Anda di halaman 1dari 287

Prosiding SEMSINA 2018

ISSN: 2406 – 9051

Seminar Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (SEMSINA) 2018


“Infrastruktur Berkelanjutan”
Malang, 29 November 2018

ISSN: 2406 – 9051

Penyelenggara:
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang

i
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

Susunan Panitia

Penasehat : Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT


Pengarah : Dr. Ir. Kustamar, MT
Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE
Dr. Eng. Ir. I Made Wartana, MT
Penanggungjawab : Dr. Ir. Nusa Sebayang, MT
Ir. Gatot Adi Susilo, MT
Dr. Evy Hendriarianti, ST., M.MT
Dr. Hardianto, ST., MT
Ketua Pelaksana : Dr. Ir. Agustina Nurul Hidayati, MT
Wakil Ketua Pelaksana : Silvester Sari Sai, ST., MT
Sekretaris : Sri Winarni, ST., MT
Afriza Marianti S, ST., M.Eng
Bendahara : Annisa Hamidah I, ST.., M.Sc
Koor. Humas & Publikasi : Masrurotul Ajiza, S.Pd., M.Pd
Koor. Sarana & Prasarana : Adkha Yulianandha M, ST., MT
Annur Ma’ruf, ST., MT
Koordinator Acara : Ardiyanto M, Gai, ST., M.Si
Koordinator Prosiding : W. Hari Subagyo W, ST., M.Sc
Feny Arafah, ST., MT
Koordinator Konsumsi : Puji Ariyanti, ST
Pembantu Umum : Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan

ii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

KATA PENGANTAR

Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Rahmat-Nya proceedings Seminar
Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (SEMSINA) 2018, dapat selesai dan diterbitkan. Seminar
Nasional dengan tema “Infrastruktur Berkelanjutan” diselenggarakan pada tanggal 29 November
2018, di Auditorium Kampus 1 Institut Teknologi Nasional Jl. Sigura-Gura No. 2 Malang.

Seminar Nasional (SEMSINA) 2018 ini bertujuan sebagai sarana para akademisi, praktisi,
masyarakat permerhati di bidang teknologi perencanaan dan pemerintah dalam menyampaikan hasil
penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang teknologi perencanaan. Selain itu juga sebagai
sarana pengembangan riset dan penerapannya di bidang teknologi perencanaan dalam upaya
pengembangan teknologi infrastruktur berkelanjutan.

Di dalam proceedings ini, berisi artikel ilmiah yang dipresentasikan oleh peserta Seminar Nasional
(SEMSINA) 2018, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Artikel ilmiah tersebut merupakan
hasil penelitian dan pengabdian masyarakat para peserta Seminar Nasional (SEMSINA) 2018.

Akhir kata, kami sangat berterimakasih kepada semua sponsor, para peserta Seminar Nasional
(SEMSINA) 2018, dan semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu kami. Semoga
proceedings ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Infrastruktur Berkelanjutan di
Indonesia.

Hormat Kami.

Panitia SEMSINA 2018

iii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
SUSUNAN PANITIA ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
ANALISA PERMODELAN PROPORSI SUMBERDAYA PADA PROYEK
KONSTRUKSI GEDUNG SEDERHANA & NON SEDERHANA
Studi Kasus : Beberapa Proyek Konstruksi Di Wilayah Jawa Timur
Rini Pebri Utari1, Ernawan Setyono2 1

ANALISIS ELEMEN HINGGA PERILAKU LENTUR BALOK KAYU JATI


(Tectona grandis) DENGAN TAKIKAN
Studi Kasus Takikan Pada Tengah Bentang
M. Afif Shulhan 9

ANALISIS PENGARUH JUMLAH LAPISAN KEDAP AIR (COATING


WATERPROOF) JENIS CEMENTITIOUS TERHADAP SIFAT KEDAP AIR
BETON
Asri Wulandari1, M. Fauzie Siswanto2, Sri Puji Saraswati3 17

COPROL: CONBLOCK PORUS OLAHAN LIMBAH MERAPI


Astriana Hardawati1, FX Prisyafada2, M Arifian Ilham3 23

EFISIENSI PEMANFAATAN AIR IRIGASI MENUJU POLA TANAM YANG


RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN SERTA BERADAPTASI
TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Subandiyah Azis1, I Wayan Mundra2 29

EVALUASI KINERJA SIMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL


Studi Kasus Jl. Kalpataru – Jl. Cengger Ayam Kota Malang
Syadza Nabila Yusna1, Annur Ma’ruf2 37

KAJIAN TERHADAP KESIAPAN PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI


PEMERINTAHAN DAERAH KOTA KUPANG, NTT BERDASARKAN
PERATURAN PRESIDEN NO.16 TAHUN 2018
Rio Rafael1, Koesmargono2 43

PARAMETER PENENTUAN POTENSI ENTITAS PENYEDIA LAYANAN


LOGISTIK STRATEGIS UNTUK KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA
Fauziah Shanti Cahyani Siti Maisarah1, Muhamad Abduh2 53

PEMILIHAN MATERIAL STABILISASI TANAH LATERIT BERDASARKAN


KARAKTERISTIK FISIK
Studi Kasus di Ruas Merauke – Bupul – BTS. Kab. Merauke/Boven Digoel
Franky EP. Lapian1 dan M. Tumpu2 61

iv
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

PEMILIHAN PARAMETER OPERASIONAL SHORT SEA SHIPPING PADA


JARINGAN TRANSPORTASI BARANG MULTIMODA
Johannes E. Simangunsong1, Ade Sjafruddin2, Harun Al-Rasyid S. Lubis3,
Russ Bona Frazila4 65

PENENTUAN PRIORITAS PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR SANITASI


KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT
Studi Kasus Kabupaten Sragen
Herawan Suryo Wibowo1, Budi Kamulyan2, Djoko Sulistyo3 73

PENERAPAN CEMENT TREATED BASE (CTB) SIRTU MATERIAL LOKAL


UNTUK LAPIS PONDASI JALAN
Studi Kasus di Ruas Merauke – Bupul – BTS. Kab. Merauke/Boven Digoel
Franky EP. Lapian1 dan M. Tumpu2 81

PENGARUH BENTUK FONDASI TERHADAP KAPASITAS DUKUNG


FONDASI DANGKAL PADA TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI
DENGAN CAMPURAN PASIR DAN ABU SEKAM PADI
Hari Dwi Wahyudi1, Togani Cahyadi Upomo2 87

PENGARUH CAMPURAN ABU BATU DAN SERABUT KELAPA


TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Mardiaman1, Sumadi2 91

PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KAPUR MODERN TERHADAP


KUAT TEKAN DAN BERAT JENIS MORTAR BUSA
Anita Lestari Condro Winarsih1, M. Fauzie Siswanto2, Djoko Sulistyo3 99

PENGARUH PRESTRESS TERHADAP MEKANIKA STRUKTUR SLAB


TRACK CRTS III PADA PEMBEBANAN STATIK
Muchtar Sufaat1, Ali Awaludin2, Andreas Triwiyono3, Iman Satyarno4, Akhmad
Aminullah5, Mukhlis Sunarso6, Guntara Muria Adityawarman7 107

PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KUALITAS EKOSEMEN


ABU CANGKANG BEKICOT DAN ABU JERAMI PADI
Achendri M. Kurniawan1, Devita Sulistiana2 115

PENGARUH VARIASI SUMBER AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT


TEKAN BETON DENGAN DESAIN CAMPURAN fc’ 37 Mpa
Sabar M. Simarmata1, Bertinus Simanihuruk2, Kristina Sembiring3 121

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM


PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH (Upaya
Mempertahankan Air Tanah Di Perumahan Puri Klaseman Klaten)
Darupratomo1, Much. Suranto2 129

PERMODELAN ALIRAN DI PELIMPAH BENDUNGAN MENGGUNAKAN


PROGRAM HEC RAS
(Studi Kasus Pada Bendungan Bajulmati Situbondo-Banyuwangi)
Lourina Evanale Orfa1, Chairil Saleh2 137

v
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

PREDIKSI SISA MASA LAYAN PERKERASAN BERDASARKAN


PENILAIAN PERKERASAN METODE SDI DAN PCI
Studi Kasus Jalan Kol. Sugiyono Kabupaten Kulon Progo
Silvi Irvi Yanti1, Latif Budi Suparma2, Arief Setiawan Budi Nugroho2 143

SISTEM TRANSPORTASI LOGISTIK KOTA MAKASSAR DENGAN


PENDEKATAN INTERAKSI KERUANGAN
S.Kamran Aksa1, Sakti Adji Adisasmita2, Muh. Isran Ramli3, Sumarni Hamid Aly4 153

STUDI BETON KUAT TEKAN AWAL TINGGI DARI LIMBAH BATU ALAM
CANDI
Lilik Hendro Widaryanto 159

STUDI KARAKTERISTIK MEKANIS TANAH LATERIT STABILISASI


KAPUR DAN SEMEN
L. Caroles1, Y. T. Todingrara2 dan M. Tumpu3 165

STUDI PENINGKATAN JALAN MARTOPURO – SEMUT DAN PURWOSARI


– PUNTIR STA 2+100 – 3+100, KABUPATEN PASURUAN
Elvin Engga Pradana1, Annur Ma’ruf2 171

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN CAMPURAN AGREGAT


KASAR OLAHAN LIMBAH PLASTIK DAN BATU PECAH
Supratikno1, Ratnanik2 179

PENGARUH KARAKTERISTIK TATA GUNA LAHAN TERHADAP MODEL


SISTEM DRAINASE DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN PINRANG
A.St.Nurfadilah Ruslan1, Muh.Saleh Pallu2, Mary Selintung3, Farouk Maricar4 187

PENGARUH PENEMPATAN ARAH KOLOM PADA BANGUNAN


BERTINGKAT BANYAK DENGAN DENAH L TERHADAP KEKAKUAN
STRUKTUR
Chanif Fachriza1, Atika Ulfah Jamal2 193

PENENTUAN SEBARAN ALIRAN AIR BAWAH PERMUKAAN DI GEDUNG


KAMPUS B UNHASY DALAM UPAYA PERENCANAAN STRUKTUR
PONDASI
Meriana Wahyu Nugroho1, Fatma Ayu Nuning F.A2 201

PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN IREGULER L BERTINGKAT BANYAK


AKIBAT PENEMPATAN ARAH KOLOM
Ekawati Mei Handayani1, Atika Ulfah Jamal2 205

“SECONDARY TERRITORY” SEBAGAI BATAS ZONA AKTIFITAS DALAM


RUANG PUBLIK
Studi Kasus : Taman Merbabu, Kota Malang
Daim Triwahyono1, Ghoustanjiwani Adi Putra2 215

ANALISIS PEMILIHAN MATERIAL DAN PENCAHAYAAN PADA


LABORATORIUM KLINIK PRODIA SURABAYA (KAJIAN TERAPAN EKO-
INTERIOR)
Angga Jesslyn1, Jessica Christina Sugianto2 223

vi
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

ANALISIS PERKEMBANGAN TAMAN KOTA DENGAN PENDEKATAN


EKOLOGI DESAIN
Studi Kasus 6 Taman Kota Paling Diminati di Surabaya
Gabriella F. Widjaja1, Karunika M. D. Prabhaswari2, Stefanie Magdalena3,
Crecia Mirella4 233

DAPUR SEBAGAI DASAR PENATAAN RUANG DALAM


MEMPERTAHANKAN KONDISI TERMAL HUNIAN DI DAERAH DINGIN
Debby Budi Susanti1, Gaguk Sukowiyono2 241

IMPLEMENTASI EKO-INTERIOR PADA NOTARIS FELICIA IMANTAKA


WORKSPACE
Fausta Ottoni Sasi1, Laurensia Devina Wijaya2 249

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL SEBAGAI BAHAN PENGGANTI


BATU BATA
Studi Kasus: Rumah Botol Ridwan Kamil di Bandung; Gedung Pameran
EcoARK di Taipei, Taiwan
Anastasia Lubalu1, Jocelyn Salim2 259

KARAKTERISTIK SPASIAL BANGUNAN PADA PERMUKIMAN PADAT


PENDUDUK DI KOTA MALANG Objek Studi: Kampung Warna-Warni
Jodipan dan Kampung Muria, Kota Malang
Putri Herlia Pramitasari1, Suryo Tri Harjanto2, Bambang Joko Wiji Utomo3 269

LIMBAH WINE CORKS SEBAGAI ALTERNATIF PENERAPAN ECO-DESIGN


Benita Antonia Gunawan1, Ria Gunawan2 275

MODEL KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI UNIVERSITAS ISLAM MALANG


Anita Rahmawati 283

PENATAAN KAWASAN BERBASIS WISATA KREATIF BAROKAH


Studi Kasus Kampoeng Batik Laweyan Surakarta
Alpha Febela Priyatmono 289

PENERAPAN BIOCLIMATIC DAN BIOPHILIC DESIGN DALAM ASPEK


EKO-DESAIN BERKELANJUTAN
Studi Kasus : Kos Keputih Jilid 2 Karya Arsitek Andy Rahman
Gabriel Carmen Herriyanto1, Olivia Renata Kuswandi2 299

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN PADA RUMAH


TINGGAL PERKOTAAN
Nina Nurdiani1, Denny Setiawan2, Widya Katarina3, Bunga Sakina4 309

PENERAPAN KONSEP EKO DESAIN DAN BALI MODERN DALAM


RANCANGAN INTERIOR VILLA MAHAGITA KARYA MELATI DANES
Felinda Ivyana Harijanto1, Cindy Tanara2 317

PERANCANGAN RUMAH LUASAN TERBATAS BERSAMA TIM HABITAT


DENGAN PRINSIP RAMAH LINGKUNGAN
Lyvia Tjiasmanto¹, Ivena Nathania², Elvina Theresia³, Evelyn Nuryadi⁴,
Jessica Tjiptawan⁵, Regina Harijono6 325

PERANCANGAN STOOL DAN SIDE TABLE DENGAN MEMANFAATKAN


PERABOT BEKAS
Sheilly Yuliani1, Maria Tara Kirana2 333

vii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

PERENCANAAN REVITALISASI KAWASAN STRATEGIS KOTA TUA


Studi Kasus : Kawasan Etnis Eropa, Cina, Dan Arab Di Surabaya Utara,
Jawa Timur
Giovanna Michelle N1, Livia Wijaya2, Laksmi Kusuma Wardani3 339

MEKAR PRODUK MEJA DOKAR HASIL PENGEMBANGAN EKO DESAIN


BERKELANJUTAN
Annelis Iwasil1, Natalia2 349

STRATEGI UNTUK MENGURANGI RESIKO BENCANA MELALUI TATA


RUANG DAN PERMUKIMAN IMPLEMENTASI DARI FENOMENA-
FENOMENA PASCA BENCANA
Andreas Ricko Wijaya1, Madeleine Christie2 359

SUSTAINABLE INTERIOR DALAM PEMUKIMAN NUSANTARA


Lintu Tulsityantoro1, Yusita Kusumarini2 369

PENDAMPINGAN PROGRAM PERENCANAAN DESAIN KLOJEN


KULINER HERITAGE DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR
Putri Herlia Pramitasari1, Maria Istiqoma2, Sri Winarni3 377

ASTA KOSALA KOSALI DAN IMPLEMENTASI DI PEMUKIMAN


PENDUDUK DI DESA ADAT LEGIAN, KABUPATEN BADUNG, BALI
A.A.A. Made Cahaya Wardani,S.T, M.T.1, I Putu Prana Wiratmaja,S.T.,M.T.2 385

PENATAAN KAWASAN TUNJUNGSEKAR SEBAGAI GERBANG KOTA


MALANG (RE-DESAIN KAMPUNG KONSERVASI SUNGAI)
Gaguk Sukowiyono1, Debby Budi Susanti2 395

PENERAPAN DESAIN BERKELANJUTAN PADA RUMAH KOST DI


SURABAYA KARYA ARSITEK ANDY RAHMAN
Renata Kim1, Rebecca Moudy Tanudjaja2 405

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN ATAU PERILAKU


MASYARAKAT DALAM PENANGANAN SAMPAH DI KECAMATAN
KEPANJEN KABUPATEN MALANG
Arief Setijawan1, Sudiro2 413

SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN DAN RENCANA TATA


RUANG SEBAGAI DASAR PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
BERKELANJUTAN
Agustina Nurul Hidayati 421

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN PADA TATA


RUANG KAWASAN PERKOTAAN PAKISAJI
Sudiro1, Arief Setyawan2, Herry Purwanto3 427

PENERAPAN PELATIHAN SIAGA BENCANA UNTUK MENINGKATKAN


KESIAPSIAGAAN MAHASISWA DALAM KEGIATAN PENGURANGAN
RISIKO BENCANA
Annisaa Hamidah Imaduddina1,Widiyanto Hari Subagyo Widodo2. 435

viii
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

IDENTIFIKASI KRITERIA KOTA LAYAK HUNI DI KAWASAN BESUKI


RAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS)
Mirtha Firmansyah1, Dewi Junita Koesoemawati2 Yuliana Sukarmawati3 Rindang Alfia4
Ratih Novi Listyawati5 Fadila Rahmana6 443

KAJIAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAWASAN WISATA


Studi : Kasus di Danau Kastoba, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik
Mohammad Reza1, May Riski Belina2 Fardiah Qonita Ummi Naila3 447

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUASAN PENGHUNI RUMAH


SANGAT SEDERHANA DI KAWASAN BARAT KOTA MALANG
Titik Poerwati1, Ida Soewarni2, Maria Christina Endarwati3 453

PEMBENTUKAN RUANG PUBLIK DI KAWASAN EMBONG ARAB


Maria Christina Endarwati1, Titik Poerwati2, Widiyanto Hari Subagyo Widodo3 461

ANALISIS PENGARUH TUTUPAN LAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK


TERHADAP PERSEBARAN SUHU PERMUKAAN TANAH DI KOTA KEDIRI
Feny Arafah1, Bagus Subakti2 467

MAPPING TITIK TITIK REKLAME BERBASIS WEB GIS


Jasmani1, Agus Darpono2 475

PEMANFAATAN CITRA UNTUK IDENTIFIKASI PERUBAHAN SUHU


PANAS PERMUKAAN TANAH DI KOTA MALANG DALAM SKALA
OPERASIONAL
Dedy Kurnia Sunaryo1, H. Moh. Nurhadi2 481

EKSTRAKSI BADAN AIR MENGGUNAKAN ALGORITMA NDWI DAN


MNDWI
Studi Kasus di Kabupaten Lamongan
Alifah Noraini1, Leo Pantimena2 489

PENGEMBANGAN METODE TOPSIS DALAM KUADRAN MATRIKS


RUANG ANALISIS SWOT UNTUK MENENTUKAN STRATEGI PRIORITAS
DALAM UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN LAHAN
(Studi Kasus : TPU Sumur Batu, Kota Bekasi)
Adkha Yulianandha Mabrur 493

KLASIFIKASI UMKM BERBASIS PETA SEBAGAI DASAR


PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
(Map-Based MSMEs Classification as a Basic for Regional Economic
Development)
M. Edwin Tjahjadi1, Jasmani2, Alifah Noraini3, Leo Pantimena4 505

PENGEMBANGAN PLATFORM GEOSPASIAL 4.0.


Sebagai Tempat Kolaborasi Percepatan Kebijakan Satu Peta di Indonesia.
Bagus Imam Darmawan1, Prasoni Agung2 511

ix
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

PEMBUATAN APLIKASI WEBSIG UNTUK INFORMASI JALAN DAN


JEMBATAN KABUPATEN SUMBA TIMUR
Silvester Sari Sai1, Hery Purwanto2, Nusa Sembayang3 521

x
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

RANCANGAN SUSUNAN ACARA


SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
“INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN”
29-30 November 2018

PUKUL ACARA KETERANGAN


Bagian
08.00 - 08.30 WIB Registrasi Ulang Peserta
Registrasi

Coffee Break dan Tarian Selamat Seksi Konsumsi


08.30 - 09.00 WIB dan Seksi
Datang
Acara

09.00 - 09.10 WIB Sambutan Rektor ITN Seksi Acara


Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT

09.10 - 09.25 WIB Sambutan Wali Kota Malang Seksi Acara


Drs. Sutiaji
09.25 - 09.35 WIB Hiburan
Keynote Speaker
Materi Oleh Kepala BPIW Dimoderatori oleh
Kementerian PUPR Dr. Ir. Nurul
09.35 - 09.55 WIB Ir. Hadi Sucahyono, MPP, P.hD Hidayati, MT
Materi: “Konsep Pengembangan
Infrastruktur Berkelanjutan di
Indonesia”
Materi Oleh Kepala Badan
Informasi Geospasial
Prof. Dr. Ir. Hasanuddin Z. Abidin,
09.55 - 10.15 WIB M.Sc.Eng
Materi: “Peran Data Spasial dalam
Mendukung Pengembangan
Infrastruktur dan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia”
Materi Oleh Direktur Riset dan
Pengabdian Masyarakat DRPM
RISTEK DIKTI
Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa,
10.15 - 10.35 WIB M.Sc
Materi “Kebijakan Riset Yang
Mendukung Pengembangan
Infrastruktur Wilayah dan Kota di
Indonesia”
Dipandu oleh
10.35 - 11.35 WIB Diskusi Tanya Jawab Dr. Ir. A. Nurul
Hidayati, MT
11.35 - 11.45 WIB Hiburan Seksi Acara
Penyerahan Cindera Mata oleh Seksi Acara dan
11.45 - 12.00 WIB Rektor ITN kepada Nara Sumber Seksi
dan Foto Bersama Domumentasi
12.00 - 12.10 WIB Penjelasan Teknis Diskusi Paralel Seksi Acara
12.10 - 13.30 WIB ISOMA Seksi Konsumsi
13.30 - 15.30 WIB Seminar Paralel Seksi Acara
Penutupan dan Pebagian Seksi Acara dan
15.30 - 16.00 WIB Kesekretariatan
Sertifikat

xi
Prosiding SEMSINA 2018
ISSN: 2406 – 9051

xii
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ANALISA PERMODELAN PROPORSI SUMBERDAYA PADA PROYEK


KONSTRUKSI GEDUNG SEDERHANA & NON SEDERHANA

Studi Kasus : Beberapa Proyek Konstruksi Di Wilayah Jawa Timur

Rini Pebri Utari1, Ernawan Setyono2


Universitas Muhammadiyah Malang1,2
Jalan Raya Tlogomas No 246 Malang
E-mail: rinipebriutari@umm.ac.id

ABSTRAK

Industri jasa konstruksi diindonesia berkembang begitu pesat. Proyek konstruksi merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Suatu
permasalahan dalam proyek konstruksi banyak disebabkan karena belum adanya ketidakpastian dalam
menentukan proporsi sumberdaya proyek yang mengakibatkan terjadi pembengkakan biaya proyek.
Ketidakpastian dalam penggunaan proporsi sumberdaya proyek tersebut dikarenakan belum adanya acuan
yang dapat membantu untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai proporsi sumberdaya seperti
upah, tanaga kerja, material dan alat yang tepat untuk pelaksanaan konstruksi di lapangan. Penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan model yang mampu memberikan gambaran lebih nyata tentang hubungan
antar variabel dalam penentuan proporsi sumber daya, sehingga diketahui proporsi sumber daya yang dapat
diterapkan untuk mendukung pelaksanaan proyek konstruksi secara tepat. Dan analisis Regresi linier
dianggap tepat untuk menemukan model ini. Setelah dilakukan analisis terhadap beberapa sampel data
gedung, pada penelitian ini didentifikasi bahwa rata-rata proporsi sumberdaya material yang digunakan
adalah sebesar 58% pada gedung sederhana dan 63% pada gedung non sederhana. Proporsi tersebut
mengidentifikasi bahwa baik pada gedung sederhana maupun gedung non sederhana, sumberdaya material
tersebut adalah dominan. Sedangkan Proporsi sumberdaya manusia merupakan faktor dominan kedua
setelah material, dimana proporsi Sumber daya manusia pada gedung sederhana sebesar 28% dan Non
Sederhana adalah sebesar 21%, hal ini disebabkan karena gedung non sederhana lebih banyak
menggunakan teknologi sehingga lebih sedikit menggunakan sumber daya manusia. Sedangkan nilai
proporsi peralatan untuk gedung sederhana sebesar 14 % dan Non sederhana sebanyak 16%, dimana
dalam pelaksanaan konstruksi gedung Non sederhana membutuhkan peralatan yang lebih canggih
dibandingkan dengan gedung sederhana.

Kata kunci: Proyek Konstruksi, Proporsi Sumber Daya, Regresi Linier


.
ABSTRACT

Indonesia's construction services industry is growing rapidly. Construction projects are activities that are
specific to one-time implementation and short-term special. A problem in many construction projects is
because there is still uncertainty in determining the benefits of the project which is carried out by project cost
overruns. The uncertainty in its use is one of the factors that allows you to use the information needed for
measurement, materials and the right tools for the construction in the field. It is possible to produce a model
that is able to provide better information about the relationships between variables in determining resources,
resources that can be used for projects. And the analysis used to identify this model. After analyzing several
data data, this study was identified from the average material resources, namely 58% in simple buildings and
63% in non-simple buildings. Functional proportions in both simple buildings and non-simple buildings, the
material sources are dominant. While the proportion of HR is the most appropriate factor to use, with human
resources of 28% and Non-Simple is 21%, this is due to better use of resources. Whereas organizational
values for simple buildings are 14% and simple are 16%, where in the implementation of non-simple building
construction requires more sophisticated equipment than simple buildings..

Keywords: Construction Projects, Proportion of Resources, Linear Regression

1
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN gedung sederhana dan non sederhana. Asumsi


yang digunakan adalah bahwa beberapa jenis
konstruksi gedung yang berbeda tersebut,
Perkembangan proyek konstruksi di
mempunyai proporsi sumber daya yang berbeda
Indonesia semakin meningkat dari waktu ke
pula satu dengan yang lain.
waktu yang diiringi dengan pesatnya
pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan suatu
Permasalahan
proyek konstruksi tidak lepas dari peran
Ketidakpastian dalam penggunaan proporsi
manajemen biaya, waktu dan sumberdaya yang
sumberdaya proyek dikarenakan pada saat ini
tepat. Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor
belum ada suatu acuan yang dapat membantu
biaya merupakan bahan pertimbangan utama
untuk mengetahui bagaimana gambaran
karena menyangkut jumlah investasi yang besar
mengenai proporsi sumberdaya seperti upah,
yang harus ditanamkan oleh kontraktor yang
tanaga kerja, material dan alat yang tepat untuk
rentan terhadap resiko kegagalan.
pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari
Suatu permasalahan dalam proyek
beberapa jenis diantaranya biaya, waktu,
konstruksi banyak disebabkan karena kurang
sumber daya manusia, material, dan juga
tepatnya perhitungan dalam perencanaan yang
peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan
akan menyebabkan tingginya biaya yang harus
proyek, dimana dalam mengoperasionalkan
dikeluarkan oleh perusahaan
sumber daya-sumber daya tersebut perlu
dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang
Tujuan Penelitian
baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara
Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi
optimal. Penggunaaan material dalam proses
dan menganalisa beberapa variabel yang dapat
konstruksi secara efektif sangat bergantung
mempengaruhi ketepatan proporsi sumber daya,
pada disain yang dikehendaki dari suatu
dimana selanjutnya akan dilakukan permodelan
bangunan.
untuk menghitung proporsi sumber daya yang
Suatu permasalahan dalam proyek
tepat dalam pelaksanaan proyek konstruksi .
konstruksi banyak disebabkan karena kurang
Adapun sasaran tersebut dapat diwujudkan
tepatnya perhitungan dalam perencanaan yang
melalui tujuan penelitian sebagai berikut :
akan menyebabkan tingginya biaya yang harus
1. Mengetahui hubungan antara beberapa
dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu
variabel yang dimungkinkan mempunyai
diperlukan ketepatan proporsi penggunaan
pengaruh terhadap proporsi sumber daya,
sumber daya dengan metoda yang tepat dan
untuk kemudian akan diidentifikasi
akurat dalam menganalisis proporsi komposisi
seberapa besar pengaruhnya.
yang diinginkan. Dalam menentukan besarnya
2. Mengetahui besarnya biaya untuk masing-
proporsi sumberdaya pada suatu proyek
masing oenggunaanproporsi sumber daya.
konstruksi masih terdapat suatu ketidakpastian.
Ketidakpastian dalam penggunaan proporsi
METODE
sumberdaya proyek tersebut dikarenakan pada
saat ini belum ada suatu acuan yang dapat
Lokasi Penelitian
membantu untuk mengetahui bagaimana
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa
gambaran mengenai proporsi sumberdaya
proyek bangunan Gedung sederhana dan Non
seperti upah, tanaga kerja, material dan alat
sederhana di wilayah Jawa Timur. Sampel yang
yang tepat untuk pelaksanaan konstruksi di
digunakan sebanyak minimal 10 bangunan
lapangan.
gedung sederhana dan 10 Bangunan gedung
Penelitian ini diharapkan dapat
sederhana dengan sebaran wilayah jawa timur
menghasilkan model yang mampu memberikan
dengan karakteristik yang hampir sama, yaitu
gambaran lebih nyata tentang hubungan antar
nilai proyek, waktu pelaksanaan dan jumlah
variabel dalam penentuan proporsi sumber
lantai proyek
daya,sehingga diketahui proporsi sumber daya
yang dapat diterapkan untuk mendukung
Jenis dan Sumber Data
pelaksanaan proyek konstruksi secara tepat.
Data yang digunakan dalam analisis
Yuwono (2006) menyatakan bahwa Analisis
meliputi data primer dan data sekunder. Data
Peubah Ganda (APG) dapat didefinisikan
primer yaitu data yang diperoleh langsung dari
sebagai penggunaan metode yang berkaitan
obyek penelitian yaitu Time Schedule
dengan sejumlah besar variabel yang
Pelaksanaan Proyek, Rencana Anggaran Biaya,
didapatkan secara simultan. Kunci penting dari
Daftar Analisa Bahan dan Upah, Analisa Volume
APG adalah bahwa analisis data multivariabel
Pekerjaan, Jumlah Lantai dan Jumlah tenaga
berkaitan dengan hubungan-hubungan antar
kerja. Data primer diperoleh langsung melalui
variabel secara simultan. Pemilihanan analisis
wawancara langsung dengan manajemen
Analisis Peubah Ganda (APG) dianggap sesuai
proyek untuk melengkapi data-datra sekunder.
dengan asumsi spesifikasi dalam penelitian ini
yaitu melihat variabel sumber daya dalam

2
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Model Penelitian atau menggambarkan data yang telah terkumpul


Suatu model dapat digambarkan dalam sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
berbagai bentuk dalam berbagai bentuk, sesuai kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
dengan kondisi atau kejadian nyata yang generalisasi.
dimodelkan. Model dapat disusun berdasarkan 2. Analisis Regresi
variabel-variabel yang terlibat, dengan Analisis regresi linier berganda adalah
mempertimbangkan berbagai dasar teori yang hubungan secara linear antara dua atau lebih
relevan. Dalam rangka memberikan arah yang variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan
jelas dalam penyusunan model penelitian ini, variabel dependen (Y). Analisis ini untuk
maka berikut ini akan dijabarkan tentang variabel mengetahui arah hubungan antara variabel
penelitian, instrumen penelitian independen dengan variabel dependen apakah
masing-masing variabel independen berhubungan
Variabel Penelitian positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai
. Dalam pemodelan proporsi sumber daya dari variabel dependen apabila nilai variabel
variabel dependent diantaranya dikelompokkan independen mengalami kenaikan atau penurunan.
menjadi sumber daya manusia, sumber daya
material, dan sumber daya peralatan. Sedangkan
variabel independen adalah nilai kontrak, durasi
proyek dan spesifikasi proyek.

Pengaruh Secara Simultan dan Secara


Tahap Pengolahan Data Parsial Pengaruh secara simultan diselesaikan
1. Analisis Deskriptif dengan Analisa Regresi Linier Berganda. Analisa
Menurut Sugiyono (2004:169) Analisis Regresi Berganda digunakan untuk menjelaskan
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk hubungan tiga variabel bebas yaitu nilai kontrak
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan proyek, durasi, dan jumlah lantai proyek. Dengan
3
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

setiap satu variabel terikat, dalam hal ini adalah sebesar 58%. Apabila di lihat secara linier, dari
sumberdaya material (y1), manusia (y2), maupun sampel proyek gedung yang dianalisis persamaan
peralatan (y3). untuk proporsi material adalah y =
Pengaruh secara parsial diselesaikan 0,0217x+0,4587. Seperti pada gambar 3
dengan Analisa Regresi Linear Sederhana yang
menjelaskan hubungan fungsional ataupun kausal
satu variabel bebas dengan satu variabel terikat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, pengumpulan data


dengan menganalisa biaya pelaksanaan proyek
pada bagunan gedung sederhana dan non
sederhana pada sebagian wilayah Jawa Timur.
Gambar 3. Proporsi Material Pada Gedung
Data disajikan dengan melakukan Sederhana
pengelompokkan pada setiap sumber daya, Sedangkan pada gedung non sederhana
berikut tabulasi alokasi sumber daya proyek rata-rata proporsi material adalah sebesar 63%,
gedung sederhana maupun gedung non baik pada gedung sederhana maupun pada
sederhana pada tabel 2. Dan tabel 3. gedung non sederhana, proporsi penggunaan
Dari sampel proyek yang dianalisis yaitu material adalah terbesar dibandingkan dengan
sebanyak 10 proyek gedung sederhana dan 10 sumber daya lain. Penggambaran secara linier
proyek Gedung non sederhana tersebut, dapat rata-rata material pada gedung non sederhana
diketahui bagaimana rata-rata proporsi adalah y = 0,0023x+0,6213.
sumberdaya pada proyek. Pada proyek gedung
sederhana, proporsi sumber daya material rata-
rata sebesar 58%, sumber daya Manusia sebesar
28%, dan sumber daya Peralatan sebesar 14%,
sedangkan pada proyek gedung non sederhana
tidak jauh berbeda, proporsi sumber daya
material,manusia, dan peralatan berturut-turut
antara lain 63%, 21%, dan 16%. Adapun rata-rata
proporsi sumberdaya tersebut dapat digambarkan
pada gambar 1 dan gambar 2 sebagai berikut
Gambar 4. Proporsi Material Pada Gedung Non
Sederhana

Rata rata proporsi sumberdaya Manusia


untuk proyek gedung sederhana lebih besar
dibandingkan dengan pada gedung non
sederhana. persamaan linier untuk proporsi
sumberdaya manusia pada proyek gedung
sederhana adalah y = 0,0001x + 0,256.
Sedangkan untuk proyek gedung non sederhana
persamaan liniernya adalah y = 0,005x + 0,249.
Gambar1. Proporsi Biaya Sumberdaya Pada Dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6
Gedung Sederhana

Gambar 2. Proporsi Biaya Sumberdaya Pada


Gedung Non Sederhana Gambar 5. Proporsi SDM Pada Gedung
Sederhana
Dari gambar tersebut yang menjelaskan
bahwa proporsi penggunaan ratarata sumberdaya
material pada proyek gedung sederhana adalah
4
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 9. Pembiayaan Proyek Konstruksi Gedung


Gambar 6. Proporsi SDM Pada Gedung Non
Sederhana
Sederhana

Rata rata proporsi sumberdaya Alat adalah


paling kecil daripada proporsi sumber daya yang
lainnya. Untuk proyek gedung sederhana lebih
kecil dibandingkan dengan pada gedung non
sederhana. Adapun distribusi linier untuk sumber
daya Peralatan adalah dapat dilihat pada gambar
7 dan Gambar 8

Gambar 10. Pembiayaan Proyek Konstruksi Gedung


Non Sederhana

Analisis pada Konstruksi Gedung Sederhana

 Hasil Analisis pada Proporsi Sumberdaya


Material
Analisa pengaruh variabel nilai proyek,
durasi, jumlah lantai dan luas terhadap proporsi
Gambar 7. Proporsi Peralatan Pada Gedung sumber daya material, pada proyek
Sederhana konstruksi gedung sederhana ini dengan
No Variabel Sig R 2 Persamaan
R

1 Nilai proyek 0,254 0,155 0,024 Y = 0,089+8,31e-


011e(x)
2 Durasi 0,781 0,200 0,030 Y = 0, 91+0,001e (x)

3 Jumlah 0,608 0,122 0,013 Y = 0,142 – 0,015x


lantai
4 Luas 0,063 0,424 0,190 Y= 0,158+0,0001e(x)

Gambar 8. Proporsi Peralatan Pada Gedung Non menggunakan regresi tunggal. Dari ketiga hasil
Sederhana analisis korelasi secara parsial pada masing-
masing variabel tersebut terhadap
Kebutuhan Sumberdaya terhadap Biaya sumberdaya proyek, didapat model
Konstruksi Proyek persamaan seperti pada tabel 1.
Berdasarkan analisa data lapangan
(eksisting) pada proyek gedung sederhana, Tabel 1. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Material
nilai rata rata pembiayaan proyek 2
No Variab Sig. R R Persamaan
konstruksi untuk keperluan sumberdaya dari el
total nilai proyek adalah 88%, sedang sisanya 1 Nilai 0,453 0,178 0,035 y = 0,620+7,41E-012
sebanyak 12% merupakan keperluan sumberdaya proyek x
lain-lain misalnya overhead, pajak, serta biaya 2 Durasi 0,466 0,173 0,020 y = 0,917- 0,59ln(x)
untuk keperluan lainnya. Sedangkan untuk
Gedung non sederhana proporsi pembiayaan 3 Jumlah 0,281 0,262 0,075 y = 0,540+ 0,094e(x)
untuk sumberdaya sedikit lebih besar yaitu lantai
mencapai 92% dari total nilai proyek, sisanya 8% 4 Luas 0,017 0.528 0,279 y= 0,538 + 4,28E-
merupakan biaya sumberdaya lainnya. 005x

Berdasarkan hasil pada tabel 1, diketahui nilai


signifikan pengaruh besarnya nilai proyek,
durasi maupun jumlah lantai terhadap proporsi
5
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

material tidak signifikan. Hasil analisis Tabel 4.Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Material
menunjukan bahwa pengaruh nilai proyek N Variabel Sig. R 2 Persamaan
terhadap proporsi material hanya sebesar R
o
3,5% saja, untuk durasi adalah sebesar 2% , 1 Nilai 0,329 0,350 0,128 y = 0,716-7,21E-012x
jumlah lantai sumbangan pengaruhnya proyek 2
+ 1,17E-022x
terhadap proporsi material adalah sebesar 2 Durasi 0,506 0,158 0,023 y = 0,692 – 8,44E-
sebesar 7,5%, sedangkan faktor luas bangunan 005x
memberikan pengaruh sebesar 27,9%. 3 Jumlah 0,344 0,343 0,115 y = 0,571 + 0,03x –
lantai 2
0,002x
 Hasil Analisis pada Proporsi Sumberdaya
Manusia
Dari ketiga hasil analisis korelasi secara Berdasarkan nilai signifikan dapat
parsial pada masing- masing variabel disimpulkan bahwa pengaruh nilai kontrak,
tersebut terhadap sumberdaya proyek, durasi maupun jumlah lantai terhadap proporsi
didapat model persamaan seperti pada tabel 2. material tidak signifikan. Koefisien korelasi R =
0,350 pada variabel nilai proyek menunjukkan
Tabel 2. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Material bahwa hubungan antara nilai proyek terhadap
proporsi material cukup kuat adalah sebesar
No Variabel Sig. R 2 Persamaan 12,8%.
R

1 Nilai proyek 0,119 0,277 0,077 y = 0,651-0,02ln  Hasil Analisis pada Sumberdaya Manusia
(x)
Pada konstruksi gedung non sederhana
2 Durasi 0,374 0,209 0,044 y = -0,034+0,059ln
analisa pengaruh variabel variabel proyek
(x)
terdiri dari tiga faktor diantaranya nilai kontrak
3 Jumlah 0,340 0,226 0,051 y = 0,306 – 0,037x
lantai
proyek, durasi, dan jumlah lantai gedung. Adapun
dari hasil analisis pada sumberdaya manusia
4 Luas 0,056 0,433 0,195 y= 0,312-2,88E-
005x
dapat digambarkan bahwa dari ketiga hasil
analisis korelasi, didapat hubungan persamaan
seperti pada tabel 5.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa proporsi
sumber daya manusia nilai pengaruh terluas dari Tabel 5. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi
luas yaitu sebesar 19,5%. Sumberdaya Manusia
N Variabe Sig. R 2 Persamaan
 Hasil Analisis pada Proporsi Sumberdaya o l
R
Peralatan
Dari ketiga hasil analisis korelasi secara 1 Nilai 0,055 0,434 0,189 y = 0,159+
proyek 1,71E-012x
parsial pada masing- masing variabel nilai
proyek, durasi, jumlah lantai dan luas tersebut 2 Durasi 0,013 0,546 0,298 y = 0,114 +
terhadap sumberdaya proyek, didapat model 0,002e(x)
persamaan seperti pada tabel 3. 3 Jumlah 0,014 0,540 0,310 y = 0,136 +
Tabel 3. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi lantai 0,011x
Peralatan
Berdasarkan nilai signifikan dapat
disimpulkan bahwa pengaruh nilai proyek,
Berdasarkan nilai signifikan dapat durasi dan jumlah lantai terhadap proporsi
disimpulkan bahwa seperti pada sumberdaya sumberdaya manusia cukup signifikan. Jumlah
material maupun manusia, pengaruh Luas lantai menunjukkan bahwa ketiga variabel ini
bangunan terhadap proporsi peralatan lebih memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap
berpengaruh dari pada variabel lainnya yaitu proporsi sumberdaya manusia adalah sebesar
sebesar 19% dan sisanya merupakan sumbangan 31,0% sisanya merupakan sumbangan dari
dari faktor lain. faktor lain.

Analisis pada Konstruksi Gedung non  Hasil Analisis pada Sumberdaya Peralatan
Sederhana Pada konstruksi gedung non sederhana
 Hasil Analisis pada Sumberdaya Material analisa pengaruh variabel variabel proyek terdiri
Pada konstruksi gedung non sederhana dari tiga faktor diantaranya nilai kontrak proyek,
analisa pengaruh variabel nilai kontrak proyek, durasi, dan jumlah lantai gedung. Adapun dari
durasi, dan jumlah lantai gedung terhadap hasil analisis pada sumberdaya manusia dapat
proporsi material. Adapun dari hasil analisis dapat digambarkan bahwa dari ketiga hasil
digambarkan bahwa dari ketiga hasil analisis analisis korelasi, didapat hubungan persamaan
korelasi, didapat hubungan persamaan seperti seperti pada tabel 6.
pada tabel 4.

6
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 6. Pengaruh Variabel terhadap Proporsi Kesimpulan


Sumberdaya Peralatan 1. Hasil proporsi sumber daya pada gedung
No Variab Sig. R R
2 Persamaan sederhana maupun Non sederhana yang
el menduduki proporsi terbesar adalah
Sumber daya material, kemudian sumber
1 Nilai 0,003 0,616 0,400 y = 0,185 - 2,17 E -
proyek 011e(x)
daya Manusia dan terakhir adalah
peralatan. proyek gedung sederhana,
2 Durasi 0,069 0,415 0,172 y = 0,214- 6.85E-007x proporsi sumber daya material rata-rata
sebesar 58%, sumber daya Manusia
3 Jumlah 0,098 0,380 0,145 y = 0,242 – 0,064ln sebesar 28%, dan sumber daya Peralatan
Lantai (x)
sebesar 14%, sedangkan pada proyek
gedung non sederhana tidak jauh
Nilai signifikan menunjukkan bahwa berbeda, proporsi sumber daya
pengaruh nilai kontrak proyek paling material,manusia, dan peralatan berturut-
berpengaruh terhadap proporsi peralatan turut antara lain 63%, 21%, dan 16%.
dibandingkan dengan durasi dan jumlah lantai.
Koef korelasi R = 0,616 pada nilai proyek 2. Rata-rata penggunaan sumberdaya
menunjukkan bahwa hubungan antara nilai proyek konstruksi pada gedung
proyek terhadap proporsi Peralatan adalah kuat sederhana dibandingkan pada gedung
yaitu sebesar 40%. non sederhana tidak mempunyai
perbedaan yang besar, akan tetapi dapat
Dari hasil penelitian sebelumnya, proporsi diidentifikasi bahwa penggunaan proporsi
sumberdaya material pada proyek gedung biaya untuk sumberdaya manusia pada
menduduki peringkat tertinggi dibandingkan gedung sederhana lebih tinggi jika
dengan proporsi sumberdaya lainnya yaitu dibandingkan dengan gedung non
berkisar antara 50-70% dari biaya total sederhana, sebaliknya dengan proporsi
proyek. (Stukhart, 1995). sumberdaya peralatan, penggunaannya
Setelah dilakukan analisis terhadap pada gedung non sederhana justru
beberapa sampel data gedung, pada penelitian lebih tinggi. Hal tersebut
ini didentifikasi bahwa rata-rata proporsi dimungkinkan karena faktor
sumberdaya material yang digunakan adalah pengelompokkan klasifikasi dimana
sebesar 58% pada gedung sederhana dan 63% pengelompokkan tersebut salah satunya
pada gedung non sederhana. Proporsi tersebut berdasarkan penggunaan teknologi, yaitu
mengidentifikasi bahwa baik pada gedung untuk gedung sederhana menggunakan
sederhana maupun gedung non sederhana, teknologi yang sederhana pula sehingga
sumberdaya material tersebut adalah dominan. lebih memerlukan banyak sumberdaya
Sedangkan Proporsi sumberdaya manusia manusia dan lebih sedikit menggunakan
merupakan faktor dominan kedua setelah peralatan, dan sebaliknya.
material. Dimana kajian pustaka yang telah
dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa biaya UCAPAN TERIMA KASIH
untuk SDM ini membutuhkan 25 – 35% dari
jumlah total biaya proyek (Soeharto, 2005) Terimakasih penulis ucapkan kepada
berdasarkan hasil analisa, diketahui untuk Universitas Muhammadiyah Malang
proporsi Sumber daya manusia pada gedung khususnya Direktorat Penelitian dan
sederhana sebesar 28% dan Non Sederhana Pengabdian Masyarakat yang telah
adalah sebesar 21%, dimana untuk gedung non mendanai penelitian ini hingga dapat
sederhana lebih banyak menggunakan teknologi terselesaikan dan diharapkan dapat
sehingga lebih sedikit menggunakan sumber daya memberikan manfaat bagi dunia
manusia. pendidikan.
Peralatan merupakan kebutuhan penting
yang menunjang jalannya suatu proyek, DAFTAR PUSTAKA
kebutuhan biaya untuk proporsi sumberdaya
peralatan pada kajian sebelumnya adalah Abduh, Muhamad, et al, 2014. Pengembangan
sebesar 7 - 16% (Fahan, 2005) berdasarkankan Model Estimasi Biaya Konseptual
hasil analisa proporsi peralatan untuk gedung Bangunan Gedung, Hibah Bersaing XIII,
sederhana sebesar 14 % dan Non sederhana Tahap I.
sebanyak 16%, dimana dalam pelaksanaan
konstruksi gedung Non sederhana membutuhkan Abduh, Muhamad, et al, 2012, Model Perhitungan
peralatan yang lebih canggih dibandingkan Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung
dengan gedung sederhana. Negara, Konferensi Nasional, Universitas
Atmajaya Yogyakarta.
7
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Rusmanto. 2012. “Model Pengukuran Kinerja


pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota
Banjarmasin Konstruksi Di Indonesia”.
Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 10
Nomor 3 September 2012

Sudarto. 2011. “Meningkatkan Kinerja


Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia”.
Jakarta: Center for Construction and
Infrastructure Studies.

Soeharto,Iman, 2005, Manajemen Proyek : dari


konseptual sampai operasional, jilid 1-2,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Setijo, Hari, et al. Analisa Kecepatan Pelaksanaan


Pembangunan Gedung di Semarang,
Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Konstruksi, Magister Teknik Sipil
UNISSULA, 2006

Stukhart, G (1995). Construction Materials


Management, Newyork, Marcel Dekker, Inc.

8
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ANALISIS ELEMEN HINGGA PERILAKU LENTUR BALOK KAYU JATI


(Tectona grandis) DENGAN TAKIKAN
Studi Kasus Takikan Pada Tengah Bentang

M Afif Shulhan
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jalan Miliran 16, Umbulharjo, Yogyakarta
E-mail: afifs@ustjogja.ac.id

ABSTRAK

Kayu Jati (Tectona grandis) merupakan kayu yang banyak tumbuh di pulau Jawa dan digunakan
sebagai material konstruksi bangunan tradisional Joglo. Hingga saat ini tercatat banyak bangunan Joglo
dengan kategori bangunan cagar budaya. Seiring bertambahnya usia bangunan Joglo, maka akan semakin
rentan terhadap pelapukan yang berakibat menimbulkan pengurangan luas penampang sehingga kapasitas
elemen strukturnya akan menurun. Dengan demikian perlu dilakukan usaha untuk memperkirakan
penurunan kapasitas dari pelapukan pada elemen struktur. Penelitian ini akan mengamati secara numerik
mengenai perilaku lentur dari elemen balok Kayu Jati yang mengalami pelapukan yang disimulasikan
dengan takikan pada tengah bentang.
Algoritma MATLAB digunakan dalam penelitian ini untuk memodelkan balok Kayu Jati sebagai material
non-linier dan orthotropik. Pelapukan kayu disimulasikan dengan membuat takikan berukuran 40x60x100
mm di tengah bentang. Data mekanik material diperoleh dari studi terdahulu dan eksperimen berdasarkan
ASTM D143-94(2000). Model balok Kayu Jati memiliki panjang bentang 990 mm dan dimensi penampang
60 x 80 mm. Balok Kayu Jati dimodelkan dengan elemen quadrilateral dalam asumsi plane stress. Sifat non-
linier material mengikuti Hill’s yield function dengan associated flow rule. Selanjutnya, hasil analisis elemen
hingga divalidasi menggunakan data pengujian eksperimental pada studi terdahulu.
Hasil analisis numerik memperlihatkan bahwa kurva beban-perpindahan ketiga jenis model balok Kayu
Jati memiliki kesesuaian dengan hasil eksperimen uji lentur. Pola kegagalan dari semua jenis balok Kayu
Jati menunjukkan bahwa kegagalan terjadi pada fase plastis (fase non-linier).

Kata kunci: Kuat lentur, Balok kayu Jati, takikan, elemen hingga, plane stress

ABSTRACT

Teak wood (Tectona grandis) grows a lot on the island of Java and widely used as a part of Joglo
structure. Nowadays, many Joglo are categorized as heritage building. Along the time, the susceptible to
weathering of Joglo will increase. Thus it is necessary to predict the capacity of structural elements due to
the decreasing cross sectional area caused by weathering. Therefore, this study is aimed to investigate the
flexural behavior of the Teak beams with the notch in the middle of the span. It is designed to simulate the
decreasing cross-sectional area due to weathering.
This research was conducted using MATLAB algorithm by modeling Teak Wood Beams as non-linear
and orthotropic materials. The decreased cross sectional area due to weathering was simulated by making a
notch with a size of 40 by 60 mm and length of 100 mm in the middle of the span. Mechanical properties
data are obtained from previous studies and experiment based on ASTM D143-94(2000). Teak wood beam
model has a span length of 1200 mm and cross-sectional dimensions of 60 by 80 mm. Teak wood beams
were modeled with quadrilateral elements in the plane stress assumption. Properties of non-linear materials
follows Hill's function with associated flow rules. Furthermore, the results of finite element analysis were
validated using experimental data from previous studies.
Numerical results show that all of the load displacement curve of the beams shows a conformity
between numerical analysis and experimental result. The numerical results conform that the beam failed on
plastic phase (non-linear phase).

Keywords: bending strength, Teak wood beam, notch, finite element, plane stress

9
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai negara tropis, dengan sumber daya
hutan yang melimpah membuat Indonesia
memiliki banyak rumah tradisional dari kayu, Pemodelan elemen hingga merupakan
salah satunya adalah Joglo. Joglo merupakan metoda yang lazim digunakan untuk memodelkan
rumah tradisional masyarakat Jawa Tengah dan elemen struktur pada kondisi pembebanan
Yogyakarta yang mudah dikenali dari penggunaan tertentu. Meskipun demikian, akurasi dari
balok kayu Jati masif sebagai elemen strukturnya. pemodelan numerik tergantung dari seberapa
Secara umum, Joglo merupakan struktur yang realistik pemodelan perilaku material melalui
memiliki ketahanan gempa yang baik, sehingga konstitutif model dan model kegagalan (failure
tidak heran jika masih dapat ditemui Joglo yang model) yang digunakan (Vaziri dkk., 1992).
berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Oleh Upaya untuk mensimulasikan kayu secara
karena itu, beberapa bangunan Joglo realistis adalah dengan memodelkan kayu dengan
dikategorikan sebagai cagar budaya yang harus sifat plastisitasnya. Pemodelan plastisitas
dikonservasi. merupakan prosedur penyusunan konstitutif dari
Meskipun Joglo dapat bertahan selama data tegangan-regangan uniaksial yang kemudian
puluhan tahun, terdapat beberapa kasus dimana diselesaikan dengan kriteria leleh (yield criterion),
Joglo mengalami kegagalan. Beberapa isu flow rule, dan hardening rule (Chen dan Han,
dihadapi oleh Joglo diantaranya adalah isu 1988).
ketahanan material terhadap cuaca dan Beberapa program finite element komersial
kerusakan atau cacat pada kayu. Isu-isu tersebut telah mampu mengakomodir pemodelan material
secara mendalam telah diteliti oleh Franke & orthotropik. Namun, konstitutif material dalam
Franke (2015) untuk menentukan distribusi kondisi desak dan tarik belum dapat dimodelkan
kegagalan pada elemen kayu (Gambar 1). secara terpisah. Vaziri dkk.(1992) telah menyusun
sebuah algoritma pemrograman elemen hingga
dalam bahasa FORTRAN untuk memodelkan
fibre reinforce composite dengan konstitutif desak
dan tarik yang berbeda.
Guan dkk. (2009) telah melakukan
pemodelan plastisitas pada konstitutif desak balok
I (I-beam) komposit OSB (flange) dan kayu (web)
menggunakan sub-rutin program ABAQUS.
Pemodelan sifat desak menggunakan asumsi
elastoplastik tanpa hardening yang mengikuti
Hill’s yield function dan diselesaikan
menggunakan associated flow rule menghasilkan
perilaku lentur yang sesuai dengan eksperimen.
Gambar 1. Distribusi kegagalan kayu Secara khusus, Eratodi dan Awaludin (2016)
Sumber : Franke & Franke (2015) menyimpulkan bahwa penggunaan model plastis
dalam pemodelan sifat desak pada balok kayu
Dalam usaha konservasi bangunan cagar LVL sengon menghasilkan prediksi perilaku lentur
budaya, tantangan yang muncul adalah balok non-prismatis yang lebih mendekati hasil
bagaimana memprediksikan kekuatan elemen eksperimen. Kondisi plastis pada balok non-
struktur eksisting. Terutama ketika elemen prismatis telah tercapai yang ditunjukkan dari
struktur tersebut mengalami cacat atau kerusakan diagram tegangan pada penampang.
parsial. Salah satu upaya untuk memperkirakan
kekuatan elemen struktur eksisting adalah dengan
METODE PENELITIAN
menggunakan pendekatan numerik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati
A. Sifat Mekanik Kayu Jati
hubungan beban-lendutan, pola distribusi
tegangan pada penampang, dan prediksi kuat Data mekanik Kayu Jati diperoleh dari studi-
lentur balok Kayu Jati yang mengalami studi terdahulu dan data tarik sejajar serat
pelapukan. Pelapukan disimulasikan sebagai diperoleh dari pengujian tarik mengacu pada
takikan yang berada pada posisi serat desak atau ASTM-D149-93(2000). Data mekanik kayu Jati
serat tarik. Output pemodelan numerik kemudian disajikan dalam Tabel 1. Sifat material Kayu Jati
divalidasi menggunakan data eksperimen. dalam penelitian ini dimodelkan sebagai material
elastoplastik dengan kelelehan material mengikuti
Hill’s yield function dengan associated flow rule.
Sifat tersebut diilustrasikan melalui grafik
konstitutif material pada Gambar 2.

10
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

B. Pemodelan Elemen Hingga modifikasi dari algoritma yang disusun oleh


Khennane (2013). Diagram alir algoritma elemen
Penelitian ini mengembangkan algoritma hingga disajikan dalam Lampiran (Gambar 18)
elemen hingga dalam program MATLAB 2012b Pemodelan geometri balok Kayu Jati
(trial version). Algoritma tersebut merupakan diilustrasikan melalui Gambar 3.

Tabel 1. Data Mekanik Kayu Jati (dalam N/mm2)


Sifat mekanik tarik Sumber
MoE tarik // E1 17392,3 Shulhan dkk.(2018)
Poisson ratio sb. 1-2 12 0,225 asumsi
Poisson ratio sb. 2-1 21 0,005 asumsi
Tegangan runtuh tarik // σ1 ult 200,3 Shulhan dkk.(2018)
Sifat mekanik desak
MoE desak // E1 6611,7 Nugroho dkk.(2018)
MoE desak  E2 500,7 Nugroho dkk.(2018)
Modulus geser G12 2698,6 Shulhan dkk.(2018)
Tegangan runtuh desak// σ1 ult 25,03 Nugroho dkk.(2018)
Tegangan leleh desak // σ1 y 28,0 Nugroho dkk.(2018)
Tegangan geser τ12 5,66 Shulhan dkk.(2018)

Gambar 1. Grafik konstitutif elastoplastik Kayu Jati Gambar 2. Benda uji lentur Kayu Jati
arah longitudinal (Shulhan dkk., 2018)

Balok kayu Jati memiliki penampang sebesar


80x60 mm dengan panjang bentang 990 mm.
Balok tersebut dimodelkan sebagai simple beam
menggunakan elemen 4 node quadrilateral
dengan approximate function bilinier Hasil tes
konvergensi menunjukkan bahwa meshing
elemen sebanyak 672 elemen telah menghasilkan
pembacaan perpindahan yang konvergen dengan
error dibawah 5%. Hasil tes konvergensi model
elemen hingga balok disajikan melalui Gambar 3.
Tabel 2. Variasi benda uji lentur Kayu Jati (Shulhan
dkk., 2018)

11
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

(a) Balok solid/utuh (S)

(b) Balok dengan takikan pada serat tarik (TD)

(c) Balok dengan takikan pada serat desak (CD)

Gambar 5. Model elemen hingga balok kayu Jati

C. Plane Stress g
d p  d  d  g
Kondisi plane stress adalah kondisi dimana  .........................(3)
sebuah pelat tipis dibebani oleh suatu gaya Parameter d merupakan proportionality
sejajar terhadap pelat tipis tersebut dan constant. Secara umum parameter g dapat
terdistribusi secara merata atas ketebalannya didekati menggunakan asumsi g=f sehingga
(Gere dan Timoshenko, 1990). Dalam kasus ini Persamaan 3 menjadi bentuk Persamaan 4.
semua tegangan pada arah sumbu 3 (tebal) Proses pendekatan ini disebut sebagai
selalu nol. Namun regangan pada arah tersebut associated flow rule.
tidak nol. Bentuk persamaan stiffness untuk
kondisi plane stress tersaji pada Persamaan 1.
f
d p  d  df
 1   E1  12 E 2 0   1   .........................(4)
  1  E   
 2    12 2 E2 0  2 
  1   12 21  0 1   12 21 G12   12 
E. Hill’s Yield Function
 12  0
...(1)
Hill’s yield function merupakan
D. Yield Function dan Flow Rule pengembangan dari kriteria leleh Von Misses.
Bentuk umum yield function ini tercantum pada
Zienkiewicz & Taylor (2005) menyatakan Persamaan 5 (ADINA R&D Inc, 2012).
bahwa kelelehan (yielding) dapat terjadi jika
F  22   33   G  33   11   H  11   22 
tegangan memenuhi kriteria leleh (F) bernilai 2 2 2

nol. Secara matematis, pernyataan tersebut


dapat dituliskan menjadi Persamaan 2.  2 L 122  2M 132  2 N 232  1  0
F ( ,  ,  )  0 ...................................... (2) ......................................................................(5)

Kriteria leleh (F) merupakan fungsi dari F. Konstitutif Inkremental Elastoplastik

tegangan (  ), kinematic hardening  , dan Total strain merupakan penjumlahan dari


isotropic hardening
( ) . komponen elastic strain dan plastic strain.
Secara umum stiffness matrix material
Perilaku dasar dari plastic strain increment
elastoplastik [Dep] dituliskan dalam Persamaan 6.
umumnya dikorelasikan dengan yield suface
pada Persamaan 2. Plastic strain dapat
diturunkan dari plastic potential (g) dan secara
matematis dituliskan sebagai Persamaan 3
berikut.

12
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

g f 
T

D   D
  
D ep  D
 f  g
T

  D
    .............. (6)
A. Analisis Elemen Hingga Balok Kayu Jati Solid

Gambar 6. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati solid (S)

Gambar 7. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok solid

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis elemen hingga yang tercantum solid. Gambar 7 menunjukkan bahwa daerah
pada Gambar 6, menujukkan bahwa pola yang mengalami tegangan desak (warna kontur
deformasi pada balok kayu jati solid memiliki pola biru) memiliki luasan yang lebih banyak daripada
yang identik dengan hasil eksperimen. Secara tegangan tarik (warna kontur merah). Hal ini
lebih detail dapat diamati dalam kurva hubungan bersesuaian dengan pembacaan tegangan pada
beban dan perpindahan pada Gambar 8. Secara tengah bentang (Gambar 9) yang menunjukkan
umum kurva beban-perpindahan analisis numerik bahwa garis netral berada pada jarak 45 mm dari
memiliki kemiringan garis yang identik dengan serat desak terluar. Terlihat pula pada Gambar 9,
eksperimen. Namun demikian, dalam prediksi diagram tegangan σx memiliki pola yang tidak
beban lentur maksimal dari analisis numerik linier. Pola non-linier telah muncul pada serat
masih relatif dibawah hasil eksperimen. Dengan desak balok kayu Jati solid. Hal ini menujukkan
kata lain, pemodelan elemen hingga memberikan bahwa balok mengalami kegagalan ketika sudah
nilai prediksi beban lentur yang under estimate. berada dalam fase plastis.

Gambar 8. Beban-perpindahan benda uji balok solid

Gambar 7 menyajikan kontur tegangan σ x


(arah longitudinal) pada model balok kayu Jati
13
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 9. Diagram tegangan penampang pada tengah bahwa antara hasil numerik dan eksperimen
bentang (S) memperlihatkan kecenderungan kemiringan kurva
beban-perpindahan yang relatif identik. Namun
B. Analisis Elemen Hingga Balok Kayu dengan demikian, Gambar 12 memperlihatkan bahwa
Takikan pada Serat Tarik prediksi beban lentur oleh analisis numerik masih
cenderung under estimate. Selain itu, regangan
Hasil analisis elemen hingga pada balok Kayu
saat terjadi failure pada balok menunjukkan nilai
Jati dengan takikan pada serat tarik menujukkan
yang terlalu kecil.
hasil yang sesuai antara eksperimen dan
pemodelan numerik. Hal ini terkonfirmasi melalui
Gambar 10 dan Gambar 12 yang menujukkan

Gambar 10. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati dengan takikan pada serat tarik (TD)

Gambar 11. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok dengan takikan pada serat tarik

Gambar 12. Beban-perpindahan balok dengan takikan


pada serat tarik

Gambar 13. Diagram tegangan penampang pada


tengah bentang (TD)

Gambar 11 memperlihatkan bahwa takikan


pada serat tarik mengakibatkan adanya
pengurangan luas penampang balok sebesar
50%. Oleh karena itu, sisi balok dengan takikan
mengalami konsentrasi tegangan σx (arah
longitudinal) yang besar. Secara lebih detail,
Gambar 13 memberikan gambaran nilai tegangan

14
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tarik pada serat tarik terluar meningkat menjadi kecenderungan kemiringan kurva beban-
40,3% jika dibandingkan dengan balok Jati solid perpindahan cukup memiliki kesesuaian antara
(Gambar 9). analisis numerik dengan eksperimen. Prediksi
beban lentur maksimal juga masih under
Pola keruntuhan pada balok terlihat dalam estimate.
Gambar 13. Diagram tegangan σx memiliki pola
yang non-linier pada serat desak balok kayu Jati Takikan pada serat desak yang dibuat
dengan takikan pada serat tarik. Dengan demikian mengakibatkan pengurangan luas penampang
kegagalan balok terjadi dalam fase plastis. yang sama besar dengan takikan pada serat tarik.
Namun demikian, perbedaan posisi takikan ini
C. Analisis Elemen Hingga Balok Kayu dengan menghasilkan tegangan serat tarik yang berbeda.
Takikan pada Serat Desak Tegangan serat tarik yang tercantum pada
Gambar 17 menunjukkan bahwa tegangan tarik
Seperti halnya pada analisis balok solid dan masih dibawah tegangan yang muncul pada balok
balok dengan takikan pada serat tarik, analisis dengan takikan pada serat tarik.
numerik balok dengan takikan pada serat desak
menujukkan kecenderungan yang sama. Dari
Gambar 14 dan Gambar 16 terlihat bahwa

Gambar 14. Bentuk deformasi model balok Kayu Jati dengan takikan pada serat desak (CD)

Gambar 15. Kontur tegangan longitudinal (σx) balok dengan takikan pada serat desak

Gambar 16. Beban-perpindahan balok dengan takikan


pada serat desak

Gambar 17. Diagram tegangan penampang pada


tengah bentang (CD)

15
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Secara umum, tegangan pada serat desak Menggunakan Kayu Jati Hutan Rakyat
memperlihatkan bahwa balok dengan takikan Sebagai Material Konstruksi. INERSIA, 13(2)
pada serat desak sudah menghasilkan perilaku
non-linier pada serat desak (Gambar 17). Shulhan, M. A., Yasin, I., Prasetya, T., Salim, A.,
& Chan, E. (2018). Experimental Study of
Patching Method on Repairment of Partially
KESIMPULAN Decayed Teak (Tectona grandis) Wood
Beams. Proceeding of ICSI UNY. Yogyakarta
Hasil analisis numerik memperlihatkan
bahwa balok Kayu Jati solid, dengan takikan serat Vaziri, R., Olson, M. D. & Anderson, D. L., (1992).
tarik dan serat desak memberikan kemiringan Finite Element Analysis of Fibrous Composite
kurva beban-perpindahan yang relatif identik. Structures : A Plasticity Approach.
Namun demikian, nilai beban maksimum belum Computers and Structures, 44(1/2), pp. 103-
dapat diprediksikan dengan akurat. Hasil analisis 116.
numerik untuk beban lentur maksimal cenderung
under estimate. Lebih lanjut, pada ketiga jenis Zienkiewicz, O. C. & Taylor, R. L., (2005). The
balok kecenderungan kegagalan terjadi pada fase Finite Element Method for Solid and
non-linier (elastoplastik). Structural Mechanics. 6th ed. Elsevier
Butterworth-Heinemann.
UCAPAN TERIMA KASIH
LAMPIRAN
Start
Ucapan Terima Kasih disampaikan penulis
Input material, geometric
kepada Fakultas Teknik, Universitas & boundary condition data
Sarjanawiyata Tamansiswa untuk dukungan
Discretization (meshing)
pendanaan penelitian ini. Lebih lanjut,
penghargaan sebesar-besarnya penulis haturkan Iteration (i) = 1
kepada Bpk. Ali Awaludin., PhD atas
F 
Generating incremental load mrix
bimbingannya dalam pengembangan algoritma.
Selanjutnya kepada Bpk. Maris Setyo Nugroho, Stiffness calculation
K i    B T Di BdV
M.Eng. atas dukungan data-data penelitian yang
diberikan kepada penulis. Displacement calculation
F   K i ui 
DAFTAR PUSTAKA Incremental strain  i  & stress
 i  calculation
ADINA R&D Inc, (2012). Theory and Modelling
Fi   Fi 1    F   i    i 1     i 
Guide Volume I. Report ARD 12-8, u i   u i 1    u i   i    i 1    i 
Watertown, MA
Associated flow rule Hill’s Yield Check
Eratodi, I. B. & Awaludin, A., 2016. Bending (Hill’s yield function)
F  yy   G xx   H  xx   yy   2L xy2  1
2 2 2

Capacity of Non-prismatic LVL Beams Di 1   Dep  Yes

Paraserianthes falcataria. Proceedia


Engineering 00(2017) No
[D] remain elastic
Franke, S. & Franke, B. (2015). Causes, Di 1   Di 
Assesment, and Impact of Cracks in Timber Next iteration
Elements. COST-Workshop FP1101 Hill’s Failure Check
(i=i+1)

Gere, J. M. & Timoshenko, S. P., (1990). F  yy   G xx   H  xx   yy   2L xy2  1


2 2 2

Mechanics of Material. PWS Publishing No

Company.
Yes

Guan, Z. W. & Zhu, E. C., (2009). Finite Element End

Modelling of Anisotropic Elastoplastic Timber


Composite Beams With Openings. Gambar 18. Diagram alir algoritma elemen hingga
Engineering Structures, Volume 31, pp. 394- MATLAB
403.

Khennane, A., (2013). Introduction to Finite


Element Analysis Using MATLAB and
Abaqus. CRC Press.

Nugroho, M. S., Awaludin, A., & Supriyadi, B.


(2017). Perencanaan Jembatan Pejalan Kaki

16
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ANALISIS PENGARUH JUMLAH LAPISAN KEDAP AIR (COATING


WATERPROOF) JENIS CEMENTITIOUS TERHADAP
SIFAT KEDAP AIR BETON

Asri Wulandari 1, M. Fauzie Siswanto 2, Sri Puji Saraswati3


Universitas Gadjah Mada1,2,3
Jl. Grafika No. 2, Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
E-mail: asr.wulan@gmail.com

ABSTRAK

Beton merupakan konstruksi yang umum digunakan. Salah satu sifat beton yang perlu diketahui adalah
permeabilitasnya. Beberapa cara telah dilakukan untuk meningkatkan sifat permeabilitas beton, di antaranya
adalah dengan melapiskan bahan waterproofing pada permukaan beton. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penggunaan coating waterproofing jenis cementitious pada sifat kedap air
beton. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara beton yang termasuk kedap air (fas 0,4)
dengan beton normal (fas 0,55), yang dilapisi dengan bahan waterproofing jenis cementitious dengan
variabel jumlah lapisan sebanyak 2,3 dan 4, terhadap sifat permeabilitasnya. Uji resapan air merujuk pada
SNI 03-2914-1992, dengan benda uji silinder (Ø=100 mm, t=200 mm) sebanyak 9 buah. Untuk uji kuat tekan
dilakukan sesuai SNI 03-1974-1990, dengan benda uji silinder (Ø=150 mm, t=300 mm) sebanyak 12 buah.
Semua pengujian dilakukan pada beton yang telah mencapai umur 28 hari. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa semua benda uji memenuhi batas resapan maksimum (kurang dari 6,5%) untuk sifat kedap air beton.
Nilai resapan air pada pengujian 24 jam untuk beton fas 0,4 sebesar 3,62%, sedangkan yang dilapisi
dengan waterproofing jenis cementitious berturut-turut sebesar 0,95% (2 lapis), 0,49% (3 lapis) dan 0,42%
(4 lapis). Untuk beton dengan fas 0,4, mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 37,58 MPa, sedangkan yang
dengan fas 0,55 sebesar 26,20 MPa. Hasil ini menunjukkan bahwa waterproofing jenis cementitious bisa
digunakan untuk meningkatkan sifat permeabilitas beton dengan minimal dua kali pelapisan seperti yang
disarankan oleh pabrikan.

