyarno4, Akhmad Aminullah5, Mukhlis
Sunarso6, Guntara Muria Adityawarman7
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1,2,3,4,5
PT. Wijaya Karya Beton 6,7
ABSTRAK
Lintasan kereta cepat Jakarta-Surabaya direncanakan menggunakan struktur slab track (non-balasted
track). Analisis statik linier dengan model elemen hingga dilakukan pada struktur Slab Track CRTS III.
Idealisasi analisis model berupa elemen beam untuk rel, elemen konektor elastik untuk sistem penambat,
elemen 3-D Solid untuk komponen sistem slab, dan elemen kontak permukaan untuk hubungan komponen
sistem slab. Gaya akibat Load Model-71 diberikan pada struktur slab track (non-prestress dan prestress) di
atas dukungan elastik tanah. Tegangan dan deformasi komponen struktur slab track dievaluasi pada
berbagai nilai prestress. Berdasarkan hasil simulasi model, prestress pada slab track tidak mempengaruhi
nilai deformasi sistem. Pemberian prestress hanya mempengaruhi nilai tegangan pada komponen sistem
slab. Peningkatan nilai prestress berbanding lurus dengan reduksi nilai tegangan tarik pada slab track.
Kata kunci: Kereta cepat Jakarta-Surabaya, Slab Track CRTS III, Metode elemen hingga, Prestress.
ABSTRACT
The high-speed railway track Jakarta-Surabaya prepared using a slab track structure (non-ballasted
track). Linear static analysis is carried out on finite element model of Slab Track CRTS III structure.
Idealizationn of analysis model includes beam elements for rails, elastic connector elements for fastening
systems, 3-D Solid elements for slab system components, and contact elements for slab system connection.
Force due to Load Model-71 applied to the slab track (non-prestressed and prestressed) on elastic
foudation. stress and deformation of slab track components are evaluated at various prestressing values.
Refer to the results of this analysis, changing the prestress value does not affect the system deformation. It
only affects the stress values of slab system components. Increasing prestress value proportionally reduce
the slab track tensile stress value.
Keywords: High-speed train Jakarta-Surabaya, Slab Track CRTS III, Finite element model, Prestress
107
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Paper ini membahas pengaruh prestress pada 15528 atau menggunakan load model sesuai
mekanika struktur komponen slab track spesifik kereta yang akan digunakan.
berdasarkan analisis numerik. Struktur Slab Track CRTS III
Penambat
(Fastener)
Rel Bantalan Slab Track CRTS III merupakan teknologi
Balas
Sub-Balas
hak paten Cina. Sistem ini dikembangkan dari
CRTS I dan CRTS II. Struktur Slab Track CRTS III
menggunakan prestress pada kedua arahnya.
Perbedaan lain dari sistem CRTS I dan CRTS II
Subgrade yaitu, interlayer menggunakan self-compacting
(a) ballasted track concrete sebagai pengganti Cement Asphalt
Rel Mortar. Konstruksi slab untuk interlayer dicor
Penambat
(Fastener)
Slab ditempat. Baselayer (concrete roadbed) berupa
Inter Layer
beton tanpa tulangan dicor menerus memenjang
Base Layer
lintasan. Detail sistem Slab Track CRTS III
diperlihatkan pada Gambar 3.
Subgrade
Rumusan Masalah
108
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
109
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Skema Analisis
Gambar 8. Pengaruh prestress pada struktur rel Komponen sistem slab tersusun dari slab
(a) deformasi rel, (b) tegangan rel track, interlayer (self-campacting concrete) dan
Gaya Pada Respon Fastener baselayer (concrete roadbed). Prestress
dilakukan pada slab track. Kontur tegangan
Penentuan produk sistem fastener komponen slab track diperlihatkan pada Gambar
merupakan salah satu aspek penting dalam 11.
desain slab track. Produk sistem fastener memiliki
spesifikasi berbeda-beda. Setiap produk memiliki
spesifikasi kapasistas maksimum beban yang
mampu diterima. Gambar 9 menunjukkan
penyebaran respon gaya pada fastener.
111
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
112
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
KESIMPULAN
113
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
114
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Keberadaan kegiatan produksi semen pada suatu daerah selain memberikan banyak manfaat
terutama di bidang konstruksi, juga menjadi ancaman ekologis yang serius. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
dan dikaji bahan baku alternatif agar proses produksinya lebih ramah terhadap lingkungan dengan
pemanfaatan cangkang bekicot dan jerami padi sebagai sumber CaO dan SiO 2. Dalam prosesnya, untuk
menghasilkan semen, bahan baku semen dibakar sampai meleleh untuk membentuk klinker. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas ekosemen yang dihasilkan dari pembakaran dengan suhu yang
berbeda. Ekosemen diperoleh dengan mencampurkan abu cangkang bekicot, AJP, pasir besi, dan tanahliat.
Kualitas semen diketahui dengan mengukur kuat tekan mortar setelah penyimpanan 28 hari.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, pembakaran bahan pada suhu 1000 oC menghasilkan
ekosemen berbentuk amorf, sementara pembakaran pada suhu 1500 oC menghasilkan ekosemen berbentuk
kristalin. Uji XRD menunjukkan bahwa ekosemen suhu 1000oC mengandung 53% dikalsium silikat (C2S) dan
47% kalsium silikat. Sementara uji XRF bahan pada suhu 1500oC menunjukkan kandungan Ca 59,9%, Si
3,3%, Fe 5,97%, dan K 8,92%. Uji kualitas bahan (suhu 1000oC) menunjukkan kuat tekan terbesar pada
variasi semen tipe A yaitu sebesar 7,94Kg/cm 2. Sementara tingkat kekerasan bahan (suhu 1500oC)
menunjukkan bahan ekosemen tipe A memiliki tingkat kekerasan terendeh, yaitu 574,4 HV. Dari hasil
penelitian disimpulkan bahwa semakin banyak abu cangkang bekicot yang ditambahkan, maka kuat tekan
mortar semakin baik dan tingkat kekerasan bahan semakin menurun. Pembakaran pada suhu 1000 oC belum
bisa membentuk senyawa C3S yang merupakan senyawa utama semen portland, namun pada suhu
maksimal 1500oC telah mengubah wujud dan sifat fisis bahan menjadi kristalin.
Kata kunci: ekosemen, abu cangkang bekicot, abu jerami padi, kuat tekan, temperatur, kekerasan
ABSTRACT
The existence of cement production activities in an area in addition to providing many benefits,
especially in the field of construction, also becomes a serious ecological threat.Therefore, it was necessary
to think about and evaluate alternative raw materials so that the production process was more
environmentally friendly by utilizing waste materials,Those were snail shells and rice straw as sources of
CaO and SiO2. In the process, the material to produce cement, the raw material for cement is burned until it
melts form clinker. This study was aimed to determine the quality of the ecocement produced from
combustion with different temperatures.The ecocement was obtained by mixing snail shell ash, AJP, iron
sand, and clay. The quality of the cement was known by measuring the mortar after testing for 28 days.
From the results of the study, it was found that, material combustion at 1000°C temperature
produced ecocement in the form of an amorphous, while combustion at 1500°C temperature produced
ecocement in the form of crystalline. The XRD test showed that 1000°C temperature of ecocement
contained 53% dicalcium silicate (C2S) and 47% calcium silicate. While the XRF test material at 1500°C
showed Ca content 59.9%, Si 3.3%, Fe 5.97%, and K 8.92%. Material quality test (1000°C temperature)
showed the greatest compressive strength in type A cement variations which was 7.94 kg / cm 2. While
material hardness level (1500°C temperature) showed type A ecocement material had the lowest level of
hardness, that was 574.4 HV. From the results of the study concluded that the more ash of the snail shell
which added, the compressive strength of the mortar is better and the level of hardness of the material
decreases. Combustion at 1000°C temperature was able to form C 3S compounds yet which were the main
compounds of portland cement, but at a maximum 1500°C temperature has changed the form and physical
properties of the material into crystalline.
Keywords: ecocement, snail shell ash, rice straw ash, temperature, compressive strength, hardness
115
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
117
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
118
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
3. Kualitas Ekosemen
119
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Kalsinasi adalah proses pelepasan senyawa CO2 Dalam penelitian dan penyusunan artikel ini
ke udara dan penguraian secara maksimum telah banyak pihak yang berperan. Ucapan
unsur-unsur reakti yang terkandung dalam terimakasih dan penghargaan yang tinggi
material semen. Proses ini terjadi hingga suhu disampaikan kepada:
1200oC. Sintering adalah proses peleburan 1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
semua material dan reaksi maksimum antara CaO dan kesehatan
dengan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Mineral ini 2. Rektor UNISBA Blitar yang telah memberikan
membentuk senyawa utama semen, yaitu C3S kesempatan dalam pengembangan diri
(Alite), C2S (Belite), C3A (Celite), dan C4AF (Felit). 3. Ketua LPPM UNISBA Blitar
Proses ini terjadi hingga suhu 1500oC. Dalam 4. Keluarga, Dosen, Tenaga Kependidikan, dan
penelitian ini, pemanasan bahan baku ekosemen Mahasiswa UNISBA Blitar
hanya pada suhu 800oC, sehingga yang terjadi 5. Pihak Laboratorium Universitas Negeri
hanya proses kalisinansi, sementara proses Malang dan Universitas Brawijaya Malang.
sintering belum bisa terjadi. Senyawa C3A dan
C4AF akan terbentuk pada sintering dengan suhu DAFTAR PUSTAKA
di atas 1000oC. Dalam proses ini, silikon dan besi
akan mengalami peleburan. Titik lebur dari silikon Ariesta, F.S & Sawitri, D. 2013. Studi Eksperimental
adalah 1414oC dan besi 1535oC. Pembuatan Ekosemen dari Abu Sampah dan
Pembakaran bahan baku ekosemen pada Cangkang Bekicot sebagai Bahan Alternatif
suhu 1500oC menghasilkan fase kristalin. Hal ini Pengganti Semen. Jurnal Teknik Kimia
POMITS ITS Surabaya. Nomor 2, Vol. 2, Hal.
mengakibatkan bahan ini tidak bisa diproses lebih 1-5.
lanjut menjadi mortar untuk diketahui kualitas
ekosemen melalui uji kuat tekan. Namun untuk Metungku NA, dkk. 2017. Pemurnian dan Karakterisasi
mengetahui kualitas bahan yang berbentuk kristal Senyawa SiO2 Berbasis Pasir Kuarsa Dari
ini selanjutnya diuji secara fisika dalam bentuk uji Desa Pendolo Kecamatan Pamona Selatan
kekerasan bahan. Kabupaten Poso. Jurnal Gravitasi, Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Tadulako Palu.
Tabel 7. Data Kekerasan Bahan Ekosemen Fasa Nomor 1, Vol. 16. Hal. 39-43.
Kristalin
Departemen P.U. 2002. RSNI S–05-2002 (Spesifikasi
Kode Pengujian Kekerasan Rata-Rata Beton Serat dan Beton Semprot), LPMB,
Spesimen Ke- (HV) Kekerasan Bandung.
1 571,4
A 2 574,7 574,4 Malasyi, Syibral, Welsi, & Fardansyah. 2014. Analisis
3 577 Pengaruh Penggunaan Abu Jerami
Terhadap Kuat Tekan Beton. Teras Jurnal,
1 649,5
Vol.4, No.2. Universitas Malikussaleh.
B 2 677 672,6
3 691,4 Pratama, R.S. Pengaruh Pasir Pantai Sebagai Agregat
1 692 Halus dan Cangkang Kerang Sebagai
C 2 698,8 693,7 Substitusi Parsial Semen Terhadap Kuat
3 690,2 Tekan Beton. 2017. Skripsi. Jember:
Universitas Jember.
Force: 300Gram , Dwell : 10 Detik
Dari hasil uji kekerasan diketahui bahwa semakin Pratiwi, N.G.Pembuatan Ekosemen Berbahan Baku
banyak abu jerami padi yang ditambahkan dan Abu Cangkang Kerang, Abu Sampah
semakin sedikit abu cangkang bekicot yang Organik, Dan Lumpur Limbah. 2016. Skripsi.
ditambahkan, maka tingkat kererasan bahan Surabaya: Universitas Airlangga
semakin meningkat.
Sriyadi, Eko. 2010. Analisis Kuat Tekan dan Kuat Tarik
KESIMPULAN Belah Beton Dengan Bahan Tambah Abu
Sekam Padi dan Bestmittel. Skripsi.
Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Berdasarkan penelitian, dapat
Surakarta.
disimpulkan bahwa:
1. Pembakaran ekosemen pada suhu 1000oC Sunardi, dkk. 2013. Pemanfaatan Cangkang Bekicot
menghasilkan ekosemen fase amorf/serbuk. (Achatina Fulica) Sebagai Katalis untuk
Sementara pembakaran pada suhu 1500oC Reaksi Transesterifikasi. Jurnal Fisika FLUX,
menghasilkan ekosemen fase kristalin. FMIPA UNLAM Banjarbaru. Nomor 2, Vol.
2. Uji tekan terhadap ekosemen menunjukkan 10, Hal. 100-109.
bahwa semakin banyak abu cangkang bekicot
yang ditambahkan, kuat tekan semakin tinggi. Qoniah I, dkk. 2011. Penggunaan Cangkang Bekicot
Sebagai Katalis untuk Reaksi
3. Uji kekerasan ekosemen diketahui bahwa
Transesterifikasi Refined Palm Oil. Prosiding
UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi Jurusan Kimia. FMIP ITS Surabaya.
120
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Beton merupakan material hasil pencampuran antara agregat halus, agregat kasar, air, dan semen
sebagai pasta pengikat dengan atau tanpa bahan tambah lainnya. Agregat halus dan kasar menempati 60-
70% dari volume keseluruhan beton, sehingga agregat sangat mempengaruhi kuat tekan beton. Banyaknya
sumber agregat halus yang ada dijumpai di pasaran (khususnya di Jakarta) perlu dipilih agregat halus yang
terbaik digunakan untuk beton. Dalam penelitian ini, sumber agregat halus dari Bangka Belitung,
Rangkasbitung dan Subang. Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan material,
seperti kadar lumpur, berat jenis, penyerapan air, pengujian gradasi, modulus kehalusan, kandungan
organik dan pengujian slump serta pengaruhnya terhadap kuat tekan beton dengan menggunakan SNI 03-
2834-2000 untuk menentukan desain campuran yang sama sebesar fc’ 37 MPa. Benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Dari penelitian ini diketehui bahwa nilai kuat tekan rata-rata
beton pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari berturut-turut dengan agregat halus dari Bangka Belitung
adalah: 30.26 MPa, 33.37 MPa dan 37.05 MPa, Agregat halus dari Rangkasbitung menghasilkan: 20.36
MPa, 22.91 MPa dan 24.32 MPa. Sedangkan agregat halus dari subang menghasilkan kuat tekan 25.17
MPa, 27.15MPa dan 31.39 MPa. Dari penelitian ini membuktikan bahwa agregat halus yang berasal dari
Bangka Belitung memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran beton, baik dari kandungan yang ada
pada material serta kuat tekan beton yang dihasilkan’
Kata kunci: beton, agregat halus, desain campuran, kuat tekan beton.
ABSTRACT
Concrete is the result of mixing between fine aggregates, coarse aggregates, water, and cement as a
binding paste with or without other added ingredients. The fine and coarse aggregate occupies 60-70% of
the overall volume of the concrete, so the aggregate greatly influences the compressive strength. The
number of fine aggregate sources found on the market (especially in Jakarta) needs to be selected for fine
aggregates that are best used for concrete. In this study, fine aggregate sources from Bangka Belitung,
Rangkasbitung and Subang. Laboratory testing was carried out to determine the material content, such as
sludge content, specific gravity, water absorption, gradation testing, fineness modulus, organic content and
slump testing and its effect on concrete compressive strength using SNI 03-2834-2000 to determine the
same mix design as fc '37 MPa. Cylindrical test specimen with diameter 150 mm and height 300 mm. From
this study it was found that the average compressive strength value of concrete at 7 days, 14 days and 28
days respectively with fine aggregate from Bangka Belitung is: 30.26 MPa, 33.37 MPa and 37.05 MPa, fine
Aggregate from Rangkasbitung yield: 20.36 MPa , 22.91 MPa and 24.32 MPa. While fine aggregate of
subang produce compressive strength 25.17 Mpa, 27.15 Mpa and 31.39 Mpa. From this study proves that
the fine aggregate originating from Bangka Belitung is qualified to be used as a concrete mixture, both from
the content present in the material and the compressive strength of the concrete produced
121
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
TUJUAN PENELITIAN
122
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Desain Campuran
123
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Persentasi lolos
ayakan 0,075mm (W 6) = 2.04 %
(lumpur)=
Sumber: Hasil Uji Kandungan Lumpur
Hasil pemeriksaan kadar lumpur dari Gambar 2. Grafik batas gradasi agregat halus I
penelitian lain menunjukan bahwa pasir Bangka
memiliki kandungan 33,33%. Besarnya kadar
lumpur disebabkan pasir Bangka belum dicuci.
Dilihat dari pasir Bangka yang digunakan untuk
penelitian menunjukkan kadar lumpur 2.04 % kecil
karena pasir Bangka yang digunakan sudah
dicuci..
Untuk berat jenis kering permukaan
(Saturated Surface Dry/SSD), dapat dilihat seperti
yang ditampilkan dibawah ini:
S = Berat pasir dalam kondisi SSD = 500gr
B = Berat labu ukur + air = 638gr
C = Berat pasir SSD + air + labu ukur = 938gr
A = Berat pasir dalam kodisi kering oven = 493gr
Sehingga didapatkan:
Gambar 3. Grafik batas gradasi agregat halus I
Berat jenis kering= = = 2.47
Berat jenis kering permukaan (SSD) =
Hasil pengujian kadar kandungan organik
= = 2.5
pada agregat halus yang berasal dari Bangka
Berat jenis semu= = = 2.59
Belitung menunjukkan air hasil campuran agregat
terlihat agak jernih yang menyatakan bahwa
Penyerapan air (Water absorption) =
agregat tersebut layak digunakan langsung tanpa
= X 100 = 1.41%.
melalui proses pencucian.
Dari hasil analisa saringan didapatkan seperti
Analisa Agregat Halus Dari Rangkas Bitung
tabel 4, sehingga diketehui gradasi dan modulus
kehalusannya (FM).
Dari bentuk fisik, pasir dari Rangkas Bitung
Tabel 4. Analisa saringan agregat halus I
memiliki warna agak coklat dan bercampur batuan
Ukuran Berat berwarna putih yang berukuran kecil. Setelah
% Tertahan % Lolos
Ayakan Tertahan
(mm) (gram)
Ayakan Ayakan diadakan pengujian terhadap kandungan lumpur,
maka didapatkan hasil seperti pada tabel 5.
9.5 0 0 100
Tabel 5. Hasil uji kandungan lumpur.
4.75 3 0.20 99.80
Berat material kering
(W 1) = 630 gr
2.36 71 4.73 95.27 oven + wadah
1.18 329 21.93 78.07 Berat wadah (W 2) = 130 gr
124
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Persentasi lolos
ayakan 0,075mm (W 6) = 4 %
(lumpur)=
Sumber: Hasil Uji Kandungan Lumpur
125
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
126
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
dalam zona gradasi II (butiran sedang), SNI 1972. (2008). Cara Uji Slump Beton. Jakarta,
mempunyai berat jenis kering permukaan (SSD) Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.
2.59, daya serap air 11.6% (syarat maksimal 4%), SNI 2816. (2014). Metode Uji Bahan Organik
kandungan lumpur (lolos ayakan no.200) 6.2% Dalam Agregat Halus Untuk Beton.
(syarat maksimum 5%), modulus kehalusan) 3.03, Jakarta, Indonesia: Badan Standarisasi
dan tidak mengandung bahan organic. Nasional.
Dari uji kuat tekan beton pada umur 28 hari SNI 2847. (2013). Persyaratan Beton Struktural
didapat kuat tekan beton dengan agregrat halus Untuk Bangunan Gedung. Jakarta,
dari Bangka Belitung didapat nilai 37.05 MPa, Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.
agregat halus dari Subang didapat nilai 31.39 SNI 7656. (2012). Tata Cara Pemilihan Campuran
MPa dan agregat halus dari Rangkas Bitung Untuk Beton Normal, Beton Berat dan
didapat nilai rata-rata 24.32 MPa. Dari ketiga Beton Massa. Jakarta, Indonesia: Badan
sumber agregat halus yang diuji menunjukkan Standarisasi Nasional.
hanya agregat halus (pasir) yang berasal dari SNI ASTM C117. (2012). Metode Uji Bahan Yang
Bangka Belitung yang memenuhi syarat sebagai Lebih Halus Dari Saringan 75μm (No.200)
agregat halus yang baik sebagai campuran beton. Dalam Agregat Mineral Dengan
Pencucian. Jakarta, Indonesia: Badan
TERIMA KASIH Standarisasi Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
128
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Limpahan air hujan yang tidak terkendali membuat masalah banjir. Usaha dalam menerapkan teknik
drainase menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan
berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur
Peresapan Air Hujan (Recharge Well), Parit Resapan Air Hujan (Recharge Trench) dan Taman Resapan Air
(Recharge Yard) dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005]. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pengambilan sampel
dilakukan metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang
mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong
maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur
kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggali rencana sumur resapan yang akan
dipakai dalam komplek perumahan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 03-2453-2002
kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh
rumah dan carport sebanyak 20 unit. Sedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block,
dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk
setiap sumur resapan.
ABSTRACT
Overflow of rainwater causes flooding problems. Efforts to apply drainage techniques become an
option in order to deal with global warming, namely the environmentally sound rainwater drainage system.
This system according to [Sunjoto, 2007] consists of three groups, namely Rainwater Infiltration Well,
Infiltration Trench and Recharge Yard and the latter is also called Taman Bertanggul (Sujono, 2005 ). The
method used in this study using quantitative analysis methods. The sampling method is the purposive
sampling method for the measurement of permeability which takes into account the sampling of land that has
not been given pavement such as vacant land or yard while for measuring the depth of groundwater by
measuring the depth of surface of existing well water and by exploring the infiltration well plan that will used
in housing complexes. Based on the method calculation approach SNI 03-2453-2002 the need for infiltration
wells to accommodate rainwater runoff due to the closure of open land by houses and carport as many as 20
units. Whereas as a substitute for land covered by paving blocks, 8 units were made. Dimensions of 1 m
diameter infiltration well, 1.5 m depth for each infiltration well.
129
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
tanah yang terbuka, hutan, halaman rumah yang Banjir (genangan air hujan) dan
tidak tertutup dan lain-lain. Air hujan yang jatuh ke menurunnya permukaan air-tanah (groundwater)
permukaan tanah pada awalnya akan membasahi terjadi di berbagai kawasan perumahan. Hal
tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap
Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang tahun pada musim hujan dan musim kemarau,
berpori maka akan meresap kedalam tanah yang menyebabkan kerugian material yang
sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama sangat besar dan berdampak menurunnya harga
akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki perumahan secara dratis. Upaya yang dapat
daerah akuifer dan akirnya menjadi air dilakukan adalah dengan pembuatan sumur
tanah.Air tanah merupakan sumber air yang resapan air hujan atau pembangunan pompa
sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah pengendali banjir.
tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut Salah satu faktor yang menyebabkan
akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang banjir dan menurunnya permukaan air-tanah di
sangat penting. kawasan perumahan adalah proses alih fungsi
Dengan berubahnya fungsi lahan yang lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan
semula terbuka menjadi bangunan rumah dan pertanian atau hutan menjadi perumahan dapat
sarana jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan menimbulkan dampak negatif, apabila tidak
untuk meresapkan air hujan semakin berkurang diikuti oleh upaya-upaya menyeimbangkan
yang dengan pasti akan menimbulkan kembali fungsi lingkungan. Di sisi lain dipicu
peningkatan aliran permukaan atau surface runoff oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang
yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan terlalu pesat ke arah horisontal yang
bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka
dulu dengan mudah meresap kedalam tanah sebagai resapan air, sehingga air yang meresap
pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah ke dalam tanah menjadi terbatas dan
tertutup bangunan hingga terjadi limpasan memperbesar volume aliran permukaan.
permukaan (surface runoff) meningkat. Di sisi lain Salah satu solusi untuk mengatasi banjir
meningkatnya jumlah sarana prasarana ini telah dan menurunnnya permukaan air-tanah pada
menyebabkan berbagai dampak antara lain kawasan perumahan adalah dengan cara
problema air tanah, problema polusi air dan pencegahan sedini mungkin melalui
problema banjir. perencanaan dari awal oleh pihak pengembang
Proses pembangunan yang selalu terjadi perumahan (kontraktor/developer) dengan
dimanapun wilayah yang layak dihuni manusia mengalokasikan lahan untuk pembuatan
senantiasa akan terjadi dan berkembang. konstruksi sumur resapan air hujan atau pompa
Penelitian ini membatasi cakupan wilayah sempit pengendali banjir.
di lokasi Klaster Perumahan Klaseman sebagai Sistem drainase suatu kawasan
model penelitian. perumahan biasanya direncanakan sesuai
Fungsi lahan berubah yang semula dengan jumlah volume air permukaan yang
terbuka menjadi bangunan rumah dan sarana berasal dari rumah-rumah per-blok dengan
jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk kondisi rumah yang standar (rumah belum
meresapkan air hujan semakin berkurang yang dikembangkan). Kondisi ini yang membuat
dengan pasti akan menimbulkan peningkatan dimensi saluran drainase tidak dapat
aliran permukaan atau surface runoff yang menampung lagi volume air permukaan sejalan
akibatnya menimbulkan berbagai genangan dengan pengembangan rumah-rumah, yang
bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang berakibat terjadinya genangan-genangan air
dulu dengan mudah meresap kedalam tanah bahkan banjir pada kawasan tersebut dan
pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah sekitarnya.
tertutup bangunan hingga terjadi limpasan Sumur resapan air merupakan rekayasa
permukaan (surface runoff) meningkat. Di sisi lain teknik konservasi air yang berupa bangunan
menurut meningkatnya jumlah sarana prasarana yang dibuat sedemikian rupa sehingga
ini telah menyebabkan berbagai dampak antara menyerupai bentuk sumur gali dengan
lain problema air tanah, problema polusi air dan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
problema banjir. Usaha maksimal dalam tempat menampung air hujan diatas atap rumah
menerapkan teknik drainase yang saat ini sedang dan meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat
menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur
warming yaitu sistem drainase air hujan resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran
berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut permukaan dan mencegah terjadinya genangan
[Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu air, sehingga memperkecil kemungkinan
Sumur Peresapan Air Hujan (Recharge Well), terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan
Parit Resapan Air Hujan (Recharge Trench) dan tinggi muka air tanah dan menambah
Taman Resapan Air (Recharge Yard) dan yang persediaan air tanah, (3) mengurangi atau
terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah
[Sujono, 2005]. yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4)
mencegah penurunan atau amblasan lahan
130
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
sebagai akibat pengambilan air tanah yang kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi tempat menampung air hujan dan
pencemaran air tanah. meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat yang
Sumur resapan air ini berfungsi untuk dapat diperoleh dengan pembuatan sumur
menambah atau meninggikan air tanah, resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran
mengurangi genangan air banjir, mencegah permukaan dan mencegah terjadinya genangan
intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan air, sehingga memperkecil kemungkinan
tanah setempat dan melestarikan serta terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan
menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka tinggi muka air tanah dan menambah persediaan
panjang. Oleh karena itu pembuatan sumur air tanah, (3) mengurangi atau menahan
resapan perlu digalakkan terutama pada setiap terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang
pembangunan rumah tinggal. berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah
Adanya sumur resapan dapat mengurangi penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat
volume air limpasan permukaan. Air hujan yang pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5)
jatuh di atas permukaan atap bangunan rumah mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
dialirkan melalui talang terus ditampung ke dalam Dalam lingkungan perumahan tidak bisa
sumur resapan. Dengan demikian, air hujan tidak dipungkiri dan dipastikan terjadi limpasan air
mengalir ke mana-mana dan mengurangi air permukaan (surface runoff) akibat tertutupnya
limpasan permukaan. Pemasangan sumur areal tanah dengan bangunan rumah, perkerasan
resapan dapat dilakukan dengan model individual halaman [carport], sarana jalan [paving block
dan komunal. Sumur resapan model individual disarankan masih terjadi resapan air tanah]. Dari
adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu limpasan air permukaan dikumpulkan dalam
rumah, sedangkan yang satu sumur resapan saluran drainase agar arah aliran air tidak liar.
komunal digunakan secara bersama-sama untuk Untuk mengambil kesempatan dalam mengelola
lebih dari satu rumah. air limpasan yang terkumpul dalam saluran
Air hujan yang jatuh ke halaman rumah makan dibuatlah saluran yang bisa memberikan
harus dapat diserap oleh lahan halaman rumah itu kesempatan air bisa meresap ke dalam tanah
sendiri dan tidak melimpas ke luar halaman dengan tidak memberikan dasar saluran dengan
rumah. Halaman rumah secara alamiah dapat pasangan. Sehingga masih memberikan
menyerap curahan air hujan, termasuk dari air kesempatan kepada air untuk bisa meresap ke
hujan dari cucuran atap rumah, yang mengalir dalam tanah semaksimal mungkin. Disamping
melalui talang. Dalam hal ini sumur resapan dapat cara tersebut juga memberikan sumur resapan
ikut mengurangi sumbangan banjir dengan pada jalur saluran drainase (Recharge Trench)
mengurangi volume runoff air hujan. tersebut pada titik-titik tertentu sesuai dengan
Masuknya air hujan melalui peresapan perhitungan kebutuhan unit sumur resapan
(infiltrasi) inilah yang menjaga cadangan air tanah sebagai konversi pengganti luasan areal yang
agar tetap dapat dipanen dengan mudah. tertutup akibat pembangunan rumah dan fasilitas
Permukaan air-tanah memang berubah-ubah, lainnya [carport, jalan paving].
tergantung dari pasokan air dan eksploitasinya. Sumur resapan air hujan adalah prasarana
Dengan memasukkan ke dalam sumur resapan, untuk menampung dan meresapkan air hujan ke
air hujan yang jatuh di areal perumahan tidak dalam tanah. Sedangkan Lahan pekarangan
terbuang percuma ke selokan terus mengalir ke adalah lahan atau halaman yang dapat
sungai. difungsikan untuk menempatkan sumur resapan
Banjir dan menurunnya permukaan air air hujan.
tanah yang melanda beberapa kawasan
perumahan telah berlangsung cukup lama dan Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah
bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang sebagai berikut ;
terjadi setiap tahun. Upaya yang dapat dilakukan 1) Sumur resapan air hujan ditempatkan pada
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan lahan yang relative datar;
membangun sumur resapan air pada setiap 2) Air yang masuk ke dalam sumur resapan
rumah dalam suatu kawasan perumahan atau adalah air hujan yang tidak tercemar;
membangun pompa pengendali banjir. 3) Penempatan sumur resapan air hujan harus
Sumur Resapan Air Hujan (Recharge mempertimbangkan keamanan bangunan
Well) merupakan alternatif pilihan dalam sekitarnya;
mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air 4) Harus memperhatikan peraturan daerah
tanah pada kawasan perumahan, karena dengan setempat;
pertimbangan : a) pembuatan konstruksi SRA 5) Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini
tidak memerlukan biaya besar, b) tidak harus disetujui Instansi yang berwenang.
memerlukan lahan yang luas, dan c) bentuk
konstruksi SRA sederhana. Sumur resapan air Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah
merupakan rekayasa teknik konservasi air yang sebagai berikut ;
berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa 1) Kedalaman air tanah
sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
131
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
132
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
133
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
134
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
KESIMPULAN
135
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
136
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Pelimpah bendungan berfungsi untuk membuang kelebihan air tampungan pada saat kondisi banjir.