Kata kunci: beton kedap air, lapisan waterproof, cementitious waterproof

ABSTRACT

Concrete is one of the most used construction materials. One of the concrete properties that need to be
known is its permeability. Several ways have been done to improve the permeability properties of concrete,
including by coating waterproofing materials on concrete surfaces. The objective of this study was to
determine the effect of using cementitious waterproofing on the concrete permeability. This research was
compareing to water-resistant concrete (w/c 0,4) with normal concrete (w/c 0,55), which was coated with
cementitious waterproofing materials with a variable number of layers of 2,3 and 4, on the permeability
properties. This test was carried out following SNI 03-2914-2002, with cylindrical specimens (Ø=100 mm,
t=200 mm) of 9 pieces. The compressive strength test based on SNI 03-1974 1990, with cylindrical
specimens (Ø=150 mm, t=300 mm) of 12 pieces. All tests are carried out on concrete that has reached the
age of 28 days. The test results show that all specimens meet the maximum infiltration limit (less than 6.5%)
for the waterproof properties of concrete. Water infiltration value for concrete water-cement ratio of 0,4 is
3,62%, while those coated with cementitious waterproofing are 0,95% (2 layers), 0,49% (3 layers) and 0,42%
(4 layers) respectively. The average compressive strength for concrete with water-cement ratio is 37.58
MPa, while the one with water-cement ratio of 0,55 is 26,20 MPa. The test results show that cementitious
waterproofing can be used to improve the permeability properties of concrete.

Keywords: watertight concrete, coating waterproof, cementitious waterproof

17
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium


Bahan Bangunan, Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
Beton normal tersusun dari semen, pasir,
Gadjah Mada, Yogyakarta.
kerikil dan air. Beton memiliki beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan bahan Bahan
bangunan lain, yaitu harga relatif murah,
ketersediaan material penyusun yang dekat Material yang digunakan adalah air,
lokasi pembangunan, beton termasuk bahan semen, pasir, kerikil, dan pelapis kedap air
yang awet, serta beton segar dapat dengan (coating waterproof). Air yang digunakan
mudah diangkut maupun dicetak dalam adalah air yang tersedia di Laboratorium Bahan
berbagai bentuk dan ukuran (Tjokrodimulyo, Bangunan dan berasal dari PDAM sehingga
2007). telah memenuhi persyaratan. Semen yang
Salah satu sifat ketahanan (durabilitas) digunakan adalah semen portland komposit
beton yang perlu diketahui adalah (PCC) merk Semen Gresik, pasir yang
permeabilitas. Permeabilitas beton adalah digunakan berasal dari Kali Konteng,
kemudahan zat cair masuk/penetrasi ke dalam Kabupaten Sleman, sedangkan kerikil berasal
beton. Menurut SNI 03-2941-1992 beton kedap dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo.
air adalah beton yang tidak dapat ditembus air Bahan pelapis kedap air yang digunakan
dan memenuhi ketentuan minimum merupakan jenis cementitious. Bahan ini terdiri
sebagaimana tercantum dalam SNI tersebut. dari 2 komponen yaitu cairan polymer
Pelapisan beton dapat meningkatkan (komponen A) berwarna putih serta campuran
durabilitas struktur beton bertulang. Dengan semen dengan pasir dan beberapa bahan
pelapisan (coatings), dapat mengurangi tambahan (komponen B) berwarna abu-abu.
resapan air. Beton yang tidak diberi pelapis
Alat
memiliki tingkat penyerapan air yang lebih
cepat selama perendaman (Diamanti, et al., Peralatan yang digunakan dalam
2013). pengujian adalah timbangan, oven,
Pan dkk (2017) melakukan kajian saringan/ayakan, kerucut konik, mesin uji
mengenai empat metode surface treatment ketahanan aus (los angeles), mesin aduk beton
pada beton. Salah satu metode adalah melapisi (mixer), cetok, kerucut abrams, cetakan benda
permukaan beton (surface coating). Surface uji, batang besi sebagai alat pemadat, bak
coating dapat membentuk film polimer kontinu perendam, jangka sorong, kuas, batu gerinda,
yang berfungsi sebagai penghalang fisik untuk dan mesin uji kuat tekan.
mencegah masuknya zat korosif ke substrat
semen. Tahapan Penelitian
Bahan pelapis cementitious (cementitious Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga
coatings) termasuk dalam surface treatment. tahapan utama yaitu:
Jenis ini sering digunakan pada beton. Pelapis a. Tahap I
ini terdiri dari campuran polimer (utamanya Tahap ini dimulai dengan studi literatur yang
adalah akrilik, poliuretan atau epoksi) dengan berkaitan dengan topik penelitian, kemudian
semen dan agregat. Penambahan polimer dilanjutkan dengan persiapan bahan dan
dapat menambah sifat kekuatan, durabilitas, alat. Bahan penyusun beton diuji untuk
dan impermeabilitas pasta semen. Polimer ini mengetahui sifat bahan yang digunakan
dapat membentuk suatu struktur jaringan pada dalam perancangan campuran adukan
pasta semen yang mengeras sehingga beton. Pemeriksaan bahan yang dilakukan
meningkatkan ketangguhan (toughness) pasta adalah berat jenis dan berat satuan pasir,
dan selanjutnya mengurangi retakan mikro gradasi pasir, kandungan lumpur dan zat
(microcracking) pada permukaan (Pan, et al., organik pada pasir, kadar air pasir, berat
2017) jenis dan berat satuan kerikil, gradasi kerikil,
Berdasarkan uraian di atas diperoleh ketahanan aus menggunakan mesin los
rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh angeles, kadar air kerikil, serta pemeriksaan
lapisan kedap air jenis cementitious terhadap air dan semen secara visual.
beton normal. Penelitian ini dilakukan dengan b. Tahap II
tujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah Perancangan campuran (mix design) beton.
lapisan dari lapisan kedap air jenis cementitious Metode yang digunakan mengacu pada SNI
terhadap sifat kedap air beton. 03-2834-2002 tentang Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton
METODE Normal. Kuat tekan rata-rata benda uji beton
yang ditargetkan pada umur 28 hari adalah
20 MPa (fas 0,55) dan 35 MPa (fas 0,40).
Lokasi Penelitian Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk
menentukan kebutuhan bahan penyusun

18
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

pembuatan benda uji. Benda uji kuat tekan Diagram Alir


berupa silinder diameter 150 mm dan tinggi
300 mm
Mulai
serta benda uji resapan air berupa silinder
diameter 100 mm dan tinggi 200 mm Studi Literatur
(Tabel 1). Untuk beton fas 0,55 yang
telah mencapai umur 28 hari, diberi Persiapan Bahan dan Alat
bahan pelapis kedap air pada
permukaan benda uji. Variasi jumlah Semen Pasir Kerikil Air Waterproof
lapisan adalah 2, 3, dan 4 lapisan.
Tabel 1. Kebutuhan Benda Uji
Uji Resapan Air Uji Bahan
Uji Kuat Kriteria Pasir:
Benda Uji Jumlah Jumlah
Tekan Berat jenis: 2,5-2,7; kadar lumpur: <5%; gradasi
Tidak
Lapisan Benda Uji pasir: mhb = 1,5-3,8; kandungan zat organik:
warna lebih muda daripada warna standar
Beton fas Kriteria Kerikil:
Berat jenis: 2,5-2,7; ketahanan aus: <27%;
0,40 tanpa 6 - 3 gradasi kerikil: mhb = 6,0-7,1

waterproof
Beton fas 2 3 Tahap I
Ya
0,55 dengan 6 3 3 Perancangan Mix Design Beton dan
waterproof 4 3 Pembuatan Benda Uji

c. Tahap III Benda Uji fas 0,40 Benda Uji fas 0,55
Pengujian meliputi uji kuat tekan dan uji (Target min. 35 MPa) (Target min. 20 MPa)
resapan air. Uji kuat tekan dilakukan saat Tahap II
benda uji berumur 7 dan 28 hari sesuai
dengan SNI 03-1974-1990, sedangkan uji Uji Kuat Tekan
resapan air dilakukan pada benda uji yang (7 Hari) Tidak
Target min. 35 MPa (28 hari): 22,75 MPa
telah mencapai umur 28 hari mengacu pada Target min. 20 MPa (28 hari): 13 MPa
SNI 03-2941-1992.

Kuat tekan beton dihitung dengan Ya


persamaan berikut: Uji Kuat Tekan
(28 Hari)
Kuat tekan beton = ..................... (1)

Beton 35 MPa Beton 20 MPa +


dimana: waterproof
P = beban maksimum (N)
d = diameter benda uji (mm)
Uji resapan air dihitung dengan persamaan Uji Resapan
Resapan maks. 2,5% (rendaman 10 menit)
berikut: Resapan maks. 6,5% (rendaman 24 jam)
Tahap III
Resapan air (10 menit) = ... (2) Gambar 1. Diagram
Pengolahan Alir Penelitian
dan Analisis Data Hasil Uji

Resapan air (24 jam) = ...... (3) Pembahasan

dimana: Kesimpulan Tahap IV


w1 = berat benda uji dalam kondisi kering
oven (gr) Selesai
w2 = berat benda uji dengan lama
perendaman 10 menit (gr) d. Tahap IV
Tahap terakhir meliputi pengolahan dan
w3 = berat benda uji dengan lama perendaman analisis data serta pembahasan sehingga
24 jam (gr) diperoleh suatu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan uji kuat tekan


dan uji resapan air. Uji kuat tekan dilakukan
untuk memastikan bahwa kuat tekan benda uji
telah memenuhi persyaratan bagi beton yang
terkena pengaruh air. Uji resapan air dilakukan

19
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

pada benda uji silinder beton yang telah (fas) 0,55. Variasi benda uji dengan pelapis
mencapai umur 28 hari. jenis cementitious adalah 2, 3, dan 4 lapisan.
Sesuai dengan ketentuan cara
Kuat Tekan Beton penggunaannya, pencampuran pelapis ini
Uji kuat tekan beton dilakukan pada umur dilakukan berdasarkan perbandingan berat
7 dan 28 hari (Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat komponen cairan polimer dengan berat
bahwa kuat tekan benda uji beton pada umur komponen cementitious yaitu 1:3 dan minimal
28 hari telah mencapai target yang ditentukan dua lapisan (Gambar 2).
yaitu 35 MPa dan 20 MPa.

Tabel 2. Kuat Tekan Beton Umur 7 Hari


Kuat Tekan (MPa)
Benda Uji
7 hari 28 hari
Beton fas 0,40
dengan Target 32,53 37,85
35 MPa
Beton fas 0,55
dengan Target 20,13 26,20 (a) (b)
20 MPa Gambar 2. Bahan Pelapis Kedap Air
(a) Komponen A dan B sebelum
dicampur; (b) Campuran komponen A
Resapan Air dan B
Pada penelitian ini benda uji beton yang
tidak diberi bahan pelapis kedap air memiliki Tekstur permukaan benda uji ini terlihat
kuat tekan rata-rata 37,85 MPa (28 hari) dan tidak rata hal ini dikarenakan bahan dasar
faktor air semen (fas) 0,40. Dalam SNI 03- waterproof yang digunakan berupa cairan
2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan polimer (komponen A) dengan campuran
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, semen, pasir dan beberapa bahan tambahan
dicantumkan bahwa beton dengan (komponen B). Selang beberapa waktu setelah
permeabilitas rendah yang terkena pengaruh kedua komponen tersebut dicampur dan
lingkungan air diharuskan memenuhi diaduk, bahan tersebut dapat membentuk
persyaratan yaitu kuat tekan minimum 28 MPa sedikit butiran yang menggumpal jika dioleskan
dan fas maksimum 0,50, sedangkan untuk pada permukaan beton.
perlindungan tulangan terhadap korosi pada Hasil uji resapan air pada benda uji yang
beton yang terpengaruh lingkungan yang telah diberi lapisan kedap air cementitious ini
mengandung klorida dari garam atau air laut dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 4 dan
diharuskan memenuhi kuat tekan minimum 35 Gambar 3.
MPa dan fas 0,40.
Hasil uji resapan air pada benda uji beton Tabel 4. Resapan Air pada Beton fas 0,55 yang
ini dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 3. Diberi Lapisan Kedap Air Jenis
Cementitious
Tabel 3. Resapan Air pada Beton fas 0,40 Rendaman 10 Rendaman 24
Tanpa Lapisan Kedap Air Menit Jam
Rendaman 24 Kadar Kadar
Rendaman 10 Menit Variasi Kadar Air Kadar Air
Jam
No Kadar Kadar Kadar Air Air Rata- Air Rata-
Kadar (%) Rata (%) Rata
Air Rata- Air Rata-
Air (%) (%) (%)
Rata (%) (%) Rata (%)
1 1,39 3,58 1,62 5,49
0
2 1,34 1,35 3,58 3,62 1,86 1,65 5,50 5,47
Lapisan
3 1,32 3,71 1,46 5,44
0,08 1,31
2
0,09 0,08 0,78 0,95
Pada Tabel 3. tersebut dapat diketahui Lapisan
0,07 0,75
bahwa benda uji beton yang tidak diberi lapisan
0,04 0,42
kedap air masih memenuhi persyaratan 3
0,06 0,05 0,67 0,49
resapan air maksimum, yaitu untuk uji resapan Lapisan
0,05 0,38
air yang direndam selama 10±0,5 menit menit 0,05 0,38
diperoleh 1,35% dengan batas resapan 4
0,06 0,05 0,47 0,50
maksimum 2,5%. Pada benda uji resapan air Lapisan
0,04 0,42
yang direndam selama 24 jam diperoleh 3,62%
dengan batas resapan maksimum 6,5%.
Benda uji yang diberi bahan pelapis kedap
air jenis cementitious memiliki kuat tekan rata-
rata 26,20 MPa (28 hari) dan faktor air semen
20
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 3. Hasil Uji Resapan Beton fas 0,55


(tanpa dan dengan lapisan
Cementitious Waterproof)
Gambar 4. Hasil Uji Resapan Beton fas 0,40
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa benda tanpa Pelapis dan fas 0,55 yang Diberi
uji beton dengan faktor air semen yang sama Lapisan Cementitious Waterproof
(fas 0,55) tanpa diberi pelapis, memiliki
persentase resapan lebih tinggi daripada yang Gambar 4 di atas menunjukkan
diberi pelapis, hingga mendekati batas perbandingan hasil uji resapan air pada beton
maksimum resapan menurut SNI 03-2914- fas 0,40 tanpa pelapis dengan benda uji beton
1992. Hal ini menunjukkan bahwa pada benda fas 0,55 yang diberi variasi jumlah lapisan.
uji beton (fas 0,55) tanpa pelapis air dapat Dengan bertambahnya jumlah lapisan, terlihat
meresap masuk ke dalam beton dengan lebih penurunan resapan air pada beton. Pemberian
mudah melalui pori-pori. bahan pelapis kedap air jenis cementitious
Hal tersebut sesuai dengan penelitian pada permukaan beton dapat menghalangi
Diamanti dkk (2013) yang menunjukkan bahwa masuknya air ke dalam beton sehingga
pada beton fas 0,50 tanpa pelapis memiliki meningkatkan sifat permeabilitas.
resapan air yang lebih tinggi yaitu 1,9-2,4%, jika
dibandingkan dengan yang diberi pelapis KESIMPULAN
mencapai 1%.
Selain itu, pada Gambar 3 juga dapat
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian
diketahui adanya penurunan persentase
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
resapan air seiring dengan bertambahnya
resapan air pada beton yang diberi lapisan
jumlah lapisan. Secara keseluruhan,
kedap air (coating waterproof) jenis
berdasarkan hasil uji resapan benda uji yang
cementitious lebih kecil daripada resapan air
direndam selama 10±5 menit dan 24 jam dapat
pada beton tanpa pelapis. Pemberian lapisan
diketahui bahwa semua variasi jumlah lapisan
kedap air mampu menutup pori-pori sehingga
cementitious waterproof tidak ada yang
meminimalkan resapan air pada beton. Selain
melebihi batas resapan maksimum pada SNI
itu, semua benda uji dalam penelitian ini masih
03-2914-2002.
memenuhi batas resapan air maksimum
sebagai salah satu kriteria beton bertulang
kedap air sebagaimana tercantum dalam SNI
03-2914-2002.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin


mengucapkan terima kasih kepada
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang turut mendanai dan staf
Laboratorium Bahan Bangunan, Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas
Gadjah Mada yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini.

21
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

DAFTAR PUSTAKA Diamanti, M., Brenna, A., Bolzoni, F., Berra, M.,
Pastore, T., & Ormellese, M. (2013).
Badan Standarisasi Nasional. (1990). SNI-03- Effect of Polymer Modified
1974-1990 Metode Pengujian Kuat Cementitious Coatings On Water and
Tekan Beton. Jakarta: Badan Chloride Permeability in Concrete.
Standarisasi Nasional. Construction and Building Materials 49,
Badan Standarisasi Nasional. (1992). SNI-03- 720-728.
2914-1992 Spesifikasi Beton Bertulang Pan, X., Shi, Z., Shi, C., Ling, T.-C., & Li, N.
Kedap Air. Jakarta: Badan Standarisasi (2017). A review on concrete surface
Nasional. treatment Part I: Types and
Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI-03- mechanisms. Construction and Building
2847-2002 Tata Cara Perhitungan Materials, 578-590.
Struktur Beton Untuk Bangunan Tjokrodimuljo, K. (2007). Teknologi Beton.
Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Yogyakarta: Biro Penerbit KMTS FT
Nasional. UGM.

22
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Coprol: Conblock Porus Olahan Limbah Merapi

Astriana Hardawati1, FX Prisyafada2, M Arifian Ilham3


Universitas Islam Indonesia1
PT PP (Persero) Tbk2
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat3
Godegan RT 05 RW 08, Jamuskauman, Ngluwar, Magelang 56485
E-mail: harda.astriana@gmail.com

ABSTRAK

Berawal dari permasalahan eksploitasi air tanah yang terus berjalan tanpa diimbangi dengan
perbaikan cadangan air tanah, maka penelitian ini mencoba memberikan solusi lain menanggapi
masalah tersebut. Secara lebih sempit, masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah
perkerasan yang diterapkan saat ini, khususnya conblock yang belum menjawab permasalahan air
tanah. Genangan masih terjadi akibat deformasi pada permukaan conblock dan sifat conblock yang
tidak porus. Penelitian ini bertujuan memberikan mix design dan design conblock yang permeabel
namun tetap memenuhi standar kekuatan dan bernilai ekonomis dengan memanfaatkan bahan baku
dari limbah Merapi yang berlimpah.
Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu dengan membuat sampel uji coba
untuk menentukan mix design yang paling ideal untuk diterapkan pada conblock. Mempertimbangkan
kuat tekan berbanding terbalik dengan permeabilitas, artinya semakin permeabel suatu conblock maka
semakin rendah kuat tekannya, maka design yang diterapkan pada conblock dimodifikasi dengan
menambah beton non pasir pada bagian tengah conblock untuk meningkatkan nilai permeabilitas
conblock. Data-data uji coba kemudian diolah dan disesuaikan dengan SNI sehingga didapat klasifikasi
conblock dan penggunaannya sesuai parameter dalam SNI.
Hasil dari penelitian menunjukkan pengklasifikasian conblock dengan berbagai macam kombinasi
mix design. Didapatkan mix design yang paling ideal untuk lahan parkir adalah kombinasi 1:4 dan 1:3.
Sedangkan mix design 1:6 dan 1:5 berturut-turut memenuhi persyaratan untuk taman dan pejalan kaki

Kata kunci: conblock, porus, mix design, kuat tekan, permeabilitas, beton non pasir

ABSTRACT

The problem of groundwater exploitation that keeps running without any improvement of
groundwater reservation has initiated this research aiming to provide a solution to respond to the
problem. In a more specific discussion, the specific problem that becomes the background of this
research is the type of pavement that is applied recently, especially the conblock pavement which has
not provided solution to groundwater problem. Inundation over conblock surfaces still occur due to
surface deformation and non-porous properties of the conblock. This research aims to provide a mix
design and a permeable design of conblock which still meets both the standards of the structural
strength and the economic value by utilizing abundant raw materials from Merapi’s eruption products
The method used in this research is by making testing samples of conblock to determine the most
ideal mix design of the conblock. Considering that the compressive strength of concrete is inversely
proportional to permeability, meaning that the more permeable a conblock is, the lower the compressive
strength, the design applied to the conblock is modified by adding non-sand concrete into the center of
the conblock to increase the permeability value of the conblock. The resulted data is then processed
and adapted to SNI so that the classification of concblock and its use in accordance with the SNI-based
parameters is obtained.
The results of the study show the classification of conblock with various combinations of mix
designs. The most ideal mix design for parking lots is a combination of 1:4 and 1:3. While the mix
design 1:6 and 1:5 meet requirements for parks and pedestrians, respectively.

Keywords: conblock, porous, mix design, compressive strength, permeability, non-sand concrete

23
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

berat campuran. Perbandingan komposisinya


PENDAHULUAN yaitu 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, 1:8. Masing-
masing komposisi dibuat sebanyak 10 buah
Permasalahan ketersediaan air tanah yang dan diberi kode.
telah berkurang dan muka air tanah menurun 3. Pengujian benda uji di laboratorium
menjadi wacana yang hangat dibicarakan. Benda uji berupa kubus dengan ukuran sisi 7
Permasalahan ini disebabkan oleh sedikitnya air cm dan diuji tekan dengan mesin Riehle.
yang diresapkan ke dalam tanah akibat luasan Masing-masing komposisi diambil 3 buah
daerah resapan air yang berkurang. Di sisi lain, untuk diuji tekan dan 3 buah untuk diuji
kebutuhan akan air tidak pernah menurun, serapan. Pengujian tekan dilakukan untuk
bahkan semakin meningkat. Secara garis besar mengetahui kekuatan conblock dalam
dapat dikatakan, eksploitasi air tanah terus menerima pembebanan, sedangkan
berjalan tanpa diimbangi dengan perbaikan air pengujian serapan dilakuakn untuk
tanahnya. mengetahui kemampuan conblok menyerap
air.
Menanggapi masalah ketersediaan air tanah
4. Uji permeabilitas
ini, masyakarat mulai berpikir untuk tidak semakin
Pengujian permeabilitas dilakukan dengan
memperparah keadaan, contohnya dengan
mengalirkan air pada bentuk conblock yang
menggunakan paving block atau conblock
sudah diisi beton non pasir. Secara umum,
sebagai penutup halaman rumah, termasuk untuk
air akan terkonsentrasi pada permukaan
perkerasan jalan. Conblock memang lebih ramah
beton non pasir yang bersifat sangat
lingkungan dibanding perkerasan aspal atau
permeabel. Sehingga sifat yang dihasilkan
beton, karena sifatnya yang lebih porus, mampu
dari kombinasi conblock dan beton non pasir
dilewati air. Selain itu, segi kemudahan
ini sesuai dengan harapan dan menghasilkan
pembuatan dan pemasangan conblock turut andil
nilai permeabilitas tinggi tanpa mengurangi
dalam perkembangan conblock dewasa ini
kekuatan conblock.
Berbagai variasi conblock sudah berkembang,
5. Pemasangan sample di lapangan dan
misalnya bentuk conblock. Conblock yang
pengamatan
awalnya berbentuk persegi panjang biasa
Pengujian di lapangan dilakukan dengan
berkembang menjadi beraneka bentuk, bahkan
memasang conblock dengan luasan 2x1 m
warna. Perkembangan conblock ini juga
dan diamati kemampuanya meresapkan air
dipengaruhi oleh tersedianya material bahan baku
oleh hujan maupun penyiraman air secara
conblock dalam jumlah berlimpah dan berkualitas
manual.
baik, misalnya dari bencana vulkanik gunung
6. Pengolahan dan analisis data
Merapi.
Data hasil mix design dan pengujian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dianalisis dan dilakukan tinjauan pustaka.
campuran conblock yang ideal serta praktis tetapi Model susunan conblock disusun untuk
mempunyai nilai permeabilitas tinggi dengan mengetahui permeabilitasnya. Semua data
material bersumber dari limbah Merapi. Ideal hasil dibandingkan dengan syarat ketentuan
disini berarti memenuhi kriteria standar yang penggunaan paving block sesuai SNI-03-
digunakan di Indonesia baik dari segi kuat tekan 0691-1996.
maupun kriteria lain, sedangkan praktis berarti
aplikatif atau mudah dibuat. Diharapkan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini dapat memberikan gambaran kontribusi yang
diberikan conblock terhadap lingkungan yang Untuk mendapatkan mix design COPROL
berkelanjutan dan menjadi salah satu solusi atas yang ideal dilakukan analisis kebutuhan bahan
masalah eksploitasi air tanah. yang berasal dari erupsi Merapi dan semen PCC
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dasar
METODE perencanaan campuran beton. Hasil perencanaan
adukan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
1. Survey Lapangan
Tabel 1. Rancangan campuran conblock per 1 m 3
Survey mengenai kondisi agregat halus dan
kasar hasil erupsi Merapi dan mencari lokasi Perbandingan Semen Pasir Fly ash (kg)
PCC (kg) halus 12%
yang sesuai untuk pembuatan sampel
(kg)
conblock.
2. Pembuatan benda uji
1:3 429,9 1562,4 306,5
Benda uji dibuat dari bahan material erupsi
Merapi berupa kerikil dan pasir serta semen
PCC dan fly ash dibuat dengan 6 komposisi 1:4 340,4 1657,6 307,384
campuran yang berbeda yang dibedakan
berdasarkan perbandingan semen dan pasir. 1:5 280,6 1708 306
Sedangkan komposisi fly ditetapkan 12% dari
24
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

1:6 240,837 1747,2 305,851 Selain disebabkan oleh pemadatan yg tidak


merata, penyimpangan kuat tekan antara
1:7 210 1764 303,69 kombinasi 1:7 dan 1:8 juga disebabkan oleh tidak
signifikannya perbedaan volume material yang
1:8 184 1792 304 dibutuhkan karena dibuat dalam sampel
berukuran kecil, sehingga volume yang dihasilkan
kecil, bukan dalam volume besar.

Pengujian dilakukan pada usia 14 hari dan Persyaratan SNI membagi kuat tekan
28 hari. Hasil pengujian 14 hari pada menjadi empat klasifikasi kemanfaatan, yaitu
perbandingan 1:3, 1:4, 1:5 diberikan pada Tabel 2 untuk taman, pejalan kaki, parkir, dan jalan (Tabel
berikut. 4).

Tabel 4. Klasifikasi conblock berdasarkan SNI-03-


Tabel 2. Hasil pengujian conblock umur 14 hari 0691-1996
Berat Kuat Rata-
Ukuran (mm) SSD tekan rata Kualifikasi Kuat tekan rata-rata Kuat tekan
No Tanda (gram) (Mpa) (Mpa)
mutu minimum
Panjang Lebar Tebal

1 15A 71.6 71 70.8 727.9 23.61


A (jalan) 40 Mpa 35 Mpa
2 15B 70.9 71.1 70.6 708.7 20.83 19.72
3 15C 71.6 71.1 76.1 752.2 14.73 B (parkir) 20 Mpa 17 Mpa
4 14B 71.3 71.3 70.6 731.9 22.62
C (pejalan 15 Mpa 12.5 Mpa
5 14E 70.4 71.3 70.2 716.2 18.93 22.78 kaki)
6 14F 70.8 71.2 70.3 725.5 26.78 10 Mpa 8.5 Mpa
D (taman)
7 13A 70.8 70.8 71 708.2 21.94
8 13E 70.5 71.3 70.7 723.3 22.88 22.67
9 13D 72.6 71.3 71.6 759.8 23.18 Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan,
didapat klasifikasi conblock dari segi
kemanfaatan. Kuat tekan minimum yang
Selisih kuat tekan pada satu kombinasi disyaratkan ditunjukkan dengan Grafik 1,
disebabkan oleh pemadatan yang kurang merata sedangkan nilai serapan minimum yang
akibat pembuatan benda uji dilakukan secara disyaratkan ditunjukkan dengan Grafik 2.
manual. Dengan melihat hasil pada Grafik 1, dapat
dikatakan bahwa tidak ada kombinasi mix design
Selanjutnya hasil pengujian 28 hari pada
yang memenuhi persyaratan conblock untuk jalan.
perbandingan 1:6, 1:7, dan 1:8 ditampilkan pada
Tipe 1 dan tipe 2 adalah kombinasi mix design 1:3
Tabel 3 berikut.
dan 1:4 dan memenuhi persyaratan conblock
Tabel 3. Hasil pengujian conblock umur 28 hari untuk lahan parkir. Tipe 3 adalah kombinasi mix
Kuat Rata-
design 1:5 dan memenuhi persyaratan conblock
Ukuran (mm) tekan rata untuk pedestrian atau pejalan kaki. Tipe 4 adalah
No Tanda (Mpa) (Mpa) kombinasi mix design 1:6 dan memenuhi
Panjang Lebar Tebal persyaratan conblock untuk taman. Sedangkan
tipe 5 dan tipe 6 yaitu kombinasi mix design 1:8
1 16A 101.6 99 57.7 13.54 dan 1:7 tidak memenuhi persyaratan apapun.
2 16B 101.9 96.9 57 10.62 12.133 Berbeda dengan Grafik 1, Grafik 2
3 16C 102.4 105 57.7 12.24
menunjukkan nilai serapan minimum semua
kombinasi mix design memenuhi persyaratan
4 17B 106.7 99.7 59.5 4.97 kecuali benda uji no 10 yaitu kombinasi mix
5 17C 102 99 57 7.42 6.827 design 1:6. Penyimpangan ini disebabkan oleh
6 17D 105.6 103.6 57 8.09
pemadatan saat pembuaan benda uji yang tidak
merata.
7 18A 103 102.1 57.5 7.25
8 18D 104.7 102 57.8 9.44 9.857
9 18E 103.3 102.4 57.1 12.88

25
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

40 Mpa(Jalan)

20 Mpa(Parkir)

15 Mpa (Pejalan Kaki)


10 Mpa(Taman)

Grafik 1. Persyaratan minimum kuat tekan

10 % (Jalan)

8 % (Parkir)
6 % (Pejalan Kaki)
3 % (Taman)

Grafik 2 Persyaratan minimum nilai serapan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan


menggunakan SNI-03-0691-1996 sebagai
pedoman, dapat disimpulkan beberapa hal. Mix
design 1:6 dan 1:5 berturut-turut memenuhi

26
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

persyaratan kelas D untuk taman dan kelas C


untuk pejalan kaki. Selain itu, persyaratan kelas B
untuk parkir dipenuhi oleh mix design 1:4 dan 1:3.

Sifat permeabel yang didapat dari uji


lapangan menunjukkan semua conblock bersifat
porus sehingga nilai permeabilitas didasarkan
pada nilai permeabilitas tanah dimana conblock
tersebut ditempatkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada


DIKTI atas bantuan dana untuk penelitian ini
melalui program PKM, juga terima kasih kepada
Bapak Ashar Saputra, S.T., M.T., Ph.D selalu
pembimbing atas bimbingan dan arahan selama
penelitian dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Malhotra, V. M. & Mehta, P. K. (2005). High


Performance, High-Volume Fly Ash Concrete:
materials, mixture proportioning, properties,
constructions practice, and case histories. Ottawa,
Canada. Suplementary Cementing Materials for
Sustainable Development Inc., Ottawa Canada.
Tjokrodimulyo, K. (2007). Teknologi Beton. Biro
Penerbit Teknik Sipil Gadjah Mada. Jakarta.
RI (Republik Indonesia). (1996). SNI-03-0691-1996.
Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
USA (United Stated of America). 1993.. Manual of
Concrete Practice parts 1 226.3R-3. American
Concrete Institute (ACI).
USA (United Stated of America). 1993. Concrete and
Aggregate volume 04.02. American Society for
Testing and Materials (ASTM). Philadelphia.

27
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

28
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

EFISIENSI PEMANFAATAN AIR IRIGASI MENUJU POLA TANAM


YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN SERTA
BERADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Subandiyah Azis1, I Wayan Mundra2
Institut Teknologi Nasional Malang12
E-mail: cup.subandiyah@gmail.com

ABSTRAK

Telah kita rasakan bersama bahwa Pemanasan Global telah menimbulkan perubahan iklim yang
berakibat munculnya gangguan debit air permukaan. Gangguan debit air permukaan ini juga
mengakibatkan berubahnya pemberian air irigasi bagi pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengaturan pemberian air irigasi yang lebih efisien dengan cara menyusun pola tanam yang bersifat
ramah lingkungan dan kontinyu serta mampu menyesuaikan dengan kondisi terjadinya perubahan iklim.
Selama ini pengaturan alokasi air irigasi menjadi wewenang Pemerintah melalui instansi terkait dan pola
tanam yang digunakan sama sepanjang tahun. Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dihasilkan
kesimpulan bahwa pola tanam yang selama ini dilaksanakan dan yang tertuang di dalam Rencana Tata
Tanam Global (RTTG) harus disempurnakan dan disusun setiap tahun dengan cara mempertimbangkan
berubahnya waktu musim hujan dan bentuk pola curah hujan efektif.. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang terdiri dari : penyusunan Prosedur Operasi Standar,
melakukan koordinasi intensif dengan seluruh pemangku kepentingan, melakukan penyebaran kuisener
dan melakukan analisa hasil isian kuisener dari responden serta melakukan diseminasi terhadap
hasilnya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah agar supaya Pemerintah berupaya
menyempurnakan kebijakan atau peraturan yang mengatur penyusunan RTTG sehingga akan
menghasilkan dampak yang signifikan untuk meningkatkan produktifitas padi dan semakin menguatnya
ketahanan pangan di masing-masing daerah di wilayah regional dan di wilayah nasional. Hasil dari
penelitian ini adalah menunjukkan besarnya pengaruh yang diberikan oleh ketersediaan debit air
terhadap pola tanam Musim Hujan , Musim Kemarau 1 dan Musim Kemarau 2 yang dinyatakan dalam
persen. Kesimpulan dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah memang RTTG yang terdiri dari
pola tanam Musim Hujan, pola tanam Musim Kemarau 1 dan Pola Tanam Musim Kemarau 2 harus
disempurnakan dengan mempertimbangkan kondisi air permukaan akibat perubahan iklim.

Kata kunci: perubahan iklim, air irigasi, pola tanam, peraturan

ABSTRACT

We have felt together that Global Warming has caused climate change which has resulted in the
disruption of surface water discharge. This disruption of surface water discharge also results in changes in
the provision of irrigation water for agriculture. Therefore it is necessary to regulate the provision of more
efficient irrigation water by composing a cropping pattern that is environmentally friendly and continuous and
able to adapt to the conditions of climate change. So far the regulation of irrigation water allocation has
become the authority of the Government through relevant agencies and the cropping patterns used are the
same throughout the year. Based on previous research, it has been concluded that the cropping patterns
that have been carried out and those contained in the Global Planting Plan (RTTG) must be refined and
prepared every year by considering changes in the rainy season and effective rainfall patterns. The methods
used in this study is the descriptive method consisted of: preparation of Standard Operating Procedures,
intensive coordination with all stakeholders, conducting questionnaires and analyzing questionnaires results
from respondents and disseminating results. The purpose of this study is so that the Government seeks to
improve policies or regulations governing the preparation of RTTG so that it will produce a significant impact
to increase rice productivity and the strengthening of food security in each region in the regional region and
in the national region. The results of this study are to show the magnitude of the relationship of the water
discharge availability on the planting pattern of the Rainy Season, Dry Season 1 and Dry Season 2 which
are represent in percent. The conclusion of the results obtained from this study is that RTTG consisting of
the Rainy Season cropping pattern, the Dry Season 1 cropping pattern and the Dry Season 2 cropping
pattern must be improved by considering the condition of surface water due to climate change

Keywords : climate change, irrigation water, cropping patterns, regulations

29
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN Selama ini penataan air irigasi dilakukan oleh


Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
Dinas/Instansi terkait yang didahului dengan
Pembangunan irigasi di Indonesia sudah
perencanaan pola tata tanam pada petak tersier
berlangsung lebih dari satu abad yaitu sejak
berdasarkan kondisi air permukaan yang ada.
jaman penjajahan Belanda sehingga kita dapat
Perencanaan penyediaan air irigasi dan
mengumpulkan pengalaman-pengalaman
perencanaan pola tata tanam petak tersier pada
berharga yang sangat bermanfaat bagi
masing-masing daerah irigasi dituangkan
pengembangan irigasi di masa yang akan datang.
kedalam Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
Irigasi sebagai salah satu komponen
yang disahkan oleh kepala daerah.
pendukung keberhasilan pembangunan pertanian
Penyusunan RTTG ini dilakukan satu tahun
mempunyai peran yang sangat penting.
sebelum pelaksanaan pola tata tanam. Adapun
Penyediaan air irigasi bagi pertanian perlu
pola tanam dalam satu tahun terdiri atas 3 (tiga)
dikelola dengan cara yang bijak dan secara
musim tanam yaitu (1). Musim Hujan/MH. (2).
berkelanjutan agar keberadaan dan fungsinya
Musim Kemarau Pertama/MK1. (3).Musim
semakin terpelihara. Pengelolaannya termasuk
Kemarau Kedua /MK2.
pemanfaatannya harus diselenggarakan secara
Mengingat pemanfaatan air irigasi harus
adil dan merata sehingga dapat memberikan
dikelola secara efisien guna menghasilkan pola
manfaat di bidang pertanian. Sebagai upaya
tanam yang ramah lingkungan dan beradaptasi
untuk meningkatkan produksi pangan dapat
terhadap perubahan iklim maka penyusunan
dilakukan melalui pengelolaan alokasi air irigasi
RTTG juga perlu diadaptasi terhadap perubahan
yang tepat dan efisien.
iklim agar supaya pelaksanan RTTG dapat
Untuk mewujutkan pengelolaan air irigasi
meningkatkan produktifitas padi dan menghindari
yang tepat dan efisien, seluruh lahan sawah di
kegagalan panen.
Indonesia telah dibagi menjadi Daerah Irigasi (DI).
Karena penyusunan RTTG menjadi salah
Daerah Irigasi memperoleh air melalui jaringan
satu kebijakan Pemerintah Kabupaten , maka
irigasi yang dialiri air dari bangunan pengambilan
setelah seluruh pemangku kepentingan
utama yang berada di sungai atau di waduk.
memahami dan dapat menerima cara
Pemanasan Global (Global Warming) telah
memanfaatkan air irigasi yang efisien dan
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim
menyempurnakan RTTG yang lebih sesuai
(Climate Change) dan perubahan iklim telah
terhadap perubahan iklim maka selanjutnya
menyebabkan pergeseran musim hujan dan
diharapkan ada penyempurnaan kebijakan dari
musim kemarau. Waktu berlangsungnya musim
Dinas/Instansi terkait.
hujan dan musim kemarau tidak tetap, kadang-
Semakin banyak penelitian menunjukkan
kadang musim penghujan berlangsung kurang
bahwa dunia menghangat dan akan terus
dari 6 (enam) bulan dan kadang-kadang lebih,
menghangat saat konsentrasi gas rumah kaca
demikian juga musim kemarau (Azis.S, 2011).
meningkat di masa depan (Sheo, 2008). Hal ini
Pola tahunan presipitasi (hujan) dan suhu
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.
akan berubah secara substansial selama abad ini
Perubahan iklim dapat mempengaruhi ekosistem,
(Zarghami, 2011). Kondisi ini menyebabkan
lingkungan dan sumber air. Salah satu dampak
ketersediaan air permukaan menjadi tidak
terpenting perubahan iklim adalah perubahan air
menentu dan jika air permukaan terpengaruh
yang tersedia di tingkat regional dan lokal.
maka kondisi debit air termasuk penyediaan air
(Kazem, 2013). Perubahan iklim juga
untuk irigasi juga terpengaruh sehingga perlu
berpengaruh besar terhadap kondisi air
dilakukan penataan air permukaan yang
permukaan di perkotaan dan areal persawahan.
beradaptasi terhadap perubahan iklim ini. (Azis.S,
(Kerry, 2010).
2011).
Hasil ini menimbulkan kesimpulan betapa
Perubahan iklim diproyeksikan memiliki
pentingnya untuk mengetahui dampak perubahan
dampak signifikan pada kondisi yang
iklim terhadap sumber daya air di wilayah sungai
mempengaruhi pertanian (Ziad, 2010). Sektor
dan untuk merumuskan kebijakan yang sesuai
pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap
untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber
perubahan iklim (Firdaus, 2013). Oleh karena itu
daya yang tepat. (Akhtar, 2008). Kebijakan harus
penyediaan air irigasi termasuk salah satu
ditentukan berdasarkan kondisi masyarakat yang
pengelolaan air yang harus diadaptasi terhadap
terkait dengan pengelolaan sumberdaya air.
perubahan iklim agar suplai air irigasi untuk lahan
(Pruneau,2008).
pertanian tetap terjaga dengan baik guna
Ketersediaan sumberdaya air dan lahan
meningkatkan produksi pangan di daerah dan di
pertanian potensial semakin langka dan terbatas
tingkat nasional. Sebagai upaya untuk
sementara kebutuhan air untuk berbagai
meningkatkan produksi pangan dapat dilakukan
kepentingan semakin meningkat menyebabkan
melalui pengelolaan alokasi air irigasi yang tepat
permintaan air semakin kompetitif. (Rachman,
dan efisien. (Azis.S,2011)
2009). Pertanian merupakan kegiatan ekonomi
yang sangat bergantung pada kondisi iklim.
30
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Perubahan iklim telah mengancam produktivitas bulan Oktober 2011, telah dinyatakan bahwa
sektor pertanian sehingga rentan keduanya yaitu perencanaan alokasi air harus
ekonomi dan fisik terhadap ketidakseimbangan mempertimbangkan perubahan karakteristik
dan perubahan iklim. sumber daya air yang disebabkan terjadinya
Produktivitas dipengaruhi oleh sejumlah perubahan iklim. (Azis S, 2011)
variabel perubahan iklim termasuk pola curah Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut
hujan, kenaikan suhu, perubahan penaburan dan telah dilakukan penelitian ini untuk
pemanenan, ketersediaan air dan kesesuaian menyempurnakan pemanfaatan air irigasi yang
lahan. (Shakoor, 2011). lebih efisien guna menghasilkan pola tanam yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan serta
a. Rencana Tata Tanam Global (RTTG) beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Selanjutnya diperlukan penelitian yang
RTTG disebut juga Rencana Tata Tanam sifatnya melanjutkan hasil penelitian ini yaitu
Daerah (RTTD) yaitu suatu pedoman yang dengan cara melakukan uji coba RTTG yang baru
memuat rencana luas tanam, rencana pola dan mengamati hasilnya, selanjutnya diharapkan
tanam, rencana waktu tanam dan rencana alokasi dapat mendorong Pemerintah Kabupaten dan
pemberian air irigasi pada satu Daerah Irigasi Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Pusat agar
(DI), sedangkan Daerah Irigasi (DI) adalah suatu supaya dapat melakukan perubahan kebijakan
luasan lahan sawah yang menerima air irigasi tentang pengaturan air irigasi dan pola tanam
yang berasal dari satu Jaringan Irigasi (JI). secara regional dan nasional. Dengan perubahan
Dengan terjadinya perubahan iklim maka kebijakan ini maka diharapkan produktifitas lahan
alokasi air irigasi yang direncanakan tidak sama sawah dapat dimaksimalkan guna mendukung
sepanjang tahun melainkan harus ketahanan pangan.
mempertimbangkan pola waktu hujan efektif yang Penelitian ini dilaksanakan untuk
turun pada satu tahun sebelum pelaksanaan menghasilkan manfaat yaitu : (1). sebagai upaya
RTTG pada tahun berikutnya. Begitu seterusnya agar pengaturan alokasi air irigasi lebih
untuk tahun yang akan datang, secara dinamis akomodatif terhadap pergeseran musim hujan
harus selalu dilakukan perencanaan pola waktu dan lebih sesuai dengan kondisi debit air irigasi
hujan efektif terlebih dulu sebagai acuan untuk yang tersedia. (2). penyusunan RTTG lebih
menentukan alternatif jadwal awal tanam, sesuai dengan kondisi perubahan iklim dan pada
sebelum merencanakan RTTG. akhirnya akan menghindari kemungkinan
terjadinya gagal panen. (3). seluruh pemangku
b. Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) kepentingan yang terlibat di dalam perencanaan
dan pelaksanaan alokasi air irigasi akan
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) memahami situasi dan kondisi perubahan iklim
adalah satu organisasi bagi para petani yang sangat berpengaruh terhadap air
(masyarakat) yang mempunyai tujuan agar permukaan dan air irigasi.
supaya alokasi air irigasi pada satu Jaringan Selanjutnya perlu dilakukan perubahan
Irigasi (JI) dapat terlaksana dengan baik dan peraturan tentang penetapan Rencana Tata
menghindari konflik kepentingan antar desa. Tanam Global (RTTG).
HIPPA Tunggal disingkat HIPPA mempunyai
wilayah pada satu Jaringan Irigasi (JI) pada satu METODE
desa. Sedangkan Gabungan HIPPA (G-HIPPA)
adalah organisasi gabungan yang terdiri dari a. Lokasi Penelitian
beberapa HIPPA.
Satu Jaringan Irigasi (JI) melintasi Untuk mewujutkan pelaksanan pemahaman
beberapa desa sehingga G-HIPPA adalah Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang baru
organisasi gabungan yang terdiri dari masing- ini dipilih Daerah Irigasi (DI) Molek yang
masing HIPPA yang ada di desa-desa yang merupakan salah satu dari 44 (empat puluh
dilintasi Jaringan Irigasi (JI) tersebut. empat) Daerah Irigasi (DI) di wilayah Kabupaten
Malang. Daerah Irigasi (DI) Molek termasuk
c. Penelitian Pendahuluan dalam wilayah Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Kepanjen, Dinas Pekerjaan Umum
Dari penelitian pendahuluan telah dihasilkan Sumber Daya Air Kabupaten Malang. Peta lokasi
suatu Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang daerah Irigasi Molek Kabupaten Malang disajikan
baru yang lebih akomodatif terhadap pergeseran pada Gambar 1.
musim. RTTG yang baru ini mempertimbangkan
pergeseran musim hujan dan besarnya curah
hujan serta faktor perkolasi pada tanah lahan
sawah (Azis S, 2011).
Pada Journal of Basic and Applied Scientific
Research (JBASR)Volume 1, Nomor 10, Terbitan
31
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Dimana :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
E : Persen kelonggaran = 0,05

Selanjutnya hasil kuisener di analisa


berdasarkan Variabel Penelitian, Pengujian
Kelayakan Instrumen (Uji Validitas, Uji
Reliabilitas, Pengolahan dan Analisa Data).
Data yang diperoleh dari hasil survei
(kuesioner) telah diolah untuk memperoleh
informasi dalam bentuk tabel. Hasil olahan data
tersebut digunakan untuk mengetahui kondisi riil
seluruh pemangku kepentingan dalam memahami
aspek perubahan iklim berkaitan dengan
perencanaan dan pelaksanaan alokasi air irigasi.
Pengolahan dilakukan dengan
memperhatikan jenis data yang dikumpulkan
dengan berorientrasi pada tujuan yang hendak
dicapai. Ketepatan dalam teknik analisa sangat
mempengaruhi ketepatan hasil penelitian.
Adapun teknik analisa data yang digunakan
Gambar 1. Lokasi Daerah Irigasi Molek Kabupaten adalah analisis faktor dan analisis regresi linier
Malang berganda. Pengolahan data dikerjakan dengan
(Dinas PUSDA Kabupaten Malang 2017) bantuan program MS Excel 2007.

b. Metode Pengumpulan Data HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode pengumpulan data dilakukan secara


Analisa data untuk mendapatkan hubungan
langsung ke lokasi penelitian dan dengan
antara pola tanam pada 3 kondisi (musim hujan,
melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh
musim kemarau pertama dan musim kemarau
pemangku kepentingan termasuk HIPPA untuk
kedua) dengan ketersedia debit air irigasi sesuai
memperoleh data yang diperlukan. Di dalam
dengan pengelolaannya.
kuisener tercantum pertanyaan tentang
Pada analisa Regresi ini digunakan software
pemahaman perubahan iklim yang terkait dengan
MS Excel 2007, menggunakan data hasil
ketersediaan air permukaan terutama untuk
pengumpulan kuesioner yang kompilasi menjadi 2
irigasi serta kemauan untuk perubahan pola tata
komponen data sebagai variabel yang
tanam yang akan dilaksanakan.
mempengaruhi disebut Independent Variable
Kegiatan pada tahap ini diperlukan untuk
(variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi
mengetahui secara visual mengenai kondisi
disebut Dependent Variable (variabel terikat).
lokasi penelitian. Dari hasil peninjauan lokasi
Analisis Korelasi merupakan suatu analisis
penelitian dan diskusi dengan Dinas/Instansi
untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan
terkait akan diperoleh gambaran umum lokasi dan
antara dua variable yaitu hubungan antara
kondisi daerah penelitian.
variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y)
Selain data langsung tersebut juga telah
bisa dalam bentuk polinom derajat satu (linear)
diperoleh data dari hasil pencatatan, pengukuran
polinom derajat dua (kuadratik). Tingkat
maupun kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain
hubungan tersebut dapat dibagi menjadi tiga
termasuk studi pustaka yang berupa teori-teori,
kriteria yaitu mempunyai hubungan positif,
konsep-konsep, variabel-variabel dari catatan,
mempunyai hubungan negatif dan tidak
jurnal, buku dan sebagainya guna memperkuat
mempunyai hubungan.
dan mendukung penelitian ini.
Adapun varibel yang digunakan dalam
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
analisa ini berupa variabel bebas (X) dengan
pemangku kepentingan yang terlibat di dalam
variabel tak bebas (Y) yang terdiri dari:
perencanaan dan pelaksanaan alokasi air irigasi
variabel bebas (X) terdiri atas 4 komponen data
di Daerah Irigasi Molek Kabupaten Malang. Dan
yaitu:
jumlah sampel dapat ditentukan berdasarkan
rumus Slovin ukuran sampel dapat dihitung,
X1 = Pertimbangan ketersediaan air terhadap
sebagai berikut :
pola tanam
X2 = Pengaturan pola taman dengan RTTG
n= X3 = Keberhasilan pola taman dengan RTTG

32
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

X4 = Kegagalan pola taman dengan RTTG Dari tabel dapat dijelaskan bahwa Nilai
variabel tak bebas (Y) terdiri atas 3 komponen korelasi antara Pola Tanam Musim Hujan (MH)
data yaitu: dan Ketersediaan Debit Air sebesar 0,569.
Y1 = Ketersediaan (Debit) Air Musim Hujan Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R^2)
Y2 = Ketersediaan (Debit) Air Musim Kemarau sebesar 0,324; yang berarti bahwa kontribusi atau
Pertama sumbangan atau besarnya pengaruh yang
Y3 = Ketersediaan (Debit) Air Musim Kemarau diberikan oleh Ketersediaan Debit Air terhadap
Kedua Pola Tanam Musim Hujan sebesar 0,324 (32,4%)
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Hasil analisa pengolahan data kuisener untuk
Musim Hujan, Musim Kemarau 1 dan Musim Tabel 3. Residual Output Musim Hujan
Kemarau 2 disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel RESIDUAL OUTPUT
3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8, Observation Predicted Y1 Residuals
Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11 dan Tabel 12. 1 37,37791 -10,37790
2 37,07287 -3,07287
a. Musim Hujan (MH) 3 40,29526 -5,29526
4 36,10287 1,89712
Tabel 1. Pola Tanam Musim Hujan dan Ketersediaan 5 38,75639 -0,75639
Debit Air 6 38,59947 -0,59947
Kelmpok 7 39,97473 0,02527
Y1 X1 X2 X3 X4
Sampel 8 41,95863 -1,95863
1 27 48 44 34 34 9 35,48804 5,51195
34 50 43 32 32 10 34,27548 7,72452
2
11 42,07101 0,92899
3 35 45 37 39 33 12 47,02735 5,97265
4 38 38 29 34 30 Sumber : Hasil Analisa

5 38 45 44 40 31 Tabel 4. Probability Output Musim Hujan


6 38 44 40 38 33 PROBABILITY OUTPUT
Observation Percentile Y1
7 40 50 40 40 20
1 4,16666 27
8 40 48 50 50 20 2 12,50000 34
9 41 48 41 31 28 3 20,83333 35
4 29,16667 38
10 42 43 43 34 27
5 37,50000 38
11 43 43 42 44 40 6 45,83333 38
53 56 48 45 42 7 54,16667 40
12
8 62,50000 40
Sumber : Hasil Analisa
9 70,83333 41
Berdasarkan data pada tabel di atas 10 79,16667 42
dilakukan analisa untuk mengetahui tingkat 11 87,50000 43
keeratan hubungan antara dua variabel yaitu 12 95,83333 53
Sumber : Hasil Analisa
hubungan antara peubah bebas (X) dengan
peubah tak bebas (Y) bisa dalam bentuk polinom b. Musim Kemarau 1 (MK1)
derajat satu (linear) polinom derajat dua
(kuadratik). Tabel 5. Pola Tanam Musim Kemarau 1 dan
Dari hasil analisa regresi linier berganda Ketersediaan Debit Air
dengan menggunakan program Microsoft Excel Kelmpok
Y1 X1 X2 X3 X4
dapat diuraikan sebagai berikut. Sampel
1 27 48 44 34 34
Tabel 2. Summary Output Musim Hujan
2 26 48 44 34 34
Regression Statistics
3 26 45 44 40 31
Multiple R 0,569945
4 38 50 43 32 32
R Square 0,324837
5 38 38 29 34 30
Adjusted R Square -0,06097
6 39 44 40 38 33
Standard Error 6,326094
7 39 50 40 40 20
Observations 12
Sumber : Hasil Analisa 8 40 48 50 50 20

9 40 48 41 31 28

33
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

10 42 45 37 39 33 4 29,16667 38
5 37,50000 39
11 42 43 43 34 27
6 45,83333 39
12 54 43 42 44 40 7 54,16667 40
Sumber : Hasil Analisa 8 62,50000 40
9 70,83333 42
Berdasarkan data pada tabel di atas 10 79,16667 42
dilakukan analisa untuk mengetahui tingkat 11 87,50000 45
keeratan hubungan antara dua variabel yaitu 12 95,83333 45
hubungan antara peubah bebas (X) dengan Sumber : Hasil Analisa
peubah tak bebas (Y) bisa dalam bentuk polinom
derajat satu (linear) polinom derajat dua Tabel 9. Pola Tanam Musim Kemarau 2 dan
(kuadratik). Ketersediaan Debit Air
Dari hasil analisa regresi linier berganda Kelmpok
Y1 X1 X2 X3 X4
Sampel
dengan menggunakan program Microsoft Excel
dapat diuraikan sebagai berikut. 1 35 38 29 34 30

2 36 50 40 40 20
Tabel 6. Summary Output Musim Kemarau 1
3 40 45 44 40 31
Regression Statistics
4 40 48 50 50 20
Multiple R 0,423268
5 41 44 40 38 33
R Square 0,179156
6 41 43 42 44 40
Adjusted R Square -0,2899
7 42 43 43 34 27
Standard Error 7,073358
8 42 45 37 39 33
Observations 12
Sumber : Hasil Analisa 9 43 48 41 31 28

10 43 48 44 34 34
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa Nilai
korelasi antara Pola Tanam Musim Kemarau 1 11 44 50 43 32 32
(MK1) dan Ketersediaan Debit Airsebesar 0,423. 12 56 56 48 45 42
Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R^2) Sumber : Hasil Analisa
sebesar 0,179; yang berarti bahwa kontribusi atau
sumbangan atau besarnya pengaruh yang Berdasarkan data pada tabel di atas
diberikan oleh Ketersediaan Debit Air terhadap dilakukan analisa untuk mengetahui tingkat
Pola Tanam Musim Kemarau 1 (MK1)sebesar keeratan hubungan antara dua variabel yaitu
0,179 (17,9%) sedangkan sisanya dipengaruhi hubungan antara peubah bebas (X) dengan
oleh faktor lain. peubah tak bebas (Y) bisa dalam bentuk polinom
derajat satu (linear) polinom derajat dua
Tabel 7. Residual Output Musim Kemarau 1 (kuadratik).
RESIDUAL OUTPUT Dari hasil analisa regresi linier berganda
Observation Predicted Y1 Residuals dengan menggunakan program Microsoft Excel
1 35,91006 -9,91006 dapat diuraikan sebagai berikut.
2 37,37474 -11,37470
3 36,02368 1,97631 Tabel 10. Summary Output Kemarau 2
4 39,65532 -1,65532 Regression Statistics
5 38,33279 0,66721
6 40,24962 -1,24962 Multiple R 0,924359
7 39,06202 0,93798 R Square 0,854439
8 35,46178 4,53822 Adjusted R Square 0,771261
9 40,74872 1,25128
10 33,90097 8,09903 Standard Error 2,484799
11 40,46380 4,53619 Observations 12
12 42,81650 2,18350 Sumber : Hasil Analisa
Sumber : Hasil Analisa
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa Nilai
Tabel 8. Probability Output Musim Kemarau 1 korelasi antara Pola Tanam Musim Kemarau 2
PROBABILITY OUTPUT (MK2) dan Ketersediaan Debit Airsebesar 0,924.
Observation Percentile Y1 Sedangkan untuk nilai koefisien determinasi (R^2)
1 4,16666 26 sebesar 0,854; yang berarti bahwa kontribusi atua
2 12,50000 26 sumbangan atau besarnya pengaruh yang
3 20,83333 38 diberikah oleh Ketersediaan Debit Airterhadap
34
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pola Tanam Musim Kemarau 2 (MK2)sebesar Ucapan Terima Kasih saya sampaikan
0,854 (85,4%) sedangkan sisanya dipengaruhi kepada pemberi dana yaitu Kementrian
oleh faktor lain. Ristekdikti. Ucapan terima kasih juga saya
sampaikan kepada Rektor Insttut Teknologi
Tabel 11 Residual Output Musim Kemarau 2 Nasional Malang, Lembaga Penelitian dan
RESIDUAL OUTPUT Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi
Observation Predicted Y1 Residuals Nasional Malang yang telah memfasilitasi
1 33,79419 1,205813 pemberian dana. Tak lupa saya sampaikan terima
2 38,47736 -2,47736 kasih kepada Panitia Semsina 2018 Fakultas
3 41,57205 -1,57205 Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
4 39,02026 0,979741 Nasional Malang yang telah member kesempatan
5 41,04384 -0,04384 kepada saya ntuk berkontribusi hasil penelitian
6 43,58903 -2,58903 tahun 2018 guna dimanfatkan oleh pihak yang
7 38,91172 3,088276 membutuhkan.
8 40,75536 1,244638
9 41,96997 1,030026 DAFTAR PUSTAKA
10 45,1623 -2,1623
11 45,33048 -1,33048 Subandiyah A. 2011. Analysis of Irrigation Water
12 53,37344 2,62656 Requirement for Anticipating Global Climate
Sumber : Hasil Analisa Change. Journal of Basic and Applied
Scientific Research (JBASR). 1(10), 1709-
Tabel 12. Probability Output Musim Kemarau 2 1714.
PROBABILITY OUTPUT
Observation Percentile Y1 Firdaus A. 2013. Adaptasi Petani Terhadap
1 4,16666 35 Perubahan Iklim. Jurnal Lingkungan Hidup.
2 12,50000 36 Januari,2013.
3 20,83333 40
https://uwityangyoyo.wordpress.com/2013/01
4 29,16667 40
5 37,50000 41 /10/adaptasi-petani-terhadap-perubahan-
6 45,83333 41 iklim/. Diakses tanggal 18 Mei 2017.
7 54,16667 42
8 62,50000 42 Kazem, Javan. 2013. The Influences of Climate
9 70,83333 43 Change on the Runoff of Gharehsoo River
10 79,16667 43 watershed. American Journal of Climate
11 87,50000 44 Change. Published Online Desember 2013.
12 95,83333 45
296-305.
Sumber : Hasil Analisa

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan Kerry, J. 2010. Les compe´tences de ´montre´es
besarnya pengaruh yang diberikan oleh par des employe´s municipaux implique´s
ketersediaan debit air terhadap pola tanam Musim dans un processus d’adaptation aux
Hujan , Musim Kemarau 1 dan Musim Kemarau 2 changements climatiques. Master’s thesis.
yang dinyatakan dalam persen. Universite´ de Moncton. Moncton. France.

KESIMPULAN M. Akhtar, N. Ahmad and M. J. Booij. 2008. The


Impact of Climate Change on the Water
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
hampir semua stake holder (pemangku Resources of Hindukush- Karakorum-
kepentingan telah memahami terjadinya Himalaya Region under Different Glacier Co-
perubahan iklim yang mengakibatkan verage Scenarios. Journal of Hydrology.
terganggunya kondisi debit air permukaan dan 355(1). 148-163.
sebagian besar pemangku kepentingan juga
memahami apabila Rencana Tata Tanam Global Pruneau, D., Demers, M. and Khattabi, A. 2008.
(RTTG) yang terdiri dari pola tanam Musim Hujan, E´duquer et communiquer en matie`re de
pola tanam Musim Kemarau 1 dan Pola Tanam changements climatiques: de´fis et
Musim Kemarau 2 harus disempurnakan dengan
possibilite´s. VertigO. 8(2),1-9.
mempertimbangkan kondisi air permukaan akibat
perubahan iklim.
Rahman, B. 2009. Kebijakan sistem kelembagaan
UCAPAN TERIMA KASIH pengelolaan irigasi: Kasus Provinsi Banten.
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 7(1). 1-
19.
35
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Rencana Strategis Penelitian (Renstra Penelitian)


Institut Teknologi Nasional Malang Tahun
2016-2020. 2016. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat Institut
Teknologi Nasional Malang.

Shakoor, U., Saboor, A., Ali, I. and Mohsin, A.Q.


2011. Impact of climate change on
agriculture: Empirical evidence from Arid
Region. Park. Journal of Agricultural and
Sciences. 4(1). 327-333.

Seo, S.N. and Mendelsohn, R. 2008. A Ricardian


Analysis of the impact of climate change on
South American farms. Chil J Agri Res.
68(1). 69-79.

Subagyono.K. 2011. Pengelolaan Sumberdaya


Iklim dan Air untuk Antisipasi Perubahan
Iklim. BPTP, Lembang, Jawa Barat.

Wiyono, Agung. 2011. Kajian Peran serta Petani


terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi
untuk Usaha Tani metode System of Rice
Intensification (SRI) di Petak Tersier Daerah
Irigasi Cirasea Kabupaten Bandung Jawa
Barat. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang
Rekayasa Sipil. 19(1). 37-52.

Zarghami, A. Abdi, I. Babaeian, Y. Hassanzadeh


and R. Kanani. 2010. Impacts of Climate
Change on Runoffs in East Azerbaijan.
Journal of Global and Planetary Change.
78(1). 137-146.

Ziad, A. Mimi., Sireen Abu Jamous. 2010. Climate


change and agricultural water demand:
Impacts and adaptations. African Journal of
Environmental Science and Technology.
4(1). 183-192.

36
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

EVALUASI KINERJA SIMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL


JL. KALPATARU – JL. CENGGER AYAM KOTA MALANG

Syadza Nabila Yusna1, Annur Ma’ruf2


Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang 1
Doesn Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang2
Email: sydznbla@gmail.com

ABSTRAK

Tingginya tingkat kemacetan merupakan salah satu penyebab tingginya permasalahan transportasi di
Kota Malang. Permasalahan tersebut secara umum sering terjadi di beberapa persimpangan di Kota
Malang, salah satunya adalah pada persimpangan bersinyal Jl. Kalpataru – Jl. Cengger Ayam.
Kemacetan yang terjadi pada persimpangan ini sering kali menimbulkan antrian dan tundaan yang cukup
tinggi. Hal tersebut menyebabkan pelaku pergerakan terkadang membutuhkan waktu yang lama saat
berada di persimpangan tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka
dilakukanlah evaluasi kinerja simpang pada persimpangan bersinyal Jl. Kalpataru – Jl. Cengger Ayam
Kota Malang. Untuk menunjang studi ini di perlukan sampel volume lalu lintas, panjang antrian, dan
tundaan dengan survey lapangan pada kondisi eksisting yang di laksanakan pada 3 hari di mulai dari hari
Sabtu 24 Februari 2018, Minggu 25 Februari 2018, dan Senin 26 Februari 2018. Metode evaluasi ini
menggunakan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014 dan menggunakan Peraturan Menteri
Perhubungan 96 Tahun 2015. Dari hasil survey lapangan selama tiga hari, diperoleh volume tertinggi
terjadi pada Senin 26 Februari 2018 pukul 06.15-07.15 dengan nilai 2212 skr/jam, panjang antrian 110
meter, dan tundaan 82,5 det/kend dengan tingkat pelayanan F. Skenario alternatif yang dipilih dari tiga
alternatif yang direncanakan adalah alternatif kedua yaitu pelebaran jalan. Pelebaran jalan memberikan
kenaikan tingkat pelayanan yang berawal dari F berubah menjadi D.

Kata kunci: kinerja simpang.

ABSTRACT

The high level of congestion is one of the causes of the high transportation problems in Malang City.
These problems generally occur in several intersections in the city of Malang, one of which is at a
signalized intersection Jl. Kalpataru - Jl. Chicken Cengger. Congestion that occurs at this intersection
often causes high queues and delays. This causes the drivers sometimes take a long time waiting when
they are at the intersection. Based on the problems, a performance evaluation of the intersection at the
signalized intersection Jl. Kalpataru - Jl. Cengger Ayam Malang City is needed. To support this study, a
sample of traffic volume, queue length, and delay is needed with a field survey on the existing conditions
carried out on 3 days starting from Saturday 24 February 2018, Sunday 25 February 2018, and Monday
26 February 2018. Evaluation method that we used are Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014 dan
menggunakan Peraturan Menteri Perhubungan 96 Tahun 2015. From the results of a three-day field
survey, the highest volume occurred on Monday 26 February 2018 at 06.15-07.15 with a value of 2212
skr/jam, a queue length of 110 meters, and delay of 82.5 det/kend with the level of service is F.
Alternative scenarios selected from three planned alternatives are the second alternative, which is road
widening. Road widening provide an increase in the level of service that starts from F, changes to D.

Keywords: intersection performance

PENDAHULUAN Dalam Angka Tahun 2017 jumlah penduduk


Kota Malang pada tahun 2010 hanya berjumlah
Kota Malang adalah salah satu kota di Jawa 820.243 orang, dan pada tahun 2016 bertambah
Timur yang telah berkembang cukup pesat. Hal menjadi 856.410 orang dengan luas wilayah
ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah yakni 110,06 km 2. Untuk melakukan kegiatan
penduduk, pembangunan, dan pengembangan pemenuhan kebutuhan yang juga meningkat,
di beberapa wilayah Kota Malang. Penduduk masyarakat di kota ini mengakibatkan
Kota Malang dalam beberapa tahun terakhir pergerakan lalu lintas dari suatu tempat ke
memiliki peningkatan. Menurut Kota Malang

37
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tempat lain yang dapat disebut juga sebagai


transportasi.

Tingginya tingkat kemacetan merupakan salah


satu penyebab tingginya permasalahan
transportasi di Kota Malang, salah satunya pada
persimpangan bersinyal Jl. Kalpataru – Jl. Gambar 2. Persimpangan Pada Lokasi
Cengger Ayam dimana persimpangan ini Penelitian
menghubungkan daerah pemukiman menuju
pusat kota dan kawasan pendidikan. Kemacetan Metode penelitian yang digunakan untuk
yang terjadi pada persimpangan Jl. analisis hasil survey adalah dengan
menggunakan metode PKJI 2014 dan Peraturan
Kalpataru – Jl. Cengger Ayam sering kali Menteri Perhubungan 96 Th. 2015. Adapun
menimbulkan antrian dan tundaan yang cukup tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan
tinggi. Hal tersebut menyebabkan pelaku adalah sebagai berikut:
pergerakan terkadang membutuhkan waktu
yang lama saat berada di persimpangan
tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka


penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1)
Mengetahui bagaimana karakteristik arus lalu
lintas pada persimpangan Jl. Kalpataru – Jl.
Cengger Ayam. (2) Mengetahui bagaimana
tingkat pelayanan pada persimpangan Jl.
Kalpataru – Jl. Cengger Ayam. (3) Mendapatkan
alternatif perbaikan simpang terbaik untuk
perbaikan kinerja simpang Jl. Kalpataru – Jl.
Cengger Ayam.

METODE

Lokasi penelitian terletak di persimpangan


bersinyal Jl. Kalpataru – Jl. Cengger Ayam Kota
Malang. Survey dilaksanakan selama tiga hari Gambar 3. Bagan Alir Metode Penelitian
yaitu pada hari Sabtu 24 Februari 2018, Minggu
25 Februari 2018, dan Senin 26 Februari 2018, REKAPITULASI DATA
selama 14 jam mulai pukul 06.00 sampai 20.00
WIB. Analisis jam puncak
Dari hasil survey volume lalu lintas, dapat
ditentukan jam puncak atau jam sibuk pada
masing-masing pendekat, jam puncak yang
diambil adalah jam puncak pagi, siang, dan sore
hari.

Sabtu, 24 Februari 2018


- Pendekat utara (Jl. Cengger Ayam).
Jam puncak pagi pukul 09.45 – 10.45 sebesar
436 skr/jam. Jam puncak siang pukul 15.00 –
16.00 sebesar 467 skr/jam. Jam puncak sore
pukul 18.30 – 19.30 sebesar 568 skr/jam.
Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
Gambar 1. Lokasi Penelitian pada pendekat utara di hari Sabtu, 24 Februari
2018 adalah pada pukul 18.30 – 19.30.
- Pendekat selatan (Jl. Melati).
Jam puncak pagi pukul 09.45 – 10.45 sebesar
897 skr/jam. Jam puncak siang pukul 14.00 –
15.00 sebesar 913 skr/jam. Jam puncak sore
pukul 15.15 – 16.15 sebesar 863 skr/jam.

38
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak Senin, 26 Februari 2018


pada pendekat selatan di hari Sabtu, 24 - Pendekat utara (Jl. Cengger Ayam).
Februari 2018 adalah pada pukul 14.00 – Jam puncak pagi pukul 06.15 – 07.15 sebesar
15.00. 791 skr/jam. Jam puncak siang pukul 10.15 –
- Pendekat timur (Jl. Kedawung). 11.15 sebesar 572 skr/jam. Jam puncak sore
Jam puncak pagi pukul 09.30 – 10.30 sebesar pukul 17.15 – 18.15 sebesar 681 skr/jam.
202 skr/jam. Jam puncak siang pukul 11.00 – Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
12.00 sebesar 221 skr/jam. Jam puncak sore pada pendekat utara di hari Senin, 26 Februari
pukul 19.00 – 20.00 sebesar 202 skr/jam. 2018 adalah pada pukul 06.15 – 07.15.
Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak - Pendekat selatan (Jl. Melati).
pada pendekat timur di hari Sabtu, 24 Februari Jam puncak pagi pukul 07.15 – 08.15 sebesar
2018 adalah pada pukul 11.00 – 12.00. 832 skr/jam. Jam puncak siang pukul 14.45 –
- Pendekat barat (Jl. Kalpataru). 15.45 sebesar 856 skr/jam. Jam puncak sore
Jam puncak pagi pukul 09.45 – 10.45 sebesar pukul 15.30 – 16.30 sebesar 855 skr/jam.
438 skr/jam. Jam puncak siang pukul 14.45 – Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
15.45 sebesar 463 skr/jam. Jam puncak sore pada pendekat selatan di hari Senin, 26
pukul 19.00 – 20.00 sebesar 520 skr/jam. Februari 2018 adalah pada pukul 14.45 –
Maka dapaat disimpulkan bahwa jam puncak 15.45.
pada pendekat barat di hari Sabtu, 24 Februari - Pendekat timur (Jl. Kedawung).
2018 adalah pada pukul 19.00 – 20.00. Jam puncak pagi pukul 09.00 – 10.00 sebesar
291 skr/jam. Jam puncak siang pukul 12.00 –
Minggu, 25 Februari 2018 13.00 sebesar 238 skr/jam. Jam puncak sore
- Pendekat utara (Jl. Cengger Ayam). pukul 17.30 – 18.30 sebesar 289 skr/jam.
Jam puncak pagi pukul 10.00 – 11.00 sebesar Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
403 skr/jam. Jam puncak siang pukul 14.00 – pada pendekat timur di hari Senin, 26 Februari
15.00 sebesar 475 skr/jam. Jam puncak sore 2018 adalah pada pukul 09.00 – 10.00.
pukul 15.15 – 16.15 sebesar 430 skr/jam. - Pendekat barat (Jl. Kalpataru).
Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak Jam puncak pagi pukul 06.15 – 07.15 sebesar
pada pendekat utara di hari Minggu, 25 508 skr/jam. Jam puncak siang pukul 10.30 –
Februari 2018 adalah pada pukul 14.00 – 11.30 sebesar 507 skr/jam. Jam puncak sore
15.00. pukul 16.15 – 17.15 sebesar 517 skr/jam.
- Pendekat selatan (Jl. Melati). Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
Jam puncak pagi pukul 10.00 – 11.00 sebesar pada pendekat barat di hari Senin, 26 Februari
976 skr/jam. Jam puncak siang pukul 10.45 – 2018 adalah pada pukul 16.15 – 17.15.
11.45 sebesar 1046 skr/jam. Jam puncak sore
pukul 15.45 – 16.45 sebesar 852 skr/jam. Analisis antrian puncak
Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
pada pendekat selatan di hari Minggu, 25 Analisia antrian puncak didapatkan dari analisis
Februari 2018 adalah pada pukul 10.45 – jam puncak pada volume lalu lintas.
11.45.
- Pendekat timur (Jl. Kedawung). Tabel 1. Data Antrian Puncak
Jam puncak pagi pukul 09.30 – 10.30 sebesar
216 skr/jam. Jam puncak siang pukul 11.30 – Data Antrian Puncak Hari Sabtu, 24 Februari
2018
12.30 sebesar 207 skr/jam. Jam puncak sore
pukul 18.15 – 19.15 sebesar 211 skr/jam. Pendekat
Pagi Siang Sore
Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak m m m
pada pendekat timur di hari Jl. Cengger Ayam
Minggu, 25 Februari 2018 adalah pada pukul 68 77 86
(Utara)
09.30 – 10.30. Jl. Melati (Selatan) 125 114 120
- Pendekat barat (Jl. Kalpataru).
Jam puncak pagi pukul 10.00 – 11.00 sebesar Jl. Kalpataru (Barat) 92 98 106
438 skr/jam. Jam puncak siang pukul 14.30 – Jl. Kedawung (Timur) 56 52 53
15.30 sebesar 613 skr/jam. Jam puncak sore
pukul 15.15 – 16.15 sebesar 575 skr/jam.
Maka dapat disimpulkan bahwa jam puncak
pada pendekat barat di hari Minggu, 25
Februari 2018 adalah pada pukul 14.30 –
15.30.