Kelebihan air akan melimpas kembali ke aliran sungai di hilir bendungan. Profil aliran diperlukan untuk
mengetahui kondisi aliran pada saat banjir terjadi. Program Hec Ras digunakan untuk mengetahui profil
aliran di saluran. Permodelan aliran di pelimpah direncanakan menggunakan Program Hec Ras.
Permodelan geometri menggunakan tampungan bendungan sebagai storage area dan pelimpah bendungan
sebagai inline structure. Profil aliran merupakan hasil dari permodelan hidraulik. Hasil simulasi digunakan
untuk membandingkan dengan hasil perhitungan analitis. Dari hasil permodelan menunjukkan bahwa hasil
profil aliran mendekati perhitungan analitis. Sehingga, untuk permodelan geometri seperti pada penelitian ini
dapat digunakan untuk memodelkan aliran di pelimpah.
ABSTRACT
Spillway dams serve to remove excess storage water during flood conditions. Excess water will run
back into the river flow downstream of the dam. Flow profile is needed to determine the flow conditions when
a flood occurs. The Hec Ras program is used to find out the flow profile on the channel. Flow modeling in
spillway is planned to use the Hec Ras Program. Geometry modeling uses dam storage as storage area and
dam overflow as inline structure. Flow profile is the result of hydraulic modeling. Simulation results are used
to compare the results of analytical calculations. From the modeling results show that the flow profile results
approach analytical calculations. So, for geometry modeling as in this study it can be used to model flow in
spillway.
137
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
cross section dan long section. Desain pelimpah seperti kecepatan, tinggi muka air dll. Akan tetapi,
bendungan tersaji pada Gambar 4. HEC-RAS mengalami kondisi tidak stabil apabila
terjadi low flows (aliran rendah) atau kondisi muka
air pada saluran kering. Pada simulasi yang akan
dilakukan pada penelitian memungkinkan terjadi
low flows karena debit inflow yang kecil dan
simulasi pengisian air dimana awal aliran di
saluran eksisting seharusnya dalam keadaan
kering.
Program HEC-RAS memberikan kemudahan
apabila terjadi permasalahan aliran rendah
tersebut. Pilot channels merupakan solusi
permasalahan untuk memodelkan aliran tak
permanen dengan kondisi aliran rendah. Pilot
channels memotong dasar saluran sampai lebih
Gambar 4. Desain Pelimpah dalam dari dasar sebelumnya. Pembuatan pilot
channels dimaksudkan agar saluran yang
Pada kasus ini, kekasaran Manning sudah di sebelumnya kering akan dianggap tidak kering
tentukan oleh konsultan perencana sebesar 0.030 karena air akan mengisi pilot channel yang sudah
pada daerah aliran sungai. Dan untuk bangunan dibuat. Pada umumnya, saluran bantuan ini tidak
pelimpah, kekasaran Manning direncanakan terlalu lebar tapi lebih dalam pada saluran yang
sebesar 0.012 Nilai-nilai tersebut yang nantinya sekiranya terjadi low flow. Sehingga, aliran tidak
dimasukkan ke dalam data geometri HEC-RAS. stabil yang terjadi sebelumnya menjadi lebih
stabil.
Permodelan Bendungan pada Program Hec
Ras
Setelah mengetahui data aliran, data
potongan melintang pada masing-masing sungai
dan kekasaran koefisien Manning maka langkah
selanjutnya adalah memasukkan data-data
tersebut ke dalam software HEC-RAS.
Yang dimaksud dengan waduk pada pemodelan
disini adalah geometri sungai di daerah
genangan, sementara pengertian bendungan
pada pemodelan ini adalah aliran air yang
melewati outflow pelimpah (ambang pelimpah).
Permodelan yang dilakukan adalah geometri
sungai di daerah genangan dimodelkan sebagai
storage area dan outflow pelimpah sebagai inline Gambar 4. Geometri Bendungan dan Saluran
structure. Tahap pemodelan sama dengan Pelimpah
layaknya memodelkan aliran disungai, yaitu
dengan cara :
1. Memodelkan geometri (geometry data)
2. Memodelkan aliran (unsteady flow data)
3. Melakukan simulasi (perform unsteady
flow analysis)
4. Menampilkan hasil simulasi
Tahapan pemodelan waduk dan bendungan
dengan HECRAS dilakukan berdasarkan cara-
cara yang telah dijelaskan sebelumnya.
Profil Muka Air di Hilir Pelimpah dengan Gambar 5. Penampang memanjang Saluran
Permodelan Storage Area dan inline Structure Pelimpah
Pemodelan dilakukan dengan daerah
genangan dimodelkan sebagai storage area dan Program HEC-RAS memberikan kemudahan
bendungan sebagai inline structure. Pada model dalam input geometri data. Geometri yang harus
ini memodelkan saluran pelimpah Untuk dimasukkan ke dalam data adalah penampang
pemodelan waduk dimodelkan sebagai storage melintang dan jarak antar penampang melintang.
area yang mana bendungan dimodelkan sebagai Apabila jarak antar penampang melintang cukup
inline structure. jauh, HEC-RAS dapat melakukan interpolasi
HEC-RAS melakukan simulasi aliran untuk penampang melintang saluran sesuai dengan
mengetahui parameter hidraulika yang terjadi
139
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
jarak antar penampang yang kita inginkan. Pada Boundary Condition. Memilih Bajulmati sebagai
penelitian ini, apabila jarak antar penampang storage area untuk dimasukkan ke dalam
cukup besar maka dilakukan interpolasi dengan Boundary Condition . Setelah itu Klik OK.
jarak maksimal yang diinginkan adalah 5 meter. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan
Untuk jarak antar penampang yang sudah dekat Lateral Inflow Hydrograph sebagai kondisi batas
tidak dilakukan interpolasi penampang. pada storage area, kemudian layar pengisian
Seperti telah dijelaskan di awal bahwa debit jam-jaman akan muncul. Memasukkan debit
program HEC-RAS mengalami kesulitan inflow periode ulang 1000 tahun sebagai kondisi
melakukan simulasi apabila aliran kering. batas hulu. Perbedaan apabila kondisi batas pada
Kenyataannya, banjir datang memiliki kondisi storage area dimasukkan adalah terletak pada
awal aliran kering dan tidak ada air di saluran. Hal output yang dihasilkan berupa profil muka air
ini membuat simulasi pengisian air tidak dapat pada bagian hilir dan pada stage and flow
dilakukan dengan baik. Sehingga, dalam hydrograph.
penelitian ini dilakukan simulasi untuk mencari
kondisi awal terlebih dahulu. Kemudian, hasil
simulasi dari mencari kondisi awal ini digunakan
sebagai kondisi awal pada simulasi debit banjir.
Pendekatan yang dilakukan pada simulasi ini
dengan menganggap sistem saluran ini adalah
kolam besar yang terisi penuh air. Kemudian,
muka air diturunkan sampai dengan batas muka
air tambak yang dinginkan untuk melakukan
simulasi selanjutnya. Bersamaan pula dilakukan
pemberian debit kecil sebagai inflow. Dengan
debit kecil sebagai inflow, HEC-RAS akan
melakukan perhitungan untuk mendapatkan
parameter hidraulik di tiap penampang
melintangnya. Selain itu, didapatkan muka air
awal di sepanjang saluran yang dapat digunakan
sebagai kondisi awal simulasi.
Unsteady Flow Data yang digunakan untuk Gambar 5. Lateral Inflow Hydrograph
membuat kondisi awal adalah:
Boundary Condition Upstream : Flow Hydrograph Initial Flow didapatkan dari simulasi
dengan debit kecil sebelumnya untuk mendaparkan initial condition
Boundary Condition Downstream : Stage aliran sebelumnya.
Hydrograph Pada kolom Initial Elevation of Storage Areas
(elevasi muka air awal ke elevasi muka air yang dimasukkan elevassi sebesar +90.75. Initial
diinginkan) Elevation of Storage Areas merupakan ketinggian
Initial Condition : debit kecil awal untuk semua storage area di dalam
pemodelan. Storage area bisa mulai kering, akan
Memodelkan aliran tetapi ketinggian minimum dari tempat tersebut
Peniruan hidraulika pada pemodelan ini harus tetap dimasukkan ke dalam pemodelan,
dilakukan dengan mengaktifkan layar editor data karena dalam pemodelan HEC-RAS tidak
aliran tak permanen. Layar dapat diaktifkan diperbolekan adanya daerah yang kering.
dengan memilih menu Edit | Unsteady Flow Data. Menyimpan datahidraulika tersebut dengan
Untuk kondisi batas yang perlu dimasukkan memilih menu File | Save Unsteady Flow Data.
adalah kondisi batas hilir dengan memilih Stage
Hydrograph sebagai kondisi batasnya. Stage Melakukan Simulasi
Hydrograph dipilih jika mengetahui ratarata Langkah pertama yaitu mengaktifkan layar
elevasi profil muka air pada bagian hilir. Pada hitungan aliran tak permanen dengan memilih
pemodelan ini rata-rata profil muka air bagian hilir. menu Run | Unsteady Flow Analysis atau
Sementara untuk kondisi batas hulu dapat mengklik tombol Perform an Unsteady Flow
dilakukan percobaan dimana batas hulu pada Analysis. Kemudian mengaktifkan ketiga mode l
storage area dapat dimasukkan ataupun tidak. hitungan pada menu Program to Run yaitu
Jika batas hulu pada permodelan ini Geometry Preprocessor, Unsteady,Flow
(Strorage area) dimaksukkan maka langkah Simulation, dan Post Processor. Setelah itu
pertama untuk memasukkan data tersebut yaitu mengatur waktu simulasi pada kotak computation
dengan memilih Add Storage Area pada layar dari starting date sampai dengan ending time.
Unsteady Flow Data. Setelah memilih Add
Storage Area pada layar Unsteady Flow Data Menampilkan Hasil Simulasi
maka akan muncul layar pemilihan storage area Cara yang sama untuk menampilkan hasil
mana yang nantinya akan dimasukkan ke dalam simulasi pada pemodelan ini yaitu dengan
140
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
mengklik tombol view cross section, view profil, Ismawati, Sintya Maghfiro. 2017. Permodelan
view general profil plot, view computed rating Aliran 1D pada Bendungan Tugu
curve, view 3D multiple cross section plot, etc. menggunakan Software Her Ras. Skripsi
Hasil dari simulasi ditampilkan dalam bentuk Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh
gambar dan tabel seperti gambar dibawah ini. November: Tidak diterbitkan.
Hasil yang ditampilkan pada pemodelan ini Mawardi, Erman. dan Moch Memed. 2002. Desain
adalamketika pemodelan hidraulika menggunakan Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi
kondisi batas hulu storage area (Lateral Teknis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Hydrograph). Mawardi, Erman. 2007. Desain Hidraulik
Bangunan Irigasi. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Novak, dkk. 1990. Hydraulic Structures. London :
Unwin Hyman.
Prastumi, Aniek Masrevaniah. 2008. Bangunan Air.
Surabaya : Srikandi.
Ramadhani, Elvira Eka dkk. 2016. Studi
Pengendalian Banjir Sungai Cimanuk
dengan menggunakan Retarding Basin
pada Hilir Bendungan Jatigede di Provinsi
Jawa Barat. Skripsi Teknik Pengairan,
Universitas Brawijaya: Tidak diterbitkan.
Sosrodarsono, S. dan Kazuto Nakazawa. 2000.
Bendungan Tipe Urugan. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Soedibyo, Ir. 2003. Teknik Bendungan. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
US Army Corps of Engineers. 2010a. HEC-RAS
River Analysis System: Hydraulic Reference
Manual. Hydrologic Engineering Center.
US Army Corps of Engineers. 2010b. HEC-RAS River
Analysis System: User’s Manual. Hydrologic
Gambar 6. Hasil Simulasi pada Stasion 19
Engineering Center.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
142
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Perkerasan jalan memiliki karakteristik mengalami penurunan kondisi seiring dengan waktu
layannya.Hal ini diindikasikan dengan terjadinya kerusakan padanya. Untuk itu evaluasi struktural maupun
non struktural perlu dilakukan secara periodik guna mengetahui kondisi dan langkah penanganan
perkerasan jalan sehingga kondisi optimal dapat tetap dijaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
korelasi penilaian kondisi dan sisa masa layan perkerasan menurut SDI dan PCI berdasarkan data time
series tahun 2015-2017 pada jalan Kol. Sugiyono Kabupaten Kulonprogo. Penilaian kondisi perkerasan
metode SDI mengacu pada panduan nomor SMD-03/RCS tentang Panduan Survai Kondisi Jalan tahun
2011, sedangkan penilaian kondisi perkerasan metode PCI mengacu pada standar yang dikembangkan oleh
U.S. Army Corps of Engineers. Korelasi SDI dengan PCI diperoleh melalui regresi hasil survei dan
perhitungan kondisi perkerasan secara visual. Sisa masa layan perkerasan didapatkan melalui analisis time
series berdasarkan data time series SDI dari P2JN Yogyakarta. Hasil perhitungan kondisi perkerasan
diperoleh rata-rata nilai SDI Jalan Kol. Sugiyono adalah 65,00 (sedang) dan berdasarkan PCI adalah 70,53
(sangat baik) dimana korelasi SDI dengan PCI memiliki tingkat korelasi sangat lemah. Peramalan
menggunakan analisis time series berdasarkan SDI diperoleh sisa masa layan segmen 1 adalah 9,52
semester sedangkan berdasarkan PCI diperoleh sisa masa layan adalah 5,10 semester. Sementara itu
untuk segmen 2 – 7 didapat sisa masa layan metode SDI adalah 15,50 semester, sedangkan metode PCI
memberikan nilai sebesar 9,34 semester.
ABSTRACT
Road Pavement has a characteristic of decreasing conditions along with the time of service. This is
indicated by the occurrence of damage to it. For this reason, structural and non-structural evaluations need
to be carried out periodically to determine the conditions and steps for handling pavement so that optimal
conditions can be maintained. This study aims to determine the correlation of condition assessment and the
rest of the pavement service according to SDI and PCI based on the time series data from 2015-2017 on the
Kol Sugiyono Road in Kulonprogo Regency. The SDI method assessment of pavement refers to the
guideline number SMD-03 / RCS regarding the 2011 Road Condition Survey Guide, while the PCI method of
pavement conditions refers to the standards developed by U.S. Army Corps of Engineers. SDI correlation
with PCI is obtained through regression of survey results and visual calculation of pavement conditions. The
rest of the pavement service period was obtained through time series analysis based on SDI time series data
from P2JN Yogyakarta. The calculation results of pavement conditions obtained by the average SDI value of
Kol Sugiyono Road is 65.00 (moderate) and based on PCI is 70.53 (very good) where the correlation of SDI
with PCI has a very weak correlation level. Forecasting using time series analysis based on SDI obtained the
remaining segment 1 service life is 9.52 semesters while based on PCI obtained the remaining service
period is 5.10 semesters. Meanwhile for segments 2 - 7, the remaining service period of the SDI method is
15.50 semesters, while the PCI method gives a value of 9.34 semesters.
143
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
144
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Untuk pengukuran sesuai SDI mengacu Tabel 2. Hubungan antara nilai SDI
pada Manual Survei Kondisi Jalan Nomor SMD- dengan kondisi jalan
03/RCS dilakukan per 100 m panjang jalan. SDI
dilakukan dengan membagi ruas jalan mejadi
segmen dengan masing-masing 100 m panjang Kondisi Jalan Nilai SDI
jalan. Hasil survei dilakukan perhitungan sesuai
prosedur pada panduan survei sebagai berikut : Baik < 50
Sedang 50 – 100
a. Menetapkan SDI1 berdasarkan luas retak
(total area of cracks) Rusak ringan 100 – 150
145
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
71 – 85 Sangat baik (very good) Tabel 4. Hasil analisis SDI ruas Jalan Kol.
Sugiyono
86 – 100 Sempurna (excelent)
Rata-rata 70,53 Sangat Baik Gambar 2. Hubungan SDI dengan PCI ruas
Jalan Kol. Sugiyono
Berdasarkan Tabel 5, ruas jalan Kol. Gambar 2 menunjukkan korelasi SDI dengan PCI
Sugiono untuk Segmen 2, 3, 4 dan 7 memiliki nilai sebagai persamaan polinomial dengan:
kondisi 74,05-76,13 (sangat baik), dan untuk
segmen 1, 5 dan 6 nilai kondisi antara 58,20- y = 0,0041x2 - 0,3771x + 73,9415 (1)
69,53 (baik). Rata-rata nilai kondisi ruas jalan Kol.
Sugiyono adalah 70,53 (sangat baik).
Berdasarkan keputusan matriks PCI yang
dikeluarkan oleh Ontario Good Roads Association dengan y adalah nilai PCI dan x adalah nilai SDI.
pada tahun 2009, perlu dilakukan pemeliharaan Koefisien korelasi R²=0,1610 berada pada
seperti perawatan untuk mencegah kerusakan interval 0,000 – 0,199 yang berarti derajat
lebih lanjut dalam rentang waktu 1 – 5 tahun. Dan kesesuaian persamaan tersebut sangat lemah,
berdasarkan nilai kritis PCI segmen 1 dilakukan hal ini bisa disebabkan karena beberapa
perawatan mayor ataupun localized safety karena kerusakan yang diperhitungkan oleh metode PCI
nilai kondisi dibawah nilai kritis PCI (PCI<60), dan tidak diperhitungkan oleh metode SDI atau
segmen lainnya dengan nilai PCI berada di atas sebaliknya. Hal ini ditunjukkan pada Segmen 1
nilai kritis PCI (PCI>60) diperlukan global dengan nilai kondisi SDI 20 (baik) dan PCI 58,20
preventive atau localized preventive. (baik) dilihat dari kondisi kedua metode penilaian
tersebut memberikan nilai kondisi sama-sama
3. Hubungan SDI dengan PCI baik, namun baik pada level SDI itu menyatakan
kondisi jalan level 1 (optimal), sedangkan baik
pada penilain PCI itu sudah masuk pada level
Hubungan dilakukan untuk dua variabel ketiga dan memiliki nilai di bawah nilai kritis PCI.
yaitu nilai kondisi PCI dengan SDI Hal ini karena pada pada STA 0+000 s.d 0+100
berdasarkan perhitungan data primer yaitu tersebut terdapatn kerusakan bumps and sag,
hasil penilaian kondisi perkerasan jalan patching, dan lane/shoulder drop off yang tidak
dengan metode SDI dan PCI. Berdasarkan diperhitungkan dalam metode penilaian SDI. Atau
regresi menggunakan Microsoft Excel pada Segmen 6 terdapat kerusakan berupa
diperoleh persamaan hubungan untuk lubang (pothole) dengan diameter 15 cm, pada
masing-masing ruas jalan. penilaian metode SDI kerusakan dengan
diameter >10cm sudah diperhitungkan,
sedangkan pada penilaian dengan PCI kerusakan
berupa lubang yang diperhitungkan memiliki
diameter >8 inch (203 mm). Contoh kerusakan
pada ruas jalan Kol. Sugiyono ditunjukkan pada
Gambar 3 dan Gambar 4.
147
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 6. Data time series PCI berdasarkan hubungan PCI terhadap SDI
SDI PCI
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
1 0+000 s.d 0+100 Segmen 1 0,00 0,00 0,00 5,00 9,00 73,94 73,94 73,94 72,08 70,58
2 0+100 s.d 0+200 Segmen 2 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08
3 0+200 s.d 0+300 Segmen 3 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08
4 0+300 s.d 0+400 Segmen 4 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08
5 0+400 s.d 0+500 Segmen 5 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08
6 0+500 s.d 0+600 Segmen 6 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08
7 0+600 s.d 0+660 Segmen 7 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08
Rata-rata 0,00 0,00 0,00 5,00 5,57 73,94 73,94 73,94 72,08 71,86
148
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
I
Gambar 6. Batas masa layan
2
y = -0,3465x + 0,5277x + 73,92
Batas masa layan R² = 0,9726
Waktu (Semester) 50
0 5 10 15 20
0
20 40
0 5 10 15 20
40 Waktu (Semester)
y = 0,4032x2 - 0,1774x
60 R² = 0,8065 Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4
Segmen 5 Segmen 6 Segmen 7
SDI
80
Gambar 6. Time series dan forecasting PCI Jalan
100 Kol. Sugiyono
Prediksi sisa masa layan menggunakan PCI
120 memberikan sisa masa layan yang lebih pendek
y = 0,9194x2 - 1,3645x dibandingkan SDI ditunjukkan pada Tabel 7.
140 R² = 0,9726 Pada segmen 1 penilaian SDI memberikan
sisa masa layan perkerasan 9,52 semester atau
160 4,5 tahun dan harus dilakukan rekonstruksi pada
Segmen 1 Segmen 2 tahun 2022, sedangkan penilaian dengan metode
Segmen 3 Segmen 4 PCI memberikan sisa masa layan 5,10 semester
Segmen 5 Segmen 6 atau 2,5 tahun dan harus dilakukan rekonstruksi/
Segmen 7
peningkatan pada tahun 2020.
Tabel. 7. Prediksi sisa masa layan perkersanan berdasarkan SDI dan PCI
Segmen
Persamaan Umur Layan Sisa Masa Peningkatan/ Persamaan Umur Layan Sisa Masa Peningkatan/
Trend (Semester) Layan rekonstruksi Trend (Semester) Layan rekonstruksi
(Semester) (Tahun) (Semester) (Tahun)
y=-
y=0,9194x2-
1 13,52 9,52 2022 0,3465x2+0,527 9,10 5,10 2020
1,3645x
7x+73,92
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
2 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
3 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
4 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
5 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
6 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
7 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
149
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
151
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
152
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Email : chyaqulbi@yahoo.com
ABSTRAK
Kota Makassar terlihat ketidakefisienan pada pelaksanaan sistem transportasi logistik pada industri ritel
(minimarket). Hubungan antara hirarki tertinggi dengan di bawahnya memperlihatkan adanya interaksi
keruangan berupa akses dari daerah dengan hirarki di bawahnya dalam hal mengakses sarana dan
prasarana dari pusat kota. Makalah ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kecamatan memiiki daya tarik
antar kecamatan serta berpotensi peluang dalam pengembangan sistem jaringan logistik perkotaan Kota
Makassar. Metode digunakan dengan analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan model gravitasi
digunakan untuk melihat kaitan daya tarik suatu lokasi (kota atau wilayah) dapat diukur dari jumlah
penduduk, jarak sehingga dapat menghasilkan indeks aksesibilitas dan pengembangan absolut. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa daya tarik suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk,
fasilitas minimarket/swalayan dan luas wilayah terhadap pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil
diperoleh kecamatan memiliki daya tarik dan potensi pengembangan wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Biringkanaya, Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini, dan Kecamatan
Manggala.
.
Kata kunci: transportasi logistik, interaksi keruangan
ABSTRACT
The city of Makassar looks inefficient at implementing the logistics transportation system in the retail
industry (minimarket). The relationship between the highest hierarchy and below will show the existence of
spatial interactions in the form of access from regions with a hierarchy below in terms of accessing facilities
and infrastructure from the city center. This paper aims to identify sub-districts with inter-sub-district appeal
and potential opportunities in the development of the urban logistics network system in Makassar City. The
method used with descriptive qualitative analysis using a gravity model is used to see the link between the
attractiveness of a location (city or region) can be measured by the population, distance so that it can
produce an absolute index of accessibility and development. The results of this analysis indicate that the
attractiveness of a region is strongly influenced by factors of population, minimarkets / supermarkets facilities
and area of area development. Based on the results obtained by the sub-district has the attraction and
development potential of the sub-district area, namely Biringkanaya District, Panakkukang District, Tamalate
District, Rappocini District, and Manggala District.
153
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
satu aspek yang sangat berpengaruh pada Metode pengumpulan data berasal dari BPS,
daerah sekitarnya. Pusat kota mempunyai fungsi Dinas Perdagangan, KIMA (Perusahaan Terbatas
melayani daerah yang mempunyai hirarki di Alfamart, Alfamidi dan Indomart) atau mempunyai
bawahnya. relevansi dengan masalah yang diangkat dalam
Kota-kota di negara berkembang penelitian ini.
menghadapi berbagai tantangan dengan dampak Teknik analisis yang digunakan adalah
langsung dari kebutuhan dan struktur logistik gravity model merupakan model banyak
perkotaan di masa akan datang (Bernhard O. digunakan dalam perencanaan wilayah untuk
Herzog, 2010). Dampak tersebut adalah memperkirakan berdasarkan daya tarik antar
kepadatan penduduk tinggi, pesatnya wilaya atau suatu lokasi dibandingkan dengan
pertumbuhan penduduk kota, pertumbuhan lokasi lain di sekitarnya. Implementasi dari model
kepemilikan kendaraan bermotor dan gaya hidup gravitasi dapat dirumuskan sebagai berikut
meningkat, serta menurunnya vitalitas pusat ……………………….. (1)
belanja di pusat kota.
Kota memiliki keunikan dan kebutuhan
penanganan logistik yang berbeda dipengaruhi Aij = Besarnya interaksi wilayah i dengan wilayah j
Pi = Jumlah penduduk di wilayah i (jiwa)
oleh karakteristik ekonomi, geografis, dan budaya
Pj = Jumlah penduduk di wilayah j (jiwa)
setempat, Sehingga, sistem distribusi angkutan Dij = Jarak dari wilayah i dengan wilayah j (km)
barang suatu kota tidak dapat direplikasi (ditiru) k = bilangan konstanta berdasarkan pengalaman
begitu juga dengan kota lain. Logistik perkotaan b = Pangkat dari Dij sering digunakan b=2
lebih menekankan kepada optimalisasi logistik
dan kegiatan transportasi di daerah perkotaan, Nilai Aij dapat memberikan hubungan antara
dengan dukungan sistem informasi canggih, dan wilayah yang lain dimana dapat memperlihatkan
mempertimbangkan lingkungan lalu lintas, pola distribusi barang, perjalanan, sebaran
kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas, fasilitas dan potensi pengembangan.
keselamatan lalu lintas, dan penghematan dan Untuk melihat atau mempredisi lokasi dari
emisi energi, serta masalah ekonomi (Erwin R, permukiman pendudk berdasarkan daya tarik
2015). masing-masing lokasi dengan mengasumsi
Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersediannya lapangan kerja tingkat aksesibilitas,
saat ini, Kota Makassar terlihat bahwa adanya ketersediaan fasilitas pada lokasi tersebut ke
terjadinya ketidakefisienan pada pelaksanaan subwilayah tersebut. Faktor utama dalam
sistem transportasi angkutan barang pada industri menentukan orang memilih lokasi tempat
ritel, dalam hal ini minimarket. Sehingga makalah tinggalnya berdasarkan indeks aksebilitas dihitung
ini bertujuan untuk melakukan identifikasi sesuai dengan formulasi :
kecamatan yang memiiki daya tarik antar ……………………….. (2)
kecamatan serta berpotensi peluang dalam
pengembangan sistem jaringan logistik perkotaan
Kota Makassar dengan sistem kegiatan Aij = Aksesibilitas Indeks wilayah i dengan j
konsolidasai terminal barang disebut City Ej = Total Jumlah penduduk di wilayah i
Distribution Centers (CDC) yang merupakan Dij = Jarak dari wilayah i dengan wilayah j
b = Pangkat dari Dij yang sering digunakan b=2
sistem kendaraan angkutan jarak jauh dari
berbagai moda di terminal barang membongkar
Untuk mengetahui potensi wilayah tersebut
muatan kemudian diurutkan dan dikonsolidasikan
berpotensi dikembangkan didasarkan indeks
ke dalam kendaraan lebih kecil untuk tujuan akhir.
aksesibilitas, adanya lahan kosong dan
Pusat distribusi perkotaan tersebut dapat
tersedianya fasilitas lain yang merupakan unsur
dipandang sebagai platform intermodal dengan
daya tarik lain yang harus diperhatikan untuk
peningkatan fungsi untuk menyediakan gerakan
lokasi tersebut diformulasikan yaitu
angkutan terkoordinasi dan efisien dalam zona
perkotaan yang berkelanjutan.
Di = Ai x Hi ……………………….. (3)
METODE
Di = Potensi pengembangan daerah i
Penelitian ini dilakukan pengamatan sejak Ai = Aksesibiitas Indeks
bulan September 2017 s.d. sekarang untuk Hi = Lahan kosong/sebaran fasilitas minimarket
mendapatkan data seknder maupun data primer.
Informasi atau data diperoleh berupa jaringan
HASIL DAN PEMBAHASAN
distribusi angkutan barang dari KIMA (pusat
Berdasarkan kondisi fisik wilayah Kota
distribusi) sampai ke wilayah pelayanan. Jaringan
Makassar dengan memiliki luas 175,77 km 2 dan
jalan dilalui angkutan distribusi barang, jumlah
tersebar 14 kecamatan dan kecamatan terluas
armada yang beroperasi dalam sehari, jarak antar
yaitu Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea dan
wilayah kecamatan ke KIMA, jumlah penduduk
Manggala dengan kontribusi 27,43%, 18,11% dan
Kota Makassar dan pergerakan barang di Kota
13,73%. Sedangkan kecamatan dengan luas
Makassar dan sekitarnya.
154
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
probabilitas tertingi adalah Kecamatan dan kabupaten sekitarnya, Kabupaten Gowa dan
Biringkanaya (0,2503), Kecamatan Panakkukang Kabupaten Takalar dan sekitarnya.
(0,1925), Kecamatan Tamalate (0,1727) dan
Kelurahan Rappocini (0,1365). Dengan demikian
keempat kecamatan ini memiliki potensi untuk
pengembangan fasilitas sebagai sarana
perkotaan Makassar. Sementara tingkat
probabilitas yang rendah yang dimiliki kecamatan
tidak dapat direkomendasikan untuk
pengembangan fasilitas, mengingat kecamatan-
kecamatan seperti Kecamatan Ujung Pandang,
Mariso, Wajo maupun Bontoala sudah memiliki
tingkat kepadatan yang tinggi.
Gambar 4. Pola Bangkitan dan Tarikan di Kota
Tabel 2. Pengembangan Absolut dan Probabilitas Makassar
antar Wilayah
Pengembangan Akses yang digunakan untuk pergerakan
Proba
No Kecamatan Absolut bangkitan dan tarikan rata-rata hampir semua
blitas
A H D
1 Mariso 4.69 12 56 0.0085
menggunakan jaringan jalan dengan kendaraan
2 Mamajang 7.03 18 127 0.0192 roda 2 (motor) dan roda 4 (mobil), dan untuk
3 Tamalate 21.09 54 1,139 0.1727 kegiatan industri dengan truck/pickup/box untuk
4 Rappocini 18.75 48 900 0.1365 angkutan barang.Pergerakan barang di Kota
5 Makassar 8.20 21 172 0.0261 Makassar untuk jenis barang hasil pertanian dan
6 Ujung Pandang 7.03 18 127 0.0192
7 Wajo 5.08 13 66 0.0100
perikanan umumnya mengikuti pola pergerakan
8 Bontoala 5.47 14 77 0.0116 secara regional, yaitu pergerakan yang mengarah
9 Ujung Tanah 2.34 6 14 0.0021 ke pusat kota dan pusat industri dan pergudangan
10 Tallo 5.47 14 77 0.0116 Kota Makassar (KIMA).
11 Panakkukang 22.26 57 1,269 0.1925
12 Manggala 16.01 41 657 0.0996
Untuk pergerakan barang secara eksternal,
13 Biringkanaya 25.39 65 1,650 0.2503 wilayah Kota Makassar turut memberi andil yang
14 Tamalanrea 10.16 26 264 0.0400 cukup besar terhadap pengadaan barang di
Sumber : Hasil perhitungan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan wilayah
timur Indonesia serta bahkan ada beberapa jenis
komoditas yang didistribusikan dengan skala
Oleh karena itu, bangkitan pergerakan di kebutuhan nasional maupun kebutuhan ekspor.
Kota Makassar dapat diartikan sebagai
banyaknya jumlah pergerakan lalu lintas yang di Selain itu, terdapat pergerakan barang dari
bangkitkan oleh suatu zona. Bangkitan dan kegiatan jasa angkutan yang terjadi dalam Kota
tarikan tergantung pada dua aspek tata guna Makassar maupun secara regional antar
lahan, yaitu jenis tata guna lahan dan jumlah kota/kabupaten. Jasa angkutan tersebut melayani
aktivitas (intensitas) pada tata guna lahan distribusi barang yang masuk ke Kota Makassar
tersebut. Bangkitan pergerakan yang terjadi di secara lokal dan regional. Moda yang dominan
Kota Makassar dengan karateristik kegiatan digunakan adalah pick up/mobil box, truk dan
dominan adalah jasa dan perdagangan. Selain itu angkutan peti kemas.
industri dan pergudangan Sulawesi Selatan
berpusat di Kota Makassar. Pusat bangkitan
untuk pergerakan orang terbesar terdapat pada
kawasan permukiman yang berkembang pesat di
Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya,
Panakukang, Rappocini, Tamalate dan Manggala.
Pusat bangkitan untuk pergerakan barang di
Kota Makassar terdapat di kawasan industri dan
pergudangan di Kecamatan Tamalanrea dan
kawasan Pelabuhan Soekarno-Hatta di
Kecamatan Wajo. Pusat-pusat tarikan yang
mempengaruhi pergerakan di Kota Makassar
terdapat pada pusat-pusat pelayanan dengan
fungsi dominan sosial (pendidikan, kesehatan,
peribadatan) dan ekonomi (perkantoran dan
perdagangan, wisata dan perhotelan, restoran).
Bangkitan pergerakan di Kota Makassar berasal
dari daerah hinterland seperti Kabupaten Maros
156
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Gambar 5. Pola Distribusi Pelayanan Bangkitan dan Hal ini dapat dilakukan tergantung kesiapan lahan
Tarikan di Kota Makassar yang ada untuk pembangunan UCC ini.
Titik asal angkutan barang minimarket
berada di kawasan industri (KIMA) Makassar dan
yang menjadi tujuan di 14 Kecamatan di Kota
Makassar. Sehingga karakteristik perjalanan
angkutan barang (armada) minimarket ini
cenderung menggunakan jalur tol dibanding jalur
poros (arteri). Terutama kecamatan-kecamatan
langsung terakses dengan jalan tol, sehingga
memudahkan angkutan barang sampai di tujuan
(gerai). Pelayanan angkutan barang untuk
menjangkau ke Kecamatan Biringkanaya dan
Tamalanrea lebih dominan melalui jalan biasa
(tanpa tol) yaitu jalan arteri Perintis Kemerdekaan.
Walaupun pada kegiatan yang dilakukan dipagi
hari maupun siang hari tidak memberikan
pengaruh kemacetan pada jaringan jalan tersebut.
Disamping itu, beberapa jaringan jalan yang dapat
diakses dan terkoneksi dari jaringan jalan arteri-
kolektor-lokal tanpa mempengaruhi tingkat
kemacetan jalan.
Gambar 7. Pola Distribusi Pelayanan Logistik Kota
Makassar
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka
dapat disimpulkan yaitu daya tarik suatu wilayah
dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk dan
sebaran fasilitas serta luas wilayah tidak signifikan
pengaruhnya. Wilayah kecamatan yang
mempunyai daya tarik dan potensi
pengembangan wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan
Panakkukang, Kecamatan Tamalate dan
Kecamatan Rappocini. Moda. Untuk sistem
transportasi logistik di Kota Makassar masih
dominan digunakan pick up/mobil box, truk dan
angkutan peti kemas. Sementara waktu
operasional pergerakan dilakukan pada pagi hari
Gambar 6. Jalur dari Pergerakan Angkutan Barang dan siang hari agar tidak terjadi tumpang tindih
Tanpa Tol di Kecamatan Biringkanaya dan
pergerakan yang dapat mengakibatkan terjadinya
Tamalanrea
kemacetan pada ruas jalan yang dilalui.
Penelitian ini masih berlanjut untuk mencari
model transportasi logistik yang dikaitkan dengan
Untuk dapat mengkomodir seluruh kegiatan struktur pola ruang di Kota Makassar. Sehingga
pergerakan angkutan barang yang berasal diharapkan dapat menjadi acuan untuk
eskternal Kota Makassar di pusatkan di pengembangan tata ruang terutama dengan jenis
Kecamatam Tamalanrea yaitu di Kawasan KIMA tata guna lahan komersil yang perencanaan daya
(main UCC) dengan akses jalan tol Ir. Sutami. dukung prasarana dan pelayanan transportasi
Sedangkan untuk eksternal dibagian selatan Kota sehingga antara sistem transportasi dan sistem
Makassar dapat melintasi akses jalan Pettarani perdagangan saling bersinergi.
dan Jalan Middle Ring Road tembus ke Jalan Tol.
Selanjutnya dari Main UCC ini dapat digunakan UCAPAN TERIMA KASIH
untuk melakukan operasional berupa kendaraan
Penelitian ini terlaksana atas bantuan kepada
box/kanvas untuk mendistribusi ke pasar-pasar,
pihak-pihak dalam membantu penulis unuk
supermaket /swalayan sampai ke konsumen akhir
melakukan penelitian ini. Oleh karena itu Penulis
agar menghindari tingkat kemacetan yang
mengucapkan terima kasih dan penghargaan
ditimbulkan angkutan barang tersebut. Lokasi-
kepada Dikti dalam memberikan beasiswa untuk
lokasi yang rencana akan ditempatkan yaitu di
melanjutkan program pascasarjana serta teman-
Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Wajo
teman dalam lingkungan Teknik Sipil yang
(Kawasan Pelabuhan) dan Kecamatan Rappocini.
157
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
Aksa, S.K., Adisasmita S.A., Ramli M.I, & Ali S.H.,
2017, Logistik Perkotaan dalam Perspektfi
Strutkur Tata Ruang, Presentase FSTPT XX,
Unhas, Makassar
Aksa, S.K., Adisasmita S.A., Ramli M.I, & Ali S.H.,
2018, An Interaction of the Inter-Regions in
Urban Logistics Development in Makassar
City, Prentatation ISID Manado
Amaral, R.R., Aghezzaf, E. H., 2015, City
Logistics and Traffic Management: Modelling
the Inner and Outer Urban Transport Flows in
a Two-tiered System, Transportation,
Research Procedia, 6, 297-312
Bozzo R, Concaa A, Marangonb F, 2014,
Decision support system for city logistics:
literature review, and guidelines for an ex-
ante model, 17th Meeting of the EURO
Working Group on Transportation,
EWGT2014, July 2014, Sevilla, Spain,
Transportation Research Procedia 3, 518 –
527.
Erwin R, 2016, National Logistics System
Development Policy, Disampaikan pada
Workshops Executive Training On City
Logistic For Policy Leaders/ Specialists in
Indonesia, Yogyakarta.
Taniguchi E, dkk, 2001, City Logistics, Network
Modelling And Intelligent Transport Systems,
First Edition, Emerald Group Publishing
Limited, USA.
Buku
Badan Pusat Statistik, 2017, Kota Makassar
Dalam Angka
Bernhard O. H, 2010, Urban Freight in Developing
Cities; Modul 1g, Sustainable Urban
Transport Project (SUTP), Deutsche
Gesellchaft fur Internationale
Zusammenarbeit (GIZ), German Federal
Ministry for Economic Cooperation and
Development (BMZ) http://www.sutp.org.
Tarigan, Robinson, 2009, Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dinas Perhubungan. 2014. Pola Pergerakan
Angkutan Barang. Laporan Akhir. Makassar.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Wulansari I, Isran M.I., Aly S.H., 2018, Studi Pola
Distribusi Angkutan Barang Berbasis
Batasan Kapasitas dan Algoritma Frank
Wolfe dengan Studi Kasus Minimarket di
Kota Makassar, Tesis, Makassar.
158
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
STUDI BETON KUAT TEKAN AWAL TINGGI DARI LIMBAH BATU ALAM
CANDI
ABSTRAK
Sebagai negara yang berada di wilayah ring of fire menjadikan Indonesia memiliki potensi bencana
alam yang tinggi, sehingga masyarakat dan pemerintah harus tanggap terhadap bencana alam. Proses
rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai salah satu upaya meningkatkan ketanggapan pasca bencana,
sehingga diperlukan inovasi-inovasi baik pada aspek struktur konstruksi maupun pada material konstruksi
dengan biaya murah serta dapat mempercepat tahap rekonstruksi. Penelitian ini akan melakukan kajian
terhadap pemanfaatan limbah batu alam candi untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi. Penggunaan
limbah ini untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Penambahan bahan additive pada campuran
digunakan untuk mencapai kuat tekan awal tinggi. Campuran beton terdiri dari air: semen: pasir: limbah batu
alam candi : bahan additive dengan campuran berturut-turut sebanyak 1,2 liter: 1,9 kg: 3,6 kg: 5,2 kg : 20 ml
untuk satu buah silinder beton, dengan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) = 19,3 MPa. Hasil pengujian
kuat tekan beton dengan penambahan bahan additive pada umur 3, 7, 28 hari sebesar 16,04 MPa, 23,02
MPa dan 27,46 MPa. Kuat tekan beton tanpa penambahan bahan additive pada umur 28 hari sebesar 25,76
Mpa. Persentase kuat tekan beton pada umur 7 hari sudah melebihi dari kuat tekan beton yang disyaratkan
(119,3 %) dan biaya lebih murah 17,7 %, sehingga berdasarkan kajian ini, pemanfaatan limbah batu alam
candi dengan penambahan bahan additive dapat digunakan untuk campuran beton sebagai upaya
mempercepat capaian tahap rekonstruksi pasca bencana.
Kata kunci: Beton, Kuat tekan awal tinggi, Limbah, Batu alam candi, bahan additive
ABSTRACT
As a country in the ring of fire region, Indonesia has a high potential for natural disasters, so that the
community and the government must be responsive to natural disasters. The process of rehabilitation and
reconstruction as an effort to improve post-disaster responsiveness, so that innovations are needed both in
the structural aspects of construction and in construction materials at low cost and can accelerate the
reconstruction phase. This research will study the utilization of temple natural stone waste for concrete with
high initial compressive strength. Use of this waste to get a cheaper price. Addition of additive material to the
mixture is used to achieve high early strength. Concrete mixture consists of water: cement: sand: temple
natural stone waste: additives with a mixture of 1.2 liters: 1.9 kg: 3.6 kg: 5.2 kg: 20 ml for one concrete
cylinder , with the required strength (f'c) = 19.3 MPa. The results of the concrete strength with the addition of
additive at the age of 3, 7, 28 days were 16.04 MPa, 23.02 MPa and 27.46 MPa. The concrete strength
without the addition of additive material at the age of 28 days was 25.76 MPa. The percentage of concrete
compressive strength at the age of 7 days has exceeded the required concrete strength (119.3%) and 17.7%
cheaper cost, so that based on this study, the use of natural stone waste from the temple with the addition of
additive materials can be used to mix concrete as efforts to accelerate the achievement of the post-disaster
reconstruction phase.
Keywords: Concrete, high early strength, waste, temple natural stone, additive material
Secara khusus, bidang teknik sipil meningkatkan nilai kuat tarik belah sebesar 9,09
menyumbang peran pada tahap rekonstruksi % pada faktor air semen sebesar 0,9.
pasca bencana. Tahapan rekonstruksi merupakan Zuraidah dan Jatmiko (2007) meneliti
upaya pemulihan kehidupan masyarakat pada mengenai pengaruh limbah batu marmer sebagai
aspek fisik yang meliputi pemulihan hunian, substitusi agregat kasar pada beton normal.
fasilitas sanitasi, dan infrastruktur umum. Untuk Namun, substitusi kerikil menggunakan batu
menunjang keberhasilan pada tahap ini, marmer hanya membuat kuat tekan menurun dari
rekonstruksi memerlukan tahapan proses yang 18,92 % hingga 40,70 %. Temuan penting dari
cepat (secara waktu) serta biaya yang relatif Zuraidah dan Jatmiko (2007) adalah penurunan
murah. Hal tersebut bisa dicapai melalui kuat tekan disebabkan permukaan batuan yang
pengembangan sistem konstruksi hunian serta licin dan tidak berpori.
material konstruksinya. Gusanti (2014) melakukan tinjauan kuat
Guna mendukung pengembangan tahapan tekan dan elastisitas beton yang mempergunakan
rekonstruksi pasca bencana, maka penelitian ini limbah batu candi sebagai agregat kasar.
akan mengusung pengembangan material beton Tinjauan dilakukan guna memperoleh persentase
yang memiliki kuat tekan awal relatif tinggi dengan maksimum substitusi batu candi pada beton
harga yang relatif rendah. normal agar beton masih memenuhi persyaratan
Beton merupakan material komposit yang mutu yang ditentukan. Hasil kajian Gusanti (2014)
terdiri dari pasta semen, agregat kasar, aggregat menunjukkan substitusi sebanyak 80 % aggregat
halus, serta bahan tambah. Dalam perkembangan dengan batu candi masih memberikan kekuatan
teknologi beton, ditemui istilah beton normal dan yang telah dipersyaratkan (25 MPa), yang dapat
beton kinerja tinggi. Beton normal merupakan dicapai tanpa mempergunakan bahan tambah
beton yang memiliki kuat tekan antara 15 hingga (additive).
30 MPa (Tjokrodimulyo, 2007). Sementara itu, Bahan kimia tambahan pada beton
beton kinerja tinggi merupakan beton yang merupakan bahan bukan pokok yang
memiliki satu atau lebih sifat mekanik (kuat tekan, ditambahkan guna memperoleh sifat khusus pada
kekerasan, serapan energi, durabilitas, kekakuan pengerjaan adukan, waktu pengikatan, waktu
dan daktilitas) yang relatif lebih baik daripada pengerasan, dan maksud-maksud lain
beton normal (Al-Manaseer dan Hassoun, 2012). (Tjokrodimuljo, 2007).
Beton kuat tekan awal tinggi (high early Plastisizer atau superplastisizer merupakan
strength concrete) mampu mencapai kuat tekan bahan tambah untuk mengurangi penggunaan air
yang ditentukan dalam waktu yang lebih singkat sekaligus membuat beton lebih mudah mengalir.
daripada beton normal. Periode waktu setting Dengan pengurangan air, maka nilai faktor air
atau pengeringan beton kuat tekan awal semen akan menurun. Penurunan nilai faktor air
bervariasi dari hitungan jam hingga hitungan hari. semen biasanya akan menaikkan kuat tekan pada
Biasanya karakteristik tersebut diperoleh dengan beton (PCA, 2016). Harjawinata (2017)
penggunaan bahan-bahan dan perlakuan khusus, melakukan kajian mengenai penggunaan
meskipun tidak menutup kemungkinan superplastisizer dan abu sekam padi sebagai
penggunaan material dan perlakuan pada beton bahan pengganti semen. Penggunaan
normal (PCA, 2016) superplastisizer bersamaan dengan abu sekam
Beton dengan kuat tekan awal yang tinggi, padi dengan persentase 10% membuat kuat
maka beton tersebut akan mampu memikul beban tekan beton naik hingga sebesar 32,9% daripada
pada umur yang lebih awal sehingga tahapan beton normal.
rekonstruksi hunian dapat diselesaikan lebih Penggunaan superplastisizer dari jenis
cepat. Selain itu, harga yang relatif murah Naphtalene dan Polycarboxilate mampu
diperlukan agar secara ekonomi lebih ringan bagi mengurangi penggunaan air berturut turut
masyarakat terdampak. Harga yang relatif murah sebesar 24,88% dan 40,98 %. Penurunan
dapat dicapai dengan penggunaan material penggunaan air yang signifikan tersebut juga
limbah sisa dari industri batu hias/batu tempel diikuti dengan kenaikan kuat tekan beton
yang memiliki potensi lokal yang besar, terutama (Aprilianti, 2012).
pada daerah dengan gunung berapi. Ketersediaan batu alam di Yogyakarta
Limbah merupakan bahan organik dan sangat besar karena bersumber dari lahar gunung
anorganik yang dianggap tidak berguna dan harus Merapi yang kemudian membeku. Karakteristik
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan Batu Alam dari Merapi antara lain berpori besar,
(SNI 19-2454-2002). Dalam upaya pengelolaan warna hitam, dan relatif mudah dibentuk atau
limbah, beberapa peneliti telah mengkaji digergaji. Pemanfaatan batu alam diantaranya
mengenai pemanfaatan limbah padat sebagai sebagai elemen dekoratif (patung, ukiran, cobek)
material konstruksi. Annisa dkk (2016) melakukan dan konstruksi (fasad, pelapis dinding). Dalam
kajian penggunaan limbah tambang batu Onyx usaha memanfaatkan batu alam, dilakukan
sebagai agregat kasar pada pengujian kuat tarik proses penggergajian batu dari bongkahan besar
beton. Penggunaan batu Onyx berhasil menjadi bentuk yang diinginkan dan sisa dari
potongan yang tidak terpakai tersebut hanya
160
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
merupakan limbah yang dibuang seperti terlihat sebagai substitusi aggregat kasar, harga,
pada Gambar 1. kemungkinan aplikasi dari material tersebut
sebagai bahan konstruksi dan pengambilan
sampel material lokal untuk diuji di laboratorium.
BAHAN
Pengujian ini untuk mengetahui gradasi pasir Didasarkan pada konsep kuat tekan awal
yang digunakan dalam campuran beton. Alat yang tinggi, maka pengujian kuat tekan dilakukan pada
digunakan adalah saringan dengan lubang umur 3 dan 7 hari. Kuat tekan pada umur 3 hari
Saringan lubang 10 mm; 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 diharapkan sudah mencapai kisaran diatas 60%
mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm dan mesin dari kuat tekan pada umur 28 hari dan pada umur
penggetar 7 hari telah mencapai 100%. Jumlah benda uji
2. Pengujian Kadar Air Agregat dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengujian kadar air meliputi pengujian kadar
air agregat halus dan kasar baik agregat dalam Tabel 2. Jumlah Benda Silinder Beton
keadaan sesungguhnya maupun agregat dalam Pengujian
kondisi jenuh kering muka (SSD/ Saturated Jumlah Keterangan
Umur
Surface Dry). Umur 3 3
Additive Superplastisizer
Kandungan air (kadar air) dalam agregat Umur 7 3
dihitung dengan rumus (Tjokrodimuljo, 2007) : Umur 28 3
Ws Wo Tanpa Additive
Kadarair x100% ..................(1) Umur 28 3 Superplastisizer
Wo
Dimana : Pengujian kuat tekan silinder beton pada
Ws = berat agregat semula umur 3, 7 karena didasarkan pada konsep kuat
Wo = berat agregat tersebut setelah kering tekan awal tinggi dan akan dibandingkan dengan
tungku kuat tekan beton umur 28 hari. Pengujian kuat
3. Pengujian Berat Jenis Agregat tekan beton dilakukan di Laboratorium Bahan
Pengujian berat jenis meliputi pengujian berat Bangunan Teknik Sipil Universitas Sarjanawiyata
jenis agregat halus dan kasar. Pengujian berat Tamansiswa Yogyakarta
jenis akan mempengaruhi perhitungan dalam Mix
Design Beton. Jumlah material yang digunakan KUAT TEKAN BETON
dan berat beton akan ditentukan dalam berat jenis
agregat. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per
Berat jenis agregat dapat dihitung dengan satuan luas,yang menyebabkan benda uji beton
rumus (Tjokrodimuljo, 2007) : hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu
yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan
Wb beton tergantung pada perbandingan dari material
Bj .......................................................(2) penyusun beton tersebut. Faktor air semen akan
Wa mempengaruhi kekuatan beton yang dibuat.
Banyaknya air yang digunakan selama proses
Dimana :
hidrasi akan mempengaruhi kekuatan beton jika
Wb = berat butir agregat
air terlalu banyak, maka air akan membuat
Wa = berat air dengan volume air yang sama
rongga-rongga di beton, jika air terlalu sedikit,
dengan volume butir agregat
maka akan mneyebabkan kelecakan atau
4. Pembuatan Mix Design Beton dan Pengujian
kemudahan pelaksanaan tidak tercapai. Untuk
Slump
menentukan kuat tekan beton dinyatakan dengan
Komposisi campuran limbah batu alam dengan
rumus :
pasir dan pasta semen (mix design) mengacu
pada SNI 03-2834-2000. Kuat tekan yang
P
direncanakan sebesar 19,3 MPa (K 225). Besar F'c ....................................................(3)
nilai slump yang direncanakan berkisar 7,5 cm – A
15 cm. Benda uji menggunakan silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Kebutuhan Dimana :
komposisi campuran beton dalam 1 buah silinder F’c = Kuat tekan beton (Mpa)
beton dapat dilihat pada Tabel 1. P = Beban maksimum (Kg)
A = Luas penampang benda uji (cm²)
Tabel 1. Komposisi Bahan Campuran Beton
Komposisi Volume 1 Volume 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
m3 Silinder
Air (kg) 234,5 1,2 Benda uji agregat halus berasal dari sungai
Semen (kg) 372,5 1,9 Kali Mambu yang tidak jauh dari Laboratorium
Pasir (kg) 654,3 3,6 Bahan Bangunan Teknik Sipil UST. Daerah
Kerikil (kg) 983,5 5,2 gradasi dari sampel pasir dapat dilihat pada
Super 3773,9 20 Gambar 2.
Plastisizer (ml)
Berat Total (kg) 2245 11,9
JUMLAH BENDA UJI
162
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Sebagian wilayah di jayapura seperti desa Besum mengandung batuan kapur dalam jumlah yang
besar. Sedangkan di Kabupaten Marauke khususnya Mindiptana merupakan daerah yang memiliki jenis
tanah laterit. Pembangunan jalan di atas tanah laterit yang tidak memiliki sifat mekanis yang cukup untuk
mendukung beban kendaraan membutuhkan perhatian khusus. Penggunaan semen dan kapur merupakan
metode yang banyak digunakan untuk meningkatkan sifat mekanis tanah. Mengoptimalkan pemakaian
material local dapat mengefisiensikan biaya pembangunan infrastruktur jalan. Kuat tekan merupakan salah
satu sifat mekanis yang penting untuk mendukung beban. Untuk mendapatkan kuat tekan yang tinggi di
perlukan komposisi kapur dan semen pada campuran tanah yang sesuai. Penelitian ini merupakan salah
satu bagian dari serangkaian usaha untuk meningkatkan kuat tekan tanah laterit dengan menggunakan
material yang mudah diperoleh di wilayah Papua seperti semen Portland komposit dan kapur. Kapur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kapur padam. Beban monotonik pada pengujian kuat tekan diterapkan
untuk mengevaluasi campuran tersebut.
Kata kunci: tanah laterit, semen portland komposit, batuan kapur, kuat tekan
ABSTRACT
Some areas in Jayapura such as Besum possess huge amount of lime stones, while in Merauke district
specifically at Mindiptana, laterite soils are the most common to be found. Road construction on laterite soil
which seizes insufficient mechanical properties to support vehicle load requires an exclusive concern.
Cement and lime used was widely applicated to intensify the mechanical properties of laterite soil.
Optimizing the usage of local material could efficiently diminish the cost on road construction. Compressive
strength is one of the most important mechanical properties to support loads. To obtain a high compressive
strength, a suitable lime stone and cement composition was needed. This research was one part of many
effort to increase the compressive strength of laterite soil using easily obtained materials in Papua such as
Portland cement composite and lime stone. Lime stone used in this research was Calcium Hydroxide.
Monotonic load on compressive test was conducted to evaluate the composition.
Keywords: laterite soil, portland composite cement, lime stone, compressive strength
dengan peningkatan kapasitas daya dukung dan Tabel 2. Komponen oksida semen PCC
stabilitas tanah. Pada cara kimiawi, suatu bahan SNI 15-7064-2004
Senyawa kimia Semen PCC
aditif berupa binders (semen, kapur, abu terbang) Standar
dicampurkan dalam tanah yang kemudian akan MgO 6,0 maks 0,97
mengubah properties dan kekuatan tanah.