39
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Data Antrian Puncak Hari Minggu, 25 Februari Data Tundaan Rata-Rata Puncak Hari Senin, 26
2018 Februari 2018
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Pendekat Pendekat
m m m det/kend det/kend det/kend
Jl. Cengger Ayam Utara 52,5 51 52,5
70 73 62
(Utara)
Jl. Melati (Selatan) 135 135 114 Selatan 40,8 45 44,5

Jl. Kalpataru (Barat) 99 137 137 Barat 52,5 51,4 52,5


Jl. Kedawung (Timur) 57 51 47 Timur 82,5 74,3 82,5

Data Antrian Puncak Hari Senin, 26 Februari HASIL DAN PEMBAHASAN


2018
Pag Perbandingan hasil survey lapangan dan
Siang Sore
Pendekat i
perhitungan PKJI 2014
m m m
Jl. Cengger Ayam Setelah data hasil survey lapangan dianalisis,
110 80 91
(Utara) dilakukan perbandingan antara hasil survey
Jl. Melati (Selatan) 111 99 97 lapangan dengan hasil perhitungan PKJI 2014
Jl. Kalpataru (Barat) 107 106 111 untuk mengetahui keakuratan dari perhitungan
PKJI 2014.
Jl. Kedawung (Timur) 77 59 63
Tabel 3. Selisih Perbedaan Panjang Antrian dan
Tundaan di Lapangan dan PKJI 2014
Analisis tundaan puncak
Perbandingan di Hari Sabtu, 24 Februari (Jam
Tundaan puncak pada simpang didapatkan Puncak Pagi)
dengan cara yang sama dengan mencari antrian LAPANGAN PKJI
puncak, yaitu dari hasil analisis jam puncak. Antria Tundaa Antria Tundaa
Tundaan puncak dibagi menjadi tiga uaitu Pendekat n n n n
det/ken det/ken
tundaan puncak pagi, siang, dan sore. (m) (m)
d d
137,2
Tabel 2. Data Tundaan Rata-Rata Puncak Utara 50,6 71,84
68 4
145,8
Data Tundaan Rata-Rata Puncak Hari Sabtu, 24 Selatan 45,6 75,83
125 5
Februari 2018
213,9
Pagi Siang Sore Barat 51 125,06
92 3
Pendekat
det/kend det/kend det/kend 482,4
Timur 71,7 1362,12
56 9
Utara 50,6 52,5 47,3
Selatan 45,6 47,9 45,15
Perbandingan di Hari Minggu, 25 Februari (Jam
Barat 51 52,5 52,5 Puncak Pagi)
Timur 71,7 74,6 75,3 LAPANGAN PKJI
Antria Tundaa Antria Tundaa
Pendekat n n n n
Data Tundaan Rata-Rata Puncak Hari Minggu, 25 det/ken det/ken
(m) (m)
Februari 2018 d d
109,5
Pagi Siang Sore Utara 70 52,5 55,36
Pendekat 0
det/kend det/kend det/kend 174,8
Selatan 135 44,1 95,36
2
Utara 52,5 50,7 52,5
203,9
Barat 99 52,5 116,52
Selatan 44,1 44,1 42,4 6
561,3
Barat 52,5 52,5 52,5 Timur 57 69,3 1595,66
0
Timur 69,3 78,4 82,5

40
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Perbandingan di Hari Senin, 26 Februari (Jam Puncak


Pagi)
LAPANGAN PKJI Tingkat Pelayanan di Hari Senin, 26 Februari (Jam
Puncak Pagi)
Antria Tundaa Tundaa
Pendekat Antrian LAPANGAN PKJI
n n n
det/ken det/ken Pendek Tundaa Tundaa
(m) (m) Tingkat Tingkat
d d at n n
Pelayana Pelayana
2105,6 det/ken det/ken
Utara 110 52,5 1556,09 n n
3 d d
Selatan 111 40,8 112,05 53,97 1556,0
Utara 52,5 E F
9
Barat 107 52,5 497,27 333,56
Selatan 40,8 E 53,97 F
Timur 77 82,5 960,53 2736,14
Barat 52,5 E 333,56 F
2736,1
Timur 82,5 F F
4
Dari hasil perbandingan, dapat dilihat bahwa
perbedaan yang dimiliki sangat siginifikan.
Dimana seharusnya antara hasil survey di Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
lapangan dengan perhitungan PKJI harus sama tingkat pelayanan persimpangan Jl. Kalpataru –
atau mendekati. Jl. Cengger Ayam memiliki tingkat pelayanan
yang buruk untuk hasil survey lapangan maupun
Tingkat pelayanan perhitungan PKJI 2014. Dikarenakan tingkat
pelayanan yang buruk maka perlu direncanakan
Analisis karakteristik lalu lintas simpang
suatu perbaikan agar tingkat pelayanan simpang
dilakukan untuk meilhat tingkat pelayanan jalan
yang dihasilkan sesuai dengan Peraturan
dalam menentukan karakteristik kinerja simpang
Menteri Perhubungan No. 96 Th. 2015 yaitu
kondisi saat ini. Tingkat pelayanan pada
sekurang-kurangnya D.
persimpangan mempertimbangkan faktor
tundaan. Alternatif Untuk Perbaikan Kinerja
Tabel 5. Nilai Tingkat Pelayanan Simpang Simpang

Tingkat Pelayanan di Hari Sabtu, 24 Februari (Jam Dari evaluasi yang telah dilakukan, didapatkan
Puncak Pagi) hasil kinerja simpang yang melebihi syarat yang
LAPANGAN PKJI telah ditentukan. Oleh karena itu dilaukan
perencanaan perbaikan dengan tujuan
Pendek Tundaa Tundaa
Tingkat Tingkat meningkatkan kinerja simpang pada
n n
at
det/ken
Pelayana
det/ken
Pelayana persimpangan Jl. Kalpataru – Jl . Cengger
n n Ayam. Ada tiga skenario alternatif perbaikan
d d
yang akan dilakukan yaitu:
Utara 50,6 E 71,84 F
Selatan 45,6 E 75,83 F 1. Optimasi sinyal.
2. Pelebaran jalan.
Barat 51 E 125,06 F
3. Optimasi sinyal dan pelebaran jalan.
1362,1
Timur 71,7 F F
2 Setelah perencanaan alternatif perbaikan
simpang dilakukan, maka dipilih alternatif terbaik
dari ketiga alternatif yang telah direcanakan.
Tingkat Pelayanan di Hari Minggu, 25 Februari (Jam
Puncak Pagi)
Dari hasil perencanaan, maka alternatif kedua
yaitu pelebaran jalan yang menjadi rekomendasi
LAPANGAN PKJI
untuk perbaikan simpang dikarenakan nilai
Pendek Tundaa Tundaa tundaan memenuhi syarat dan tidak
Tingkat Tingkat
at n n menimbulkan konflik pada persimpangan.
Pelayana Pelayana
det/ken det/ken
n n
d d
Utara 52,5 E 55,36 E
Selatan 44,1 E 95,36 F
Barat 52,5 E 116,52 F
1595,6
Timur 69,3 F F
6

41
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Redy dan Iskandar, Hikmat. 2014.


Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia
Kapasitas Simpang APILL. Direktorat
Jenderal Bina Marga.

Anonim. 1996. Pedoman Teknis Pengaturan


Lalu-Lintas Di Persimpangan Berdiri
Sendiri Dengan Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas. Jakarta: Departemen
Perhubungan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.
Gamba
r 3. Rencana Pelebaran Jalan Constanti, Nella. 2017. Studi Evaluasi Kinerja
Simpang Bersinyal Jalan Ranu Grati –
KESIMPULAN DAN SARAN Jalan Danau Toba Kota Malang. Skripsi.
Dipublikasikan. Malang: Institut
Kesimpulan Teknologi Nasional.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Fedorave, Ardena Oney. 2017. Studi Evalusi
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Simpang Empat Galunggung Kota
1) Jam puncak pada hari kerja dan hari libur Malang. Skripsi. Dipublikasikan. Malang:
terjadi di pendekat yang sama, dan jam puncak Institut Teknologi Nasional.
pada hari kerja mengalami pergeseran menjadi
lebih pagi daripada jam puncak pada hari libur. Kota Malang Dalam Angka 2017. Malang:
Antrian puncak pada hari kerja dan hari libur Badan Pusat Statistik Kota Malang.
terjadi di pendekat yang sama yaitu pedenkat
Selatan. Serta tundaan puncak pada hari kerja Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96
Tahun 2015. Direktur Jendral
dan hari libur terjadi di pendekat yang sama
yaitu pendekat Timur. 2) Tingkat pelayanan Perhubungan Darat.
simpang untuk hasil survey lapangan maupun
Utami, Elok Tri. 2015. Analisis Antrian Dan
hasil perhotungan PKJI 2014 memiliki nilai E
Tundaan Kendaraan Pada Simpang
dan terus meningkat sampai F. 3) Dari ketiga
Bersinyal Jl. Urip – Jl. Perintis - Jl.
opsi alternatif perbaikan kinerja simpang Leimena. Skripsi. Dipublikasikan.
didapatkan alternatif terbaik yaitu alternatif
Makassar: Universitas Hasanuddin.
kedua yang berupa pelebaran jalan.

Saran
Dari hasil analisis dan kesimpulan studi ini, ada
beberapa saran dari penilus yaitu 1) Untuk
penelitian selanjutnya, tata cara survey harus
lebih matang dan sesuai dengan standar survey
pengamatan lalu lintas. 2) Adanya semacam
revisi untuk rumus yang ada di PKJI 2014
dikarenakan hasil perhtungan sangat jauh
berberda dengan hasil survery lapangan. 3)
Untuk skenario alternatif simpang yaitu
pelebaran jalan, dapat terealisasikan apabila
Pemerintah Kota Malang membeli bangunan-
bangunan yang berada di sekitar persimpangan.
4) Pemkot Malang diharapkan melakukan
manajemen jaringan lalu lintas sehingga untuk
pemecahan solusi tidak hanya pada satu titik,
tetapi juga memperhatikan titik yang lainnya.

42
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

KAJIAN TERHADAP KESIAPAN PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI


PEMERINTAHAN DAERAH KOTA KUPANG, NTT BERDASARKAN
PERATURAN PRESIDEN NO.16 TAHUN 2018
Rio Rafael1, Koesmargono2
1Program Magister Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta1,2
Jl. Babarsari 44 Yogyakarta
Email:Rio_rafael161@yahoo.com

ABSTRAK

Pengadaan barang dan jasa tidak sebatas pada pemilihan rekanan proyek dengan bagian pembelian
(purchasing) atau perjanjian resmi kedua belah pihak, namun mencakup seluruh proses sejak awal
perencanaan, persiapan, perijinan, penentuan pemenang tender, tahap pelaksanaan dan proses
administrasi dalam pengadaan barang dan jasa (Ibid). Pemerintah memperkenalkan e-procurement
sebagai bentuk procurement terbaru (Septian Aji Prabowo, 2016). Hal ini dilatar belakangi oleh
kelemahan-kelemahan pengadaan barang dan jasa dengan sistem konvensional seperti persaingan
yang tidak sehat, adanya indikasi kecurangan, kurangnya transparasi dan adanya persekongkolan antara
pihak-pihak terkait (Dr. Sevenpri Candra, 2016). Di Kota Kupang yang merupakan bagian dari Propinsi
Nusa Tenggara Timur, sejak tahun 2008 telah melaksanakan e-procurement. Studi ini bertujuan untuk
mengkaji tingkat kesiapan dan tingkat kesulitan dari pelaksanaan e-procurement berdasarkan peraturan
presiden no.16 tahun 2018 pada pemerintahan daerah Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 40 responden. Responden berasal dari
panitia lelang instansi pemerintahan. Data penelitian ini diuji dan dianalisis dengan uji mean, standar
deviasi dan rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapan termasuk dalam kondisi siap
dengan nilai rata-rata 3,80 dari antara nilai 1,00 untuk kondisi sangat tidak siap dan nilai 5,00 untuk
kondisi sangat sulit. Berdasarkan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kesulitan dari
pemerintahan daerah Kota Kupang dalam melaksanakan e-procurement termasuk dalam kondisi tidak
sulit dengan nilai rata-rata 2,35 dari antara nilai 1,00 untuk kondisi sangat tidak sulit dan nilai 5,00 untuk
kondisi sangat sulit.

Kata Kunci: e-procurement, kesiapan, tingkat kesulitan

PENDAHULUAN akan dibeli secara tertulis. Kemudian diserahkan


kepada penyedia barang agar menawarkan
Proyek konstruksi merupakan suatu secara tertulis pula. Daftar barang yang disusun
siklus yang dimulai dari studi kelayakan, secara tertulis itu merupakan asal usul dokumen
perencanaan, pengadaan, konstruksi, pembelian. Sedangkan penawaran harga yang
operasional dan perawatan hingga dekonstruksi. dibuat secara tertulis merupakan asal usul
Salah satu tahapan yang menentukan suatu dokumen penawaran.
proyek konstruksi memiliki output yang baik Perkembangan selanjutnya, pihak
adalah tahapan pelelangan. Pengadaan barang pengguna menyampaikan daftar barang yang
dan jasa pada awalnya dimulai dengan transaksi akan dibeli tidak hanya kepada satu, namun
jual beli barang di pasar. Cara atau metode kepada beberapa penyedia barang. Melalui
pengadaan barang dan jasa dalam transaksinya penawaran kepada mereka, pengguna dapat
dilakukan dengan tawar menawar secara memilih harga penawaran yang termurah. Cara
langsung antara pembeli (pengguna) dan tersebut merupakan cikal bakal pengadaan
penjual (penyedia barang), termasuk ketika barang dengan cara lelang. Pengadaan barang
sudah tercapai kesepakatan harga, proses tidak terbatas pada barang yang berwujud,
transaksinya juga dilakukan secara langsung. namun juga barang tidak berwujud. Barang tidak
Proses tersebut tanpa didukung oleh dokumen berwujud pada umumnya adalah jasa. Misalnya
pembelian, pembayaran dan penerimaan jasa pelayanan kesehatan, jasa pelayanan
barang. pendidikan, jasa konsultansi, jasa supervisi, jasa
Dalam perkembangannya menjadi jual manajemen dan sebagainya (Adrian Sutedi,
beli berjangka waktu pembayaran, disertai 2012). Istilah pengadaan barang dan jasa untuk
dokumen pertanggungjawaban antara pembeli memenuhi kebutuhan pemerintah pada
dan penjual. Banyaknya jumlah dan jenis barang umumnya disebut Procurement.
yang akan dibeli membutuhkan waktu lama bila Procurement muncul karena adanya
harus tawar menawar. Biasanya pengguna kebutuhan barang atau jasa yang diartikan
membuat daftar jumlah dan jenis barang yang
43
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

meluas, mencakup penjelasan dari tahap keinginan tersebut maka mustahil untuk
persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau mengembangkan e-procurement untuk berjalan
administrasi tender untuk pengadaan barang, sesuai harapan dan Capacity yang dimana
lingkup pekerjaan atau jasa lainnya yang unsur kemampuan atau keberdayaan dari
kemudian diatur dalam Keputusan Presiden pemerintah diperlukan dalam mewujudkan e-
Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman procurement dan harus memiliki element
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi pendukung seperti ketersedian infrastruktur
Pemerintah. Pengadaan barang dan jasa tidak teknologi informasi yang memadai, sumber daya
sebatas pada pemilihan rekanan proyek dengan manuasia yang memiliki kompetensi dan
bagian pembelian (purchasing) atau perjanjian keahlian dan membentuk organisasi khusus
resmi kedua belah pihak, namun mencakup untuk menangani sistem e-procurement.
seluruh proses sejak awal perencanaan, Di Kota Kupang yang merupakan
persiapan, perijinan, penentuan pemenang bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Timur,
tender, tahap pelaksanaan dan proses sejak tahun 2008 telah melaksanakan e-
administrasi dalam pengadaan barang dan jasa procurement. Berdasarkan paparan diatas,
(Ibid). Kemudian pemerintah memperkenalkan maka peneliti akan melakukan kajian terhadap
e-procurement sebagai bentuk procurement kesiapan dalam pelaksanaan e-procurement di
terbaru (Septian Aji Prabowo, 2016). Hal ini Pemerintah Daerah khususnya Kota Kupang
dilatar belakangi oleh kelemahan-kelemahan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah
pengadaan barang dan jasa dengan sistem tercantum dalam Peraturan Presiden No. 16
konvensional seperti persaingan yang tidak tahun 2018 sehingga selain mendukung
sehat, adanya indikasi kecurangan, kurangnya pemerintahan yang transparan (Good
transparasi dan adanya persekongkolan antara Governance) dan dapat mendukung
pihak-pihak terkait (Dr. Sevenpri Candra, 2016). pemerintahan memiliki pembangunan dengan
Di Indonesia pertama kali e- sistem keberlanjutan (sustainability) serta green
Procurement diperkenalkan sebagai sistem government.
pengadaan barang dan jasa pada tahun 2002.
E-procurement adalah sistem lelang dalam TINJAUAN PUSTAKA
pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan
memanfaatkan teknologi, informasi dan Pengertian Pelelangan
komunikasi berbasis internet agar dapat Pelelangan dapat didefinisikan sebagai
berlangsung secara efektif, efisiensi terbuka dan serangkaian kegiatan untuk menyediakan
akuntabel (Sutedi, 2012:254). Pengadaan barang / jasa dengan cara menciptakan
secara elektronik atau E-Procurement adalah persaingan yang sehat diantara penyedian
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat,
dengan menggunakan teknologi informasi dan berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak – pihak
perundang-undangan (Peraturan Presiden yang terkait secara taat sehingga terpilih
No.54 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 37). Proses penyedia terbaik (Wulfram I. Ervianto,
pengadaan barang/jasa secara elektronik manajemen proyek konstruksi hal 49).
membantu pemerintah untuk lebih
meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, E-Procurement
efektifitas, transparasi dan akuntabilitas dalam Pengadaan barang dan jasa pada suatu
pembelanjaan uang Negara. Tujuan dari e- instansi atau perusahaan merupakan kegiatan
procurement, adalah meningkatkan transparasi rutin yang selalu dilakukan. Pengadaan
dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar barang/jasa dimaksudkan untuk memenuhi
dan usaha, meningkatkan tingkat efisiensi kebutuhan barang serta jasa yang diperlukan
proses pengadaan, mendukung proses guna keberlangsungan operasional instansi atau
monitoring dan audit dan memenuhi kebutuhan perusahaan. Proses pengadaan barang dan
akses informasi (Siahaya, 2012:h.80). jasa yang banyak dilakukan pada instansi
Penerapan e-procurement dalam tahap biasanya masih bersifat konvensional mulai dari
pengadaan merupakan salah satu bentuk upaya proses pengadaannya hingga ke laporan. Hal ini
dalam mencapai konstruksi berkelanjutan. memunculkan masalah-masalah didalam
Dalam penerapan e-procurement, diharapkan pengadaan barang dan jasa seperti lamanya
dapat mengurangi dan mengatasi permasalahan proses pengadaan, biaya yang besar, ketidak
yang timbul dalam pengadaan barang dan jasa transparan dalam proses pengadaan, koordinasi
terutama dikalangan Pemerintahaan. Untuk antara bagian tidak terjalin baik, serta
menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada banyaknya dokumen (kertas) yang terlibat,
sector pemerintahaan, ada beberapa indikator hingga proses pelaporan yang tidak akurat dan
yang harus diperhatikan (Indrajit, 2006:15) lambat.
seperti Support yaitu keinginan dari berbagai Sistem pengadaan barang/jasa konstruksi
kalangan pemerintahaan untuk menerapkan di Indonesia telah diterapkan sistem e-
konsep e-procurement, apabila tidak adanya procurement. Pada sistem e-procurement
44
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

seluruh proses lelang mulai dari pengumuman, 5. Mereduksi tenaga sumber daya
mengajukan penawaran, seleksi, sampai manusia, menghemat biaya
pengumuman pemenang akan dilakukan secara penyelenggaraan pelelangan dan
online melalui situs internet. Pemerintah mengoptimalkan waktu pelaksanaan.
Indonesia saat ini memang berusaha
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan Tahapan Pelaksanaan E-Procurement
menerapkan tata kelola yang baik. Untuk Pelaksanaan e-procurement perlu
mendukung tujuan tersebut pemerintah dilakukan secara bertahap guna penerapan
mengeluarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang semakin baik. Secara umum tahapan
tentang pedoman pelaksanaan pengadaan pelaksanaan e-procurement dibagi dalam empat
barang/jasa pemerintah, yang menggantikan tahap, antara lain:
Keppres No. 80 tahun 2003. 1. Penayangan informasi
Terdiri dari informasi umum dan paket
Manfaat E-Procurement pekerjaan
Keuntungan e-procurement meliputi 2. Pelaksanaan copy to internet (CTI)
pengurangan biaya overhead seperti pembelian Adalah penayangan informasi, proses
agen, juga peningkatan kendali inventori, dan dan hasil pengadaan barang/jasa
keseluruhan peningkatan siklus manufaktur. 3. Pelaksanaan semi e-procurement
Sistem e-procurement membantu perusahaan- Yaitu kegiatan pengadaan barang dan
perusahaan mengkonsolidasikan data tentang jasa yang sebagian prosesnya
pengadaan bermacam-macam barang baik dilakukan melalui media internet secara
secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan interaktif antara peserta lelang dan
dari implementasi e-procurement adalah: panitia lelang
1. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi 4. Pelaksanaan full e-procurement
dalam pengadaan barang/jasa. Yaitu proses pengadaan barang dan
2. Meningkatkan transparansi dan jasa yang dilakukan dengan transaksi
akuntabilitas. secara penuh melalui media internet.
3. Memudahkan pencarian data dan
informasi tentang pengadaan jasa Macam-Macam Pelelangan
konstruksi. 1. Pelelangan umum
4. Menjamin persamaan kesempatan, Adalah metode pemilihan penyedia
akses dan hak yang sama bagi para barang atau jasa yang dilakukan secara
pihak pelaku pengadaan jasa dan terbuka dengan pengumuman secara
konstruksi. luas melalui media masa dan papan
5. Menciptakan situasi yang kondusif agar pengumuman resmi
terjadi persaingan yang sehat antar 2. Pelelangan terbatas
penyedia jasa konstruksi Dilaksanakan apabila jumlah penyedia
6. Menciptakan situasi yang kondusif bagi barang atau jasa yang mampu
aparatur pemerintah dan menjamin melaksanakan diyakini terbatas
terselenggaranya komunikasi secara 3. Pemilihan langsung
online untuk mengurangi intensitas Adalah pemilihan penyedia barang/jasa
pertemuan langsung antara penyedia yang dilakukan dengan membandingkan
jasa konstruksi dengan panitia sebanyak-banyaknya penawar,
pengadaan dalam mendukung sekurang-kurangnya tiga penawaran
pemerintah yang bersih dan bebas dari dari penyedia barang/jasa yang telah
KKN. lulus prakualifikasi
Manfaat e-procurement, adalah: 4. Penunjukan langsung
1. Pelaksanaan pengadaan barang atau Metode ini dapat dilaksanakan dalam
jasa dapat berjalan secara transparan keadaan tertentu dan keadaan khusus
adil dan persaingan sehat. terhadap satu penyedia barang/jasa
2. Masyarakat luas dapat berperan aktif 5. Swakelola
dalam pelaksanaan pelelangan dan Adalah pelaksanaan pekerjaan yang
mempermudah masyarakat dalam direncanakan, dikerjakan dan diawasi
memperoleh informasi. sendiri dengan menggunakan tenaga
3. Tidak terjadi pengadaan barang/jasa dan alat sendiri atau upah borongan
yang bernuansa KKN, karena semua tenaga.
peserta pengadaan barang/jasa dapat
saling mengawasi.
4. Tercapainya mutu produk, waktu Prinsip Pemilihan Penyedia Jasa Secara
pelaksanaan, pemanfaatan dana, Elektronik
sumber daya manusia, teknologi dalam Prinsip pemilihan penyedia jasa secara
pelaksanaannya. elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yaitu:

45
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa penyelenggaraan transaksi secara


harus diusahakan dengan elektronik.
menggunakan dana dan daya yang b) Keabsahan pelaksanaan transaksi
minimum untuk mencapai kualitas dan termasuk surat menyurat melalui
sasaran dalam waktu yang ditetapkan media elektronik.
atau menggunakan dana yang telah c) Legal aspek tanda tangan elektronik
ditetapkan untuk mencapai hasil dan dan bea materai untuk berbagai
sasaran dengan kualitas yang dokumen
maksimum. d) Keppres No. 80 tahun 2003
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa diperlukan revisi untuk mengatur
harus sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaan lelang secara
sasaran yang telah ditetapkan serta elektronik.
memberikan manfaat yang sebesar- e) Badan yang berhak untuk
besarnya. pengesahan registrasi dari para
3. Transparan, berarti semua ketentuan penyedia barang/jasa.
dan informasi mengenai pengadaan f) Pihak yang berhak mendaftarkan
barang/jasa bersifat jelas dan dapat perusahaan yang mengikuti lelang.
diketahui secara luas oleh penyedia g) Lokasi, waktu pengiriman dan
barang/jasa yang berminat serta oleh penerimaan dokumen penawaran.
masyarakat pada umumnya. h) Keabsahan dalam mengaudit
4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa proses lelang melalui media
dapat diikuti oleh semua penyedia elektronik (e-procurement).
barang/jasa yang memenuhi 2. Teknis, syarat teknis yang harus dimiliki
persyaratan/kriteria tertentu sistem lelang elektronik adalah:
berdasarkan ketentuan dan prosedur a) Komponen media elektronik untuk
yang jelas. penyelenggaraan transaksi, terdiri
5. Bersaing, berarti pengadaan dari: Customer premises equipment
barang/jasa harus dilakukan melalui atau terminal, Host/server,
persaingan yang sehat diantara aplikasi/sistem e-procurement,
sebanyak mungkin penyedia jaringan dan protokol komunikasi.
barang/jasa yang setara dan memenuhi b) Pembangunan sistem e-registrasi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh untuk penyedia jasa.
barang/jasa yang ditawarkan secara c) Kapasitas bandwith cukup untuk
kompetitif dan tidak ada intervensi yang kelancaran proses pengisian
mengganggu terciptanya mekanisme formatformat pelelangan, upload
pasar dalam pengadaan barang/jasa. dan download dokumen.
6. Adil/tidak diskriminatif, berarti d) Keamanan sistem aplikasi dan
memberikan perlakuan yang sama bagi dokumen dari serangan virus atau
semua calon penyedia barang/jasa dan hacker.
tidak mengarah untuk memberi 3. Manajemen, syarat menejemen yang
keuntungan kepada pihak tertentu, harus dimiliki sistem lelang elektronik
dengan tetap memperhatikan adalah:
kepentingan nasional. a) Peningkatan sumber daya manusia
7. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan (seluruh stakeholder) dalam
aturan dan ketentuan yang terkait penguasaan IT.
dengan pengadaan barang/jasa b) Sosialisasi ke seluruh stakeholders
sehingga dapat dipertanggung (swasta, organisasi profesi,
jawabkan. organisasi pengusaha).
c) Perlunya penetapan user ID dan
Prasyarat E-Procurement password, apakah bersifat terbuka
Perubahan sistem lelang di Indonesia dari atau tertutup.
konvensional menuju sistem lelang elektronik d) Perlu dikembangkan aspek
terjadi secara bertahap karena sistem lelang transparansi e-procurement secara
elektronik memerlukan persyaratan yang luas.
berbeda dengan sistem lelang konvensional. Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Ada tiga bidang prasyarat yang harus dipenuhi Layanan Pengadaan Secara Elektronik
yaitu hukum, teknis dan manajemen. Tanpa yang selanjutnya disebut LPSE adalah unit kerja
kesiapan tersebut maka lelang elektronik tidak K/L/D/I yang dibentuk untuk menyelenggarakan
dapat mencapai tujuannya. sistem pelayanan pengadaan barang/jasa
1. Hukum, kebutuhan produk hukum secara elektronik.
adalah:
a) Peraturan perundangan yang dapat
dijadikan acuan dalam
46
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pengguna Barang/Jasa Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang


Dalam pengadaan barang/jasa publik, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
pengguna barang/jasa adalah pejabat 3. Peraturan Presiden No 172 Tahun 2014
pemegang kewenangan barang/jasa milik Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
negara/daerah di masing masing Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I). 4. Peraturan Presiden No 04 Tahun 2015
Tentang Perubahan Keempat Atas
Penyedia Barang/Jasa Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010
Penyedia barang/jasa adalah badan Tentang Pengadaan Barang/Jasa
usaha atau orang perseorangan yang Pemerintah.
menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa 5. Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018
konsultansi/jasa lainnya, menurut Peraturan Tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun Presiden No 54 Tahun 2010 Tentang
2012. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pekerjaan konstruksi yang dimaksud 6. Undang Undang No 11 Tahun 2008
adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau Dari regulasi-regulasi tersebut, konsep
pembuatan wujud fisik lainnya. Jasa konsultansi ramah lingkungan dalam pengadaan hanya
yang dimaksud adalah jasa layanan profesional tercantum dalam Peraturan Presiden no 54
yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai Tahun 2010 pada Bab XII Pasal 105 ayat
bidang keilmuan yang mengutamakan adanya 1-3 yang memuat konsep ramah
olah pikir (brainware). lingkungan. Konsep ramah lingkungan
dikatakan sebagai proses pemenuhan
Proses Pengadaan Barang/Jasa kebutuhan barang/jasa dalam keseluruhan
Proses pengadaan barang/jasa melalui tahapan proses pengadaannya dapat
pelelangan menurut Peraturan Walikota No. 65 memberikan manfaat untuk
Tahun 2015 sebagai berikut: Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
1. Tahapan persiapan pemilihan penyedia Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I)
barang/jasa sebagai pengguna Anggaran Pendapatan
Meliputi pemilihan sistem pengadaan, dan Belanja Negara (APBN) dan/atau
penetapan metoda kualifikasi, penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dokumen pengadaan, penetapan HPS dan (APBD) dan memberikan manfaat bagi
pelimpahan dokumen lelang. masyarakat serta perekonomian, dengan
2. Pelaksanaan pemilihan meminimalkan dampak kerusakan
3. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa lingkungan. Konsep Pengadaan Ramah
(SPPBJ) Lingkungan dapat diterapkan dalam
4. Kontrak. Untuk pekerjaan konstruksi, Dokumen Pemilihan berupa persyaratan-
dokumen meliputi adendum surat persyaratan tertentu, yang mengarah pada
perjanjuan, pokok perjanjian, surat pemanfaatan sumber daya alam secara arif
penawaran, syarat-syarat khusus/umum dan mendukung pelestarian fungsi
kontrak, spesifikasi khusus/umum, gambar, lingkungan hidup sesuai dengan
dan dokumen lain. Untuk dokumen jasa karakteristik pekerjaan. Pengadaan
konsultansi, dokumen meliputi: adendum, barang/jasa dilakukan dengan
pokok perjanjian, surat penawaran, syarat- memperhatikan efisiensi dan efektifitas
syarat khusus/umum kontrak, spesifikasi pengadaan (value for money).
khusus/umum, kerangka acuan kerja, dan
dokumen lain. Metodologi penelitian
5. Pelaksanaan kontrak meliputi pemberitahuan
mulai dan selesainya pekerjaan, sanksi,
Lokasi penelitian
prestasi, denda dan serah terima pekerjaan.
Penelitian dilakukan pada 9 instansi
Regulasi pemerintahan daerah kota kupang yang
Regulasi terkait pengadaan barang/jasa melakukan pelelangan proyek konstruksi. Teknik
antara lain, dikutip dari Lembaga Kebijakan pengumpulan data dengan metode kuesioner
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP, ditujukan kepada PPK atau POKJA yang
2017): memiliki pengalaman dalam pengadaan barang
1. Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 dan jasa secara elektronik.
Tentang Pengadaan Barang/jasa
Pemerintah. Data
2. Peraturan Presiden No 70 Tahun 2012 1. Data Primer
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

47
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Data ini diperoleh dengan cara terakhir kesiapan kategori penerapan e-


berhubungan langsung dengan objek penelitian procurement terdiri dari 7 pertanyaan. Hasil
melalui tahapan sebagai berikut : analisis kategori dari kesiapan pelaksanaan e-
Kuisioner, dengan menyebarkan secara procurement di instansi Pemerintahan Daerah
langsung kepada responden. Dalam kuiesioner Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
terdapat sejumlah pertanyaan yang mengacu dapat dilihat pada Tabel 1.
pada tujuan yang diharapkan penulis. Selain itu,
responden hanya diminta memilih alternatif Tabel 1. Kesiapan Pelaksanaan e-procurement
jawaban yang dibuat sesuai dengan kondisi Instansi Pemerintahan Daerah Kota Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur
keadaan penyedia jasa.
Kesiapan Rat Stand R
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mengacu a- ar a
pada hasil penelitian sebelumnya yang rat Devia n
mendekati konsep atau proses pengambilan
keputusan dan juga sistem pengolahan datanya. a si k
Selain itu melihat beberapa referensi dari jurnal
yang ada. Sumber 3.8 0.90 3
daya 3
Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel manusia
menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu
penentuan responden sebagai sampel dengan Sarana 3.1 1.02 4
menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, dan 4
2013). Sampel yang didapat sebanyak 40
prasarana
kuesioner yang disebar kepada 9 instansi
pemerintahan daerah kota kupang yaitu
Kelompok Kerja (POKJA) dan Pejabat Pembuat Penerapa 4.2 0.69 1
Keputusan (PPK). n e- 2

Analisis data procureme


Penelitian ini bertujuan untuk nt
mengetahui tingkat kesiapan dan tingkat
kesulitan pemerintahan daerah kota kupang Proses 4.0 0.91 2
dalam melaksanakan pelelangan proyek
pelaksana 0
konstruksi dengan metode e-procurement.
Untuk mengetahui tingkat kesiapan dalam an
melaksanakan e-procurement dilakukan analisis
mean, standar deviasi dan rank.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. menunjukkan bahwa kategori penerapan e-
procurement berada di peringkat pertama dari 4
Dalam penelitian ini kuesioner diberikan
kategori kesiapan pelaksanaan e-procurement
kepada responden yang terdiri dari PPK dan
dengan nilai rata-rata 4,22 dan dengan nilai
POKJA. Data penelitian yang diperoleh melalui
standar deviasi 0,69 maka dapat disimpulkan
penyebaran kuesioner yang berjumlah 40
bahwa bahwa responden paling siap untuk
responden di Instansi Pemerintahan Daerah
kategori penerapan e-procurement. Kriteria
Kota Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.
sarana dan prasarana berada di peringkat
Penyebaran dilakukan dengan langsung
keempat dari 5 kategori kesiapan pelaksanaan
mendatangi kantor pemerintahan daerah. Data
e-procurement dengan nilai rata-rata 3,14 dan
yang diperoleh dari survei berbentuk data
dengan nilai standar deviasi 1,02 dapat
kuesioner diolah dengan bantuan Microsoft
disimpulkan bahwa responden kurang siap
excel 2010. hasil dan pengolahan data masing-
untuk kategori sarana dan prasarana dalam
masing akan dianlisis secara deskriptif dan akan
pelaksanaan e-procurement. Tujuan kesiapan
dijelaskan menggunakan tabel.
pelaksanaan e-procurement adalah untuk
melihat sejauh mana kesiapan dari
Kesiapan pelaksanaan e-procurement
instansi/dinas yang ada di Pemerintahan Daerah
Kesiapan pelaksanaan e-procurement
Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 dalam pelaksanaan e-procurement yang
kategori yaitu kesiapan kategori sumber daya
diamatkan dalam Perpres No. 16 Tahun 2018.
manusia terdiri dari 7 pertanyaan, kesiapan
kategori sarana dan prasarana terdiri dari 5
pertanyaan, kesiapan kategori proses
pelaksanaan terdiri dari 6 pertanyaan dan yang

48
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tingkat kesulitan pelaksanaan e- KESIMPULAN


procurement
Tingkat kesulitan pelaksanaan e- Berdasarkan dari hasil penelitian,
procurement pada penelitian ini dikelompokkan pengolahan data dan analisis data maka dapat
menjadi 4 kategori yaitu tingkat kesulitan kriteria ditarik kesimpulan sebagai berikut:
sumber daya manusia terdiri dari 7 pertanyaan, 1. Tingkat kesiapan Pemerintahan Daerah
tingkat kesulitan kriteria sarana dan prasarana Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara
terdiri dari 5 pertanyaan, tingkat kesulitan proses Timur dalam pelaksanaan lelang proyek
pelaksanaan terdiri dari 6 pertanyaan dan yang konstruksi secara elektronik yang
terakhir tingkat kesulitan kriteria penerapan e- diamanatkan dalam Perpres No.16 Tahun
procurement terdiri dari 7 pertanyaan. Hasil 2018 termasuk dalam kondisi siap dengan
analisis kriteria dari tingkat kesulitan rata-rata responden memberi nilai 3,80
pelaksanaan e-procurement di instansi seperti pada Tabel 3.
pemerintahan daerah Kota Kupang Provinsi
Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel Tabel 3. Nilai Rata-rata Kesiapan Pelaksanaan e-
2. Procurement
N Kesiapan Rata-
Tabel 2. Tingkat Kesulitan Pelaksanaan e- o rata
Procurement Instansi Pemerintahan Daerah
Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 Sumber daya manusia 3.83
Tingkat Rata-rata Standar Rank
Kesulitan Deviasi 2 Sarana dan prasarana 3.14

Sumber daya 2.45 0.90 2 3 Penerapan e- 4.22


manusia procurement

Sarana dan 2.77 1.00 1 Tabel 3. Nilai Rata-rata Kesiapan Pelaksanaan e-


prasarana Procurement (Lanjutan)
No Kesiapan Rata-rata
Penerapan e- 1.98 0.69 4
procurement 4 Proses pelaksanaan 4.00

Proses 2.21 0.90 3 Total Rata-rata 3.80


pelaksanaan

2. Dalam pengukuran tingkat kesulitan dapat


Berdasarkan hasil analisis pada Tabel disimpulkan bahwa pelaksanaan
2. menunjukkan bahwa kategori sarana dan pelelangan proyek konstruksi secara
prasarana berada di peringkat pertama dari 4 elektronik di Pemerintahan Daerah Kota
kategori tingkat kesulitan pelaksanaan e- Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
procurement dengan nilai rata-rata 2,77 dan tidak mengalami kesulitan, berdasarkan
dengan nilai standar deviasi 1,00 maka dapat data pada Tabel 4. dimana nilai rata-rata
disimpulkan bahwa menurut responden sarana responden akan tingkat kesulitan sebesar
dan prasarana sulit dalam pelaksanaan e- 2,35 yang berarti berada pada kondisi tidak
procurement. Kategori penerapan e- sulit.
procurement berada di peringkat keempat dari 4
kategori tingkat kesulitan pelaksanaan e- Tabel 4. Nilai Rata-rata Tingkat Kesulitan Pelaksanaan
e-Procurement
procurement dengan nilai rata-rata 1,98 dan
No Tingkat Kesulitan Rata-rata
dengan nilai standar deviasi 0,69 dapat
disimpulkan bahwa responden tidak sulit untuk
1 Sumber daya manusia 2.45
menerapkan kategori penerapan e-procurement
dalam pelaksanaan e-procurement. Tujuan 2 Sarana dan prasarana 2.77
tingkat kesulitan pelaksanaan e-procurement
adalah untuk melihat seberapa besar tingkat 3 Penerapan e-procurement 1.98
kesulitan dari instansi/dinas yang ada di
pemerintahan daerah Kota Kupang Provinsi 4 Proses pelaksanaan 2.21
Nusa Tenggara Timur dalam pelaksanaan e-
procurement yang diamatkan dalam Perpres No. Total Rata-rata 2.35
16 Tahun 2018.

UCAPAN TERIMA KASIH

49
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha DAFTAR PUSTAKA


Esa yang telah memberikan segala karunia,
berkat, dan perlindungan-Nya, sehingga penulis Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
dapat menyelesaikan penyusunan ar ini. Brandon-Jones, A., & Carey, S. (2011). The
Penulisan paper ini disusun guna melengkapi impact of user-perceived e-procurement
salah satu syarat untuk memperoleh gelar quality on system and contract
magister pada Program Pascasarjana Teknik compliance. International Journal of
Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Operations & Production Management,
Penulis menyadari bahwa dalam 31(3), 274-296.
penulisan paper pun tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek Buku
kuantitas dari materi penelitian yang penulis Chaffey, D. (2009). E-business and e-commerce
sajikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan management : strategy, implementation,
limpah terimakasih atas segala bimbingan, and practice(4th ed.). England: Pearson
dukungan, saran serta motivasi, baik secara Education Limited.
materi maupun moril dalam menghadapi segala Chang, H. H., & Wong, K. H. (2010). Adoption of
keterbatasan, hambatan dan kesulitan yang e-procurement and participation of e-
telah dialami penulis selama tahap penyelesaian marketplace on firm performance: Trust as
penyusunan paper ini, kepada : a moderator. Information & Management,
Ir. Imam Basuki, MT. selaku Ketua Program 47, 262-270.
Studi Magister Teknik Sipil Program Skripsi/Tesis/Disertasi
Pascasarjana Universitas Atma Jaya Diandra, Nadia. (2018). Analisis Penggunaan E-
Yogyakarta. Procurement Di Industri Konstruksi Sektor
A. Koesmargono, M. Const., Mgt., Ph.D dan Publik Dan Swasta, Universitas Atma Jaya
CM, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang Yogyakarta.
dengan sabar, meluangkan waktu, memberikan
masukan, memotivasi dan membimbing penulis Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat Eadie, Robert, Perera, Srinath and Heaney,
menyelesaikan penyusunan paper ini. George (2011) Analysis of the use of e-
Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana procurement in the public and private
Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta sectors of the UK construction industry.
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Journal of Information Technology in
Bagian Pengajaran Program Magister Construction, 16. pp. 669-686. ISSN 1874-
Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah 4753
membantu dalam bidang administrasi.
Bapak/ibu yang bekerja sebagai POKJA/PPK di Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
Instansi Pemerintahan Daerah Kota Kupang, Ervianto, W. (2005), Manajemen Proyek
yang telah bersedia meluangkan waktu dan Konstruksi, Andi, Yogyakarta.
pikiran untuk mengisi kuesioner yang penulis Skripsi/Tesis/Disertasi
berikan. Fandrito, P. (2012), Studi Kesiapan Perusahaan
Terimakasih kepada keluarga tercinta Bapa, Konstruksi Dalam Penerapan E-
Mama, Egi, Brian dan semua keluarga besar Procurement Di Kabupaten Musi Rawas
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis Propinsi Sumatera Selatan, Universitas
sampai pada tahap ini. Atma Jaya Yogyakarta.
Terimakasih untuk sahabat dan orang orang
terkasih : Sarah Emelia, Ina Ndjurumbaha, Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
Nadia Diandra, Mega Hadut, Kadek Artawan Hashim, N., Said, I., & Hidayah, N. (2013).
dan teman-teman lainnya yang selama ini selalu Exploring e-Procurement Value for
memberikan semangat, waktu, doa, dan Construction Companies in. Procedia
bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Technology, 9, 836–845.
paper ini. https://doi.org/10.1016/j.protcy.2013.12.093
emua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
satu per satu, terima kasih untuk semuanya.
Sekian ucapan terima kasih, dengan Jasin, M., Zulaiha, A. R., Rachman, E. J., &
segala kerendahan hati penulis menyadari Ariati, N. (2007). Mencegah Korupsi
bahwa masih banyak kekurangan dalam Melalui e-Procurement.Jakarta: Komisi
penyusunan paper ini. Untuk itu, penulis Pemberantasan Korupsi.
mengharapkan saran dan kritik demi Skripsi/Tesis/Disertasi
perbaikannya, paper ini dapat memberikan Kaka, Florianus Rumario. (2016). Kajian
manfaat di bidang pendidikan dan khususnya Terhadap Kesiapan Dan Efektivitas Dalam
dunia Teknik Sipil agar dapat diterapkan serta Pelaksanaan E-Procurement Di
bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Pemerintahan Daerah Berdasarkan

50
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Lembaran Negara RI Tahun 2008.


Yogyakarta: Universitas Atmajaya Sekretariat Negara. Jakarta.
Yogyakarta.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Skripsi/Tesis/Disertasi Sani, S. (2012), Kajian Terhadap Kesiapan
Kamaraderie, Erisa Yunisari. (2017). Studi Pelaksanaan E-Procurement Di
Implementasi Green Public Procurement Pemerintahan Daerah Berdasarkan
(GPP) Di Kota Yogyakarta, Universitas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010,
Atma Jaya Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sudyana, D., Kom, S., Kusrini, I. E., Magister, J.,
Situs Internet Informatika, T., Teknologi, F., … Riau, P.
LKPP. (2016). LKPP – Lembaga Kebijakan P. (2012). E-PROCUREMENT
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. PEMERINTAH PROVINSI RIAU.
Retrieved June 12, 2018, from
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
http://www.lkpp.go.id/v3/
Teo, T. S., Lin, S., & Lai, K.-h. (2009). Adopters
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer) and non-adopters of e-procurement in
Panayiotou, N. A., Gayialis, S. P., & Singapore: An empirical study. Omega, 37,
Tatsiopoulos, I. P. (2004). An e- 972-987.
Procurement System for Governmental
Purchasing. International Journal of Situs Internet
Production Economics, 90, 79-102. https://sbm.binus.ac.id/2016/03/17/perkembangan-
e-procurement-di-indonesia/ Diakses pada
Skripsi/Tesis/Disertasi
15/07/2018. Pukul 14.25 WIB
Prabowo, Septian Aji. (2016). Tinjauan Yuridis
Perbandingan Terhadap Pelaksanaan E-
Procurement Berdasarkan Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia No. 7 Tahun 2011 Dibandingkan
Dengan Berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010 Di
Lembaga Pengadaan Barang Dan Jasa
Secara Elektronik Kepolisian Daerah -
Daerah Istimewa Yogyakarta, Universitas
Gajah Mada.
Peraturan/Undang-Undang
Republik Indonesia. (2003). Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 – Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Republik
Indonesia.
Republik Indonesia. (2010). Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 – Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah. Jakarta:
Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2012). Keputusan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 – Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Republik
Indonesia.
Republik Indonesia. (2014). Keputusan Presiden
Nomor 172 Tahun 2014 – Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Republik
Indonesia.
Republik Indonesia. (2015). Keputusan Presiden
Nomor 04 Tahun 2015 – Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Republik
Indonesia.
Republik Indonesia. (2018). Keputusan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 – Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Republik
Indonesia.
RI (Republik Indonesia). (2008). Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.

51
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

52
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PARAMETER PENENTUAN POTENSI ENTITAS PENYEDIA LAYANAN


LOGISTIK STRATEGIS UNTUK KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

Fauziah Shanti Cahyani Siti Maisarah1, Muhamad Abduh2


Mahasiswa Program Doktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung1
Dosen, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung 2
Kampus ITB, Jalan Ganeca 10 Bandung
E-mail: fauziah.scs.maisarah@gmail.com.

ABSTRAK

Layanan Logistik Strategis (L2S) merupakan salah satu solusi untuk mengakomodir amanat Undang-
undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kegiatan usaha
jasa konstruksi harus didukung dengan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi. L2S merupakan suatu
bentuk layanan logistik terpadu yang diharapkan mampu menjadi penggerak sistem rantai pasok konstruksi.
Makalah ini memaparkan hasil kajian literatur untuk menyusun sekumpulan parameter dalam menentukan
kelayakan entitas yang berpotensi menjadi penyedia L2S. Studi literatur dilakukan untuk mengidentifikasi
kriteria-kriteria yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan penyedia layanan logistik yang
diperuntukan bagi kontraktor kecil serta siapa saja entitas yang berpotensi menjadi provider nya. Hasil kajian
menunjukkan bahwa terdapat empat sumber daya yang harus dimiliki oleh para entitas untuk menjadi
penyedia L2S, yaitu informasi, sumber daya manusia, fasilitas logistik, serta dukungan finansial. Entitas
yang berpotensi untuk menjadi penyedia layanan logistik adalah entitas yang sudah berkecimpung di industri
konstruksi, seperti kontraktor, supplier, penyedia layanan transportasi, penyedia layanan pergudangan,
maupun entitas baru yang membuka model bisnis L2S secara khusus, baik yang dilakukan oleh pemerintah,
swasta, maupun dalam bentuk kerjasama pemerintah dan swasta.

Kata kunci: layanan logistik strategis, rantai pasok konstruksi, potensi entitas

ABSTRACT

Strategic Logistics Services (SLS) can be considered as one of the efforts to respond the mandate of
the Construction Services Law Number 2 of 2017 that enacts construction services business activities must
be supported by construction supply chains. An SLS is a form of integrated logistics service that is expected
to be able to drive the construction supply chains system. This paper presents the literature reviews that
compile a set of parameters in determining the feasibility of potential entity to become an SLS provider.
Literature reviews were conducted to identify some criteria that can be used as parameters in determining
logistics service providers that are intended for small-sized contractors and to identify the entities that have
the potential to be providers. The results indicate that there are four resources that must be owned by the
entities to become SLS providers: information, human resources, logistics facilities, and financial support.
Entities that have the potential to become logistics service providers are entities that have been involved in
the construction industry, such as contractors, suppliers, transportation service providers, warehousing
service providers, and new entities that have specifically built SLS business models, both those carried out
by the government, private sectors, and in the form of government and private cooperation.

Keywords: strategic logistics services, construction supply chain, potential entities

53
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN dimanfaatkan bagi kontraktor kecil. Salah satu


bentuk L2S adalah Third Party Logistik
Keberadaan rantai pasok di industri (TPL/3PL), yang telah dikembangkan di industri
konstruksi merupakan hal yang tidak dapat manufaktur dengan tingkat keberhasilan yang
dihindari, karena industri konstruksi merupakan meyakinkan. Dengan menggunakan model TPL
industri yang melibatkan berbagai pihak dengan di konstruksi, maka diharapkan para kontraktor,
berbagai kepentingan namun harus disatukan khususnya kontraktor kecil, mendapatkan akses
dengan tujuan akhir, yaitu terwujudnya lebih pendek pada rantai pasok sehingga dapat
bangunan sebagai produk akhir. Undang- meningkatkan daya saing kontraktor kecil.
undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017, Menurut Ekeskär dan Rudberg (2016), TPL
menyatakan dengan jelas bahwa usaha jasa merupakan alat yang efektif bagi proses logistik
konstruksi perlu didukung oleh sistem rantai untuk proyek konstruksi dan dapat digunakan
pasok dalam pengelolaan sumber daya dan sebagai penghubung lokasi proyek dengan
peralatannya. Sistem layanan logistik menjadi ranah hulu dari rantai pasok material konstruksi.
Hal ini sesuai dengan peran supply chain
sangat penting perannya dalam
mengimplementasikan sistem rantai pasok di management (SCM), yaitu sebagai bagian
proyek konstruksi. Sistem logistik antarmuka antara lokasi proyek dengan rantai
menghubungkan dua titik, yaitu titik hulu dan titik pasoknya (Role 1) yang telah dinyatakan oleh
hilir pada rantai pasok. Vrijhoef dan Koskela (2000) sebagaimana tersaji
dalam Gambar 1.
Sobotka dan Czarnigowska (2005)
menyebutkan bahwa pemilihan model logistik
yang akan diterapkan di suatu proyek harus
didasarkan pada analisis yang cermat mengenai Supply chain Construction site Supply chain Construction site
keterbatasan supplier, struktur material yang
akan digunakan, akurasi terhadap perencanaan
Role 1: focus on the interface between
penggunaan material, dan biaya logistik yang the supply chain and the construction site
Role 2: focus on the supply chain

terjadi. Lingkup dan kompleksitas proyek, serta


sistem pengadaannya juga harus
dipertimbangkan dalam menyusun suatu sistem Supply chain Construction site
Supply chain Construction site
logistik proyek.
Salah satu hal penting yang menentukan
biaya material sampai ke lokasi proyek Role 3: focus on transferring activities Role 4: focus on the integrated
management of the supply chain and the
konstruksi adalah sejauh mana kontraktor dapat from the construction site to the supply
chain construction site
mengelola rantai pasoknya tersebut, termasuk
sistem logistiknya. Untuk kontraktor besar dan
sedang, kapasitas serta besarnya proyek yang Gambar 1. Empat peran SCM di konstruksi
(Vrijhoef dan Koskela, 2000)
sering mereka kerjakan memungkinkan mereka
mendapatkan akses lebih jauh ke arah hulu
Makalah ini memaparkan hasil kajian
rantai pasok untuk komoditas strategis dengan
literatur untuk menyusun sekumpulan parameter
volume yang bernilai ekonomis, sehingga rantai
dalam menentukan kelayakan entitas yang
pasok yang mereka dapatkan akan pendek dan
berpotensi menjadi penyedia L2S. Studi literatur
berbiaya rendah. Hal itu tidak terjadi pada
dilakukan untuk mengidentifikasi kriteria-kriteria
kontraktor kecil, karena kontraktor kecil tidak
yang dapat dijadikan parameter dalam
mendapatkan kesempatan tersebut, sehingga
menentukan penyedia layanan logistik yang
harga bangunan yang ditawarkannya pun
diperuntukan bagi kontraktor kecil serta siapa
menjadi mahal (Abduh, 2017).
saja entitas yang berpotensi menjadi provider
Pelaksanaan operasi konstruksi salah
nya. Sistem L2S yang dibidik pada studi ini
satunya ditentukan oleh ketersediaan material
adalah L2S dengan model TPL.
konstruksi di lokasi proyek, karena biaya
material untuk proyek konstruksi mencapai
hingga 70% dari total biaya proyek secara RANTAI PASOK KONSTRUKSI
keseluruhan. Oleh karena itu, setiap aktivitas
yang dapat meningkatkan utilisasi material Konsep supply chain atau rantai pasok
konstruksi, baik secara ukuran, struktur, maupun berawal dari konsep yang terjadi di industri
pengaturan dari penggunaan material, manufaktur. Supply chain management (SCM)
pengiriman, maupun perencanaan, menjadi berawal dari sistem pengiriman dengan konsep
sangat penting dalam rangka membuat proyek just in time (JIT) yang dilakukan oleh
konstruksi lebih efektif. (Sobotka dan perusahaan otomotif Toyota di Jepang. Konsep
Czarnigowska, 2005). ini bertujuan untuk mengirimkan secara regular
Abduh (2017) menyatakan bahwa industri material produksi dalam jumlah yang tepat, kecil
konstruksi, memerlukan suatu sistem Layanan secara jumlah, pada waktu yang tepat (just in
Logistik Strategis (L2S), khususnya yang dapat the right small amount, just in the right time). Hal

54
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ini dilakukan agar dapat menurunkan secara SISTEM LAYANAN LOGISTIK STRATEGIS
dratis persediaan barang di gudang dan untuk
mengatur pasokan material agar sesuai dengan Sistem manufaktur atau konstruksi pada
proses produksi. Dengan demikian biaya dasarnya melakukan perubahan dari input
inventory atau persediaan dapat dipangkas, dan menjadi output dengan bantuan trasformation
mengurangi biaya produksi secara keseluruhan utility dan penambahan nilai, sehingga bentuk
(Vrijhoef dan Koskela, 2000). atau ukuran keberhasilan proses manufaktur
Menurut Christhoper (2011), hubungan dan dan konstruksi adalah ketika nilai output lebih
rangkaian entitas yang terlibat dalam suatu besar dibanding dengan input.
rantai pasok, tidak tepat jika dikatakan sebagai Hal ini justru sangat berbeda dengan
hubungan yang linier, namun lebih tepat jika sistem logistik, nilai output tidak boleh berbeda
dikatakan sebagai hubungan yang kompleks. dengan input, jadi yang digunakan adalah time
Hal ini karena suatu entitas (misalnya supplier) and place utility. Output tidak boleh berubah dari
memiliki tidak hanya satu saja hubungan input nya, yang berubah hanya waktu dan
dengan supplier di ranah hulu, namun bisa dua tempatnya saja, dalam hal ini berubah
atau lebih, demikian pula ia tidak hanya memiliki kepemilikan, dalam dimensi waktu dan lokasi
satu hubungan dengan satu konsumennya, yang berbeda. Sistem logistik melibatkan 2 titik,
namun bisa dua atau lebih di ranah hilirnya. yaitu titik asal (origin) dan titik akhir
Demikian pula konsumen sebagai entitas di (destination), dan dengan melibatkan 3 aliran,
ranah hilir, dia dapat memiliki hubungan tidak yaitu produk, informasi, dan uang.
hanya dengan satu supplier, namun bisa lebih, Logistik merupakan proses strategis dalam
sehingga rangkaian rantai pasok ini lebih tepat hal pengelolaan pengadaan, pergerakan, dan
dikatakan sebagai suatu jaringan atau network. penyimpanan material, suku cadang, dan
Industri konstruksi mencoba mengadaptasi persediaan barang (dan aliran informasi) melalui
apa yang terjadi di industri manufaktur. Salah organisasi dan saluran pemasarannya
satunya adalah dengan mengadaptasi konsep sedemikian rupa sehingga memperoleh
lean production menjadi konsep lean keuntungan dengan biaya yang efektif dalam
construction, dengan aspek perhatian yang rangka memenuhi permintaan pelanggan
sama, yaitu efisiensi pada organisasi dan (Christhoper, 2011).
sumberdaya. Demikian pula dengan konsep Istilah “logistics outsourcing”, “logistics
supply chain, construction supply chain alliances”, “third party logistics”, “contract
merupakan rangkaian proses dari sekumpulan logistics”, serta “contract distribution” telah
aktivitas perubahan material alam hingga digunakan dan mengalami perubahan yang
menjadi produk akhir (bangunan air, menggambarkan suatu organisasi yang
transportasi, dan gedung), dengan mengabaikan melakukan kontrak secara sebagian atau
batas-batas organisasi yang ada. Tommelein, keseluruhan dari aktivitas logistik yang
dkk (2003) menyatakan bahwa jaringan tersebut sebelumnya dilakukan sendiri oleh perusahaan
selain dilakukan untuk kebutuhan owner, juga manufaktur (pembuat produk) (Aertsen, 1993;
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota Bowersox, 1990; Lieb, 1992; Sink dkk, 1996
supply chain. dalam Selviaridis dan Spring, 2007).
Secara konvensional, kebutuhan akan Perubahan model bisnis logistik
rantai pasok dapat dilihat pada tahap berkembang, karena peningkatan kebutuhan
penawaran pada suatu siklus konstruski. Hal ini layanan logistik, sehingga para penyedia
terjadi ketika pada saat tender proyek konstruksi layanan logistik mulai membangun layanan one-
terjadi, para kontraktor mengajukan dokumen stop solution dan membangun Third Party
penawaran, dengan menawarkan harga Logistics (TPL) dan bahkan Fourth Party
pekerjaan (satuan pekerjaan) yang merupakan Logistics (4PL).
representasi dari bentuk hubungan kantraktor Thrid party logistics (TPL) merupakan salah
dengan supplier-nya (material, tenaga kerja, satu bentuk model bisnis di bidang logistik yang
serta alat), sehingga jika ditilik dari hal umumnya berupa suatu badan usaha swasta
efiseiensi, kontraktor yang menawarkan harga dan bekerja berdasarkan kontrak dengan pabrik
pekerjaan yang optimal-lah yang akan menjadi (manufaktur), vendor (agen), atau pengguna
pilihan owner. Dengan demikian dapat (user) dari produk atau pelayanan. Penyedia
disimpulkan bahwa para kontraktor peserta layanan logistik ini diistilahkan pihak ketiga
tender sesungguhnya sedang menawarkan (third-party) karena, dia bukanlah pemilik dari
rantai pasoknya masing-masing yang produk-produk yang ditawarkan, namun dia
diunggulkan. Hal ini sesuai dengan apa yang berpartisipasi dalam rantai pasok yang
diutarakan oleh Christopher (2011), bahwa menghubungkan pihak pabrikan dengan
keunggulan dalam bisnis adalah keunggulan pengguna produk (Aguezzoul, 2007).
persaingan antar jaringan rantai pasok. Pada awalnya, penyedia layanan TPL
merupakan bagian dari perusahaan yang
melayani pergudangan dan transportasi barang

55
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

(ekspedisi), namun saat ini mereka telah terlibat dalam rantai pasok konstruksi yang telah
berkembang dan melakukan diversifikasi ada, namun tidak menutup kemungkinan pula
layanan dengan menawarkan berbagai macam entitas baru yang dapat berperan dalam
layanan serta dengan memastikan berbagai interface antara rantai pasok dan proyek
aktivitas logistik. Penyedia layanan logistik TPL konstruksi.
harus memiliki fasilitas pergudangan, armada Vrijhoef dan Koskela (2000) menyatakan
transportasi, dan jangkauan layanan mereka terdapat empat peran untuk pengelolaan rantai
harus dapat menjangkau ke seluruh penjuru pasok di konstruksi, yaitu peranan yang fokus
dunia. Kondisi dunia bisnis saat ini sangat sulit pada interface antara rantai pasok dan proyek
bagi perusahaan untuk dapat berdaya saing jika konstruksi di lapangan, fokus pada rantai pasok
tidak berkolaborasi dengan para mitra nya itu sendiri, fokus pada pemindahan aktivitas dari
(Aguezzoul, 2014). lokasi proyek ke tahapan awal rantai pasok, dan
Model bisnis TPL pada dasarnya pengelolaan yang terpadu dan perbaikan dari
mengambil alih proses distribusi material dari rantai pasok dan produksi pada lokasi proyek.
perusahaan penghasil produk (produsen), L2S nantinya kan menempati peran pertama
dengan pengalihan distribusi barang ke dalam konsep SCM tersebut.
konsumen oleh perusahaan TPL, maka Hasil dari kajian menunjukkan bahwa
produsen dapat fokus pada bidang usaha entitas yang dapat berperan sebagai penyedia
utamanya saja dan dapat mengeliminasi biaya atau provider layanan logistik strategis adalah
investasi infrastruktur logistik (gudang, armada kontraktor itu sendiri, supplier material yang
transportasi, maupun peralatannya), sehingga sudah ada, penyedia layanan transportasi,
pada akhirnya biaya produksi menjadi penyedia layanan pergudangan, atau entitas
berkurang. baru yang dikendalikan oleh pemerintah,
Menurut (Aguezzoul, 2014), aktivitas TPL swasta, atau kerjasama antara pemerintah dan
yang termasuk dalam kategori fungsi logistik swasta. Berikut dalam Tabel 2 disajikan
disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut: perbandingan dari potensi entitas yang
memungkinkan menjadi provider L2S.
Tabel 1. Aktivtas Penyedia Layanan Logistik Tantangan bisnis logistik yang dihadapi
Strategis saat ini adalah tentang kurangnya sumberdaya
manusia yang profesional di bidang logistik,
Proses sehingga perlu diadakan pelatihan secara terus
Aktivitas menerus agar para penyedia layanan logistik
Logistik
tidak saling bersaing untuk memperoleh SDM
Transportation Jalan, rel, udara, laut; manjemen yang kompeten. Tantangan lain yang dihadapi
intermodal; pengiriman; penerusan oleh penyedia layanan logistik adalah,
pengiriman; pengiriman ekspres. kebutuhan terhadap layanan-layanan yang
Outbound Menggabungkan pengiriman; bersifat spesialis, sehingga antar penyedia
(distribution) memproses permintaan barang; layanan logistik mampu berkolaborasi.
pemilihan dan penyortiran barang; Sumberdaya yang harus dimiliki oleh
Mengirim barang; konfigurasi pasca penyedia layanan logistik selain sumber daya
produksi; instalasi produk di tempat manusia yang kompeten, juga diperlukan
pelanggan. jaringan teknologi informasi yang memadai serta
Warehousing Penyimpanan barang; penerimaan fasilitas yang menunjang layanan logistik,
barang; cross docking; konsolidasi apakan fasilitias transportasi, pergudangan,
(dekonsolidasi); penanganan maupun infrastruktur teknologi infomasi.
terhadap barang yang mudah Dukungan finansial yang kuat juga menjadi
rusak/berbahaya.
salah satu hal yang harus dimiliki oleh penyedia
layanan logistik, agar mampu memberikan
Inventory Perkiraan/peramalan; slotting;
pelayanan bagi pelanggannya.
management analisis lokasi; analisis lokasi;
perancangan layout; manajemen Tabel 2. Alternative Entitas Penyedia Layanan
penempatan dan pengambilan. Logistik Strategis
Packaging Desain kemasan; pemberian label;
perakitan/pengemasan. Kelebihan Kekurangan
Reverse Daur ulang; penggunaan kembali; Kontraktor
logistics perbaikan; pengujian produk; Terlibat langsung di Membutuhkan investasi
manajemen pengembalian barang lapangan untuk menyediakan
Sumber: Aguezzoul (2014) layanan transportasi dan
pergudangan
Berdasarkan hasil kajian terdahulu, entitas Supplier
yang mampu menjadi integrator dalam sistem Memiliki kedekatan Membutuhkan innevstasi
layanan logistik strategis dalam ranah rantai hubungan dengan untuk menyediakan
pasok konstruksi, adalah entitas yang telah
56
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

industri manufaktur layanan transportasi Tabel 4. Kriteria Pemilihan TPL


Umunnya telah memili
infrastruktur gudang dan
tranportasi, walau No Kriteria Deskripsi
mungkin dalam skala
yang kecil Menyangkut total biaya logistik.
Penyedia layanan transportasi 1 Biaya Berapa besar biaya yag dikenakan
Memiliki jaringan Perlu membangun network oleh TPL
transportasi dengan inustri manufaktur Hal ini menyangkut pembagian risiko
dan konstruksi dan keuntungan, meyakinkan
Penyedia layanan pergudangan Hubungan perusahaan pengguna dan TPL.
2
Memiliki fasilitas atau Perlu membangun network Kerjasama Hubungan kerjasama yang dilandasi
infrastruktur dengan inustri manufaktur kosep kepercayaan akan keandalan
pergudangan dan konstruksi dan kompetensi TPL.
Pemerintah Hal ini menyangkut ruang lingkup
3 Pelayanan
Dapat berfungsi sebagai Kaku dalam penerapan pelayanan yang diberikan TPL
pengawas dan prosedur Komitmen untuk perbaikan
pengendali harga pelayanan, manajemen resiko,
4 Kualitas
material standar mutu pelayanan yang
Swasta diberikan
Flesibel dalam Network dan fasilitas perlu Jaringan dan sistem informasi yang
pengelolaan bisnis dibanguan Sistem mendukung aktivitas layanan, apakah
5
Kerjasama Pemerintah dan Swasta Informasi online, semi online, atau offline
Dapat berbagi risiko Membutuhkan suatu (konvensionall).
bisnis antara pemerintah prosedur atau kontrak Perlalatan
Kondisi peralalatan yang dimiliki
dan swasta kerjasama yang jelas 6 yang
untuk mendukung layanan logistik
mengenai aspek bisnis dimiliki
Fleksibel dalam menghadapi
7 Fleksibilitas
perubahan permintaan konsumen
Sumberdaya yang harus ditinjau untuk
menentukan potensi entitas penyedia L2S Kecepatan waktu pengiriman, dan
disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut: 8 Delivery komitmen ketepatan waktu
pengiriman
Tabel 3. Kemampuan Sumberdaya TPL Profesionali Pengalaman, kompetensi, dan
9
sme pelayanan terhadap konsumen
Kondisi kinerja keuangan dari TPL
Sumberdaya Deskripsi agar dapat meyakinkan keberlanjutan
Kondisi usaha dan peningkatan secara
10
Informasi Jaringan informasi kontraktor Finansial reguler terhadap peralatan dan
Jaringan informasi supplier pelayanan yang digunakan pada
Sumberdaya Kemampuan marketing operasi logistik.
manusia Kemampuan IT Berhubungan dengan jangkauan
Aset tetap Fasilitas gudang Lokasi dan distribusi, spesifikasi lokasi dan
Fasilitas transportasi 11 Jangkauan distribusi, ruang lingkup internasional,
Fasilitas teknologi informasi: Pelayanan jangkauan pasar, tujuan pelayaran,
server, aplikasi layanan, computer, dan jarak pengiriman
jaringan internet Merujuk pada pendapat pelanggan
Keuangan Kecukupan modal usaha tentang seberapa bagus TPL dalam
Akses pemodalan pada lembaga memberikan kepuasan pelayanan
12 Reputasi
keuangan terhadap kebutuhan mereka. Hal ini
lebih relevan pada screening awal
Berdasarkan kajian literatur terdapat dari TPL
beberapa kriteria pemilihan provider layanan
logistik dengan basis model TPL. Tabel 4 Setelah melakukan seleksi pemilihan TPl
berikut adalah tabel penentuan kriteria pemilihan berdasarkan kemampuan sumberdaya dan
provider berdasarkan tiga kajian literatur (IWLA, kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, maka
2003; Aguezzoul, 2007; Gol dan Catay, 2007; metode evaluasi terhadap alternatif-alternatif
Aguezzoul, 2014; Marchet, dkk, 2018). entitas dapat dilakukan dengan berbagai
metode seleksi alternatif. Aguezzoul (2007)
memaparkan keuntungan dan kekurangan dari

57
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

beberapa metode seleksi TPL, yaitu sebagai para entitas untuk menjadi penyedia L2S, yaitu
tertera di Tabel 5. informasi, sumber daya manusia, fasilitas
logistik, serta dukungan finansial. Entitas yang
Tabel 5. Perbandingan Metode Evaluasi berpotensi untuk menjadi penyedia layanan
Pemilihan TPL logistik adalah entitas yang sudah berkecimpung
di industri konstruksi, seperti kontraktor,
Keuntungan Kekurangan supplier, penyedia layanan transportasi,
Metode Pembobotan linier penyedia layanan pergudangan, maupun entitas
 Cepat dan sederhana  Tergantung dari penilaian baru yang membuka model bisnis L2S secara
diaplikasikan personal khusus, baik yang dilakukan oleh pemerintah,
 Mempertimbangkan  Tidak ada kemungkinan swasta, maupun dalam bentuk kerjasama
kriteria yang subjektif untuk memperkenalkan pemerintah dan swasta.
 Murah untuk hambatan kedalam model
Kriteria pemilihan entitas adalah terkait
diimplementasikan
dengan kinerja pelayanan (biaya logistik yang
Artificial intelligennce
ditawarkan, fasilitas dan flesibilitas pelayanan,
 Menawarkan dasar  Memerlukan pengetahuan
kualitas material terkirim), aspek lokasi dan
pengetahuan yang tentang TPL
geografi (menyangkut jangkauan pelayanan),
fleksibel  Akses ke praktisi lama dan
 Mempertimbangakan sulit Kepercayaan (kondisi finansial, hubungan
faktor-faktor kuantitatif kerjasama, reputasi), fasilitas (sistem informasi,
Statistical/probabilistic sarana dan prasarana logistik). Metode evaluasi
Mengalisis perilaku yang  Tidak ada solusi yang yang dipilih harus disesuaikan dengan
meragukan TPL optimal kebutuhan dan kemampuan sumberdaya
 Sulit untuk dilakukan manusia yang dimiliki oleh calon pengguna TPL,
analisa yaitu mulai dari metode yang paling sederhana
 Tidak ada kemungkinan menggunakan pembobotan linier hingga
untuk memperkenalkan menggunakan mathematical programming.
hambatan secara
matematis pada model
Mathematical Programming - Multi-objective
UCAPAN TERIMA KASIH
 Kriteria tidak dalam  Mempertimbangkan
dimensi yang tidak dengan sulit kriteria Makalah ini merupakan bagian dari
umum subjektif Penelitian Hibah Kompetensi yang didanai oleh
 Mengusulkan beberapa  Tidak mengusulkan solusi Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
solusi optimal (Kemenriset Dikti) pada tahun 2018 melalui
 Memungkinkann  Sulit untuk dilakukan LPPM ITB.
memperkenalkan atau analisis hasil dari metode
tidak hambatan pada ini
model DAFTAR PUSTAKA
Mathematical Programming - Mono-objective
 Mengusulkan solusi  Tidak membeprimbangkan Abduh, Muhamad. (2017). Kebutuhan Layanan
yang optimal kriteria subjektif Logistik Strategis Untuk Pemberdayaan
 Kemungkinan kontraktor Kecil Di Indonesia. University
memperkenalkan atau Network For Indonesia Infrastructure
tidak hambatan pada Development (UNIID) 2017, Palembang,
model 19-20 September 2017.
Sumber: Aguezzoul (2007) Aguezzoul, Aicha. (2007). The third party
logistics selection: a review og literature.
Penerapan metode evaluasi ini tentunya International Logistics and Supply Chain
harus dipilih berdasarkan kemampuan Congress, Istambul, Turkey, November ,
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh calon 2007.
pengguna TPL, semakin detail kriteria dan Aguezzoul, Aicha. (2014). The third party
metode evaluasi yang dipilih, maka akurasi hasil logistics selection: A review of literature
analisa juga akan semakin baik, namun hal ini review on criteria and methods. Omega,
perlu diimbangi oleh kemampuan sumberdaya 69–78.
manusia yang dimiliki. Alternatif metode evaluasi Christopher, M. (2011). Logistic and Supply
yang paling sederhana adalah dengan Chain Management. London: Pearson
menggunakan pembobotan linier yang dapat Education Limited.
dikombinasikan dengan teknik AHP atau FAHP. Ekeskär, A dan Rudberg, M. (2016). Third-party
logistics in construction: the case of a large
KESIMPULAN hospital project, Construction Management
and Economics, Vol. 34, pp. 1-18, DOI:
Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat 10.1080/01446193.2016.1186809.
empat sumber daya yang harus dimiliki oleh

58
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gol, Hakan., Catay, B. (2007). Third-party


logistics provider selection: Insights from a
Turkish automotive company. Supply Cahin
Management, an international journal. . Vol.
12
Marchet, G., Melacini, M., Perotti, S., & Sassi,
C.,. (2018). Types of logistics outsourcing
and related impact on the 3PL buying
process: empirical evidence, International
Journal of Logistics Systems and
Management, Vol. 30, 139, 2018.
Selviaridis, K., Spring, M. (2007). Third party
logistics: a literature review and research
agenda. The international journal of
Logistics Management. Vo. 10. No. 1. 2007.
pp. 125-150.
Sobotka, A dan Czarnigowska, A .(2005).
Analysis of supply system models for
planning construction project logistics.
Journal of Civil Engineering and
Management. vol. 11, no1, pp. 73-
82, DOI: 10.1080/13923730.2005.9636335.
Tommelein, I.D.; Walsh, K.D.; Hershauer, J.C.
(2003). Improving Capital Projects Supply
Chain Performance. Research Report
PT172-11. Texas: Construction Industry
Institute. 241 p.
Vrijhoef, R., Koskela, L. (2000). The Four Roles
of Supply Chain Management in
Construction. European Journal of Jornal
Purchasing & Supply Management.