SO3 4,0 maks 2,16
Sedangkan pada cara fisik, suatu bahan
Keausan 5,0 maks 1,98
perkuatan seperti geotekstil dimasukkan atau
disusun pada lapisan tanah untuk memperkuat
Tabel 3. Sifat fisik semen PCC
tanah. Dalam penelitian tugas akhir ini metode
SNI 15-7064-
stabilisasi yang digunakan yaitu dengan
Karakteristik Material 2004 Hasil
menambahkan bahan campuran. Pemilihan Standar
bahan tambahan harus mempertimbangkan Kadar air (%) 12 maks 11,5
karakteristik tanah dasar sehingga tepat guna. Kehalusan 280 min 382
Aspek ekonomis juga harus menjadi acuan Pengembangan, %
penentuan metode perbaikan tanah. Bahan 0,8 maks -
(maks)
campuran yang di coba gunakan adalah kapur Kuat Tekan
dan semen karena mudah didapatkan. a. 3 hari (kg/cm2) 125 min 185
Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk di
b. 7 hari (kg/cm2) 200 min 163
daerah tropis atau subtropis dengan tingkat
pelapukan tinggi pada batuan basa sampai c. 28 hari (kg/cm2) 250 min 410
batuan ultrabasa yang didominasi oleh Waktu Pengerasan
(Vicat tes)
kandungan logam besi. Tanah ini mengandung
a. Pengerasan
mineral-mineral lempung yang relative tinggi awal,menit
45 min 132,5
utamanya illite dan montmorilonite, sehingga b. Pengerasan
potensi kerusakannya relatif besar jika dilakukan 375 min 198
akhir,menit
pekerjaan konstruksi pada tanah seperti ini. Waktu ikat palsu 50 min -
Dengan kandungan mineral lempung dan unsur Suhu Hidrasi 7 hari,
65
logam, tanah ini dapat dimanfaatkan untuk kal/gr
berbagai kebutuhan baik pada pekerjaan Konsistensi Normal (%) 25,15
konstruksi, industri, maupun lainnya, namun perlu Berat jenis 3,13
kajian mendalam terhadap karakteristik detail dan
kemungkinan perbaikannya sebelum digunakan. Pekerjaan Laboratorium
Berdasarkan hal tersebut peneliti berinisiatif Pengujian mekanika tanah dilakukan di
melakukan penelitian menggunakan tanah laterit Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
yang distabilisasi dengan kapur dan semen. Sipil Universitas Hasanuddin yaitu:
1. Pengujian sifat fisik (kadar air, berat jenis,
METODE batas-batas atterberg, analisa saringan).
Tanah Laterit dan Semen Portland Komposit 2. Pengujian sifat mekanis tanah Kompaksi
Tanah laterit yang digunakan pada penelitian (Pemadatan) dan California Bearing Ratio
ini diambil dari daerah Mindiptana-Merauke. (CBR)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Jumlah Sampel Penelitian
adalah tanah laterit yang berasal dari desa
Besum, Jayapura. Sedangkan kapur yang Tabel 4. Jumlah sampel penelitian
digunakan adalah jenis kapur padam. Semen Waktu Pemeraman
PCC adalah semen yang digunakan dalam No. Variasi Campuran Tanpa
24 jam
pengujian. Tabel 1 menunjukan hasil pengujian diperam
kandungan senyawa kimia pada tanah laterit. 85% Tanah Asli + 12%
1 2 2
Tabel 2 dan 3 menunjukan hasil pengujian Kapur + 3% semen
komponen oksida serta sifat fisik semen PCC 84% Tanah Asli + 12%
2 2 2
Kapur + 4% semen
dengan menggunakan SNI 15-7064-2004.
83% Tanah Asli + 12%
3 2 2
Tabel 3. Sifat kimia tanah laterit Kapur + 5% semen
Unsur Kandungan (%) 82% Tanah Asli + 12%
4 2 2
Kapur + 6% semen
SiO2 73,74
Al2O3 17,49 Jumlah 16 sampel
Fe2O3 5,61
TiO2 1,82 Sampel pengujian yang dimaksud adalah
MgO 0,70 untuk pengujian CBR dimana berat sampel yang
ZrO2 0,23 dibutuhkan sebanyak 6000 gram, dan
K2O 0,14 ditambahkan dengan kapur dan semen sesuai
SO3 0,10
persentase benda uji tiap variasi campuran pada
Cl 0,05
Tabel 4.
166
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
168
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
170
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang
2) Doesn Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang
Email: elvinengga629@gmail.com
ABSTRAK
Kegiatan pertambangan menjadi sumber utama perekonomian Desa Puntir sehingga banyak terlihat
kendaraan jenis truck terutama pada Jl. Martopuro – Semut dan Purwosari – Puntir sehingga kondisi
pada jalan tersebut mengalami kerusakan. Berdasarkan fungsinya, ruas Jl. Martopuro – Semut dan
Purwosari – Puntir merupakan jalan kelas III dengan panjang dan lebar jalan untuk Jl. Martopuro – Semut
adalah 4,5 km dan 4,5 m. Sedangkan panjang dan lebar jalan untuk Jl. Purwosari – Puntir adalah 2,6 km
dan 3,5 m dan untuk lokasi yang ditinjau adalah sepanjang 1 km.
Untuk menunjang studi ini diperlukan data CBR, Lalu Lintas Harian, dan Harga Satuan Pekerjaan
Kabupaten Pasuruan. Metode yang digunakan pada perencanaan perkerasan lentur ini adalah Metode
Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2017 dan perhitungan rencana anggaran biayanya mengacu
pada Analisa Harga Satuan Dasar Tahun 2017.Perencanaan perkerasan lentur dengan umur rencana 20
tahun didapatkan tebal perkerasan lentur yaitu AC-WC setebal 40 mm, AC-BC setebal 60 mm, AC-Base
setebal 145 mm, dan LPA Kelas A setebal 300 mm. Besar perkiraan rencana anggaran biaya perkerasan
lentur untuk Jl. Martopuro Semut adalah Rp.1.597.031.549 dan untuk Jl. Purwosari – Puntir adalah
Rp.1.619.018.789 dengan biaya total sepanjang 1 km adalah Rp.3.216.047.248 sudah termasuk PPN
10%.
ABSTRACT
Mining activities have become the main source of the economy of Puntir Village so that there are many
truck types, especially on Jl. Martopuro - Semut and Purwosari - Break so that the conditions on the road
are damaged. Based on its function, section Jl. Martopuro - Semut and Purwosari - Puntir is a class III
road with the length and width of the road for Jl. Martopuro - Semut is 4.5 km and 4.5 m. While the length
and width of the road for Jl. Purwosari - Puntir is 2.6 km and 3.5 m and for the location reviewed is 1
km.To support this study, data on CBR, Daily Traffic and Work Unit Prices in Pasuruan Regency are
needed. The method used in this flexible pavement planning is the 2017 Road Pavement Design Manual
Method and the calculation of the budget plan refers to the Analysis of Basic Unit Prices in 2017.Flexible
pavement planning with a 20-year plan life obtained flexible pavement thickness of 40 mm AC-WC, 60
mm AC-BC thickness, 145 mm AC-Base, and 300 mm thick Class A LPA. Large estimate of the flexible
pavement cost budget plan for Jl. Martopuro Semut is Rp. 1,597,031,549 and for Jl. Purwosari - Puntir is
Rp. 1,619,018,789 with a total cost of 1 km is Rp. 3,216,047,248 including 10% PPN.
171
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
METODE
172
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
173
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
174
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
175
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
1. ACWC = 40 mm
2. AC BC = 60 mm
3. AC Base = 145 mm
4. Fondasi Agregat Kelas A = 300 mm
176
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 11 rencana anggaran biaya perkerasan diharapkan dapat mencari sumber data yang
lentur jalan Purwosari-Puntir akurat untuk mempermudah proses
pengambilan data, serta data yang diperoleh
lebih lengkap
Daftar pustaka
Anonim. 2014. Pedoman Kapasitas Jalan
Indonesia Kapasitas Jalan Luar Kota.
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Fitri, Aprilia, dkk. 2015. Kajian Perencanaan
Peningkatan Jalan Tembus Jl. Ambarawa
– Jl. Sukarno Hatta Bawean Semarang.
Skripsi. Dipublikasikan. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Kasan, Muhammad. Analisis Fluktuasi Lalu
Lintas Kota Palu (Studi Kasus: Kota Palu
Bagian Barat). Jurnal. Palu: Universitas
Kesimpulan Tadulako.
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Hasil analisis perencanaan perkerasan Binamarga 2017. Manual Desain
lentur dan rencana anggaran biaya ruas Jl. Perkerasan 2017.
Martopuro – Semut dan Jl. Purwosari – Puntir Kementerian Pekerjaan Umum SKBI.
Kabupaten Pasuruan adalah sebagai berikut: 2.3.26.1987, UDC.625.73 (02), SNI 1732-
1989 F,. 1987. Petunjuk Perencanaan
1. Kapasitas jalan baru yang didapat Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
adalah 2356 skr/jam dan arus lalu lintas dengan Metode Analisa Komponen.
(Q) sebesar 195 skr/jam, sehingga nilai Jakarta : Yayasan Badan Penerbitan P.U.
derajat kejenuhan yang didapat adalah Nufus, Hayatun. 2015. Tinjauan Tebal
0,083. Sedangkan kapasitas jalan Perkerasan Lentur Jalan Simpang Buloh
eksisting yang didapat adalah 1989 – Line Pipa STA 0+000 – 6+017, Pemkot
skr/jam dan arus lalu lintas (Q) sebesar Lhokseumawe. Skripsi. Dipublikasikan.
195 skr/jam, sehingga nilai derajat Lampung: Universitas Lampung.
kejenuhan yang didapat adalah 0,098, Pekerjaan Umum. Jakarta : Menteri Pekerjaan
maka kapasitas jalan memenuhi Umum dan Perumahan Republik
dikarenakan nilai derajat kejenuhan Indonesia.
tidak melewati batas yang ditentukan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tebal perkerasan lentur dengan lebar Nomor 34. 2006. Tentang Jalan
jalan 5,5 meter adalah: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor
a. ACWC = 40 mm 11/PRT/M/2011. 2011. Tentang Pedoman
b. AC BC = 60 mm Penyelenggaraan Jalan Khusus.
c. AC Base =145 mm Departemen Pekerjaan Umum. Petunjuk
d. Fondasi Agregat Kelas A =300 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
mm Jalan Raya Dengan Metode Analisa
2. Besar perkiraan rencana anggaran Komponen SKBI – 2.3.26.1987. Yayasan
biaya perkerasan lentur untuk Jl. Badan Penerbit PU.
Martopuro – Semut sepanjang 0,5 km Puspitasari, Fiaraning Rizky. 2018.
adalah Rp. 1.597.031.459 dan Jl. Perencanaan Peningkatan Jalan Dan
Purwosari – Puntir sepanjang 0,5 km Rencana Anggaran Biaya Pada Ruas
adalah Rp. 1.619.018.789 dan total Tempursari – Pasirian Kabupaten
rencana anggaran biaya sepanjang 1 Lumajang. Skripsi. Dipublikasikan.
KM adalah Rp. 3.216.047.248 sudah Malang: Institut Teknologi Nasional.
termasuk PPN 10%. Sukirman Silvia. (1999). Perkerasan Lentur
Jalan Raya. Jakarta : Nova.
Saran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38.
2004. Tentang Jalan.
Adapun saran yang diberikan penulis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22.
pada skripsi ini adalah, mahasiswa yang akan 2009. Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
mengambil skripsi dengan tema perencanaan Jalan.
perkerasan lentur dengan metode bina marga,
177
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
178
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Bermula dari melihat plastik-plastik bekas dimana-mana dan merupakan limbah yang
membahayakan lingkungan karena tidak dapat terurai, terjadilah suatu pemikiran bagaimana jika
limbah plastik itu dapat dimanfaatkan. Ada dua keuntungan yang didapatkan dari sini, selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan dapat juga bernilai komersial yang tentunya bermanfaat bagi
kita semua. Seperti kita ketahui bahwa beton merupakan salah satu bahan bangunan selain baja dan
kayu. Secara umum beton terbuat dari campuran semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (batu
pecah) ditambah air secukupnya. Limbah plastik akan diolah dengan cara dibakar dan ditumbuk
menyerupai agregat yang akan menggantikan sebagian atau keseluruhan dari batu pecah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agregat olahan limbah plastik sebagai pengganti sebagian
atau keseluruhan agregat kasar batu pecah beton ditinjau dari kuat tekan. Dan tentunya merupakan
salah satu inovasi baru di dunia Teknik Sipil Struktur. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen dengan pengujian di laboratorium. Pengujian antara lain kuat tekan pada umur
14 hari dan 28 hari dengan penggantian agregat olahan limbah plastik 0%, 25%, 50 %, 75 % dan
100% terhadap batu pecah. Adukan beton menggunakan metode American Concrette Institute (ACI)
dan faktor air semen 0.6. Benda uji dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pada masing-masing
variasi dibuat 3 sampel diuji umur beton 14 hari dan 7 sampel( 0 dan 25%), 5 sampel (50%), 6
sampel (75 dan 100%) diuji pada umur beton 28 hari. Hasil pengujian sifat beton yang ditinjau
menunjukkan, bahwa nilai kuat tekan beton maksimal nilai fas =0.6 adalah sebesar 12.24 MPa
mengalami penurunan kuat tekan sebesar 63.81 % terhadap variasi penambahan olahan limbah
plastik terbesar.
Kata Kunci: botol plastik, Olahan limbah plastik, Kuat Tekan Beton
ABSTRACT
Starting from seeing used plastics everywhere and is waste that is harmful to the environment
because it cannot decompose, there is a thought what if plastic waste can be utilized. There are two
advantages to be gained from this, besides being able to reduce environmental pollution can also be
of commercial value which is certainly beneficial for all of us. As we know that concrete is one of the
building materials other than steel and wood. In general, concrete is made from a mixture of cement,
fine aggregate (sand), coarse aggregate (broken stone) plus enough water. Plastic waste will be
processed by burning and pounding like an aggregate which will replace part or all of the broken
stone. This study aims to determine the effect of processed waste plastic aggregate as a substitute for
part or all of the coarse aggregate of concrete crushed stone in terms of compressive strength. And of
course is one of the innovations in the world of Civil Engineering Structures. The research method
used is an experimental method with laboratory testing. Test included compressive strength at the
age of 14 days and 28 days with the replacement of processed waste plastic aggregate 0%, 25%,
50%, 75%, and 100% against broken stones. Concrete mix using the American Concrete Institute
(ACI) method and 0.6 cement water factor. Test object with a diameter of 15 cm and a height 30 cm.
In each variation made 3 samples tested 14 days of concrete age and 7 samples (0 and 25%), 5
samples (50%), 6 samples (75% and 100%) were tested at 28 days of concrete age. The results of
the testing of the concrete properties that were reviewed showed that the maximum concrete
compressive strength value of cement water factor (fas) 0.6 was 12.24 MPa and decreased
compressive strength by 63.81% against the variation of the addition of the largest processed plastic
waste.
179
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
180
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
181
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
182
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 3 dapat dijelaskan sebagai memiliki daya serap air oleh batu
berikut: pecah sebesar 0.50 %. Hal ini
dikarenakan batu pecah memiliki
a) Hasil pengujian berat jenis pori atau rongga udara yang kecil
agregat kasar (batu pecah) yang sehingga daya serap airnya
digunakan dalam penelitian mi rendah
sebesar 2.20 gr/cm 2. Disimpulkan
bahwa agregat tersebut diatas e) .Hasil pengujian berat satuan
agregat ringan dan di bawah volume batu pecah didapatkan
agregat normal, sehingga masih sebesar 1.6 gr/cm3, berarti
memenuhi sebagai bahan susun tennasuk dalam agregat normal,
beton. yaitu 1.2 sampai 1.6 gr/cm 3.
183
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
184
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
185
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
186
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tata guna lahan terhadap sistem drainase
sebagai upaya pencegahan banjir di wilayah perkotaan Kabupaten Pinrang. Lingkup penelitian ini meliputi
pengamatan dan observasi di lapangan, analisis data lapangan berdasarkan hasil pengumpulan data dan
pemetaan, difokuskan pada sebagian Kecamatan Watang Sawitto dan sebagian Kecamatan Paleteang
Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan untuk mendapatkan data yang relevan dari berbagai sumber
berupa Lembaga baik Lembaga pemerintah ataupun swasta. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan tata
guna lahan di wilayah perkotaan Kabupaten Pinrang sangat dipengaruhi oleh fungsi lahan perkebunan,
permukiman, dan lahan yang belum diusahakan. Perubahan fungsi ini mempengaruhi pemanfaatan lahan
sehingga turut mempengaruhi system drainase dengan meningkatnya debit banjir rencana (Q) di wilayah
perkotaan Kabupaten Pinrang.
ABSTRACT
This study aims to analyze changes in land use of the drainage system as a flood prevention effort in
the urban area of Pinrang Regency. The scope of this study includes observations and observations in the
field, field data analysis based on the results of data collection and mapping, focused on part of Watang
Sawitto District and part of Paleteang District, Pinrang Regency, South Sulawesi Province to obtain relevant
data from various sources in the form of Institutions both government and private institutions. The results of
this study are that changes in land use in the urban area of Pinrang Regency are strongly influenced by the
function of plantation land, settlements, and land that has not been cultivated. Changes in this function affect
land use so that it also influences the drainage system by increasing the planned flood discharge (Q) in the
urban area of Pinrang Regency.
tanah (surface drainage) atau bawah muka tanah berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan
(sub surface drainage). Drainase perkotaan harus (Sugiono, 2002).
terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian
banjir kota dan lain-lain (Hasmar, Hasyim, 2002: C. Sistem Drainase
19). Sistem drainase yang baik dapat mencegah Drainase perkotaan adalah sebagai suatu
terjadinya banjir pada suatu perkotaan pada saat tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
musim hujan dan menjaga cadangan air tanah baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
pada musim kemarau. Pengelolaan limpasan air maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan /
hujan berlebih yang baik dapat mengubah hal lahan tidak terganggu ( Surupin, 2004 ). Drainase
tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna jalan dibedakan menjadi drainase permukaan dan
seperti sumber daya air untuk kota tersebut. drainase bawah permukaan. Drainase permukaan
Persoalan-persoalan eksisting berkaitan ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari
dengan sistem drainase di kota Pinrang secara permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju
umum adalah terjadi genangan setiap hujan dengan aman dan efisien. Dalam menetapkan
turun, perubahan tata guna lahan, tidak sesuai suatu sistem drainase perlu diperhatikan secara
dengan RTRW, pertumbuhan penduduk yang seksama kondisi hidrotopografinya, pengaruh
meningkat, partisipasi masyarakat yang kurang pasang surut, letak titik pengeluaran, sistem
optimal, penanganan drainase bersifat parsial, jaringan yang sudah ada, tata guna lahan yang
dan sistem pembuangan air hujan yang masih akan direncanakan serta kondisi pelaksanaan dan
menjadi satu dengan sistem pembuangan air pengoperasian kelebihan air pada umumnya, baik
kotor mengakibatkan terjadinya pengendapan air hujan, air kotor atau air lebih lainnya yang
sampah yang menghambat laju aliran air, mengalir keluar dari kawasan yang bersangkutan.
sehingga sering terjadi penggenangan di saluran. Drainase dalam kota mempunyai fungsi
Masalah yang terjadi yaitu perubahan tata antara lain untuk mengalirkan genangan air atau
guna lahan produktif di Kota Pinrang dari areal banjir ataupun air hujan dengan cepat dari
persawahan menjadi areal terbangun berupa permukaan jalan dan untuk mencegah aliran air
permukiman dan perkantoran, yang yang berasal dari daerah lain atau daerah di
mengakibatkan berkurangnya lahan resapan dan sekitar jalan yang masuk ke daerah perkerasan
menjadikan limpasan menjadi besar pada daerah jalan ( Hadirhardjaja, 1997).
Kota Pinrang. Secara khusus, perubahan Genangan air di permukaan jalan
berdampak kepada banjir dan genangan yang memperlambat kendaraan dan memberikan andil
cenderung meningkat dari waktu ke waktu. terjadinya kecelakaan akibat terganggunya
pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika
KAJIAN TEORI air memasuki struktur jalan, perkerasan dan tanah
dasar menjadi lemah, dan hal ini akan
A. Analisis Curah Hujan menyebabkan konstruksi jalan lebih peka
Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu terhadap kerusakan akibat lalu lintas.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan besaran Metode yang tepat dalam menghitung curah
yang sangat penting dalam sistem DAS tersebut, hujan rencana dengan periode ulang tertentu
berdasarkan kondisi hidrotopografinya, pengaruh
karena hujan merupakan masukan utama ke
pasang surut, letak titik pengeluaran, sistem
dalam suatu DAS. Maka pengukuran hujan harus
jaringan yang sudah ada, tata guna lahan yang
dilakukan dengan secermat mungkin. Untuk akan direncanakan serta kondisi pelaksanaan dan
memperoleh data-data atau perkiraan besaran pengoperasian Dalam penelitian ini digunakan
hujan yang baik terjadi dalam suatu DAS, maka Perhitungan hujan rencana dengan digunakan
diperlukan sejumlah stasiun Metode Gumble. Debit rencana dihitung dengan
hujan.(Triatmodjo,2010) formula Rational Mononobe :
B. Karakteristik Tata Guna Lahan Q = 0,278 x C x I x A
Menurut Kivell (1993), kualitas lahan
……………………………(1)
merupakan kendala fisik yang menjadi hambatan
besar dan membatasi aktivitas pembangunan.
Dimana :
Keterbatasan kemampuan lahan menunjukkan
bahwa tidak semua upaya pemanfaatan lahan C = Koefisien Run Off
dapat didukung oleh lahan tersebut. Kemampuan I = Intensitas Hujan Rencana (mm/jam)
lahan untuk dapat mendukung upaya A = Luas daerah tangkapan air (km 2)
pemanfaatannya, akan sangat tergantung dari
faktor-faktor fisik dasar yang terdapat pada lahan
tersebut, baik berupa lingkungan hidrologi,
geomorfologi, geologi, dan atmosfir (Anthony J.
Catanese, 1992).Penggunaan lahan adalah suatu
aktivitas manusia pada lahan yang langsung
188
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 1. Curah Hujan Rata – rata pada Empat pada hasil perhitungan perubahan penggunaan
Stasiun lahan dan intensitas curah hujan rata – rata pada
empat stasiun yang terjadi selama kurun waktu
sejak tahun 2006 hingga 2017.
Kapasitas drainase
Peningkatan debit banjir merupakan dampak
dari perubahan tata guna lahan pada Kawasan
perkotaan di Kabupaten Pinrang. Hal ini terlihat
190
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
KESIMPULAN
191
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
192
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Kolom merupakan elemen yang penting dalam sebuah struktur gedung karena jika terjadi keruntuhan
pada kolom dapat menyebabkan keruntuhan total dari keseluruhan bangunan. Pada perencanaan kolom
banyak kemungkinan variasi bentuk penampang dan penempatan yang bisa digunakan. Faktor konfigurasi
struktur gedung berhubungan dengan denah juga dapat mempengaruhi perilaku struktur selama terjadinya
gempa. Oleh karena itu, perlu ditinjau nilai kekakuan efektif pada bangunan bertingkat banyak dengan
denah L dengan penempatan arah kolom yang dibedakan.Pada penelitian ini, dimodelkan empat buah
bangunan denah berbentuk L, masing-masing menggunakan penampang kolom persegi panjang dan bujur
sangkar. Model 1 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah X
sumbu global, model 2 menggunakan kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah Y sumbu
global, model 3 menggunakan kolom persegi panjang ditempatkan kombinasi, dan model 4 menggunakan
kolom bujur sangkar. Pemodelan dilakukan pada program ETABS 2013 untuk kemudian akan dibandingkan
nilai kekakuan efektif struktur dari hasil pushover analysis berdasarkan metode FEMA 440.Hasil analisis
disimpulkan model yang memiliki nilai kekakuan paling besar pada arah x adalah model 1 sebesar
67150,625 kN/m, sedangkan pada arah y paling besar adalah model 2 sebesar 58022,272 kN/m, hal ini
berkaitan dengan arah memanjang penampang kolom memberikan nilai kekakuan yang besar pada struktur.
Pada model 3 menunjukkan kekakuan secara optimal pada kedua arah dengan nilai kekakuan pada arah x
sebesar 59090,788 kN/m pada arah y sebesar 55111,289 kN/m, artinya tidak besar di satu arah tetapi juga
tidak kecil di arah lainnya. Pada model 4 kekakuan pada arah x sebesar 62162,726 kN/m arah y sebesar
53578,25 kN/m.
ABSTRACT
Columns are an important element in a building structure because if a collapse occurs in the column it
can cause a total collapse of the entire building. In column design, there are many possible variations in
cross-section shape and placement that can be used. Configuration factors for building structures related to
floor plans can also influence the behavior of structures during an earthquake. Accordingly, it is necessary to
review the value of structural stiffness in multy-storey L-shaped buildings with a distinguished of column
placement direction.In this study, four L-shaped planes were modeled, each using a rectangular and square
column cross section. Model 1 uses a rectangular column cross-section placed lengthwise in the direction of
the global axis X, model 2 uses a rectangular column placed lengthwise in the direction of the global axis Y,
model 3 uses a rectangular column placed combination, and model 4 uses a square column. Modeling was
carried out on the 2013 ETABS program and then compared the effective stiffness value of the structure
from the results of pushover analysis based on the FEMA 440 method.The results of the analysis concluded
that the model that has the greatest stiffness value in the direction of x is model 1 at 67150,625 kN / m, while
in the direction of y the largest is model 2 at 58022,272 kN / m, this is related to the placement of longitudinal
section of column will give a large stiffness value in the structure. In model 3 shows optimal stiffness in both
directions with stiffness values in the x-direction of 59090.788 kN / m in the direction y of 55111,289 kN / m,
meaning that it is not large in one direction but also not small in the other direction. In model 4 the stiffness in
the direction of x is 62162,726 kN / m in the y-direction of 53578.25 kN / m.
Gerakan Tanah
Strong Axis Block →
←Weak Axis Block
METODE
.................................................. (1)
........................................................ (2)
1. ...................................................................... U
ntuk T < T0, digunakan persamaaan
berikut
............................ (3)
2. ...................................................................... U
ntuk perioda yang lebih besar dati T0
tetapi lebih kecil darti TS, maka Sa = SDS.
3. ...................................................................... U
ntuk perioda lebih besar dari TS,
digunakan persamaan berikut
................................................... (4)
Gambar 3. Denah Bangunan Model 2
dimana:
SDS = parameter respons spektral percepatan
desain pada perioda pendek
SD1 = parameter respons spektral percepatan
desain pada perioda 1 detik
T = perioda getar fundamental struktur
............................................ (6)
...................................................... (7)
dimana:
Cs = koefisien respons spektrum
W = berat seismik efektif
V = gaya lateral desain total
Cvx = faktor distribusi vertikal
Gambar 5. Denah Bangunan Model 4
Analisis linier respon spektrum untuk Analisis statik nonlinier pushover digunakan
preliminary design, kurva respon spektrum disain untuk memperoleh kurva kapasitas (capacity
ditentukan dengan mengacu pada beberapa curve) menggambarkan hubungan gaya geser
ketentuan pada SNI 1726:2012 Pasal 6.4. dasar perpindahan, kurva tersebut akan
dimodifikasi menjadi kurva bilinier untuk
195
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
J
mengetahui kekakuan efektif (Ke) struktur seperti
terlihat pada Gambar 7 berikut. J
I
I
775 mm
................................................... (8)
dimana:
Vy = geser saat leleh pertama
Δy = simpangan saat leleh pertama
Kekakuan merupakan kemampuan struktur
untuk menerima beban tanpa mengalami
deformasi atau defleksi, Struktur yang memiliki
nilai kekakuan kecil lebih mudah mengalami
deformasi dan defleksi dibanding dengan struktur Dapat dilihat pada kolom persegi panjang
yang mempunyai nilai kekakuan besar nilai inersia arah memanjang pada penampang
(Firmansyah, 2012). Menurut Kenneth-Belanger kolom yang disimbolkan dengan lebih besar
(1981), persamaan kekakuan sebagai berikut. daripada nilai inersia arah memendek pada
penampang kolom yang disimbolkan dengan
.......................................................... (9) sehingga pada arah memanjang kolom nilai
kekakuan juga lebih besar dibanding arah
dimana:
memendek kolom.
E = modulus elastisitas
I = inersia Kolom Bujur Sangkar
L = panjang bentang
Nilai kekakuan berbanding lurus dengan
modulus elastisitas dan momen inersia tetapi
berbanding terbalik dengan ukuran bentangnya,
hal ini berarti semakin besar nilai inersia maka
kekakuan struktur semakin besar sehingga akan
dapat menahan terjadinya deformasi namun
struktur yang terlalu kaku bisa menjadi getas dan
patah seketika.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kolom bujur sangkar nilai inersia pada
kedua arah penampang kolom yang disimbolkan
Untuk perhitungan estimasi dimensi kolom dengan dan sama besar, sehingga nilai
dilakukan dengan cara trial-error sehingga kekakuan juga sama besar pada kedua arah.
diperoleh estimasi dimensi yang sesuai Hasil pushover analysis yaitu berupa kurva
persyaratan SNI 1726:2012, untuk kolom bujur kapasitas kemudian akan diperoleh hasil lain
sangkar dengan dimensi B = 930 mm dan H = berupa nilai daktilitas simpangan. Berikut
930 mm sedangkan untuk kolom persegi panjang merupakan perbandingan kurva kapasitas hasil
dengan dimensi B = 755 mm dan H = 1116 mm. pushover analysis dari semua model yang ditinjau
pada arah x dan arah y.
196
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
197
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Begitu pada arah sebaliknya sehingga struktur Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui
dapat menahan gaya geser yang besar dan untuk pembebanan arah x kondisi leleh tercapai
optimal di kedua arah. pada saat gaya lateral Vy = 12558,0 kN dan
menghasilkan simpangan ∆y = 187 mm, sehingga
Tabel 4. Gaya dan Simpangan Model 4 dapat diperoleh nilai kekakuan efektif melalui
S Model 4 persamaan berikut.