59
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

60
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PEMILIHAN MATERIAL STABILISASI TANAH LATERIT


BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIK

Studi Kasus di Ruas Merauke – Bupul – BTS. Kab. Merauke/Boven Digoel

Franky EP. Lapian1 dan M. Tumpu2


Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Papua 1
Mahasiswa Progam Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar 2
Jalan Abepantai – Tanah Hitam Kompleks Bina Marga Jayapura
E-mail: lapianedwin@gmail.com

ABSTRAK

Hamparan tanah jelek cenderung tersebar di dataran rendah di wilayah konsentrasi aktivitas
manusia yang strategis, sehingga berbagai bangunan/infrastruktur lebih banyak yang dibangun di posisi
tanah jelek. Salah satu daerah yang terdapat banyak hamparan tanah jelek adalah Kabupaten Merauke
dimana daerah ini kaya dengan mineral logam khususnya yang terbentuk dari batuan ultrabasa, hal ini
menyebabkan terbentuknya tanah laterit hampir ada di setiap wilayah. Potensi lokal (local content) tanah
laterit ini merupakan aset daerah yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan pemanfaatannya
sebagai material konstruksi atau lapis pondasi jalan. Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk di daerah
tropis atau sub tropis dengan tingkat pelapukan tinggi pada batuan basa sampai batuan ultrabasa yang
didominasi oleh kandungan logam besi. Tanah ini mengandung mineral-mineral lempung tinggi utamanya
illite dan montmorilonite, sehingga potensi kerusakannya besar jika dilakukan pekerjaan konstruksi pada
tanah seperti ini. Untuk itu perlu kajian mendalam terhadap karakteristik detail khususnya karakteristik
fisik dan kemungkinan perbaikannya sebelum digunakan sebagai lapis pondasi jalan.

Kata kunci: tanah jelek, tanah laterit, kabupaten Merauke, karakteristik fisik

ABSTRACT

The expanse of ugly land tends to be scattered in the lowlands in areas of strategic human activity
concentration, so that more buildings/infrastructure are built in ugly land positions. One of the areas with a
lot of ugly land is Merauke Regency where this area is rich in metal minerals, especially those formed
from ultramafic rocks, this causes the formation of laterite soils almost in every region. Local content of
this laterite soil is a regional asset which is very possible to develop its use as a construction material or
road foundation layer. Laterite soil is soil that is formed in tropical or sub-tropical regions with high
weathering rates in alkaline rock to ultramafic rocks which are dominated by iron metal content. This soil
contains high clay minerals mainly illite and montmorilonite, so that the potential for damage is great if the
construction work is done on this soil. For this reason, it is necessary to have an in-depth study of the
detailed characteristics, especially the physical characteristics and possible improvements before being
used as a road foundation layer.

Keywords: ugly land, laterite soil, Merauke district, physical properties


dilakukan dengan tepat maka akan terjadi
kerusakan-kerusakan struktur bangunan sipil
PENDAHULUAN yang ditimbulkan oleh reaksi tanah baik secara
mekanis maupun kimia. Gambar 1
memperlihatkan salah satu contoh raus jalan
Sebagian besar lapisan permukaan di
yang ada di Papua yang menggambarkan
wilayah Papua dan Kalimantan merupakan
kondisi tanah laterit ketika basah. Tanah laterit
tanah laterit. Ketika kering tanah laterit akan
harus diberikan perlakuan sesuai dengan
kering namun ketika mengandung air dalam
penanganan yang benar berdasarkan kaidah
jumlah besar tanah laterit menjadi gembur.
atau aturan geoteknis. Berdasarkan hal
Tanah memiliki spesifikasi yang berbeda dari
tersebut, sejumlah studi telah dilakukan untuk
setiap jenisnya, sehingga memerlukan
memperbaiki kinerja dari tanah laterit atau biasa
penanganan yang berbeda baik secara mekanis
disebut dengan perbaikan tanah mekanis.
dan kimia. Penanganan ini tidak bisa dipisahkan
karena saling berhubungan erat satu dengan
yang lainnya. Jika penanganannya tidak

61
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

contohnya: material bergradasi seragam,


kekurangan butiran halus atau bahkan kelebihan
butiran halus dan sebagainya. Untuk ini, maka
material tersebut perlu dilakukan stabilisasi
mekanis, yaitu dengan cara mencampur
beberapa material yang mempunyai gradasi
berbeda. Dalam stabilitas mekanis dengan cara
mencampur dua atau lebih material, maka
dibutuhkan distribusi ukuran butiran yang
diinginkan dan distribusi ukuran butiran tanah
yang akan dicampur.
Dalam praktek, tindakan-tindakan
perbaikan tanah-dasar (subgrade) yang umum
dilakukan terutama pada tanah-tanah yang
Gambar 2. Kondisi tanah laterit ketika basah terlalu basah atau tanah-dasar lunak. Caranya
adalah dengan menutup tanah lunak atau basah
Perbaikan tanah yang dikenal dalam tersebut dengan material granular (sebagian
rekayasa geoteknik secara umum terbagi dalam atau seluruhnya) dan mengganti tanah tersebut
tiga kategori, yaitu cara mekanis, cara kimia, dengan material granular sampai kedalam
dan cara fisik. Cara mekanis didasarkan atas tertentu. Material granular ini berfungsi untuk
usaha-usaha mekanis, seperti kompaksi dan mendistribusikan beban roda kendaraan ke area
konsolidasi. Melalui cara yang paling umum yang lebih luas dan sekaligus memberikan
digunakan kerapatan tanah akan meningkat, landasan kerja yang kuat. Agar urugan material
kompresibilitas tanah berkurang, yang kemudian granular tersebut memberikan landasan kerja
diikuti pula dengan peningkatan kapasitas daya yang kuat bagi lalu-lintas kendaraan proyek,
dukung dan stabilitas tanah. Pada cara kimiawi, maka:
suatu bahan aditif berupa binders (semen, 1) Tebal material granuler harus cukup tebal,
kapur, abu terbang) dicampurkan dalam tanah sehingga dapat memberikan tekanan yang
yang kemudian akan mengubah properties dan cukup rendah ke tanah basah di bawahnya.
kekuatan tanah. Sedangkan pada cara fisik, Umumnya, tebal material granuler yan
suatu bahan perkuatan seperti geotekstil dibutuhkan sekitar 15 sampai 30 cm, hanya
dimasukkan atau disusun pada lapisan tanah kadang-kadang di lapangan sering terdapat
untuk memperkuat tanah. Salah satu kelebihan area-area dalam kondisi yang khusus.
utama material laterit adalah tidak mudah 2) Material granulernya sendiri harus kuat
membengkak dengan air. Hal ini menjadikannya menahan beban roda. Untuk ini, materialnya
bahan kemasan yang sangat baik terutama bila granuler harus dipadatkan dengan baik.
tidak terlalu berpasir. Pemadatan tanah, yaitu membuat tanah
Lapis pondasi (base), lapis pondasi-bawah menjadi lebih padat dari, sebelumnya, sehingga
(subbase) maupun lapis permukaan merupakan mempunyai sifat-sifat teknis yang lebih baik,
struktur yang terbentuk dari campuran material juga dikategorikan sebagai stabilisasi tanah
granuler. Bila struktur pembentuk perkerasan secara mekanis.
tersebut tahan terhadap gerakan ke arah lateral
akibat baban lalu-lintas, maka struktur METODE
dinamakan stabil secara mekanis, umumnya
terdiri dari campuran agregat kasar (kerikil, batu Lokasi dan Waktu Penelitian
pecah, slag dan sebagainya), agregat halus
Penelitian ini dilakukan bekerja sama
(abu batu, pasir dan sebagainya), lanau,
dengan Laboratorium Satker Pelaksanaan Jalan
lempung, yang dicampur dengan proporsi
Nasional Wilayah II Provinsi Papua (Merauke),
tertentu dan dipadatkan dengan baik.
dengan waktu penelitian selama tiga bulan.
Penggunaan campuran material pada proporsi
Dengan lokasi pengambilan sampel daerah
gradasi butiran yang optimal, disebut stabilisasi
Bupul, Kabupaten Merauke. Gambar 2
mekanis. Stabilisasi mekanis dilakukan dengan
memperlihatkan lokasi penelitian.
cara mencampur atau mengaduk dua macam
tanah atau lebih yang bergradasi berbeda guna
memperoleh material yang lebih baik, sehingga
memenuhi syarat kekuatan tertentu.
Dalam pembangunan perkerasan jalan,
guna memenuhi syarat kestabilan mekanis ,
umumnya disyaratkan material harus
mempunyai gradasi dan plastis tertentu.
Kadang-kadang, material alam di sekitar lokasi
proyek mungkin tidak memenuhi syarat,

62
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 2. Karakteristik fisik tanah laterit


No. Karakteristik Fisik Hasil Pemeriksaan
1 Berat jenis 2,58
2 Analisa saringan >30% lolos no.200
Batas-batas Atterberg
a. Batas cair (LL) 46,10%
3
b. Batas plastis (PL) 24,31%
c. Indeks plastisitas (PI) 21,79%
4 Klasifikasi tanah A-7-5
Karakteristik Mekanik
Pemadatan
Gambar 2. Lokasi penelitian
1 a. ɤdry 1,60 gr/cm3
Jenis Penelitian dan Sumber Data b. W opt 21,64%
Penelitian yang dilakukan adalah uji 2 Kuat tekan 0,44 MPa
eksperimental murni berupa kajian laboratorium
dengan mengkaji berbagai penelitian Hasil pengujian analisa saringan
sebelumnya, khususnya yang terkait dengan menunjukan tanah yang lolos saringan No. 200
pemanfaatan kapur, semen dan material- (0.075 mm) lebih besar dari 76,03%, maka
material lainnya sebagai bahan penstabiliasi tanah dapat diklasifikasikan kedalam kelompok
tanah laterit. A-4; A-5; A-6; A-7. Batas cair (LL) = 46,10%; >
Pemeriksaan Karakteristik Material 41% maka tanah tersebut masuk ke dalam
Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi 1 kelompok A-5. Indeks pastisitas (PI) = 21,79 %
bagian pengujian yaitu pengujian untuk tanah maka masuk ke dalam kelompok A-5 (PI<10%)
asli yang mengikuti Standar yaitu ASTM, dan A-7 (PI>11%). Tanah tersebut dapat
AASHTO, SNI dan USCS. Tabel 1 diklasifikasikan kedalam kelompok A-7-5
memperlihatkan standar pengujian karakteristik (PL>30%) dan A-7-6 (PL<30%). Dengan batas
sifat fisik tanah. plastis (PL) = 24,31%; <30% maka tanah
tersebut masuk kedalam kelompok A-7-5. Tanah
Tabel 1. Standar metode pengujian sifat fisik laterit yang digunakan dalam penelitian ini
tanah berada pada kelompok A-7-5 dan termasuk
Standar/Metode klasifikasi tanah lempung dengan plastisitas
No Jenis Pemeriksaan
Uji tinggi. Berdasarkan buku 7 Pekerjaan Lapis
Pemeriksaan Klasifikasi Pondasi Jalan (Lapis Pondasi Tanah Kapur)
1 AASHTO M145
Tanah
Dirjen Bina Marga Tahun 2006 bahwa tanah
Pemeriksaan Analisa
2
Saringan
ASTM D 422 yang digunakan untuk pondasi tanah yang
Pemeriksaan Batas-batas distabilisasi dengan kapur adalah tanah yang
Atterberg tergolong sebagai tanah lempung dan termasuk
3 Batas Cair (LL) ASTM D-423 C tanah ekspansif. Dengan demikian tanah yang
Batas Plastis (PL) ASTM D-424 digunakan dalam penelitian ini harus
Batas Susut (SL) ASTM D-427 distabilisasi dengan kapur.
SNI 03-1964-
4 Pemeriksaan Berat Jenis
2008 Tabel 3. Sifat kimia tanah laterit
SNI 03-2832- Unsur Kandungan (%)
5 Kompaksi
1992 SiO2 73,74
Al2O3 17,49
HASIL DAN PEMBAHASAN Fe2O3 5,61
TiO2 1,82
MgO 0,70
Karakteristik Fisik dan Kimia Tanah Laterit
ZrO2 0,23
Pemeriksaan karakteristik tanah laterit K2O 0,14
dilakukan untuk menentukan kelayakan tanah SO3 0,10
laterit digunakan dalam penelitian, mengingat Cl 0,05
tanah laterit merupakan material utama dalam
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan tanah Pemeriksaan sifat kimia tanah laterit
laterit yang berasal dari Bupul, Kabupaten dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur kimia
Merauke, Papua. Tabel 2 dan Tabel 3 masing- yang terkandung dalam tanah laterit yang
masing memperlihatkan hasil pengujian berasal dari Merauke-Mindiptana. Unsur utama
karakteristik fisik tanah laterit yang digunakan dalam tanah laterit ini adalah SiO2 sebanyak
dalam penelitian ini.

63
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

73,74%, Al2O3 sebanyak 17,49% dan Fe2O3 DAFTAR PUSTAKA


sebanyak 5,61%.
Tanah dengan tipe ini merupakan tanah Asalim, E. (2011), Pembuatan Kalsium Klorida
berlempung yang memiliki sifat butiran yang dari Batu Kapur dan Asam Klorida
sangat halus, mudah dibentuk dan mempunyai dengan Kapasitas Produksi
daya lekat. Gambar 3 memperlihatkan grafik 30.000ton/tahun, Departemen Teknik
analisa saringan. Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Bowles, J.E. (1984), Physcal and Geotechnical
Propertes of Soils, McGraw-Hill Book
Company, USA
Das, Braja M., Noor, E., dan Mochtar, I.B.
(1994), Mekanika Tanah Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
Das, Braja.M. (1995), Mekanika Tanah (Prinsip-
Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jilid I,
Erlangga. Jakarta.
Didiek P., Suryadi HS. (1998), Bahan Konstruksi
Teknik, Gunadarma Press, Jakarta.
Hardiyatmo, H.C. (2010), Mekanika Tanah 1,
Gambar 3. Grafik analisa saringan Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Dari hasil pengujian gradasi yang Hardiyatmo, H.C. (2010), Stabilitas Tanah Untuk
dilakukan pada tanah merah dengan analisa Perkerasan Jalan, Gadjah Madah
saringan diperoleh hasil tanah tersebut lebih dari University Press, Yogyakarta.
36% lolos saringan No. 200 yaitu 76,03%. Jastrzebski, Zbigniew D. (1987). The Nature and
Tanah tersebut merupakan tanah berbutir halus. Properties of Engineering Materials,
Menurut AASHTO tanah ini termasuk dalam tipe third editon, John Willey and Son, Inc.,
A-7-5, jenis tanah berlempung. Peninjauan New York.
klasifikasi tanah yang mempunyai ukuran butir K. Muthusamy, N. W. Kamaruzaman, Mohamed
lebih besar dari 0,075 mm, lebih didasarkan A. Ismail, dan A. M. A. Budiea. (2015),
secara langsung pada gradasinya sehingga Durability Performance of Concrete
penentuan klasifikasinya lebih didasarkan pada Containing Laterite Aggregates, KSCE
batas-batas Atterbergnya. Journal of Civil Engineering, November
2015, vol 19, issue 7, pp 2217-2224.
KESIMPULAN Krebs, R.D. and Walker, R.D. (1971), Highway
Materials, McGraw Hill Book Company,
New York.
Berdasarkan hasil pengujian karakteristik
M. Wihardi Tjaronge, a. m. Akkas, R. A. 2013.
fisik dan kimia tanah laterit, terlihat bahwa tanah
Muhlis Studi Eksperimental Kuat Tekan
yang ada pada lokasi studi berada pada
Beton Dengan Menggunakan Material
kelompok A-7-5 dan termasuk klasifikasi tanah
Pasir Dan Air Laut
lempung dengan plasitas tinggi. Berdasarkan
Rollingss, M.P. and Rollingss JR, R.S. (1966),
buku 7 Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan (Lapis
Geotechnical Material in Construction,
Pondasi Tanah Kapur) Dirjen Bina Marga Tahun
McGraw-Hill, New York Washington,
2006 bahwa tanah yang digunakan untuk
DC.
pondasi tanah yang distabilisasi dengan kapur
Tjokrodimuljo, K. (1992), Bahan Bangunan,
adalah tanah yang tergolong sebagai tanah
Jurusan Teknik Sipil FT UGM,
lempung dan termasuk tanah ekspansif. Dengan
Yogyakarta.
demikian tanah yang digunakan dalam
Transportation Research Board (TRB) (1987),
penelitian ini harus distabilisasi dengan kapur.
State of The Art Report 5-Lime
stabilization, Transportation Research
UCAPAN TERIMA KASIH
Board, National Research Council,
Washington.
Ucapan Terima Kasih diucapkan kepada Yoder, E.J. and Witczak, M.W., 1975, Principles
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional, of Pavement Design, 2-Edition, John
Abepura Jayapura yang telah membantu Willey & Son, Inc. New York.
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik.

64
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PEMILIHAN PARAMETER OPERASIONAL SHORT SEA SHIPPING


PADA JARINGAN TRANSPORTASI BARANG MULTIMODA

Johannes E. Simangunsong1, Ade Sjafruddin2,Harun Al-Rasyid S. Lubis3,Russ Bona Frazila4


Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil FTSL Institut Teknologi Bandung1
Staf Pengajar Program Studi Doktor Teknik Sipil FTSL Institut Teknologi Bandung2,3,4
E-mail: je_mangunsong@yahoo.com

ABSTRAK

Dominasi angkutan barang dengan moda truk di Indonesia menimbulkan beberapa permasalahan
transportasi antara lain kemacetan di ruas jalan dan pelabuhan, meningkatnya polusi udara,
meningkatnya biaya pemeliharaan dan perawatan jalan, subsidi BBM, dan tingkat kecelakaan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dominasi tersebut dengan memberikan perhatian pada
sistem jaringan transportasi multimoda melalui pengoperasian jalur perangkutan barang dengan moda
laut yaitu Short Sea Shipping (SSS). Penelitian ini bertujuan untuk memilih parameter sistem operasi
dalam memperoleh rute optimum SSS untuk memaksimumkan selisih total biaya transportasi akibat
pengoperasian SSS. Beberapa parameter sistem operasi SSS yang dipertimbangkan antara lain
pemilihan pelabuhan singgah, tarif, dan kecepatan kapal. Pendekatan yang digunakan dalam memilih
parameter sistem operasi SSS yaitu dengan teknik solusi optimasi Discrete Binary Particle Swamp
Optimization (DBPSO). Model pemilihan parameter sistem operasi SSS akan dicoba pada jaringan
transportasi barang hipotetikal.

Kata kunci: transportasi multimoda, short sea shipping (SSS), Discrete Binary Particle Swamp
Optimization (DBPSO)
ABSTRACT

The dominance of freight transportation by truck mode in Indonesian causes congestion in road and
port, and also other impacts such as the increase of air pollution, road maintenance costs, fuel subsidies.
and traffic accident. One of the efforts to reduce this dominance is by paying attention to the multimodal
transportation network system through the operation of freight transportation lines by sea mode, namely
Short Sea Shipping (SSS). The objective of this study is to select operating system parameters in
obtaining the optimum SSS route with objective function to maximize the difference of total transportation
cost by designing SSS operating system model. Several parameters are considered in SSS operating
system such as transit ports, tariffs, and ship speed. The selecting parameters of SSS operating system
is approached by Discrete Binary Particle Swamp Optimization (DBPSO). The SSS operating system
parameter selection model will be tested on the hypothetical multimodal freight transportation network.

Keywords: multimodal transportation, short sea shipping (SSS), Discrete Binary Particle Swamp
Optimization (DBPSO)
transportasi (Pusat Studi Logistik dan Rantai
PENDAHULUAN Suplai ITB, 2013). Salah satu penyebab lain
yang sangat penting adalah masih dominannya
pergerakan barang dengan menggunakan moda
Rata-rata total biaya logistik di Indonesia
truk. Lubis dkk (2005) dan Saleh, M. (2009)
pada periode tahun 2004-2011 sekitar 26,03%
menyatakan total pergerakan barang yang
dari Produk Domestik Bruto. Dari total biaya
terjadi di Indonesia sekitar 90% dilakukan
logistik tersebut, komponen biaya transportasi
dengan moda jalan, 7% dengan moda laut, dan
merupakan komponen biaya tertinggi (12,04%)
sisanya dengan moda lain. (kereta api, pesawat
diikuti biaya inventory (9,47%) dan biaya
terbang serta angkutan sungai, danau dan
administrasi (4,52%). Tingginya biaya ini
penyeberangan)’
menunjukkan buruknya kualitas pelayanan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
logistik di Indonesia. Beberapa penyebab biaya
untuk memperbaiki kinerja logistik di atas dan
logistik yang tinggi antara lain kondisi
dominannya penggunaan moda darat untuk
infrastruktur yang kurang memadai, baik dari
angkutan barang adalah dengan memberikan
segi kuantitas maupun kualitas; adanya
perhatian pada sistem transportasi barang
pungutan-pungutan liar; kemacetan (bottleneck)
multimoda melalui pengoperasian jalur
di pelabuhan; proses ekspor dan impor yang
perangkutan barang dengan moda laut salah
membutuhkan waktu yang cukup lama; dan
satunya Short Sea Shipping (SSS).
kurangnya kapasitas pelayanan dan jaringan

65
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Indonesia sebagai negara maritim yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja


pulau-pulaunya dihubungkan oleh lautan sangat transportasi barang menjadi lebih baik.
memungkinkan menerapkan Short Sea Shipping Penerapan jalur pelayaran SSS merupakan
(SSS) sebagai transportasi barang dan orang. permasalahan yang cukup kompleks karena
Dalam Peraturan Presiden Indonesia No. 26 melibatkan banyak pelaku didalamnya.
Tahun 2012, salah satu program yang Kompleksitas dari model yang akan dibangun
direncanakan untuk meningkatkan kelancaran dapat dilihat dari banyaknya kumpulan
arus barang dalam mendukung efisiensi dan kombinasi tindakan atau kebijakan yang akan
efektifitas kinerja sistem logistik nasional adalah dipertimbangkan ke dalam model tersebut.
pembangunan konektivitas lokal, antar pulau, Tindakan-tindakan tersebut akan berdampak
dan nasional secara terintegrasi dengan kepada banyaknya kombinasi pilihan dalam
mengembangkan jalur pelayaran dan menentukan kombinasi tindakan yang paling
operasional Short Sea Shipping (SSS) optimal untuk sistem operasi SSS sehingga
Definisi SSS dalam Douet, M dkk (2011) model optimasi yang akan dibangun menjadi
adalah transportasi barang melalui perairan sangat kompleks dan merupakan optimasi
yang tidak jauh dari garis pantai dan tidak kombinatorial. Dari sudut pandang optimasi,
memotong atau menyebrangi samudra (ocean). pemilihan kombinasi terbaik pada ssstem
Beberapa alasan terkait penerapan jalur operasi SSS di atas merupakan permasalahan
pelayaran SSS karena kelebihannya antara lain: kombinasi optimasi kombinatorial yang sangat
kapasitas laut yang tidak terbatas, biaya sulit untuk dipecahkan (Zhang, 2013).
investasi dan pemeliharaan pelabuhan rendah Model dalam penelitian ini akan
dibandingkan biaya investasi dan perawatan mempertimbangkan dua pengambil keputusan
jalan raya dan kereta api, ramah lingkungan dan secara bersamaan yaitu pemerintah sebagai
dapat mengurangi penggunaan moda truk pemangku kepentingan (stake holders) yang
(moda shifting) serta sangat cocok untuk berhubungan dengan pemilihan kombinasi
diterapkan di negara kepulauan. Disamping tindakan sistem operasi SSS optimum dalam
kelebihan-kelebihannya terdapat juga bebarapa meningkatkan pengoperasian jalur pelayaran
kelemahan dari pengoperasian SSS yaitu SSS SSS yang dapat memaksimumkan perpindahan
kurang fleksibel, SSS tidak dapat moda dari moda darat ke moda SSS dan di sisi
mendistribusikan barang dari pintu ke pintu lain pengguna jaringan (network users) di dalam
(door to door service) seperti moda jalan (truk), memilih rute perjalanan dan moda yang
sehingga SSS membutuhkan kerjasama dengan digunakan. Beberapa parameter sistem operasi
moda truk dan kereta api untuk menghubungkan yang akan dipertimbangkan dalam model ini
titik asal dan tujuan dengan pelabuhan, antara lain pelabuhan singgah, tariff, dan
munculnya biaya inventori tambahan akibat kecepatan armada kapal kemudian model
handling pada pelabuhan yang belum efisien pemilihan parameter sistem operasi SSS ini
dan reabilitas terkait waktu keberangkatan serta akan dicoba pada jaringan transportasi barang
waktu kedatangan (Paixao dan Marlow, 2002). hipotetikal.

PERMASALAHAN METODE

Pengoperasian SSS belum menjadi pilihan Program matematis merupakan suatu


utama bagi pengguna dalam mengalihkan persoalan optimasi di mana fungsi tujuan dan
angkutan barang karena kelemahan-kelemahan fungsi kendala dinyatakan dalam fungsi-fungsi
yang dimilikinya. Kemampuan bersaing dari matematis dan hubungan-hubungan fungsional.
pengoperasian SSS jika dibandingkan dengan Program matematis ini berusaha
moda lain sangat ditentukan oleh sistem memaksimumkan atau meminimumkan
pengoperasiannya dan intervensi yang kuantitas tertentu yang disebut tujuan yang
dilakukan oleh pengambil kebijakan. tergantung pada jumlah peubah-peubah
Kelemahan-kelemahan utama dari SSS terletak keputusan yang terbatas. Peubah-peubah ini
pada sisi operasional seperti tarif, frekuensi bisa bebas satu sama lain atau berkaitan
pelayanan, tipe kapal serta pemilihan pelabuhan melalui satu atau lebih kendala. (Rao, S. S,
untuk menaikkan dan menurunkan barang 2009).
dalam menghasilkan rute terbaik (Daduna dkk, Pencarian solusi dalam persoalan optimasi
2012) dapat diselesaikan dengan berbagai macam
Sehubungan dengan kelemahan- pendekatan/metoda. Metoda yang dapat
kelemahan SSS yang disampaikan di atas maka digunakan dapat berupa metoda konvensional
dalam penelitian bertujuan untuk membangun seperti program linier, goal programming,
suatu model optimasi yang dapat memilih program non linier dan program dinamis
parameter-parameter sistem operasi SSS dalam sedangkan untuk metoda non konvensional
memaksimumkan selisih total biaya transportasi metode heuristic merupakan metoda yang
antara tanpa pengoperasian SSS dengan banyak digunakan dalam menyelesaikan
pengoperasian SSS sehingga operasi SSS persoalan optimasi. Secara umum teknik solusi
66
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

program matematis dapat dibedakan menjadi menggunakan fungsi tujuan yang telah
beberapa kelompok teknik, yaitu: Exact Solution, ditetapkan (fit (unm).
Approximation, Heuristic, Metaheuristic, dan 3. Atur posisi awal dari partikel sebagai posisi
Hybrid Heuristic (SteadiSiefi dkk, 2014) personal terbaik (pbestnm) berdasarkan hasil
dari eveluasi fungsi tujuan
Teknik Solusi Optimasi Discrete Binary 4. Pilih posisi terbaik partikel dalam grup/swarm
Particle Swarm Optimization (DBPSO) untuk disimpan sebagai posisi global terbaik
(g bestn)
Particle swarm optimization (PSO) 5. Perbaharui kecepatan dari partikel ( )
didasarkan pada perilaku sosial dari pergerakan
burung atau ikan. Algoritma PSO meniru dengan menggunakan fungsi sebagai
perilaku sosial organisme ini. PSO sebagai alat berikut
optimasi menyediakan prosedur pencarian
berbasis populasi dimana masing-masing
individu yang disebut partikel mengubah posisi 6. Hasilkan populasi partikel yang baru (swarm)
mereka terhadap waktu. Pada sistem PSO, berdasarkan langkah (1.d)
masing-masing partikel terbang mengitari ruang 7. Evaluasi kembali posisi setiap partikel yang
pencarian multi dimensional (multidimensional baru dihasilkan dengan menggunakan funsgi
search space) dan menyesuaikan posisinya tujuan yang telah ditetapkan (fit (unm))
berdasarkan pengalaman pribadinya dan 8. Perbaharui catatan dari setiap partikel
pengalaman partikel di sebelahnya. Model ini dengan membandingkan nilai dari hasil
akan disimulasikan dalam ruang dengan evaluasi (fitness value) dengan posisi
dimensi tertentu dengan sejumlah iterasi personal terbaik (pbestnm)
sehingga di setiap iterasi posisi partikel akan 9. Perbaharui catatan atas posisi global terbaik
semakin mengarah ke target yang dituju (g bestn).
(minimasi atau maksimasi fungsi). Ini dilakukan 10. Ubah n=n+1. Jika algoritma telah mencapai
hingga maksimum iterasi dicapai atau bisa juga kriteria berhenti, kemudian hentikan iterasi.
digunakan kriteria penghentian yang lain. Jika belum mencapai kriteria berhenti
Pada penelitian ini teknik solusi optimasi kembali ke langkah ke 4.
yang digunakan merupakan pengembangan dari Secara jelas diagram alir dari algoritma DBPSO
algoritma PSO yaitu Discrete Binary PSO dapat dilihat pada gambar 16 di bawah
(DBPSO). Metoda ini digunakan karena
permasalahan disain sistem operasi SSS yang
diangkat merupakan permasalahan optimasi
kombinatorial dimana sekumpulan tindakan
yang yang dibangkitkan secara acak yang
merepresentasikan partikel yang terdiri dari
pemilihan lokasi, jenis tarif, frekuensi pelayanan
dan ukuran kapal memiliki nilai 1 jika
diimpementasikan dan 0 jika tidak
diimplementasikan.
Prosedur perhitungan teknik solusi optimasi
DBPSO dapat dijelaskan dengan langkah-
langkah sebagai berikut (Menhas, 2012):
1. Inisialisasi
a. Atur nilai bobot inersia (), faktor
pembelajaran 1 dan 2, jumlah partikel
N dalam swarm dan jumlah iterasi.
b. Tetapkan batas atas dan batas bawah
kecepatan partikel (velmax ( velmin ))
c. Tetapkan kecepatan awal partikel
(kecepatan awal ditetapkan nol).
Z0m = Z0m1, Z0m2, …………,Z0mN
Z0m = [0.00, 0.00………..,0.00}
Hasilkan posisi awal dari partikel dengan
menggunakan persamaan di bawah sebagai
berikut:

2. Evaluasi posisi setiap partikel yang


merupakan kandidat solusi dengan Gambar 1. Algoritma Discrete Binary Particle
Swarm Optimization (DBPSO)

67
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kerangka Model Formulasi

Pendekatan optimasi yang akan digunakan


dalam model ini adalah pendekatan optimasi notasi x*oa adalah arus link equilibrium pada saat
dua level. Pendekatan optimasi ini diambil tanpa pengoperasian SSS
karena kedua keputusan yang menggambarkan Keterangan:
perilaku pengguna dan pengambil keputusan
: arus di link kondisi equilibrium dengan
akan dicari secara bersamaan. Keputusan
pertama merupakan permasalahan lower level seperangkat tindakan kombinasi yang
dan keputusan yang kedua merupakan diimplementasikan
permasalahan upper level. Pada lower level : biaya transportasi pada link a
kondisi yang diperhatikan adalah keseimbangan pada kondisi arus equilibrium dan
arus akibat pengoperasian SSS sedangkan sekumpulan tindakan kombinasi
keputusan kedua pada upper level yang menjadi diimplementasikan atau tidak
perhatian adalah memilih kombinasi tindakan diimplementasikan (indikator tindakan
yang berhubungan dengan pemilihan sistem yang diimplementasikan, ya)
operasi SSS yang optimum. Kerangka model A1 : set link eksisting tanpa tindakan yang
formulasi secara jelas dapat dilihat pada gambar diimplementasikan.
2 di bawah A2 : set link eksisting yang memungkinkan
suatu tindakan yang
diimplementasikan.

Fungsi Biaya

Pada penelitian ini, model untuk total biaya


transportasi digambarkan sebagai fungsi biaya
pada link, transfer link dan nilai waktu perjalanan
dari barang yang dijelakan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
ca(xa) = αa + β ta(xa)

Keterangan
ca(xa) = biaya transportasi pada link a (Rp)
αa = tarif pada link a (Rp)
β = nilai waktu (Rp/jam)
ta(xa) = waktu perjalanan pada link a (jam)
xa = arus pada link a

Gambar 2. Kerangka Model Optimasi (Russ dkk, Waktu transfer pada simpul atau node
2015 menggambarkan proses bongkar-muat (loading-
unloading), persamaan yang digunakan untuk
Fungsi Tujuan Model memperkirakannya adalah:

Fungsi tujuan yang hendak dicapai dalam ta(xa) = to +


model ini adalah memilih parameter sistem
operasi yang optimum dengan cara Keterangan:
memaksimalkan selisih antara total biaya ta(xa) = waktu di pelabuhan atau stasiun
transportasi tanpa pengoperasian SSS dan to = delay di pelabuhan atau stasiun
pengoperasian SSS. Total biaya transportasi r = waktu untuk bongkar-muat (jam)
akibat pengoperasian SSS diperoleh dari jumlah xa = total volume bongkar-muat
arus barang yang beralih ke moda SSS k = kapasitas bongkar-muat
dikalikan dengan biaya transportasi. Formulasi n = jumlah dermaga/peron (unit)
fungsi tujuan model adalah sebagai berikut:
Untuk waktu perjalanan yang dibutuhkan pada
link persamaan yang digunakanan adalah:
ta(xa) =

di mana To menunjukan total biaya transportasi Keterangan:


ta(xa) = waktu perjalanan di link a
pada jaringan tanpa pengoperasian SSS: = jarak perjalanan di link a (km)
la
Sa = kecapatan rata-rata di link a (km/jam)

68
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penjelasan contoh model di atas,


khusus untuk jaringan hipotetikal yang
Untuk menguji model optimasi yang telah menerapkan jalur pelayaran SSS (gambar 4)
dibangun, di bawah ini disajikan contoh model terdapat beberapa skenario atau tindakan yang
hipotetikal jaringan transportasi barang akan dilakukan pada contoh model tersebut
sederhana. Gambar 3 di bawah menunjukan yaitu:
model jaringan transportasi barang tanpa - Skenario/tindakan memilih pelabuhan
pengoperasian moda SSS atau model jaringan mana yang akan digunakan untuk
eksisting. Jaringan yang ada adalah jaringan dioperasikan pada jalur pelayaran SSS
transportasi dengan moda truk dan kereta api. yang berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan barang; dimana dalam contoh
T1 T2 T3 ini terdapat 3 pelabuhan yang akan dipilih
yang direpresentasikan oleh Pelabuhan 1
A C (P1), Pelabuhan 2 (P2), dan Pelabuhan 3
B
(P3).
- Skenario/tindakan memilih tarif perjalanan
pada sistem operasi jalur pelayaran SSS
S1 S2 S3
yang direpresetasikan oleh link SSS dalam
Gambar 3. Model Jaringan Transportasi Barang contoh ini terdapat 2 tarif yang akan dipilih
hipotetikal tanpa Pengoperasian SSS yaitu tarif normal (t1) dan penurunan tarif
Berdasarkan gambar 3 di atas A, B, dan C, sebesar 5% link SSS (t2).
menggambarkan pusat zona yang menandakan - Skenario/tindakan memilih jenis kapal yang
titik awal dan akhir pergerakan barang. T1, T2, digambarkan oleh kecepatan operasional
dan T3 menunjukan simpul terminal truk; S1, kapal yang digunakan pada jalur pelayaran
S2, dan S3 menunjukkan simpul stasiun kereta;. SSS; dalam contoh ini terdapat 2 jenis
Garis T1-T2 dan T2-T3 berwarna merah kecepatan operasional yaitu 25 km/jam (F1)
menandakan link untuk moda truk, garis S1-S2 dan 30 km/jam (F2) yang mencoba untuk
dan S2-S3 berwarna hitam menandakan link menggambarkan adanya perbaikan dalam
untuk moda kereta api, . Adapun garis terputus- hal penurunan biaya waktu perjalanan di
putus pada gambar di atas menunjukkan titik link SSS
perpindahan antar moda (transfer link) yaitu link
Berdasarkan skenario/tindakan pemilihan
T1-S1, T2-S2, dan T3-S3 menunjukkan
pelabuhan singgah untuk menaikkan dan
perpindahan moda dari truk ke kereta api
menurunkan barang di atas terdapat empat
sebaliknya link S1-T1, S2-T2, dan S3-T3
kombinasi sistem jaringan yang ditunjukkan
merupakan perpindahan moda dari moda kereta
pada gambar 5, 6, 7, dan 8 sedangkan skenario
api ke moda truk.
penurunan tarif dan frekuensi pelayanan
Pada gambar 4 di bawah diperlihatkan
berpengaruh terhadap fungsi biaya pada link
model hipotetikal jaringan transportasi barang
SSS yang digunakan memberikan 4 kombinasi
sederhana dengan penambahan 3 simpul
fungsi biaya di link SSS. Keseluruhan 16
pelabuhan singgah (P1,P2, dan P3) yang
kombinasi akibat skenario/tindakan pada
memberikan gambaran untuk rute pelayaran
pengoperasian jalur pelayaran SSS dapat dilihat
SSS., P1-P2 dan P2-P3 menandakan link untuk
pada tabel 1.
moda SSS. Adapun garis T1-P1, T2-P2, dan T3-
P3 menunjukkan titik perpindahan antar moda
(transfer link) dari moda truk ke moda SSS P1 P2
sebaliknya link P1-T1, P2-T2, dan P3-T3
merupakan perpindahan moda dari moda SSS
ke moda truk T1 T2 T3

A C
P1 P2 P3 B

T1 T2 T3 S1 S2 S3

A C Gambar 5. Model Jaringan Transportasi Barang


B hipotetikal dengan Pengoperasian P1
dan P2 sebagai Rute SSS

S1 S2 S3

Gambar 4. Model Jaringan Transportasi Barang


hipotetikal dengan Pengoperasian SSS

69
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Data-data hipotetikal yang dibutuhkan


P1 P3
untuk menguji model jaringan transportasi
barang hipotetikal terdiri dari matrik asal tujuan
dan jarak antar link yang diperlihatkan pada
T1 T2 T3 tabel 2 dan 3, serta tarif moda di link, tarif
transfer antar moda, kecepatan moda, nilai
A C
waktu, waktu delay di dermaga dan stasiun,
B
waktu untuk bongkar-muat, dan kapasitas
bongkar-muat diperlihatkan pada tabel 4.
S1 S2 S3
Gambar 6. Model Jaringan Transportasi Barang
hipotetikal dengan Pengoperasian P1 Tabel 2. Matrik Asal Tujuan
dan P3 sebagai Rute SSS
A B C
P2 P3
A 0 100 150
B 0 0 80
T1 T2 T3 C 0 0 0

A C Tabel 3. Jarak Antar Link


B

Link Jarak (km) Link Jarak (km)


S1 S2 S3
1-7 1 8-5 1
Gambar 7. Model Jaringan Transportasi Barang 1-4 1 8-9 3
hipotetikal dengan Pengoperasian P2 7-8 2 2-3 3
dan P3 sebagai Rute SSS
1-2 2 5-6 3
4-5 2 6-3 1
P1 P2 P3
2-8 1 9-3 1
5-2 1 3-6 1
8-2 1 9-6 1
T1 T2 T3
2-5 1 7-9 6
A C
B Tabel 4. Nilai Parameter Tarif, Kecepatan, Waktu,
dan Nilai waktu
S1 S2 S3
Truk Rp. 24/ton/km
1 Tarif di Link Kereta api Rp. 25/ton/km
Gambar 8. Model Jaringan Transportasi Barang
hipotetikal dengan Pengoperasian P1, P2 dan P3 SSS Rp. 25/ton/km
sebagai Rute SSS. Truk-SSS Rp. 1/ton/km
2 Tarif Transfer Truk-Kereta Api Rp. 10/ton/km
Tabel 1. Kombinasi Sistem Operasional SSS pada Kereta-SSS Rp. 20/ton/km
Jaringan Transportasi Barang Hipotetikal Truk 30 km/jam
3 Kecepatan Kereta api 4o km/jam
Kombinasi Kombinasi SSS 25 km/jam
No. No.
Operasional SSS Operasional SSS Truk-SSS 1 jam
1 P1 - P2 - t1 - F1 9 P1 - P2 - t1 - F2 4 Delay Time Truk-Kereta Api 1 jam
2 P2 - P3 - t1 - F1 10 P2 - P3 - t1 - F2 Kereta-SSS 1.5 jam
3 P1 - P3 - t1 - F1 11 P1 - P3 - t1 - F2 Truk-SSS 1 jam
4 P1 - P2 - P3 - t1 - F1 12 P1 - P2 - P3 - t1 - F2 Waktu bongkar-
5 Truk-Kereta Api 1 jam
5 P1 - P2 - t2 - F1 13 P1 - P2 - t2 - F2 muat
Kereta-SSS 2 jam
6 P2 - P3 - t2 - F1 14 P2 - P3 - t2 - F2 Truk-SSS 400 ton/jam
7 P1 - P3 - t2 - F1 15 P1 - P3 - t2 - F2 Kapasitas
6 Truk-Kereta Api 300 ton/jam
8 P1 - P2 - P3 - t2 - F1 16 P1 - P2 - P3 - t2 - F2 bongkar-muat
Kereta-SSS 400 ton/jam
7 Nilai Waktu Rp. 2/ton/jam

Dari ke enam belas kombinasi di atas, akan Secara full enumerasi, setiap kombinasi
dipilih kombinasi terbaik yang menggambarkan operasional SSS akibat skenario yang dilakukan
sistem operasi jalur pelayaran SSS optimum dianalisis satu per satu. Untuk jumlah kombinasi
yang akan ditunjukkan oleh nilai total biaya cukup besar hal tersebut tidak efektif untuk
transportasi tekecil (minimum). dilakukan karena membutuhkan waktu yang
cukup lama. Model optimasi dengan teknik

70
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

solusi DBPSO dengan menggunakan perangkat arus sebesar 15,9 % dari link S2-S3 (moda
lunak mathlab yang dibangun dalam penelitian kereta api) dan 6,88 % dari link T2-T3 (moda
ini mencoba untuk mendapatkan kombinasi truk) ke link P2-P3 (moda SSS).
terbaik tanpa menganalisis satu per satu
sehingga waktu pencarian yang dibutuhkan KESIMPULAN
dalam memperoleh solusi optimum relatif
singkat dibandingkan dengan full enumerasi Kesimpulan yang dihasilkan dari model
Hasil analisa terhadap contoh pemilihan parameter ini adalah
permasalahan di atas dengan menggunakan - Model mampu memilih atau mendapatkan
program optimasi yang telah disiapkan adalah parameter-parameter sistem operasi SSS
sebagai berikut Kombinasi terbaik dihasilkan yang optimum
oleh jaringan dengan mengaktifkan pelabuhan - Model dapat menghitung nilai fungsi tujuan
P1, P2, dan P3, adanya pengurangan tarif pada yang optimum
link SSS yaitu link P1-P2 dan link P2-P3 serta - Model mampu memberikan informasi terkait
adanya peningkatan kecepatan operasional seberapa besar terjadinya perpindahan
kapal dengan kecepatan 30 km/jam yang ingin antara moda.
menunjukkan perbaikan frekuensi pelayanan,. - Dengan algoritma DBPSO waktu yang
Perbandingan antara jaringan eksisting (tanpa diperlukan untuk mendapatkan kombinasi
pengoperasian jalur pelayan SSS) dengan optimum 16 kali lebih cepat dibandingkan
kombinasi jaringan optimum (kombinasi 16) dengan full enumerasi
memberikan nilai selisih total biaya transportasi
terbesar (maksimum). Selisih total biaya UCAPAN TERIMA KASIH
transportasi yang dihasilkan adalah sebesar
Rp. 118,86. Secara lengkap perbandingan Penelitian ini didukung oleh Program
antara jaringan eksisting (tanpa pengoperasian Penelitian, Pengabdian kepada masyarakat, dan
jalur pelayan SSS) dan jaringan pada kombinasi Inovasi (P3MI) Kelompok Keahlian ITB, Fakultas
jaringan optimum (dengan mengoperasikan Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
SSS) dapat dilihat pada tabel 5 di bawah. Bandung
Tabel 5. Perbandingan Hasil Pembebanan Jaringan
DAFTAR PUSTAKA
antara Jaringan Eksisting dan Jaringan
Kombinasi Terbaik
Centre of Logistics and Supply Chain Studies
Eksisting Terbaik ITB. (2013): State of Logistics Indonesia
No. Link Arus Cost Arus Cost 2013
1 T1 P1 0 7.000 60 7.078
2 T1 S1 95 5.672 40 5.569
Daduna, J. R., Hunke, K., Prause, G (2012):
Analysis of Short Sea Shipping-Based
3 P1 P2 0 45.883 60 45.883
Logistics Corridors in the Baltic Sea
4 T1 T2 155 58.819 150 58.213
Region, Journal of Shipping and Ocean
5 S1 S2 95 47.100 40 47.100
Engineering 2 (2012) 304-319
6 T2 P2 0 7.000 0 7.000
7 S2 T2 5 5.508 10 5.517 Douet, M., Cappuccilli, J.F. (2011): A review of
8 P2 T2 0 7.000 0 7.000 Short Sea Shipping policy in the
9 T2 S2 20 5.534 20 5.534 European Union. Journal of Transport
10 P2 S2 0 9.500 0 5.000 Georaphy, Vol. 19, pp. 968-976
11 P2 P3 0 68.825 60 68.825 Lubis, H.A.S., Sjafruddin, A., Isnaeni, M., dan
12 T2 T3 120 81.877 120 81.877 Dharmowijoyo, D.B. (2005): Multimodal
13 S2 S3 110 70.650 50 70.650 Transport In Indonesia: Recent Profile
14 S3 T3 110 5.702 50 5.587 and Strategy Development. Proceedings
15 P3 T3 0 7.000 60 7.078 of Eastern Asia Society for Transportation
16 T3 S3 0 5.500 0 5.500 Studies, Vol. 5, pp. 46-64
17 P3 S3 0 9.500 0 5.000 Paixao, A.C., dan Marlow, P.B. (2002):
18 P1 P3 0 137.650 0 137.650 Strengths and weaknesses of Short Sea
Total Cost 32,492.38 32,373.52 Shipping. Marine Policy 26, 167–178.
Konvergensi 0.02173 0.02148
Peraturan Presiden Indonesia No. 26 Tahun
Dari hasil pembebanan jaringan juga dapat 2012 Tanggal 5 Maret 2012: Cetak Biru
dilihat seberapa besar terjadinya perpindahan Pengembangan Sistem Logistik Nasional
moda akibat pengoperasian jalur pelayaran
SSS. Akibat pengoperasian jalur pelayaran Rao, S. S. (2009): Engineering Optimization,
kombinasi 16 pada contoh di atas berdampak Theory and Practice Fourth Edition, John
pada berpindahnya 16,9 % arus yang Wiley & Son, New York
menggunakan moda kereta api ke moda SSS Russ, B.F., Castro, J., Yamada, T., Yasukawa,
(link P1-P2). Demikian juga terjadi perpindahan H. (2005): Optimising The Design of

71
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Multimodal Freight Transport Network in


Indonesia. Journal of Eastern Asia
Society for Transportation Studies, Vol. 6,
pp. 2894-2907
Saleh, M.S., (2009), Kebijakan Sistem
Transportasi Barang Multimoda Untuk
Mengurangi Kerusakan Jalan Akibat
Beban Berlebih, Disertasi Program Pasca
Sarjana Institut Teknologi Bandung.
SteadieSeifi, M., Dellaert, N.P., Woensel,
N.T.V., dan Raofi, R. (2014): Multimodal
Freight Transportation Planning: A
Literature Review, European Journal of
Operational Research, Vol. 233, pp 1 – 15
Zhang, M. (2013): A Freight Transport Model
For Integrated Network, Service and
Policy Design, Dissertation, Delft
University of Technology.

72
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Penentuan Prioritas Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi Komunal


Berbasis Masyarakat
Studi Kasus Kabupaten Sragen

Herawan Suryo Wibowo1, Budi Kamulyan2, Djoko Sulistyo3


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1,2,3
Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281
E-mail: iwanhsw@gmail.com

ABSTRAK

Pengelolaan yang baik merupakan salah satu kunci tercapainya tujuan pembangunan infrastruktur.
Dari berbagai aspek yang harus dipenuhi oleh pengelola infrastruktur sanitasi komunal, perlu ditentukan
faktor yang diprioritaskan agar pengelolaan infrastruktur berbasis masyarakat dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Dalam penelitian ini, penentuan prioritas dilakukan melalui pembobotan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini digunakan untuk menangani ketidakpastian
penilaian seseorang dalam menentukan tingkat kepentingan antar faktor sehingga diketahui faktor mana
yang lebih dominan terhadap faktor yang lain. Faktor-faktor tersebut diterjemahkan ke dalam kriteria, sub
kriteria dan alternatif yang diperoleh dari penjabaran tugas pokok pengelola dalam petunjuk teknis
pengelolaan infrastruktur sanitasi komunal berbasis masyarakat. Hasil dari penelitian didapatkan bobot
dari tiap kriteria yang dapat digunakan sebagai strategi pengelolaan sebagai berikut: bobot kriteria fisik
sebagai prioritas pertama yaitu 0,292; dikuti kriteria kesehatan 0,289; kriteria sosial 0,215; dan terakhir
kriteria pembiayaan 0,204.
Kata kunci: pengelolaan berbasis masyarakat, sanitasi komunal, AHP

ABSTRACT

Good management is one of the keys to achieving the objectives of infrastructure development.
From various aspects that must be met by communal sanitation infrastructure managers, priority factors
need to be determined so that community-based infrastructure management can take place effectively
and efficiently. In this study, priority determination is done through weighting using the Analytical
Hierarchy Process (AHP) method. This method is used to handle the uncertainty of a person's judgment
in determining the importance of inter-factors so that it is known which factors are more dominant than
other factors. These factors are translated into criteria, sub-criteria and alternatives that are obtained from
the translation of the manager's main tasks in the technical guidelines for managing community-based
communal sanitation infrastructure. The results of the study obtained the weight of each criterion that can
be used as a management strategy as follows: the weight of physical criteria as the first priority is 0.292;
followed by health criteria 0.289; social criteria 0.215; and finally the financing criteria is 0.204.

Keywords: community based management, communal sanitation, AHP

PENDAHULUAN masyarakat, terutama ditekankan pada


perubahan perilaku dan pola hidup masyarakat
Akses penduduk kepada sarana air limbah untuk dapat lebih bersih dan sehat melalui
permukiman pada dasarnya erat kaitannya keterlibatan masyarakat secara utuh sejak tahap
dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, perencanaan, pelaksanaan pembangunan,
pendidikan, sosial budaya serta kemiskinan. sampai dengan pengelolaan yang berkelanjutan
Hasil dari berbagai pengamatan dan penelitian untuk menciptakan lingkungan permukiman
membuktikan bahwa semakin besar akses yang sehat bagi masyarakat di sekitarnya.
penduduk kepada fasilitas sanitasi serta Sanitasi Masyarakat (SANIMAS), Dana
pemahaman terhadap hygiene, semakin kecil Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis
kemungkinan terjadinya kasus penyebaran Masyarakat (DAK SLBM) dan Sanitasi
penyakit yang ditularkan melalui media air Perkotaan Berbasis Masyarakat/Urban
(waterborne diseases). Sanitaion and Rural Infrastrastructure (SPBM
Mengingat keterbatasan kemampuan yang USRI) merupakan beberapa program yang
dimiliki pemerintah, baik pusat maupun daerah, dijalankan oleh pemerintah yang dialokasikan
diperlukan upaya-upaya terobosan yang bersifat kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
merubah paradigma dalam pengembangan membantu mendanai kegiatan khusus yang
sanitasi lingkungan. Beberapa upaya merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
pengembangan sanitasi lingkungan dapat prioritas nasional, khususnya untuk membiayai
dilakukan melalui pendekatan berbasis kebutuhan masyarakat akan infrastruktur bidang

73
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

sanitasi yang belum mencapai standar tertentu yang sejak tahun 2010 menjadi SLBM dan
dan untuk mendorong percepatan USRI. Program DAK SLBM diproritaskan
pembangunan daerah (Kementerian PUPR, pelaksanaanya di wilayah pedesaan, sementara
2015).
Proses perencanaan dan pembangunan USRI difokuskan di wilayah perkotaan
infrastruktur sanitasi komunal berbasis dengan kondisi sanitasi yang dinilai rawan
masyarakat pada berbagai program sesuai dengan Strategi Sanitasi Kabupaten
pemberdayaan dilakukan oleh masyarakat (SSK). Pada rentang waktu 2009 hingga 2015,
secara mandiri didampingi oleh fasilitator dan kegiatan ini telah dilaksanakan di 47 lokasi
dipantau oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat. rawan sanitasi dan telah menjangkau sebanyak
Adapun pengelolaan sarana prasarana sanitasi 3539 KK dan total dana yang telah dialokasikan
komunal hasil dari sebuah kegiatan dilakukan sebanyak Rp. 9.020.739.000,00.
oleh Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
(KPP) yang merupakan organisasi yang diambil
dari perwakilan warga masyarakat pemanfaat
sarana sanitasi komunal melalui musyawarah
warga.
Belum ada prioritas dari berbagai aspek
yang harus dipenuhi dan tolak ukur pengelolaan
yang baik dan spesifik yang dapat dilaksanakan
oleh KPP dalam mengelola IPAL Komunal
sehingga sarana ini dapat dikelola secara
optimal dan berkelanjutan.
Rumusan masalah yang dapat ditentukan
dari penjelasan latar belakang penelitian diatas,
antara lain :
1. Apakah pengelolaan yang selama ini Gambar 1. Lokasi penelitian di wilayah
dilakukan telah memperhatikan beragam Kabupaten Sragen
aspek yang ada dalam masyarakat ?
2. Apakah terdapat faktor prioritas dalam 2. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
mengelola infrastruktur sanitasi komunal (KPP)
berbasis masyarakat ? KPP merupakan perwakilan pemanfaat
3. Bagaimana merumuskan sistem untuk melakukan operasi dan pemeliharaan
pembobotan dan skala prioritas pengelolaan maupun pengembangan pelayananan
infrastruktur sanitasi komunal berbasis prasarana sanitasi (Kementerian PUPR, 2016).
masyarakat ? KPP sebagian besar berasal dari pengurus
Sementara itu tujuan dari dilakukannya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) selaku
penelitian ini adalah : perencana dan pelaksana kegiatan sanitasi
1. Mengetahui faktor apa saja yang harus berbasis masyarakat, dibentuk pada saat
diperhatikan dalam mengelola infrastruktur Rembug Warga. Dalam buku panduan Operasi
sanitasi komunal berbasis masyarakat. dan Pemeliharaan SANIMAS-IDB (Kemen
2. Mengetahui faktor yang dominan untuk PUPR, 2016) disebutkan bahwa tugas pokok
diprioritaskan dalam pengelolaan KPP adalah:
infrastruktur sanitasi komunal berbasis a. Menyusun rencana kerja, mekanisme
masyarakat. operasional dan pemeliharaan infrastruktur
3. Menemukan suatu konsep untuk menunjang sanitasi (IPAL Komunal dengan sistem
keberhasilan pengelolaan infrastruktur perpipaan);
sanitasi komunal berbasis masyarakat yang b. Mengumpulkan dan mengelola dana untuk
bisa diterapkan pada sarana yang biaya operasional dan pemeliharaan yang
sejenis/tipikal. diperoleh dari iuran anggota dan pihak-
pihak lain;
METODE c. Mengoperasikan dan memelihara sarana
1. Lokasi Penelitian sanitasi (IPAL Komunal dengan sistem
perpipaan);
Lokasi penelitian berada di dalam wilayah d. Meningkatkan mutu pelayanan dan jumlah
Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah pengguna/pemanfaat;
(Gambar 1). Kegiatan dan program sanitasi di
Kabupaten Sragen telah dilaksanakan sejak
e. Melakukan kampanye kesehatan
lingkungan.
Tahun 2009 dengan nama program Sanimas
a. Analytical Hierarchy Process (AHP) diperkenalkan oleh Thomas L.Saaty. AHP
AHP adalah salah satu metode khusus dari sangat berguna sebagai alat dalam analisis
Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang pengambilan keputusan dan telah banyak

74
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

digunakan dengan baik dalam berbagai bidang


(Wijayanti, 2015). Selanjutnya, matriks perbandingan
AHP digunakan untuk keputusan yang berpasangan (pairwise comparison) yang
kompleks yang melibatkan perbandingan menggambarkan kontribusi relatif atau
elemen keputusan yang sulit untuk diukur. Hal pengaruh setiap elemen terhadap masing-
ini didasarkan pada asumsi bahwa ketika masing tujuan atau kriteria yang setingkat di
dihadapkan dengan keputusan yang kompleks, atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
reaksi alami manusia adalah untuk pilihan atau judgement dari pembuat keputusan
mengelompokkan elemen keputusan sesuai dengan nilai tingkat-tingkat kepentingan suatu
dengan karakteristik umum mereka. Ini adalah elemen dibandingkan elemen lainnya. Satu set
teknik untuk pengambilan keputusan dimana perbandingan berpasangan dapat
terdapat sejumlah pilihan, tetapi dimana direpresentasikan seperti Tabel 2;
masing-masing memiliki sejumlah kriteria yang
berbeda, beberapa atau semua yang mungkin Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan
sulit untuk memformalkan. Saat akan membuat
keputusan perbandingan antara masing-masing A1 A2 … An
pasangan disetiap cluster (sebagai matriks).
Selanjutnya akan diberikan bobot untuk setiap A1 a11 a12 … a1n
elemen dalam sebuah cluster (atau tingkat
hirarki) dan consistency ratio (CR) berguna A2 a21 a22 … a2n
untuk memeriksa konsistensi data (Kabir dan
Hasin, 2011). ⁞ ⁞ ⁞ … ⁞
Tahapan–tahapan pengambilan keputusan
dengan metode AHP adalah sebagai berikut :
Am an1 an2 … anm
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali Matriks ini menggambarkan kontribusi
dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap
kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif- masing-masing tujuan kriteria yang setingkat
alternatif pilihan yang ingin di rangking. diatasnya. Dimana nilai perbandingan A1
c. Membentuk matriks perbandingan terhadap elemen A2 adalah a12 . Nilai
berpasangan (pairwise comparison). ditentukan oleh aturan :
Coulter (2006) memberikan tutorial untuk
menetapkan elemen-elemen dalam suatu Jika anm = α, maka anm = 1/ α, α≠ 0
persoalankeputusanyakni,dengan Jika An mempunyai tingkat kepentingan relatif
membuat perbandingan berpasangan yang sama dengan Am, maka anm = amn = 1
(pairwise comparison), yaitu elemen-
elemen dibandingkan secara berpasangan Dalam aplikasinya penilaian kriteria alternatif
terhadap satu kriteria yang ditentukan. dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner
Perbandingan berpasangan ini (kelompok). Bobot penilaian untuk penilaian
dipresentasikan dalam bentuk matriks. berkelompok dinyatakan dengan menemukan
Skala untuk mengisi matriks ini adalah 1 rata-rata geometrik (Geometric Mean) dari
sampai dengan 9 (skala Saaty) dengan penilaian yang diberikan oleh seluruh anggota
penjelasan pada Tabel 1. kelompok. Nilai geometrik ini dirumuskan
dengan persamaan berikut ini:
Tabel 1. Skala untuk perbandingan
berpasangan (Saaty, 2012)

Intensitas √ (1)
Keterangan
Kepentingan
dimana:
1 Kedua elemen sama pentingnya
GM : Geometric Mean
Elemen yang satu sedikit lebih penting
3 X1 : Penilaian orang ke-1
daripada elemen lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada Xn : Penilaian orang ke-n
5 n: Jumlah penilai
elemen yang lainnya
Satu elemen sangat penting daripada
7 d. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam
elemen yang lainnya
Satu elemen mutlak sangat penting satu baris dan diakar pangkat n seperti
9
daripada elemen yang lainnya ditunjukkan dalam persamaan berikut ini:
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang
2,4,6,8
berdekatan
Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari
1/ (1-9)
skala 1-9

75
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

berarti bila tidak terdapat acuan untuk


e. Menghitung vektor prioritas atau vektor menyatakan apakah CI menunjukan suatu
eigen dengan besarnya bobot masing- matriks yang konsisten atau tidak
masing elemen dapat diperoleh dengan konsisten. Saaty mendapatkan nilai rata-
persamaan berikut ini: rata Random Index (RI) seperti pada Tabel
3.

Tabel 3. Nilai Random Index

Hasil yang diperoleh merupakan eigen


vector (X1) sebagai bobot elemen.

f. Menghitung nilai eigen maksimum (λmaks), Rentang CR yang dapat bervariasi


dengan cara mengalikan matriks respirokal sesuai dengan ukuran matriks yaitu 0,05
dengan bobot yang didapat, hasil dari untuk 3 x 3 matriks, 0,08 untuk 4 x 4
penjumlahan operasi matriks adalah nilai matriks, dan 0,1 untuk semua matriks yang
eigen maksimum (λmaks) dengan lebih besar dari n ≥ 5. Jika nilai CR sama,
persamaan berikut ini: atau kurang dari nilai itu (0,1), menunjukan
bahwa evaluasi dalam matriks diterima
λ max = Σaij x Xi (4) atau menunjukan tingkat konsistensi baik
dalam perbandingan pada matriks tersebut.
dimana : Sebaliknya jika CR lebih dari nilai yang
o max : eigen value maksimum dapat diterima (0,1) maka
aij : nilai matriks perbandingan ketidakkonsistenan telah terjadi pada
berpasangan matriks tersebut dan karenanya proses
Xi : eigen vector (bobot) evaluasi harus ditinjau ulang dan diperbaiki.
Diterimanya CR akan membantu untuk
g. Konsistensi memastikan kehandalan decision maker
Dalam penilaian perbandingan dalam menentukan prioritas sejumlah
berpasangan, sering terjadi pendapat yang kriteria.
tidak konsisten diberikan oleh pengambil Salah satu sebab dilakukannya
keputusan. Konsistensi dari penilaian perhitungan CR yaitu karena unsur
berpasangan tersebut dievaluasi dengan manusia (decision maker) tidak selalu
menggunakan Consistency Ratio (CR). dapat konsisten mutlak dalam
Saaty menetapkan apabila CR≤ 0,1 , maka mengekspresikan preferensi elemen-
hasil penilaian tersebut dikatakan elemen yang dibandingkan. Dengan kata
konsisten. Formulasi untuk menghitung CR lain, bahwa penilaian yang diberikan untuk
adalah: setiap elemen persoalan pada suatu level
hierarki dapat saja tidak konsisten
(inconsistent).

(5) 4. Penyusunan Kriteria, Sub Kriteria dan


Alternatif
dimana:
CR : Consistency Ratio Identifikasi dan penyusunan kriteria
CI : Consistency Index kepentingan dalam pengelolaan infrastruktur
RI : Random Consistency sanitasi berbasis masyarakat yang dilakukan
secara bertahap ke dalam hierarki AHP. Kriteria
diperoleh dari penjabaran tugas-tugas pokok
Formula untuk CI adalah:
KPP dalam Buku Panduan Operasi dan
(6)
Pemeliharaan SANIMAS-IDB yang diterbitkan
oleh Direktorat Pengembangan PLP Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR yang
dimana: kemudian diterjemahkan sebagai kinerja
CI : Consistency Index pengelolaan sehingga diperoleh kriteria yang
λmax : nilai maksimun dari eigen value akan diteliti.
n : ordo
Setelah kriteria ditentukan, langkah
Eigen value maksimum didapat selanjutnya yaitu menerjemahkannya menjadi
dengan menjumlahkan hasil perkalian sub kriteria (Diagram 1). Setyoadi (2014) dan
matriks perbandingan dengan eigen vector Trisnawati (2012) memasukkan sub kriteria
utama (vektor prioritas) dan membaginya dalam urutan berjenjang mengacu kepada
dengan jumlah elemen. Nilai CI tidak akan referensi dan kepentingan program sanitasi

76
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dalam mencapai target MDG’s. Sub kriteria dan


alternatif juga diolah menurut keterkaitannya 6. Alur Penelitian
dengan lingkungan (Kementerian LH, 2003) dan
petunjuk teknis pemeriksaan bangunan Alur penelitian dimulai dari studi literatur
(Kementerian PU, 2010). sampai dengan hasil dan kesimpulan seperti
tertuang dalam Diagram 2 berikut ini:
Diagram 1. Hierarki Kriteria dan Sub Kriteria
Diagram 2. Langkah Penelitian

Mulai

Studi Literatur
Kajian Teori, Metode, Penentuan Kriteria

Penentuan Metode Pembobotan

Penyusunan Kriteria Tugas –tugas Pokok


KPP (Panduan Operasi dan Pemeliharaan
Sanimas-IDB)

Penyusunan Sub Kriteria dan Alternatif


Jurnal, penelitian dan peraturan
pemerintah terkait

Kuesioner
Penyusunan, pemilihan responden dan
pengisian Kuesioner AHP

Analisa dan Perhitungan Menghitung


bobot tiap-tiap kriteria,sub kriteria dan
alternatif

5. Jenis dan Sumber Data Hasil dan Kesimpulan

Pelaksanaan kajian ini dibutuhkan data


pendukung baik primer maupun sekunder.
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data Selesai
yang dilakukan adalah:
1. Data Primer
Pengisian kuesioner oleh responden HASIL DAN PEMBAHASAN
diperlukan untuk penilaian bobot kriteria, sub
kriteria dan alternatif dalam analisis AHP. 1. Variabel Data
Pada penelitian ini sumber datanya yaitu Untuk penilaian bobot kriteria, sub kriteria
orang yang mengerti dan mengetahui dan alternatif dilakukan oleh responden melalui
permasalahan mengenai sarana sanitasi pengisian kuesioner. Kualifikasi responden
berbasis masyarakat. berdasarkan subyektifitas dari para ahli
2. Data Sekunder dibidangnya dengan total 20 responden yaitu:
Data Sekunder adalah data yang didapat
atau diperoleh dari orang/instansi lain. Data a) Bidang Cipta Karya Disperkim (7 orang)
tersebut diperoleh dari Dinas Permukiman b) Fasilitator Bidang Teknis (5 orang)
dan Prasarana Wilayah Kabupaten Sragen c) Fasilitator Bidang Pemberdayaan (5 orang)
sebagai d) Tenaga Ahli Konsultan Sanitasi (3 orang)
pengampu kegiatan sanitasi berbasis Berikut adalah contoh isian kuesioner
masyarakat di Kabupaten Sragen. responden pada pembobotan dengan

77
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

melakukan penilaian kepentingan sesuai dilanjutkan langkah-langkah perhitungan


subyektifitas masing-masing seperti pada Tabel pembobotan komponen menggunakan
5 berikut: Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui
perhitungan eigen vector, eigen maximum dan
Tabel 5. Contoh Kuesioner Pembobotan penghitungan konsistensi. Dengan langkah
yang sama dilanjutkan perhitungan
pembobotan subkriteria dan alternatif sehingga
menghasilkan pembobotan seperti pada Tabel
8 berikut (selengkapnya pada Lampiran):

Tabel 8. Hasil Pembobotan Kriteria, Sub


Kriteria dan Alternatif
Setelah kuesioner diisi oleh responden
terpilih kemudian dilakukan rekapitulasi hasil
pembobotan kriteria seperti pada Tabel 6
sebagai berikut:

Tabel 6. Rekapitulasi Kuesioner

2. Analisis Pembobotan AHP


Hasil perhitungan rata-rata geometrik
disusun dalam matriks pebandingan
berpasangan di sebelah kanan diagonal,
sedangkan di sebelah kiri diagonal diisi nilai
kebalikannya. Dijelaskan seperti pada Tabel 7
sebagai berikut : KESIMPULAN
Tabel 7. Matriks Perbandingan Berpasangan Dari hasil penelitian ini didapatkan
Pembobotan Komponen penilaian pembobotan melalui analisis AHP.
Fisik Keuangan Sosial Kesehatan Kriteria Fisik mempunyai bobot yang paling
tinggi yaitu 0,292 itu artinya lebih penting
Fisik 1,000 1,482 1,225 1,074 dibandingkan dengan kriteria yang lainnya
seperti Kesehatan = 0,289 , Sosial = 0,215 , dan
Keuangan 0,675 1,000 1,241 0,562
Keuangan = 0,204.
Sosial 0,816 0,806 1,000 0,885
Pada Kriteria Fisik Sub-kriteria yang
memiliki bobot paling tinggi yaitu Bangunan
Kesehatan 0,931 1,778 1,130 1,000 IPAL = 0,597. Kriteria Kesehatan yaitu
Prosentase Stop BABS/ODF = 0,401. Sosial
yaitu Jangkauan MBR 0,363. Dan Keuangan
yaitu Kontriusi Iuran terhadap OP = 0,374.
Setelah menentukan matriks
perbandingan berpasangan kemudian
78
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

UCAPAN TERIMA KASIH Lingkungan, Balitbang, Kementerian


Pekerjaan Umum. Yogyakarta.
Terimakasih disampaikan kepada Tim
Kerja Sanitasi Disperkim Kabupaten Sragen Trisnawati, Adi. (2012). Evaluasi Program
atas bantuan dan kerjasamanya. Selanjutnya Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)
terimakasih kepada dosen pembimbing atas di Kota Kediri. Jurusan Teknik Lingkungan
arahan dan masukannya dalam proses ITS. Surabaya.
penelitian.
Wijayanti, Atu Riska. (2015). Skala
DAFTAR PUSTAKA Prioritas Pemeliharaan Gedung Kantor
Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah
Kabir, G. and Hansin, M.,A.,A. (2011). Jayapura. Jurnal Teknik Sipil. Magister
Comparative Analysis Of AHP And Fuzzy Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret.
AHP Models for Multicriteria Inventory Surakarta.
Classification, International Journal of
Fuzzy Logic System (IJFLS), Vol.1, No.1.
Bangladesh University of Science and
Technology. Bangladesh.

Kementrerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat. (2016). Operasi dan Pemeliharaan
Oleh Masyarakat Sanimas IDB (Islamic
Development Bank) Tahun 2016. Dirjen
Cipta Karya Direktorat PPLP. Jakarta.

Kementrerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat. (2016). Sistem Pengolahan Air
Limbah Domestik – Terpusat Skala
Permukiman. Dirjen Cipta Karya Direktorat
PPLP. Jakarta.

Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri


Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Jakarta.

Republik Indonesia. (2010). Peraturan


Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PKT/M/2010 tentang Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.
Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.

Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 47/PRT/M/2015
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Jakarta.

Saaty, T.L. , and Vergas L.G. (2012) Models,


Methods, Concepts & Applications of the
Analitic Hierarchy Process, Second Edition.
International Series in Operation Reaserch
& Management Science, Springer. New
York.

Setyoadi, Nino Heri. (2014). Penilaian Sistem


Pelayanan Infrastruktur Air Minum Program
Pamsimas (Studi Kasus Kabupaten
Cilacap). Pusat Litbang Sosial Ekonomi dan

79
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

80
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENERAPAN CEMENT TREATED BASE (CTB) SIRTU MATERIAL LOKAL


UNTUK LAPIS PONDASI JALAN

Studi Kasus di Ruas Merauke – Bupul – BTS. Kab. Merauke/Boven Digoel

Franky EP. Lapian1 dan M. Tumpu2


Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Papua 1
Mahasiswa Progam Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar 2

Jalan Abepantai – Tanah Hitam Kompleks Bina Marga Jayapura


E-mail: lapianedwin@gmail.com

ABSTRAK

Perbaikan struktur jalan yang rusak membutuhkan material alam yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga
perlu mempertimbangkan dengan menggunakan material yang ada (setempat).Teknologi Cement Treated
Base (CTB) memungkinkan untuk menggunakan dan memproses bahan material lokal setempat menjadi
bahan material pondasi jalan. Dengan demikian, pemanfataan material lokal akan banyak menghemat
sumber daya alam. Salah satu daerah yang harus memanfaatkan material lokal dalam pembangunan
konstruksi adalah Kabupaten Merauke. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai kuat tekan CTB
untuk lapis pondasi jalan dari berbagai material lokal setempat. Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode percobaan laboratorium. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah
dengan pemanfaatan material lokal setempat sehingga dapat menghemat biaya pembangunan jalan apabila
material didatangkan dari luar daerah.

Kata kunci: CTB, material lokal, kuat tekan, lapis pondasi jalan

ABSTRACT

Improvement of damaged road structures requires a number of natural materials, so it is necessary to


consider using existing materials (local). Cement Treated Base (CTB) technology allows to use and process
local local materials into road foundation materials. Thus, the use of local materials will save a lot of natural
resources. One area that must utilize local materials in construction construction is Merauke Regency. This
study aims to analyze CTB compressive strength values for road foundation layers of various local local
materials. The research method used is laboratory experiment method. This research is expected to be able
to support government programs by utilizing local local materials so as to save the cost of road construction
if material is imported from outside the region.

Keywords: CTB, local material, compressive strength, road foundation

PENDAHULUAN adalah Cement-treated Base (CTB). Cement-


treated Base (CTB) adalah istilah umum untuk
Jalan merupakan sarana yang campuran tanah asli dan/atau agregat dengan
menghubungkan antar wilayah atau daerah jumlah semen portland dan air tertentu yang
berupa sebuah struktur yang dapat dilalui mengeras setelah pemadatan dan perawatan
diatasnya. Struktur jalan dirancang untuk dapat untuk membentuk material lapis fondasi yang kuat
menahan beban diatasnya dan diteruskan dan tahan lama.
kebawah sampai dengan tanah dasarnya. Sebuah Dalam Pembangunan jalan sering kali
jalan dirancang tidak hanya kuat tetapi juga harus ditemui juga pekerjaan jalan yang mengalami
nyaman bagi penggunanya. Perkerasan jalan kerusakan atau kehancuran sebelum masa
merupakan suatu bagian struktur dari jalan yang pelayanan berakhir. Hal ini dapat disebabkan oleh
diperkeras dengan lapisan konstruksi tertentu beberapa faktor, yaitu : keadaan tanah dasar
yang memiliki ketebalan, kekakuan, kekuatan dan yang tidak stabil, beban lalu lintas yang sudah
kestabilan tertentu sehingga mampu menahan melewati kapasitas perencanaan, serta iklim
beban lalu lintas yang melintas di atasnya dan maupun cuaca yang mempengaruhi daerah
meneruskan ke lapisan tanah dasar. Salah satu tersebut. Perkerasan jalan diletakkan di atas
contoh perkerasan jalan yang dapat diterapkan, tanah dasar, dengan demikian secara
khususnya pada jalan-jalan yang ada di Merauke keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi
perkerasan tak lepas dari tanah dasar.
81
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pada perkembangan infrastruktur, Ionic soil pengujian yang dilakukan tidak menggunakan uji
stabilizer merupakan bahan Additive yang dapat tekan bebas.
digunakan untuk pembangunan jalan. Selain itu, Aria Alhadi pada penelitiannya dengan judul
Ionic soil stabilizer juga dapat digunakan untuk Tinjauan Kuat Tekan Beton Terhadap Aplikasi
memperkuat struktur tanah, mengisi pori-pori Bahan Aditif Plastiment Vz Dengan Variasi Dosis
antar partikel tanah, cepat mengering menjadi 0,15%; 0,20%; 0,25% Dari Berat Semen, yang
lapisan yang keras sehingga tanah menjadi padat dilakukan di Proyek Geotechnical Improvement At
dan stabil sehingga menyebabkan daya dukung Pemping Gas Station ini untuk mengetahui variasi
tanah meningkat. kandungan dosis yang optimum untuk mutu beton
Jumlah material alam yang terbatas akan k-250 yang ditinjau dari nilai kuat tekan yang
sangat berpengaruh pada pemeliharan dan dihasilkan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
perbaikan sebuah jalan, sehingga diperlukan bahwa variasi kandungan dosis yang optimum
dengan cara lain untuk dapat menggunakan dari 0,15%; 0,20%; 0,25% untuk mutu beton k-
material sisa struktur jalan yang ada. Untuk 250 yang ditinjau dari nilai kuat tekan adalah
mempertahankan fungsi jalan maka diperlukan (0,15%) dengan kuat tekan yang dicapai 321,88
pemeliharan, perbaikan, dan peningkatan jalan. kg/cm2. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian
Dalam pelaksanaan pemeliharaan maupun ini adalah prosentase variasi tanah dan bahan
perbaikan jalan membutuhkan material alam yang aditif.
tidak sedikit jumlahnya, sedangkan jumlah Tujuan dari penelitian untuk mengetahui nilai
sumber daya alam terbatas dan juga ijin galian kuat tekan Cement Treated Base (CTB) untuk
material alam sekarang ini tidak mudah. Untuk lapis pondasi jalan dengan berbagai material-
memecahkan permasalahan tersebut maka material lokal yang ada di Merauke.
material yang ada atau material dari bekas
struktur jalan tersebut akan dimanfaatkan lagi METODE
dengan menggunakan bahan tambah aditif Lapis Pondasi (Base Course)
sehingga dapat digunakan sebagai bahan
Fungsi lapis pondasi antara lain :
pembentuk struktur jalan. Dengan demikian
1. Sebagai bagian perkerasan, yang menahan
penggunaan bahan alam dapat dikurangi dan
roda.
mempercepat proses dari perbaikan struktur jalan
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
tersebut.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya
Material sisa struktur jalan yang rusak atau
harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
material yang sudah ada biasanya sudah
menahan beban-beban roda. Sebelum
tercampur dengan material lain yaitu berupa
menentukan suatu bahan untuk digunakan
tanah ataupun lumpur. Untuk itu diperlukan
sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan
peneletian untuk mengetahui kekuatan struktur
penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya
jalan CTB dengan menggunakan material yang
sehubungan dengan persyaratan teknik.
ada. Karena material yang ada sudah bercampur
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat
dengan tanah maka dipelukan bahan tambah
(CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat digunakan sebagai
aditif untuk meningkatkan nilai kekuatan dari CTB
bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah,
tersebut. Dengan penelitian ini diharapkan
kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen
material yang ada atau sisa dari struktur jalan
atau kapur.
rusak dapat dimanfaatkan atau digunakan lagi
sebagai material struktur jalan untuk perbaikan
jalan. CTB (Cement Treated Base)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Brian Cement Treated Base adalah base atau
Rivaldo Purba tentang Uji Kelayakan Agregat Dari perkerasan yang mempergunakan PC sebagai
Saoka Sorong Barat Sebagai Material Lapis filler. Karena semen PC bisa mengeras seperti
Pondasi Agregat Jalan Raya, mengenai tingkat batu maka kualitas atau kekuatan dari CTB
kelayakan agregat sebagai material lapis pondasi adalah jauh lebih baik dari pada base biasa
yang memberikan daya dukung yang tinggi, dengan filler debu atau tanah liat, sehingga CTB
dengan menggetahui nilai CBR lapis pondasi diberi nilai struktur lebih tinggi dari pada base dari
kelas A dan B. Dari hasil penelitian dapat bahan batu pecah biasa, namun demikian masih
disimpulkan bahwa agregat dari daerah Saoka dibawah base dari lean concrete yang mempunyai
Sorong Barat dapat digunakan unuk lapis pondasi kandungan semen PC sedikit lebih tinggi.
kelas A dan B, nilai CBR yang dihasilkanLapis Selain gradasi agregat melalui proses alat
Pondasi Kelas A dengan nilai CBR = 147 % dan grading dalam pelaksanaannya CTB mempunyai
Lapis Pondasi Kelas B dengan nilai CBR = 123%. beberapa kelebihan antara lain :
Sesuai standar spesifikasi Kementrian Pekerjaan a. Lapis konstruksi CTB tidak peka terhadap air,
Umum Direktorat Jendral Bina Marga tahun 2010. sifat ini sangat membantu untuk konstruksi
Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dimana muka air tanahnya tinggi.
adalah dalam pembuatan LPA/LPB tidak
menggunakan bahan tambah zat addictive dan
82
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

b. Nilai CBR yang dihasilkan > 100% lebih tinggi


dari agregat biasa, sehingga dapat mengurangi Tabel 3. Persyaratan dari agregat kasar untuk
tebal rencana perkerasan. CTB
Saringan (ASTM) Lolos (%)
c. Dapat dilaksanakan meskipun di daerah
50 100
dengan kondisi curah hujan yang tinggi. 37,5 95 – 100
d. Masa pelaksanaan yang relative sangat cepat 19 45 - 80
sehingga terciptanya efisiensi waktu. CTB
hanya membutuhkan masa curing 3 hari untuk 2. Agregat Halus
dilalui kendaraan atau dilanjutkan pekerjaan
konstruksi diatasnya setelah pemadatan. Tabel 4. Persyaratan dari agregat halus untuk
e. CTB tidak membutuhkan cetakan dan CTB
Saringan (ASTM) Lolos (%)
tulangan.
4,75 25 - 50
f. CTB tidak membutuhkan siar detalasi maupun 2,35 8 – 30
construction joint. 1,18 0–8
g. CTB dapat mengakomodasi penurunan 0,075 0–5
setempat.
h. CTB dicampur di tempat (mixed in place) atau Untuk mengurangi jumlah pemakaian semen
dicampur di instalasi pencampur (mixed in a untuk CTB, direkomendasikan untuk
central plant). menggunakan tanah/agregat bergradasi baik
dengan ukuran maksimum nominal tidak melebihi
i. Sifat dan kekuatan struktural CTB tergantung 3 inci (75 mm) untuk membantu meminimalkan
pada material tanah/agregat, kuantitas semen, segregasi dan menghasilkan permukaan jadi
kondisi dan umur perawatan. Sifat dan halus. Tanah atau agregat tidak boleh
kekuatan bahan CTB sesuai Gregory E. mengandung akar-akar, tidak boleh topsoil atau
Halsted, David R. Luhr, Wayne S. Adaska bahan lain yang mengganggu reaksi semen.
(PCA, ....,), yang diperlihatkan pada Tabel 1. Tanah atau agregat yang digunakan harus100%
lolos ayakan 3 in (75 mm), minimum 95% lolos
Tabel 2. Sifat dan kekuatan struktural CTB ayakan 2 in (50 mm), dan minimum 55% lolos
Property 7-Day Values ayakan No. 4 (4.75 mm), sesuai Gregory E.
Compressive strength 300 – 800 psi (2,1 – 5,5 MPa) Halsted, David R. Luhr, Wayne S. Adaska (PCA,
Modulus of rupture 100 – 200 psi (0,7 – 1,4 MPa) ....) yang diperlihatkan pada Gambar 1.
600.000 – 1.000.000 psi
Modulus of elasticity
(4.100 – 6.900 MPa)
Poisson’s ratio 0,15

Material Campuran CTB


Menurut Spesifikasi Umum Bina Marga
Tahun 2010, Persyaratan dari agregat lapis
pondasi agregat dengan CTB dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Persyaratan dari agregat dengan CTB
Metode
Sifat Persyaratan
pengujian
Keausan
Agregat dengan
SNI 2417:2008 Maks. 35%
Mesin Abrasi
Los Angeles
Indeks
SNI 1966:2008 Maks. 6%
plastisitas
Batas cair SNI 1967:2009 Maks. 35%
Pengujian Gambar 3. Persyaratan lolos ayakan material untuk
Gumpalan CTB
SNI 03-4141-
Lempung dan
1996 Maks. 1%
Butir Mudah
Pemadatan
Pecah dalam
Agregat Ada 2 (dua) cara usaha pemadatan di
laboratorium yang diperkenalkan oleh Proctor,
Berdasarkan Spesifikasi Umun Bina Marga yaitu Standard Proctor Test dan Modified Proctor
Tahun 2010, agregat yang akan digunakan harus Test. Kedua tes pemadatan tersebut pada
memenuhi persyaratan dan ketentuan saringan prinsipnya adalah sama kecuali tenaga, jumlah
agregat yaitu : tumbukan, berat hammer dan tinggi jatuh yang
1. Agregat Kasar diperlukan untuk pemadatan. Penentuan jumlah
83
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tumbukan dari benda uji bentuk silinder 15 x 30 S = Tinggi jatuh hamer (ft)
cm dilakukan dengan pedoman energi pemadatan
dari modified proctor yang sudah umum HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan dalam perencanaan jalan. Energi
pemadatan dapat dihitung dengan menggunakan Tabel 3 memperlihatkan hasil penelitian
rumus energi pemadatan yang diperlihatkan pada penggunaan material lokal Papua untuk CTB.
persamaan 1. Material lokal Papua diperoleh dari berbagai
macam tempat diantaranya adalah sirtu
E =(N. W. S)/V.............................................. (1) Mentawai, batu kapur (domato) Pulutan, Talaud,
Dimana : batu kapur Ayamaru, Maybrat, batu kapur
E = Energi (ft lb/cu ft) Kambuaya, Maybrat, Batu kapur patah hati,
N = Jumlah tumbukan Maybrat, batu kapur Moswaren, Maybrat dan sirtu
V = Volume (cu ft) Tanah Merah.

Tabel 3. Hasil penelitian penggunaan material lokal Papua untuk CTB (Pusjatan Kementerian PUPR)
Persen Lolos Ayakan

Batu Batu
Batu Batu Batu Sirtu
Ukuran Kapur Kapur Sirtu
Sirtu Kapur Kapur Kapur Tanah
ayakan (Damato) Patah Tanah Keterangan
Mentawai Ayamaru, Kambuaya Moswaren, Merah
Pulutan, Hati, Merah
Maybrat , Maybrat Maybrat (Dicuci)
Talaud Maybrat

No.1 No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 No. 6 No. 7 No. 8

Abrasi 62 62 63 76 50,5

PI NP NP NP NP NP NP NP NP

1 in 100 100 100 100 100 100 100 100 Dibatasi

¾ in 96 86 96 97 95 96 92 85

No. 4 69 51 78 84 68 70 69 48

No. 10 48 34 68 69 55 58 64 40

No. 40 25 20 50 47 41 44 56 31

No. 200 12 12 35 29 21 33 29 6

Luhr, Wayne S. Adaska (PCA, ...). Namun masih


Berdasarkan Tabel 3 maka dibuatkan suatu
menghasilkan Kuat Tekan yang cukup tinggi (>25
grafik gradasi yaitu hubungan antara ukuran butir
kg/cm2).
ayakan (mm) dengan persen lolos ayakan (%)
Tabel 4 memperlihatkan hasil pengujian kuat
yang diperlihatkan pada Gambar 2.
tekan material lokal Papua untuk CTB dengan
berbagai variasi semen yang diberikan.

Tabel 4. Hasil pengujian kuat tekan CTB material


lokal Papua
Kuat Tekan, kg/cm2
Semen,
% No. No. No. No. No. No. No. No.
1 2 3 4 5 6 7 8

3 22

4 17

5 29 21 17 12 27 39
6 25 21

Gambar 2. Hubungan antara ukuran butir ayakan 7 34 27 23 23 32 54


(mm) dan persen lolos ayakan (%)
8 26
Beberapa material lokal berada di luar batas 9 36 39 26 25 40 78
spesifikasi sesuai Gregory E. Halsted, David R.
84
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

UCAPAN TERIMA KASIH


Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan
dengan berbagai variasi kadar semen yang Ucapan Terima Kasih diucapkan kepada
digunakan pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai kuat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional,
tekan yang dihasilkan bervariasi. Semakin tinggi Abepura Jayapura yang telah membantu
kadar semen maka nilai kuat tekan pun semakin sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
meningkat untuk semua jenis material lokal baik.
Papua. Kuat tekan yang tertinggi terlihat pada
material sirtu Tanah merah yang telah dicuci
dengan kadar semen 9% yaitu sebesar 78 DAFTAR PUSTAKA
kg/cm2.
Oleh karena itu, mengacu pada hasil Alhadi, Aria. Tinjauan Kuat Tekan Beton
penelitian maka diusulkan spesifikasi CTB untuk Terhadap Aplikasi Bahan Aditif Plastiment Vz
material lokal Papua yang diperlihatkan pada Dengan Variasi Dosis 0,15%; 0,20%; 0,25% Dari
Tabel 5 dan Gambar 3. Berat Semen. Tugas Akhir:
Universitas Riau Kepulauan Batam.
Tabel 5. Usulan spesifikasi material lokal Papua DPU. 2010.Spesifikasi Umum 2010 revisi 3,
untuk CTB (Devisi 5. Perkerasan Berbutir dan
Uraian Minimum Maksimum Perkerasan Beton Semen).
Edwar, Hermandan Jon, 2014. “Pengaruh Variasi
Abrasi Tidak Dibatasi Semen Terhadap Nilai CBR
PI 0 10 BasePerkerasan Lentur Tipe Cement Treated
Base (CTB)” Tugas Akhir: Institut
Lolos Ayakan, % Teknologi Padang.
Ir. Tjokrodimuljo, Kardiyono, M.E. 2009.
- 1 ½ in 100 100
“Teknologi Beton”. Yogyakarta: Universitas
- 1 in 90 100 Gadjah Mada
Komili,Euis. 2012.“Solusi Stabilitas
- ¾ in 80 100 Tanah”.Yogyakarta:PT. Diva Mahakarya
- No. 4 45 90 Purba, Brian Rivaldo. Uji Kelayakan Agregat Dari
Saoka Sorong Barat Sebagai
- No. 200 0 35 Material Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya.
UCS, kg/cm2 25 40 Tugas Akhir Jurusan Teknik
SipilUniversitas Sam Ratulangi Manado.
SKBI – 2.3.26. 1987.“Petunjuk Perencanaan
Tebal Perkerasan LenturJalan Raya
Dengan Metode Analisa Komponen”.
SNI, 03-6805, 2002.”Metode Pengujian untuk
mengukur nilai kuat tekan Beton pada
umur awal dan memproyeksikan kekuatan pada
umur berikutnya”
SNI 1743 : 2008. “Cara uji kepadatan berat untuk
tanah”.
SNI 1974:2011. “Cara Uji Kuat Tekan Beton
Dengan Benda Uji Silinder”.
Suhardjo, Dradjat. 2008. “Metode Penelitian
Interdisipliner dan Penulisan Laporan Karya
Ilmiah”.Yogyakarta: Safiria Istana Press.
Gambar 3. Grafik gradasi usulan spesifikasi material Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2009. “Teknologi
lokal Papua untuk CTB Beton”. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
KESIMPULAN Widiyatmoko, Hendro. 2011.”Analisis campuran
Kapur Pada Tanah Lempung Terhadap Sifat
Fisis Tanah”. Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Sipil Fakultas Teknik UMP, Purworejo.
dilakukan, nilai kuat tekan rata-rata CTB
menggunakan material lokal Papua yaitu sirtu
Tanah merah yang dicuci dengan kadar semen
3% yaitu sebesar 22 kg/cm2, 5% yaitu sebesar 39
kg/cm2, 7% yaitu sebesar 54 kg/cm 2 dan 9% yaitu
sebesar 78 kg/cm2 atau meningkat seiring dengan
penambahan kadar semen sebesar 77,27%,
38,46% dan 44,44%.
85
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

86
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH BENTUK FONDASI TERHADAP KAPASITAS DUKUNG


FONDASI DANGKAL PADA TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI
DENGAN CAMPURAN PASIR DAN ABU SEKAM PADI

Hari Dwi Wahyudi1, Togani Cahyadi Upomo2


Program Studi Teknik Sipil, Universitas Widya Dharma1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang2

Jl.Ki Hajar Dewantara, Klaten 57438


E-mail: hariwahyudi.hdw@gmail.com

ABSTRAK

Fondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu struktur yang mempunyai fungsi sebagai mediator
yang meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah fondasi. Tanah di bawah
fondasi akan mengalami tekanan geser (shear stresses) jika tanah tesebut berada dalam kondisi menerima
beban. Nilai tekanan geser ini sangat dipengaruhi oleh besarnya beban yang diterima oleh tanah tersebut,
dan dimensi geometrik fondasi. Kuat geser (shear strength) adalah kemampuan tanah untuk menerima
tekanan geser akibat pembebanan yang terjadi. Jika nilai tekanan geser yang dialami oleh tanah di bawah
fondasi melebihi kuat geser tanah maka, tanah tersebut akan mengalami keruntuhan. Stabilisasi tanah
adalah proses untuk memperbaiki bahkan mengubah sifat tanah dasar dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu dan kemampuan daya dukungnya sehingga aman terhadap konstruksi bangunan yang akan didirikan
di atasnya. Abu sekam padi (ASP) sebagai limbah dari hasil pengolahan padi menjadi beras pada
merupakan salah satu alternatif bahan additive yang dapat digunakan sebagai material stabilisasi tanah.
Secara umum, tanah yang distabilisasi dengan campuran pasir dan Abu Sekam Padi (ASP) memiliki
kapasitas dukung yang lebih baik dibandingkan dengan tanah yang tidak distabilisasi. Penurunan yang
terjadi akibat pembebanan yang diberikan pada tanah yang distabilisasi akan semakin kecil seiring dengan
penambahan prosentase Abu Sekam Padi (ASP). Bentuk telapak fondasi memberikan pengaruh pada
kapasitas dukung fondasi dan nilai penurunan tanah di bawah fondasi. Komposisi bahan campuran untuk
stabilisasi yang optimal yaitu campuran pasir dan 50% ASP, dengan tebal lapisan stabilisasi adalah 0,5B.

Kata kunci: Fondasi, Lempung, Pasir, Stabilisasi, ASP

ABSTRACT

Foundation is the lowest part of a structure that has a function as a mediator that continues the
construction load to the soil layer that is under the foundation. The soil under the foundation will experience
shear stress if the soil is in a state of receiving the load. The value of shear pressure is strongly influenced
by the amount of load received by the soil, and the geometric dimensions of the foundation. Shear strength
is the ability of the soil to receive shear pressure due to loading. If the value of the shear pressure
experienced by the soil under the foundation exceeds the shear strength of the soil, the soil will collapse. Soil
stabilization is a process to improve and even change the nature of the subgrade with the aim of improving
the quality and ability of the carrying capacity so that it is safe against the construction of the building to be
erected on it. Rice husk ash (RHA) as waste from processing rice into rice is an alternative additive that can
be used as soil stabilization material. In general, stabilized soil with a mixture of sand and Rice Husk Ash
(RHA) has a better support capacity compared to non-stabilized soil. The decrease that occurs due to the
loading given to the stabilized soil will be smaller along with the addition of the percentage of Rice Husk Ash
(RHA). The foundation palm shape influences the bearing capacity of the foundation and the value of soil
subsidence under the foundation. The composition of the mixture for optimal stabilization is a mixture of sand
and 50% ASP, with a thickness of the stabilization layer is 0.5B.

Keywords: Foundation, Clay, Sand, Stabilization, RHA

PENDAHULUAN diatasnya ke lapisan tanah dasar yang berada di


bawah fondasi, maka struktur fondasi harus
Fondasi sebagai bagian paling bawah dari berfungsi dengan baik yaitu struktur fondasi
suatu struktur yang berfungsi menjadi mediator tersebut mampu meneruskan beban konstruksi
untuk meneruskan beban dari konstruksi yang diterimanya ke tanah dengan tidak

87
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. kompresibilitas rendah jika kedalaman


Tanah di bawah fondasi akan mengalami tekanan pondasi agak dalam,
geser (shear stresses) jika tanah tesebut berada c. Pola keruntuhan ini terjadi akibat desakan di
dalam kondisi menerima beban. Nilai tekanan bawah dasar fondasi disertai pergeseran
geser ini sangat dipengaruhi oleh besarnya beban arah vertikal sepanjang tepi,
yang diterima oleh tanah tersebut, dan dimensi d. Penurunan yang terjadi pada kasus
geometrik fondasi. Kuat geser (shear strength) keruntuhan geser penetrasi mempunyai nilai
adalah kemampuan tanah untuk menerima yang besar.
tekanan geser akibat pembebanan yang terjadi. Secara umum, kapasitas dukung merupakan
Jika nilai tekanan geser yang dialami oleh tanah kemampuan tanah untuk menahan penurunan
di bawah fondasi melebihi kuat geser tanah maka, akibat pembebanan yang dilakukan, yaitu tahanan
tanah tersebut akan mengalami keruntuhan. geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di
Menurut Vesic (dalam Hardiyatmo, 2011), ada sepanjang bidang – bidang gesernya. Kapasitas
tiga macam tipe keruntuhan geser, yaitu : dukung ijin manurut Terzaghi (1943) didefinisikan
1. Keruntuhan Geser Umum (General Shear sebagai beban maksimum per satuan luas
Failure) dimana tanah masih dapat mendukung beban
a. Keruntuhan ini terjadi pada tanah yang padat tanpa mengalami keruntuhan. Analisis mengenai
dan kaku, kapasitas dukung dilakukan dengan
b. Keruntuhan ini dapat juga terjadi pada tanah mempertimbangkan sifat – sifat tanah dan dan
lempung yang terkonsolidasi normal atau bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan
jenuh yang terbebani dalam kondisi tak terjadi. Analisis kapasitas dukung dalam
terdrainase, pemodelannya, diasumsikan bahwa tanah
c. Keruntuhan geser umum mulai terjadi dari berkelakuan sebagai bahan yang bersifat plastis.
satu ujung fondasi sampai permukaan tanah Penurunan merupakan istilah yang
sehingga fondasi menjadi miring, digunakan untuk menunjukkan aktifitas gerakan
d. Keruntuhan geser umum juga ditandai titik tertentu suatu bangunan terhadap titik
dengan naiknya permukaan tanah di sekitar referensi yang tetap. Penurunan terjadi jika ada
fondasi, perubahan susunan tanah dan berkurangnya
e. Pada keruntuhan geser umum, kondisi rongga pori di dalam tanah. Dalam menganalisa
kesetimbangan plastis terjadi penuh diatas penurunan yang menjadi pertimbangan utama
failure plane, adalah penyebaran tekanan yang terjadi pada
f. Kapasitas dukung batas (qu) bisa diamati tanah di bawah dasar fondasi, penyebaran
dengan baik. tekanan di bawah dasar fondasi ini dipengaruhi
2. Keruntuhan Geser Setempat (Local Shear oleh kekakuan fondasi dan sifat – sifat tanah.
Failure) Tekanan yang terjadi pada bidang sentuh antara
a. Pada kondisi keruntuhan geser setempat, tanah dengan dasr fondasi, disebut tekanan
bidang runtuh yang terjadi tidak sampai sentuh.
mencapai permukaan tanah, Stabilisasi merupakan upaya yang dilakukan
b. Kondisi tanah disekitar fondasi mengalami untuk memperbaiki sifat-sifat teknis tanah seperti:
penggembungan tetapi tidak sampai kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas,
berakibat terjadi penggulingan fondasi, hal potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap
ini disebabkan karena tekanan ke bawah perubahan kadar air agar memenuhi syarat teknis
tanah dasar fondasi lebih besar tertentu dengan cara menambah bahan tertentu
dibandingkan tekanan ke arah samping, pada tanah tersebut. Kondisi tanah dikatakan
c. Pada keruntuhan geser setempat, kondisi stabil apabila memenuhi kriteria atau spesifikasi
kesetimbangan plastis hanya terjadi pada perencanaan yang dikerjakan dilapangan, baik
sebagian tanah saja, sebagian maupun seluruhnya. Stabilisasi mekanis
d. Kapasitas dukung batas (qu) sulit dipastikan dilakukan dengan cara mencampur atau
sulit dianalisis, hanya bisa diamati mengaduk dua macam tanah atau lebih yang
penurunannya saja, bergradasi berbeda untuk memperoleh material
e. Keruntuhan geser setempat biasa terjadi yang memenuhi syarat kekuatan tertentu.
pada tanah dengan kompresibilitas tinggi Stabilisasi dengan menggunakan bahan tambah
yang ditunjukkan dengan penurunan yang perbaikan tanah pada metode ini adalah dengan
relatif besar. mencampurkan/menambahkan zat aditif pada
3. Keruntuhan Geser Penetrasi (Punching Shear tanah yang akan digunakan misalnya semen,
Failure) kapur, abu sekam padi, abu terbang dan lain-lain.
a. Pola keruntuhan geser penetrasi ini adalah
pola keruntuhan yang terjadi secara
METODE
perlahan – lahan,
b. Keruntuhan geser penetrasi terjadi pada Metode penelitian ini dibagi menjadi dua
tanah dengan kompresibilitas tinggi dan tahap, yaitu : pengujian awal dan pengujian
lanjutan. Pengujian awal dilakukan dengan tujuan
88
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

untuk mengetahui parameter properties tanah


asli, yang meliputi : pengujian kadar air, berat
volume tanah, berat jenis tanah (spesific gravity),
uji analisa saringan, dan uji batas – batas
atterberg. Pengujian lanjutan dilakukan dengan
tujuan untuk menguji stabilitas tanah dan
penurunannya, pengujian ini dilakukan dengan uji
pembebanan langsung.
Penelitian lanjutan dilakukan pada sampel
tanah yang tidak diberikan bahan stabilisasi dan
pada tanah yang distabilisasi dengan bahan
kimiawi berupa penambahan pasir dan abu
sekam padi. Pemberian beban pada model
fondasi dilakukan dengan menggunakan uji
pembebanan langsung (pre-loading test). Analisa
hasil pengujian dilakukan dengan mengamati
penurunan yang terjadi pada masing – masing
model fondasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Parameter Karakteristik Tanah Asli
Data teknis mengenai parameter karakteristik
tanah asli yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Batas cair (LL) : 35,10 % (a)
Batas plastis (PL) : 18,90 %
Plasticity Index (PI) : 16,20 %
Kadar air () : 27,00 %
Berat volume () : 1,72 gram/cm3
Specific Gravity (Gs) : 2,61
Ukuran butiran
Lempung : 42,30 %
Lanau : 31,50 %
Pasir : 26,20 %
Beban dan Penurunan
Dari skema pengujian model fondasi dibuat
grafik penurunan akibat pembebanan yang
diberikan. Grafik penurunan ini dibuat
berdasarkan komposisi bahan stabilisasi. Gambar
1 merupakan grafik penurunan akibat
pembebanan yang diberikan pada masing –
masing komposisi stabilisasi.
Penambahan lapisan stabilisasi mampu
mengurangi penurunan yang terjadi pada tanah di
bawah fondasi. Pada tanah tanpa stabilisasi,
keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan geser
penetrasi (punching shear failure). Tanah yang
dilakukan stabilisasi, keruntuhan yang terjadi
adalah keruntuhan geser setempat (local shear
failure). Ketebalan lapisan stabilizer berpengaruh (b)
pada berkurangnya nilai penurunan, semakin
tebal lapisan stabilizer maka semakin kecil nilai Gambar 1. Grafik beban dan penurunan;
penurunan yang terjadi. Kecenderungan a. Penurunan pada telapak fondasi
terjadinya keruntuhan geser umum (general shear bujursangkar.
failure). Hal tersebut karena penambahan bahan b. Penurunan pada telapak fondasi
stabilisasi dan ketebalan lapisan stabilizer persegipanjang.
berakibat tanah di bawah fondasi bertambah
kekakuan dan kepadatannya.

89
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kapasitas Dukung UCAPAN TERIMA KASIH


Kapasitas dukung merupakan parameter
kemampuan tanah untuk menahan penurunan Penelitian ini didanai oleh Kementerian Riset
akibat pembebanan yang terjadi. Dalam penelitian Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik
ini kapasitas dukung ijin adalah nilai beban yang Indonesia, melalui skim Penelitian Dosen Pemula
mampu diterima fondasi untuk nilai penurunan tahun anggaran 2018. Terima kasih disampaikan
maximum 0,5B. kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat (DRPM) atas pendanaan penelitian
Tabel 1. Kapasitas Dukung Ijin Fondasi
ini.
Bujursangkar (lapisan stabilizer, t = 2,00 cm)

DAFTAR PUSTAKA
Idharmahadi Adha, 2011, Pemanfaatan Abu Sekam
Padi Sebagai Pengganti Semen Pada Metoda
Stabilisasi Tanah Semen, Jurnal Rekayasa Vol.
Sumber : Hasil analisa 15 No. 1, April 2011.
Hardiyatmo, H.C., 2011, Mekanika Tanah 1 edisi
Tabel 2. Kapasitas Dukung Ijin Fondasi keempat, Gadjah Mada University Press,
Persegipanjang (lapisan stabilizer, t = 2,00 Yogyakarta, Indonesia.
Hardiyatmo, H.C., 2011, Teknik Fondasi 1 cetakan
ketiga, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia.
Teguh Widodo, Heri Suprayitno, 2013, Penambahan
Lapisan Pasir Padat Sebagai Solusi Masalah
Penurunan Fondasi Di Atas Lapisan Lempung
Lunak : Suatu Studi Model, Jurnal Teknik Vol. 3
Sumber : Hasil analisa
No. 2/Oktober 2013.
Pada tabel kapasitas dukung ijin dari
pengujian model fondasi menunjukkan bahwa
stabilisasi memberikan penambahan nilai
kapasitas dukung tanah dibandingkan dengan
tanah yang tidak distabilisasi. Ketebalan lapisan
stabilisasi dan komposisi bahan stabilizer
berpengaruh pada nilai kapasitas dukung ijin
tanah tersebut, semakin tebal lapisan stabilisasi
akan berpengaruh dengan semakin tingginya nilai
kapasitas dukung tanah. Penambahan prosentase
komposisi ASP juga memberikan pengaruh
terhadap nilai kapasitas dukung, semakin besar
prosentase ASP akan semakin meningkatkan nilai
kapasitas dukung tersebut.

KESIMPULAN
Stabilisasi sebagai upaya untuk menaikan
kapasitas dukung pada tanah lempung dapat
dilakukan dengan menambahkan lapisan pasir di
bawah fondasi. Abu Sekam Padi (ASP)
mempunyai kandungan unsur silika yang akan
bereaksi dengan air dan tanah dasar serta butiran
pasir dengan berfungsi sebagai bahan pengikat.
Pada komposisi bahan campuran stabilisasi
dengan perbandingan 50% Pasir dan 50% ASP
serta ketebalan lapisan stabilisasi 0,5B mampu
mengurangi penurunan yang terjadi. Bentuk
telapak fondasi tetap merupakan faktor yang
mempengaruhi nilai kapasitas dukung fondasi,
telapak fondasi yang mempunyai nilai luasan
yang semakin besar akan mempunyai nilai
kapasitas dukung yang semakin besar pula.

90
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH CAMPURAN ABU BATU DAN SERABUT KELAPA


TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Mardiaman1, dan Sumadi2

Dosen Program Magister Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa1


Mahasiswa Program Sarjana Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa2
Jalan Letjen TB Simatupang No. 152 Tanjung Barat Jakarta Selatan 12530
E-mail:mardi240967@gmail.com

ABSTRAK

Komposisi bahan campuran beton menentukan kekuatan tekan. Campuran beton umumnya terdiri atas
semen, air, agregat kasar, agregat halus dan obat beton (Admix). Pada penelitian ini akan dicoba
mencampurkan abu batu dan serabut kelapa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kuat tekan
beton.dengan penambahan abu batu dan serabut kelapa terhadap beton normal Data dikumpulkan
melalui uji laboratorim dengan melakukan campuran tambahan abu batu dan serabut kelapa. Ada
enam jenis benda uji yang dihasilkan yang diukur selama 7,14, 21 dan 28 hari. Variasi benda uji 1)
beton normal, 2) beton normal + abu batu, 3) beton normal + serabut kelapa 1,5%, 4) beton normal + abu
batu dan serabut kelapa 1,5%, 5) beton normal + abu batu dan serabut kelapa 1%, 6) beton normal +
serabut kelapa 1%Dari hasil pengujian kuat tekan beton diperoleh 455 kg/cm 2 untuk umur beton selama
28 hari dengan campuran beton normal + abu batu.

Kata kunci: abu batu, serat kelapa, kuat tekan

ABSTRACT
Composition of concrete mixture determines the compressive strength. Concrete mixtures generally
consist of cement, water, coarse aggregates, fine aggregates and concrete drugs. In this study, it will be tried
to mix stone ash and coconut fibers. The purpose of this study is to find out the concrete compressive
strength with add stone ash and coconut fibers to normal concreate. Data was collected through laboratory
tests by carrying out an additional mixture of stone ash and coconut fibers. There were six types of
specimens produced which were measured for 7, 14, 21 and 28 days. Variation of specimens 1) normal
concrete, 2) normal concrete + stone ash, 3) normal concrete + coconut fiber (1.5%), 4) normal concrete +
stone ash and coconut fiber (1.5%), 5) normal concrete + stone ash and 1% coconut fiber, 6) normal
concrete + 1% coconut fiber. From the results of testing the concrete compressive strength was obtained
455 kg/cm2 for the age of concrete for 28 days with a mixture of normal concrete + stone ash.

Keywords: ne ash, coconut fiber, compressive strength

PENDAHULUAN limbah puing bangunan sebagai campuran


material beton(Baeha, Sillo, Laia, & Kurniawan,
Kekuatan tekan beton dipengaruhi ole 2016). campuran serat ijuk untuk mengetahui
bebera faktor. Komposisi campuran bahan pengaruh kuat tekan dan perubahan berat
beton menentukan kekuatan tekan. Beton beton, (Winarto, 2017).
merupakan campuran dari semen, agregat halus Penggunaan variasi bahan menghasilkan
(pasir), agregat kasar (split) dan air. Pada beton mutu beton yang berbeda-beda, Campuran beton
tertentu ditambahkan bahan campuran lain seperti ada dari serat bambu (Trimurtiningrum, 2018)
obat (Admixture). Perbedaan kandungan semen penambahan plastik (Rismayasari & Santosa,
dalam campuran beton ringan terhadap kuat 2012), Penambahan arang tempurung kelapa
tekan beton ringan berbanding lurus dengan (Hasan, 2012). Penambahan abu terbang
banyaknya semen yang digunakan dalam (Sebayang, 2010), Serat Sabut Kelapa dan Resin
campuran (Sutrisno & Widodo, 2005). Kondisi Polyester (Jatmika & Mahyudin, 2017),
material dasar penyusun beton akan Limbah sisa penyaringan minyak kelapa
mempengaruhi kuat tekan yang sawit(Garcya, Djauhari, & Kurniawandy, 2018),
dihasilkan(Mulyati & Herman, 2015). Penambahan Pecahan Kaca(Ikhsan, Prayuda, &
Bahan limbah juga dapat diarahkan untuk Saleh, 2016), pure sugar dan ash charcoal
mendapatkan kuat tekan beton tertentu. beton briket(Trinugroho, 2012), Limbah batubara
mutu 35 Mpa dilakukan dengan memanfaatkan (Hudhiyantoro & Hariyadi, 2012), limbah kertas
91
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

korang (Pribadi, 2015) limbah abu ampas tebu 4 Pengerasan jalan. 7.5 5
(Arriandri Putra, Raya Prabumulih, & Selatan, 5 Pembetonan massal. 7.5 2.5
2014), copper slag (Kartini, 2009), serat ijuk (P
Sarjono & Wajono, 2008), Penambahan bata Semen mengikat butir-butir aggregat hingga
merah dan serat fiber (Safarizki, 2017). serat membentuk suatu masa padat dan mengisi
bandrat dan abu sekam padi(Prayinto, rongga-rongga udara di antara butiran aggregat.
Sunarmasto, & Susanto, 2016). Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu : kehalusan
Sabut kelapa sebagai bahan tambahan dalam dan waktu ikat terdiri atas waktu ikat awal > 60
campuran beton memiliki peluang yang sangat menit dan Waktu ikat akhir > 480 menit. Ada
besar di masa depan. Pemanfaatan sisa-sisa beberapa jenis semen yaitu: Semen Portland
serabut kelapa sangat berlimpah dan juga bisa Putih, Semen Potland Pozzolan, Semen Portland
dimanfaatkan sebagai campuran beton guna (tabel 2).
meningkatkat kualitas beton.
Tabel 2. Syarat kimia dan fisika semen portland putih.
Bahan serabut kelapa pada campuran beton
sangat baik karena serat pada serabut kelapa No Jenis uji Satuan Syarat
dapat mengikat dengan sempurna pada 1 MgO % 5,0 ≥
campuran beton dan menyerap air untuk
mempercepat pengikatan pada campuran beton 2 SO3 % 3,5 ≥
sehingga beton lebih cepat kering dan lebih kuat. 3 Fe2O3 % 0,4 ≥
Selain menggunakan campuran serabut
kelapa dapat juga dicampur abu batu ke dalam 4 Hilang pijar % 5,0 ≥
campuran beton. Abu batu sangat bermanfaat 5 Bagian tak larut % 3,0 ≥
dalam campuran beton, selain untuk pembuatan
paving block, bata press dan juga untuk 6 Alkali sebagai Na20 % 0,6 ≥
pengaspalan.
Abu batu saat ini seperti limbah dari proses Semen Potland Pozzolan hidrolis terdiri dari
pemecahan batu yang harus dimanfaatkan untuk campuran homogen antara semen portland
campuran beton, campuran pengaspalan atau dengan pozolan halus di mana kadar pozolan 6%
untuk kepentingan lain. sampai dengan 40% massa semen portland
Kekuatan, keawetan dan sifat beton pozolan,
bergantung pada sifat dan bahan dasar,
perbandingan bahan-bahanya, cara pengadukan, Semen Portland
cara pengerjaan selama penuangan adukan Semen hidrolis dihasilkan dengan menggiling
beton, cara pemadatan dan cara perawatan terak semen portland dan digiling bersama-sama
selama proses pengerasan dan pengikatannya. dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
Abu batu merupakan bahan hasil sampingan bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh di
industri pemecahan batu yang jumlahnya tidak tambah dengan bahan tambahan lain. Mineral
sedikit sehingga abu batu pada stone crusher pembentuk semen.
menjadi bahan limbah yang diupayakan Kuat tekan
penangananya. Kuat tekan semen salah satunya ditentukan
Abu batu berfungsi sebagai alternatif oleh komponen semen, kalsium silikat. Pada
menggantikan pasir, kelebihan dan kekurangan pengembangan kuat tekan awal (umur 28 hari),
dari abu batu bila dibandingkan dengan pasir. didominasi oleh hidrasi CзS dan didukung oleh
ukuran butir abu batu sangat kecil seperti debu CзA. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan
dan ukuranya cukup merata di seluruh bagiannya, kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang
sehingga tidak diperlukan pengayakan. Kedua lebih lama.
abu batu memiliki tekstur sangat tajam, sehingga
membuat ikatan di dalam beton menjadi sangat Setting Time
kuat, Campuran semen dengan air akan
Adukan beton tidak boleh terlalu kental dan encer membentuk adonan yang bersifat kenyal dan
yang dapat dilihat dari nilai slumnya (tabel 1). dapat di bentuk (workable). Beberapa saat, pasta
tidak berubah. Pasta yang terbentuk menjadi
Tabel 1. Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton semakin kaku hingga mencapai tingkat di mana
Slump (cm) pasta tetap lunak, tetapi sudah tidak dapat
No Uraian
maks min dbentuk lagi. Selanjutnya pasta semakin kaku
1 Dinding plat pondasi dan 12.5 5 menjadi padatan yang keras dan getas (rigid).
pondasi telapak bertulang.
Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen
2 Pondasi telapak tidak 9 2.5
bertulang, kaison dan menjadi semakin keras dan kuat yang di sebut
konstruksi di bawah tanah. dengan pengerasan atau hardening.
3 Pelat, balok , kolom dan 15 7.5
dinding.
92
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Agregat Kasar pengerasan beton.


Agregat kasar (coarse aggregate) bisa juga di 6) Tipe F: Water Reducing, High Range
sebut krikil sebagai hasil desintegrasi alami dari Admixture. berfungsi untuk mengurangi jumlah air
buatan atau berupa batu pecah yang diperoleh pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan
dari industri pemecah batu, dengan ukuran butir beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12
4,76 s/d 150 mm. % atau lebih.
7) Tipe G: Water Reducing, High Range
Agregat Halus Retarding admixtures berfungsi untuk
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir mengurangi jumlah air pencampur yang
alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan- diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih
pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 s/d sekaligus menghambat pengikatan dan
4,76 mm meliputi pasir kasar dan halus. pengerasan beton.
Jenis bahan tambah lain yang biasa
Obat (admixture) digunakan adalah bahan pembentuk gelembung
Admixture adalah bahan selain air, semen udara (Air Entraining Agent/AEA). Ada dua jenis
dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton AEA, yaitu: !) jenis detergent dan 2) bukan
atau mortar sebelum atau selama pengadukan. deterjent.
Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan Deterjent AEA pada umumnya adalah dari
karakteristik beton. jenis deterjent, yaitu zat aktif terhadap
Tujuan 1) memperbaiki workability beton. 2) permukaan. Zat ini biasanya berupa zat organik
mengatur faktor air semen pada beton segar, 3). sebagai bahan baku sabun, sehingga bila diaduk
mengurangi penggunaan semen, 4) mencegah dengan air akan menjadi busa dan busa ini akan
terjadinya segregasi dan bleeding, 5) mengatur tersebar di dalam adukan beton. Gelembung-
waktu pengikatan aduk beton ,6) meningkatkan gelembung ini berada diantara butiran semen dan
kekuatan beton keras. 7) meningkatkan sifat agregat yang berfungsi sebagai bola pelincir
kedap air pada beton keras, 8) meningkatkan sifat sehingga adukan beton menjadi lebih mudah
tahan lama pada beton keras termasuk tahan diaduk. Penambahan AEA membuat beton
terhadap zat-zat kimia, tahan terhadap gesekan, mempunyai sifat penyusutan yang kecil dan
dan lain-lain. membuat beton lebih kedap air. Bahan yang biasa
digunakan untuk membuat AEA adalah damar
Jenis- jenis Admixture vinsol yang merupakan senyawa asam abiet
Menurut ASTM C.494, admixture dibedakan (abietic acid) atau biasa disebut dengan soda api.
menjadi tujuh jenis, yaitu : Bukan deterjent, biasanya berupa bubuk
1) Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA). alumunium halus. Bubuk inI apabila bercampur
berfungsi untuk mengurangi penggunaan air dengan air pada beton akan bereaksi membentuk
pengaduk untuk menghasilkan beton dengan gelembung udara gas hidrogen.. Digunakan juga
konsistensi tertentu. bahan stabilisator (Natrium Stearat) agar
2) Tipe B : Retarding Admixture yaitu bahan gelembungnya dapat tersebar merata dan stabil.
tambahan yang berfungsi untuk memperlambat
proses waktu ikat beton. Biasanya di gunakan Sabut kelapa
pada saat kondisi cuaca panas, memperpanjang Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup
waktu untuk pemadatan, pengangkutan dan besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat
pengecoran. keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat
3) Tipe C : Accelerating Admixtures Jenis bahan dan gabus yang menghubungkan satu serat
tambah yang berfungsi untuk mempercepat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang
proses pengikatan dan pengembangan kekuatan berharga dari sabut. Setiap butir kelapa
awal beton. mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut),
4) Tipe D : Water Reducing and Retarding dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Satu butir
Admixture. berfungsi ganda yaitu untuk buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang
mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut
pada beton tetapi tetap memperoleh adukan kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous
dengan konsistensi tertentu sekaligus acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium
memperlambat proses pengikatan awal dan (Rindengan et al., 1995) Komposisi kimia sabut
pengerasan beton. kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous
5) Tipe E: Water Reducing and Accelerating acid, gas, arang, tannin, dan posatium.
Admixture, berfungsi ganda yaitu untuk Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa terdiri dari: 1)
mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan Seratnya terdiri dari serat kasar dan halus dan
pada beton tetapi tetap memperoleh adukan tidak kaku, 2). Mutu serat ditentukan dari warna
dengan konsistensi tertentu sekaligus dan ketebalan dan 3) Mengandung unsur kayu
mempercepat proses pengikatan awal dan seperti lignin, tannin dan zat lilin.
93
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Abu batu Pemisahan agregat


Abu batu merupakan matrial konstruksi yang Pemisahan agregat dari campuran beton disebut
berasal dari sampingan proses industri semen segregasi. Segregasi agregat dapat dikurangi
dan pecahan batu. Matrial ini termasuk dalam dengan cara :
kategori aggregat buatan yang banyak dibutuhkan 1. Memperbanyak jumlah semen portland
sebagai campuran dalam proses pengaspalan 2. Mengurangi jumlah air
dan pengganti pasir. Di samping itu, pembuatan 3. Memperkecil ukuran butir maksimum
gorong-gorong dan batako press juga 4. Tinggi jatuh saat penuangan kurang dari 1
menggunakan bahan ini sebagai komposisi meter
utama.Tidak berbeda dari namana,matrial ini
memiliki wujud berwarna abu-abu dengan tekstur Pemisahan air
berupa butiran.Butir-butir baru pecah Kecenderungan air campuran dalam beton
split,krikil,pasir,atau matrial lainya ini memiliki segar naik ke atas permukaan beton, peristiwa ini
ukuran yang sangat kecil. Dibandingkan dengan desebut “bleeding” Bleeding tidak diinginkan
pasir abu batu ini memiliki daya ikat lebih baik. karena air naik ke atas sambil membawa semen
Dalam kondisi terkena air, pasir akan lebih mudah dan bitir halus, dan setelah mengeras akan
terurai, sementara itu ketika tekanan air, abu batu tampak lapisan tipis yang disebut “laitance”
justru akan semakin kuat mengikat dan Lapisan laitance akan mengurangi rekatan antara
mengeras. Kemampuan mengikat yang baik ini beton di bawahnya dengan beton di atasnya
dikarenakan karena teksturnya yang sangat Pemisahan air dapat dikurangi dengan :
tajam. Adapun faktor penyebab tekstur yang Memperbanyak semen, Menggunakan air tidak
tajam ini tidak lain karena asalnya yang terlalu banyak dan Menggunakan lebih banyak
merupakan hasil sampingan proses pemecahan bitiran halus
batu yang juga tajamnya.oleh karena itu matrial ini Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada beton
juga sangat baik jika di gunakan sebagai matrial segar adalah:
pendukung pada campuran beton. a. Sifat Kemudahan dikerjakan (Workability)
Untuk mencapai hasil ataupun mengetahui Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat
pengaruh dari penggunaan material Saat ini mulai kemudahan adukan beton untuk diaduk, diangkut,
dilakukan pengujian penambahan material – dituang dan dipadatkan. Sifat kemudahan
material tertentu. Bahan tersebut ditambahkan ke dikerjakan pada beton segar dipengaruhi oleh:
dalam campuran beton dengan berbagai tujuan, (1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran
antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, adukan beton. Semakin banyak air yang
agregat halus maupun agregat kasar. Cara dipakai, semakin mudah beton segar
pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan dikerjakan tetapi jumlah air yang banyak
pengganti sebagian agregat atau sebagai dapat menurunkan kuat tekan beton.
tambahan pada campuran untuk mengurangi (2) Penambahan semen ke dalam adukan. Makin
pemakaian agregat. banyak jumlah semen, maka beton segar
makin mudah dikerjakan.
Sifat-Sifat Beton Segar (3) Gradasi agregat halus dan kasar. Apabila
Kelecakan beton segar agregat yang digunakan mempunyai gradasi
Faktor yang mempengaruhi kelecakan beton sesuai dengan persyaratan, maka adukan
segar : beton akan mudah dikerjakan. (4) Bentuk
1. Jumlah air butiran agregat. Bentuk butiran agregat bulat
Makin banyak air yang dipakai makin encer beton akan lebih mempermudah pengerjaan beton.
segar. Makin banyak jumlah air maka nilai fas (5) Penggunaan admixture dan bahan tambah
bertambah, maka mengakibatkan kuat tekan mineral. Tingkat kemudahan pengerjaan
beton menurun berkaitan erat dengan kelecakan beton.
2. Jumlah pasta (semen dan air) Untuk mengukur kelecakan beton dilakukan
Makin banyak pasta makin encer. Penambahan pengujian slump. Semakin besar nilai slump
pasta dilakukan supaya adukan lebih encer berarti adukan beton encer dan ini berarti
namun nilai fas tetap sehingga kuat tekan beton beton semakin mudah dikerjakan. Nilai slump
tidak menurun berkisar antara 5 – 120 cm. Pada beton
3. Gradasi agregat (campuran agregat halus dan segar harus dihindari terjadinya segregasi
kasar) dan ketidakkohesifan campuran. Segregrasi
Bila gradasi sesuai dengan standar akan mudah terjadi disebabkan karena beton kekurangan
dikerjakan. Gradasi perlu dihitung agar agregat butiran halus, butir semen kasar dan adukan
campurannya memenuhi standar. sangat encer. Ketidakkohesifan beton
4. Bentuk butir agragat disebabkan oleh: kekurangan semen,
Butir bulat akan tampak lebih encer kekurangan pasir, kekurangan air dan
5. Besar butir maksimum agregat susunan besar butir agregat tidak baik. Untuk
Butir maksimum besar akan tampak lebih encer menghindari terjadinya segregasi dan
94
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ketidakkohesifan campuran dilakukan b) Rasio air/semen.


dengan cara memperbaiki susunan Pengalaman laboratorium menunjukkan
campuran beton yaitu : memperbaiki kadar kenaikan rasio air/semen adalah 0.35 berturut
air, kadar pasir, ukuran maksimum butir menjadi 0.65 akan menurunkan kekuatan beton
agregat dan penambahan jumlah butiran hampir secara linier menjadi 50% (pada kondisi
halus/filler. campuran lain yang sama).
Melihat banyaknya penelitian yang telah
b. Berat Isi dilakukan menggunakan bahan sisa atau limbah
Berat isi beton berfungsi mengoreksi susunan sehingga dapat mengurangi limbah di
campuran beton apabila hasil perencanaan lingkungan dan juga meminimalisir biaya. Maka
berbeda dengan pelaksanaan. Angka koreksi di perlu dilakukan penelitian dengan melakukan
peroleh dari perbandingan antara berat isi beton campuran abu batu dan serabut kelapa Untuk
perencanaan dengan berat isi beton pelaksanaan. mengetahui seberapa besar kuat tekan yang di
berfungsi untuk mengkonversi dari satuan berat hasilkan.
ke satuan volume dan mengoreksi kelebihan
maupun kekurangan bahan pada saat pembuatan METODE
beton yang akan mempengaruhi volume Penelitian dilakukan dengan percobaan di
pekerjaan secara keseluruhan. laboratorium . Ada 6 benda uji beton yang dibuat,
Benda uji diberi nama beton A, B, C, D, E dan F.
C. Waktu Ikat Setiap beton diukur kekuatannya untuk waktu 7,
Waktu ikat beton merupakan waktu yang 14, 21 dan 28 hari. Bahan pencampur terdiri atas:
dibutuhkan oleh beton untuk mengeras, mulai dari semen portland, agregat kasar lolos ayakan 38,1
keadaan plastis menjadi bentuk yang kaku mm dan tertahan diayakan 4,76 mm. Modulus
(keras). kehalusan 5,4 s/d 7,5.. Pasir air yang digunakan
dalam pembuatan sampel beton adalah air yang
Sifat-sifat beton keras berasal dari PDAM dimana keberadaan fisik air
Sifat-sifat beton yang telah mengeras mempunyai jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
arti yang penting selama masa pemakaiannya. dan tidak mengandung kotoran.,serabut kelapa,
Sifat-sifat penting dari beton yang telah mengeras dan abu batu,
antara lain: kekuatan tekan beton dan kekuatan
tarik belah beton. Teknik pengambilan data
Perilaku mekanik beton keras merupakan Jumlah sampel ada 24 masing-masing
kemampuan beton di dalam memikul beban pada sampel terdiri dari empat sampel, terlihat pada
struktur bangunan. Kinerja beton keras yang baik tabel 3.1. Pembuatan benda uji terdiri dari empat
ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang tinggi, variasi campuran, yaitu 1) beton normal, 2) Beton
kuat tarik yang lebih baik, perilaku yang lebih normal + abu batu, 3) Beton normal + serabut
daktail, kekedapan air dan udara, ketahanan kelapa 1,5%, 4) Beton normal + abu batu dan
terhadap sulfat dan klorida, penyusutan rendah serabut kelapa 1,5%, 5) Beton normal + abu batu
dan keawetan jangka panjang. dan serabut kelapa 1% dan 6) Beton normal +
1. Faktor-faktor yang berpengaruh pada serabut kelapa 1%.
kekuatan beton ini, sesuai dengan latar Langkah pertama masukan air 70% dan obat
belakang penyebabnya, dibedakan dalam tiga beton (admix) kemudian masukan agregat kasar
kelompok yaitu: di lanjut dengan agregat halus aduk hingga
1. Sifat dan proporsi campuran beton merata, masukan semen kemudian aduk hingga
2. Kondisi pemeliharaan homogen setelah tercampur semua masukan sisa
3. Faktor pengujian air yang 30% nya setelah itu masukan bahan
Faktor-faktor tersebut dalam tiga posisi agar tambahan campuran lainya seperti abu batu dan
sama-sama kita mudah memahami. Itu sebabnya serabut kelapa ke dalam molennya selama 1
saya memberi judul postingan ini dengan (Faktor menit sampai campuran beton benar-benar
1. Sifat dan proporsi campuran beton). tercampur secara merata dan homogen.
Baiklah, mari kita langsung masuk pada Campuran beton yang sudah tercampur
pembahasan pokok. merata, di tuang ke dalam gerobak dan kemudian
a) Sifat dan proporsi campuran. adukan beton diukur kekentalannya dengan
Penentuan proporsi campuran beton adalah menggunakan metode slump test dari kerucut
tindakan pertama dalam proses desain campuran abrams-harder. Setelah melakukan pengukuran
untuk mencapai mutu yang diinginkan. Walau nilai slump, campuran beton dimasukan ke dalam
diakui bahwa pengaruh masing-masing cetakan silinder yang berukuran diameter 15 cm
komponen pembentuk beton pada kekuatan beton dan tinggi 30 cm dengan cara di bagi dalam tiga
bersifat interdependent, namun pengaruh tahapan. Masing-masing tahapan diisi 1/3 bagian
dominan dibawah ini perlu diperhitungkan.
95
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dari cetakan silinder dan kemudian dipadatkan HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan alat rojokan besi.
Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder Berdasarkan hasil pengukuran nilai slump
dibuka dan mulai dilakukan perawatan beton sebelum ditambahkan dan setelah ditambahkan
dengan cara di rendam dalam bak perendaman serabut kelapa memiliki nilai tertinggi pada Beton
sampai pada masa yang di rencanakan untuk normal + serabut kelapa 1,5% dengan nilai 14
melakukan pengujian. sebelum dan 7 setelah..
Menurut PBI 171 NI 2 (Peraturan Beton
Bertulang Indonesia) Pengukuran slump
dilakukan dengan alat sebagai a.kerucut abrams :
1) Kerucut terpancung, 2. Diameter atas 10 cm,
Diameter bawah 20 cm, Tinggi 30cm. b. Batang
besi penusuk : 1) Diameter 16 mm, 2) Panjang 60
cm, 3). Ujung di bulatkan. c. Alas : rata, tidak
menyerap air.
Menurut SNI 1972-2008 Pengukuran slump
dengan alat sebagai berikut: a.kerucut abrams: 2)
Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan Gambar 1. Pergeseran slump
bawah terbuka, 3) Diameter atas 102 mm, 4.
Diameter bawah 203 mm, 5). Tinggi 305 mm dan Hasil pengujian nilai slump untuk setiap beton uji
6) Tebal plat 1,5 mm. b. Batang besi penusuk: dapat dilihat pada tabel 3.
1) Diameter 16 mm, 2). Panjang 60cm, 3. memiliki
salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat Tabel 3, Nilai slump pada beton
setengah bola dengan diameter 16 mm , b. Alas : Kode Campuran Nilai slump Nilai slump
Datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air beton sebelum di setelah
dan kaku. tambahkan ditambahkan
serabut serabut
kelapa
A Beton normal 14 -
B Beton normal + 13,5 -
abu batu
C Beton normal + 14 7
serabut kelapa
1,5%
D Beton normal + 13,5 6
abu batu &
Gambar 1, Benda uji serabut kelapa
1,5%
Pengujian sampel Beton E Beton normal + 12,5 5,5
Sebelum di lakukan uji kuaat tekan, benda uji abu batu &
di timbang beratnya. Pengujian kuat tekan beton serabut kelapa
1%
di lakukan dengan menggunakan mesin kompres
F Beton normal + 12 5
elektrik berkapasitas 200 ton yang di gerakan serabut kelapa
secara manual. 1%
Kuat tekan beton dihitung menggunakan : Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dengan
…………………….. (1) pemakaian abu batu dan serabut kelapa dalam
P = gaya tekan aksial campuran beton maka nilai slump cenderung
A = luas penampang silinder = 17.671 cm2 turun. Hal ini disebabkan oleh adanya bahan
tambahan abu batu dan serabut kelapa yang
tinggi sehingga mengakibatkan volume udara dan
faktor air semennya menurun. Ini dikarenakan
sifat abu batu dan serabut kelapa yang memiliki
daya serap air yang sangat tinggi.

Kuat Tekan Silinder Beton


Kuat tekan beton diluji pada umur 7 hari, 14 hari,
21 hari dan 28 hari. Maksudnya untuk
mendapatkan hasil kekuatan tekan beton
optimum dengan menggunakan bahan tambahan
abu batu dan serabut kelapa. Kuat tekan beton

96
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

untuk beton A, B, C, D,E dan F dengan umur 7,


14, 21 dan 28 hari disajikan pada tabel 3

Tabel 3. Kuat tekan silinder beton


Berat
rata- Kuat %
Umur
Beton Simbol rata tekan Kuat
hari
silinder (kg/cm²) tekan
(kg)
A T-1 7 12,3 305 70,65
A T-1 14 12,2 375 86,8
A T-1 21 12,5 410 94,9
A T-1 28 i 12,4 450 104,2
B T-2 7 12,4 310 71,0
B T-2 14 12,0 380 88,0 Gambar 2. Hubungan antara hari dan kuat tekan beton.

B T-2 21 12,3 420 97,3


Melihat hasil kuat tekan beton pada tabel 3 maka
B T-2 28 12,3 455 105,4 beton yang dihasilkan masuk dalam kategori
C T-3 7 12,0 160 37,0 kelas 2 dan 3.
C T-3 14 12,1 250 57,9
Pola Retak Pengujian Kuat Tekan
C T-3 21 12,1 310 71,8 Penguian kuat tekan pada beton ditemui satu
C T-3 28 12,0 370 85,7 kasus yang menarik untuk diamati yaitu pola retak
D T-4 7 12,1 170 39,3 pada benda uji silinder seperti pada gambar 3.
Pola retak yang terjadi pada penelitian kuat tekan
D T-4 14 12,0 265 61,4 silinder beton adalah pola retak cone and shear
D T-4 21 12,0 330 76,4
D T-4 28 12,2 380 88,0
E T-5 7 12,0 270 62,5
E T-5 14 12,0 340 78,8
E T-5 21 12,1 390 90,4
E T-5 28 12,1 430 99,6
F T-6 7 12,2 280 64,9
F T-6 14 12,0 355 82,2
F T-6 21 12,0 400 92,7
F T-6 28 12,1 440 101,9
Gambar 3. Pola retak pengujian silinder beton
Pada beberapa benda uji beton silinder pada
Dari hasil pengujian sampel beton umur 7 hari
permulaan terdapat permukaan yang tidak
sampai dengan 28 hari diperoleh hasil kekuatan
merata. Hal ini disebabkan karena adanya
pada penambahan serabut kelapa mengalami
penyusutan yang terjadi pada beton pada saat
penurunan. Penurunan nilai kuat tekan pada
proses pengikatan,sehingga permukaan menurun
penambahan abu batu dan serabut kelapa di
dari keadaan semula. Oleh karena itu untuk
akibatkan oleh serat yang di masukan ke dalam
mendapatkan hasil yang maksimal pada benda
adukan beton maka akan mengurangi volume
uji, maka sebelum dilakukan pengujian benda uji
beton yang seharusnya diisi oleh pasta semen.
tersebut maka benda uji harus dicapping yang
bertujuan untuk mendapatkan permukaan yang
rata. Pada benda uji beton B yang berumur 28
hari mendapat 105,4% maka benda uji tersebut
masuk dalam standarisasi beton indonesia. Selain
itu beton A dan F berumur 28 hari juga masuk
dalam standar beton Indonesia dengan nilai
masing-masing sebesar 104,2% dan 101,9%.