T Arah X Arah Y
E Displ Base Force Displ Base Force
P
(mm) (Kn) (mm) (Kn)
0 0,8 0,0 1,4 0,0 Untuk model lain, nilai daktilitas simpangan
1 71,0 4412,8 71,6 3837,4 dihitung dengan cara yang sama sehingga
2 110,1 6870,3 137,1 7417,8 perhitungan daktilitas simpangan model 1 hingga
3 181,7 10693,8 207,5 10951,0 4 arah x dan arah y dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.
4 252,1 12983,8 280,3 13327,0
5 324,1 14376,2 355,8 14765,3
6 399,3 15688,4 426,4 15946,7
7 473,2 16941,5 517,6 17375,0 Tabel 5. Kekakuan Efektif Semua Model
Ke (kN/m)
8 555,7 18369,9 608,2 18798,4 Arah
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
9 631,8 19672,8 682,9 19935,5
X 67150,6 56079 59090,8 62162,7
10 702,3 20819,2 703,4 20238,5 Y 49624,9 58022,3 55111,3 53578,3
11 702,8 20826,4
Perbandingan nilai kekakuan dari semua
Pada model 4 dimana digunakan kolom nilai model yang ditinjau pada arah x dan arah y yang
kekakuan pada arah x sebesar 62162,726 kN/m dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
lebih besar daripada arah y 53578,25 kN/m. Hal
tersebut terjadi karena pada model 4 dimana
digunakan kolom bujur sangkar, yang berarti
penampang kolom di kedua arah memiliki inersia
yang sama sehingga kekakuan dipengaruhi dari
bentang struktur dimana bentang struktur
memanjang pada arah x memiliki nilai inersia
yang besar sehingga pada arah tersebut lebih
kaku daripada arah sebaliknya yaitu pada arah y.
Besarnya nilai kekakuan efektif semua model
diperoleh dari modifikasi kurva kapasitas menjadi
kurva bilinier, modifikasi dapat dilakukan dengan Gambar 12. Perbandingan Kekakuan Semua Model
Pada Arah X
metode displacement modification (FEMA 440)
yang sudah built-in pada program ETABS 2013,
telebih dahulu dilakukan input parameter
percepatan gempa pada perioda pendek 0,2 detik
(SS) serta parameter percepatan gempa pada
perioda 1 detik (S1) sesuai dengan SNI
1726:2012. Hasil modifikasi kurva bilinier pada
model 1 arah x diperlihatkan pada Gambar 11
berikut.
199
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
200
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Jombang
E-mail: wahyun@ringin-contong.com
ABSTRAK
Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) saat ini memilki gedung B sebagai sarana prasarana kampus yang
difungsikan sebagai gedung perkuliahan, ruang dosen, acara seminar, laboratorium, dll. Gedung B Unhasy
dibangun diatas tanah dengan struktur pondasi tiang pancang kedalaman sampai meter. Tahap penimbunan
merupakan tahapan yang tidak pernah lepas dari proses konstruksi. Akibat dari penimbunan ini maka air
pori dalam tanah akan mengalir dan mengakibatkan volume dari tanah tersebut mengecil, istilah ini sering
disebut dengan konsolidasi. Selain konsolidasi tanah perlu juga diketahui kondisi permukaan bawah tanah
(subsurface), terutama untuk menentukan prakiraan keberadaan akuifer airtanah. Untuk mendapatkan
informasi yang tepat digunakan dengan survei geofisika, salah satunya dengan metode geolistrik. Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan 5 titik geolistrik (VES) dengan
kedalaman 50 meter yang dibuat menjadi 2 (dua) buah lintasan yaitu, lintasan J-1, J-2, J-3 dan lintasan J-4,
J-2, J-5 untuk di buat model penampang dalam 2D. Pada lintasan J-1, J-2, J-3 terdapat dua buah akuifer air
tanah, begitu juga dengan lintasan J-4, J-2, J-5.
ABSTRACT
Hasyim Asy'ari University (Unhasy) currently has building B as a campus infrastructure that functions as
a lecture building, lecturer room, seminar, laboratory, etc. Unhasy Building B was built on the ground with the
pile foundation structure depth to meters. The hoarding stage is a stage that is never separated from the
construction process. As a result of this stockpiling, the pore water in the soil will flow and cause the volume
of soil to shrink, this term is often referred to as consolidation. In addition to land consolidation, it is also
necessary to know subsurface conditions, especially to determine the estimated presence of groundwater
aquifers. To get the right information used by geophysical surveys, one of them is by geoelectric method.
The research method used by researchers is to use 5 geoelectric points (VES) with a depth of 50 meters
which is made into 2 (two) tracks, namely, the J-1, J-2, J-3 and J-4 paths, J- 2, J-5 to create a cross
sectional model in 2D. On the J-1, J-2, J-3 path there are two groundwater aquifers, as well as the J-4, J-2,
J-5 paths.
201
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
dalam arah vertikal saja, hal ini disebut one arus (𝐼) yang mengalir pada rangkaian, namun
dimensional consolidation (konsolidasi satu arah). terhambat oleh resistor (𝑅). Besarnya Nilai beda
Pada saat konsolidasi berlangsung, gedung potensial (𝑉) dapat diperoleh melalui pengukuran
atau bangunan diatas lapisan tersebut akan di kedua ujung resistor. Hubungan antara beda
menurun (settle). Dalam bidang teknik sipil ada potensial, arus dan hambatan dinyatakan dengan
dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, persamaan.
yaitu : V = I R …………………………………….. (1)
1. Besarnya penurunan yang terjadi
Penurunan (settlement) dibagi menjadi 2
(dua) kelompok besar yaitu (a) Penurunan
konsolidasi (consolidation settlement), yang
merupakan hasil dari perubahan volume tanah
jenuh air akibat dari keluarnya air yang menempati
pori-pori tanah. (b) Penurunan segera (immediate
settlement), yang merupakan akibat dari deformasi
elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa Gambar 1. Arus yang dialirkan pada material
adanya perubahan kadar air. konduktif berbentuk silinder
2. Kecepatan penurunan tersebut
Pada tanah lempung air mengalir dengan Tujuan dari penyelidikan geolistrik ini untuk
lambat sehingga pengaliran air pori ke luar mendapatkan informasi kondisi bawah permukaan
sebagai akibat dari kenaikan tekanan air pori tanah, dari informasi kondisi bawah permukaan
selesai dengan lama. Oleh sebab itu penurunan tanah ini akan diperkirakan keberadaan dan
konsolidasi pada tanah lempung biasanya jauh kedalaman dari suatu akuifer air tanah. Dengan
lebih besar dan lama dibandingkan dengan melakukan pengukuran geolistrik sebanyak 5
penurunan segera. (lima) titik VES (vertical electrical sounding).
Selain konsolidasi tanah perlu juga diketahui Peneliti akan menyajikan hasil dari penyelidikan
kondisi permukaan bawah tanah (subsurface), tanah yang meliputi 5 (lima) titik VES.
terutama untuk menentukan prakiraan keberadaan
akuifer airtanah. Akuifer berarti lapisan yang METODE
berada dibawah permukaan tanah dan
mengandung air, sehingga merupakan suatu Lokasi dan Obyek Penelitian
bentuk formasi geologi yang dapat menyimpan
dan mengalirkan air pada periode tertentu. Lokasi penelitian dilaksanakan di gedung B
(Acworth, 2011). Universitas Hasyim Asy’ari Tebireng Jombang.
Informasi yang akurat sangat diperlukan untuk
mengetahui tentang kondisi akuifer permukaan
bawah tanah terutama dilahan gedung B Unhasy
berdiri. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan
survei geofisika, salah satunya dengan metode
geolistrik.
Metode geolistrik adalah metode geofisika
yang digunakan untuk mengetahui keadaan
geologi bawah permukaan melalui resistivitas
batuan. Prinsip kerjanya, yaitu mengalirkan arus
ke bawah permukaan bumi sehingga diperoleh
beda potensial yang selanjutnya memberikan
informasi nilai resistivitas batuan bawah
Gambar 2. Lokasi Penelitian
permukaan.
Resistivitas batuan diperoleh dengan Lingkup Pekerjaan
mengasumsikan bumi sebagai medium homogen
isotropis. Asumsi ini menganggap perbedaan Pengukuran geolistrik ini dilaksanakan pada
resistivitas dan ketebalan medium adalah tanggal 15 Juli 2018. Pekerjaan pengukuran
homogen isotropis sehingga resistivitas yang geolistrik dilakukan sebanyak 5 (lima) titik VES
terukur merupakan resistivitas semu (apparent (vertical electrical sounding) yang telah ditentukan.
resistivity). Namun, kenyataannya bumi sebagai
medium memiliki perbedaan lapisan dengan
resistivitas yang berbeda untuk setiap lapisannya.
Oleh sebab itu, nilai resistivitas sebenarnya
berkaitan dengan resistivitas semu.
Ilustrasi sederhana tentang metode
geolistrik dimulai dengan meninjau sebuah
rangkaian seri antara baterai dengan resistor.
Keberadaan baterai tersebut akan menghasilkan
202
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tahap-Tahap Penelitian I
Desain V
Metode Penelitian
penelitian A M N B
eksperime
3 Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian
dianalisis Dari hasil 5 titik geolistrik (VES) maka dibuat
dan diuji menjadi 2 (dua) buah lintasan yaitu, lintasan J-1, J-
2, J-3 dan lintasan J-4, J-2, J-5 untuk di buat
model penampang dalam 2D.
Metode Penelitian Geolistrik 1. Lintasan J-1, J-2 dan J-3
Lintasan J-1,J-2 dan J-3 berarah barat –
Metode geolistrik merupakan salah satu timur dengan panjang lintasan 283 meter dengan
metode geofisika yang dapat memberikan kedalam vertical 50 meter.
gambaran susunan dan kedalaman lapisan
batuan, dengan mengukur sifat kelistrikan batuan
[Priyanto 1989 dalam Kalmiawan et al, 2000].
Dalam pendugaan resistivitas kita
menggunakan asumsi bahwa:
1. Di bawah permukaan bumi, terdiri dari lapisan-
lapisan dengan ketebalan tertentu kecuali
lapisan terbawah memiliki ketebalan yang tidak
berhingga.
2. Bidang batas antar lapisan merupakan bidang
yang horizontal.
3. Setiap lapisan bersifat homogen isotropis. Yang Pada lintasan ini diperkirakan ada dua buah
dimaksud dengan homogen isotropis adalah akuifer air tanah dengan nilai resistivitas 14 – 70
apabila arus kontinu yang mengalir serba sama Ωm. Akuifer airtanah 1 terdapat pada titik J-1
di semua tempat dan yang sifatnya terhadap kdengan kedalam maksimal sekitar 50 m dari
arus listrik serba sama di semua arah. bawah permukaan tanah dan pada titik J-2 dengan
Sehingga nilai resistivitas pada lapisan tersebut kedalaman maksimal sekitar 10 meter dari bawah
serba sama di semua arah. permukaan tanah. Akuifer 2 berada di titik J-3
Dalam metode resistivitas arus listrik dengan kedalaman antar 15 – 50 meter dibawah
berfrekuensi rendah dialirkan ke dalam tanah dan permukaan tanah dengan arah pelamparan 80
distribusi potensialnya diukur dengan elektroda meter kearah barat dari titik J-3. Litologi akuifer di
potensial. Variasi resistivitas diturunkan dari hasil dominasi oleh satuan batu pasir.
pengukuran beda potensial tersebut. Pengukuran
resistivitas ini menggunakan 4 elektroda, masing- 2. Lintasan J-4, J-2 dan J-5
masing 2 elektroda arus (C1 dan C2) dan 2 Lintasan J-4,J-2 dan J-5 berarah utara –
elektroda potensial (P1 dan P2). selatan dengan panjang lintasan 235 meter
dengan kedalam vertical 50 meter dari bawah
permukaan tanah.
203
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
204
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Perencanaan bangunan struktur bertingkat banyak di daerah rawan gempa harus memegang erat
konsep bangunan tahan gempa. Bangunan tahan gempa yang mampu menahan redaman getaran gempa
memiliki nilai periode struktur yang kecil. Nilai periode struktur bangunan berbanding terbalik terhadap
kekakuan struktur, sedangkan kekakuan struktur bangunan berbanding lurus terhadap momen inersia
bangunan. Maka perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengaruh perletakan arah kolom terhadap
perilaku struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur yang dimaksud yaitu periode struktur bangunan,
berat total bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Pada penelitian ini terdapat 4 buah model bangunan. Model 1 menggunakan penampang kolom bujur
sangkar. Model 2 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah X
sumbu global bangunan. Model 3 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan
memanjang pada arah Y sumbu global bangunan. Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan. Analisis struktur menggunakan
program bantu ETABS V.13 dan analisis dinamika struktur menggunakan metode respon spektrum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai periode struktur bangunan terkecil terjadi pada bangunan
model 4. Periode struktur bangunan model 1, 2, dan 3 lebih besar dari model 4, berturut-turut sebesar
1,3915%, 8,777%, dan 7,036%. Simpangan antar lantai terbesar terjadi pada model 2 arah X senilai 48,9
mm dan arah Y senilai 55,55 mm. Ketidakberaturan horizontal yang terjadi berupa torsi tipe 1b arah X pada
model 2 dan arah Y pada model 3.
ABSTRACT
Design of multi storeys structure building in earthquake-prone areas must hold the concept of
earthquake resistant buildings closely. Earthquake resistant buildings that are able to withstand earthquake
vibration attenuation have a small structural period value. The period value of building structure is inversely
proportional to the stiffness of the structure, while the stiffness of the building structure is directly proportional
to the moment of building inertia. Therefore, it is essential to concret a research for analyze the effect of
column direction placement on the behavior of structures in earthquake-prone areas. Structure of behavors
there are the value of period structure, total weight of structure, interstory drift and horizontal structural
irregularities.
In this study the building was modeled into 4 building. Model 1 used a cross section of a square column.
Model 2 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the building's global X
axis. Model 3 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the global axis of
the building. Model 4 used a rectangular column cross section placed in the direction of X and in the
direction of the global axis of the building. Structural analysis used the ETABS V.13 auxiliary program and
structural dynamics analysis using the spectrum response method.
The results showed that the value of the smallest buiding structure period occurred in model 4. The
period of building structure of models 1, 2, and 3 was greater than model 4, respectively 1.3915%, 8.777%,
and 7.036%. The largest intersection occurs at 2-way model X with value 48.9 mm and direction Y with value
55.55 mm. Horizontal irregularities that occur is torsional irregularities type 1b in model 2 and direction Y in
model 3.
205
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
PENDAHULUAN METODE
Perencanaan bangunan struktur tahan gempa
harus memenuhi persyaratan yang ada pada SNI Metode yang digunakan dalam penelitian ini
1726-2012 Tata Cara Perencanaan Untuk Struktur adalah metode analisis komperatif. Pada penelitian
Bangunan Gedung dan Non Gedung. Bila suatu ini digunakan satu jenis model gedung berbentuk L
bangungan bertingkat mengalami gempa, maka yang tidak diberi dilatasi pada struktur. Fungsi
bangunan tersebut akan mengalami gerakan ke bangunan adalah hotel yang memiliki 9 lantai
arah vertikal maupun horizontal secara bolak-balik. dengan masing-masing tingkat memiliki tinggi yang
Gerakan yang paling membahayakan adalah sama. Bangunan berada di wilayah Bandung
gerak arah horizontal, karena dapat menyebabkan dengan jenis tanah sedang.
struktur mengalami deformasi horizontal atau Dimensi elemen-elemen struktur awal
simpangan. didesain sesuai dengan ketentuan yang ada di
Salah satu elemen struktur yang harus dalam SNI 2847:2013. Luas penampang kolom
diperhatikan dalam perencanaanya adalah persegi panjang model 2, model 3, dan model 4
kolom bangunan. Kolom berfungsi menerima adalah sama. Dimensi untuk balok, dan pelat
seluruh beban dan meneruskannya ke pondasi. adalah sama.
Berdasarkan jenis penampangnya kolom biasanya Pada penelitian ini bangunan dibagi menjadi 4
terbagi menjadi 3, yaitu penampang kolom persegi buah model bangunan. Model 1 menggunakan
panjang, bujur sangkar, dan lingkaran. Perbedaan penampang kolom bujur sangkar. Model 2
bentuk penampang dapat memberikan pengaruh menggunakan penampang kolom persegi panjang
yang berbeda terhadap nilai momen inersia. ditempatkan memanjang pada arah X sumbu
Momen inersia penampang berhubungan dengan global bangunan. Model 3 menggunakan
simpangan, jika momen inersia penampang kecil penampang kolom persegi panjang ditempatkan
maka struktur akan kurang kaku dan simpangan memanjang pada arah Y sumbu global bangunan.
akan semakin besar (Ertanto, 2015). Menurut Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
Supit dkk. (2013), orientasi elemen struktur panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y
merupakan faktor desain tentang penempatan sumbu global bangunan. Berikut adalah gambar-
elemen struktur. Orientasi kolom terhadap salah gambar denah bangunan yang digunakan.
satu sumbu koordinat pada bangunan bertingkat
banyak sangat berpengaruh pada kekuatan
kolomnya.
Selain struktur kolom serta penempatannya,
dari hasil penyelidikan pasca-gempa telah
mengarahkan pengamatan bahwa bangunan
dengan konfigurasi tidak teratur lebih rentan
mengalami kerusakan dibanding dengan
bangunan yang memiliki konfigurasi bangunan
teratur (Elnashai, 2008). Struktur gedung dengan
ketidakberaturan contohnya bangunan dengan
denah berbentuk L menjadi pilihan akibat
keterbatasan lahan di perkotaan (Meillia, 2016).
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka Gambar 1. Denah Bangunan Model 1
perlu adanya penelitian untuk menganalisis
pengaruh perletakan arah kolom terhadap perilaku
struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur
yang dimaksud yaitu periode struktur, berat total
bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar
lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai
adalah mengetahui pengaruh penempatan arah
kolom terhadap periode struktur bangunan, berat
total bangunan, gaya geser dasar, simpangan
antar lantai dan ketidakberaturan horizontal
bangunan akibat adanya beban gempa pada
bangunan irreguler L menggunakan kolom bujur
sangkar dan persegi panjang.
206
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
........................................................ (1) Ya
Hasil Penelitian
dimana:
= faktor amplifikasi defleksi dalam ,
Pembahasan Hasil Penelitian
= defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada
pasal ini yang ditentukan dengan analisis
elastis, Kesimpulan
= faktor keutamaan gempa yang ditentukan
Selesai 207
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tidak
Kontrol Vd ≥
0,85 Vs
Ya
Kombinasi Pembebanan
....................................................... (4)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, bangunan yang didesain Dengan T adalah Periode getar struktur (s),
ditempatkan dengan arah kolom yang berbeda adalah Frekuensi sudut dalam (rad/s), k adalah
mengahasilkan perilaku struktur yang berbeda- Kekakuan struktur (kg/cm), m adalah Massa
beda dari parameter yang telah ditetapkan pada struktur (kg), E adalah Modulus Elastisitas, I
penelitian ini. Dari empat jenis model bangunan,
208
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
adalah Momen Inersia (cm 4), dan L adalah Model Gaya Geser dasar dinamik
Panjang Bentang (cm). Bangunan FX (kN) FY (kN)
Dari Rumus 2, 3, dan 4 dapat dikatakan, apabila
nilai momen inersia besar maka periode getar Model 2 4236,0497 4529,113
akan semakin kecil, karena besar nilai momen Model 3 4605,5763 4484,3984
inersia berbanding lurus dengan kekakuan. Pada
Model 4 4890,4568 5026,3943
penelitian ini digunakan bangunan ireguler
sehingga mencari nilai inersia bangunan
menggunakan alat bantu AUTOCAD. Hasil yang Gaya geser dasar dinamik arah X bangunan
diperoleh nilai inersia arah y sebesar 1,2338 x model 2 lebih kecil 11,7 % dari model 1, bangunan
1017 mm dan arah X sebesar 2,1393 x 1017 mm. model 3 lebih kecil 2,74 % dari model 1, dan
Pada bangunan model 4 kolom ditempatkan bangunan model 4 lebih besar 3,238 % dari model
memanjang arah X untuk bentang yang 1.
memanjang arah Y dan penempatan kolom Gaya geser dinamik arah Y bangunan model
memanjang arah Y untuk bentang yang 2 lebih kecil 1,92 %, dari model 1, model 3 lebih
memanjang arah X. Hal tersebut diharapkan agar kecil 1,92 % dari model 1, dan model 4 lebih besar
bangunan model 4 memiliki kekakuan yang dapat 8,16 % dari model 1.
menahan gaya gempa dari dua arah bangunan.
Tabel 5. Gaya Geser Dasar Statik
Diketahu nnilai momen inersia kolom pada
masing-masing model bangunan sebagai berikut. Model Gaya Geser Dasar Statik
Bangunan FX (kN) FY (kN)
Model 1 6042,448 6042,448
Tabel 2. Momen Inersia Kolom
Ukuran Dimensi Model 2 6038,607 6038,607
Model
I (m4) Model 3 6038,716 6038,716
Bangunan b (m) h (m)
Model 1 1,25 1,25 0,2543 Model 4 6040,685 6040,685
Model 2 0,958 1,631 0,5649
Untuk gaya geser statik nilai gaya geser
Model 3 1,631 0,958 0,1145
terbesar pada bangunan model 1 dengan nilai
K1 0,958 1,631 0,5649 6042,45 kN dan terkecil pada bangunan 2 dengan
Model 4
K2 1,631 0,958 0,1145 nilai 6038,607 kN.
Periode getar berpengaruh pada besarnya
Berat bangunan dihitung menggunakan gaya geser dasar dinamik dan statik. Gaya geser
program bantu ETABS V.13 masing-masing model dasar bedasarkan SNI 03-1726-2012, gaya geser
dapat dilihat pada Tabel 3. dasar statik dihitung berdasarkan rumus:
.................................................... (7)
Dari hasil perhitungan berat total bangunan
terbesar terjadi pada bangunan model 1 dan yang
terkecil pada bangunan model 2. ........................................................ (8)
Periode dan berat total bangunan
mempengaruhi nilai gaya geser dasar. Gaya
geser dasar dinamik yang diperoleh dari analisis Apabila digunakan CS2, maka dari Rumus 7
menggunakan program ETABS V.13 dapat dilihat dapat dilihat semakin besar nilai periode (T), nilai
pada Tabel 4. CS2 semakin kecil. Semakin kecil nilai CS2 akan
semakin kecil nilai V karena nilai V berbanding
lurus dengan nilai Cs sesuai dengan persamaan 5.
Tabel 4. Gaya Geser Dasar Dinamik Namun, nilai gaya geser dasar berbanding terbalik
Model Gaya Geser dasar dinamik terhadap nilai periode struktur bangunan. Nilai
Bangunan FX (kN) FY (kN) berat bangunan berbanding lurus terhadap nilai
gaya dasar.
Model 1 4732,0593 4616,2322
209
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Nilai simpangan antar lantai terbesar terjadi Simpangan Antar Lanatai Arah Y Simpangan
pada bangunan model 2 arah X dan arah Y (mm) Antar Lantai
Lantai
Model Model Model Model Ijin, Δa
masing-masing senilai 48,9 mm dan 55,55 mm, 1 2 3 4 (mm)
sedangkan nilai bangunan simpangan antar lantai
3 41,8 52,25 42,35 31,9 61,5385
yang paling kecil terjadi di bangunan model 4.
Bangunan dengan model 4, yaitu menggunakan 2 32,45 41,25 31,35 23,65 61,5385
penampang kolom persegi panjang ditempatkan 1 13,2 17,6 12,65 9,9 61,5385
pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan
dinyatakan lebih aman dari kerusakan bangunan
akibat simpangan yang berlebih. Posisi kolom
persegi panjang yang dikombinasikan
menghasilkan momen inersia yang besar. Momen
inersia yang besar menghasilkan kekakuan
bangunan yang lebih besar, akibatnya nilai
periodenya semakin kecil. Nilai periode yang
semakin kecil mengakibatkan besarnya gaya
geser dasar, sehingga nilai skala gaya yang
dihasilkan akan lebih kecil dari bangunan model
yang lain. Jika nilai skala gaya kecil maka nilai
simpangan bangunan yang dihasilkan juga kecil.
Karena faktor pengali gempa pada analisis metode
respon spektrum semakin kecil.
210
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 8. Perhitungan Torsi Arah X
Dari hasil perhitungan torsi diketahui jika Lantai Eksentrisitas Arah X (m)
bangunan model 2 pada arah X dan model 3 pada Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
arah Y terjadi torsi tipe 1b. Faktor terjadinya torsi
2 0,201 0,222 0,187 0,200
diakibatkan dari perbedaan yang signifikan antara
simpangan antar lantai tingkat maksimum pada 1 0,164 0,174 0,157 0,163
sebuah ujung struktur dengan simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
Tabel 11. Eksentrisitas Arah Y
Menurut Nugroho (2015), pada bentuk
Lantai Eksentrisitas Arah Y (m)
bangunan yang tidak beraturan dapat
mengakibatkan perilaku berbeda pada struktur. Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Perilaku tersebut berupa adanya eksentrisitas 9 0,364 0,359 0,364 0,363
antar pusat massa dan pusat kekakuan pada 8 0,219 0,212 0,223 0,218
bangunan sehingga bangunan mengalami torsi. 7 0,209 0,202 0,215 0,208
Adanya eksentrisitas antara pusat massa
6 0,199 0,192 0,206 0,197
bangunan dengan pusat rotasi bangunan,
sehingga beban lateral pusat beban tidak tepat 5 0,189 0,181 0,197 0,187
dengan pusat kekakuan elemen vertikal beban 4 0,178 0,171 0,186 0,177
lateral. Berikut adalah hasil perhitungan 3 0,167 0,161 0,175 0,166
eksentrisitas bangunan. 2 0,155 0,151 0,161 0,154
1 0,141 0,140 0,143 0,140
Tabel 10. Eksentrisitas Arah X
Lantai Eksentrisitas Arah X (m)
Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
9 0,604 0,610 0,589 0,605
8 0,364 0,381 0,343 0,362
7 0,340 0,361 0,320 0,338
6 0,315 0,339 0,294 0,314
5 0,290 0,315 0,268 0,288
4 0,263 0,289 0,242 0,261
3 0,233 0,258 0,215 0,232
211
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
DAFTAR PUSTAKA
213
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
214
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Secondary Territory dalam ruang publik dapat dipahami sebagai zona area yang terdiri dari aktifitas-
aktifitas yang seragam dan terbentuk secara teratur oleh kelompok pengguna tertentu (Altman dalam
Porteus, 1977). Taman Merbabu Malang merupakan salah satu ruang publik dengan karakteristik fisik dan
tipologi fungsi yang bervarian, dengan adanya karakteristik fisik dan tipologi fungsi yang bervarian ini
memungkinkan ruang publik memiliki bentuk dan pola Secondary Territory yang bervarian. Pre-eleminaries
Research ini bertujuan untuk melakukan identifikasi bentuk dan pola Secondary Territory pada studi kasus:
Taman Merbabu, Kota Malang. Metode pengumpulan data menggunakan unobstrusive dengan analisa
deskriptif dan analisa foto tematik. Dari Pre-eleminaries Research ini ditemukan hipotesa “semakin bervarian
karakteristik fisik dan tipologi fungsi maka akan semakin bervarian zona aktifitas yang membentuk
Secondary Territory”
Kata kunci: Teritori, Secondary Territory, Teritori Sekunder, Aktifitas, Ruang Publik
ABSTRACT
Secondary territory in public space can be understood as a zone that consist of one a kind activities that
formed rapidly by certain user groups (Altman in Porteus, 1977). Merbabu Park Malang is one of the public
spaces with variant physical characteristics and variant typology of functions, because of this variant allows
public space to have a variant secondary territory shape and pattern. This Pre-eleminaries Research aims to
identify secondary territory patterns in selected case study: Merbabu Park, Malang. An unobstrusive
methods are used for collecting data process and descriptive analysis with thematic photo analysis are used
for data display process. From this Pre-eleminaries Research hypothesis was found "the more varied
physical characteristics and function typologies and the more varied zone of activity that forms the secondary
territory”
215
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
2. Persegi (the square), yaitu ruang yang sangat tergantung pada pola dan susunan massa
memiliki dimensi yang hampir sama pada bangunan
seluruh sisinya, memiliki kecenderungan
membentuk pola sirkulasi ke segala arah, Sedangkan Menurut sifatnya, ruang publik terbagi
acak, dan organik. Pada umumnya ruang menjadi 2 jenis, yaitu:
publik seperti ini dalam wujud lapangan, 1. Ruang publik tertutup : adalah ruang
taman, dan lain-lain. publik yang terdapat di dalam suatu
bangunan.
Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya 2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik
ruang publik adalah ruang terbuka, Rustam Hakim yang berada di luar bangunan yang
(1987) mengatakan bahwa, ruang umum pada sering juga disebut ruang terbuka (open
dasarnya merupakan suatau wadah yang dapat space)
menampung aktivitas tertentu dari 3. Ruang publik semi terbuka: yaitu ruang
masyarakatnya, baik secara individu maupun publik yang memiliki sifat dua duanya
secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini yaitu terbuka dan tertutup.
Batas Timur
Batas timur ruang publik adalah ruas jl. Guntur
yang lasung berseberangan dengan taman hutan
kota Malabar.
Batas Barat
Batas barat ruang publik adalah ruas jl Merbabu
barat yang langsung menyambung ke ujung jalan
merbabu barat yaitu simpang balapan.