KESIMPULAN

Penggunaan abu batu dan serabut kelapa


pada campuran beton dengan variasi 1% dari

97
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

agregat halus dapat menurunkan nilai slump. Polyester Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik
Penggunaan abu batu dan serabut kelapa pada Papan Beton Ringan. Jurnal Fisika Unand,
campuran beton dengan variasi 1% dari agregat 6(4).
halus dari volume beton berdampak pada Kartini, W. (2009). Pengaruh copper slag sebagai
penurunan nilai kuat tekan. cementitious terhadap kuat tekan beton.
Jurnal Teknik Sipil, 6(1), 8.
SARAN Mulyati, & Herman. (2015). Komposisi Dan Kuat
Tekan Beton Pada Campuran Portland
Perlu di teliti lebih lanjut penggunaan abu Composite Cement , Pasir Dan Kerikil
batu dan serabut kelapa ini dengan persentase Sungai. Jurnal Momentum ISSN : 1693-
yang lebih kecil dari yang sudah di laksanakan 752X. Jurnal Momentum, 17(2), 1–5.
guna mencari kadar optimum penggunaan abu P Sarjono, W., & Wajono, A. (2008). Pengaruh
batu dan serabut kelapa ini minimal mendekati Penambahan Serat Ijuk Pada Kuat Tarik
kuat tekan beton normal. Campuran Semen-Pasir Dan Kemungkinan
Aplikasinya. Jurnal Teknik Sipil, 8, 159–169.
UCAPAN TERIMA KASIH Prayitno, S., Sunarmasto, & Susanto, T. E.
(2016). Pengaruh Penambahan Serat
Terima kasih kami sampaikan kepada
Bendrat dan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat
PT.SCG Readymix Indonesia yang telah
Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus
memberikan tempat pada kami untuk melakukan
Elastisitas jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL,
uji kuat tekan beton.
1–9.
DAFTAR PUSTAKA Pribadi, A. (2015). Pemanfaatan Limbah Kertas
Koran Sebagai Bahan Pengganti Agregat
Arriandri Putra, M., Raya Prabumulih, J. K., & Kasar Dalam Campuran Papercrete Serta
Selatan, S. (2014). Pemanfaatan Kombinasi Aplikasinya Untuk Elemen Struktur Ringan
Limbah Abu Ampas Tebu Dan Abu KulitT dan Non Struktur Ramah Lingkungan. Jurnal
Kerang Sebagai Substitusi Semen Pada Teknik Lingkungan, 1, 1–50.
Campuran Beton Mutu K225 DenganNaCl Rismayasari, Y., & Santosa, U. (2012).
Sebagai Rendaman. Jurnal Teknik Sipil dan Pembuatan Beton dengan Campuran Limbah
Lingkungan (Vol. 2). Plastik dan Karakterisasinya. Universitas
Baeha, A. E., Sillo, T. H. Z., Laia, S., & Sebelas Maret.
Kurniawan, H. (2016).. Utilization Of Waste Safarizki, H. A. (2017). Pengaruh Bahan Tambah
Of Roof Tiles And Ceramics As Concreate- Serbuk Bata Dan Serat Fiber Pada Self
Mixed Of Rough Aggregate K-350. Jurnal Compacting Concreate (SCC). Jurnal Ilmiah
Teknik Dan Ilmu Komputer, 5(19), 247–255. Teknosains, 3(2).
Garcya, M. G., Djauhari, Z., & Kurniawandy, A. https://doi.org/10.26877/jitek.v3i2.1881
(2018). Pengaruh Penambahan Limbah Sisa Sebayang, S. (2010). Pengaruh Abu Terbang
Penyaringan Minyak Kelapa Sawit Sebagai Sebagai Pengganti Sejumlah Semen Pada
Bahan Tambah Terhadap Kuat Tekan Dan Beton Alir Mutu Tinggi. Jurnal Rekayasa,
Kuat Lentur Beton. JOM F TEKNIK (Vol. 5). 14(2), 116–123.
Hasan, H. (2012). Pengaruh Arang Tempurung https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.
Kelapa Terhadap Kuat Tekan Mortar. 004
SMARTek, 4(4). Retrieved from Sutrisno, A., & Widodo, S. (2005). Analisis Variasi
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMA Kandungan Semen Terhadap Kuat Tekan
RTEK/article/view/441 Beton Ringan StrukturalL Agregat. Jurnal.
Hudhiyantoro, & Hariyadi. (2012). Analisis Limbah Teknik Sipil, 3(2), 76.
Batubara (Fly Ash) Sebagai Alternatif Semen Trimurtiningrum, R. (2018). Pengaruh
Untuk Beton Pada Perisai Sinar Pengion Penambahan Serat Bambu Terhadap Kuat
Cobalt – 60 Ditinjau Dari Segi Biaya. Tarik dan Kuat Tekan Beton. Jurnal Hasil
Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Penelitian LPPM Untag Surabaya Januari,
Surabaya, 5(2), 80–89. 3(1), 1–6.
Ikhsan, M. N., Prayuda, H., & Saleh, F. (2016). Trinugroho, S. (2012). Usage variation material
Pengaruh Penambahan Pecahan Kaca added pure sugar dan ash charcoal briket on
Sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus dan mixed concrete high quality. Dinamika Teknik
Penambahan Fiber Optik Terhadap Kuat Sipil, 12(2), 189–193.
Tekan Beton Serat. Jurnal Ilmiah Semesta Winarto, S. (2017). Material Campuran Dalam
Teknika Vol. 19, No. 2, 148-156, November Beton Menahan Beban Tekan: Studi Kasus :
2016, 19(2), 148–156. Pembangunan Homestay Singonegaran
Jatmika, L. P., & Mahyudin, A. (2017). Pengaruh Kediri. U K a R S T, 1(1), 2017.
Persentase Serat Sabut Kelapa dan Resin

98
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KAPUR MODERN TERHADAP


BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN MORTAR BUSA

Anita Lestari Condro Winarsih1, M. Fauzie Siswanto 2, Djoko Sulistyo3


Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada1
Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada2,3

Jalan Grafika No. 2 Kampus UGM Yogyakarta


E-mail: anitalestari93@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan akan terjadinya gempa bumi, karena berada di
daerah Ring of Fire. Untuk itu diperlukan konstruksi bangunan yang lebih ringan guna mengurangi dampak
bahaya tersebut. Salah satu solusinya yaitu dengan menggunakan material ringan, sehingga dapat
mengurangi berat sendiri bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan variasi kapur modern terhadap berat jenis dan kuat tekan mortar busa sebagai material ringan
untuk bangunan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan campuran pasir, semen, air,
busa, dan kapur modern. Untuk membuat busa, digunakan foaming agent yaitu sejenis bahan kimia yang
dicampur dengan air dengan perbandingan 1:40. Busa yang digunakan sebesar 10% dan 15% dari jumlah
semen. Perbandingan semen:pasir 1:3 dengan nilai fas 0,65. Variasi kapur modern yang digunakan 0%,
10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dari jumlah semen. Jumlah benda uji 36 buah, berbentuk kubus ukuran
5x5x5 cm, dan diuji pada umur 28 hari yang mengacu pada standar SNI 03-6825-2002. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berat jenis rata-rata tertinggi terdapat pada busa 10% dengan variasi kapur modern
50% sebesar 1,128 gr/cm 3 dan terendah pada busa 15% dengan varasi kapur modern 30% sebesar 0,822
gr/cm3. Untuk kuat tekan rata-rata tertinggi terdapat pada busa 10% dengan variasi kadar kapur modern
10% sebesar 1,727 MPa dan terendah pada busa 15% dengan variasi kapur modern 50% sebesar 0,156
MPa. Berdasarkan hasil penelitian campuran busa 10% dan 15% menunjukkan bahwa semakin
bertambahnya variasi kapur modern yang digunakan maka berat jenis semakin meningkat dan kuat tekan
semakin menurun.

Kata kunci: mortar busa, foam agent, kapur modern

ABSTRACT

Indonesia is one of country which is vulnerable to earthquake, because this country is located in Ring of Fire
area. For this reason, is needed a lighter building construction to reduce the impact of the hazard. One of
solution is to use lightweight material, so that it can reduce the building’s self weight. The purpose of this
research is to determine the effect of adding modern lime variation to density and compressive strength of
mortar foam as lightweight material for building. This research uses experimental method with mixing of
sand, cement, water, foam, and modern lime. To make a foam, uses foaming agent it is a kind chemistry
material which is mixed with water and the ratio is 1:40. The foam used is 10% and 15% of the amount of
cement. The ratio of cement:sand is 1:3 with the fas value (w/c) is 0,65. The variation of modern lime used
0%, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% of the amount of cement. The object test are 36 pieces, the size of
cube is 5x5x5 cm, and tested at the age of 28 days based on SNI 03-6825-2002. The result of research
shows that highest average density is found in 10% foam with a variation of 50% modern lime is 1,128
gr/cm3 and the lowest on 15% foam with a variation of 30% modern lime is 0,822 gr/cm 3. For the highest
average compressive strength is 10% foam with a variation of 10% modern lime is 1,727 MPa and the lowest
on 15% foam with a variation of 50% modern lime is 0,156 MPa. Based on the results of foam mixture 10%
and 15% shows that the more variations in modern lime are used, the density increases and the
compressive strength decreases.

Keywords: mortar foam, foam agent, modern lime

99
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN
TUJUAN PENELITIAN
LATAR BELAKANG Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
Perkembangan dunia konstruksi sampai saat dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah
ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, sebagai berikut:
dimana para praktisi dan insan perguruan tinggi 1. Mengetahui pengaruh penambahan variasi
semakin giat untuk melakukan sebuah inovasi kapur modern terhadap berat jenis mortar
terbaru yang selanjutnya ditawarkan kepada busa.
masyarakat luas untuk diperkenalkan dan 2. Mengetahui pengaruh penambahan variasi
dimanfaatkan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia kapur modern terhadap kuat tekan mortar
merupakan salah satu negara yang rentan akan busa.
terjadinya gempa bumi, karena berada di daerah
Ring of Fire. Untuk itu diperlukan konstruksi METODE PENELITIAN
bangunan yang ringan dan lebih aman guna
mengurangi dampak bahaya tersebut. Salah satu
Lokasi Penelitian
solusinya yaitu dengan menggunakan material
Penelitian ini menggunakan metode studi
ringan, sehingga dapat mengurangi berat sendiri
eksperimental yang berlokasi di Laboratoriun
bangunan.
Bahan Bangunan Departemen Teknik Sipil dan
Mortar ringan merupakan campuran antara
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
agregat halus, semen, air, dan agregat lainnya
Mada. Sebelum dilakukan penelitian utama, telah
(Tjokrodimuljo, 2007). Dalam penelitian ini, mortar
dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan
ringan yang dimaksud adalah mortar dengan
komposisi campuran yang dianggap cukup optimal
penambahan busa (foam). Seperti yang kita
untuk penelitian utama.
ketahui, penambahan foam dalam campuran
mortar ini akan membentuk gelembung-
Persiapan Material
gelembung udara yang membuat mortar menjadi
Langkah awal dalam pelaksanaan penelitian
lebih ringan karena berkurangnya jumlah material
di laboratorium ini adalah melakukan persiapan
yang digunakan.
terhadap benda uji yang meliputi pencarian
Penelitian ini mencoba untuk membuat
sumber material yang diinginkan, penyaringan,
mortar busa yang terdiri dari campuran pasir,
dan penyimpanan material. Berikut material yang
semen, air, dan foam. Foam dibentuk dari foaming
digunakan dalam penelitian ini adalah:
agent yang dicampur dengan air sehingga
1. Agregat halus yang digunakan adalah pasir
menghasilkan foam yang stabil. Selain itu, dalam
Kali Konteng Sleman Yogyakarta dengan
penelitian ini juga menambahkan batu kapur
ukuran diameter seragam, yaitu lolos
(CaCO3) dalam bentuk butiran halus.
saringan 0,6 mm dan tertahan 0,3 mm.
Jenis batu kapur yang digunakan adalah
2. Semen yang digunakan jenis PPC merk
kapur modern, yaitu kapur yang sudah dihaluskan
Gresik dengan berat 40 kg/zak.
dan masih aktif. Pemilihan penggunaan kapur
3. Kapur yang digunakan adalah jenis kapur
dikarenakan sifat-sifat kapur yang berpotensi
modern yang sudah dihaluskan dan masih
untuk meningkatkan kuat tekan, lebih plastis,
aktif.
dapat mengeras dengan cepat setelah tercampur
4. Air yang digunakan berasal ari Laboratorium
dengan air, serta menghasilkan rekatan yang kuat.
Bahan Bangunan Departemen Teknik Sipil
Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini
dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
adalah untuk mendapatkan berat jenis mortar
Gadjah Mada.
kurang dari 1000 kg/m 3 dan nilai kuat tekan yang
5. Foam Agent yang digunakan adalah tipe G
setara dengan bahan penyusun dinding yang
Foam 1420 yang diproduksi oleh CV. Gunung
umum digunakan, yaitu 3-5 MPa. Hal ini sesuai
Derajat Surabaya.
dengan pendapat Satyarno (2007) yang
menyatakan bahwa berat jenis beton ringan non
Foam Agent
struktur untuk berat 240-800 kg/m3 memiliki kuat
Cara untuk membuat foam yaitu mencampur
tekan sekitar 0,35-7 MPa.
foam agent dan air dengan perbandingan 1:40
menggunakan alat foam generator yang diberi
RUMUSAN MASALAH
tekanan >45 psi. Pemeriksaan foam agent terdiri
Berdasarkan latar belakang yang telah
dari pemeriksaan fisik dan kimia. Pemeriksaan
dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam
fisik foam dilakukan secara visual yaitu dengan
penelitian ini sebagai berikut:
melihat konsistensi yang baik, tidak mudah pecah
1. Bagaimana pengaruh penambahan variasi
atau mencair, sehingga layak digunakan sebagai
kapur modern terhadap berat jenis mortar
bahan campuran dalam pembuatan mortar busa.
busa?
Sedangkan untuk pemeriksaan kimia foam
2. Bagaimana pengaruh penambahan variasi
dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan
kapur modern terhadap kuat tekan mortar
busa?
100
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada. Gambar 2. Diagram alir penelitian

Perhitungan Analisis Perencanaan Campuran


Perhitungan analisis perencanaan campuran
dilakukan sebelum uji pendahuluan (trial mix).
Setelah beberapa kali melakukan , kemudian
dipilih komposisi campuran yang dianggap cukup
optimal untuk dilakukan peneitian utama.

Gambar 1. Foam agent tipe G Foam 1420 Komposisi Campuran Mortar Busa
Kebutuhan material campuran mortar busa dapat
Diagram Alir Penelitian dilihat pada Tabel 1.

Mulai Tabel 1. Komposisi Campuran Mortar Busa per m3


Kadar Semen Pasir Kapur Air Busa
Kapur (kg) (kg) Modern (kg) (kg)
Studi literatur Modern (kg) 10% 15%
(%)
0 242,1 726,3 0 157,37 24,2 36,31
Persiapan alat dan bahan
10 242,1 726,3 24,21 157,37 24,2 36,31
20 242,1 726,3 48,42 157,37 24,2 36,31
Pemeriksaan bahan
30 242,1 726,3 72,63 157,37 24,2 36,31
40 242,1 726,3 96,84 157,37 24,2 36,31
Pasir Semen Air Kapur Foam 50 242,1 726,3 121,05 157,37 24,2 36,31
M d

Pemeriksaan Pemeriksaa Pemeriksaa Pemeriksaan Pemeriksaan


: n: n: : :
1. Berat Secara Bersih, tidak Secara Secara fisik Kebutuhan Benda Uji
jenis dan visual mengandun visual (visual) dan Pengujian berat jenis dan kuat tekan
kadar air butiran g lumpur, butiran tidak kimiawi.
2. Berat semen tidak tidak menggumpal
berbentuk kubus dengan ukuran 5x5x5 cm dengan
satuan menggumpa berbau, dan tidak tiap variasi untuk pengujian 28 hari masing-masing
3. Kandunga l dan tidak berubah sebanyak 3 buah. Tiap satu buah benda uji dapat
n lumpur mengeras. berminyak, warna
dan zat dan tidak menjadi digunakan untuk pengujian berat jenis dan kuat
tekan. Perbandingan semen:pasir sebesar 1:3
dengan nilai fas 0,65. Jumlah benda uji dapat
Spesifikas dilihat pada Tabel 2.
Tidak

Ya
Tabel 2. Jumlah benda uji mortar busa
Perencanaan campuran Kadar Kapur Busa Jumlah
Modern (%) 10% 15%
0 3 3 6
Uji pendahuluan 10 3 3 6
Tida
20 3 3 6
Y
30 3 3 6
Pembuatan benda uji 40 3 3 6
50 3 3 6
Total Benda Uji 36
Pengujian benda uji
Prosedur Pelaksanaan
Cetakan Benda Uji
Pada penelitian ini digunakan cetakan
Pengujian berat jenis Pengujian kuat tekan
berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm
berbahan dasar baja. Cetakan yang akan
digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi
Analisis data dengan oli.

Kesimpulan

Selesai

101
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

yang sama. Setelah adukan memenuhi cetakan,


permukaan tersebut diratakan dengan
menggunakan sendok spesi agar permukaan atas
hasilnya bagus dan rapi.
Setelah didiamkan minimal 24 jam, benda uji
dapat dikeluarkan dari cetakan dan disimpan di
tempat perawatan selama 28 hari. Benda uji diberi
Gambar 3. Cetakan benda uji mortar kode tanggal pengadukan dan keterangan-
Persiapan Alat Dan Bahan keterangan lain yang dibutuhkan untuk
Sebelum dilakukannya pekerjaan membedakan dengan variasi lain.
pengadukan, seluruh material yang digunakan
dipersiapkan terlebih dahulu. Pasir yang
digunakan adalah pasir yang lolos saringan 0,6
mm dan tertahan 0,3 mm sehingga harus
dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Setelah itu
pasir harus dalam kondisi jenuh kering-muka atau
Saturated Surface Dry (SSD).

Pengadukan Mortar Busa Gambar 5. Benda uji mortar busa variasi busa 10%
Material yang telah memenuhi persyaratan dengan kadar kapur modern 10%
pengujian sifat fisik dan karakteristik bahan
ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Material
yang terdiri dari pasir, semen, kapur modern, dan
air masing-masing ditimbang kemudian dimasukan
ke dalam wadah mesin pengaduk (mixer).
Pertama pasir, semen, dan kapur modern diaduk
menggunakan mixer terlebih dahulu hingga
tercampur seluruhnya. Setelah tercampur, Gambar 6. Benda uji mortar busa variasi busa 15%
dengan kadar kapur modern 0%
masukkan air ke dalam wadah mesin pengaduk
secara perlahan-lahan hingga merata. Pada saat
Perawatan Benda Uji (Curing)
bersamaan dilakukan juga pembuatan busa
Proses perawatan benda uji (curing) untuk
dengan perbandingan foam:air = 1:40 dan
mortar dilakukan dengan cara perendaman benda
dimasukan ke dalam alat foam generator yang
uji selama 28 hari. Namun, sekitar seminggu
diberi tekanan >45 psi. Setelah itu busa
sebelum 28 hari dilakukan pengambilan benda uji
dikeluarkan dan ditimbang sesuai kebutuhan.
dari rendaman dan kemudian diangin-anginkan
Kemudian dicampurkan ke dalam wadah mesin
sampai waktu pengujian.
pengaduk (mixer) yang berisi pasir, semen, kapur
modern, dan air yang telah tercampur tadi.

Gambar 4. Proses pengadukan mortar busa


Gambar 7. Proses perendaman benda uji
Pencetakan Benda Uji Pengujian Benda Uji
Cetakan benda uji yang berbentuk kubus Pengujian Berat Jenis Mortar Busa
ukuran 5 x 5 x 5 cm dipersiapkan terlebih dahulu, Berat jenis digunakan untuk menentukan
kemudian dibersihkan dan diolesi dengan oli. Hal volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari
ini bertujuan agar pada saat mortar telah
agregat akan menentukan berat jenis dari beton
mengeras tidak menempel pada cetakan sehingga
sehingga menentukan banyaknya campuran
dapat mempermudah proses pelepasan benda uji agregat dalam campuran beton.
dari cetakan.
Pengisian adukan ke dalam cetakan
dilakukan dalam 3 tahap. Setiap tahap pengisian, ………………………………………(1)
adukan dimasukan sepertiga dari tinggi cetakan
terlebih dahulu, kemudian cetakan digoyang- dimana:
goyang agar adukan turun ke bawah sehingga Bj : berat jenis beton (gr/cm 3)
homogen dan benda uji tidak keropos pada saat Wb : berat beton (gram)
mengeras. Untuk lapisan berikutnya dilakukan hal p : panjang (cm)
102
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

l : lebar (cm) Analitik Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan


t : tinggi (cm) Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah
Mada. Hasil pemeriksaan kimia foam agent
Pengujian Kuat Tekan Mortar Busa ditunjukkan pada Tabel 3.
Kuat tekan mortar adalah besarnya beban
per satuan luas yang menyebabkan benda uji Tabel 3. Hasil pemeriksaan kimia foam agent
beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan G Foam 1420
tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Parameter Hasil Pengukuran (%) Metode
Menurut SNI 03-6825-2002 kuat tekan dapat I II III
dihitung dengan rumus: MgO 0,0095 0,0092 0,0091 Atomic
Na2O 7,7597 7,8096 7,7098 Absorp.
Cl- 0,0180 0,0216 0,0216 Spect.
…………………………...………(2)
Hasil Pengujian Mortar Busa
dimana: Pengujian Berat Jenis Mortar Busa
: kekuatan tekan mortar (MPa) Pengujian berat jenis dilakukan dengan
menggunakan benda uji kubus berukuran 5 x 5 x 5
: gaya tekan maksimum (N) cm. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
A : luas penampang benda uji (mm2) perbedaan nilai berat jenis mortar busa adalah
pada waktu proses pengadukan, konsistensi foam
Pengujian kuat tekan mengacu pada SNI 03- agent, dan penuangan adukan mortar ke dalam
6825-2002. Pengujian ini menggunakan mesin uji cetakan. Proses pengadukan yang terlalu lama
tekan merk Avery Denison dengan kapasitas dapat menyebabkan foam pecah, sedangkan
beban maksimum 200 kN. Pengujian kuat tekan proses pengadukan yang terlalu cepat dan
dapat dilihat pada Gambar 2. berikut ini: menyebabkan foam tidak tercampur secara
merata. Berikut hasil pengujian berat jenis rata-
rata mortar busa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan berat jenis mortar busa umur


28 hari busa 10% dan 15%
Kapur Berat Jenis (gr/cm3)
Modern (%) Busa 10% Busa 15%
0 1,068 0,935
10 1,113 0,882
20 1.125 0.919
Gambar 8. Pengujian kuat tekan mortar busa
30 1,095 0.822
40 1,061 0.839
Analisis Data 50 1,128 0,906
1. Melakukan input data
Mencatat semua hasil pengujian berat jenis
dan kuat tekan pada umur 28 hari
Menganalisis dan mengolah data
2. Data hasil pengujian diolah dan dianalisis
sesuai dengan persamaan-persamaan dan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Pembahasan hasil penelitian merupakan
penjelasan teoritis, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
3. Menentukan benda uji yang paling optimal dan
memenuhi persyaratan, berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilaksanakan.
Gambar 9. Perbandingan berat jenis mortar busa
umur 28 hari busa 10% dan 15%
HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN FOAM AGENT


Secara visual foam yang diperoleh sudah
memiliki konsistensi yang baik, tidak mudah pecah
atau mencair. Sehingga layak digunakan sebagai
bahan campuran dalam pembuatan mortar busa.
Sedangkan untuk pemeriksaan kimia foam
dilakukan pengujian melalui Laboratorium Kimia

103
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 5. Perbandingan kuat tekan rata-rata mortar


busa umur 28 hari busa 10% dan 15%
Kapur Kuat Tekan (MPa)
Modern (%) Busa 10% Busa 15%
0 1.608 0,732
10 1.727 0,486
20 1.309 0.473
30 0,991 0,213
40 0,824 0,222
50 0,788 0,156

Gambar 10. Hubungan antara berat jenis mortar busa


dengan kadar kapur modern
Gambar 9 dan 10 menunjukkan bahwa
semakin bertambahnya kadar kapur modern yang
digunakan, maka berat jenis mortar busa umur 28
hari variasi busa 10% dan 15% semakin berat.
Berat jenis rata-rata tertinggi untuk variasi busa
10% terdapat pada variasi kapur modern 50%
yaitu sebesar 1,128 gr/cm 3, sedangkan untuk berat
jenis rata-rata terendah pada variasi kapur modern
Gambar 11. Perbandingan kuat tekan mortar busa
0% yaitu sebesar 1,068 gr/cm 3. Berat jenis rata-
umur 28 hari busa 10% dan 15%
rata tertinggi busa 15% terdapat pada variasi
kapur modern 0% yaitu sebesar 0,935 gr/cm 3,
sedangkan untuk berat jenis rata-rata terendah
pada variasi kapur modern 30% yaitu sebesar
0,822 gr/cm3. Semakin bertambahnya foam yang
digunakan dalam campuran beton, maka berat
jenis semakin ringan (Megayantha, 2013). Pada
campuran busa 10% dengan variasi kapur modern
30% dan 40% berat jenisnya mengalami
penurunan. Namun kembali normal pada variasi
kapur modern 50%. Sedangkan pada campuran
busa 15%, berat jenis mengalami ketidakstabilan
hampir disemua variasi. Hal ini disebabkan karena
sulitnya mendapatkan foam yang terjaga dengan Gambar 12. Hubungan antara kuat tekan mortar busa
sempurna, baik pada saat proses pengadukan dengan kadar kapur modern
maupun pada saat penuangan ke cetakan,
sehingga konsistensi foam tidak stabil. Gambar 11 dan 12 menunjukkan bahwa
semakin bertambahnya busa dan kadar kapur
PENGUJIAN KUAT TEKAN MORTAR BUSA modern yang digunakan, maka kuat tekan mortar
busa umur 28 hari mengalami penurunan. Hal ini
Pengujian kuat tekan pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Megayantha (2013) yang
menggunakan SNI 03-6825-2002 tentang benda menyatakan bahwa semakin banyak kadar foam
uji berbentuk kubus ukuran 5 x 5 x 5 cm dengan dalam campuran beton maka kuat tekan beton
jumlah sampel tiap variasi 3 buah dan pengujian akan semakin menurun.
dilakukan pada saat mortar busa mencapai umur Kuat tekan rata-rata tertinggi busa 10%
28 hari. Pengujian kuat tekan mortar busa terdapat pada variasi kapur modern 10% yaitu
dilakukan dengan menggunakan alat Universal sebesar 1,727 MPa, sedangkan untuk kuat tekan
Testing Machine (UTM). Sebelum benda uji di tes, rata-rata terendah pada variasi kapur modern 50%
terlebih dahulu benda uji diukur dimensi dan yaitu sebesar 0,788 MPa. Kuat tekan rata-rata
ditimbang beratnya. Kemudian dilakukan tertinggi busa 15% terdapat pada variasi kapur
pembebanan sampai maksimum pada benda uji modern 0% yaitu sebesar 0,732 MPa, sedangkan
yang ditandai dengan kehancuran benda uji. Hasil untuk kuat tekan rata-rata terendah pada variasi
yang terbaca pada UTM adalah beban maksimum kapur modern 50% yaitu sebesar 0,156 MPa.
yang menyebabkan benda uji mengalami Kuat tekan rata-rata mortar busa yang
keruntuhan. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata dihasilkan dalam penelitian ini lebih rendah jika
mortar busa dapat dilihat pada Tabel 5. dibandingkan dengan hasil kuat tekan rata-rata
penelitian yang telah dilakukan oleh Ratnasari
(2017). Kuat tekan rata-rata yang dihasilkan dalam
104
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

penelitiannya pada umur 28 hari sebesar 5,05 Sebagai Material Akustik. Yogyakarta:
MPa, sedangkan dalam penelitian ini kuat tekan Universitas Gadjah Mada.
rata-rata tertinggi hanya mencapai 1,727 MPa. Satyarno, I., 2007. Perancangan Praktis
Tingginya nilai kuat tekan rata-rata yang dihasilkan Campuran Beton dengan Pengerjaan dan
pada penelitian Ratnasari (2017) dikarenakan Persyaratan Khusus. Yogyakarta.
pemakaian superplasticizer. SK SNI S-04-1989-F, 1989. Spesifikasi Bahan
Menurut Satyarno (2007), beton ringan yang Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
memiliki kuat tekan antara 0,37-7 MPa merupakan Logam). Badan Standardisasi Nasional,
jenis beton nonstruktur. Berdasarkan SNI 03-6882- Jakarta.
2002 mortar dengan penambahan busa SNI 03-1970-2008, 2008. Cara Uji Berat Jenis dan
dikategorikan sebagai tipe O dan dapat digunakan Penyerapan Agregat Halus. Badan
untuk partisi bukan pemikul beban, dekoratif dan Standardisasi Nasional, Jakarta.
pelindung. SNI 03-2816-2014, 2014. Metode Uji Bahan
Organik dalam Agregat Halus untuk Beton.
KESIMPULAN Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
SNI 03-6825-2002, 2002. Metode Pengujian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kekuatan Mortar Semen Portland untuk
menunjukkan bahwa berat jenis mortar busa rata- Pekerjaan Sipil. Badan Standardisasi
rata tertinggi pada umur 28 hari secara Nasional, Jakarta.
keseluruhan terdapat pada busa 10% dengan SNI 03-6882-2002, 2002. Spesifikasi Mortar Untuk
variasi kapur modern 50% yaitu sebesar 1,128 Pekerjaan Pasangan. Badan Standardisasi
gr/cm3 dan variasi terendah pada busa 15% Nasional, Jakarta.
dengan variasi kapur modern 30% yaitu sebesar SNI 15-0302-2004, 2004. Semen Portland
0,822 gr/cm3. Pozolan. Badan Standardisasi Nasional,
Kuat tekan mortar busa umur 28 hari dengan Jakarta.
menggunakan campuran busa 10% dan variasi Tjokrodimuljo, K. (2007). Teknologi Beton.
kapur modern 10% memiliki kuat tekan rata-rata Penerbit KMTS FT UGM. Yogyakarta
tertinggi dibandingkan dengan variasi yang lain,
yaitu sebesar 1,727 MPa. Sedangkan untuk variasi
terendah ada pada campuran busa 15% dengan
kadar kapur modern 50% yaitu sebesar 0,156
MPa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya busa yang digunakan, maka berat
jenis semakin ringan dan kuat tekan semakin
rendah. Selain itu, semakin banyak penambahan
kapur modern maka kuat tekan juga akan semakin
menurun, namun untuk berat jenis akan semakin
meningkat. Oleh karena itu penambahan kadar
kapur modern yang paling optimal dari penelitian
ini adalah menggunakan busa 10% dengan variasi
kapur modern 10%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada


staf Laboratorium Bahan Bangunan, Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada yang telah membantu
dalam proses pembuatan dan pengujian benda uji.

DAFTAR PUSTAKA

Megayantha, I. K. C., 2013. Sifat Fisik dan


Mekanik Beton Aerasi dengan Penambahan
Foam Organik Sebesar 30% dan 90%
terhadap Volume Mortar. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Ratnasari, Heti., 2018. Pengaruh Perbandingan
Semen-Pasir terhadap Sifat Beton Busa

105
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

106
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH PRESTRESS TERHADAP MEKANIKA STRUKTUR


SLAB TRACK CRTS III PADA PEMBEBANAN STATIK

Muchtar Sufaat1, Ali Awaludin2, Andreas Triwiyono3, Iman Satyarno4, Akhmad Aminullah5, Mukhlis
Sunarso6, Guntara Muria Adityawarman7
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1,2,3,4,5
PT. Wijaya Karya Beton 6,7

Jl. Grafika No.2, Kampus UGM, Sleman, Yogyakarta, Indonesia


E-mail: muchtarsufaat@gmail.com

ABSTRAK

Lintasan kereta cepat Jakarta-Surabaya direncanakan menggunakan struktur slab track (non-balasted
track). Analisis statik linier dengan model elemen hingga dilakukan pada struktur Slab Track CRTS III.
Idealisasi analisis model berupa elemen beam untuk rel, elemen konektor elastik untuk sistem penambat,
elemen 3-D Solid untuk komponen sistem slab, dan elemen kontak permukaan untuk hubungan komponen
sistem slab. Gaya akibat Load Model-71 diberikan pada struktur slab track (non-prestress dan prestress) di
atas dukungan elastik tanah. Tegangan dan deformasi komponen struktur slab track dievaluasi pada
berbagai nilai prestress. Berdasarkan hasil simulasi model, prestress pada slab track tidak mempengaruhi
nilai deformasi sistem. Pemberian prestress hanya mempengaruhi nilai tegangan pada komponen sistem
slab. Peningkatan nilai prestress berbanding lurus dengan reduksi nilai tegangan tarik pada slab track.

Kata kunci: Kereta cepat Jakarta-Surabaya, Slab Track CRTS III, Metode elemen hingga, Prestress.

ABSTRACT

The high-speed railway track Jakarta-Surabaya prepared using a slab track structure (non-ballasted
track). Linear static analysis is carried out on finite element model of Slab Track CRTS III structure.
Idealizationn of analysis model includes beam elements for rails, elastic connector elements for fastening
systems, 3-D Solid elements for slab system components, and contact elements for slab system connection.
Force due to Load Model-71 applied to the slab track (non-prestressed and prestressed) on elastic
foudation. stress and deformation of slab track components are evaluated at various prestressing values.
Refer to the results of this analysis, changing the prestress value does not affect the system deformation. It
only affects the stress values of slab system components. Increasing prestress value proportionally reduce
the slab track tensile stress value.

Keywords: High-speed train Jakarta-Surabaya, Slab Track CRTS III, Finite element model, Prestress

PENDAHULUAN Track CRTS III digunakan sebagai rencana


struktur lintasan kereta cepat Jakarta-Surabaya.
Latar Belakang Penelitian numerik tentang mekanika struktur
slab track telah banyak dilakukan. Xu dan Li
Indonesia saat ini sedang mengembangkan (2012) melakukan analisis numerik pada slab
perencanaan dan pembangunan sarana track menggunakan program ANSYS.
prasarana perkeretaapian modern. Pembangunan Karakteristik mekanik komponen slab track
kereta cepat Jakarta-Bandung oleh PT. Kereta (Lintasan Suining-Chongqing, Cina) dievaluasi
Cepat Indonesia China menjadi awal realisasinya. berdasarkan baban berat sendiri, beban kereta
Perencanaan berikutnya yaitu pembangunan dan efek temperatur. Sun, L., dkk. (2013)
kereta cepat Jakarta-Surabaya. Struktur lintasan melakukan analisis statik pada Ballastless Track
kereta cepat Jakarta-Surabaya sedang dalam CRTS III. Analisis metode elemen hingga
tahap studi evaluasi. dilakukan dengan program ABAQUS. Tegangan
Konstruksi lintasan kereta umumnya dibagi maksimum komponen ballastless track dievaluasi
dua tipe utama, dikenal sebagai ballasted track pada berbagai posisi pembebanan kritis.
dan ballastless track (slab track). Sistem ballasted Struktur Slab Track CRTS III merupakan
track terdiri dari rel, sistem penambat (fastener), struktur slab dengan prestress pada kedua
bantalan, balas, dan subgrade. Pada sistem slab arahnya. Kriteria penerimaan desain dari slab
track, lapisan beton menggantikan fungsi dari track adalah salah satunya tidak terjadi crack
balas. Detail konstruksi lintasan kereta pada komponen slab beton. Prestress ditujukan
diperlihatkan pada Gambar 1. Alih Teknologi Slab untuk mereduksi tegangan tarik pada slab track.

107
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Paper ini membahas pengaruh prestress pada 15528 atau menggunakan load model sesuai
mekanika struktur komponen slab track spesifik kereta yang akan digunakan.
berdasarkan analisis numerik. Struktur Slab Track CRTS III
Penambat
(Fastener)
Rel Bantalan Slab Track CRTS III merupakan teknologi
Balas
Sub-Balas
hak paten Cina. Sistem ini dikembangkan dari
CRTS I dan CRTS II. Struktur Slab Track CRTS III
menggunakan prestress pada kedua arahnya.
Perbedaan lain dari sistem CRTS I dan CRTS II
Subgrade yaitu, interlayer menggunakan self-compacting
(a) ballasted track concrete sebagai pengganti Cement Asphalt
Rel Mortar. Konstruksi slab untuk interlayer dicor
Penambat
(Fastener)
Slab ditempat. Baselayer (concrete roadbed) berupa
Inter Layer
beton tanpa tulangan dicor menerus memenjang
Base Layer
lintasan. Detail sistem Slab Track CRTS III
diperlihatkan pada Gambar 3.
Subgrade

(b) slab track


Gambar 1. Konstruksi Lintasan Kereta

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di


atas, bagaimana pengaruh prestress terhadap
mekanika struktur komponen slab track perlu
Gambar 3. Slab Track CRTS III (Yuan, dkk., 2016)
diketahui. Mekanika struktur slab dianalisis
dengan metode numerik. Program ABAQUS
digunakan untuk menyelesaikan pemodelan Dukungan Tanah
analisis numerik dengan metode elemen hingga.
Dukungan tanah dalam penelitian ini
dimodelkan dengan coeffisient of sabgrade
Tujuan reaction. Dukungan elastik tanah arah vertikal
(coeffisient of sabgrade reaction) adalah suatu
Tujuan dari penelitian ini adalah: hubungan konseptual antara tekanan tanah dan
1. Melakukan analisis deformasi komponen slab lendutan. Persamaan 1 memperlihatkan fungsi
track akibat prestress. dari dukungan elastik tanah.
2. Melakukan analisis gaya fastener akibat q
prestress k s  ........................................................ (1)
δ
3. Melakukan analisis tegangan komponen slab
track akibat prestress. dengan :
ks = dukungan elastik tanah (N/mm2/mm)
q = tekanan pada dasar pondasi (N/mm 2)
METODE δ = penurunan (mm)

Pembebanan Vertikal Kereta Model Elemen Hingga

250 kN 250 kN 250 kN 250 kN Analisis numerik berupa pemodelan metode


80 kN/m 80 kN/m elemen hingga dengan program ABAQUS.
Pembebanan berupa beban statik dari LM-71.
Material dari struktur di modelkan linier. Detail
model elemen hingga dari Struktur Slab Track
0.8 m 1.6 1.6 m 1.6 m 0.8 m
CRTS III dijelaskan pada Tabel 1.
Gambar 2. Load Model-71 (EN-1991-2, 2003)
Simetri model elemen hingga dengan
panjang model 5 slab dibuat serperti Gambar 4.
Desain beban vertikal kereta berdasarkan Kondisi batas sistem simetri model adalah
EN-16432-1 (2017) menggunakan LM-71. U1=UR2=UR3=0. Komponen sistem slab
Gambar 2 adalah konfigurasi dari LM-71. Semua dimodelkan sebagai elemen 3-D Solid. Friksi yang
beban dari jenis-jenis kereta api yang ada di terjadi pada interaksi komponen sistem slab
Eropa dapat diwakili oleh LM-71. Alternatif lain diabaikan. Elemen kontak permukaan menjadi
dalam desain pembebanan dapat menggunakan definisi interaksi komponen sistem slab. Rel
jenis-jenis load model berdasarkan kategori dianalisis sebagai sebagai elamen beam. Fungsi
lintasan kereta api yang tercantum pada EN- fastener mentransfer beban dari rel ke slab

108
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dimodelkan sebagai elemen konektor elastik. elemen kontak elastik podasi.


Dukungan tanah dimodelkan menggunkan

Gambar 4. Model elemen hingga

Tabel 1. Parameter model elemen hingga


Komponen Elemen Rincian Nilai Satuan
Rel UIC 60 Beam Berat jenis (ρ) 7800 kg/m3
Modulus elastisitas (E) 210 GPa
Luas penampang (A) 76,70 cm2
Momen inersia (I) 3038,3 cm4
Garis netral (yb) 80,9 mm
Penambat (Fastener) Spring Kekakuan (K) 40 kN/mm
Spasi 630 mm
Slab CRTS III 3-D Solid Berat jenis (ρ) 2400 kg/m3
fc’ = 60 MPa Modulus elastisitas (E) 36,4 GPa
Angka Poison (ν) 0,2
Tebal (t) 200 mm
Panjang (p) 5600 mm
Lebar (l) 2500 mm
Tulangan Truss Berat jenis (ρ) 7800 kg/m3
Slab CRTS III Modulus elastisitas (E) 210 GPa
Tegangan leleh (fy) 400 MPa
Prestress Truss Berat jenis (ρ) 7800 kg/m3
Slab CRTS III Modulus elastisitas (E) 210 GPa
Tegangan leleh (fy) 1700 MPa
Interlayer 3-D Solid Berat jenis (ρ) 2400 kg/m3
Modulus elastisitas (E) 33,2 GPa
Angka Poison (ν) 0,2
Tebal (t) 100 mm
Panjang (p) ̴ mm
Lebar (l) 2500 mm
Baselayer 3-D Solid Berat jenis (ρ) 2400 kg/m3
fc’ = 25 Mpa Modulus elastisitas (E) 23,5 GPa
Angka Poison (ν) 0,2
Tebal (t) 300 mm
Panjang (p) ̴ mm
Lebar (l) 3100 mm

109
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Interaksi komponen sistem slab Contact Suface Frictionless


Dukungan Tanah Elastic Foundation Elastik pondasi (ks) 0,025 kN/mm2/mm
Analisis model elemen hingga dilakukan
pada ukuran mesh 50 mm (1/4 pembagian tebal
slab). Ukuran mesh dioptiimalkan berdasarkan
kemampuan data yang mampu dijalankan oleh
komputer. Penyimpangan relatif analisis dengan
mesh 50 mm antaralain, tegangan lateral slab
11,02 %, tegangan longitudinal slab 10,45 %,
tengangan lateral interlayer 25,34 %, tengangan
longitudinal interlayer 27,59 %, tengangan lateral
baselayer 5,43 %, dan tengangan longitudinal
baselayer 6,47 %.

Skema Analisis

Analisis dilakukan untuk mengetahui


pengaruh prestress pada komponen struktur Slab
Track CRTS III. Skema analisis dijabarkan pada
Gambar 5.

Gambar 6. Sistem Prestress slab track


Beban berupa LM-71, dukungan tanah dan
struktur Slab Track CRTS III sebagai input.
Besaran Nilai prestress menjadi variabel analisis.
Nilai prestress divariasi pada 0, 20%, 40%, 60%
dan 80% dari kapasitas tegangan prestress.
Gambar 6 memperlihatkan sistem prestress pada
Gambar 5. Skema Analisis slab track. Output analisis pengaruh prestress
adalah deformasi rel, tegangan rel, gaya fastener,
deformasi komponen sistem slab dan tegangan
komponen sistem slab.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deformasi dan Tegangan Rel

AREMA membatasi deformasi vertikal rel dan


tegangan rel akibat lentur pada desain slab track.
Deformasi dan tegangan yang terjadi harus
dikontrol agar tidak melewati standar. Secara
umum pola deformasi dan tegangan pada rel
dijelaskan Gambar 7.

Gambar 7. Penyebaran gaya fastener


110
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Hasil analisis model elemen hingga Gambar 10 memperlihatkan nilai gaya


memperlihatkan prestress tidak mempengaruhi fastener tidak dipengaruhi oleh prestress pada
tegangan dan deformasi rel (Gambar 8). Struktur slab. Nilai dan penyebaran gaya fastener
rel berprilaku sebagai beam dengan dukungan ditentukan oleh kekakuan respon sistem struktur.
elastik di atas fastener. Respon fastener dalam Kekakuan respon yang dimaksud adalah
menerima gaya merupakan faktor penentu nilai kekakuan rel, kekakuan vertikal fastener dan
defomasi dan tegangan pada beam. kekakuan sistem slab di atas dukungan tanah.
Komponen rel dan fastener berupa variabel tetap.
Variabel nilai prestress diberikan pada komponen
sistem slab. Kekakuan sistem slab akibat
prestrees dibahas pada sub bahasan selanjutnya.

Gambar 10. Grafik pengaruh prestress pada fastener

Deformasi dan Tegangan Pada Komponen


Sistem Slab

Gambar 8. Pengaruh prestress pada struktur rel Komponen sistem slab tersusun dari slab
(a) deformasi rel, (b) tegangan rel track, interlayer (self-campacting concrete) dan
Gaya Pada Respon Fastener baselayer (concrete roadbed). Prestress
dilakukan pada slab track. Kontur tegangan
Penentuan produk sistem fastener komponen slab track diperlihatkan pada Gambar
merupakan salah satu aspek penting dalam 11.
desain slab track. Produk sistem fastener memiliki
spesifikasi berbeda-beda. Setiap produk memiliki
spesifikasi kapasistas maksimum beban yang
mampu diterima. Gambar 9 menunjukkan
penyebaran respon gaya pada fastener.

Gambar 9. Penyebaran gaya fastener

111
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

(a) tengangan lateral

(b) tengangan longitudinal


Gambar 11. Kontur tegangan slab track tanpa prestress

112
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 12. Pengaruh prestress pada pada


komponen sistem slab.
Gambar 12 menunjukkan prestress mepengaruhi
tegangan yang terjadi pada sistem slab,
sedangkan pada deformasi tidak terlihat karena
perubahan yang sangat kecil. Prestress akan
memberikan gaya tekan pada beton slab track.
Tegangan tekan dari prestress komponen slab
track terjadi saat kondisi awal. Tegangan tarik
komponen slab track kondisi akhir pembebanan
tereduksi akibat adanya prestress. Reduksi
tegangan tarik akibat prestress dari hasil analisis
regresi adalah 0,00117 Ps (Tegangan Lateral)
dan 0,00183 Ps (Tegangan Longitudinal).
Komponen sistem slab memiliki nilai
deformasi yang sama antar komponennya (slab
track, interlayer, baselayer). Prestress tidak
menyebabkan perubahan besar pada nilai
deformasi komponen slab track. Deformasi
komponen slab track mengikuti perubahan
kekakuan strukturnya. Prestress dipasang diarea
titik berat penampang komponen slab track,
sehingga tidak memberikan efek pada kekakuan
komponen slab track.
Hasil analisis juga menunjukkan tegangan
tarik pada komponen interlayer dan baselayer
mengalami reduksi akibat prestress. Perubahan
kekakuan yang kecil pada komponen slab tetap
akan mempengaruhi tegangan pada sistem,
namun besarnya pengaruh relatif kecil juga.

KESIMPULAN

Dalam paper ini, Analisis numerik dilakukan


untuk mengetahui pengaruh prestress terhadap
mekanika struktur slab track CRTS III di atas
dukangan elastik tanah dan beban statik dari LM-
71. Analisa mekanika struktur berupa deformasi
rel, tegangan rel, gaya respon fastener, deformasi
pada komponen sistem slab dan tegangan tarik
pada komponen sistem slab. Berdasarkan hasil
dan pembahasan, pengaruh prestress hanya
terjadi pada tegangan komponen sistem slab.
Peningkatan nilai prestress berbanding lurus
dengan reduksi nilai tegangan tarik pada slab
track. Reduksi tegangan tarik akan meningkatkan
kapasitas penerimaan desain slab track terhadap
crack. Pemberian prestress pada slab track
memungkinkan untuk optimalisasi desain berupa
dimensi atau material, namun tetap

113
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

memperhatikan kriteria penerimaan deformasi


sistem yang terjadi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimaksih kepada PT.


Wijaya Karya Beton telah memberi dukungan
peralatan komputer sebagai alat analisis pada
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

AREMA (2017). Part 27 Concrete Slab Track.


Landover, MD, USA
EN-1991-2, 2003. Traffic loads on bridges.
Actions on structures.
EN-15528, 2015. Line categories for managing
the interface between load limits of vehicles
and infrastructure. Railway applications.
EN-16432-1 (2017). General Requirements.
Railway Aplications-Ballastless track
systems.
EN-16432-2 (2017). System Design, Subsystems
and Components. Railway Aplications-
Ballastless track systems.
Esveld, C. (2001). Modern Railway Track, Second
Edition. Delft University of Technology.
Freudenstein (2018). Ballastless Tracks. Ernst &
Sohn Wiley, Berlin.
Sun, L., Duan, Y., Yang X. (2013). Static
Response Analysis of CRTS III Type Slab
Ballastless Track. Jurnal of Railway
Engineering Society, 16(11): 32-39.
Xu, Q., dan Li, B. (2012). Study on Spatial
Mechanical Characteristic of High-Speed
Railway Ballastless Slab Track on Subgrade.
Advanced Material Reasearch, Switzerland:
Trans Tech Publications.
Yuan, X., Tian, G., Wangdan, K., dan Zhai, W.
(2016). Analysis on the Dynamic
Performance of a High-Speed Train Running
on Different. International Conference on
Transportation and Development.

114
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP


KUALITAS EKOSEMEN ABU CANGKANG BEKICOT
DAN ABU JERAMI PADI
Achendri M. Kurniawan1, Devita Sulistiana2
Program Studi Teknik Sipil, FT UNISBA Blitar1
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP UNISBA Blitar2
Jl. Majapahit No. 4-5, Blitar
E-mail: achendri.ac@gmail.com

ABSTRAK

Keberadaan kegiatan produksi semen pada suatu daerah selain memberikan banyak manfaat
terutama di bidang konstruksi, juga menjadi ancaman ekologis yang serius. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
dan dikaji bahan baku alternatif agar proses produksinya lebih ramah terhadap lingkungan dengan
pemanfaatan cangkang bekicot dan jerami padi sebagai sumber CaO dan SiO 2. Dalam prosesnya, untuk
menghasilkan semen, bahan baku semen dibakar sampai meleleh untuk membentuk klinker. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas ekosemen yang dihasilkan dari pembakaran dengan suhu yang
berbeda. Ekosemen diperoleh dengan mencampurkan abu cangkang bekicot, AJP, pasir besi, dan tanahliat.
Kualitas semen diketahui dengan mengukur kuat tekan mortar setelah penyimpanan 28 hari.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, pembakaran bahan pada suhu 1000 oC menghasilkan
ekosemen berbentuk amorf, sementara pembakaran pada suhu 1500 oC menghasilkan ekosemen berbentuk
kristalin. Uji XRD menunjukkan bahwa ekosemen suhu 1000oC mengandung 53% dikalsium silikat (C2S) dan
47% kalsium silikat. Sementara uji XRF bahan pada suhu 1500oC menunjukkan kandungan Ca 59,9%, Si
3,3%, Fe 5,97%, dan K 8,92%. Uji kualitas bahan (suhu 1000oC) menunjukkan kuat tekan terbesar pada
variasi semen tipe A yaitu sebesar 7,94Kg/cm 2. Sementara tingkat kekerasan bahan (suhu 1500oC)
menunjukkan bahan ekosemen tipe A memiliki tingkat kekerasan terendeh, yaitu 574,4 HV. Dari hasil
penelitian disimpulkan bahwa semakin banyak abu cangkang bekicot yang ditambahkan, maka kuat tekan
mortar semakin baik dan tingkat kekerasan bahan semakin menurun. Pembakaran pada suhu 1000 oC belum
bisa membentuk senyawa C3S yang merupakan senyawa utama semen portland, namun pada suhu
maksimal 1500oC telah mengubah wujud dan sifat fisis bahan menjadi kristalin.

Kata kunci: ekosemen, abu cangkang bekicot, abu jerami padi, kuat tekan, temperatur, kekerasan

ABSTRACT

The existence of cement production activities in an area in addition to providing many benefits,
especially in the field of construction, also becomes a serious ecological threat.Therefore, it was necessary
to think about and evaluate alternative raw materials so that the production process was more
environmentally friendly by utilizing waste materials,Those were snail shells and rice straw as sources of
CaO and SiO2. In the process, the material to produce cement, the raw material for cement is burned until it
melts form clinker. This study was aimed to determine the quality of the ecocement produced from
combustion with different temperatures.The ecocement was obtained by mixing snail shell ash, AJP, iron
sand, and clay. The quality of the cement was known by measuring the mortar after testing for 28 days.
From the results of the study, it was found that, material combustion at 1000°C temperature
produced ecocement in the form of an amorphous, while combustion at 1500°C temperature produced
ecocement in the form of crystalline. The XRD test showed that 1000°C temperature of ecocement
contained 53% dicalcium silicate (C2S) and 47% calcium silicate. While the XRF test material at 1500°C
showed Ca content 59.9%, Si 3.3%, Fe 5.97%, and K 8.92%. Material quality test (1000°C temperature)
showed the greatest compressive strength in type A cement variations which was 7.94 kg / cm 2. While
material hardness level (1500°C temperature) showed type A ecocement material had the lowest level of
hardness, that was 574.4 HV. From the results of the study concluded that the more ash of the snail shell
which added, the compressive strength of the mortar is better and the level of hardness of the material
decreases. Combustion at 1000°C temperature was able to form C 3S compounds yet which were the main
compounds of portland cement, but at a maximum 1500°C temperature has changed the form and physical
properties of the material into crystalline.

Keywords: ecocement, snail shell ash, rice straw ash, temperature, compressive strength, hardness
115
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN membakar cangkang bekicot pada suhu 700


sampai 800oC. Abu cangkang bekicot yang kaya
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat CaCO3 dapat dimanfaatkan dalam bidang
adhesif dan kohesif digunakan sebagai bahan konstruksi, yaitu sebagai bahan baku pembuat
pengikat (Bonding material) yang dipakai bersama semen.
batu kerikil, pasir, dan air. Keberadaan kegiatan Dalam proses pembuatannya, bahan baku
produksi semen pada suatu daerah selain semen yaitu mineral yang mengandung
memberikan banyak manfaat terutama di bidang komponen utama semen, yaitu CaO, tanah liat
konstruksi, juga menjadi ancaman ekologis yang yang mengandung SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan MgO
serius. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses dibakar sampai meleleh pada suhu 1000 sampai
pengambilan bahan baku (eksplorasi terus- 1500oC dimana bahan baku akan mengalami
menerus), proses produksi serta dampak polusi proses sintering membentuk klinker. Berdasarkan
yang ditimbulkan. Produksi semen yang kadar CaCO3nya, abu cangkang bekicot
meningkat berkontribusi terhadap meningkatnya merupakan bahan baku yang baik karena
polusi udara yang berakibat terhadap pemanasan mengandung CaO.
global. Oleh karena itu, perlu dipikirkan dan dikaji Proses yang dilakukan dalam pembuatan semen
bahan baku alternatif agar produksi semen di adalah kalsinasi dan sintering. Kalsinasi adalah
masa mendatang masih tetap ada dan proses proses penghilangan air, karbon dioksida atau
produksinya lebih ramah terhadap lingkungan gas lain yang mempunyai ikatan kimia dengan
Semen merupakan bahan yang berfungsi bijih sehingga akan didapat produk yang
untuk merekatkan material-material di dalam bernama kalsin (CaO). Untuk CaCO3 diperlukan
beton di mana kandungan semen dalam suatu suhu 800 smapi 900oC dalam proses kalisinasi.
campuran beton umumnya berkisar antara 25%- Sementara sintering adalah proses peleburan
40%. Material semen pada saat ini sering senyawa-senyawa di dalam semen sehingga
menimbulkan banyak masalah yaitu biaya yang senyawa yang diinginkan seperti C3S, C3A, dan
relatif mahal dan kadangkala sulit C4AF terbentuk. Proses ini terjadi pada suhu 1000
mendapatkannya. Bagi industri semen di tanah sampai 1500oC.
air, bahan baku semen yang digunakan berupa Temperatur kalsinasi dan sintering dalam
batu kapur, tanah liat, pasir silika, pasir besi dan proses pembuatan semen sangat berpengaruh
fly ash yang berasal dari abu sisa pembakaran terhadap kualitas CaO yang dihasilkan. Kalsinasi
batubara. pada suhu 900oC dapat mebebaskan CO2, namun
Ekosemen adalah salah satu jenis produk prose yang sempurna bisa terjadi pada suhu
semen yang hampir sama dengan semen portland >900oC. Disiis lain Pemanasan pada suhu >900oC
dan karena bahan bakunya menggunakan bahan menyebabkan reduksi pori sehingga terjadi
berbasis limbah serta ramah lingkungan maka penyusutan bahan dan meningkatkan sintering.
disebut ekosemen. Beberapa alternatif yang Proses sintering mengurangi kereaktifan CaO
dapat digunakan sebagai pengganti bahan baku terhadap air. Pemanasan bahan baku yang
batu kapur yang berbasis limbah dan ramah mengandung CaCO3 hendaknya perlu dikontrol
lingkungan antara lain : abu terbang batu bara (fly untuk menghindari aglomerasi partikel yang
ash), abu hasil kalsinasi sampah dan abu sisa menyebabkan berubahnya fase materi.
pengolahan kayu (Susanti, 2009). Selain itu Penelitian yang dilakukan Khuntum Khaira
beberapa penelitian menunjukkan bahwa limbah (2011) diperoleh hasil bahwa temperatur kjalsinasi
makanan laut seperti kulit udang (chitosan) dan CaCO3 yang dihasilkan berpengaruh pada CaO
kulit kerang dapat dijadikan sebagai pengganti yang dihasilkan. Kalsinasi pada suhu 800oC
batu kapur. memerlukan waktu 120 menit untuk memebaskan
Keberadaan jerami padi yang melimpah di CO2, dan kalsinasi pada suhu 1100oC
Indonesia masih tidak termanfaatkan dengan memerlukan waktu 8 menit. CaO yang dihasilkan
baik. Dibandingkan dengan potensinya, jelas pada kalsinasi suhu 1100oC memiliki tingkat
pemanfaatan abu jerami ini tampak monoton dan kemurnian yang tinggi jkka dibandingkan dengan
juga bernilai guna rendah. Bagi industri semen di suhu 800oC, yaitu 56%.
tanah air, bahan baku semen yang digunakan
berupa batu kapur, tanah liat, pasir silika, pasir METODE
besi dan fly ash yang berasal dari abu sisa
pembakaran batubara. Fly ash dapat diganti Bahan dan Alat
dengan bahan-bahan yang lain yang mempunyai
kandungan silika oksida tinggi seperti abu jerami Bahan utama yang digunakan dalam
padi. penelitian ini adalah cangkang bekicot dan jerami
Sementara itu, cangkang bekicot selama ini padi. Cangkang bekicot diperoleh dari limbah
pemanfaatannya hanya terbatas untuk bahan indsutri pengolahan daging bekicot yang berada
baku pakan ternak. Abu cangkang bekicot yang di Desa Siraman, Kec. Selopuro, Kabupataen
mengandung senyawa CaCO3 dengan Blitar. Sedangkan jerami padi diperoleh dari area
persentase mencapai 66,70% dibuat dengan persawahan di Desa Langon, Kec. Ponggok, Kab.
Blitar . Bahan lainnya adalah pasir besi yang
116
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

diperoleh dari pantai pasur, Desa Bululawang, HASIL DAN PEMBAHASAN


Kecamatan Bakung, Blitar, Jawa Timur, dan tanah
liat yang diperoleh dari gunung Pegat, Kec. 1. Analisis XRF Abu Cangkang Bekicor dan
Srengat, Kab. Blitar. Abu Jerami Padi
Alat yang digunakan antara lain Untuk mengetahui kandungan kimia abu
incenerator, timbangan, blender, furnace, difraktor cangkang bekicot dan AJP dilakukan dengan
sinar X, gelas ukur, baskom, pengaduk, alat cetak analisis difraksi sinar X (XRD) yang dilakuakan di
kubus unkuran 2,5 x 2,5 cm 2. laboratorium sentral Universitas Negeri Malang.
Hasil kurva XRD ditampilkan pada Gambar 1 dan
Tahapan Penelitian Gambar 2. Difraksi sinar X dilakukan untuk
mengkarakterisasi struktur kristal, ukuran kristal
1. Abu jerami padi didapatkan dengan cara dari suatu bahan padat. Semua bahan yang
membakar jerami padi di dalam alat mengandung kristal tertentu ketika dianalisa
insinerator pada suhu 800 C.
o menggunakan XRD akan memunculkan puncak –
2. Abu bekicot didapatkan dengan cara puncak yang spesifik.
pemanasan dalam furnace dari cangkang
bekicot yang telah ditumbuk halus pada alu
besi. Suhu yang digunakan untuk pemanasan
o
hingga menjadi abu bekicot adalah 700 C.
Setelah diperoleh abu bekicot dilakukan
penumbukan hingga menjadi serbuk yang
lebih halus dengan menggunakan mortar dan
diayak.
3. Uji XRD untuk mengetahui kandungan kimia Gambar 1. Difraktogram Abu CangkangBekicot,
abu. Kalsinasi 800oC
4. Tanah liat yang masih berbentuk bongkahan
dihancurkan dengan menggunakan alu besi,
kemudian dihaluskan dengan meggunakan
blender dry mill.
5. Pasir besi dihaluskan dengan cara digerus
dengan menggunakan mortar.
6. Seluruh bahan pembuat semen dicampur
dengan beberapa variasi komposisi yang
telah ditentukan. Pencampuran seluruh bahan
menggunakan dry ball mill kecepatan 56 rpm.
Gambar 2. Difraktogram Abu Jerami Padi, Kalsinasi
7. Setelah dilakukan pencampuran bahan, 700oC
selanjutnya dilakukan pembakaran pada suhu
o
1000 C dan 1500oC menggunakan furnace.
8. Uji XRD/XRF untuk mengetahui kandungan Tabel 1. Kandungan Senyawa Dalam Abu
kimia pada bahan. Cangkang Bekicot
9. Kemudian ekosemen dihaluskan kembali Nama Rumus Sistem
Persentase
senyawa kimia Kristal
dengan menggunakan mortar, setelah itu
Calcite CaCO3 trigonal 100%
diayak dengan saringan no.200 (0,0075 mm), (hexagonal
dan dilakukan pengujian lebih lanjut. axes)
10. Uji fisika terhadap kekuatan dan kekerasan
bahan.
Tabel 2. Kandungan Senyawa Dalam Abu
Analisis terhadap kandungan/komposisi Jerami Padi
kimia bahan baku semen dari abu jerami padi dan Nama Rumus Sistem
abu cangkang bekicot dilakukan dengan Persentase
senyawa kimia Kristal
menggunakan difraksi sinar X. Sementara uji trigonal
terhadap kuat tekan mortar dilakukan melalui Calcite CaCO3 (hexagonal 67,7%
metode SNI 15-2049-2004 dengan persamaan: axes)
Silicon
P= ............(1) SiO2 tetragonal 32,3%
Oxide
Dimana:
P = Kuat tekan (Mpa)
Fm = Gaya tekan maksimum (N) Berdasarkan analisis difraktogram uji XRD
A = Luas Penampang benda uji (mm2) terhadap abu cangkang bekicot diketahui bahwa
senyawa yang terkandung di dalam abu 100%
adalah kalsit (CaCO3). Hal ini terlihat dari puncak

117
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dominan di daerah 2θ = 29,4o; 37,3o; 40,3o; 47,4o;


dan 48,5o (Qoniah I, dkk. 2011). Sementara untuk
abu jerami padi diketahui senyawa yang dominan
adalah kalsit (CaCO3) 67,7% dan kristobalit (SiO2)
32,3% . Keberadaan senyawa CaCO3 diketahui
dari puncak yang terlihat di daerah 2θ = 29,4o;
39,4o; dan 50,8o. Sementara senyawa SiO2
terlihat dari puncak di daerah 23,7o; 50,2o. Adanya
senyawa CaCO3 pada abu cangkang bekicot dan
senyawa CaCO3, SiO2 pada abu jerami padi
menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pembuat ekosemen.

2. Kandungan Kimia Ekosemen


Ekosemen dihasilkan dengan Gambar 4. Difraktogram Analisis Kandungan
mencampurkan abu jerami padi (AJP), abu Ekosemen Kalsinasi pada suhu
cangkang bekicot, pasir besi, dan tanah liat 1000oC.
dengan 3 variasi perbandingan. Selanjutnya
campuran bahan dikalsinasi pada suhu 1000 oC. Tabel 4. Kandungan Kimia Ekosemen
No. Senyawa Kandungan Rumus
Tabel 3. Variasi Campuran Bahan Baku Ekosemen (%) Kimia
Tipe A, B, dan C
Bahan Ekosemen Ekosemen Ekosemen 1 Dikalsium 53 2CaSiO3
Campuran A (g) B (g) C (g) Silikat
Abu 58,19 49,17 54,18 (C2S)
cangkang
bekicot 2 Kalsium 47 Ca2 (SiO4)
AJP 40,19 49,19 44,20 Silikat (CS)
Pasir besi 0,32 0,34 0,34
Tanah liat 1,31 1,33 1,31
Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui
bahwa komposisi senyawa kimia yang tebesar
adalah dikalsium silikat (C2S) yaitu 53%. Adanya
senyawa ini sangat berpengaruh pada kualitas
semen. Senyawa ini berpengaruh terhadap
perkembangan kekuatan beton dari umur 14 hari
sampai seterusnya. Senyawa yang diharapkan
dari semen adalah terbentuknya senyawa
trikalsium silikat (C3S) 3 CaSiO2 yang memiliki
sifat perekat. Senyawa ini dapat mengeras dalam
beberapa jam dan disertai dengan pelepasan
sejumlah energi panas.
Gambar 3. Ekosemen Hasil Pembakaran Suhu
Proses yang lain adalah pembakaran
bahan baku ekosemen pada suhu 1500 oC.
1000oC
Temperatur ini dimaksudkan agar senyawa utama
yang terkandung dalam semen dapat melebur,
proses ini dinamakan sintering. Ekosemen
Selanjutnya untuk mengetahui kandungan kimia dengan variasi campuran A,B, C seperti pada
ekosemen dilakukan analisis XRD dengan hasil Tabel 3 dibakar pada suhu 1500oC dengan
seperti Gambar 4. furnace.setealh prose pendinginan, bahan
diangkat dan diidentifikasi. Identifikasi awal
terhadap wujud bahan, ternyata bahan sudah
berubah wujud, dari yang tadinya serbuk menjadi
kristalin. Perubahan wujud ini dikarenakan
terjadinya penyusutan bahan dan meningkatnya
densiti (sistering), sehingga menyebabkan luar
permukaan bahan semakin kecil.

118
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

3. Kualitas Ekosemen

Ekosemen yang dihasilkan selanjutnya


akan dibuat beton/mortar dengan campuran pasir
dan katalis air dengan perbandingan tertentu
(Tabel 5.3) dicetak dalam cetakan kubus
berukuran 25 x 25 x 25 mm. Mortar selanjutnya
didiamkan selama 28 hari. Untuk mengetahui
kualitas semen yang dihasilkan digunakan uji
tekan dengan menggunakan loadcel proving ring
dengan kapasitas tekan beban minimal 0,5 Kg di
Gambar 5. Ekosemen Berwujud Kristal Hasil Laboratorium Teknik Sipil, Universitas Brawijaya
Pembakaran Pada Suhu Malang.
Berhubung bahan tidak lagi berupa
serbuk, maka uji XRD tidak bisa dilakukan. Untuk
mengetahui kandungan kimia kristal dilakukan uji
XRF (X- Ray Fluoresecence Spektrofotometri).
XRF merupakan teknik adalisis non destruktif
yang digunakan untuk identifikasi dan penentuan
konsentrasi elemen yanga ada pada padatan
(polikristal), serbuk, maupun sampel cair.
Kelebihan metode ini cepat dalam aplikasinya,
tidak bersifat merusak, dan dapat mengidentifikasi
sampel pada level trace element, bahkan di
bawah level ppm.

Gambar 6. Uji Kuat Tekan Mortar untuk Menguji


Kualitas Ekosemen

Tabel 6. Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Waktu


Simpan 28 Hari
A B C
F (Kg) 18,06 6,19 9,88
A (cm2) 2,27 2,27 2,27
P (Kg/cm2) 7,94 2,73 4,35
Gambar 5. Difraktogram Uji XRF Sampel
Ekosemen (Kristal)
Berdasarkan data uji tekan terhadap
Tabel 5. Kandungan kimia bahan ekosemen mortar waktu simpan 28 maksimum, diketahui
(kristal) bahwa ekosemen tipe A memiliki daya uji
Unsur Si K Ca Tl V terbesar, yaitu 7,94 Kg/cm2. Ekosemen tipe A ini
Persentase (%) 23.3 8.92 59.9 0,42 0.02 dihasilkan dari campuran 58,19 gram abu
Unsur Cr Mn Fe Cu Zn cangkang bekicot dan 40,19 gram abu jerami
Persentase (%) 0.07 0.32 5.97 0.10 0.08 padi. Jumlah abu cangkang bekicot yang
Unsur Sr Ba Eu Yb Re digunakan merupakan jumlah yang terbesar jika
Persentase (%) 0.39 0.10 0.10 0.17 0.20 dinbandingkan ekosemen B, maupun C. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan
Berdasarkan Tabel 5 diketahui unsur abu cangkang bekicot maka kualitas ekosemen
utama bahan adalah Ca dengan persentase semakin baik.
59,9% dan Si 23,3%. Hal ini dikarenakan bahan Nilai kuat tekan mortal ini masih jauh jika
baku ekosemen mengandung senyawa CaCO3 dibandingkan dengan kuat tekan semen gresik
dan SiO2. Namun adanya unsur Al dan Fe OPC, yaitu 171 Kg/cm 2. Hal ini dikarenakan
meskipun persentasenya kecil menunjukkan senyawa utama dalam semen, yaitu trikalsium
bahwa bahan –bahan penting penyusun semen silikat (C3S). Kuantitas senyawa yang terbentuk
sudah mengalami sintering (peleburan) pada suhu selama proses pengikatan berlangsung
tersebut. Diketahui bahwa Ca memiliki meelting mempengaruhi kekuatan beton dan umur awal
point 839,0oC, besi memiliki meeliting point pada 14 hari pertama. Senyawa C3S akan
1535,0oC. terbentuk pada kalsinasi dan sintering pada suhu.

119
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kalsinasi adalah proses pelepasan senyawa CO2 Dalam penelitian dan penyusunan artikel ini
ke udara dan penguraian secara maksimum telah banyak pihak yang berperan. Ucapan
unsur-unsur reakti yang terkandung dalam terimakasih dan penghargaan yang tinggi
material semen. Proses ini terjadi hingga suhu disampaikan kepada:
1200oC. Sintering adalah proses peleburan 1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
semua material dan reaksi maksimum antara CaO dan kesehatan
dengan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Mineral ini 2. Rektor UNISBA Blitar yang telah memberikan
membentuk senyawa utama semen, yaitu C3S kesempatan dalam pengembangan diri
(Alite), C2S (Belite), C3A (Celite), dan C4AF (Felit). 3. Ketua LPPM UNISBA Blitar
Proses ini terjadi hingga suhu 1500oC. Dalam 4. Keluarga, Dosen, Tenaga Kependidikan, dan
penelitian ini, pemanasan bahan baku ekosemen Mahasiswa UNISBA Blitar
hanya pada suhu 800oC, sehingga yang terjadi 5. Pihak Laboratorium Universitas Negeri
hanya proses kalisinansi, sementara proses Malang dan Universitas Brawijaya Malang.
sintering belum bisa terjadi. Senyawa C3A dan
C4AF akan terbentuk pada sintering dengan suhu DAFTAR PUSTAKA
di atas 1000oC. Dalam proses ini, silikon dan besi
akan mengalami peleburan. Titik lebur dari silikon Ariesta, F.S & Sawitri, D. 2013. Studi Eksperimental
adalah 1414oC dan besi 1535oC. Pembuatan Ekosemen dari Abu Sampah dan
Pembakaran bahan baku ekosemen pada Cangkang Bekicot sebagai Bahan Alternatif
suhu 1500oC menghasilkan fase kristalin. Hal ini Pengganti Semen. Jurnal Teknik Kimia
POMITS ITS Surabaya. Nomor 2, Vol. 2, Hal.
mengakibatkan bahan ini tidak bisa diproses lebih 1-5.
lanjut menjadi mortar untuk diketahui kualitas
ekosemen melalui uji kuat tekan. Namun untuk Metungku NA, dkk. 2017. Pemurnian dan Karakterisasi
mengetahui kualitas bahan yang berbentuk kristal Senyawa SiO2 Berbasis Pasir Kuarsa Dari
ini selanjutnya diuji secara fisika dalam bentuk uji Desa Pendolo Kecamatan Pamona Selatan
kekerasan bahan. Kabupaten Poso. Jurnal Gravitasi, Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Tadulako Palu.
Tabel 7. Data Kekerasan Bahan Ekosemen Fasa Nomor 1, Vol. 16. Hal. 39-43.
Kristalin
Departemen P.U. 2002. RSNI S–05-2002 (Spesifikasi
Kode Pengujian Kekerasan Rata-Rata Beton Serat dan Beton Semprot), LPMB,
Spesimen Ke- (HV) Kekerasan Bandung.
1 571,4
A 2 574,7 574,4 Malasyi, Syibral, Welsi, & Fardansyah. 2014. Analisis
3 577 Pengaruh Penggunaan Abu Jerami
Terhadap Kuat Tekan Beton. Teras Jurnal,
1 649,5
Vol.4, No.2. Universitas Malikussaleh.
B 2 677 672,6
3 691,4 Pratama, R.S. Pengaruh Pasir Pantai Sebagai Agregat
1 692 Halus dan Cangkang Kerang Sebagai
C 2 698,8 693,7 Substitusi Parsial Semen Terhadap Kuat
3 690,2 Tekan Beton. 2017. Skripsi. Jember:
Universitas Jember.
Force: 300Gram , Dwell : 10 Detik
Dari hasil uji kekerasan diketahui bahwa semakin Pratiwi, N.G.Pembuatan Ekosemen Berbahan Baku
banyak abu jerami padi yang ditambahkan dan Abu Cangkang Kerang, Abu Sampah
semakin sedikit abu cangkang bekicot yang Organik, Dan Lumpur Limbah. 2016. Skripsi.
ditambahkan, maka tingkat kererasan bahan Surabaya: Universitas Airlangga
semakin meningkat.
Sriyadi, Eko. 2010. Analisis Kuat Tekan dan Kuat Tarik
KESIMPULAN Belah Beton Dengan Bahan Tambah Abu
Sekam Padi dan Bestmittel. Skripsi.
Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Berdasarkan penelitian, dapat
Surakarta.
disimpulkan bahwa:
1. Pembakaran ekosemen pada suhu 1000oC Sunardi, dkk. 2013. Pemanfaatan Cangkang Bekicot
menghasilkan ekosemen fase amorf/serbuk. (Achatina Fulica) Sebagai Katalis untuk
Sementara pembakaran pada suhu 1500oC Reaksi Transesterifikasi. Jurnal Fisika FLUX,
menghasilkan ekosemen fase kristalin. FMIPA UNLAM Banjarbaru. Nomor 2, Vol.
2. Uji tekan terhadap ekosemen menunjukkan 10, Hal. 100-109.
bahwa semakin banyak abu cangkang bekicot
yang ditambahkan, kuat tekan semakin tinggi. Qoniah I, dkk. 2011. Penggunaan Cangkang Bekicot
Sebagai Katalis untuk Reaksi
3. Uji kekerasan ekosemen diketahui bahwa
Transesterifikasi Refined Palm Oil. Prosiding
UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi Jurusan Kimia. FMIP ITS Surabaya.