Batas Utara
Batas utara ruang publik adalah ruas jl merbabu
utara yang berseberangan dengan permukiman
dan berberapa guesthouse seperti Amalia
guesthouse dan Merbabu guesthouse
Batas Selatan
Batas selatan ruang publik adalah ruas jl merbabu
selatan yang berseberangan dengan resto dapur
coklat dan permukiman penduduk
Lokasi merbabu Family Park terletak di Fasilitas yang bisa dinikmati di Merbabu
Jalan Merbabu, Kota Malang. Yang Family Park cukup lengkap, diantara
berjarak sekitar 3 km arah utara dari alun- playground dengan beragam sarana
alun Merdeka Kota Malang, tidak jauh permainan anak, alat olahraga permanen,
dari Jalan Ijen Boulevard. Merbabu area untuk terapi kesehatan, jogging
Family Park merupakan taman yang track, arena bermain dengan pasir pantai,
dibangun hasil kerja sama Pemerintah lapangan futsal, pedestrian untuk difabel
Kota Malang dengan PT. Beiersdorf dan tempat duduk untuk bersantai.
Indonesia (BDF), melalui program (ngalam.id,2017)
corporate social responsibility (CSR).
Taman seluas 3.924 meter persegi ini, 1.1. Tipologi bentuk Ruang publik
diresmikan pada tanggal 14 Juni 2014 Dari sifatnya ruang publik ini bersifat
lalu oleh Wali Kota Malang, jadi belum terbuka atau open space.
ada setahun hingga sekarang. Merbabu Dari tipologi bentuk taman merbabu dapat
Family Park dibuat sebagai taman digolongkan kedalam jenis ruang publik
dengan konsep taman keluarga yang dengan bentuk campuran yaitu persegi
ramah untuk berbagai segmen usia. (square) dan namun berpola memanjang
Merbabu Family Park selain dimanfaatkan (linear)
sebagai taman keluarga, tempat ini juga Bentuk persegi (Square) karena memiliki
menjadi lahan ruang terbuka hijau (RTH) pola dan kecenderungan orientasi ruang
yang berfungsi untuk penghijauan publik ini kesegala arah.
lingkungan kota.
218
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Gambar 3. Karakteristik fisik spasial dan karakteristik sosial pada taman merbabu bagian barat Sumber: (Google
Earth, 2018 dan analisa pribadi)
219
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Gambar 4. Karakteristik fisik spasial dan karakteristik sosial pada taman merbabu bagian
Tengah Sumber: (Google Earth, 2018 dan analis pribadi)
3.1. Karakteristik fisik dan setting spasial batu alam, paving block, grass block. Sedangkan
Karakteristik fisik dan spasial dari ruang publik softscape pada spasial juga di dominasi oleh
yaitu taman Merbabu bagian tengah sangat rumput gajah mini, perdu, dan berberapa tanaman
bervarian. Spasial didominasi oleh hardscape bertajuk kecil.
berupa perkerasan tanah (hardsoil) yang ditutup
dengan pasir putih dan pekerasan jalan berupa
220
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Sedangkan setting spasial dari ruang publik terbentuk oleh pengguna jogging
taman merbabu bagian tengah ini didominasi oleh track dengan aktifitas lari/jogging
permaian sarana anak seperti jungkat-jungkit, bersifat teritori umum karena tidak
perosotan, tempat bermain pasir, dll. memiliki penguasaan secara fungsi
seutuhnya.
3.2. Karakteristik sosial Aktifitas pijat refleksi
Sedangkan karakteristik sosial pada Aktifitas pijat refleksi merupakan
ruang publik taman merbabu bagian aktiftas minor dalam ruang publik, hal
tengah ini didominasi oleh pengguna ini dikarenakan setting spasial untuk
berusia 3-12 tahun dikarenakan setting pijat refleksi bukan menjadi fungsi
spasial yang lebih menonjol pada ruang ruang publik yang utama, melainkan
publik bagian tengah ini adalah dengan hanya tambahan. Aktifitas pijat
fungsi taman bermain anak sehingga refleksi tidak memiliki teritori secara
pengguna anak-anak dengan usia 3-12 privat semua jenis pengguna
tahun jauh lebih banyak daripada diperbolehkan dalam mengakses
pengguna dengan usia lain. setting spasial pijat refleksi.
Aktifitas-aktifitas yang membentuk
3.3. Teritori Sekunder Taman Merbabu personal space. Aktifitas-aktifitas
Bagian Tengah yang membentuk personal space
Teritori sekunder taman merbabu bagian adalah ragam aktifitas tambahan
tengah terbentuk dari adanya aktifitas-aktifitas yang terbentuk akibat adanya aktifitas
secara berkelompok oleh kelompok tertentu mayor dan minor pada ruang publik.
dengan karakteristik setting spasial tertentu yaitu: Aktifitas yang terbentuk ini adalah
aktifitas parkir.
1. Aktifitas kelompok bermain anak
Aktifitas kelompok bermain anak
adalah ragam aktifitas yang terjadi
karena ada nya setting spasial berupa
sarana permainan anak. Secara tidak
langsung setting spasial dan aktifitas
ini membentuk teritori sekunder, hal
ini disebabkan penggunaan ruang
dan setting spasial hanya untuk
kelompok pengguna tertentu yaitu
anak-anak dengan kriteria usia 2-12
Gambar 6. Aktifitas parkir sebagai
tahun.
personal space aktifitas yang terbentuk
dari adanya ruang publik di luar ruang
publik taman merbabu tepi utara
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
222
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Laboratorium Prodia merupakan salah satu laboratorium yang terletak di Jalan Diponegoro nomor 149-
151, Surabaya. President Director Dr. Dewi Muliaty, M.Si. mengungkapkan bahwa laboratorium ini
merupakan bangunan laboratorium swasta di Indonesia yang menerapkan konsep green building. Green
building adalah bangunan berkelanjutan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan
pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan kesehatan penghuninya.
Lingkup penggolongan bangunan berkelanjutan ini tidak hanya sebatas aktivitas semata, tetapi juga meliputi
kebijakan pihak manajemen dalam melakukan pemilihan lokasi, pemilihan material, serta pengaturan
pencahayaannya. Untuk mengkajinya digunakan metode penelitian kualitatif dengan metode analisis
deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi data lapangan dan studi literatur. Hasil dari
penelitian ini adalah pertama material yang digunakan di Laboratorium Prodia ini menggunakan prinsip
ekologi desain yang hemat energi, dapat didaur ulang, dan memperhatikan dari segi kesehatan mengingat
bangunan ini adalah laboratorium dan harus bersih. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kelebihan
dan kekurangan material yang digunakan. Hasil yang kedua ialah laboratorium ini memakai material utama
kaca yang mana dapat memaksimalkan pencahayaan alami yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian
energi.
ABSTRACT
Prodia Laboratory is one of the laboratories located at Diponegoro Street 149 -151, Surabaya. President
Director Dr. Dewi Muliaty, M.Sc. revealed that laboratory is a private laboratory building in Indonesia that
applies the concept of green building. Green building is a sustainable building with energy efficient from the
design, construction, and operation, until the maintenance operations has a healthy qualified. The scope of
this sustainable building classification is not only limited to activities, but also includes the management's
policies in conducting location selection, material selection, and lighting arrangements. Data processing
methods such as qualitative research methods are used with descriptive analysis methods. Data collection
methods use field data observations and literature studies. The results of this study are the first material
used in the Prodia Laboratory using the principle of design ecology that is energy efficient, recyclable, and in
terms of health, considering that this building is a laboratory and must be clean. In this study will be
discussed about the advantages and disadvantages of the material used. The second result is that this
laboratory uses the main glass material which can maximize natural lighting which aims to reduce energy
consumption.
paru-paru kota kini sudah menjelma menjadi ilmu yang memperlajari tentang hubungan timbal
bangunan-bangunan tinggi terutama di kota-kota balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
besar. Arsitektur berkelanjutan yang ekologis dapat
Dari permasalahan ini muncullah gerakan dikenali dengan cara sebagai berikut: tidak
inovasi yang disebut green building atau menghabiskan bahan lebih cepat daripada
bangunan hijau dengan terapan eco-interior pada tumbuhnya kembali bahan tersebut oleh alam,
laboratorium klinik Prodia di Surabaya yang menggunakan energi terbarukan secara optimal,
merupakan green building swasta pertama di dan menghasilkan sampah yang dapat
Indonesia. Konsultan Perencana Pembangunan dimanfaatkan sebagai sumber bahan baru (Heinz
Graha Prodia dari PT Archimetric, Ivan Priatman, Frick, 2007). Prinsip utama arsitektur ekologis
mengatakan, ada lima standar penilaian bagi adalah menghasilkan keselaran antara manusia
gedung yang akan memperoleh sertifikat hijau dengan lingkungan alamnya.
dari LEED, yakni performa bangunan dari segi
lokasi, dan cara mengurangi pengaruh terhadap
lingkungan sekitar, bagaimana mereduksi
pemakaian air bersih, performa dalam efisiensi
energi, standar pemakaian material yang ramah
lingkungan, serta kualitas dalam ruangan yang
meliputi kualitas udara, interior, dan akses
terhadap penerangan alami. Dari latar belakang
tersebut, maka dilakukan penelitian pada objek
laboratorium klinik Prodia tentang penggunaan
material serta sistem pencahayaan untuk
mengetahui perfoma bangunan berdasarkan
parameter eko-interior.
225
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Gambar 6. Area receptiont (dokumen pribadi, Gambar 8. Area main entrance (dokumen
2018) pribadi, 2018)
Lantai di area receptiont menggunakan
material keramik yang mengkombinasikan warna
netral yaitu putih, abu- abu, dan hitam.
Sedangkan di area lainnya (tetap di lantai 1)
menggunakan material keramik polos bewarna
putih. Keramik yang di dominasi warna putih ini
turut berperan dalam penghematan energi karena
dapat memantulkan cahaya, sehingga tidak
memerlukan banyak lampu. Serta keramik dapat
menciptakan kesan dingin.
226
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Pada bagian main entrance pencahayaan Gambar 13. Alur vertical pada jendela (Pilatowicz,
yang masuk cukup terang di pagi dan siang hari.
1995)
Material kaca menggunakan kaca bening.
Selain itu ventilasi ini menggunakan material
tinted glass atau kaca warna, sehingga meredam
panas saat cahaya matahari masuk ke dalam
ruang.
tempat duduk tepat membelakangi jendela. Akan Gambar 16. Jendela bagian kiri (dokumen
menyebabkan kesilauan pada tamu yang sedang pribadi, 2018)
membaca atau menulis pada saat duduk di
tempat tersebut di siang hari. (Pilatowicz, Saat staf lab duduk di tempat ini tidak akan
terlalu merasa panas, karena pelayanan ini
1995:55)
dilakukan pagi hingga siang hari saja (7.00–
12.00), dimana intensitas cahaya yang kuat
adalah di sore hari pada area ini. Pengunjung
yang duduk pada saat mendaftar juga tidak
merasa panas karena aktivitas yang dilakukan
cepat. Disisi bangunan sebelah kiri ini juga
menggunakan bukaan lebar yang sesuai
dengan prinsip eko-interior.
Penentuan sistem pencahayaan
artifisial juga membutuhkan pertimbangan
yang baik dalam menganalisis kegiatan
terhadap kebutuhan cahaya. Pencahayaan
artifisial yang nyaman dapat dicapai dengan
mempertimbangkan zona pencahayaan (
dalam kebutuhan aktivitas spesifik ) dan
Gambar 15. Tempat duduk tamu (dokumen membuat variasi yang sesuai dengan
pencahayaan yang bersifat ambient. accent,
pribadi, 2018)
dan task. Pertimbangan instalasi, jenis, dan
intensitas pencahayaan juga menjadi hal
Bukaan yang terletak di sebelah kiri yang
penting dalam usaha efisiensi dan konservasi
menghadap ke arah barat laut bangunan. Pada
energi.
sisi ini akan terasa panas di sore hari, karena
Penggunaan pencahayaan buatan
matahari akan mulai bergerak ke arah barat pada
tentunya sangat intens penggunaannya di
saat sore menjelang malam. Namun pada saat
malam hari. Namun di pagi hingga sore hari
siang hari paparan cahaya matahari tidak
pun lampu tetap dinyalakan di bagian dalam
sepansas bukaan di sebelah kiri. Pada jendela ini
bangunan, dimana tidak terdapat bukaan yang
sama dengan jendela sebelah kiri menggunakan
memungkinkan pencahayaan alami dapat
float glass atau kaca bening.
masuk ke dalam ruang.
Cahaya natural yang masuk ke dalam ruang
juga dapat dikontrol melalui seleksi bahan.
Pemilihan bahan yang selektif juga
mempengaruhi dalam mengantisipasi dampak
transmisi radiasi dari cahaya matahari yang
terefleksi melalui suatu permukaan. Sehingga Accent
Lighting
karakteristik cahaya dan bahan serta reaksi
keduanya perlu diperhatikan untuk mendapatkan
cahaya natural yang cukup aman untuk
kesehatan. Penggunaan material kaca pada Gambar 17. Area layanan pelanggan
bangunan merupakan pemilihan bahan yang tepat (dokumen pribadi, 2018)
dalam meredam panas cahaya yang masuk
dalam bangunan, serta aman bagi kesehatan Penggunaan lampu pada area lobby ini
penghuni. (Frick, 1998:50) menggunakan pencahayaan accent lighting,
dimana cahay ini berfungsi untuk
mempertegas tekstur kayu pada lobby .
Pencahayaan ini tepat digunakan pada area
ini, karena pencahayaan ini berfungsi sebagai
aksen untuk menonjolkan material tersebut.
Berkaitan dengan eko-interior, lampu ini tidak
terlalu menguras energi listrik.
229
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Ervianto, W.I. (2010). Selamatkan Bumi Melalui SNI 03-2396-2001. 2001. Tata Cara
Konstruksi Hijau. Yogyakarta: ANDI. Perancangan Sistem PencahayaaN
Alami pada Bangunan Gedung.
Frick, H. & Suskiyatno, FX. B. (2007). Dasar-
dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Tregenza, Peter & Michael Wilson. (2011).
Kanisius & Bandung: ITB. Daylighting, Architecture and Lighting
Design. London: Routledge Taylor & Francis
Krishan, Arvind, et al. (2001). Climate
Group.
Responsive Architecture; A Design
Handbook for Energy Efficient Building. Tata
McGraw-Hill. New Delhi.
231
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
232
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Surabaya sekarang ini sedang digencarkan dengan banyaknya pembangunan dan pengembangan
taman kota sebagai salah satu upaya pelayanan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya. Taman kota merupakan suatu wujud ruang publik yang
nyaman bagi masyarakat serta memberikan banyak manfaat bagi kota Surabaya. Hadirnya taman-taman
yang hijau dan rindang hampir di setiap sudut kota membuat Surabaya menjadi salah satu kota paling bersih
di Indonesia. Selain itu, kualitas udara yang baik menyebabkan penurunan angka penyakit serta suhu udara
juga menurun. Namun dari berbagai manfaat yang didapat, diperlukan juga pembangunan taman kota
dengan pendekatan ekologi desain yang berkelanjutan. Oleh karena itu dilakukan analisa apakah taman-
taman kota di Surabaya ini sudah menerapkan aspek ekologi yang berkelanjutan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi lapangan terhadap 6 taman yang paling diminati di Kota
Surabaya yaitu Taman Bungkul, Taman Flora, Taman Prestasi, Taman Apsari, Taman Pelangi, dan Taman
Lansia, metode komparatif, dan juga dokumentatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa taman kota di
Surabaya masih kurang dalam pengembangan ekologi yang berkelanjutan.
ABSTRACT
Surabaya is currently being intensified with the many development and development of city parks as
one of the efforts to service Green Open Space (RTH) conducted by the Sanitation and Landscaping
Department of Surabaya City. City Park is a form of public space that is comfortable for the community and
provides many benefits for the city of Surabaya. The presence of green and shady gardens in almost every
corner of the city makes Surabaya one of the cleanest cities in Indonesia. In addition, good air quality causes
a decrease in the number of illnesses and also decreases in air temperature. But from the various benefits
obtained, it is also necessary to develop city parks with a sustainable ecological design approach. Therefore,
it is analyzed whether the city parks in Surabaya have applied sustainable ecological aspects. The parks that
will be studied are the 6 most popular parks in Surabaya, namely Bungkul Park, Flora Park, Prestasi Park,
Apsari Park, Pelangi Park, and Lansia Park. The method used in this research is field observation,
comparative, and documentative methods. This study explains that city parks in Surabaya are still lacking in
sustainable ecological development.
Keywords: green open space, city park, sustainable ecology design, Surabaya
Di Surabaya, terdapat beberapa taman yang Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) dalam
paling diminati seperti Taman Bungkul. Taman skripsi milik Mahardi (2013) secara ekologis RTH
233
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
berfungsi dalam menciptakan iklim mikro (suplai Ketersediaan fasilitas di taman kota
oksigen, memperbaiki kualitas udara dan suplai digunakan untuk memenuhi fungsi sosial,
air bersih), konservasi tanah dan air serta budaya, dan ekonomi dengan tujuan
pelestarian habitat satwa. Selain itu perencanaan dapat mewadahi kegiatan sosial, budaya,
sarana kota seperti RTH, pedestrian atau trotoar dan ekonomi pengguna taman tersebut.
seharusnya mempertimbangkan iklim kota Fasilitas yang dimaksud adalah tempat
tersebut di mana semua orang menginginkan duduk, fasilitas bermain untuk anak,
iklim mikro yang lebih teduh, segar dan nyaman tempat makan atau kios, panggung
dari sengatan matahari. Hal tersebut dapat terbuka dan gazebo.
diperoleh dengan penanaman vegetasi yang 2. Kondisi Fasilitas
cukup luas pada ruang terbuka karena mahkota Kondisi fasilitas menekankan pada
pohon dapat mereduksi radiasi matahari. kondisi nyata fasilitas yang tersedia,
Penanaman vegetasi dengan kerapatan yang tingkat keterawatan dan umur dari
sesuai mampu memperbaiki kualitas udara fasilitas tersebut. Kondisi dari fasilitas ini
dengan menyerap polutan dari kendaraan dan berpengaruh pada nilai estetika atau
mengeluarkan O2. Penutupan vegetasi pada keindahan taman kota.
permukaan tanah dapat memperbaiki 3. Ketersediaan Vegetasi
kemampuan resapan air ke tanah. Keberadaan Ketersediaan vegetasi menekankan
vegetasi yang sudah asri perlu dirawat dan pada jenis vegetasi, jumlah pohon dan
dilestarikan tanpa harus ditebang tetapi tingkat keterawatan vegetasi yang ada di
ditingkatkan perannya menjadi RTH yang lebih taman tersebut, dimana fungsi ekologi
baik sesuai kondisi, fungsi, persyaratan dan dan estetika sangat berkaitan dengan
peraturan yang ada. Sehingga memungkinkan elemen ini. Menurut Dahlan (1992) fungsi
terjadi siklus ekosistem pada area yang dari ekologi taman kota berupa peredam
dihijaukan untuk mencapai tujuan pembangunan kebisingan, paru-paru kota, penahan
yang berkelanjutan secara utuh. Oleh karena itu, angin, pelestarian air tanah, penyerap
pada RTH dan trotoar perlu adanya penanaman CO2 dan penghasil O2 berkaitan dengan
vegetasi agar dapat meningkatkan peran RTH keberadaan vegetasi di taman.
dan trotoar tidak hanya sebagai ruang terbuka Sedangkan fungsi estetika membuat
dan sarana pejalan kaki tetapi juga sebagai RTH tumbuhan sebagai elemen untuk
yang punya nilai ekonomi, ekologi, estetis dan memberikan estetika atau keindahan
edukasi. (Widigdo dan Canadarma, 2010) sebuah taman melalui bentuk, jenis, dan
peletakan tanaman.
Memang banyak taman kota telah dikembangkan, 4. Aksesibilitas
tetapi perlu adanya pemikiran terhadap Terdapat dua aspek aksesibilitas, yaitu
pengembangan taman kota dengan pendekatan aksesibilitas internal (di dalam kawasan
ekologi yang berkelanjutan. Maka dari itu, dalam taman) dan aksesibilitas eksternal (di
penelitian ini dilakukan analisis terhadap luar kawasan taman). Aksesibilitas
beberapa taman kota di Surabaya, untuk internal memfokuskan pada sarana
mengetahui apakah taman kota sudah memenuhi prasarana yang ada di dalam taman
standar ekologi yang berkelanjutan. Selain itu, seperti jalan setapak, pedestrian dan trek
penulis juga memberikan beberapa literatur terkait lari. Sedangkan aksesibilitas eksternal
standar pendekatan ekologis yang seharusnya. memfokuskan pada transportasi seperti
jalan dan waktu tempuh menuju taman
TINJAUAN PUSTAKA juga transportasi yang mendukung.
Menurut Budihardjo (1997) dalam
Menurut Frick (2006) menyatakan bahwa bukunya, aspek aksesibilitas berkaitan
taman kota merupakan tempat di daerah dengan fungsi sosial taman kota agar
perkotaan yang difungsikan sebagai tempat dapat digunakan oleh semua pengguna
manusia beristirahat dan juga sebagai paru-paru dengan baik (Hariadi, 2015).
kota. Agar taman kota dapat menjadi tempat yang
nyaman maka dibutuhkan ketersediaan dan Menurut Dirjentaru (2008) berdasarkan
perawatan vegetasi dan fasilitas. Menurut fungsinya Ruang Terbuka Hijau memiliki 2
Budihardjo (1997), taman kota memiliki fungsi fungsi utama yaitu fungsi secara intrinsik dan
estetika, ekologi, ekonomi, dan sosial budaya ekstrinsik. Fungsi intrinsik menyangkut fungsi
(Hariadi, 2015). Berdasarkan empat fungsi ekologis sedangkan fungsi ekstrinsik
tersebut Frick (2006) dalam bukunya menyatakan menyangkut fungsi sosial, ekonomi, budaya
elemen fisik yang dibutuhkan taman kota untuk dan estetika. Secara sosial fungsi RTH
memenuhi fungsinya yaitu : adalah sebagai fasilitas untuk umum dengan
fungsi rekreasi, pendidikan dan olahraga
1. Ketersediaan Fasilitas sebagai wadah untuk menjalin komunikasi
antar warga di kota tersebut. Secara fisik,
234
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
RTH berfungsi sebagai paru-paru kota, udara adalah tanaman berdaun jarum, pola
pelindung sistem air, peredam bunyi, percabangan horizontal, dan tekstur batang
membatasi jumlah pembangunan bangunan, yang kasar. Tanaman jenis ini akan
dan melindungi kota dari polusi udara. melakukan transpirasi atau pelepasan uap
Sedangkan secara estetika RTH berfungsi air ke udara.
untuk mengikat elemen antar gedung di d. Penahan Angin
dalam kota, memberikan ciri-ciri dalam Keberadaan tanaman diperlukan dalam
bentuk kota, dan unsur penting dalam memanipulasi kecepatan angin. Tanaman
penataan arsitektur kota (Imansari dan akan membelokkan arah angin atau
Khadiyanta, 2015). menghalangi angin. Adanya tanaman
Menurut Utomo (2013) dalam jurnal yang dengan komposisi tinggi yang berbeda-
berjudul Surabaya Sebagai Kota Taman atau beda dapat mengurangi kecepatan angin
“Green City” milik Widigdo dan Canadarma sebesar 40–50%. Selain itu dahan yang
(2010) Ruang Terbuka Hijau harus lentur, tidak mudah gugur, dan tajuk yang
merupakan: tidak terlalu rapat dapat mengurangi 10%
1. Area perlindungan berlangsungnya fungsi kecepatan angin.
ekosistem dan penyangga kehidupan Berikut adalah tabel kriteria penilaian
2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, fungsi ekologis dan kriteria karakter fisik dan
kesehatan, keserasian dan kehidupan komposisi tanaman untuk fungsi ekologis.
lingkungan tanaman untuk fungsi ekologis.
3. Sarana rekreasi Tabel Kriteria penilaian fungsi ekologis
4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan
terhadap berbagai macam pencemaran Variabel Kriteria Penilaian
baik di darat, perairan maupun udara
1. Tajuk rapat dan massa daun
5. Sarana penelitian dan pendidikan serta
rapat (DPU Dirjen Bina
penyuluhan bagi masyarakat untuk Marga 1996)
membentuk kesadaran lingkungan
6. Tempat berlindung plasma nuftah 2. Berdaun tebal (Grey dan
7. Sarana untuk mempengaruhi dan Deneke 1978)
memperbaiki iklim mikro Peredam Bising
3. Struktur cabang dan batang
8. Pengaturan tata air besar (Grey dan Deneke
1978)
Tidak hanya peran secara fisik, RTH sebagai 4. Berdaun jarum (Grey dan
bentuk dari pembangunan infrastruktur juga harus Deneke 1978)
memperhatikan fungsi ekologis. Menurut Mahardi Modifikasi Suhu 1. Ketinggian kanopi lebih dari
(2013) ada beberapa kriteria yang harus (Peneduh) 2 meter (Simonds 1983)
diperhatikan dari segi ekologis yaitu: 2. Bentuk tajuk lebar, bulat,
a. Peredam Bising dome, irregular (DPU Dirjen
Tanaman yang dapat mengontrol Bina Marga 1996)
3. Massa daun padat (DPU
kebisingan memiliki peran penting.
Dirjen Bina Marga 1996)
Tanaman yang efektif untuk meredam 4. Daun tebal (Carpenter et al.
kebisingan adalah tanaman yang tinggi 1975)
dengan daun yang padat dan jarak Kontrol 1. Kerapatan daun rendah
penanaman tiap tanaman juga Kelembaban Udara (Bianpoen et al. 1989)
berpengaruh. Kebisingan dapat direduksi 2. Berdaun jarum atau kasar
sebesar 10 dB. (Grey dan Deneke 1978)
b. Modifikasi Suhu (Peneduh) 3. Tekstur batang kasar (Grey
Suhu lingkungan dipengaruhi oleh radiasi dan Deneke 1978)
matahari sehingga adanya tanaman 4. Jumlah daun banyak
(Carpenter et al. 1975)
sebagai media penangkap radiasi dapat
Penahan Angin 1. Tanaman tinggi (Carpenter
menurunkan suhu lingkungan. Keefektifan et al. 1975)
tanaman dalam menangkap radiasi 2. Daunnya tidak mudah
bergantung pada kepadatan daun, bentuk gugur (Dahlan 1992)
daun, dan pola cabang. Sedangkan 3. Massa daun rapat (DPU
tanaman yang dapat menghalangi sinar Dirjen Bina Marga 1996)
matahari dan menurunkan suhu yaitu 4. Berdaun tebal (DPU Dirjen
tanaman yang bertajuk lebar, berdaun lebat Bina Marga 1996)
dan memiliki tinggi lebih dari 2 meter. Sumber: Firdha Mahardi, 2013
c. Pengontrol Kelembaban Udara
Kelembaban udara dapat dipengaruhi oleh
intensitas jatuhnya air hujan. Tanaman
yang efektif untuk mengontrol kelembaban
235
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 2. Kriteria karakter fisik dan 1. Desain dengan material yang ramah
komposisi tanaman untuk fungsi lingkungan, ciri-cirinya adalah tidak
ekologis merusak lingkungan, material terbuat
dari alam, dapat diurai oleh asam
Variabel Kriteria
2. Manajemen limbah taman serta
Peredam Bising 1. Tajuk rapat dan massa pengelolaan taman
daun rapat 3. Tata ruang dengan fungsi yang baik
2. Berdaun tebal 4. Sesuai tidaknya dengan kondisi
3. Struktur cabang dan batang setempat
besar 5. Area yang dapat dipakai untuk
4. Daun rindang dan ringan pengembangan selanjutnya
5. Ditanam dengan kombinasi 6. Dapat menampung beberapa aktivitas
pohon dan semak 7. Jenis pohon dilihat dari kerapatan
6. Terdapat variasi tajuk daun dimana dapat mengisolasi/
secara vertical
menghadang sinar matahari dan bising
7. Terdapat kombinasi
dengan dinding peredam dari luar
8. Ditanam ke dekat tepi jalan 8. Fasilitas yang ada serta kondisinya
Modifikasi Suhu 1. Ketinggian kanopi lebih dari
(Peneduh) 2 meter Pemilihan objek penelitian berdasarkan
2. Bentuk tajuk spreading, pada taman-taman yang paling diminati oleh
bulat, dome, irregular masyarakat Surabaya. Objek penelitian
tersebut antara lain:
3. Massa daun padat 1. Taman Bungkul
4. Daun tebal Taman Bungkul terdapat di Jalan
5. Kelompok tanaman dengan Taman Bungkul, Darmo, Wonokromo
tajuk saling bersinggungan Surabaya. Taman dengan luas ±900 m²
6. Ditanam secara memiliki konsep Sport and Entertaiment.
berkesinambungan/ teratur Taman Bungkul memberikan fasilitas
Kontrol 1. Kerapatan daun rendah berolahraga seperti skateboard, jogging
Kelembaban Udara 2. Berdaun jarum atau kasar
track, bicycle track dan terdapat open stage
3. Tekstur batang kasar
4. Jumlah daun banyak di tengah taman.
5. Jarak antar tanaman tidak Fasilitas yang terdapat di Taman
terlalu rapat / renggang Bungkul meliputi area bermain anak, air
Penahan Angin 1. Dahan kuat tapi cukup mancur, area/ track olahraga. Pada taman ini
lentur dapat ditemukan fasilitas penyediaan kran air
2. Tanaman tinggi siap minum dan juga toilet umum dan toilet
3. Daunnya tidak mudah bagi orang difabel.
gugur Penerapan pendekatan ekologi desain
4. Massa daun rapat / tebal yang digunakan pada taman ini yaitu:
5. Ditanam berbaris dan
1) Terdapat tempat duduk di sekeliling
membentuk massa dengan
jarak <3 meter
open stage dengan material
6. Terdiri dari beberapa lapis bebatuan sehingga ramah
tanaman lingkungan.
7. Barisan tanaman 2) Termasuk salah satu taman yang
membentuk garis diagonal bersih di mana tidak terlihat sampah-
dari arah datang angin sampah yang berserakan.
8. Komposisi tanaman 3) Terdapat pembagian jenis sampah
dengan ketinggian berbeda (organik, plastik, kertas).
Sumber: Firdha Mahardi, 2013
4) Pepohonan yang terdapat di area
HASIL DAN PEMBAHASAN taman bermain cukup rimbun
sehingga dapat menahan panas
Peneliti melakukan observasi terhadap sinar matahari yang masuk.
6 objek taman kota yang dijadikan sebagai 5) Pada area open stage dan sport
sample dari keseluruhan taman di Surabaya. area, sinar matahari dapat masuk
Sample tersebut berdasarkan taman kota secara maksimal karena memang
yang paling banyak diminati dan fungsi dari area tersebut yang
menghijaukan Kota Surabaya yang dilansir membutuhkan cahaya maksimal.
dari liputan6.com. Berdasarkan dengan 6) Tidak terdapat lahan untuk
standar yang ada sehingga didapatkan pengembangan taman karena letak
acuan yang digunakan untuk melakukan dari taman yang berada di jalan
komparasi yaitu : besar dan sudah dikelilingi dengan
banyak gedung.
236
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Konsep dari Taman Bungkul dibuat d. Penggunaan material semen, batu bata dan
sehingga pepohonan melindungi alur jalan pipa besi untuk fasilitas duduk sehingga
dan area taman tersebut. Posisi dari taman memudahkan perawatan.
yang berada di jalan raya menyebabkan e. Adanya pembagian jenis sampah organik,
faktor kebisingan tidak dapat dihindari saat plastik, dan kertas.
berkunjung ke taman ini.
Tidak tersedia lahan untuk memperluas luasan
taman karena lokasi yang memanjang dan
terletak bersebelahan dengan jalan dan sungai.
3. Taman Flora
238
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
239
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
lansia, dan juga kurang jelasnya letak pintu Jakarta. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
masuk. Bogor. 111 hlm.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Dapur merupakan salah satu ruang yang tidak bisa dihilangkan keberadaannya dalam sebuah
rumah tinggal. Fungsi utama sebuah ruang dapur dalam sebuah rumah tinggal adalah sebagai tempat
memasak dan menyiapkan makanan. Dalam perkembangannya saat ini, dapur tidak hanya berfungsi
sebagai tempat memasak saja, tetapi anggota keluarga lainnya juga seringkali berkumpul dan mengobrol di
dalam ruang dapur. Hal ini merupakan pengaruh dari kondisi kenyamanan termal yang ada di dalam ruang
dapur. Sama halnya dengan wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang berada di ketinggian ±
600-1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2300-2500 mm per tahun dengan suhu
rata-rata 21.7ºC dan kelembaban relatif 75-98%. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi lingkungan daerah
tersebut berhawa dingin sehingga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan termal huniannya. Sumber
panas yang berada pada tungku ruang dapur merupakan unsur penunjang kondisi kenyamanan termal yang
ada dalam hunian di daerah dingin. Hal ini yang kemudian menjadi pusat penataan ruang-ruang lainnya
dalam sebuah rumah tinggal. Dalam perolehan data obyek penelitian dilakukan observasi lapangan
terhadap pengukuran kondisi luar dan dalam selanjutnya disimulasikan dan dianalisa secara diskriptif serta
dikaji dengan dukungan data pustaka dan hasil penelitian yang pernah dilakukan.
ABSTRACT
The kitchen is one of space that cannot be eliminated in a residential house. The main function of a
kitchen space in a house is as a place to cook and prepare food. In its current development, the kitchen does
not only function as a cooking place, but other family members also often gather and chat in the kitchen
room. This is an influence from the thermal comfort conditions in the kitchen room. Similar to Poncokusumo
Subdistrict, Malang Regency is at an altitude of ± 600-1200 m above sea level with an average rainfall of
2300-2500 mm per year with an average temperature of 21.7ºC and a relative humidity of 75-98%. This
illustrates that the environmental conditions of the area are cold so it is very influential on the thermal comfort
of the occupancy. The heat source in the kitchen room furnace is an element supporting the thermal comfort
conditions that exist in residential areas in cold areas. This then became another center for spatial planning
in a residential house. In obtaining research object data, field observations were carried out on the
measurement of external and internal conditions which were then simulated and analyzed descriptively and
studied with the support of library data and the results of research that had been carried out.
pada setiap wilayah menyebabkan tuntutan kondisi sosial budaya masyarakat pada suatu
penyesuaian kondisi fisik bangunan. lokus penelitian, terutama yang memiliki
karakteristik yang menyerupai lokus studi
Kondisi zona nyaman suhu udara dalam terkait.
ruangan di Indonesia berkisar antara 22,5-26 ºC 3. Manfaat penelitian bagi pemerintah :
(Kotta, Husni : 2008). Sehingga pada hunian di Memberikan informasi mengenai karakteristik
daerah dingin penghuni rumah membutuhkan suatu daerah dan adat istiadatnya yang
elemen ruangnan yang dapat berfungsi sebagai merupakan sumber kekayaan nusantara dan
penghangat. Wilayah Kecamatan Poncokusumo asset bagi pariwisata daerah setempat.
Kabupaten Malang berada pada ketinggian ± 600- 4. Manfaat penelitian bagi masyarakat :
1200 m di atas permukaan laut dengan curah Memberikan informasi mengenai
hujan rata-rata 2300-2500 mm per tahun dengan kenyamanan termal, budaya dan tradisi yang
suhu rata-rata 17ºC hingga 21.7ºC dan bisa dikembangkan sebagai potensi
kelembaban rata-rata antara 75% hingga 95% . daerahnya.
Kecepatan angin per tahun berkisar antara ± 3-5 5. Manfaat bagi pengembang dan perancang
m/s. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi bangunan : Perlu mempertimbangkan
lingkungan daerah tersebut berhawa dingin pengaruh orientasi tapak terhadap matahari
sehingga sangat berpengaruh terhadap pada rancangan penataan ruang dapur pada
kenyamanan rumah tinggalnya. Salah satu perumahan.
penunjang penghangat yang umumnya terdapat 6. Manfaat bagi para akademisi dan perancang
dalam sebuah hunian adalah ruang dapur. bangunan : Menyadarkan perlunya
Sehingga posisi ruang dapur seringkali dijadikan pertimbangan orientasi bangunan terhadap
sebagai pusat dari aktifitas dan penataan ruang matahari pada zoning dan atau detail
yang ada dalam hunian. penataan dapur untuk mendekati kondisi
nyaman termal secara pasif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari sejauh mana peranan ruang dapur TINJAUAN PUSTAKA
dapat mempengaruhi penataan ruang hunian
dalam upaya untuk mempertahankan kondisi Dapur dalam bahasa Jawa disebut pawon,
kenyamanan termal bagi penghuninya, terutama mengandung dua pengertian pertama, bangunan
pada hunian di daerah dingin. rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan
masak-memasak dan kedua, da-pat diartikan
TUJUAN DAN SASARAN tungku. Kata pawon berasal dari kata dasar awu
yang berarti abu, mendapat awalan-pa dan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari akhiran-an, yang berarti tempat. Dengan
sejauh mana peranan ruang dapur dapat demikian, pawon (pa+awu+an) yang berarti
mempengaruhi penataan ruang hunian dalam tempat awu atau abu. Dalam budaya Jawa
upaya untuk mempertahankan kondisi menurut Pasurdi Suparlan, konsep tentang sistem
kenyamanan termal bagi penghuninya, terutama klasifikasi mengenai alam semesta dan isinya
pada hunian di daerah dingin. Meliputi : terdapat konsep dikotomi antara yang baik dan
buruk, bersih dan kotor. Oleh karena itu dalam
1. Mengetahui dan membandingkan kondisi sistem klasifikasi itu ma-ka kakus (jamban atau
termal ruang dapur dalam masing-masing kamar kecil) maupun dapur letaknya selalu di
rumah. belakang. Oleh karena dapur dianggap tempat
2. Memberi gambaran kinerja termal dapur kotor, maka dalam hal membuat bangunan dapur
dalam masing-masing rumah tersebut akibat tidak begitu di-perhatikan seperti halnya kalau
dari desain penataan ruangnya. membuat rumah induk. Menurut Daldjoeni (1985)
3. Menganalisa penyebab perbedaan kondisi pada umumnya bangunan dapur adalah
termal antar dapur pada tiap rumah. bangunan tambahan, dan biasanya bangunan
4. Menyampaikan dan menyadarkan pengaruh dapur di-buat sesudah bangunan rumah selesai.
orientasi pada kondisi termal dalam dapur Dapur atau pawon sebagai bangunan tambahan,
pada pengguna. tidak dianggap sebagai bangunan pokok atau
penting, dan konstruksi bangunan dapur sangat
Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan oleh pihak- sederhana. Oleh karena itu untuk membuat dapur
pihak sebagai berikut: tidak diperlukan persyaratan yang rumit seperti
akan membuat rumah induk yang memerlukan
1. Manfaat penelitian bagi para peneliti perhitungan waktu (primbon).
selanjutnya Menurut Koentjaraningrat, terdapat
2. Sebagai pijakan dan landasan teori bagi kepercayaan pada orang Jawa bahwa dapur
penelitian tentang peranan ruang dapur adalah bagian rumah yang paling lemah
dalam desain ruang hunian dalam disebabkan dapur merupakan tempat perempuan,
mempertahankan kenyamanan termal bagi dan perempuan dianggap mahkluk yang paling
penghuninya serta hubungannya dengan lemah atau disebut liyu Arti kata liyu, dalam
242
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Bausastra Jawa-Indonesia (1980), dapat diartikan Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian
capai atau lelah. Dari arti kata ini dapat dimaknai atas agak sulit karena akan memperberat atap.
bahwa bekerja di dapur akan capai/lelah. Dalam Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat
membuat dapur atau pawon ada yang masih diperbesar dengan beberapa cara, misalnya
menggunakan perhitungan-perhitungan Jawa. rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas
Misalnya, oleh karena dapur dianggap sebagai reflektif juga akan memperbesar tahan panas.
tempat perempuan maka untuk membangun
dapur harus dimulai saat neptune nyaine (hari Karakteristik utama pada iklim tropis lembab
pasaran kelahiran istri), misalnya Senin Pon, menurut Evans (1980) antara lain mempunyai
Selasa Wage dan sebagainya. Supaya dalam fluktuasi suhu udara rata-rata harian dan tahunan
menggunakan dapur diberi keselamatan, ada relatif kecil. Dengan tidak adanya perbedaan yang
juga yang meng-gunakan perhitungan yaitu jatuh signifikan pada suhu udara dan kelembaban
tiba lara ( tiba = jatuh, lara = mati), jadi dapur atau udara pada dua musim dan dua waktu (siang
pawon diartikan sebagai tempat barang mati, atau dangan malam), menjadikan kondisi lingkungan
tempat buangan. sepanjang hari tidak nyaman (discomfort). Hal ini
berakibat pada proses evaporasi (berkeringat)
Dalam budaya jawa, Pawon atau dapur pada permukaan kulit tubuh manusia yang tidak
tradisional dalam budaya Jawa merupakan mudah dihapus karena tingginya suhu udara dan
representasi dari tata kehidupan sehari-hari kelembaban udara yang terjadi akibat tingginya
masyarakat Jawa, baik dari tata letaknya, fung- intensitas radiasi matahari yang disertai dengan
sinya, dan isinya. Pawon atau dapur tradisional kondisi langit yang berawan sepanjang tahun.
juga menegaskan adanya deskriminasi seks
dalam pembagian kerja. Untuk memperoleh kondisi kenyamanan
termal pada bangunan di daerah berhawa dingin
Indonesia termasuk negara yang beriklim sistem struktur dan konstruksi bangunan
tropis lembab. Karakteristik iklim tropis lembab mempunyai peran sangat penting dalam
mempunyai derajat kelembaban dan curah hujan memprotek kondisi lingkungan luar, selain itu
yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalah aliran panas dari luar (panas matahari) maupun
banyak terdapat bukaan dan naungan berupa dari dalam (rancangan perapian, manusia,
sosoran. Sepanjang tahun mempunyai peralatan, elemen bangunan) merupakan salah
temperatur rata-rata yang tinggi, sehingga satu faktor penentu dalam terjadinya kondisi
memepengaruhi bangunan mempunyai bukaan termal. Selain itu pemakaian material bangunan
yang mempertimbangkan aliran udara. Kondisi diupayakan dapat menahan panas diwaktu siang
tersebut berhubungan dengan diurnal yang hari untuk dilepas pada malam hari (tahanan
rendah ser 8°C, akibat variasi temperatur yang besar dan hantaran besar).
rendah. Radiasi matahari bervariasi dengan
kondisi sering berawan. Adapun suhu udara panas dalam bangunan
dapat dihasilkan dari panas perapian yang
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan terletak dalam ruang pawaon, sehingga tuntutan
syarat-syarat khusus dalam perancangan kenyaman termal dalam bangunan dapat
bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada terpenuhi. Besar kecilnya tingkat panas yang
beberapa factor- faktor spesifik yang hanya masuk ke bangunan sangat ditentukan oleh sifat,
dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, jenis, dan karakter dari material penghantar panas
sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, yang digunakan sebagai penghasil panas.
fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai
estetika bangunan yang terbentuk akan sangat Kondisi nyaman menurut ASHRAE, adalah
berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain kenyamanan termal seseorang yang
yang berbeda kondisi iklimnya. mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan
termal, yang dalam konteks sensasi digambarkan
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan sebagai kondisi dimana seseorang tidak
thermal terutama adalah mengurangi perolehan merasakan kepanasan maupun kedinginan pada
panas, memberikan aliran udara yang cukup dan lingkungan tertentu. Faktor-faktor yang
membawa panas keluar bangunan serta mempengaruhi menurut Allard (1998) adalah
mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung lingkungan secara fisik (physical environment)
matahari maupun dari permukaan dalam yang dan non-fisik (non- physical environment).
panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan
menggunakan bahan atau material yang METODE
mempunyai tahan panas yang besar, sehingga
laju aliran panas yang menembus bahan tersebut Data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: data primer
akan terhambat. Permukaan yang paling besar dan data sekunder. Data primer adalah data yang
menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan diperoleh langsung di lapangan, sedangkan data
atap umumnya mempunyai tahanan panas dan sekunder adalah data yang melengkapi data
kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. primer yang diperoleh dari instansi terkait berupa
243
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
buku/dokumen/catatan yang diteliti atau suatu bersantai hingga berkumpulnya kerabat dan
hasil penelitian. saudara pada saat musim lebaran.
Untuk mendapatkan data yang tepat dan Memanfaatkan perapian yang ada di ruang
dapat mendukung proses analisis, maka ada dapur sebagai media penghangat sudah menjadi
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kebiasaan warga sekitar. Melihat kondisi wilayah
pengambilan data, yaitu: menentukan faktor sekitar yang berudara dingin, tak hayal jika tungku
pengaruh, menentukan jenis data apa yang yang berbahan bakar kayu dijadikan sebagai
dibutuhkan, menentukan sumber-sumber data media untuk menghangatkan diri sekaligus
yang relevan, menentukan cara mendapatkan menaikan suhu didalam rumah. Mayoritas warga
data dan alat yang digunakan untuk mendapatkan
data tersebut. berpendapat jika mereka seringkali
memanfaatkan suhu hangat di ruang dapur
Bahan yang dikumpulkan dan selanjutnya tersebut untuk menghangatkan diri. Mayoritas
digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah warga pada dusun ini lebih memilih untuk datang
sebagai berikut: menghampiri sumber panas ketimbang mereka
membiarkan energi panas tersebut menyebar
Sketsa perkembangan denah rumah. keseluruh bagian rumah. Hal ini didasarkan dari
Sketsa interior ruang dapur. pola-pola ruang yang terbentuk pada rumah
Sketsa elemen bukaan dalam rumah. warga. Mereka sengaja memposisikan ruang-
Wawancara dengan pemilik rumah. ruang privatnya berdekatan dengan ruang pawon
untuk dapat menikmati suhu hangat yang
Obyek penelitian yang dikaji adalah ruang dapur bersumber dari ruang dapur tersebut di dalam
yang digunakan tidak hanya untuk aktivitas ruang tempat anggota keluarga beristirahat dan
memasak saja tetapi juga aktivitas lain, serta berkumpul.
posisinya berada di daerah yang mudah
dijangkau dari arah akses hunian dan terlihat
langsung dari luar. Obyek tersebut dipilih karena
dianggap memiliki kondisi yang berbeda dari pola
peletakan pawon pada Arsitektur Jawa asli,
dimana biasanya pawon diletakkan pada area
yang sulit dijangkau dari luar. Pengamatan obyek
penelitian juga dilihat bagaimana peranan posisi
ruang dapur untuk pengaturan peletakan ruang
lainnya. Selain itu juga diteliti ruangan dapur
dapat mempertahankan kenyamanan termal
hunian.
Denah
HASIL DAN PEMBAHASAN 2
1. Aktivitas Sehari-Hari Warga Denah 1
Aktivitas sehari-hari warga sebagian besar
dihabiskan di area sawah atau ladang karena
sebagian besar warga bermata pencaharian
sebagai petani atau buruh tani. Aktivitas mereka
di dalam rumah dimulai lagi ketika sudah pulang Gambar 1.
dari sawah atau ladangnya, yaitu sekitar pukul Contoh Denah Responden
13.00 WIB. Aktivitas yang biasa dilakukan warga
setelah pulang dari bekerja di sawah atau ladang Pada Gambar 1 terlihat bahwa posisi dapur
adalah beristirahat sambil bercengkerama dengan selalu diletakkan pada area yang berdekatan
keluarga. dengan ruangan tempat anggota keluarga
berkumpul, bercengkerama dan beristirahat.
Alasan yang mendasari dapur tersebut
Ruang dapur dianggap sebagai ruangan yang
menjadi pusat berkumpul ialah karena fungsi dari
dapat menunjang kenyamanan termal hunian.
dapur tersebut yang sangat dekat dengan ruang
Kondisi ruang dapur yang selalu hangat karena
makan sehingga kegiatan memasak dan sarapan
ada perapian dianggap sebagai ruangan yang
menjadi satu ruang. Kondisi dapur yang
sesuai untuk dijadikan sumber termal bagi ruang
cenderung hangat di pagi hari dikarenakan
hunian.
minim-nya ventilasi udara pada dapur sehingga
mengakibatkan sirkulasi udara dingin lebih lambat
masuk ke dalam dapur. Kegiatan berkumpul
biasa dilakukan pada waktu makan, waktu
244
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Sebagian besar masyarakat di Kecamatan terbentuk pada rumah warga, yang mana pola
Poncokusumo, Kabupaten Malang memiliki mata tata ruang rumah mereka beberapa diantara nya
pencaharian sebagai petani atau buruh tani di ada yang membiarkan udara panas dari pawon
ladang atau sawah sekitar tempat tinggalnya. untuk dapat menyebar keseluruh bagian ruang
Aktivitas yang dilakukan mereka di dapur diawali ada juga yang tidak. Sebagian diantaranya yang
pagi hari ketika bangun tidur dan menyiapkan tidak lebih.
makan pagi bagi anggota keluarganya. Kondisi
ruang dapur yang hangat karena pengaruh 2. Kondisi Fisik Bangunan dan Dapur
tungku atau perapian di ruang dapur merupakan
sumber penghasil termal di dalam hunian. Kondisi bangunan pada lokasi penelitian
sebagian besar sudah bersifat permanen dengan
Keluaran suhu yang diakibatkan oleh menggunakan material dari bahan batu bata dan
pengoperasian dapur berperan sekali dalam kayu. Sedangkan untuk bahan penutup lantai
meningkatkan suhu di dalam rumah. Besar terbuat dari keramik dan plesteran semen. Sifat
tidaknya pengaruh yang diberikan tergantung bahan akan sangat menentukan dalam
pada posisi dapur terhadap rumah. Letak dapur terciptanya tingkat kenyamanan di dalam
tersebut mempengaruhi sekali pola sebaran dan bangunan, kemampuan bahan dalam merespon
konsentrasi penghangatan yang terjadi pada kondisi lingkungan luar harus sesuai, apakah
rumah. bahan tersebut dapat cepat melepas dan
menyerap panas atau lambat dalam menyerap
Sebagian besar masyarakat di daerah dan melepas panas, hal ini tergantung pada
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang konstruksi dari bahan tersebut. Semakin tebal dan
masih menggunakan 2 (dua) macam perapian, padat konstuksi suatu bahan, maka semakin
yaitu tungku yang masih menggunakan bahan lambat dalam merespon kondisi lingkungan.
bakar kayu dan kompor gas yang sudah Dengan pemilihan material bangunan yang
menggunakan bahan bakar elpiji. Tungku yang terbuat dari bahan permanen diharapkan mampu
menggunakan bahan bakar kayu biasanya mempertahankan kondisi termal bangunan agar
dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan tidak mudah terpengaruh kondisi udara di luar
bersenda gurau ketika anggota keluarga rumah dengan temperatur udara yang lebih
berkumpul di rumah. Bahkan ada sebagian rendah dan kelembaban udara yang tinggi.
masyarakat yang mempunyai kebiasaan juga
untuk menemui tamunya di ruang dapur.
tinggi, dengan ketinggian maksimal 3 m. Hanya bagi penghuninya. Sebagian besar rumah
sedikit rumah penduduk yang memiliki ketinggian penduduk di daerah sana mengatur posisi ruang
jarak antara plafond dan lantai rumah yang lebih dapur menyatu dengan rumah induknya. Hanya
dari 3 m. Aktifitas para ibu di dalam ruangan sekitar 40% dari jumlah rumah responden yang
dapur dengan rentang waktu yang cukup panjang, memisahkan ruang dapur dengan rumah induk,
yaitu mulai bangun tidur pagi sampai dengan dengan alasan karena kondisi ruang dapur yang
siang hari menyebabkan udara panas yang cenderung terlihat kotor dan agar asap yang
dihasilkan dari tungku di dapur terperangkap di dihasilkan dari tungku di ruang dapur tidak
dalam rumah sampai saat malam hari. Sensasi mengganggu udara di dalam rumah. Untuk dapur
udara yang dihasilkan dari tungku dapur sebagai dengan kondisi demikian biasanya mempunyai
akibat dari kondisi itu membuat sensasi udara bukaan yang luas sehingga aliran udara dari luar
hangat di dalam rumah yang menjadikan dan ke dalam memiliki sirkulasi yang lancar.
kenyamanan termal di dalam rumah dapat Berbeda dengan ruang dapur yang menyatu
dinikmati oleh seluruh anggota keluarga ketika dengan ruang induk. Rumah dengan ruang dapur
saatnya mereka beraktifitas di dalam rumah. yang demikian biasanya memiliki jumlah bukaan
yang minim. Sehingga pemilik rumah sengaja
membuat udara panas yang dihasilkan dari
tungku ruang dapur mulai pagi hari sampai siang
hari terperangkap di dalam rumah dan membuat
kondisi temperatur udara di dalam rumah menjadi
hangat sampai malam hari. Hal ini juga
disebabkan karena masyarakat di sana terbiasa
memakai baju atau pakaian dari bahan yang tipis
selama beraktifitas di dalam rumah. Sehingga
untuk menghangatkan tubuhnya mereka
cenderung mengharapkan efek udara panas dari
tungku di ruang dapur.
247
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Pengoperasian berat yang berlangsung hingga 8. Prijotomo, 1999. Griya Dan Omah,
lebih dari 1 jam, mengandalkan dapur untuk Penelusuran Makna dan Signifikasi di
bekerja secara maskimal dan intensif, sehingga Arsitektur Jawa. Universitas Kristen Petra
menaikan suhu disekitar secara signifikan. Namun Surabaya
penggunaan lebih dari satu jam hanya di saat
tertentu saja jika warga sedang ada acara tahlil, 9. Rapoport, Amos. 1982. The Meaning of The
syukuran, dan makan bersama. Built Environment. London
Dapur sebagai elemen penghangat ruangan 12. Van Straaten, JF. 1980. Passive Cooling and
dapat maksimal menghangatkan jika memenuhi Heating Through Building Design. Dalam
kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah posisi seminar Passive and Low Energy Cooling,
dapur terhadap bangunan utama yang terletak Heating and Dehumidification. University of
satu atap dengan bangunan utama. Hasil Miami. Florida.
pengamatan yang telah dilakukan membuktikan
bahwa hawa panas yang ditimbulkan dapur dapat 13. Waani, Judy O. 2012. Teori Makna
maksimal menghangatkan ruangan jika dapur Lingkungan Dan Arsitektur. Media Matrasan
berada satu atap dengan bangunan utama vol. 9 no. 1.
dengan sensasi termal yang dirasakan saat dapur
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
248
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Di masa kini, masih banyak pembangunan yang hanya bersifat sementara dan hanya mengedepankan
infrastruktur semata tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya, khususnya di
lingkungan perkotaan. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab isu Global Warming di Indonesia.
Seiring waktu, berbagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut mulai dilakukan dengan berbagai prinsip
dan pertimbangan. Bangunan Kantor Notaris Felicia Imantaka merupakan salah satu kantor di kota
Surabaya yang bekerja di bidang jasa layanan hak dan kewajiban personal. Desain bangunan kantor ini
belum menerapkan prinsip desain yang ramah lingkungan. Penggunaan material dalam bangunan hanya
memperhatikan visualisasi saja tanpa memikirkan dampak terhadap lingkungannya, dan kualitas
pencahayaan dan penghawaan pada bangunan juga belum maksimal. Perencanaan perancangan interior
Kantor Notaris Felicia Imantaka ini menerapkan 8 aspek eko-interior yang terdiri dari Organisasi Ruang,
Pemilihan Material, Sistem Pencahayaan, Sistem Penghawaan, Sanitasi Air, Polusi dalam Ruang, Emisi
Elektromagnetik, dan Manajemen Sampah dalam Ruang. Perancangan ini dilakukan dengan menggunakan
metode Design Thinking yang terdiri dari 5 tahapan yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test.
Perancangan ini dilakukan untuk mendukung usaha pembangunan yang berkelanjutan sekaligus
meningkatkan produktivitas setiap karyawan dengan maksimal. Sehingga, hasil perancangan dapat
digunakan sebagai acuan desain berkelanjutan yang menerapkan aspek eko-interior untuk mengatasi isu
kerusakan lingkungan.
ABSTRACT
In this present day, there are still many developments that are only temporary and only prioritize
infrastructure without regard to their impact on the surrounding environment, especially in urban
environments. This condition is one of the causes of the Global Warming issue in Indonesia. Over time,
various solutions to overcome these problems began with various principles and considerations. The building
of Felicia Imantaka's Notary Office is one of the offices in Surabaya that works in the field of service rights
and personal obligations. The design of this office building has not applied the principles of sustainable
design. The use of materials in the building only pay attention to visualization without thinking about the
impact on the environment, the quality of lighting and airing on buildings is also still less than optimal. Interior
design of Notary Office Felicia Imantaka applies 8 aspects of eco-interior consisting of Space Organization,
Material Selection, Lighting Systems, Air Conditioning Systems, Water Sanitation, Indoor Pollution,
Electromagnetic Emissions, and Waste Management in Space. This design is using the Design Thinking
method consists of 5 stages, namely Empathize, Define, Ideate, Prototype, and Test. This design is carried
out to support sustainable development efforts while at the same time increasing the productivity of each
employee. Thus, the results of this design can be used as a reference for sustainable design that applies the
eco-interior aspects to help address the issue of existing environmental damage.
Kantor Notaris Felicia Imantaka merupakan kurun waktu yang sama maupun kurun
kantor yang bergerak dalam hal pelayanan waktu yang berbeda secara
masyarakat di bidang keperdataan. Bangunan berkesinambungan.
kantor terletak di perumahan Dharma Husada
Indah II, Surabaya. Kantor Notaris Felicia 4. Meningkatkan dan melestarikan
Imantaka dipercaya masyarakat dalam fasilitas kemampuan dan fungsi ekosistem untuk
dan pelayanannya yang memuaskan hingga saat memasok, melindungi, serta mendukung
ini. Bangunan kantor yang baik harus dapat sumber alam bagi kehidupan secara
memenuhi persyaratan desain seperti berkesinambungan.
kenyamanan, keamanan, kesehatan, dan aspek 5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang
keberlanjutannya untuk jangka panjang. Kantor memperhatikan kelestarian fungsi dan
Notaris Felicia Imantaka masih kurang kemampuan ekosistem untuk mendukung
memperhatikan kualitas sistem pencahayaan kehidupan, baik masa kini maupun masa
dan penghawaan serta aspek kesehatan pada yang akan datang
desain kantor sehingga mempengaruhi
produktivitas kerja dalam kantor. Untuk itu, Pembangunan berkelanjutan memerlukan
diperlukan perancangan interior bangunan kantor dukungan faktor ekologi, ekonomi, dan sosial
yang mempertimbangkan aspek eko-interior agar sebagai pendekatan yang holistik. (Kusumarini,
bangunan sesuai dengan persyaratan 2007). Pendekatan ekologi dalam perancangan
pembangunan berkelanjutan dan dapat desain interior diwujudkan dari penerapan eko-
meningkatkan produktivitas pengguna. interior. Kajian eko-interior mengarah pada hal
yang lebih spesifik yang berkaitan dengan
Pembangunan berkelanjutan menurut “Our aktivitas manusia dalam ruang serta dampaknya
Common Future” yang dipublikasikan oleh terhadap lingkungan dan manusia itu sendiri.