120
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH VARIASI SUMBER AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT


TEKAN BETON DENGAN DESAIN CAMPURAN fc’ 37 MPa

Sabar M. Simarmata1, Bertinus Simanihuruk2, Kristina Sembiring3


Program Studi Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa1
Program Studi Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa2
Program Studi Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa3

Jl.TB.Simatupang No.152 Tanjung Barat – Jakarta Selatan 12530


simarmata212@gmail.com

ABSTRAK

Beton merupakan material hasil pencampuran antara agregat halus, agregat kasar, air, dan semen
sebagai pasta pengikat dengan atau tanpa bahan tambah lainnya. Agregat halus dan kasar menempati 60-
70% dari volume keseluruhan beton, sehingga agregat sangat mempengaruhi kuat tekan beton. Banyaknya
sumber agregat halus yang ada dijumpai di pasaran (khususnya di Jakarta) perlu dipilih agregat halus yang
terbaik digunakan untuk beton. Dalam penelitian ini, sumber agregat halus dari Bangka Belitung,
Rangkasbitung dan Subang. Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan material,
seperti kadar lumpur, berat jenis, penyerapan air, pengujian gradasi, modulus kehalusan, kandungan
organik dan pengujian slump serta pengaruhnya terhadap kuat tekan beton dengan menggunakan SNI 03-
2834-2000 untuk menentukan desain campuran yang sama sebesar fc’ 37 MPa. Benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Dari penelitian ini diketehui bahwa nilai kuat tekan rata-rata
beton pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari berturut-turut dengan agregat halus dari Bangka Belitung
adalah: 30.26 MPa, 33.37 MPa dan 37.05 MPa, Agregat halus dari Rangkasbitung menghasilkan: 20.36
MPa, 22.91 MPa dan 24.32 MPa. Sedangkan agregat halus dari subang menghasilkan kuat tekan 25.17
MPa, 27.15MPa dan 31.39 MPa. Dari penelitian ini membuktikan bahwa agregat halus yang berasal dari
Bangka Belitung memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran beton, baik dari kandungan yang ada
pada material serta kuat tekan beton yang dihasilkan’

Kata kunci: beton, agregat halus, desain campuran, kuat tekan beton.

ABSTRACT

Concrete is the result of mixing between fine aggregates, coarse aggregates, water, and cement as a
binding paste with or without other added ingredients. The fine and coarse aggregate occupies 60-70% of
the overall volume of the concrete, so the aggregate greatly influences the compressive strength. The
number of fine aggregate sources found on the market (especially in Jakarta) needs to be selected for fine
aggregates that are best used for concrete. In this study, fine aggregate sources from Bangka Belitung,
Rangkasbitung and Subang. Laboratory testing was carried out to determine the material content, such as
sludge content, specific gravity, water absorption, gradation testing, fineness modulus, organic content and
slump testing and its effect on concrete compressive strength using SNI 03-2834-2000 to determine the
same mix design as fc '37 MPa. Cylindrical test specimen with diameter 150 mm and height 300 mm. From
this study it was found that the average compressive strength value of concrete at 7 days, 14 days and 28
days respectively with fine aggregate from Bangka Belitung is: 30.26 MPa, 33.37 MPa and 37.05 MPa, fine
Aggregate from Rangkasbitung yield: 20.36 MPa , 22.91 MPa and 24.32 MPa. While fine aggregate of
subang produce compressive strength 25.17 Mpa, 27.15 Mpa and 31.39 Mpa. From this study proves that
the fine aggregate originating from Bangka Belitung is qualified to be used as a concrete mixture, both from
the content present in the material and the compressive strength of the concrete produced

Keywords: concrete, fine aggregate, mix design, compressive strength.

121
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN dengan mengunakan pasir dari Lepar Pengok


(Bangka), Rangkasbitung (Lebak) dan
LATAR BELAKANG Cimayasari (Subang) sebagai agregat
halusnya.
Beton adalah campuran antara semen
c. Mencari tahu agregat yang terbaik dari ke 3
Portland atau semen hidrolik dan yang lainnya,
sumber pasir yang akan diuji.
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang
membentuk massa padat . Beton sebagai METODELOGI PENELITIAN
sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari
material pembentuknya. Beton masih menjadi Diagram Alir Penelitian
salah satu pilihan utama sebagai bahan
konstruksi karena memiliki beberapa kelebihan Untuk mendapatkan informasi yang
dari bahan konstruksi lainnya. dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan
Secara umum pertumbuhan atau pengumpulan data dengan cara bertahap, secara
perkembangan dunia konstruksi di Indonesia garis besar penelitian ini melakukan beberapa
sangat pesat, itu bisa kita lihat dengan banyaknya tahapan antara lain:
pekerjaan konstruksi baik itu pembangunan a. Penelitian kepustakaan (library research).
tempat tinggal, gedung-gedung bertingkat, jalan adalah penelitian untuk mendapatkan data
raya, bandara, pelabuhan dan jembatan, dimana sekunder dengan cara membaca litaratur-
konstruksi tersebut membutuhkan material beton litaratur, buku-buku, jurnal dan sumber
yang sangat banyak. Tingginya penggunaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
beton terhadap suatu proyek konstruksi b. Penelitian laboratorium (laboratory
mendorong peningkatan permintaan material research).dilakukan untuk mendapatkan data
penyusun beton itu sendiri. primer secara langsung, dimana dalam
Banyaknya pilihan agregat halus (pasir) yang penelitian ini dilakukan pengujian antara lain:
ada di Indonesia khususnya yang ada DKI Jakarta  Uji material dasar (agregat halus)
mendorong peneliti untuk melakukan eksperimen campuran beton.
untuk mengetahui pengaruh sumber atau asal  Membuat desain mix berdasrkan hasil
agregat halus itu diperoleh terhadap kuat tekan uji material.
beton dengan desain campuran fc’ 37 Mpa.  Test slump.
 Uji kuat tekan terhadap benda uji
RUMUSAN MASALAH silinder beton pada umur 7,14 dan 28
hari setelah proses mixing.
Berdasarkan banyaknya perbedaan jenis
pasir yang ada di pasaran, ukuran dan kandungan
yang tercampur dalam agregat halus seperti
kandungan organik, tanah dan lumpur yang
sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton
yang akan dihasilkan. Masalah yang
timbul pada beton yang diakibatkan oleh pasir
perlu dilakukan kajian terhadap pasir yang lebih
baik digunakan untuk campuran beton
berdasarkan kuat tekannya. Peneliti melakukan
eksperimen untuk mengetahui pengaruh yang
ditimbulkan dari kandungan yang ada pada pasir
yang bersumber dari 3 daerah yang berbeda
terhadap kuat tekan beton dengan desain
ampuran untuk fc’37 Mpa.

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian Pengaruh variasi


sumber agregat halus terhadap kuat tekan beton
dengan desain mix fc’ 37 Mpa ini, adalah untuk:
a. Mengetahui karakteristik dan kandungan yang
tercampur pada agregat halus yang diambil
dari daerah Lepar Pengok (Bangka),
Rangkasbitung (Lebak) dan Cimayasari
(Subang).
b. Mengetahui perbandingan kekuatan beton
dengan desain campuran rencana fc’ 37 Mpa,

122
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

material agregat halus yang diuji pada penelitian


ini berupa:
a. Uji Kandungan Lumpur. mengadopsi
pengujian material lolos ayakan no 200.
Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
(water absorption) mengikuti standar
b. Untuk pengujian berat jenis dan penyerapan
air (water absorption) pada agregat
halus/pasir mengikuti standar .
c. Pengujian Gradasi dan Modulus Kehalusan
(fineness modulus/FM) dilakukan dengan
mengadopsi Metode Pengujian tentang
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar.
d. Pengujian Kandungan Organik, peneliti
melakukan pengujian dengan metoda
Abrams-Herder

Desain Campuran

Untuk menentukan desain campuran dengan


mengadopsi cara yang tertuang dalam tata cara
pembuatan rencana campuran beton normal yang
harus dilaksanakan yaitu:
a. Rencana campuran beton ditentukan
berdasarkan hubungan antara kuat tekan dan
faktor air semen (FAS).
b. Untuk beton dengan nilai f‘c lebih dari 20 MPa,
proporsi campuran coba serta pelaksanaan
Gambar 1 Bagan alir penelitian produksinya harus didasarkan pada
perbandingan berat bahan.
Data Material Dari cara diatas maka didapatkan desain
campuran untuk 1 m3 seperti yang pada tabel 1.
Dalam penelitian ini membatasi masalah
Tabel 1. Desain campuran untuk 1m3
pada pengaruh agregat halus terhadap kuat tekan
Material (kg)
beton. Adapun asal pasir yang akan di teliti antara Semen 523.25
lain: Air 225
a. Pasir yang berasal dari Desa Lepar pengok, Pasir 571.1
Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Kerikil 1060.63
Bangka Selatan, Provinsi Bangka Blitung. Sumber: Hasil Desain Campuran
b. Pasir yang berasal dari Kampung pasir roko,
Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Dari desain campuran diatas didapatkan proporsi
Lebak, Provinsi Banten. desain campuran untuk masing-masing agregat
c. Pasir yang berasal dari Desa Cimayasari, halus dengan 6 benda uji berbentuk silinder
Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, 150mm X 300mm, ditambah 20% faktor
Provinsi Jawa Barat. keamanan sebanyak 0.04 m 3 seperti pada tabel 2.
Untuk material agregat kasar (batu pecah),
peneliti mendapatkan data material yang Tabel 2. Desain campuran untuk 0.04 m3
diperlukan dari pihak laboratorium PT.Waskita Material (kg)
Beton plant Ciganjur. Adapun data material Semen 20.93
agregat kasarnya antara lain: Air 9
a. Berat jenis Kering permukaan (SSD) = 2.62. Pasir 22.84
Kerikil 42.42
b. Penyerapan air = 2.25 %.
Sumber: Hasil Desain Campuran
c. Kadar air = 2.1 %.
d. Gradasi agregat Max = 20 mm.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa Agregat Halusi Dari Bangka Belitung
Metode Uji Material Agregat Halus
Secara fisik, pasir dari Bangka Belitung ini
Sebelum diadakan pengujian material,
memiliki warna putih bersih, butiran agak halus
terlebih dahulu dipastikan bahwa agregat halus
dan tidak bercampur batuan. Setelah diadakan
yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
pengujian terhadap kandungan lumpur, maka
sudah lolos ayakan 4.75mm. adapun data
didapatkan hasil seperti pada tabel 3.

123
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

0.15 1461 97.40 2.60

Tabel 3. Hasil uji kandungan lumpur. 0.075 1492 99.47 0.53


PAN 1500 100 0
Berat material kering
(W 1) = 630 gr Modulus kehalusan (FM) 2.46
oven + wadah
Sumber: Hasil Analisa Saringan Agregat Halus I
Berat wadah (W 2) = 130 gr

Berat kering oven


(W 3) = 500 Gr
material (W 1 – W 2)
Berat kering oven
material setelah dicuci (W 4) = 620 Gr
+ wadah
Berat kering oven
material setelah dicuci (W 5) = 490 Gr
(W 4 – W 2)

Persentasi lolos
ayakan 0,075mm (W 6) = 2.04 %
(lumpur)=
Sumber: Hasil Uji Kandungan Lumpur

Hasil pemeriksaan kadar lumpur dari Gambar 2. Grafik batas gradasi agregat halus I
penelitian lain menunjukan bahwa pasir Bangka
memiliki kandungan 33,33%. Besarnya kadar
lumpur disebabkan pasir Bangka belum dicuci.
Dilihat dari pasir Bangka yang digunakan untuk
penelitian menunjukkan kadar lumpur 2.04 % kecil
karena pasir Bangka yang digunakan sudah
dicuci..
Untuk berat jenis kering permukaan
(Saturated Surface Dry/SSD), dapat dilihat seperti
yang ditampilkan dibawah ini:
S = Berat pasir dalam kondisi SSD = 500gr
B = Berat labu ukur + air = 638gr
C = Berat pasir SSD + air + labu ukur = 938gr
A = Berat pasir dalam kodisi kering oven = 493gr
Sehingga didapatkan:
Gambar 3. Grafik batas gradasi agregat halus I
Berat jenis kering= = = 2.47
Berat jenis kering permukaan (SSD) =
Hasil pengujian kadar kandungan organik
= = 2.5
pada agregat halus yang berasal dari Bangka
Berat jenis semu= = = 2.59
Belitung menunjukkan air hasil campuran agregat
terlihat agak jernih yang menyatakan bahwa
Penyerapan air (Water absorption) =
agregat tersebut layak digunakan langsung tanpa
= X 100 = 1.41%.
melalui proses pencucian.
Dari hasil analisa saringan didapatkan seperti
Analisa Agregat Halus Dari Rangkas Bitung
tabel 4, sehingga diketehui gradasi dan modulus
kehalusannya (FM).
Dari bentuk fisik, pasir dari Rangkas Bitung
Tabel 4. Analisa saringan agregat halus I
memiliki warna agak coklat dan bercampur batuan
Ukuran Berat berwarna putih yang berukuran kecil. Setelah
% Tertahan % Lolos
Ayakan Tertahan
(mm) (gram)
Ayakan Ayakan diadakan pengujian terhadap kandungan lumpur,
maka didapatkan hasil seperti pada tabel 5.
9.5 0 0 100
Tabel 5. Hasil uji kandungan lumpur.
4.75 3 0.20 99.80
Berat material kering
(W 1) = 630 gr
2.36 71 4.73 95.27 oven + wadah
1.18 329 21.93 78.07 Berat wadah (W 2) = 130 gr

0.6 701 46.73 53.27 Berat kering oven


(W 3) = 500 gr
material (W 1 – W 2)
0.3 1127 75.13 24.87

124
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Berat kering oven


material setelah dicuci (W 4) = 610 gr
+ wadah
Berat kering oven
material setelah dicuci (W 5) = 480 gr
(W 4 – W 2)

Persentasi lolos
ayakan 0,075mm (W 6) = 4 %
(lumpur)=
Sumber: Hasil Uji Kandungan Lumpur

Untuk berat jenis kering permukaan


(Saturated Surface Dry/SSD), dapat dilihat seperti
Gambar 4. Grafik batas gradasi agregat halus II
yang ditampilkan dibawah ini:
S = Berat pasir dalam kondisi SSD = 500gr
B = Berat labu ukur + air = 638gr
C = Berat pasir SSD + air + labu ukur = 919gr
A = Berat pasir dalam kodisi kering oven= 457gr
Dari pengujian diatas maka didapatkan:
Berat jenis kering= = = 2.08
Berat jenis kering permukaan (SSD)=
= = 2.28
Berat jenis semu= = = 2.59
Penyerapan air (Water absorption) =
= X 100 = 9.4 %

Dari hasil analisa saringan didapatkan seperti


tabel 6, sehingga diketehui gradasi dan modulus
kehalusannya (FM). Gambar 5. Grafik batas gradasi agregat halus II
Hasil analisa kandungan organik pada pasir
yang berasal dari Rangkas Bitung menunjukkan Analisa Agregat Halus Dari Subang
warna air campuran berwarna abu-abu pekat
tetapi masih dalam batas warna yang disyaratkan. Secara fisik pasir dari Subang, memiliki
butiran berwarna hitam, bercampur batu warna
Tabel 6. Analisa saringan agregat hslus II hitam kasar. Setelah diadakan pengujian terhadap
Ukuran Berat kandungan lumpur, maka didapatkan hasil seperti
% Tertahan % Lolos pada tabel 7.
ayakan Tertahan
Ayakan Ayakan
(mm) (gram)
Tabel 7. Hasil uji kandungan lumpur
9.5 27 1.80 98.20
Berat material kering oven
4.75 72 4.80 95.20 (W 1) = 630 gr
+ wadah
2.36 160 10.67 89.33
Berat wadah (W 2) = 130 gr
1.18 464 30.93 69.07
0.6 1031 68.73 31.27 Berat kering oven material
(W 3) = 500 gr
0.3 1340 89.33 10.67 (W 1 – W 2)

0.15 1475 98.33 1.67 Berat kering oven material


(W 4) = 599 gr
setelah dicuci + wadah
0.075 1493 99.53 0.47
PAN 1500 100 0 Berat kering oven material
(W 5) = 469 gr
setelah dicuci (W 4 – W 2)
Modulus kehalusan (FM) 3.05
Sumber: Hasil Analisa Saringan Agregat Halus II
Persentasi lolos ayakan
(W 6) = 6.2 %
0,075mm (lumpur)=

Sumber: Hasil Uji Kandungan Lumpur

Untuk berat jenis kering permukaan


(Saturated Surface Dry/SSD), dapat dilihat seperti
yang ditampilkan dibawah ini:
S = Berat pasir dalam kondisi SSD = 500gr
B = Berat labu ukur + air = 638gr

125
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

C = Berat pasir SSD + air + labu ukur = 945gr


A = Berat pasir dalam kodisi kering oven= 448gr
Dari pengujian diatas maka didapatkan:
Berat jenis kering =
= = 2.32
Berat jenis kering permukaan (SSD) =
= = 2.59
Berat jenis semu =
= = 3.17
Penyerapan air (Water absorption) =
= X 100 = 11.60 %
Dari hasil analisa saringan didapatkan
seperti tabel 8, sehingga diketehui gradasi dan
modulus kehalusannya (FM).
Gambar 7. Grafik batas gradasi agregat halus III
Tabel 8. Analisa saringan agregat halus III
menurut ASTM C33-03
Ukuran Berat %
% Lolos Hasil analisa kadungan organik pada
ayakan Tertahan Tertahan
Ayakan pasir yang berasal dari Subang menunjukkan
(mm) (gram) Ayakan
warna air campuran agak berwarna abu-abu
9.5 66 4.40 95.60 tetapi masih dalam batas warna yang disyaratkan.
4.75 183 12.20 87.80
Analisa Slump
2.36 350 23.33 76.67
1.18 580 38.67 61.33 Uji slump terhadap masing-masing adukan,
0.6 881 58.73 41.27 didapatkan tinggi slump yaitu tinggi slump pasir I
0.3 1115 74.33 25.67 dari Bangka 18 cm (180 mm), Pasir II dari
Rangkasbitung 15 cm (150 mm), dan Pasir III dari
0.15 1369 91.27 8.73
Subang 10 cm (100 mm). Dengan slump 60-180
0.075 1466 97.73 2.27 mm. perbedaan tinggi slump dari masing-masing
PAN 1500 100 0 adukan lebih dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
3.03 persentasi daya serap air (water absorption) dari
Modulus kehalusan (FM)
Sumber: Hasil Analisa Saringan Agregat Halus III
masing-masing material yang digunakan.

Analisa Kuat Tekan Beton

Setelah proses pelepasan bekisting pada


beton yang sudah setting/mengeras, dilakukan
perawatan benda uji (curing) dengan merendam
benda uji kedalam bak air. Di dalam penelitian ini
benda uji di timbang terlebih dahulu untuk
mendapatkan berat beton yang dihasilkan.
Adapun berat masing-masing benda uji di
tunjukkan pada table 9.

Tabel 9. Berat masing-masing benda uji.


Berat Berat
Agregat Berat
Benda Rata-
Halus (kg/m³)
Uji (kg) Rata (kg)
Gambar 6. Grafik batas gradasi agregat halus III 11.96
menurut SNI-03-2834-2000.
12.28
Pasir 12.26
12.12 2285.25
Bangka 12.06
12.13
12.03
11.9
11.64
Pasir 11.52
11.74 2212.66
Rangkas 11.62
11.81
11.92

126
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

11.59 Dari hasil analisa material yang dilakukan


11.63 maka, dapat dilihat perbedaan karakteristik dari
Pasir 11.63 ke tiga agregat halus yang teliti beserta hasil uji
11.63 2193.49 kuat tekan beton yang dihasilkan seperti yang
Subang 11.61
11.71 tertera dalam tabel 11.
11.63
Sumber: Hasil Pengukuran Tabel 11. Perbandingan hasil analisa dari masing-
masing agregat halus yang diteliti
Pengujian beton dilakukan pada saat Sumber Agregat Bangka Rangkas
Subang
umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari dapat Halus Belitung Bitung
dilihat pada tabel 10. Sebanyak 2 benda uji hasil Kandungan
dari masing-masing pasir yang berbeda, dengan lumpur (maks: 5 2.04% 4% 6.20%
mengambil nilai rata-rata untuk hasil pengujian %)
per umur beton. Kandungan Layak Layak Layak
organic digunakan digunakan digunakan
Dari hasil penelitian tentang penggunaan
Penyerapan air
pasir pantai telah melalui pencucian secara alami (maks: 2 %)
1.41% 9.40% 11.60%
oleh air hujan, baik kuat tekan 28.28 MPa yang Berat jenis kering
nilainya lebih besar dibandingkan dengan beton permukaan/ 2.5 2.28 2.59
normal umur 28 hari adaah 26.02 MPa. Dari SSD (min:2.4)
penelitian terhadap pasir pantai sampur yang Modulus
dicuci didapat hasil rata-rata kuat tekan beon kehalusan/FM 2.46 3.05 3,03
22,14 MPa dan 16.36 MPa bila pasir dicuci tanpa (syarat 2.3-3.1)
dicuci..Hasil pengujian kuat tekan terhadap pasir
Hasil uji slump
Merapi mempunyai nilai kuat tekan 39,209 MPa, (rencana 60-180 180 mm 150 mm 100 mm
pasir Bangka sebesar 33,069 MPa dan n pasir mm)
sungai sebesar 26,209 MPa . Beton yang SNI-03-
menggunakan pasir laut (Bangka) yang Zona II Zona I Zona II
2834-
Gradasi (sedang) (kasar) (Sedang)
diperlakukan (treatment) mengalami peningkatan 2000
butiran
sebesar 6,25 kg/cm2 atau sebesar 2,23 % dari ASTM
Baik Baik
Kurang
pasir laut dalam keadaan yang sebenarnya. C33-03 baik
Hasil uji 7 hari 30.26 20.36 25.17
kuat 14 hari 33.37 22.91 27.15
Tabel 10. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata benda uji tekan
Sumber Uji 7 Hari Uji 14 Hari Uji 28 Hari 28 hari 37.05 24.32 31.39
(Mpa)
Agregat (MPa) (MPa) (MPa) Sumber: Hasil Pengujian
Bangka 30.26 33.37 37.05
Belitung
Rangkas 20.36 22.91 24.32
KESIMPULAN
Bitung
Subang 25.17 27.15 31.39 Dari penelitian terhadap agregat halus untuk
Sumber: Hasil pengujian 3 sumber yang berbeda di laboratorium, dan
dilakukan uji kuat tekan beton yang didapat
Dari kuat tekan beton dari penggunaan pasir diambil kesimpulan. Agregat halus dari Bangka
Bangka sebagai agregrat halus yang Belitung berwarna putih bersih mempunyai
menunjukkan nilai fc’ 37 MPa dan untuk 2 (dua) karakteristik susunan gradasi baik, masuk dalam
jenis pasir lain tidak memenuhi nilai fc: 37 MPa. zona gradasi II (butiran sedang), berat jenis kering
permukaan (SSD) 2.5, daya serap air 1.41%
Gambar 10 Grafik hasil pengujian kuat tekan (syarat maksimal 4%), kandungan lumpur (lolos
ayakan no.200) 2.04% (syarat maksimum 5%),
40 37.05
modulus kehalusan 2.46 dan tidak mengandung
33.37 bahan organik. Agregat halus dari Rangkas
35 31.39
UJI TEKAN (MPA)

30.26 Bitung berwarna agak coklat dengan campuran


30 27.15 batu berukuran kecil mempunyai karakteristik
25.17 24.32 susunan gradasi baik, masuk dalam zona gradasi
25 22.91
20.36
I (butiran kasar), mempunyai berat jenis kering
20
permukaan (SSD) 2.28, daya serap air (water
absorption) 9.4% (syarat maksimal 4%),
15 kandungan lumpur (lolos ayakan no.200) 4%
7 HARI 14 HARI 28 HARI
USIA BETON (syarat maksimum 5%), modulus kehalusan
Bangka Ramgkas Subang (fineness modulus/FM) 3.05 dan tidak
mengandung bahan organik. Agregat halus dari
beton rata-rata terhadap masing-masing
benda uji Subang berwarna hitam dengan campuran batuan
berwarna hitam juga, mempunyai
karakteristiksusunan gradasi kurang baik, masuk
127
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dalam zona gradasi II (butiran sedang), SNI 1972. (2008). Cara Uji Slump Beton. Jakarta,
mempunyai berat jenis kering permukaan (SSD) Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.
2.59, daya serap air 11.6% (syarat maksimal 4%), SNI 2816. (2014). Metode Uji Bahan Organik
kandungan lumpur (lolos ayakan no.200) 6.2% Dalam Agregat Halus Untuk Beton.
(syarat maksimum 5%), modulus kehalusan) 3.03, Jakarta, Indonesia: Badan Standarisasi
dan tidak mengandung bahan organic. Nasional.
Dari uji kuat tekan beton pada umur 28 hari SNI 2847. (2013). Persyaratan Beton Struktural
didapat kuat tekan beton dengan agregrat halus Untuk Bangunan Gedung. Jakarta,
dari Bangka Belitung didapat nilai 37.05 MPa, Indonesia: Badan Standarisasi Nasional.
agregat halus dari Subang didapat nilai 31.39 SNI 7656. (2012). Tata Cara Pemilihan Campuran
MPa dan agregat halus dari Rangkas Bitung Untuk Beton Normal, Beton Berat dan
didapat nilai rata-rata 24.32 MPa. Dari ketiga Beton Massa. Jakarta, Indonesia: Badan
sumber agregat halus yang diuji menunjukkan Standarisasi Nasional.
hanya agregat halus (pasir) yang berasal dari SNI ASTM C117. (2012). Metode Uji Bahan Yang
Bangka Belitung yang memenuhi syarat sebagai Lebih Halus Dari Saringan 75μm (No.200)
agregat halus yang baik sebagai campuran beton. Dalam Agregat Mineral Dengan
Pencucian. Jakarta, Indonesia: Badan
TERIMA KASIH Standarisasi Nasional.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada


pihak-pihak yang membantu penelitian ini,
khususnya Kepala PT.Waskita Beton Plant
Ciganjur dan tim dalam pelaksanaan penelitian
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dumyati, A., & Manalu, D. F. (2015, Juli-


Desember 2015). Analisis Penggunaan
Pasir Pantai Sampur Sebagai Agregat
Halus Terhadap Kuat Tekan Beton. Jurnal
Fropil, Vol 3, 1-13.
Fuad, S. I., Asmawi, B., & Hermawan. (2015,
Januari). Pengaruh Penggunaan Pasir
Sungai Dengan Pasir Laut Terhadap Kuat
Tekan Dan Lentur Pada Mutu Beton K-
225. Jurnal Desiminasi Teknologi, 1, 31-
39.
Kandi, Y. S., Ramang, R., & Cornelis, R. (2012,
September). Subtitusi Agregat Halus
Beton Menggunakan KapurAlam Dan
Menggunakan Pasir Laut Pada Campuran
Beton (Studi Analisis Bahan Kapur Alam
dan Pasir Laut Dari Kabupaten Sumba
Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara
Timur). Jurnal Teknik Sipil, 1 , 73-86.
Nawy, E. G. (2014). Beton Bertulang (Suata
Pendekatan Dasar). Bandung: PT. Refika
Aditama.
Sari, S. A., Ariningsih, T. P., & Purwanti, H.
(2017). Perbandingan Jenis Pasir
Terhadap Kuat Tekan, Kuat Lentur dan
Kuat Tarik Belah Beton. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Sipil, 1,
1-10.
SNI 03-1968. (1990). Metode Pengujian Tentang
Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar. Jakarta, Indonesia: Badan
Standarisasi Nasional.
SNI 03-1970. (2008). Cara Uji Berat Jenis Dan
Penyerapan Air Agregat Halus. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.

128
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN AIR HUJAN DALAM


PERUMAHAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI AIR TANAH
(Upaya Mempertahankan Air Tanah di Perumahan Puri Klaseman Klaten)

Darupratomo1, Much. Suranto2,


Program Studi Teknik Sipil, Universitas Widya Dharma Klaten1,2
daru@unwidha.ac.id

ABSTRAK

Limpahan air hujan yang tidak terkendali membuat masalah banjir. Usaha dalam menerapkan teknik
drainase menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global warming yaitu sistem drainase air hujan
berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut [Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu Sumur
Peresapan Air Hujan (Recharge Well), Parit Resapan Air Hujan (Recharge Trench) dan Taman Resapan Air
(Recharge Yard) dan yang terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul [Sujono, 2005]. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pengambilan sampel
dilakukan metode yaitu metode purposive sampling untuk pengukuran permeabilitas yang
mempertimbangkan pengambilan sampel pada lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan kosong
maupun pekarangan rumah sedangkan untuk pengukuran kedalaman muka air tanah dengan mengukur
kedalaman permukaan air sumur eksisting dan dengan cara menggali rencana sumur resapan yang akan
dipakai dalam komplek perumahan. Berdasarkan pendekatan perhitungan metode SNI 03-2453-2002
kebutuhan sumur resapan untuk menampung limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan terbuka oleh
rumah dan carport sebanyak 20 unit. Sedangkan sebagai pengganti lahan yang tertutup oleh paving block,
dibuat 8 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk
setiap sumur resapan.

Kata kunci : limpasan permukaan, resapan air, tampungan air

ABSTRACT

Overflow of rainwater causes flooding problems. Efforts to apply drainage techniques become an
option in order to deal with global warming, namely the environmentally sound rainwater drainage system.
This system according to [Sunjoto, 2007] consists of three groups, namely Rainwater Infiltration Well,
Infiltration Trench and Recharge Yard and the latter is also called Taman Bertanggul (Sujono, 2005 ). The
method used in this study using quantitative analysis methods. The sampling method is the purposive
sampling method for the measurement of permeability which takes into account the sampling of land that has
not been given pavement such as vacant land or yard while for measuring the depth of groundwater by
measuring the depth of surface of existing well water and by exploring the infiltration well plan that will used
in housing complexes. Based on the method calculation approach SNI 03-2453-2002 the need for infiltration
wells to accommodate rainwater runoff due to the closure of open land by houses and carport as many as 20
units. Whereas as a substitute for land covered by paving blocks, 8 units were made. Dimensions of 1 m
diameter infiltration well, 1.5 m depth for each infiltration well.

Keywords: surface runoff, water absorption, water reservoir

tanah adalah dengan menerapkan sumur


PENDAHULUAN resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari
pemanfaatan sumur resapan dapat menambah
jumlah air tanah dan mengurangi jumlah
Upaya memelihara keberadaan serta limpasan. Limpahan air hujan yang begitu banyak
berkelanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah dan tidak terkendali membuat masalah banjir. Air
agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan hujan yang berlebih apabila dikelola dengan baik
kualitas yang memadai untuk memenuhi dengan cara ditampung, diolah, dan dimanfaatkan
kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu kembali atau disimpan sebagai air cadangan
sekarang maupun yang akan datang disebut sehingga ketika musim kemarau datang bisa
konservasi air tanah. Pemakaian air tanah harus dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, Air hujan masuk kedalam tanah secara
yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. alami terjadi pada daerah-daerah yang porous
Salah satu cara mempertahankan kuantitas air misalnya sawah, tanah lapangan, permukaan

129
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tanah yang terbuka, hutan, halaman rumah yang Banjir (genangan air hujan) dan
tidak tertutup dan lain-lain. Air hujan yang jatuh ke menurunnya permukaan air-tanah (groundwater)
permukaan tanah pada awalnya akan membasahi terjadi di berbagai kawasan perumahan. Hal
tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap
Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang tahun pada musim hujan dan musim kemarau,
berpori maka akan meresap kedalam tanah yang menyebabkan kerugian material yang
sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama sangat besar dan berdampak menurunnya harga
akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki perumahan secara dratis. Upaya yang dapat
daerah akuifer dan akirnya menjadi air dilakukan adalah dengan pembuatan sumur
tanah.Air tanah merupakan sumber air yang resapan air hujan atau pembangunan pompa
sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah pengendali banjir.
tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut Salah satu faktor yang menyebabkan
akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang banjir dan menurunnya permukaan air-tanah di
sangat penting. kawasan perumahan adalah proses alih fungsi
Dengan berubahnya fungsi lahan yang lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan
semula terbuka menjadi bangunan rumah dan pertanian atau hutan menjadi perumahan dapat
sarana jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan menimbulkan dampak negatif, apabila tidak
untuk meresapkan air hujan semakin berkurang diikuti oleh upaya-upaya menyeimbangkan
yang dengan pasti akan menimbulkan kembali fungsi lingkungan. Di sisi lain dipicu
peningkatan aliran permukaan atau surface runoff oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang
yang akibatnya menimbulkan berbagai genangan terlalu pesat ke arah horisontal yang
bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka
dulu dengan mudah meresap kedalam tanah sebagai resapan air, sehingga air yang meresap
pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah ke dalam tanah menjadi terbatas dan
tertutup bangunan hingga terjadi limpasan memperbesar volume aliran permukaan.
permukaan (surface runoff) meningkat. Di sisi lain Salah satu solusi untuk mengatasi banjir
meningkatnya jumlah sarana prasarana ini telah dan menurunnnya permukaan air-tanah pada
menyebabkan berbagai dampak antara lain kawasan perumahan adalah dengan cara
problema air tanah, problema polusi air dan pencegahan sedini mungkin melalui
problema banjir. perencanaan dari awal oleh pihak pengembang
Proses pembangunan yang selalu terjadi perumahan (kontraktor/developer) dengan
dimanapun wilayah yang layak dihuni manusia mengalokasikan lahan untuk pembuatan
senantiasa akan terjadi dan berkembang. konstruksi sumur resapan air hujan atau pompa
Penelitian ini membatasi cakupan wilayah sempit pengendali banjir.
di lokasi Klaster Perumahan Klaseman sebagai Sistem drainase suatu kawasan
model penelitian. perumahan biasanya direncanakan sesuai
Fungsi lahan berubah yang semula dengan jumlah volume air permukaan yang
terbuka menjadi bangunan rumah dan sarana berasal dari rumah-rumah per-blok dengan
jalan sebagai akibatnya kemampuan lahan untuk kondisi rumah yang standar (rumah belum
meresapkan air hujan semakin berkurang yang dikembangkan). Kondisi ini yang membuat
dengan pasti akan menimbulkan peningkatan dimensi saluran drainase tidak dapat
aliran permukaan atau surface runoff yang menampung lagi volume air permukaan sejalan
akibatnya menimbulkan berbagai genangan dengan pengembangan rumah-rumah, yang
bahkan banjir di kala hujan terjadi. Air hujan yang berakibat terjadinya genangan-genangan air
dulu dengan mudah meresap kedalam tanah bahkan banjir pada kawasan tersebut dan
pada saat hujan saat ini sebagian lahan telah sekitarnya.
tertutup bangunan hingga terjadi limpasan Sumur resapan air merupakan rekayasa
permukaan (surface runoff) meningkat. Di sisi lain teknik konservasi air yang berupa bangunan
menurut meningkatnya jumlah sarana prasarana yang dibuat sedemikian rupa sehingga
ini telah menyebabkan berbagai dampak antara menyerupai bentuk sumur gali dengan
lain problema air tanah, problema polusi air dan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
problema banjir. Usaha maksimal dalam tempat menampung air hujan diatas atap rumah
menerapkan teknik drainase yang saat ini sedang dan meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat
menjadi pilihan dalam rangka menghadapi global yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur
warming yaitu sistem drainase air hujan resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran
berwawasan lingkungan. Sistem ini menurut permukaan dan mencegah terjadinya genangan
[Sunjoto, 2007] terdiri dari tiga kelompok yaitu air, sehingga memperkecil kemungkinan
Sumur Peresapan Air Hujan (Recharge Well), terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan
Parit Resapan Air Hujan (Recharge Trench) dan tinggi muka air tanah dan menambah
Taman Resapan Air (Recharge Yard) dan yang persediaan air tanah, (3) mengurangi atau
terakhir ini juga disebut Taman Bertanggul menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah
[Sujono, 2005]. yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4)
mencegah penurunan atau amblasan lahan
130
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

sebagai akibat pengambilan air tanah yang kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi tempat menampung air hujan dan
pencemaran air tanah. meresapkannya ke dalam tanah. Manfaat yang
Sumur resapan air ini berfungsi untuk dapat diperoleh dengan pembuatan sumur
menambah atau meninggikan air tanah, resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran
mengurangi genangan air banjir, mencegah permukaan dan mencegah terjadinya genangan
intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan air, sehingga memperkecil kemungkinan
tanah setempat dan melestarikan serta terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan
menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka tinggi muka air tanah dan menambah persediaan
panjang. Oleh karena itu pembuatan sumur air tanah, (3) mengurangi atau menahan
resapan perlu digalakkan terutama pada setiap terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang
pembangunan rumah tinggal. berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah
Adanya sumur resapan dapat mengurangi penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat
volume air limpasan permukaan. Air hujan yang pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5)
jatuh di atas permukaan atap bangunan rumah mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
dialirkan melalui talang terus ditampung ke dalam Dalam lingkungan perumahan tidak bisa
sumur resapan. Dengan demikian, air hujan tidak dipungkiri dan dipastikan terjadi limpasan air
mengalir ke mana-mana dan mengurangi air permukaan (surface runoff) akibat tertutupnya
limpasan permukaan. Pemasangan sumur areal tanah dengan bangunan rumah, perkerasan
resapan dapat dilakukan dengan model individual halaman [carport], sarana jalan [paving block
dan komunal. Sumur resapan model individual disarankan masih terjadi resapan air tanah]. Dari
adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu limpasan air permukaan dikumpulkan dalam
rumah, sedangkan yang satu sumur resapan saluran drainase agar arah aliran air tidak liar.
komunal digunakan secara bersama-sama untuk Untuk mengambil kesempatan dalam mengelola
lebih dari satu rumah. air limpasan yang terkumpul dalam saluran
Air hujan yang jatuh ke halaman rumah makan dibuatlah saluran yang bisa memberikan
harus dapat diserap oleh lahan halaman rumah itu kesempatan air bisa meresap ke dalam tanah
sendiri dan tidak melimpas ke luar halaman dengan tidak memberikan dasar saluran dengan
rumah. Halaman rumah secara alamiah dapat pasangan. Sehingga masih memberikan
menyerap curahan air hujan, termasuk dari air kesempatan kepada air untuk bisa meresap ke
hujan dari cucuran atap rumah, yang mengalir dalam tanah semaksimal mungkin. Disamping
melalui talang. Dalam hal ini sumur resapan dapat cara tersebut juga memberikan sumur resapan
ikut mengurangi sumbangan banjir dengan pada jalur saluran drainase (Recharge Trench)
mengurangi volume runoff air hujan. tersebut pada titik-titik tertentu sesuai dengan
Masuknya air hujan melalui peresapan perhitungan kebutuhan unit sumur resapan
(infiltrasi) inilah yang menjaga cadangan air tanah sebagai konversi pengganti luasan areal yang
agar tetap dapat dipanen dengan mudah. tertutup akibat pembangunan rumah dan fasilitas
Permukaan air-tanah memang berubah-ubah, lainnya [carport, jalan paving].
tergantung dari pasokan air dan eksploitasinya. Sumur resapan air hujan adalah prasarana
Dengan memasukkan ke dalam sumur resapan, untuk menampung dan meresapkan air hujan ke
air hujan yang jatuh di areal perumahan tidak dalam tanah. Sedangkan Lahan pekarangan
terbuang percuma ke selokan terus mengalir ke adalah lahan atau halaman yang dapat
sungai. difungsikan untuk menempatkan sumur resapan
Banjir dan menurunnya permukaan air air hujan.
tanah yang melanda beberapa kawasan
perumahan telah berlangsung cukup lama dan Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah
bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang sebagai berikut ;
terjadi setiap tahun. Upaya yang dapat dilakukan 1) Sumur resapan air hujan ditempatkan pada
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan lahan yang relative datar;
membangun sumur resapan air pada setiap 2) Air yang masuk ke dalam sumur resapan
rumah dalam suatu kawasan perumahan atau adalah air hujan yang tidak tercemar;
membangun pompa pengendali banjir. 3) Penempatan sumur resapan air hujan harus
Sumur Resapan Air Hujan (Recharge mempertimbangkan keamanan bangunan
Well) merupakan alternatif pilihan dalam sekitarnya;
mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air 4) Harus memperhatikan peraturan daerah
tanah pada kawasan perumahan, karena dengan setempat;
pertimbangan : a) pembuatan konstruksi SRA 5) Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini
tidak memerlukan biaya besar, b) tidak harus disetujui Instansi yang berwenang.
memerlukan lahan yang luas, dan c) bentuk
konstruksi SRA sederhana. Sumur resapan air Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah
merupakan rekayasa teknik konservasi air yang sebagai berikut ;
berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa 1) Kedalaman air tanah
sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
131
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada K = koefisien permeabilitas


musim hujan, tanah (m/hari)
2) Permeabilitas tanah (untik dinding sumur yang kedap, nilai
Struktur tanah yang dapat digunakan harus Kv = Kh, untuk dinding tidak kedap
mempunyai nilai permeabilitas tanah ≥ 2,0 diambil nilai Krata-rata)
cm/jam, dengan klasifikasi sebagai berikut;
a) permeabilitas tanah sedang (geluh Krata-rata= ……(3)
kelaunan 2,0 – 3,6 cm/jam atau 0,48 –
0,864 m3/m2/hari) Dimana;
b) permeabilitas tanah agak cepat (pasir Krata-rata = koefisien permeabilitas
halus 3,6 – 36 cm/jam atau 0,864 – tanah rata-rata (m/hari)
8,64 m3/m2/hari); Kv = koefisien permeabilitas
c) permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, tanah pada dinding sumur
lebih besar 36 cm/jam atau 8,64 (m/hari)
m3/m2/hari) = 2 Kh
3) Jarak terhadap bangunan Kh =Koefisien permeabilitas
Jarak penempatan sumur resapan air hujan tanah pada alas sumur
terhadap bangunan, dapat dilihat pada Tabel (m/hari)
1. Ah = luas alas sumur dengan
penampang lingkaran = ¼
π. D2. (m2)
Tabel 1. Jarak minimum sumur resapan air hujan
= luas alas sumur dengan
terhadap bangunan
penampang segi empat =
Jarak minimum
P. L. (m2)
dari sumur
No. Jenis Bangunan Av = luas dinding sumur dengan
resapan air hujan
(m) penampang lingkaran = π.
Sumur resapan air D. H (m2)
1. hujan/ sumur air 3 = luas dinding sumur dengan
bersih penampang segi empat =
2. Pondasi bangunan 1 2. P. L (m2)
Bidang resapan 3) Volume penampung (storasi) air hujan
3. /sumur resapan 5 digunakan rumus sebagai berikut:
tangki septik Vsstorasi = Vab – Vrsp ............................ (4)
Catatan : Jarak diukur dari tepi ke tepi Penentuan jumlah sumur resapan air
hujan, terlebih dahulu menghitung Htotal
Perhitungan sumur resapan air hujan terbagi atas: sebagai berikut:
1) Volume andil banjir dapat digunakan rumus Htotal = ..............................(5)
sebagai berikut :
Vab = 0,855. Ctadah.. Atadah. R ..........(1) n = ............... (6)
Dimana :
dimana :
Vab = Volume andil banjir yang
n = jumlah sumur resapan air
akan ditampung sumur
hujan (buah)
resapan (m3)
Htotal = kedalaman total sumur
Ctadah = koefisien limpasan dari
resapan air hujan (m)
bidang tadah (tanpa satuan)
Hrencana = kedalaman yang di
Atadah = Luas bidang tadah (m 2)
rencanakan < kedalaman
R = Tinggi hujan harian rata-rata
air tanah (m)
(L/m2/hari)
Penelitian yang pernah dilakukan Eka
Ayu Indramaya dan Ig. L. Setyawan Purnama
2) Volume air hujan yang meresap digunakan
(2013) melakukan penelitian Rancangan Sumur
rumus sebagai berikut :
Resapan air hujan sebagai salah satu usaha
………………… (2) konservasi air tanah di perumahan Dayu Baru
Dimana : Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Vrsp = volume air hujan yang
meresap (m3) Penelitian yang serupa juga pernah
te = durasi hujan efektif (jam) dilakukan Nopandi Valentinus Parhusip dan Ivan
te = 0,9. R0,92 /60 (jam) Indrawan (2014) Penerapan Sumur Resapan
R = tinggi hujan harian rata-rata pada Perencanaan Drainase Wilayah di
(L/m2/hari) Kecamatan Tarutung (Studi Kasus : Kawasan
Atotal = luas dinding sumur + luas Permukiman Kelurahan Hutatoruan VII).
alas sumur (m2)

132
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Penelitian Pembuatan Sumur Resapan Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam


Dalam Perumahan Sebagai Model Konservasi Air pembuatan sumur resapan air hujan adalah
Tanah (Upaya Mempertahankan Air Tanah Akibat sebagai berikut :
Dampak Pembangunan) bisa digunakan sebagai
model pembuatan sumur resapan di wilayah
Kabupaten Klaten sebagai syarat pembuatan Mulai
sumur resapan saat dilakukan pembangunan Y
yang menutup lahan terbuka dengan konversi
luasan yang dibangun.
Penelitian ini akan membahas dan
Kedalaman
air tanah
≥ tidak

mengetahui bagaimana mendapatkan pola


konversi lahan yang digunakan dalam
pembangunan digantikan oleh adanya sumur
resapan sebagai upaya konservasi air tanah agar
Permeabilitas ≥ 0,48 tidak
mengacu kepada konsep pembangunan yang
tanah m/hari
berkelanjutan. Sehingga akan didapatkan
pengganti ruang terbuka yang digunakan untuk
bangunan dengan sejumlah sumur resapan Y
sebagai penggantinya. Kemiringan
Hasil penelitian ini bisa diimplentasikan tanah
dalam skala yang lebih besar dan luas untuk 3m
SRAH
cakupannya sehingga dapat dipergunakan Persyaratan 1 m PB
sebagai acuan dalam mengontrol dan tidak Jarak 5 m SRTS
mengendalikan kelestarian air tanah yang lebih
luas lagi.
Y
METODE Kriteria System
Metode yang digunakan dalam penelitian perencanaan Perhitungan
penampungan
R. Catap. Atadah.. dan
ini dengan menggunakan metode survei Hrencana. Diameter penentuan air hujan
sedangkan untuk analisis menggunakan analisis jumlah Sumur terpusat
kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan
dua metode yaitu metode purposive sampling
untuk pengukuran permeabilitas yang
Stop
mempertimbangkan pengambilan sampel pada
lahan yang belum diberi perkerasan seperti lahan
kosong maupun pekarangan rumah sedangkan Keterangan :
untuk pengukuran kedalaman muka air tanah SRAH = Sumur Resapan Air Hujan
PB = Pondasi Bangunan
dengan mengukur kedalaman permukaan air SRTS = Sumur Resapan Tangki
sumur eksisting dan dengan cara menggali Septiktank
rencana sumur resapan yang akan dipakai dalam
komplek perumahan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah-langkah pererncanaan sumur
resapan mengikuti ketentuan dari SNI 03-2453- Luasan area Klaster Perumahan Puri
2002 (Tata cara perencanaan sumur resapan air Klaseman Klaten lebih kurang 1.500 m 2 dengan
hujan untuk lahan pekarangan). Beberapa luas bangunan rumah dan lahan kaveling tertutup
parameter yang digunakan untuk menentukan (carport) sebesar 650 m 2 sedangkan untuk
desain sumur resapan antara lain : perkerasan jalan(paving block) 255 m2, sisanya
a. Mengetahui Kedalaman Muka Air Tanah 595 m2 berupa open space dan taman
Kedalaman muka air tanah diketahui dari lingkungan.
mengukur permukaan air sumur eksisting dan Berdasarkan pendekatan perhitungan
menggali rencana sumur resapan dan mengukur metode SNI 03-2453-2002 (Tata cara
kedalaman permukaan air tanahnya. perencanaan sumur resapan air hujan untuk
b. Mengetahui Nilai Permeabilitas Tanah lahan pekarangan) rumus menghitung volume air
Dalam Penelitian ini Nilai Permeabilitas limpasan permukaan pada bidang rumah dan
Tanah dengan menggunakan persyaratan teknis carport, koefisien limpasan permukaan (runoff
struktur tanah yang mempunyai permeabilitas coefficient) dengan C=0.85, tinggi curah hujan
sedang (geluh kelaunan 2,0 – 3,6 cm/jam atau untuk wilayah Jawa dengan R=50 mm/hari.
0,48 – 0,864 m3/m2/hari) berdasarkan dari hasil
klasifikasi tanah galian untuk sumur resapan.

133
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Analisa perhitungan Sumur resapan Vstorasi = 8,921631 m3


Htotal = 11,36513 m
Dengan menggunakan Rumus Perhitungan
Hrencana = 1,5 m
Sumur Resapan pada Bidang Rumah sebagai
berikut : n = 7,576756 bh

Ctadah = 0,85 Pembahasan


Atadah = 650 m2
R = 50 mm/hari Volume yang bisa ditampung oleh sumur
Vab =23619,38 lt resapan pada areal rumah seluas 650 m 2 ,
=23,61938 m3 koefisien limpasan permukaan (runoff coefficient)
D = 1 m dengan C=0.85, tinggi curah hujan untuk wilayah
H = 1,5 m Jawa dengan R=50 mm/hari. adalah Vab=23,62
Ktanah = 20 cm/jam m3. Volume air hujan yang meresap ke dalam
= 4,8 m/hari tanah Vrsp=0,34 m 3. Volume penampung (storasi)
Kh air hujan Vstorasi=23,27 m3. Dengan demikian
=1/2Kv = 2,4 m/hari kebutuhan sumur resapan untuk menampung
limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan
te = 32,9075 menit terbuka oleh rumah dan carport sebanyak 19,77
=0,548458 jam buah sumur resapan, dalam praktek dibuat 20
Krerata = 2,742857 unit. Dengan dimensi sumur resapan diameter 1
Kv = 4,8 m, kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk
setiap sumur resapan. Letak sumur resapan
Ah = 0,785 m2 dalam penempatan di lokasi setiap unit kaveling
Kh = 2,4 diletakkan berada di open space bagian belakang
Av = 4,71 m2 rumah dan satunya lagi diletakkan di ruang
Atotal = 5,495 terbuka (taman) depan rumah.
Sedangkan sebagai pengganti lahan yang
Vrsp = 0,344432 m3 tertutup oleh paving block seluas 255 m2,
Vstorasi = 23,27494 m3 koefisien limpasan permukaan (runoff coefficient)
Htotal = 29,64961 m dengan C=0.85, tinggi curah hujan untuk wilayah
Hrencana = 1,5 m Jawa dengan R=50 mm/hari, volume yang bisa
ditampung oleh sumur resapan Vab=9,27 m3.
N = 19,76641 bh
Volume air hujan yang meresap ke dalam tanah
Vrsp=0,34 m3. Volume penampung (storasi) air
hujan Vstorasi=8,92 m3. Dengan demikian
Dengan menggunakan Rumus Perhitungan kebutuhan sumur resapan untuk menampung
Sumur Resapan pada Bidang Jalan Paving limpasan air hujan akibat dari tertutupnya lahan
sebagai berikut : terbuka oleh paving block sebanyak 7,58 buah
sumur resapan, dalam praktek dibuat 8 unit.
Ctadah = 0,85
Dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m,
Atadah = 255 m2 kedalaman 1,5 m atau 3 buah buis beton untuk
R = 50 mm/h setiap sumur resapan. Letak sumur resapan
Vab = 9266,063 ari
lt dalam penempatannya diletakkan disetiap
= 9,266063 m3 perbatasan unit kaveling satu dengan lainnya
berada dibawah saluran drainase jalan.
D = 1 m Plotting dalam gambar perencanaan area
H = 1,5 m permukiman dengan lausan lebih kurang 1500 m 2
Ktanah = 20 cm/jam dengan luas bangunan rumah dan lahan kaveling
= 4,8 m/hari m3/m2/hari tertutup (carport) sebesar 650 m2 sedangkan
untuk perkerasan jalan(paving block) 255 m2,
Kh =1/2Kv = 2,4 m/hari sisanya 595 m 2 berupa open space dan taman
te 32,9075 menit 0,548458 jam lingkungan sebagai berikut,
Krerata = 2,742857
Kv = 4,8
Ah = 0,785 m2
Kh = 2,4
Av = 4,71 m2
Atotal = 5,495
Vrsp = 0,344432 m3

134
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 1. Denah Site Plan Klaster Puri


Klaseman Klaten Gambar 3. Pembuatan Sumur Resapan Klaster
Puri Klaseman Klaten

KESIMPULAN

Jumlah sumur resapan yang dibangun


pada kaveling sebagai penampung limpasan air
hujan dari semua atap bangunan rumah dan
carport sebanyak 20 unit yang diletakkan pada
masing-masing unit kaveling setiap satu unit
kaveling dibangun 2 unit sumur resapan yang
mana satu unit diletakkan dibagian belakang
ruang terbuka kaveling dan satu unit diletakkan di
bagian depan ruang terbuka rumah (taman)
dengan dimensi sumur resapan diameter 1 m,
kedalaman 1,5 m.
Jumlah sumur resapan yang dibangun
pada sepanjang saluran drainase sebagai
penampung limpasan air hujan dari jalan paving
block sebanyak 8 unit yang diletakkan di
perbatasan antar unit kaveling berada di bawah
saluran drainase dengan dimensi sumur resapan
diameter 1 m, kedalaman 1,5 m.
Gambar 2. Kondisi Eksisting Lahan Puri
Klaseman Klaten UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah


Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga Penelitian ini
bisa diselesaikan. Dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan penelitian ini, peneliti
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu diucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :

1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,


Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi atas kesediaannya
untuk membiayai penelitian ini.
2. Prof. Dr. Triyono, M.Pd., selaku Rektor
Universitas Widya Dharma Klaten.

135
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

3. Bapak Arif Julianto Sri Nugroho, S.E., M.Si.,


selaku Kepala Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Widya
Dharma Klaten.
4. Bapak Harri Purnomo, S.T., M.Eng., selaku
Dekan Fakultas Teknik Universitas Widya
Dharma Klaten.
5. Semua pihak yang telah membantu peneliti
dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Bradja M. Das., 1993, Mekanika tanah Prinsip-


prinsip, rekayasa geoteknik, jilid 1,
penerbit Erlangga Jakarta;
BSN, 2002, SNI 03-2453-2002, Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
untuk Lahan Pekarangan).
Eka, A.,I., dan Ig. L. Setyawan P., 2013,
Rancangan Sumur Resapan air hujan
sebagai salah satu usaha konservasi air
tanah di perumahan Dayu Baru
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Moh. Masduki Hardjosuprapto, Ir, 1999, Drainase
perkotaan;
Nopandi V., P., dan Ivan I., 2014, Penerapan
Sumur Resapan pada Perencanaan
Drainase Wilayah di Kecamatan Tarutung
(Studi Kasus : Kawasan Permukiman
Kelurahan Hutatoruan VII).
Sunjoto, 2007, Peningkatan Tampungan Air
Tanah Akibat Infiltrasi di Saluran, Pros.
Lokakarya Nasional Rekayasa
Penanggulanagan Dampak Pengambilan
Air Tanah, Dept. ESDM. PLG, Jakarta 6
September 2007.
Sujono, 2005, Laporan Penelitian Survei
Drainase Lingkungan Kampus,
Yogyakarta

136
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PERMODELAN PROFIL ALIRAN PADA HILIR PELIMPAH BENDUNGAN


(Studi Kasus pada Bendungan Bajulmati Situbondo-Banyuwangi)

Lourina Evanale Orfa1, Chairil Saleh2


Universitas Muhammadiyah Malang1,2
Jalan Raya Tlogomas No.246, Malang
E-mail: lourinaorfa@umm.ac.id

ABSTRAK

Pelimpah bendungan berfungsi untuk membuang kelebihan air tampungan pada saat kondisi banjir.
Kelebihan air akan melimpas kembali ke aliran sungai di hilir bendungan. Profil aliran diperlukan untuk
mengetahui kondisi aliran pada saat banjir terjadi. Program Hec Ras digunakan untuk mengetahui profil
aliran di saluran. Permodelan aliran di pelimpah direncanakan menggunakan Program Hec Ras.
Permodelan geometri menggunakan tampungan bendungan sebagai storage area dan pelimpah bendungan
sebagai inline structure. Profil aliran merupakan hasil dari permodelan hidraulik. Hasil simulasi digunakan
untuk membandingkan dengan hasil perhitungan analitis. Dari hasil permodelan menunjukkan bahwa hasil
profil aliran mendekati perhitungan analitis. Sehingga, untuk permodelan geometri seperti pada penelitian ini
dapat digunakan untuk memodelkan aliran di pelimpah.

Kata kunci: Pelimpah, Profil Aliran, Program Hec Ras

ABSTRACT

Spillway dams serve to remove excess storage water during flood conditions. Excess water will run
back into the river flow downstream of the dam. Flow profile is needed to determine the flow conditions when
a flood occurs. The Hec Ras program is used to find out the flow profile on the channel. Flow modeling in
spillway is planned to use the Hec Ras Program. Geometry modeling uses dam storage as storage area and
dam overflow as inline structure. Flow profile is the result of hydraulic modeling. Simulation results are used
to compare the results of analytical calculations. From the modeling results show that the flow profile results
approach analytical calculations. So, for geometry modeling as in this study it can be used to model flow in
spillway.

Keywords: Spillway, Flow Profile, The Hec Ras Program

PENDAHULUAN tenaga listrik mikro hydro sebesar 340 kW.


Pengembangan daerah wisata baru.
Bendungan/Waduk Bajulmati terletak pada Pelimpah bendungan berfungsi untuk
Sungai Bajulmati, Desa Watukebo, Kecamatan membuang kelebihan air tampungan pada saat
Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi Propinsi kondisi banjir. Kelebihan air melimpas ke hilir.
Jawa Timur. Lokasi proyek berjarak sekitar 38 km Pada Bendungan Bajulmati, hilir pelimpah akan
kearah utara dari kota Banyuwangi atau berjarak bertemu dengan outlet bangunan pengambilan di
sekitar 250 km kearah timur dari kota Surabaya sungai utama. Debit banjir besar yang melimpas
Pembangunan Bendungan Bajulmati dimulai seringkali menyebabkan muka air di hilir akan
tahun 2006 dan telah selesai dilaksanakan pada naik dan dapat menimbulkan kerusakan di
akhir bulan Nopember 2015, mulai digenangi bantaran sungai karena gerusan.
sejak 3 Desember 2015 dan melimpas pada 3 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
Januari 2017. Bendungan ini bermanfaat untuk bagaimana pengaruh banjir yang melewati
penyediaan air irigasi, air baku dan tempat pelimpah terhadap kondisi sungai di hilir.
wisata/rekreasi. Penyediaan air irigasi teknis pada Pengaruh banjir yang melewati pelimpah dapat
persawahan seluas 1.800 Ha di Kabupaten dilihat melalui profil aliran di saluran dan
Banyuwangi bagian Utara. Penyediaan air baku pertemuan dengan sungai utama. Program Hec-
untuk air bersih sebesar 180 liter/detik terdiri dari Ras digunakan untuk mengetahui profil aliran
untuk air baku bagi penduduk di sekitar yang terjadi mulai pelimpah sampai ke hilir. Akan
Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi dilakukan permodelan hidraulik untuk
sebesar 120 liter/detik dan penyediaan air baku mensimulasi banjir yang mungkin terjadi. Profil
untuk Pelabuhan Banyuwangi dan industri aliran di pelimpah dapat diketahui dengan
disekitarnya sebesar 60 liter/detik. Pembangkit simulasi ini.

137
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

memodelkan profil air yang berada di spillway.


METODE Berikut merupakan hidrograf banjir (Gambar 4.1)
yang telah diperhitungkan oleh konsultan
Lokasi Penelitian perencana Bendungan Bajulmati.
Pengambilan data dilakukan di lokasi
Bendungan Bajulmati, Banyuwangi. Kemudian
dilakukan analisis dan permodelan
menggunakan program Hec-Ras yang dilakukan
di Laboratorium Komputasi (WaterNet dan
Staad Pro).
Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisis adalah
data sekunder. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh tidak langsung dari obyek penelitian.
Data sekunder yang akan diambil adalah data
topografi di lokasi studi dan hidrograf banjir pada
Inflow : 465 m3/dt ; Outflow : 321 m3/dt
debit kala ulang Q1000th atau QPMF. Data
EL. MAW : 89,00 ; Freeboard : 2,8 m
dasar dalam perhitungan dan permodelan akan
diambil di konsultan pengawas di Banyuwangi. Gambar 4. Hidrograf banjir Rancangan Q100th
Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data dimulai dengan
membuat geometri pelimpah mulai peredam
energy sampai hilir. Kemudian diberi inputan
data berupa batas hulu (Upstream Boundary
Condition) dan batas hilir (Downstream
Boundary Condition). Kondisi aliran tersebut
menggunakan analisis aliran unsteady flow.
Model yang digunakan yaitu bendungan
(tampungan air) sebagai storage area dan
pelimpah sebagai inline structure. Model yang
digunakan disesuaikan dengan data perhitungan
analitis. Analisis dan permodelan diharapkan
mampu mengetahui seberapa tinggi muka air di Inflow : 1011 m3/dt ; Outflow : 739 m3/dt
hilir akibat debit banjir besar. EL. MAW : 89,89 ; Freeboard : 1,91 m

Gambar 2. Hidrograf banjir Rancangan Q1000th


HASIL DAN PEMBAHASAN

Debit Banjir Rancangan


Data aliran merupakan data yang
dimasukkan untuk pembuatan model hidrologi di
dalam HEC-RAS. Data ini berupa data debit
periode ulang tertentu dalam satuan m3/detik.
Data debit dapat berasal dari pengukuran
langsung di lapangan, maupun secara tidak
langsung. Dalam kasus ini data debit berasal dari
perhitungan konsultan perencana Bendungan
Bajulmati, sehingga tidak perlu melakukan
perhitungan debit banjir. Selama melakukan input
data di dalam HEC-RAS harus dapat mewakili Inflow : 1411 m3/dt ; Outflow : 1041 m3/dt
input aliran yang dapat memberikan masukan EL. MAW : 90,29 ; Freeboard : 1,51 m
kepada setiap sungai yang dianalisis. Gambar 3. Hidrograf banjir Rancangan QPMF
Data aliran yang perlu dimasukkan ke dalam
HEC-RAS adalah data debit banjir rancangan Geometri dan Karakteristik Sungai
dengan periode ulang 100 tahun dan 1000 tahun. Geometri sungai digunakan sebagai data
Data debit banjir yang digunakan berupa debit dasar dalam simulasi Program Hec Ras.
inflow dan debit outflow. Debit inflow digunakan Penampang melintang sungai merupakan irisan
ketika memodelkan aliran yang berada dalam yang memotong daerah yang dialiri oleh aliran
waduk kemudian melimpah menuju spillway. sungai. Penampang melintang sungai diperlukan
Debit outflow dihitung menggunakan data curah untuk memasukkan data geometri sungai pada
hujan kemudian dilakukan penelusuran banjir. HEC-RAS. Program Hec Ras membutuhkan data
Sementara untuk debit outflow digunakan ketika
138
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

cross section dan long section. Desain pelimpah seperti kecepatan, tinggi muka air dll. Akan tetapi,
bendungan tersaji pada Gambar 4. HEC-RAS mengalami kondisi tidak stabil apabila
terjadi low flows (aliran rendah) atau kondisi muka
air pada saluran kering. Pada simulasi yang akan
dilakukan pada penelitian memungkinkan terjadi
low flows karena debit inflow yang kecil dan
simulasi pengisian air dimana awal aliran di
saluran eksisting seharusnya dalam keadaan
kering.
Program HEC-RAS memberikan kemudahan
apabila terjadi permasalahan aliran rendah
tersebut. Pilot channels merupakan solusi
permasalahan untuk memodelkan aliran tak
permanen dengan kondisi aliran rendah. Pilot
channels memotong dasar saluran sampai lebih
Gambar 4. Desain Pelimpah dalam dari dasar sebelumnya. Pembuatan pilot
channels dimaksudkan agar saluran yang
Pada kasus ini, kekasaran Manning sudah di sebelumnya kering akan dianggap tidak kering
tentukan oleh konsultan perencana sebesar 0.030 karena air akan mengisi pilot channel yang sudah
pada daerah aliran sungai. Dan untuk bangunan dibuat. Pada umumnya, saluran bantuan ini tidak
pelimpah, kekasaran Manning direncanakan terlalu lebar tapi lebih dalam pada saluran yang
sebesar 0.012 Nilai-nilai tersebut yang nantinya sekiranya terjadi low flow. Sehingga, aliran tidak
dimasukkan ke dalam data geometri HEC-RAS. stabil yang terjadi sebelumnya menjadi lebih
stabil.
Permodelan Bendungan pada Program Hec
Ras
Setelah mengetahui data aliran, data
potongan melintang pada masing-masing sungai
dan kekasaran koefisien Manning maka langkah
selanjutnya adalah memasukkan data-data
tersebut ke dalam software HEC-RAS.
Yang dimaksud dengan waduk pada pemodelan
disini adalah geometri sungai di daerah
genangan, sementara pengertian bendungan
pada pemodelan ini adalah aliran air yang
melewati outflow pelimpah (ambang pelimpah).
Permodelan yang dilakukan adalah geometri
sungai di daerah genangan dimodelkan sebagai
storage area dan outflow pelimpah sebagai inline Gambar 4. Geometri Bendungan dan Saluran
structure. Tahap pemodelan sama dengan Pelimpah
layaknya memodelkan aliran disungai, yaitu
dengan cara :
1. Memodelkan geometri (geometry data)
2. Memodelkan aliran (unsteady flow data)
3. Melakukan simulasi (perform unsteady
flow analysis)
4. Menampilkan hasil simulasi
Tahapan pemodelan waduk dan bendungan
dengan HECRAS dilakukan berdasarkan cara-
cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

Profil Muka Air di Hilir Pelimpah dengan Gambar 5. Penampang memanjang Saluran
Permodelan Storage Area dan inline Structure Pelimpah
Pemodelan dilakukan dengan daerah
genangan dimodelkan sebagai storage area dan Program HEC-RAS memberikan kemudahan
bendungan sebagai inline structure. Pada model dalam input geometri data. Geometri yang harus
ini memodelkan saluran pelimpah Untuk dimasukkan ke dalam data adalah penampang
pemodelan waduk dimodelkan sebagai storage melintang dan jarak antar penampang melintang.
area yang mana bendungan dimodelkan sebagai Apabila jarak antar penampang melintang cukup
inline structure. jauh, HEC-RAS dapat melakukan interpolasi
HEC-RAS melakukan simulasi aliran untuk penampang melintang saluran sesuai dengan
mengetahui parameter hidraulika yang terjadi
139
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

jarak antar penampang yang kita inginkan. Pada Boundary Condition. Memilih Bajulmati sebagai
penelitian ini, apabila jarak antar penampang storage area untuk dimasukkan ke dalam
cukup besar maka dilakukan interpolasi dengan Boundary Condition . Setelah itu Klik OK.
jarak maksimal yang diinginkan adalah 5 meter. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan
Untuk jarak antar penampang yang sudah dekat Lateral Inflow Hydrograph sebagai kondisi batas
tidak dilakukan interpolasi penampang. pada storage area, kemudian layar pengisian
Seperti telah dijelaskan di awal bahwa debit jam-jaman akan muncul. Memasukkan debit
program HEC-RAS mengalami kesulitan inflow periode ulang 1000 tahun sebagai kondisi
melakukan simulasi apabila aliran kering. batas hulu. Perbedaan apabila kondisi batas pada
Kenyataannya, banjir datang memiliki kondisi storage area dimasukkan adalah terletak pada
awal aliran kering dan tidak ada air di saluran. Hal output yang dihasilkan berupa profil muka air
ini membuat simulasi pengisian air tidak dapat pada bagian hilir dan pada stage and flow
dilakukan dengan baik. Sehingga, dalam hydrograph.
penelitian ini dilakukan simulasi untuk mencari
kondisi awal terlebih dahulu. Kemudian, hasil
simulasi dari mencari kondisi awal ini digunakan
sebagai kondisi awal pada simulasi debit banjir.
Pendekatan yang dilakukan pada simulasi ini
dengan menganggap sistem saluran ini adalah
kolam besar yang terisi penuh air. Kemudian,
muka air diturunkan sampai dengan batas muka
air tambak yang dinginkan untuk melakukan
simulasi selanjutnya. Bersamaan pula dilakukan
pemberian debit kecil sebagai inflow. Dengan
debit kecil sebagai inflow, HEC-RAS akan
melakukan perhitungan untuk mendapatkan
parameter hidraulik di tiap penampang
melintangnya. Selain itu, didapatkan muka air
awal di sepanjang saluran yang dapat digunakan
sebagai kondisi awal simulasi.
Unsteady Flow Data yang digunakan untuk Gambar 5. Lateral Inflow Hydrograph
membuat kondisi awal adalah:
Boundary Condition Upstream : Flow Hydrograph Initial Flow didapatkan dari simulasi
dengan debit kecil sebelumnya untuk mendaparkan initial condition
Boundary Condition Downstream : Stage aliran sebelumnya.
Hydrograph Pada kolom Initial Elevation of Storage Areas
(elevasi muka air awal ke elevasi muka air yang dimasukkan elevassi sebesar +90.75. Initial
diinginkan) Elevation of Storage Areas merupakan ketinggian
Initial Condition : debit kecil awal untuk semua storage area di dalam
pemodelan. Storage area bisa mulai kering, akan
Memodelkan aliran tetapi ketinggian minimum dari tempat tersebut
Peniruan hidraulika pada pemodelan ini harus tetap dimasukkan ke dalam pemodelan,
dilakukan dengan mengaktifkan layar editor data karena dalam pemodelan HEC-RAS tidak
aliran tak permanen. Layar dapat diaktifkan diperbolekan adanya daerah yang kering.
dengan memilih menu Edit | Unsteady Flow Data. Menyimpan datahidraulika tersebut dengan
Untuk kondisi batas yang perlu dimasukkan memilih menu File | Save Unsteady Flow Data.
adalah kondisi batas hilir dengan memilih Stage
Hydrograph sebagai kondisi batasnya. Stage Melakukan Simulasi
Hydrograph dipilih jika mengetahui ratarata Langkah pertama yaitu mengaktifkan layar
elevasi profil muka air pada bagian hilir. Pada hitungan aliran tak permanen dengan memilih
pemodelan ini rata-rata profil muka air bagian hilir. menu Run | Unsteady Flow Analysis atau
Sementara untuk kondisi batas hulu dapat mengklik tombol Perform an Unsteady Flow
dilakukan percobaan dimana batas hulu pada Analysis. Kemudian mengaktifkan ketiga mode l
storage area dapat dimasukkan ataupun tidak. hitungan pada menu Program to Run yaitu
Jika batas hulu pada permodelan ini Geometry Preprocessor, Unsteady,Flow
(Strorage area) dimaksukkan maka langkah Simulation, dan Post Processor. Setelah itu
pertama untuk memasukkan data tersebut yaitu mengatur waktu simulasi pada kotak computation
dengan memilih Add Storage Area pada layar dari starting date sampai dengan ending time.
Unsteady Flow Data. Setelah memilih Add
Storage Area pada layar Unsteady Flow Data Menampilkan Hasil Simulasi
maka akan muncul layar pemilihan storage area Cara yang sama untuk menampilkan hasil
mana yang nantinya akan dimasukkan ke dalam simulasi pada pemodelan ini yaitu dengan
140
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

mengklik tombol view cross section, view profil, Ismawati, Sintya Maghfiro. 2017. Permodelan
view general profil plot, view computed rating Aliran 1D pada Bendungan Tugu
curve, view 3D multiple cross section plot, etc. menggunakan Software Her Ras. Skripsi
Hasil dari simulasi ditampilkan dalam bentuk Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh
gambar dan tabel seperti gambar dibawah ini. November: Tidak diterbitkan.
Hasil yang ditampilkan pada pemodelan ini Mawardi, Erman. dan Moch Memed. 2002. Desain
adalamketika pemodelan hidraulika menggunakan Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi
kondisi batas hulu storage area (Lateral Teknis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Hydrograph). Mawardi, Erman. 2007. Desain Hidraulik
Bangunan Irigasi. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Novak, dkk. 1990. Hydraulic Structures. London :
Unwin Hyman.
Prastumi, Aniek Masrevaniah. 2008. Bangunan Air.
Surabaya : Srikandi.
Ramadhani, Elvira Eka dkk. 2016. Studi
Pengendalian Banjir Sungai Cimanuk
dengan menggunakan Retarding Basin
pada Hilir Bendungan Jatigede di Provinsi
Jawa Barat. Skripsi Teknik Pengairan,
Universitas Brawijaya: Tidak diterbitkan.
Sosrodarsono, S. dan Kazuto Nakazawa. 2000.
Bendungan Tipe Urugan. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Soedibyo, Ir. 2003. Teknik Bendungan. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
US Army Corps of Engineers. 2010a. HEC-RAS
River Analysis System: Hydraulic Reference
Manual. Hydrologic Engineering Center.
US Army Corps of Engineers. 2010b. HEC-RAS River
Analysis System: User’s Manual. Hydrologic
Gambar 6. Hasil Simulasi pada Stasion 19
Engineering Center.
KESIMPULAN

Dari hasil permodelan menunjukkan bahwa


permodelan geometri menggunakan storage area
dan inline structure dapat digunakan untuk
memodelkan aliran di pelimpah. Tetapi harus
diawali dulu dengan pembuatan initial condition
untuk mendapatkan aliran dasar. Mengingat
bahwa Program Hec Ras tidak bisa disimulasi
untuk aliran kering.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan Terima Kasih kami tujukan kepada


pihak-pihak yang membantu penulis dalam
melakukan penelitian baik dari Konsultan
Perencana Proyek PT. Indra Karya Wilayah I
Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Anandhita, Tia. 2015. Analisis Pengaruh Back


Water (Air Balik) terhadap Banjir Sungai
Rangkui Kota Pangkalpinang. Jurnal Fropil,
Vol 3 Nomor 2, hal 131-141, Juli-Desember
2015. Bangka Belitung.
Chow, V.T. 2000. Hidrolika Saluran terbuka
(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
141
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

142
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PREDIKSI SISA MASA LAYAN PERKERASAN BERDASARKAN


PENILAIAN PERKERASAN METODE SDI DAN PCI
Studi Kasus Jalan Kol. Sugiyono Kabupaten Kulon Progo
Silvi Irvi Yanti1, Latif Budi Suparma2, Arief Setiawan Budi Nugroho3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta1, 2, 3
Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281
E-mail: silviirviyanti@yahoo.com

ABSTRAK

Perkerasan jalan memiliki karakteristik mengalami penurunan kondisi seiring dengan waktu
layannya.Hal ini diindikasikan dengan terjadinya kerusakan padanya. Untuk itu evaluasi struktural maupun
non struktural perlu dilakukan secara periodik guna mengetahui kondisi dan langkah penanganan
perkerasan jalan sehingga kondisi optimal dapat tetap dijaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
korelasi penilaian kondisi dan sisa masa layan perkerasan menurut SDI dan PCI berdasarkan data time
series tahun 2015-2017 pada jalan Kol. Sugiyono Kabupaten Kulonprogo. Penilaian kondisi perkerasan
metode SDI mengacu pada panduan nomor SMD-03/RCS tentang Panduan Survai Kondisi Jalan tahun
2011, sedangkan penilaian kondisi perkerasan metode PCI mengacu pada standar yang dikembangkan oleh
U.S. Army Corps of Engineers. Korelasi SDI dengan PCI diperoleh melalui regresi hasil survei dan
perhitungan kondisi perkerasan secara visual. Sisa masa layan perkerasan didapatkan melalui analisis time
series berdasarkan data time series SDI dari P2JN Yogyakarta. Hasil perhitungan kondisi perkerasan
diperoleh rata-rata nilai SDI Jalan Kol. Sugiyono adalah 65,00 (sedang) dan berdasarkan PCI adalah 70,53
(sangat baik) dimana korelasi SDI dengan PCI memiliki tingkat korelasi sangat lemah. Peramalan
menggunakan analisis time series berdasarkan SDI diperoleh sisa masa layan segmen 1 adalah 9,52
semester sedangkan berdasarkan PCI diperoleh sisa masa layan adalah 5,10 semester. Sementara itu
untuk segmen 2 – 7 didapat sisa masa layan metode SDI adalah 15,50 semester, sedangkan metode PCI
memberikan nilai sebesar 9,34 semester.