Brundtland Commission (1987) merupakan
konsep pembangunan yang dapat memenuhi Eko-Interior mengandung hal yang sama
kebutuhan sekarang tanpa kompromi dengan secara holistik dengan eko-arsitektur hanya
kemampuan generasi mendatang untuk berbeda pada lingkup fokusnya. Empat asas
memenuhi kebutuhannya. Pembangunan pembangunan berkelanjutan yang ekologis
berkelanjutan memiliki arti sudah tercapainya menurut Frick (Frick, 2006), antara lain:
keadilan sosial dari generasi ke generasi. Dilihat
dari pengertian lainnya, pembangunan 1. Menggunakan bahan baku alam yang tidak
berkelanjutan sebagai pembangunan nasional lebih cepat daripada alam mampu
yang melestarikan fungsi dan kemampuan membentuk penggantinya.
ekosistem. 2. Menciptakan sistem yang menggunakan
sebanyak mungkin energi terbarukan.
Pembangunan berkelanjutan adalah 3. Mengijinkan hasil sambilan (potongan,
semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem sampah, dan sebagainya.) saja yang dapat
alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas dimakan atau yang merupakan bahan
fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan mentah untuk produksi bahan lain.
manfaat bagi kehidupan umat manusia. Hal ini 4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan
bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat keanekaragaman biologis. Prinsipnya yaitu
secara keseluruhan, tetapi juga untuk memperhatikan peredaran dan rantai bahan
kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. dan prinsip pencegahan.
3. Memberikan kesempatan kepada sektor dan Pemilihan material berorientasi pada terapan
kegiatan lainnya untuk berkembang bahan bangunan yang ekologis memenuhi syarat
bersama-sama di setiap daerah, baik dalam eksploitasi dan produksi dengan energi sesedikit
mungkin dan keadaan entropi serendah mungkin,
250
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
tidak mengalami transformasi yang tidak dapat untuk diambil kesimpulan masalah apa saja yang
dikembalikan kepada alam, dan lebih banyak ada di Kantor Notaris Felicia Imantaka,
berasal dari sumber alam lokal. Surabaya.
METODE 5. Test
Pada tahap ini merupakan pengujian
Metode yang digunakan dalam perancangan perancangan pencahayaan dari hasil prototype
ini menggunakan Design Thinking Process untuk mengetahui pencahayaan yang masih
George Kembel untuk mencapai sebuah hasil ide kurang dan perlu diperbaiki. Perubahan dan
desain produk usaha (Waloszek, 2012) yang penyempurnaan dibuat untuk menyingkirkan
terbagi dalam 5 tahap: masalah yang masih ada. Tahap test ini
dilakukan dengan menggunakan solusi terbaik
1. Empathize yang telah diidentifikasi selama tahap prototype.
Mengeksplorasi data-data literatur untuk Tahap ini merupakan tahap akhir dari 5 tahap
mendapatkan pemahaman empatik tentang design thinking.
desain interior kantor dan eko-interior melalui e-
book, literatur, dan buku serta melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengamatan. Setelah itu, dilanjutkan dengan
kunjungan ke Kantor Notaris Felicia Imantaka, 1. Deskripsi Objek Perancangan
Surabaya. Tahap ini sangat penting dalam Kantor Notaris Felicia Imantaka merupakan
proses desain yang berpusat kepada manusia. kantor yang bergerak dalam hal pelayanan
Empathize mempengaruhi proses pada tahap masyarakat di bidang keperdataan. Bangunan
berikutnya karena pada tahap ini pula kantor terletak di salah satu perumahan elite di
pemahaman yang baik dan tepat harus Surabaya. Bangunan kantor memiliki luas
ditemukan sehingga dapat mendasari bangunan ±400m2 yang terdiri dari 2 lantai.
pengembangan rancangan penelitian. Lantai 1 digunakan untuk aktivitas dan keperluan
2. Define kantor, sedangkan lantai 2 digunakan untuk
Mengumpulkan dan mengelompokkan aktivitas pribadi pemilik (Ibu Felicia).
berbagai informasi dan data-data yang telah
1.1. Orientasi Bangunan
didapat selama tahap empathize untuk dianalisis,
kemudian diidentifikasi secara rinci dan detail
251
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Bangunan ini menghadap ke arah utara sehingga penggunaan benda-benda transparan seperti
pada siang dan sore hari tidak banyak cahaya kaca dan bahan yang digunakan pada tangga
matahari yang masuk melalui bukaan dan yang terbuat dari stainless.
menyebabkan ruangan terasa lebih sejuk.
Karena minimnya intensitas cahaya matahari
yang dapat masuk, bangunan ini pada pagi dan
siang hari terasa kurang penerangan terutama di
bagian ruang tengah dan ruang bagian belakang.
Karena itu, diperlukan pencahayaan tambahan
salah satunya adalah lampu.
a. Lantai
c. Plafond
Bangunan ini memiliki plafon gypsum
berwarna putih dan tidak memiliki banyak
levelling serta motif yang menciptakan kesan
ruang lebih terang, luas, dan juga lebih bersih.
f. Kamar Mandi
Kamar mandi berada di sisi timur laut
bangunan ini. Tidak terdapat jendela pada
kamar mandi sehingga penghawaan dan
pencahayaan alami belum maksimal.
Letaknya di sisi pinggir mengurangi efisiensi
karena sedikit jauh dari ruangan publik.
g. Ruang Arsip
Ruang arsip berada di sisi barat daya
bangunan. Tidak terdapat bukaan selain
pintu kaca yang terhubung dengan ruang
Gambar 9. Pola Sirkulasi Ruang
kerja karyawan bagian belakang sehingga
pencahayaan alami tidak dapat masuk ke
ruangan
a. Lobby 1. Lantai
Lobby berada pada sisi utara bangunan yang Lantai pada setiap ruang menggunakan
langsung menghadap ke jalan sehingga material yang ramah lingkungan seperti:
ruangan lobby mendapatkan pencahayaan
matahari dari arah timur pada pk 12.00 – 14.- Penutup lantai linoleum : linoleum terbuat
00 dengan intensitas yang tergolong normal / dari 100% bahan alami yaitu minyak biji
flax yang dicampur dengan serbuk gabus
sedang.
dan direkatkan pada media kanvas
b. Ruang Kerja Pemilik Lantai keramik : dapat meningkatkan
Ruang kerja pemilik terletak di sisi barat laut ketahanan terhadap air dan mengatasi
bangunan. Tidak terdapat bukaan selain kelembaban sehingga cocok digunakan
pintu pada ruangan ini. Namun, untuk lantai kamar mandi.
pencahayaan dibantu oleh warna interior
ruangan yang cukup terang.
e. Ruang Meeting
Ruang meeting terletak di sisi timur
Gambar 11. Floor Plan
bangunan. Ruang meeting tidak memiliki
bukaan langsung menghadap ke luar namun
254
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
4. Furniture
Material yang digunakan pada furniture
antara lain :
Kayu dengan finishing aqua wood yang Arah sirkulasi udara
berbahan dasar air dan 100% bebas
Gambar 14. Sistem Penghawaan
formaldehyde dan ramah lingkungan
Kaca, dengan jenis reflective glass yang a. Penghawaan alami
permukaannya dapat memantulkan energi Penghawaan alami masuk ke dalam
panas matahari dan ramah lingkungan. bangunan melalui jendela-jendela di ruangan sisi
depan bangunan yang menggunakan sistem
3.3. Sistem Pencahayaan adjustable sehingga penghawaan alami dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Penghawaan
Sistem pencahayaan pada interior setiap
alami di sisi tengah dalam bangunan dibantu
ruang di desain sesuai dengan pertimbangan
dengan ketinggian plafon dan void yang
aspek bahas eko-interior menurut Kusumarini,
terhubung dengan lantai 2 sehingga dapat
2007.
meningkatkan sirkulasi udara untuk ruang-ruang
di sekitarnya.
b. Penghawaan buatan
Penghawaan buatan di setiap ruang
menggunakan AC dengan teknologi energy
saving dan low voltage operation untuk
meningkatkan kesegaran udara dalam ruang.
Penghawaan buatan pada kamar mandi
menggunakan exhaust fan agar sirkulasi udara
tetap terjaga meskipun tidak ada bukaan alami.
Arah datang sinar matahari
5. Pencahayaan alami
255
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
c. Ruang Karyawan
Polusi dalam ruang kerja karyawan bagian
depan ini berasal dari polusi pada lobby, dari
material furniture seperti kayu serta material pada
karpet. Pendingin ruangan yang dilengkapi
dengan filter pembersih udara akan sangat
membantu mengatasi polusi dalam ruangan ini.
Penambahan tanaman-tanaman pada ruangan
juga dapat membantu.
d. Ruang Meeting
Polusi pada ruang meeting berasal dari
material furniture seperti kayu dan fabric. Polusi
Gambar 15. Sanitasi Air tersebut dapat diatasi dengan penggunaan
pendingin ruangan yang dilengkapi dengan filter
a. Air yang dibutuhkan disalurkan ke 4 titik pembersih udara.
pada bangunan yaitu pada kamar mandi
bawah (Lantai 1), kamar mandi atas (Lantai e. Kamar Mandi
2), dapur lantai 1 & dapur lantai 2. Polusi dalam kamar mandi diperoleh dari
b. Sumber air bersih yang digunakan berasal sisa hasil pembuangan (grey water). Ruang
dari PDAM Surabaya. Terdapat 2 tandon air kamar mandi bersifat tertutup dan juga lembab
yang terletak di atas (Tandon air gravitasi sehingga seringkali menyebabkan bau, namun hal
yang dialirkan dengan memanfaatkan tersebut dapat diatasi dengan adanya exhaust fan
sistem gravitasi) dan tandon air yang dan pemilihan material keramik yang tidak banyak
terletak di bawah. menyebabkan bau.
c. Sumber air dari PDAM digunakan untuk
aktivitas memasak, mencuci pakaian e. Ruang Arsip
menggunakan mesin cuci, flushing pada Polusi dalam ruang arsip berasal dari
toilet, wastafel dan shower kamar mandi. material furniture seperti kayu dan fabric, selain
d. Air yang telah digunakan menjadi grey water itu polusi juga disebabkan oleh banyaknya arsip-
dan disalurkan ke sumur resapan untuk arsip yang sudah lama disimpan dalam ruangan
dibersihkan agar tidak mencemari alam dan sehingga menimbulkan debu-debu. Polusi
selanjutnya akan disalurkan lagi ke tanah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan
dan pembuangan air. pendingin ruangan yang dilengkapi dengan filter
e. Air hujan ditampung dan dimanfaatkan pembersih udara.
kembali untuk menghemat pemakaian air
dan digunakan pada air PDAM mati
3.7 Emisi Elektromagnetik
258
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
ABSTRAK
Sampah merupakan salah satu permasalahan serius di Indonesia yang tidak ada habisnya, terutama di
daerah perkotaan. Salah satu jenis sampah yang sering ditemui di sekitar lingkungan yaitu limbah botol kaca
dan plastik. Selain jumlah limbah botol yang meningkat setiap harinya, limbah botol juga sulit untuk terurai,
sehingga mengakibatkan terganggunya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Di sisi lain, biaya untuk
bahan membangun sebuah bangunan mahal sehingga memerlukan alternatif-alternatif bahan lain dengan
biaya terjangkau tetapi memiliki kualitas yang baik. Dari dua permasalahan diatas, dibutuhkan sebuah
inovasi yang dapat mengurangi permasalahan jumlah limbah botol dengan cara mengelolanya menjadi
bahan bangunan yang baru. Objek pada penelitian ini adalah Rumah Botol milik Ir. Ridwan Kamil yang
berada di kota Bandung dan sebuah bangunan pameran EcoARK yang berada di kota Taipei, Taiwan.
Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif yaitu pendekatan kualitatif. Dari studi kasus
perbandingan antara dua bangunan dengan material limbah botol yang berbeda ini, diharapkan dapat lebih
mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing material serta dapat menjadi acuan saat
mendesain sebuah bangunan di Indonesia dengan memperhatikan penggunaan bahan baku yang ramah
lingkungan.
ABSTRACT
Garbage is one of the serious problems in Indonesia that is endless, especially in urban areas. One type of
garbage that is often found around the environment is waste glass bottles and plastic. Apart from increasing
the amount of bottle waste every day, waste bottle is also difficult to decompose resulting in disruption of
cleanliness and environmental health. On the other hand, the cost of build a building is expensive so that it
requires alternative materials at an affordable cost but have a good quality. From the two problems above, it
requires an innovation that can reduce the problem of the amount of bottle waste by managing it into new
building materials. The object of this research is the Bottle House owned by Ir. Ridwan Kamil in Bandung
and an EcoARK exhibition building located in Taipei, Taiwan. The research method that used is a descriptive
method that is qualitative approach. From a comparative case study between these two buildings with
different bottles of waste material, it is expected to have more information about the advantages and
disadvantages from each materials and can be a reference when designing a building in Indonesia by paying
attention to the use of raw materials that are environmentally friendly.
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus Analisis data bersifat kualitatif, disimpulkan
makanan, kertas, botol, kaca, gelas bekas dengan masing-masing aspek eko-interior
minuman,dsb. Bila sampah tersebut tidak segera sebagai acuan untuk proses perbandingan
diolah atau dibiarkan maka akan berdampak pada analisa terapan pada kedua objek rancang
kesehatan, kualitas udara dan air, lingkungan bangun adalah sebagai berikut (dikembangkan
sosial serta ekonomi. Pengelolaan sampah dari Kusumarini): pemilihan material, sistem
diperlukan untuk mengubah sampah menjadi pencahayaan, dan sistem penghawaan.
material yang memiliki nilai ekonomis dan juga Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk
untuk mengolah sampah menjadi material yang paragraf berupa deskripsi penerapan aspek eko-
tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. interior pada rumah botol Ridwan Kamil,
Pameran EcoArk dan beberapa tabel yang telah
Di sisi lain, semakin hari jumlah penduduk diolah oleh peneliti berupa perbandingan antara
khususnya di Indonesia semakin meningkat, dua bangunan. Hasil analisis juga akan
namun tidak diimbangi dengan jumlah rumah mendasari kesimpulan dan saran.
tinggal atau bangunan yang memadai. Hal
tersebut diakibatkan oleh mahalnya bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
pembangunan sebuah rumah tinggal atau
gedung. Karena itu dibutuhkan sebuah alternatif Material dari limbah botol dibagi atas dua
bahan bangunan dengan harga terjangkau tetapi jenis yang dapat digunakan lagi dengan cara
dengan kualitas yang baik. melakukan 3R (reduce,recycle,reuse). Berikut
pemaparan karakteristik bahan dan cara
Dari dua permasalahan diatas dapat mengelolah limbah botol,serta konstruksi agar
digabungkan untuk menjadi sebuah inovasi yang bisa menjadi elemen dinding pengganti batu
baru dengan memanfaatkan limbah botol yang bata:
mencemari lingkungan menjadi sebuah bahan
bangunan yang memadai. A. LIMBAH BOTOL KACA
Pemilihan Material
Langkah-langkah pembuatan:
1. Mengumpulkan botol yang memiliki bentuk
Material pada bangunan ini yang akan
dan ukuran yang sama.
diteliti adalah material botol kaca. material botol
2. Setelah botol tersebut terkumpul,isi botol-
kaca menggunakan botol kaca bekas minuman
botol tersebut dengan pasir, tujuan
berenergi (reuse) dengan jenis kaca Rayban.
pengisian pasir agar botol kaca tersebut
Perletakan material botol kaca ini
lebih tahan untuk menopang beban
mempertimbangkan orientasi bangunan sehingga
sekaligus menghindari ada kotoran
ketika material tersebut diaplikasikan kedalam
maupun binatang kecil yang masuk.
ruangan, dapat mencapai tingkat kenyamanan
Kemudian sisakan 1-2 centimeter untuk
ditutup menggunakan adonan semen. yang sesuai. Sekitar 60 % dari bagian Rumah
3. Langkah berikutnya susun botol-botol yang Botol dibalut oleh 30.000 botol kaca bekas
sudah terisi pasir tersebut secara silang minuman berenergi.
antara botol bagian bawah dan botol
bagian atas,hal ini dikerenakan diameter
botol yang berbeda.dengan posisi tersebut
posisi botol lebih rapat dan saling
mengunci.
4. Kemudian rekatkan antar botol
menggunakan campuran semen dan
pasir.kemudian plester dinding sampai rata
menggunakan campuran semen dan pasir.
261
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Sistem Pencahayaan
Selain itu dengan penggunaan botol kaca Selain itu untuk mendukung pencahayaan
rayban radiasi sinar matahari tidak langsung dalam ruang, inner court diletakan pada area
masuk kedalam ruang, melainkan terperangkap tengah bangunan untuk membantu masuknya
262
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Karakteristik bahan
Langkah-langkah pembuatan:
1. Botol diisi dengan pasir dan air hingga
penuh dan padat kemudian ditutup
(untuk mencegah kebakaran)
Gambar 9. Diagram analisis tapak dalam 2. Disusun menggunakan bahan
Sumber: Penulis (2018) campuran semen
3. Direkatkan satu sama lain
Karena penggunaan botol bekas dengan menggunakan tali/kawat
jenis kaca rayban sebagai elemen dinding, 4. kemudian plester dinding sampai rata
mampu menyaring panasnya radiasi dari cahaya menggunakan campuran semen dan
matahari sore yang masuk ke dalam bangunan. pasir.
Sehingga kondisi kenyamanan termal dan visual
di dalam ruangan tetap terasa nyaman meski
intensitas cahaya matahari sore yang mengenai
bangunan pada sisi Barat cukup tinggi.
263
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Pemilihan material
Menggunakan struktur
bambu
Alat & Bahan:
1. Bambu Gambar 13. Material dinding pada bangunan
2. Botol plastic Sumber: www.enexpopark.taipei
(sumber:http://www.ilmusipil.com/membuat
Gambar 12. Tampak Depan Pameran -gedung-dari-botol-plastik-bekas)
EcoArk Sumber: http://www.enexpopark.taipei
264
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
266
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Kenyamanan Thermal & Visual Ditinjau dari R. Junghare, Miss. T, V. Tiwari, Prof. A, (2017).
Aspek Sustainable, Jurnal Reka karsa ITN , Applications of Plastic Waste as Construction
Vol. 2; no. 3. Material, International Journal For Engineering
Applications and Technology, Vol. 3; no. 2,
Suharti,Ayu.Gurnarti,Anita.Hasan,Azharie,(2014). 13-19
Penga ruh Penambahan Tumbukan Limbah
Botol Kaca Sebagai Bahan Subtitusi Agrerat Artikel dalam Web Online
Halus Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur
Beton, Jurnal Bentang , Vol. 2; no. 1. EcoArk. Berkas dibuka pada 8 November 2018.
http://www.enexpopark.taipei/archive.aspx?ui
Jalaluddin, M, (2017). Use of Plastic Waste in d=22 4
Civil Constructions and Innovative
Decorative Material (Eco- Friendly), MOJ EcoArk. Berkas dibuka pada 8 November 2018.
Civil Eng 3(5): 00082. DOI: https://petmat.cz/petribute/ecoark/
10.15406/mojce.2017.03.00082
EcoArk. Berkas dibuka pada 8 November 2018.
A. Patel, Dr. P, Shah, A & Patel, H, (2016). Waste http://www.miniwiz.com/solution_detail.php
Plastic Bottles Offering Innovative Building
Materials with Sustainable Application, National Geographic spotlights Taipei’s EcoARK.
International Journal of Innovative and Berkas dibuka pada 8 November 2018.
Emerging Research in Engineering , Vol. 3; https://taiwantoday.tw/news.php?unit=10&po
no. 3, 38-45 st=17 783
P. Pandey, S, Gotmare, S & Wankhade, Prof. Membuat Gedung dari Botol Plastik Bekas.
S.A, (2017). Waste Plastic Bottle as Berkas
Construction Material, International dibuka pada 8 November 2018.
Advanced Research Journal in Science, http://www.ilmusipil.com/membuat-gedung-
Engineering and Technology, Vol. 4; no. 3 dari-botol-plastik-bekas
267
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
268
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Putri Herlia Pramitasari1, Suryo Tri Harjanto2, Bambang Joko Wiji Utomo3
Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Insitut Teknologi Nasional Malang 1, 2, 3
E-mail: putri_herlia@lecturer.itn.ac.id
ABSTRAK
Banyaknya rumah di lokasi permukiman padat penduduk dengan penataan yang tidak teratur dan
sporadis, khususnya di daerah bantaran sungai menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kota Malang
untuk dilakukan strategi kontrol energi bangunan agar tercapai kehidupan yang efisien energi, layak, dan
sehat bagi penghuni. Penelitian ini difokuskan pada karakteristik spasial bangunan permukiman padat
penduduk pada kampung warna-warni Jodipan dan kampung muria di Kota Malang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif dengan analisis perbandingan. Teknik
pengumpulan data primer melalui observasi lapangan, survei (wawancara dan kuesioner), serta
pengumpulan data sekunder melalui kajian studi literatur. Tingginya kepadatan bangunan dari rumah deret
pada objek studi ditandai dengan building coverage ratio dan rasio lantai bangunan 100%, serta indeks
keterbukaan spasial 0-26% yang merupakan pengaruh dari kondisi lingkungan, sosial, dan budaya yang
terbentuk khususnya bangunan hunian di daerah pinggiran sungai. Hal ini tentu dapat dijadikan bahan
evaluasi oleh Pemerintah Kota Malang dalam membuat kebijakan dan strategi yang implementatif dalam
tata atur spasial bangunan hunian dan densitas kawasan agar memenuhi kriteria bangunan layak huni dan
efisien energi.
ABSTRACT
The number of houses in densely settlements with irregular and sporadic arrangements, especially in
the riverbanks has become concerned by the Government of Malang City for building energy control
strategies to achieve an energy efficient, feasible and healthy life for occupants. This study focuses on the
characteristics of densely settlements in the colorful villages of Jodipan and kampung muria in Malang City.
The method used in this study, namely qualitative and quantitative methods with comparative analysis.
Techniques for collecting primary data, surveys (interview and questionnaires), also secondary data
collection through literature study. High density of buildings from the row house of case study is indicated by
the building coverage ratio and floor area ratio of 100%, as well as a spatial openness index of 0-26% which
is a consequence of environmental, social and cultural conditions of housing building in riverbanks. It can be
used to make evaluation of policies and strategies by the Government of Malang City for building spatial
planning and urban density to fulfill feasible and energy efficient buildings criteria.
269
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Perkampungan padat penghuni dan kumuh menentukan batas antara tempat tinggal dan
yang terdapat pada area bantaran Sungai Brantas pemisahan antara rumah-rumah tetangga.
Kota Malang diantaranya terdapat di sebagian Desain hunian yang ramah lingkungan tentu
Kelurahan Oro-oro Dowo dan Jodipan, dimana memberikan dampak positif terhadap lingkungan
sangat memungkinkan terjadinya penurunan termal perkotaan. Pertimbangan rasio ketinggian
kulitas lingkungan di Kota Malang (Rofiana, V. total terhadap luas lantai, tinggi bangunan, jarak
2015). Oleh karena itu, objek studi penelitian kali bangunan, dan ruang terbuka berpengaruh pula
ini mengambil lokasi rumah deret bantaran sungai terhadap lingkungan termal perkotaan (Lee, S.,
di Kelurahan Oro-oro Dowo dan Kelurahan Ha, J., dan Cho, H. 2017).
Jodipan Kota Malang.
Green Building Council Indonesia (2014) METODE
menjelaskan bahwa rumah ramah lingkungan
merupakan rumah yang bijak dalam tata guna
Mix-method berupa gabungan metode
lahan, efisien air dan energi, memperhatikan
kualitatif dan kuantitatif digunakan sebagai
konservasi material lokal, serta aman dan sehat
metode penelitian ini dengan menggunakan
bagi penghuni. Karakteristik spasial bangunan
analisis perbandingan. Pengumpulan data primer
yang memenuhi kriteria ramah lingkungan,
dilakukan melalui survei (wawancara dan
diantaranya area vegetasi minimum 30% dari luas
kuesioner) dan observasi lapangan, serta
tanah dan kebutuhan luasan ruang minimal 9 m 2
pengumpulan data sekunder melalui kajian studi
per orang pada bangunan rumah.
literatur dari buku, peraturan, maupun artikel
Azad, S. P., Morinaga, R., dan Kobayashi, H.
ilmiah terkait.
(2018) menjelaskan bahwa karakteristik spasial
Variabel penelitian yang digunakan,
seperti lansekap, tipe bangunan, tinggi bangunan,
diantaranya jumlah penghuni, luas tapak, luas
ruang terbuka, dan estetika mempengaruhi
bangunan, ruang terbuka, orientasi bangunan,
kepadatan bangunan. Kepadatan adalah
sirkulasi ruang, fungsi ruang, organisasi ruang,
kombinasi dari lingkungan binaan (perumahan)
dan hubungan ruang. Selanjutnya, variabel
dan populasi penduduk. Pada aspek fisik,
tersebut dianalisis tingkat kepadatan bangunan
kepadatan bangunan mempengaruhi tata letak
melalui penentuan rasio building coverage
perumahan, bentuk bangunan, dan struktur kota.
bangunan, rasio luas lantai bangunan, dan indeks
Aspek yang terkait dengan kepadatan bangunan,
keterbukaan spasial bangunan terhadap
diantaranya luas tapak, tinggi bangunan,
pemenuhan kriteria spasial bangunan yang ramah
sempadan bangunan, rasio luas lantai bangunan,
lingkungan. Koefisien R2 dijadikan sebagai
rasio building coverage bangunan. Rasio luas
indikator penentu signifikansi data, dimana
lantai bangunan merupakan gambaran fenomena
semakin mendekati angka satu (1), maka akurasi
kondisi lingkungan, sosial, dan budaya,
data semakin kuat dan signifikan.
sementara rasio building coverage bangunan
Lokasi penelitian sebagaimana pada
digunakan untuk menunjukkan hubungan antara
Gambar 1 dilakukan pada RW 02 Kampung
lahan terbangun dengan lahan tidak terbangun.
Warna-Warni, Kelurahan Jodipan dan RW 04
Uesugi, M., dan Asami, Y. (2016)
Kampung Muria, Kelurahan Oro-Oro Dowo,
menjelaskan bahwa unit hunian merupakan
Malang, dimana kondisi permukiman padat
variabel spasial terbaik dalam pengumpulan data
penduduk dan tepat berbatasan dengan bantaran
terkait aspek rumah tangga. Atribut sosio-
sungai sehingga memiliki kompleksitas
demografi, seperti ras dan usia sangat
permasalahan terkait kelayakan hunian.
memungkinkan untuk dijadikan variabel penelitian
Pengambilan objek sample sebanyak 50 hunian
pada pengembangan penelitian lebih lanjut.
pada tiap kampung.
Hwang, J-E, dan Choi, J-W. (2003)
menjelaskan bahwa denah bangunan
menunjukkan karakteristik spasial ruang dilihat
dari simpul unit ruang dan hubungan antarruang
sebagai konektivitas antarsimpul unit ruang.
Aspek ruang terbuka menjadi hal penting
pula untuk dikaji sebagai penentu bangunan
Jl. Gatot
rumah tinggal ramah lingkungan. Ruang terbuka Subroto
adalah komponen vital dari tata ruang perumahan
termasuk balkon, taman, dan area komunal
(Azad, S. P., Morinaga, R., dan Kobayashi, H.
2018). Area ini menyediakan ruang pribadi bagi
penghuni untuk bermain, bersantai, U
berkomunikasi, dan menikmati elemen alami a)
berupa penghijauan sehingga lebih menarik.
Ruang terbuka juga dapat berfungsi untuk
270
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Hutan
Malabar
a)
U
b)
Kepadatan Bangunan
Karakteristik spasial bangunan banyak
berpengaruh terhadap kepadatan bangunan yang
pada akhirnya berdampak langsung terhadap
lingkungan termal perkotaan. Hal ini dapat dilihat
dari luas tapak, luas lantai bangunan total, rasio
a) luas lantai bangunan, rasio building coverage
bangunan, serta indeks keterbukaan spasial pada
objek studi.
Luas tapak pada bangunan objek studi
Kampung Jodipan sebagaimana terlihat pada
Gambar 6 didominasi dengan luasan bangunan
30-45 m2, sementara pada Kampung Muria
banyak didominasi luas tapak lebih dari 60 m 2.
Secara keseluruhan, rumah deret pada objek
studi banyak didominasi dengan luasan tapak 30-
45 m2 bergantung demografi penduduk.
b)
Gambar 4. Organisasi ruang tipe 46-60 m2 pada
objek studi; a) Rumah pada Kampung
Muria, b) Rumah pada Kampung Jodipan
(Analisis penulis, 2018)
272
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
lantai bangunan. Lokasi Kampung Muria yang bangunan terhadap luas tapak secara
terletak di tengah kota dan kawasan sekitar keseluruhan.
banyak perumaha elit tentu berdampak pula
dalam peningkatan kesejahteraan penduduk,
dimana tingkat kesejahteraan penduduk di
Kampung Muria relatif lebih tinggi dibanding
Kampung Jodipan.