Kata kunci: SDI, PCI, Regresi, peramalan, time series

ABSTRACT

Road Pavement has a characteristic of decreasing conditions along with the time of service. This is
indicated by the occurrence of damage to it. For this reason, structural and non-structural evaluations need
to be carried out periodically to determine the conditions and steps for handling pavement so that optimal
conditions can be maintained. This study aims to determine the correlation of condition assessment and the
rest of the pavement service according to SDI and PCI based on the time series data from 2015-2017 on the
Kol Sugiyono Road in Kulonprogo Regency. The SDI method assessment of pavement refers to the
guideline number SMD-03 / RCS regarding the 2011 Road Condition Survey Guide, while the PCI method of
pavement conditions refers to the standards developed by U.S. Army Corps of Engineers. SDI correlation
with PCI is obtained through regression of survey results and visual calculation of pavement conditions. The
rest of the pavement service period was obtained through time series analysis based on SDI time series data
from P2JN Yogyakarta. The calculation results of pavement conditions obtained by the average SDI value of
Kol Sugiyono Road is 65.00 (moderate) and based on PCI is 70.53 (very good) where the correlation of SDI
with PCI has a very weak correlation level. Forecasting using time series analysis based on SDI obtained the
remaining segment 1 service life is 9.52 semesters while based on PCI obtained the remaining service
period is 5.10 semesters. Meanwhile for segments 2 - 7, the remaining service period of the SDI method is
15.50 semesters, while the PCI method gives a value of 9.34 semesters.

Keywords: SDI, PCI, Regression, Forecasting, Time Series

143
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN Setyawan et al. (2015) menyimpulkan pola


hubungan antara PCI dengan sisa masa pakai
Karakteristik jalan yang jalan memiliki tingkat interpretasi yang kuat.
cenderung mengalami penurunan kondisi, Kelompok segmen jalan yang memiliki nilai PCI
sehingga diperlukan pemantauan untuk menjaga yang lebih tinggi cenderung memiliki masa pakai
kondisi perkerasan agar selalu mampu layanan yang lebih lama atau sebaliknya.
memberikan pelayanan berdasarkan standar Tranggono, M dan Santosa, W. (2016) juga
minimalnya. Untuk itu dibutuhkan penilaian melakukan penelitian prediksi sisa masa layan
kondisi jalan yang lebih menggambarkan kondisi perkerasan lentur berdasarkan ketidakrataan
lapangan. Belakangan P2JN Yogyakarta sudah permukaan jalan dan diperoleh hubungannya
melakukan penilaian dengan metode SDI, namun berupa fungsi eksponensial.
jenis kerusakan yang dinilai dengan metode SDI
belum mencakup semua jenis kerusakan Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
perkerasan. Literatur menyatakan bahwa PCI mengetahui korelasi antara SDI dengan PCI pada
dikembangkan oleh U.S. Army Corps of ruas Jalan Nasional di Kabupaten Kulon Progo
Engineers untuk memberikan indeks integritas sehingga diperoleh metode penilaian kondisi
struktural dan kondisi operasional permukaan perkerasan jalan yang lebih mendekati kondisi
perkerasan. PCI adalah indeks numerik, mulai lapangan. Dan berdasarkan hubungan dapat
dari 0 untuk perkerasan yang gagal sampai 100 diketahui time series kondisi perkerasan
untuk perkerasan dalam kondisi sempurna berdasarkan PCI. Selanjutnya dapat ditentukan
(Shahin, 2005). Perhitungan PCI didasarkan pada sisa masa layan perkerasan berdasarkan SDI dan
hasil survei kondisi visual dimana tipe kerusakan, PCI.
tingkat keparahan, dan identifikasi kuantiti
kerusakan. Supranoto (2009) dalam penelitiannya METODE
menyimpulkan bahwa prioritas penanganan
1. Lokasi Penelitian
kerusakan disarankan melihat nilai rating
Lokasi penelitian berada di dalam wilayah
terendah dari ruas jalan yang ada, serta jenis
Kabupaten Kulon Progo tepatnya ruas Jalan Kol.
kerusakan yang paling berperan mempengaruhi
Sugiyono Kab. Kulon Progo yang merupakan
nilai rating. Rosalina (2013) menyatakan bahwa jalan nasional kolektor primer yang
jenis kerusakan retak pada penilaian dengan SDI kewenanganannya berada pada Satker P2JN D.I.
tidak spesifik tetapi lebih ditekankan pada dimensi Yogyakarta seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
retak dan prosentase luasan retak, serta untuk
kerusakan seperti aspal berlebihan (bleeding),
lepas-lepas (ravelling) dan kerusakan tepi tidak
diperhitungkan. Ilmuddin (2015) menyebutkan
bahwa maksud dan tujuan survei kondisi jalan
disingkat SKJ (Road Condition Survey, RCS)
adalah untuk mendapatkan data kondisi bagian-
bagian jalan yang mudah berubah; baik untuk
jalan aspal maupun jalan tanah/kerikil, sesuai
dengan kebutuhan untuk penyusunan rencana
dan program pembinaan jaringan jalan.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
terlihat kelemahan pada manual survey yang
dapat memberikan hasil survei yang membias dan
kurang akurat, sehingga perlu review dan tinjauan
terhadap manual tersebut.
Sisa masa layan perkerasan (RSL) di
defenisikan sebagai perkiraan jumlah tahun yang
diukur berdasarkan kondisi terakhir yang
diproyeksikan sampai dibutuhkannya rehabilitasi
selanjutnya. RSL sangat baik digunakan sebagai Gambar 1. Lokasi penelitian Jalan Kol. Sugiyono
pengukuran kinerja perkerasan tingkat jaringan di wilayah Kabupaten Kulon Progo,
secara nasional karena penambahan elemen DIY
'waktu' yang menggambarkan bagaimana jaringan
perkerasan tersebut melayani pengguna jalan, 2. Pengumpulan dan Analisis Data
perkerasan dengan RSL tinggi melayani Prosedur pengumpulan data dimulai dari
pengguna jalan lebih panjang dan akan melayani menentukan ruas Jalan Kol. Sugiyono sebagai
objek survei.
pengguna jalan dengan baik (Mack and Sullivan
2014). a. Metode Surface Distress Index (SDI)

144
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Untuk pengukuran sesuai SDI mengacu Tabel 2. Hubungan antara nilai SDI
pada Manual Survei Kondisi Jalan Nomor SMD- dengan kondisi jalan
03/RCS dilakukan per 100 m panjang jalan. SDI
dilakukan dengan membagi ruas jalan mejadi
segmen dengan masing-masing 100 m panjang Kondisi Jalan Nilai SDI
jalan. Hasil survei dilakukan perhitungan sesuai
prosedur pada panduan survei sebagai berikut : Baik < 50
Sedang 50 – 100
a. Menetapkan SDI1 berdasarkan luas retak
(total area of cracks) Rusak ringan 100 – 150

b. Menetapkan SDI2 berdasarkan rata-rata Rusak berat > 150


lebar retak (average crack width)
1. Metode Pavement Condition Index (PCI)
c. Menetapkan SDI3 berdasarkan jumlah Survei dengan metode PCI dilakukan
lubang (total number of potholes) mengacu pada penilaian PCI yang dikembangkan
d. Menetapkan SDI berdasarkan rata-rata oleh U.S. Army Corps of Engineers dengan
kedalaman bekas roda kendaraan (rutting) membagi ruas jalan menjadi beberapa sampel
dengan luasan 220 dan 275 m2 (panjang 22 m
dan 25 m dengan lebar 11 m), selanjutnya dirata-
Keterangan penilaian SDI dari data-data yang rata untuk masing-masing 100 m panjang jalan.
diperlukan ditunjukkan pada Tabel 1. Selanjutkan Adapun tahapan perhitungan PCI mengikuti
tentukan nilai dan kondisi perkerasan langkah-langkah berikut:
berdasarkan Tabel 2. 1) Membagi berbagai bagian tersebut dalam
sampel unit
Tabel 1. Perhitungan SDI untuk jalan beraspal 2) Memeriksa sampel unit tersebut dan
(SMD-03/RCS)
tentukan jenis
3) Kerusakan, tingkat kerusakan dan kadar
kerusakan
4) Tentukan Nilai Pengurangan (Deduct
Value/DV) adalah nilai pengurangan untuk
tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari
kurva hubungan antara density dan deduct
value. Deduct value juga dibedakan atas
tingkat kerusakan untuk tiap-tiap jenis
kerusakan.
5) Menghitung Total Nilai Pengurangan (Total
Deduct Value/TDV) adalah nilai total dari
individual deduct value untuk tiap jenis
kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada
pada suatu unit penelitian.
6) Menghitung Nilai Koreksi Nilai Pengurangan
(Corrected Deduct Value/CDV) diperoleh dari
kurva hubungan antara nilai TDV dengan
nilai CDV dengan pemilihan lengkung kurva
sesuai dengan jumlah nilai individual deduct
value yang mempunyai nilai lebih besar dari 2.
7) Menghitung Nilai PCI, Jika nilai CDV
telah diketahui maka nilai PCI untuk tiap
unit dapat diketahui dengan rumus:

PCI (s) = 100 – CDV (1)


Dengan :
PCI(s) = Pavement Condition Index
untuk tiap unit
CDV = Corrected Deduct Value untuk
tiap unit

145
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

8) Menghitung Rata-Rata PCI dibandingkan 1 untuk mendapatkan nilai SDI masing-masing


dengan jumlah sampel unit segmen. Nilai SDI satu unit ruas jalan adalah nilai
PCLs rata-rata dari masing-masing segmen. Interpretasi
kondisi masing-masing segmen berdasarkan nilai
PCIr = N
(2)
SDI untuk jalan Kol. Sugiyono yang diperoleh
dengan, dengan mengacu pada skala penilaian disajikan
= Nilai PCI rata-rata dari seluruh pada Tabel 4.
PCIr area Berdasarkan Tabel 4, ruas jalan Kol.
penelitian Sugiyono berada pada kondisi baik pada segmen
= Nilai PCI untuk setiap unit 1, 3 dan 7 serta kondisi sedang pada segmen 2,
PCLs sampel 4, 5 dan 6. Berdasarkan rekomendasi dan usulan
N= Jumlah unit sampel Bina Marga, dengan rata-rata nilai SDI 65,00
9) Tentukan Rating PCI maka penanganan yang perlukan adalah
Hasil survei dan perhitungan dilakukan pemeliharaan rutin guna merawat serta
rating merujuk pada hubungan pada memperbaiki kerusakan yang terjadi pada ruas-
Tabel 3. ruas jalan.
Tabel 3. Hubungan antara nilai PCI dan
2. Pavement Condition Index (PCI)
kondisi jalan Data nilai kondisi perkerasan berdasarkan
metode SDI untuk masing-masing unit sampel
NILAI PCI KONDISI
diperoleh dengan pengamatan langsung di lokasi.
0 – 10 Gagal (Failer) Nilai rata-rata masing-masing unit sampel
merupakan nilai kondisi PCI dari masing-masing
11 – 25 Sangat buruk (very poor) segmen. Interpretasi masing-masing segmen
26 – 40 Buruk (poor) Jalan Kol. Sugiyono berdasarkan nilai PCI yang
mengacu pada skala penilaian disajikan pada
41 – 55 Sedang (fair) Tabel 5.
56 – 70 Baik (good)

71 – 85 Sangat baik (very good) Tabel 4. Hasil analisis SDI ruas Jalan Kol.
Sugiyono
86 – 100 Sempurna (excelent)

Segmen STA SDI Kondisi


Perhitungan dengan visual ini dilakukan
untuk mendapatkan hubungan antara nilai SDI
dengan PCI menggunakan regresi pada Microsoft Segmen 1 0+000 s.d. 0+100 20,00 Baik
Excel. Hubungan yang digunakan adalah yang
memiliki persamaan yang memiliki koefisien Segmen 2 0+100 s.d. 0+200 95,00 Sedang
korelasi yang sesuai atau terbesar (mendekati 1).
Segmen 3 0+200 s.d. 0+300 20,00 Baik
Berdasarkan persamaan korelasi tersebut
diperoleh time series nilai PCI dengan merujuk Segmen 4 0+300 s.d. 0+400 80,00 Sedang
pada time series nilai SDI yang merupakan data
dari P2JN Yogyakarta tahun 2015-207. Data time Segmen 5 0+400 s.d. 0+500 80,00 Sedang
series dilakukan peramalan (forecasting) dengan
metode tren dengan regresi menggunakan Segmen 6 0+500 s.d. 0+600 80,00 Sedang
Microsoft Excel. Berdasarkan hasil peramalan Segmen 7 0+600 s.d. 0+660 5,00 Baik
diperoleh sisa masa layan perkerasan dengan
merujuk pada nilai kondisi minimal SDI >150 Rata-rata 65,00 Sedang
(Binamarga, 2011) dan PCI < 50 harus dilakukan
rekonstruksi (OGRA’s Milestone, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Surface Distress Index (SDI)

Data SDI masing-masing segmen ruas Jalan


Kol. Sugiyono sepanjang 660 m dan ruas Jalan
Chudori sepanjang 600 m diperoleh dengan
survei langsung di lokasi. Hasil data survei
selanjutnya dihitung sesuai prosedur pada Tabel
146
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 5. Hasil analisis PCI ruas Jalan Kol.


Sugiyono

Segmen STA PCI Kondisi

Segmen 1 0+000 s.d. 0+100 58,20 Baik

Segmen 2 0+100 s.d. 0+200 74,05 Sangat Baik

Segmen 3 0+200 s.d. 0+300 76,13 Sangat Baik

Segmen 4 0+300 s.d. 0+400 75,00 Sangat Baik

Segmen 5 0+400 s.d. 0+500 69,53 Baik

Segmen 6 0+500 s.d. 0+600 67,50 Baik

Segmen 7 0+600 s.d. 0+660 73,33 Sangat Baik

Rata-rata 70,53 Sangat Baik Gambar 2. Hubungan SDI dengan PCI ruas
Jalan Kol. Sugiyono
Berdasarkan Tabel 5, ruas jalan Kol. Gambar 2 menunjukkan korelasi SDI dengan PCI
Sugiono untuk Segmen 2, 3, 4 dan 7 memiliki nilai sebagai persamaan polinomial dengan:
kondisi 74,05-76,13 (sangat baik), dan untuk
segmen 1, 5 dan 6 nilai kondisi antara 58,20- y = 0,0041x2 - 0,3771x + 73,9415 (1)
69,53 (baik). Rata-rata nilai kondisi ruas jalan Kol.
Sugiyono adalah 70,53 (sangat baik).
Berdasarkan keputusan matriks PCI yang
dikeluarkan oleh Ontario Good Roads Association dengan y adalah nilai PCI dan x adalah nilai SDI.
pada tahun 2009, perlu dilakukan pemeliharaan Koefisien korelasi R²=0,1610 berada pada
seperti perawatan untuk mencegah kerusakan interval 0,000 – 0,199 yang berarti derajat
lebih lanjut dalam rentang waktu 1 – 5 tahun. Dan kesesuaian persamaan tersebut sangat lemah,
berdasarkan nilai kritis PCI segmen 1 dilakukan hal ini bisa disebabkan karena beberapa
perawatan mayor ataupun localized safety karena kerusakan yang diperhitungkan oleh metode PCI
nilai kondisi dibawah nilai kritis PCI (PCI<60), dan tidak diperhitungkan oleh metode SDI atau
segmen lainnya dengan nilai PCI berada di atas sebaliknya. Hal ini ditunjukkan pada Segmen 1
nilai kritis PCI (PCI>60) diperlukan global dengan nilai kondisi SDI 20 (baik) dan PCI 58,20
preventive atau localized preventive. (baik) dilihat dari kondisi kedua metode penilaian
tersebut memberikan nilai kondisi sama-sama
3. Hubungan SDI dengan PCI baik, namun baik pada level SDI itu menyatakan
kondisi jalan level 1 (optimal), sedangkan baik
pada penilain PCI itu sudah masuk pada level
Hubungan dilakukan untuk dua variabel ketiga dan memiliki nilai di bawah nilai kritis PCI.
yaitu nilai kondisi PCI dengan SDI Hal ini karena pada pada STA 0+000 s.d 0+100
berdasarkan perhitungan data primer yaitu tersebut terdapatn kerusakan bumps and sag,
hasil penilaian kondisi perkerasan jalan patching, dan lane/shoulder drop off yang tidak
dengan metode SDI dan PCI. Berdasarkan diperhitungkan dalam metode penilaian SDI. Atau
regresi menggunakan Microsoft Excel pada Segmen 6 terdapat kerusakan berupa
diperoleh persamaan hubungan untuk lubang (pothole) dengan diameter 15 cm, pada
masing-masing ruas jalan. penilaian metode SDI kerusakan dengan
diameter >10cm sudah diperhitungkan,
sedangkan pada penilaian dengan PCI kerusakan
berupa lubang yang diperhitungkan memiliki
diameter >8 inch (203 mm). Contoh kerusakan
pada ruas jalan Kol. Sugiyono ditunjukkan pada
Gambar 3 dan Gambar 4.

147
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 3. Kerusakan lane/sholder drop off pada


Segmen 1 jalan Kol. Sugiyono Gambar 4. Kerusakan bumps and sag dan alligator
cracking pada Segmen 3 jalan Kol.
Sugiyono

Berdasarkan persamaan hubungan SDI dan


PCI Jalan Kol. Sugiono, diperoleh data time
series kondisi perkerasan dengan penilaian PCI
merujuk pada data time series nilai SDI dari P2JN
Yogyakarta yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data time series PCI berdasarkan hubungan PCI terhadap SDI
SDI PCI

No Sta Segmen 2015 2016 2017 2015 2016 2017

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

1 0+000 s.d 0+100 Segmen 1 0,00 0,00 0,00 5,00 9,00 73,94 73,94 73,94 72,08 70,58

2 0+100 s.d 0+200 Segmen 2 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08

3 0+200 s.d 0+300 Segmen 3 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08

4 0+300 s.d 0+400 Segmen 4 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08

5 0+400 s.d 0+500 Segmen 5 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08

6 0+500 s.d 0+600 Segmen 6 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08

7 0+600 s.d 0+660 Segmen 7 0,00 0,00 0,00 5,00 5,00 73,94 73,94 73,94 72,08 72,08

Rata-rata 0,00 0,00 0,00 5,00 5,57 73,94 73,94 73,94 72,08 71,86

148
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

4. Peramalan (forecasting) nilai kondisi 80


perkerasan berdasarkan data time series
perkerasan
Peramalan dilakukan berdasarkan data time
series kondisi perkerasan pada Tabel 6 70 y = -0,1333x2 - 0,0267x + 74,048
R² = 0,8095
menggunakan Microsoft Excel. Persamaan tren
untuk masing-masing segmen jalan Kol. Sugiyono
menunjukkan trend penurunan berdasarkan SDI
dan PCI seperti ditunjukkan Gambar 5 dan 60

I
Gambar 6. Batas masa layan
2
y = -0,3465x + 0,5277x + 73,92
Batas masa layan R² = 0,9726
Waktu (Semester) 50
0 5 10 15 20
0

20 40
0 5 10 15 20
40 Waktu (Semester)
y = 0,4032x2 - 0,1774x
60 R² = 0,8065 Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4
Segmen 5 Segmen 6 Segmen 7
SDI

80
Gambar 6. Time series dan forecasting PCI Jalan
100 Kol. Sugiyono
Prediksi sisa masa layan menggunakan PCI
120 memberikan sisa masa layan yang lebih pendek
y = 0,9194x2 - 1,3645x dibandingkan SDI ditunjukkan pada Tabel 7.
140 R² = 0,9726 Pada segmen 1 penilaian SDI memberikan
sisa masa layan perkerasan 9,52 semester atau
160 4,5 tahun dan harus dilakukan rekonstruksi pada
Segmen 1 Segmen 2 tahun 2022, sedangkan penilaian dengan metode
Segmen 3 Segmen 4 PCI memberikan sisa masa layan 5,10 semester
Segmen 5 Segmen 6 atau 2,5 tahun dan harus dilakukan rekonstruksi/
Segmen 7
peningkatan pada tahun 2020.

Gambar 5. Time series dan forecasting SDI Jalan


Kol. Sugiyono

Tabel. 7. Prediksi sisa masa layan perkersanan berdasarkan SDI dan PCI

Penilaian SDI Penilaian PCI

Segmen
Persamaan Umur Layan Sisa Masa Peningkatan/ Persamaan Umur Layan Sisa Masa Peningkatan/
Trend (Semester) Layan rekonstruksi Trend (Semester) Layan rekonstruksi
(Semester) (Tahun) (Semester) (Tahun)

y=-
y=0,9194x2-
1 13,52 9,52 2022 0,3465x2+0,527 9,10 5,10 2020
1,3645x
7x+73,92
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
2 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
3 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
4 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
5 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
6 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
y=0,4032x2- y=-0,1333x2-
7 19,50 15,50 2025 13,34 9,34 2022
0,1774x 0,0267x+74,048
149
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pada segmen 2 sampai 7 memiliki prediksi rekonstruksi/peningkatan berdasarkan PCI pada


yang sama, untuk penilaian menggunakan tahun 2020 untuk segmen 1 dan segmen 2-7
metode SDI memberikan sisa masa layan 15,50 pada tahun 2022.
semester atau 7,5 tahun sehingga membutuhkan
rekonstruksi/peningkatan pada tahun 2025, UCAPAN TERIMA KASIH
sedangkan penilaian metode PCI memberikan
sisa masa layan 9,34 semester atau 4,5 tahun Terimakasih disampaikan kepada Allah
sehingga diperlukan rekonstruksi/peningkatan SWT, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo,
pada tahun 2022. Perbedaan prediksi ini Satker P2JN Yogyakarta atas bantuan
dipengaruhi oleh sistem penilaian PCI yang lebih kerjasamanya, dosen pembimbing atas arahan
mencatat dan memperhitungkan jenis kerusakan dan masukannya untuk kesempurnaan
yang lebih banyak dan detail dibandingkan SDI, penulisan paper, dan semua pihak yang telah
sehingga akan memberikan interpretasi nilai membantu penyusunan paper ini.
kondisi perkerasan yang berbeda dengan sisa
masa layan yang berbeda juga. DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN Ary Setyawan, Jolis Nainggolan, Arif Budiarto.


(2015). Predicting the remaining service
Penilaian kondisi perkerasan berdasarkan life of road using Pavement Condition
metode SDI memberikan nilai kondisi baik pada Index. Procedia Engineering. 12, 5417-
segmen 1, 3 dan 7 serta kondisi sedang pada 423.
segmen 2, 4, 5 dan 6, dengan rata-rata nilai SDI
65,00 maka penanganan yang perlukan adalah Direktorat Jenderal Bina Marga. (2011). Manual
pemeliharaan rutin guna merawat serta Konstruksi dan Bangunan Perbaikan
memperbaiki kerusakan yang terjadi pada ruas- Standar untuk Pemeliharaan Rutin Jalan,
ruas jalan. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Penilaian kondisi dengan metode PCI Jenderal Bina Marga, Jakarta.
menghasilkan nilai kondisi jalan Kol. Sugiono
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2011).
Segmen 2, 3, 4 dan 7 memiliki nilai kondisi 74,05-
Panduan Survei Kondisi Jalan No. SMD-
76,13 (sangat baik), dan untuk segmen 1, 5 dan 6 03/RCS, Kementerian Pekerjaan Umum,
nilai kondisi antara 58,20-69,53 (baik). Rata-rata Jakarta
nilai kondisi ruas jalan Kol. Sugiyono adalah 70,53
(sangat baik). Pemeliharaan yang dibutuhkan Mack, J.W. dan Sullivan, R.L. (2014). Using
untuk segmen 1 berupa perawatan mayor Remaining Service Life As The National
ataupun localized safety karena nilai kondisi Performance Measure Of Pavement
dibawah nilai kritis PCI (PCI<60), dan segmen Assets. 2014 Annual Meeting of the
lainnya dengan nilai PCI berada di atas nilai kritis Transportation Research Board.
PCI (PCI>60) diperlukan global preventive atau
OGRA’s Milestone, 2009, Pavement Condition
localized preventive.
Index Series 101, Volume 9 Number 4,
Prediksi sisa masa layan perkerasan jalan Ontario Good Roads Association,
Kol. Sugiyono berdasarkan SDI Segmen 1 Canada
memberikan persamaan y=0,9194x2-1,3645x
sehingga diperoleh sisa masa layan 9,52 RI (Republik Indonesia). (2004). Undang
semester (4 tahun) sedangkan untuk segmen 2-7 Undang Republik Indonesia Nomor 38
diperoleh persamaan y=0,4032x2-0,1774x Tahun 2004 tentang Jalan, Pemerintah
sehingga diperoleh sisa masa layan perkerasan Republik Indonesia, Jakarta.
15,5 semester (7 tahun). Sisa masa layan
memberikan keputusan rekonstruksi/peningkatan RI (Republik Indonesia). (2006). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
berdasarkan SDI pada tahun 2022 untuk segmen
34 Tahun 2006 tentang Jalan,
1 dan segmen 2-7 pada tahun 2025.
Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.
Prediksi sisa masa layan perkerasan jalan
Kol. Sugiyono berdasarkan PCI Segmen 1 Rosalina D. (2013). Sistem Manajemen
memberikan pola penurunan kondisi perkerasan Pemeliharaan Perkerasan Jalan Dengan
dengan persamaan y=-0,3465x2+0,5277x+73,92 Metode Manual Pemeliharaan Rutin
sehingga diperoleh sisa masa layan 5,10 Jalan Untuk Jalan Nasional Dan Propinsi
semester (2 tahun) sedangkan untuk segmen 2-7 Tahun 2011 (review Manual
diperoleh persamaan y=-0,1333x2- No.001/T/Bt/1995) Dan Metode
0,0267x+74,048 sehingga diperoleh sisa masa Pavement Condition Index (PCI) (studi
layan perkerasan 9,34 semester (4 tahun). Sisa Kasus: Jalan Nasional Di Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa
masa layan memberikan keputusan
Yogyakarta), Tesis Magister Sistem dan
150
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Teknik Transportasi Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta.

Shahin, M.Y, (2005). Pavement for Airports,


Roads, Parking Lots, Chapman and Hall,
Dept.BC, New York.

Supranoto B. (2009). Penilaian kondisi


perkerasan dengan metode pavement
condition index (PCl) : Studi kasus ruas
jalan Cepu-Jepon Kabupaten Blora,
Tesis Magister Teknik Sipil Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tranggono M. & Santosa W. (2016). Prediksi


Umur Sisa Perkerasan Lentur
Berdasarkan Ketidakrataan Permukaan
Jalan (Remaining Service Life of Flexible
Pavement Based on Surface Pavement
Roughness). Jurnal Jalan-Jembatan,
33(1) Januari-Juni, 57-64.

151
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

152
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

SISTEM TRANSPORTASI LOGISTIK KOTA MAKASSAR BERDASARKAN


INTERAKSI ANTAR WILAYAH
S.Kamran Aksa1, Sakti Adji Adisasmita2, Muh. Isran Ramli3, Sumarni Hamid Aly4

1 Mahasiswa S3 Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar,


2 Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar
3 Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar
4 Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar

Email : chyaqulbi@yahoo.com

ABSTRAK

Kota Makassar terlihat ketidakefisienan pada pelaksanaan sistem transportasi logistik pada industri ritel
(minimarket). Hubungan antara hirarki tertinggi dengan di bawahnya memperlihatkan adanya interaksi
keruangan berupa akses dari daerah dengan hirarki di bawahnya dalam hal mengakses sarana dan
prasarana dari pusat kota. Makalah ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kecamatan memiiki daya tarik
antar kecamatan serta berpotensi peluang dalam pengembangan sistem jaringan logistik perkotaan Kota
Makassar. Metode digunakan dengan analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan model gravitasi
digunakan untuk melihat kaitan daya tarik suatu lokasi (kota atau wilayah) dapat diukur dari jumlah
penduduk, jarak sehingga dapat menghasilkan indeks aksesibilitas dan pengembangan absolut. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa daya tarik suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk,
fasilitas minimarket/swalayan dan luas wilayah terhadap pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil
diperoleh kecamatan memiliki daya tarik dan potensi pengembangan wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Biringkanaya, Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini, dan Kecamatan
Manggala.
.
Kata kunci: transportasi logistik, interaksi keruangan

ABSTRACT

The city of Makassar looks inefficient at implementing the logistics transportation system in the retail
industry (minimarket). The relationship between the highest hierarchy and below will show the existence of
spatial interactions in the form of access from regions with a hierarchy below in terms of accessing facilities
and infrastructure from the city center. This paper aims to identify sub-districts with inter-sub-district appeal
and potential opportunities in the development of the urban logistics network system in Makassar City. The
method used with descriptive qualitative analysis using a gravity model is used to see the link between the
attractiveness of a location (city or region) can be measured by the population, distance so that it can
produce an absolute index of accessibility and development. The results of this analysis indicate that the
attractiveness of a region is strongly influenced by factors of population, minimarkets / supermarkets facilities
and area of area development. Based on the results obtained by the sub-district has the attraction and
development potential of the sub-district area, namely Biringkanaya District, Panakkukang District, Tamalate
District, Rappocini District, and Manggala District.

Keywords: logistics transportation, spatial interaction

PENDAHULUAN mengendalikan pergerakan barang di dalam


Logistik kota merupakan salah satu masalah jaringan logistik di wilayah metropolitan mengingat
yang diperdebatkan di kebanyakan kota di seluruh integrasi dan koordinasi di antara pemangku
dunia mengenai isu terkini terkait fenomena kepentingan yang terlibat (Amaral dan Aghezzaf,
seperti urbanisasi atau kenaikan tingkat 2015).
kesejahteraan rakyat yang diharapkan (Bozzo et Kota merupakan ruang tempat berinteraksi
al., 2014). Logistik kota yang efisien menciptakan antara penduduk, kegiatan dan sirkulasi ekonomi.
daerah perkotaan lebih produktif dan menarik Kota menjadi sangat penting mengingat kegiatan
(Taniguchi et al., 2014). Logistik kota berdasarkan yang berjalan diatasnya, baik industri,
klasifikasi profil memperlihatkan aspek terpenting perekonomian, perdagangan dan jasa dan lain
logistik kota dengan sistem cluster untuk sebagainya. Pusat kota menjadi salah satu dari
memudahkan rencana logistik kota yang akan lokasi yang memiliki perputaran ekonomi dan
datang. Logistik kota bertujuan untuk secara kegiatan paling sibuk dari sekian banyak sudut
optimal merencanakan, mengelola dan kota. Oleh karena itu pusat kota menjadi salah

153
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

satu aspek yang sangat berpengaruh pada Metode pengumpulan data berasal dari BPS,
daerah sekitarnya. Pusat kota mempunyai fungsi Dinas Perdagangan, KIMA (Perusahaan Terbatas
melayani daerah yang mempunyai hirarki di Alfamart, Alfamidi dan Indomart) atau mempunyai
bawahnya. relevansi dengan masalah yang diangkat dalam
Kota-kota di negara berkembang penelitian ini.
menghadapi berbagai tantangan dengan dampak Teknik analisis yang digunakan adalah
langsung dari kebutuhan dan struktur logistik gravity model merupakan model banyak
perkotaan di masa akan datang (Bernhard O. digunakan dalam perencanaan wilayah untuk
Herzog, 2010). Dampak tersebut adalah memperkirakan berdasarkan daya tarik antar
kepadatan penduduk tinggi, pesatnya wilaya atau suatu lokasi dibandingkan dengan
pertumbuhan penduduk kota, pertumbuhan lokasi lain di sekitarnya. Implementasi dari model
kepemilikan kendaraan bermotor dan gaya hidup gravitasi dapat dirumuskan sebagai berikut
meningkat, serta menurunnya vitalitas pusat ……………………….. (1)
belanja di pusat kota.
Kota memiliki keunikan dan kebutuhan
penanganan logistik yang berbeda dipengaruhi Aij = Besarnya interaksi wilayah i dengan wilayah j
Pi = Jumlah penduduk di wilayah i (jiwa)
oleh karakteristik ekonomi, geografis, dan budaya
Pj = Jumlah penduduk di wilayah j (jiwa)
setempat, Sehingga, sistem distribusi angkutan Dij = Jarak dari wilayah i dengan wilayah j (km)
barang suatu kota tidak dapat direplikasi (ditiru) k = bilangan konstanta berdasarkan pengalaman
begitu juga dengan kota lain. Logistik perkotaan b = Pangkat dari Dij sering digunakan b=2
lebih menekankan kepada optimalisasi logistik
dan kegiatan transportasi di daerah perkotaan, Nilai Aij dapat memberikan hubungan antara
dengan dukungan sistem informasi canggih, dan wilayah yang lain dimana dapat memperlihatkan
mempertimbangkan lingkungan lalu lintas, pola distribusi barang, perjalanan, sebaran
kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas, fasilitas dan potensi pengembangan.
keselamatan lalu lintas, dan penghematan dan Untuk melihat atau mempredisi lokasi dari
emisi energi, serta masalah ekonomi (Erwin R, permukiman pendudk berdasarkan daya tarik
2015). masing-masing lokasi dengan mengasumsi
Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersediannya lapangan kerja tingkat aksesibilitas,
saat ini, Kota Makassar terlihat bahwa adanya ketersediaan fasilitas pada lokasi tersebut ke
terjadinya ketidakefisienan pada pelaksanaan subwilayah tersebut. Faktor utama dalam
sistem transportasi angkutan barang pada industri menentukan orang memilih lokasi tempat
ritel, dalam hal ini minimarket. Sehingga makalah tinggalnya berdasarkan indeks aksebilitas dihitung
ini bertujuan untuk melakukan identifikasi sesuai dengan formulasi :
kecamatan yang memiiki daya tarik antar ……………………….. (2)
kecamatan serta berpotensi peluang dalam
pengembangan sistem jaringan logistik perkotaan
Kota Makassar dengan sistem kegiatan Aij = Aksesibilitas Indeks wilayah i dengan j
konsolidasai terminal barang disebut City Ej = Total Jumlah penduduk di wilayah i
Distribution Centers (CDC) yang merupakan Dij = Jarak dari wilayah i dengan wilayah j
b = Pangkat dari Dij yang sering digunakan b=2
sistem kendaraan angkutan jarak jauh dari
berbagai moda di terminal barang membongkar
Untuk mengetahui potensi wilayah tersebut
muatan kemudian diurutkan dan dikonsolidasikan
berpotensi dikembangkan didasarkan indeks
ke dalam kendaraan lebih kecil untuk tujuan akhir.
aksesibilitas, adanya lahan kosong dan
Pusat distribusi perkotaan tersebut dapat
tersedianya fasilitas lain yang merupakan unsur
dipandang sebagai platform intermodal dengan
daya tarik lain yang harus diperhatikan untuk
peningkatan fungsi untuk menyediakan gerakan
lokasi tersebut diformulasikan yaitu
angkutan terkoordinasi dan efisien dalam zona
perkotaan yang berkelanjutan.
Di = Ai x Hi ……………………….. (3)
METODE
Di = Potensi pengembangan daerah i
Penelitian ini dilakukan pengamatan sejak Ai = Aksesibiitas Indeks
bulan September 2017 s.d. sekarang untuk Hi = Lahan kosong/sebaran fasilitas minimarket
mendapatkan data seknder maupun data primer.
Informasi atau data diperoleh berupa jaringan
HASIL DAN PEMBAHASAN
distribusi angkutan barang dari KIMA (pusat
Berdasarkan kondisi fisik wilayah Kota
distribusi) sampai ke wilayah pelayanan. Jaringan
Makassar dengan memiliki luas 175,77 km 2 dan
jalan dilalui angkutan distribusi barang, jumlah
tersebar 14 kecamatan dan kecamatan terluas
armada yang beroperasi dalam sehari, jarak antar
yaitu Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea dan
wilayah kecamatan ke KIMA, jumlah penduduk
Manggala dengan kontribusi 27,43%, 18,11% dan
Kota Makassar dan pergerakan barang di Kota
13,73%. Sedangkan kecamatan dengan luas
Makassar dan sekitarnya.
154
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

terkecil adalah Kecamatan Mariso, Mamajang, Biringkanaya sebanyak 65 gerai (15,97%),


Makassar, Wajo, dan Bontoala dibawah satu Kecamatan Panakkukang 57 gerai (14,00%),
persen. Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Tamalate, Rappocini dan Manggala
terkonsentrasi tertinggi yaitu di Kecamatan masing-masing 54 gerai (13,27%), 48 gerai
Makassar 33.751 jiwa/ha, Kecamatan Mariso (11,79%) dan 41 gerai (10,07%). Untuk
32.841 jiwa/ha, Kecamatan Mamajang 27.194 menentukan jarak KIMA ke pusat ibukota
jiwa/ha, Kecamatan Bontoala 27.040 jiwa/ha dan kecamatan dapat diukur dengan menggunakan
Kecamatan Tallo 23.949 jiwa/ha, seperti pada digitasi Arcview GIS sehingga diperoleh jarak
gambar 1. yang paling jauh adalah Kecamatan Tamalate
13,8 km, sementara Ujung Pandang, Rappocini
dan Mariso berjarak + 11 km. Selanjutnya
Kecamatan Mamajang, Wajo dan Makassar
masing-masing berjarak + 10 km. Sementara
kecamatan lainnya hanya jaraknya + 8 s.d 9 km
dan terdekat yaitu Kecamatan Biringkanaya dan
Tamalanrea hanya berjarak + 2 s.d 3 km Berikut
sebaran berdasarkan kecamatan diperlihatkan
pada Gambar 3.

Gambar 1. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kota


Makasar

Sistem logistik Kota Makassar dengan


sebaran distribusi logistik barang dalam penelitian
ini hanya dibatasi pada minimarket Alfamart,
Alfamidi, dan Indormart. Distribusi minimarket
tersebut sebanyak 407 minimarket yang tersebar
dari 14 kecamatan terletak di kelurahan masing-
masing. Minimarket yang terbanyak dan tersebar
di tiap kecamatan masing-masing di kelurahan
adalah sebanyak 188 gerai Indomart (46,19%),
164 gerai Alfamart (40,29%), dan 55 gerai Gambar 3. Persentase Sebaran Minimarket di Wilayah
Alfamidi (13,51%). Distribusi barang dari ketiga Kecamatan
gerai tersebut berpusat di Kawasan Industri
Makassar (KIMA) dengan lokasi Jalan KIMA 10 Indeks aksesibilitas terhadap sebaran
untuk gerai Indomaret (PT. Indomarco minimarket berdasarkan jarak yaitu Kecamatan
Prismatama) dan Jalan KIMA 8 untuk Alfamart Biringkanaya memperoleh nilai tertinggi yaitu
(PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk) dan Alfamidi (PT. 25,39, selanjutnya Kecamatan Panakkukang
Midi Utama Indonesia) sebagaimana 22,26, Kecamatan Tamalate 21,09, Kecamatan
diperlihtkakan pada Gambar 2. Rappocini 18,75 dan Kecamatan Manggala 16,01.
Sebaran tersebut dipengaruhi dengan banyaknya
minimarket pada kelima kecamatan tersebut.

Tabel 1. Indeks Aksesibilitas Minimarket dan


Jarak
Daya Tarik Kecamatan
No Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Mariso 0.10 0.15 0.45 0.40 0.17 0.15 0.11 0.12 0.05 0.12 0.47 0.34 0.54 0.21
2 Mamajang 0.10 0.15 0.46 0.41 0.18 0.15 0.11 0.12 0.05 0.12 0.49 0.35 0.56 0.22
3 Tamalate 0.06 0.09 0.28 0.25 0.11 0.09 0.07 0.07 0.03 0.07 0.30 0.22 0.34 0.14
4 Rappocini 0.09 0.14 0.42 0.38 0.16 0.14 0.10 0.11 0.05 0.11 0.45 0.32 0.51 0.20
5 Makassar 0.12 0.18 0.54 0.48 0.21 0.18 0.13 0.14 0.06 0.14 0.57 0.41 0.65 0.26
6 U.Pandang 0.09 0.14 0.42 0.37 0.16 0.14 0.10 0.11 0.05 0.11 0.44 0.32 0.50 0.20
7 Wajo 0.11 0.17 0.51 0.45 0.20 0.17 0.12 0.13 0.06 0.13 0.54 0.39 0.61 0.25
8 Bontoala 0.14 0.20 0.61 0.54 0.24 0.20 0.15 0.16 0.07 0.16 0.65 0.46 0.74 0.29
9 Ujung Tanah 0.15 0.22 0.67 0.59 0.26 0.22 0.16 0.17 0.07 0.17 0.70 0.51 0.80 0.32
10 Tallo 0.16 0.24 0.71 0.63 0.28 0.24 0.17 0.18 0.08 0.18 0.75 0.54 0.86 0.34
11 Panakkukang 0.19 0.28 0.84 0.75 0.33 0.28 0.20 0.22 0.09 0.22 0.89 0.64 1.02 0.41
12 Manggala 0.19 0.28 0.84 0.75 0.33 0.28 0.20 0.22 0.09 0.22 0.89 0.64 1.02 0.41
13 Biringkanaya 2.08 3.13 9.38 8.33 3.65 3.13 2.26 2.43 1.04 2.43 9.90 7.12 11.28 4.51
14 Tamalanrea 1.10 1.65 4.96 4.41 1.93 1.65 1.19 1.29 0.55 1.29 5.23 3.76 5.97 2.39
Jumlah 4.69 7.03 21.09 18.75 8.20 7.03 5.08 5.47 2.34 5.47 22.26 16.01 25.39 10.16

Sumber : Hasil perhitungan

Untuk melihat potensi pengembangan


Gambar 2. Sebaran Minimarket di Kota Makassar
wilayah kecamatan yang dihubungkan dengan
sebaran fasilitas minimarket berdasarkan hasil
Jumlah minimarket yang tersebar terbanyak perhiunganmenunjukkan bahwa hasil
berdasarkan kecamatan terdapat di Kecamatan pengembangan abosolut dengan tingkat
155
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

probabilitas tertingi adalah Kecamatan dan kabupaten sekitarnya, Kabupaten Gowa dan
Biringkanaya (0,2503), Kecamatan Panakkukang Kabupaten Takalar dan sekitarnya.
(0,1925), Kecamatan Tamalate (0,1727) dan
Kelurahan Rappocini (0,1365). Dengan demikian
keempat kecamatan ini memiliki potensi untuk
pengembangan fasilitas sebagai sarana
perkotaan Makassar. Sementara tingkat
probabilitas yang rendah yang dimiliki kecamatan
tidak dapat direkomendasikan untuk
pengembangan fasilitas, mengingat kecamatan-
kecamatan seperti Kecamatan Ujung Pandang,
Mariso, Wajo maupun Bontoala sudah memiliki
tingkat kepadatan yang tinggi.
Gambar 4. Pola Bangkitan dan Tarikan di Kota
Tabel 2. Pengembangan Absolut dan Probabilitas Makassar
antar Wilayah
Pengembangan Akses yang digunakan untuk pergerakan
Proba
No Kecamatan Absolut bangkitan dan tarikan rata-rata hampir semua
blitas
A H D
1 Mariso 4.69 12 56 0.0085
menggunakan jaringan jalan dengan kendaraan
2 Mamajang 7.03 18 127 0.0192 roda 2 (motor) dan roda 4 (mobil), dan untuk
3 Tamalate 21.09 54 1,139 0.1727 kegiatan industri dengan truck/pickup/box untuk
4 Rappocini 18.75 48 900 0.1365 angkutan barang.Pergerakan barang di Kota
5 Makassar 8.20 21 172 0.0261 Makassar untuk jenis barang hasil pertanian dan
6 Ujung Pandang 7.03 18 127 0.0192
7 Wajo 5.08 13 66 0.0100
perikanan umumnya mengikuti pola pergerakan
8 Bontoala 5.47 14 77 0.0116 secara regional, yaitu pergerakan yang mengarah
9 Ujung Tanah 2.34 6 14 0.0021 ke pusat kota dan pusat industri dan pergudangan
10 Tallo 5.47 14 77 0.0116 Kota Makassar (KIMA).
11 Panakkukang 22.26 57 1,269 0.1925
12 Manggala 16.01 41 657 0.0996
Untuk pergerakan barang secara eksternal,
13 Biringkanaya 25.39 65 1,650 0.2503 wilayah Kota Makassar turut memberi andil yang
14 Tamalanrea 10.16 26 264 0.0400 cukup besar terhadap pengadaan barang di
Sumber : Hasil perhitungan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan wilayah
timur Indonesia serta bahkan ada beberapa jenis
komoditas yang didistribusikan dengan skala
Oleh karena itu, bangkitan pergerakan di kebutuhan nasional maupun kebutuhan ekspor.
Kota Makassar dapat diartikan sebagai
banyaknya jumlah pergerakan lalu lintas yang di Selain itu, terdapat pergerakan barang dari
bangkitkan oleh suatu zona. Bangkitan dan kegiatan jasa angkutan yang terjadi dalam Kota
tarikan tergantung pada dua aspek tata guna Makassar maupun secara regional antar
lahan, yaitu jenis tata guna lahan dan jumlah kota/kabupaten. Jasa angkutan tersebut melayani
aktivitas (intensitas) pada tata guna lahan distribusi barang yang masuk ke Kota Makassar
tersebut. Bangkitan pergerakan yang terjadi di secara lokal dan regional. Moda yang dominan
Kota Makassar dengan karateristik kegiatan digunakan adalah pick up/mobil box, truk dan
dominan adalah jasa dan perdagangan. Selain itu angkutan peti kemas.
industri dan pergudangan Sulawesi Selatan
berpusat di Kota Makassar. Pusat bangkitan
untuk pergerakan orang terbesar terdapat pada
kawasan permukiman yang berkembang pesat di
Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya,
Panakukang, Rappocini, Tamalate dan Manggala.
Pusat bangkitan untuk pergerakan barang di
Kota Makassar terdapat di kawasan industri dan
pergudangan di Kecamatan Tamalanrea dan
kawasan Pelabuhan Soekarno-Hatta di
Kecamatan Wajo. Pusat-pusat tarikan yang
mempengaruhi pergerakan di Kota Makassar
terdapat pada pusat-pusat pelayanan dengan
fungsi dominan sosial (pendidikan, kesehatan,
peribadatan) dan ekonomi (perkantoran dan
perdagangan, wisata dan perhotelan, restoran).
Bangkitan pergerakan di Kota Makassar berasal
dari daerah hinterland seperti Kabupaten Maros

156
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 5. Pola Distribusi Pelayanan Bangkitan dan Hal ini dapat dilakukan tergantung kesiapan lahan
Tarikan di Kota Makassar yang ada untuk pembangunan UCC ini.
Titik asal angkutan barang minimarket
berada di kawasan industri (KIMA) Makassar dan
yang menjadi tujuan di 14 Kecamatan di Kota
Makassar. Sehingga karakteristik perjalanan
angkutan barang (armada) minimarket ini
cenderung menggunakan jalur tol dibanding jalur
poros (arteri). Terutama kecamatan-kecamatan
langsung terakses dengan jalan tol, sehingga
memudahkan angkutan barang sampai di tujuan
(gerai). Pelayanan angkutan barang untuk
menjangkau ke Kecamatan Biringkanaya dan
Tamalanrea lebih dominan melalui jalan biasa
(tanpa tol) yaitu jalan arteri Perintis Kemerdekaan.
Walaupun pada kegiatan yang dilakukan dipagi
hari maupun siang hari tidak memberikan
pengaruh kemacetan pada jaringan jalan tersebut.
Disamping itu, beberapa jaringan jalan yang dapat
diakses dan terkoneksi dari jaringan jalan arteri-
kolektor-lokal tanpa mempengaruhi tingkat
kemacetan jalan.
Gambar 7. Pola Distribusi Pelayanan Logistik Kota
Makassar

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka
dapat disimpulkan yaitu daya tarik suatu wilayah
dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk dan
sebaran fasilitas serta luas wilayah tidak signifikan
pengaruhnya. Wilayah kecamatan yang
mempunyai daya tarik dan potensi
pengembangan wilayah kecamatan yaitu
Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan
Panakkukang, Kecamatan Tamalate dan
Kecamatan Rappocini. Moda. Untuk sistem
transportasi logistik di Kota Makassar masih
dominan digunakan pick up/mobil box, truk dan
angkutan peti kemas. Sementara waktu
operasional pergerakan dilakukan pada pagi hari
Gambar 6. Jalur dari Pergerakan Angkutan Barang dan siang hari agar tidak terjadi tumpang tindih
Tanpa Tol di Kecamatan Biringkanaya dan
pergerakan yang dapat mengakibatkan terjadinya
Tamalanrea
kemacetan pada ruas jalan yang dilalui.
Penelitian ini masih berlanjut untuk mencari
model transportasi logistik yang dikaitkan dengan
Untuk dapat mengkomodir seluruh kegiatan struktur pola ruang di Kota Makassar. Sehingga
pergerakan angkutan barang yang berasal diharapkan dapat menjadi acuan untuk
eskternal Kota Makassar di pusatkan di pengembangan tata ruang terutama dengan jenis
Kecamatam Tamalanrea yaitu di Kawasan KIMA tata guna lahan komersil yang perencanaan daya
(main UCC) dengan akses jalan tol Ir. Sutami. dukung prasarana dan pelayanan transportasi
Sedangkan untuk eksternal dibagian selatan Kota sehingga antara sistem transportasi dan sistem
Makassar dapat melintasi akses jalan Pettarani perdagangan saling bersinergi.
dan Jalan Middle Ring Road tembus ke Jalan Tol.
Selanjutnya dari Main UCC ini dapat digunakan UCAPAN TERIMA KASIH
untuk melakukan operasional berupa kendaraan
Penelitian ini terlaksana atas bantuan kepada
box/kanvas untuk mendistribusi ke pasar-pasar,
pihak-pihak dalam membantu penulis unuk
supermaket /swalayan sampai ke konsumen akhir
melakukan penelitian ini. Oleh karena itu Penulis
agar menghindari tingkat kemacetan yang
mengucapkan terima kasih dan penghargaan
ditimbulkan angkutan barang tersebut. Lokasi-
kepada Dikti dalam memberikan beasiswa untuk
lokasi yang rencana akan ditempatkan yaitu di
melanjutkan program pascasarjana serta teman-
Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Wajo
teman dalam lingkungan Teknik Sipil yang
(Kawasan Pelabuhan) dan Kecamatan Rappocini.
157
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

mengambil tema yang sejenis, serta pihak-pihak


yang tidak bisa disebutkan semuanya.

DAFTAR PUSTAKA
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
Aksa, S.K., Adisasmita S.A., Ramli M.I, & Ali S.H.,
2017, Logistik Perkotaan dalam Perspektfi
Strutkur Tata Ruang, Presentase FSTPT XX,
Unhas, Makassar
Aksa, S.K., Adisasmita S.A., Ramli M.I, & Ali S.H.,
2018, An Interaction of the Inter-Regions in
Urban Logistics Development in Makassar
City, Prentatation ISID Manado
Amaral, R.R., Aghezzaf, E. H., 2015, City
Logistics and Traffic Management: Modelling
the Inner and Outer Urban Transport Flows in
a Two-tiered System, Transportation,
Research Procedia, 6, 297-312
Bozzo R, Concaa A, Marangonb F, 2014,
Decision support system for city logistics:
literature review, and guidelines for an ex-
ante model, 17th Meeting of the EURO
Working Group on Transportation,
EWGT2014, July 2014, Sevilla, Spain,
Transportation Research Procedia 3, 518 –
527.
Erwin R, 2016, National Logistics System
Development Policy, Disampaikan pada
Workshops Executive Training On City
Logistic For Policy Leaders/ Specialists in
Indonesia, Yogyakarta.
Taniguchi E, dkk, 2001, City Logistics, Network
Modelling And Intelligent Transport Systems,
First Edition, Emerald Group Publishing
Limited, USA.
Buku
Badan Pusat Statistik, 2017, Kota Makassar
Dalam Angka
Bernhard O. H, 2010, Urban Freight in Developing
Cities; Modul 1g, Sustainable Urban
Transport Project (SUTP), Deutsche
Gesellchaft fur Internationale
Zusammenarbeit (GIZ), German Federal
Ministry for Economic Cooperation and
Development (BMZ) http://www.sutp.org.
Tarigan, Robinson, 2009, Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dinas Perhubungan. 2014. Pola Pergerakan
Angkutan Barang. Laporan Akhir. Makassar.

Skripsi/Tesis/Disertasi
Wulansari I, Isran M.I., Aly S.H., 2018, Studi Pola
Distribusi Angkutan Barang Berbasis
Batasan Kapasitas dan Algoritma Frank
Wolfe dengan Studi Kasus Minimarket di
Kota Makassar, Tesis, Makassar.

158
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

STUDI BETON KUAT TEKAN AWAL TINGGI DARI LIMBAH BATU ALAM
CANDI

Lilik Hendro Widaryanto


Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Jl. Miliran No 16 Yogyakarta
E-mail: lilikhw@ustjogja.ac.id

ABSTRAK

Sebagai negara yang berada di wilayah ring of fire menjadikan Indonesia memiliki potensi bencana
alam yang tinggi, sehingga masyarakat dan pemerintah harus tanggap terhadap bencana alam. Proses
rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai salah satu upaya meningkatkan ketanggapan pasca bencana,
sehingga diperlukan inovasi-inovasi baik pada aspek struktur konstruksi maupun pada material konstruksi
dengan biaya murah serta dapat mempercepat tahap rekonstruksi. Penelitian ini akan melakukan kajian
terhadap pemanfaatan limbah batu alam candi untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi. Penggunaan
limbah ini untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Penambahan bahan additive pada campuran
digunakan untuk mencapai kuat tekan awal tinggi. Campuran beton terdiri dari air: semen: pasir: limbah batu
alam candi : bahan additive dengan campuran berturut-turut sebanyak 1,2 liter: 1,9 kg: 3,6 kg: 5,2 kg : 20 ml
untuk satu buah silinder beton, dengan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) = 19,3 MPa. Hasil pengujian
kuat tekan beton dengan penambahan bahan additive pada umur 3, 7, 28 hari sebesar 16,04 MPa, 23,02
MPa dan 27,46 MPa. Kuat tekan beton tanpa penambahan bahan additive pada umur 28 hari sebesar 25,76
Mpa. Persentase kuat tekan beton pada umur 7 hari sudah melebihi dari kuat tekan beton yang disyaratkan
(119,3 %) dan biaya lebih murah 17,7 %, sehingga berdasarkan kajian ini, pemanfaatan limbah batu alam
candi dengan penambahan bahan additive dapat digunakan untuk campuran beton sebagai upaya
mempercepat capaian tahap rekonstruksi pasca bencana.

Kata kunci: Beton, Kuat tekan awal tinggi, Limbah, Batu alam candi, bahan additive

ABSTRACT

As a country in the ring of fire region, Indonesia has a high potential for natural disasters, so that the
community and the government must be responsive to natural disasters. The process of rehabilitation and
reconstruction as an effort to improve post-disaster responsiveness, so that innovations are needed both in
the structural aspects of construction and in construction materials at low cost and can accelerate the
reconstruction phase. This research will study the utilization of temple natural stone waste for concrete with
high initial compressive strength. Use of this waste to get a cheaper price. Addition of additive material to the
mixture is used to achieve high early strength. Concrete mixture consists of water: cement: sand: temple
natural stone waste: additives with a mixture of 1.2 liters: 1.9 kg: 3.6 kg: 5.2 kg: 20 ml for one concrete
cylinder , with the required strength (f'c) = 19.3 MPa. The results of the concrete strength with the addition of
additive at the age of 3, 7, 28 days were 16.04 MPa, 23.02 MPa and 27.46 MPa. The concrete strength
without the addition of additive material at the age of 28 days was 25.76 MPa. The percentage of concrete
compressive strength at the age of 7 days has exceeded the required concrete strength (119.3%) and 17.7%
cheaper cost, so that based on this study, the use of natural stone waste from the temple with the addition of
additive materials can be used to mix concrete as efforts to accelerate the achievement of the post-disaster
reconstruction phase.

Keywords: Concrete, high early strength, waste, temple natural stone, additive material

PENDAHULUAN BNPB No 11 Tahun 2008 Tentang Pedoman


Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana,
Indonesia merupakan negara dengan menyatakan bahwa keberhasilan dalam
kejadian bencana alam yang relatif tinggi. BNPB pemulihan kehidupan masyarakat pasca bencana
mencatat, selama tahun 2017 telah telah terjadi sangat bergantung pada kecepatan, optimalisasi
sebanyak 2.341 kejadian bencana. Secara rata- dan efektifitas pelaksanaan tanggap bencana.
rata, 99 % kejadian bencana disumbang dari Dalam kata lain, semakin cepat rehabilitasi dan
bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang rekonstruksi maka akan semakin cepat pula
muncul akibat perubahan iklim dan cuaca global, kehidupan masyarakat yang terdampak kembali
disamping itu letak Indonesia di wilayah Ring of pulih dan ekonominya stabil.
Fire menyebabkan Indonesia sering terjadi gempa
bumi. Pemerintah, melalui Peraturan Kepala
159
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Secara khusus, bidang teknik sipil meningkatkan nilai kuat tarik belah sebesar 9,09
menyumbang peran pada tahap rekonstruksi % pada faktor air semen sebesar 0,9.
pasca bencana. Tahapan rekonstruksi merupakan Zuraidah dan Jatmiko (2007) meneliti
upaya pemulihan kehidupan masyarakat pada mengenai pengaruh limbah batu marmer sebagai
aspek fisik yang meliputi pemulihan hunian, substitusi agregat kasar pada beton normal.
fasilitas sanitasi, dan infrastruktur umum. Untuk Namun, substitusi kerikil menggunakan batu
menunjang keberhasilan pada tahap ini, marmer hanya membuat kuat tekan menurun dari
rekonstruksi memerlukan tahapan proses yang 18,92 % hingga 40,70 %. Temuan penting dari
cepat (secara waktu) serta biaya yang relatif Zuraidah dan Jatmiko (2007) adalah penurunan
murah. Hal tersebut bisa dicapai melalui kuat tekan disebabkan permukaan batuan yang
pengembangan sistem konstruksi hunian serta licin dan tidak berpori.
material konstruksinya. Gusanti (2014) melakukan tinjauan kuat
Guna mendukung pengembangan tahapan tekan dan elastisitas beton yang mempergunakan
rekonstruksi pasca bencana, maka penelitian ini limbah batu candi sebagai agregat kasar.
akan mengusung pengembangan material beton Tinjauan dilakukan guna memperoleh persentase
yang memiliki kuat tekan awal relatif tinggi dengan maksimum substitusi batu candi pada beton
harga yang relatif rendah. normal agar beton masih memenuhi persyaratan
Beton merupakan material komposit yang mutu yang ditentukan. Hasil kajian Gusanti (2014)
terdiri dari pasta semen, agregat kasar, aggregat menunjukkan substitusi sebanyak 80 % aggregat
halus, serta bahan tambah. Dalam perkembangan dengan batu candi masih memberikan kekuatan
teknologi beton, ditemui istilah beton normal dan yang telah dipersyaratkan (25 MPa), yang dapat
beton kinerja tinggi. Beton normal merupakan dicapai tanpa mempergunakan bahan tambah
beton yang memiliki kuat tekan antara 15 hingga (additive).
30 MPa (Tjokrodimulyo, 2007). Sementara itu, Bahan kimia tambahan pada beton
beton kinerja tinggi merupakan beton yang merupakan bahan bukan pokok yang
memiliki satu atau lebih sifat mekanik (kuat tekan, ditambahkan guna memperoleh sifat khusus pada
kekerasan, serapan energi, durabilitas, kekakuan pengerjaan adukan, waktu pengikatan, waktu
dan daktilitas) yang relatif lebih baik daripada pengerasan, dan maksud-maksud lain
beton normal (Al-Manaseer dan Hassoun, 2012). (Tjokrodimuljo, 2007).
Beton kuat tekan awal tinggi (high early Plastisizer atau superplastisizer merupakan
strength concrete) mampu mencapai kuat tekan bahan tambah untuk mengurangi penggunaan air
yang ditentukan dalam waktu yang lebih singkat sekaligus membuat beton lebih mudah mengalir.
daripada beton normal. Periode waktu setting Dengan pengurangan air, maka nilai faktor air
atau pengeringan beton kuat tekan awal semen akan menurun. Penurunan nilai faktor air
bervariasi dari hitungan jam hingga hitungan hari. semen biasanya akan menaikkan kuat tekan pada
Biasanya karakteristik tersebut diperoleh dengan beton (PCA, 2016). Harjawinata (2017)
penggunaan bahan-bahan dan perlakuan khusus, melakukan kajian mengenai penggunaan
meskipun tidak menutup kemungkinan superplastisizer dan abu sekam padi sebagai
penggunaan material dan perlakuan pada beton bahan pengganti semen. Penggunaan
normal (PCA, 2016) superplastisizer bersamaan dengan abu sekam
Beton dengan kuat tekan awal yang tinggi, padi dengan persentase 10% membuat kuat
maka beton tersebut akan mampu memikul beban tekan beton naik hingga sebesar 32,9% daripada
pada umur yang lebih awal sehingga tahapan beton normal.
rekonstruksi hunian dapat diselesaikan lebih Penggunaan superplastisizer dari jenis
cepat. Selain itu, harga yang relatif murah Naphtalene dan Polycarboxilate mampu
diperlukan agar secara ekonomi lebih ringan bagi mengurangi penggunaan air berturut turut
masyarakat terdampak. Harga yang relatif murah sebesar 24,88% dan 40,98 %. Penurunan
dapat dicapai dengan penggunaan material penggunaan air yang signifikan tersebut juga
limbah sisa dari industri batu hias/batu tempel diikuti dengan kenaikan kuat tekan beton
yang memiliki potensi lokal yang besar, terutama (Aprilianti, 2012).
pada daerah dengan gunung berapi. Ketersediaan batu alam di Yogyakarta
Limbah merupakan bahan organik dan sangat besar karena bersumber dari lahar gunung
anorganik yang dianggap tidak berguna dan harus Merapi yang kemudian membeku. Karakteristik
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan Batu Alam dari Merapi antara lain berpori besar,
(SNI 19-2454-2002). Dalam upaya pengelolaan warna hitam, dan relatif mudah dibentuk atau
limbah, beberapa peneliti telah mengkaji digergaji. Pemanfaatan batu alam diantaranya
mengenai pemanfaatan limbah padat sebagai sebagai elemen dekoratif (patung, ukiran, cobek)
material konstruksi. Annisa dkk (2016) melakukan dan konstruksi (fasad, pelapis dinding). Dalam
kajian penggunaan limbah tambang batu Onyx usaha memanfaatkan batu alam, dilakukan
sebagai agregat kasar pada pengujian kuat tarik proses penggergajian batu dari bongkahan besar
beton. Penggunaan batu Onyx berhasil menjadi bentuk yang diinginkan dan sisa dari
potongan yang tidak terpakai tersebut hanya
160
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

merupakan limbah yang dibuang seperti terlihat sebagai substitusi aggregat kasar, harga,
pada Gambar 1. kemungkinan aplikasi dari material tersebut
sebagai bahan konstruksi dan pengambilan
sampel material lokal untuk diuji di laboratorium.

BAHAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut :
1. Agregat halus (pasir)
Pada penelitian ini agregat halus (pasir) yang
digunakan adalah pasir yang diambil dari Kali
Mambu
2. Agregat kasar (batu alam)
Pada penelitian ini agregat kasar (koral) yang
Gambar 1. Limbah Batu Alam Yang Tidak digunakan adalah dengan ukuran maksimal 20
Termanfaatkan di Prambanan, mm
Yogyakarta 3. Semen
Semen sebagai bahan ikat yang digunakan
Secara lebih detail, upaya tersebut di atas berasal dari semen yang ada dipasaran
akan dicapai dengan pemanfaatan limbah batu dengan semen type I yang diproduksi oleh PT.
candi sebagai aggregat kasar dalam pembuatan Semen Gresik. Semen yang digunakan dalam
beton dengan kuat tekan awal tinggi. Upaya kondisi yang baik dengan melihat kemasan
menaikkan kuat tekan awal serta workability yang tidak robek dan semen tidak keras
(kemudahan pengerjaan) diperoleh melalui (menggumpal).
penambahan bahan tambah (additive) berupa 4. Air
superplastisizer. Air yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari sumur Laboratorium Bahan Bangunan
RUMUSAN MASALAH
Teknik Sipil Universitas Sarjanawiyata
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Tamansiswa Yogyakarta.
bagaimana mix design beton yang menggunakan 5. Additive Superplastisizer
limbah batu alam sebagai bahan agregat kasar Bahan tambah yang digunakan untuk
serta bahan tambah superplastisizer pada beton mempercepat proses pengerasn beton
dapat mencapai kuat tekan awal tinggi dan menggunakan aditif yang mudah ditemukan
dengan biaya/m3 beton relatif lebih murah. dipasaran. SikaCim Concrete Additive adalah
bahan mempercepat proses pengerasan beton
TUJUAN PENELITIAN dengan pengurangan air sampai 15%,
mengurangi keropos / meningkatkan daya
Tujuan yang diharapkan tercapai dalam tahan terhadap karbonasi dan memudahkan
proposal Penelitian ini antara lain : pengecoran
1. Mengetahui beton kuat tekan awal tinggi dari
limbah batu alam candi dengan bahan tambah ALAT
superplastisizer.
2. Mengetahui aplikasi bagi beton kuat tekan Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian
awal tinggi dari limbah batu alam candi. sebagai berikut :
1. Saringan atau ayakan, timbangan dan mesin
METODE penggetar saringan.
2. Gelas ukur
STUDI PUSTAKA 3. Kerucut abrams
4. Cetakan silinder beton.
Pada tahap ini hasil kajian dan penelitian 5. Mesin uji tekan beton.
tentang beton yang berupa jurnal ilmiah, buku, 6. Batang baja.
dan naskah akademik oleh para peneliti terdahulu 7. Mesin adukan beton atau mixer
dikumpulkan dan dipelajari, agar penelitian ini
tidak mengusulkan pendapat yang sudah PELAKSANAAN PEMBUATAN BENDA UJI
dilakukan oleh peneliti lain.
Pengujian laboratorium dilakukan guna
SURVEI LAPANGAN mengetahui beberapa sifat mekanik dan fisik dari
setiap material penyusun beton. Beberapa
Survey lapangan dilakukan untuk pengujian yang dilakukan di laboratorium bahan
mengumpulkan data dan informasi di lapangan. bangunan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Data-data yang dikumpulkan dalam tahap ini antara lain :
meliputi potensi ketersediaan material lokal 1. Pengujian gradasi pasir
161
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pengujian ini untuk mengetahui gradasi pasir Didasarkan pada konsep kuat tekan awal
yang digunakan dalam campuran beton. Alat yang tinggi, maka pengujian kuat tekan dilakukan pada
digunakan adalah saringan dengan lubang umur 3 dan 7 hari. Kuat tekan pada umur 3 hari
Saringan lubang 10 mm; 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 diharapkan sudah mencapai kisaran diatas 60%
mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm dan mesin dari kuat tekan pada umur 28 hari dan pada umur
penggetar 7 hari telah mencapai 100%. Jumlah benda uji
2. Pengujian Kadar Air Agregat dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengujian kadar air meliputi pengujian kadar
air agregat halus dan kasar baik agregat dalam Tabel 2. Jumlah Benda Silinder Beton
keadaan sesungguhnya maupun agregat dalam Pengujian
kondisi jenuh kering muka (SSD/ Saturated Jumlah Keterangan
Umur
Surface Dry). Umur 3 3
Additive Superplastisizer
Kandungan air (kadar air) dalam agregat Umur 7 3
dihitung dengan rumus (Tjokrodimuljo, 2007) : Umur 28 3
Ws  Wo Tanpa Additive
Kadarair  x100% ..................(1) Umur 28 3 Superplastisizer
Wo
Dimana : Pengujian kuat tekan silinder beton pada
Ws = berat agregat semula umur 3, 7 karena didasarkan pada konsep kuat
Wo = berat agregat tersebut setelah kering tekan awal tinggi dan akan dibandingkan dengan
tungku kuat tekan beton umur 28 hari. Pengujian kuat
3. Pengujian Berat Jenis Agregat tekan beton dilakukan di Laboratorium Bahan
Pengujian berat jenis meliputi pengujian berat Bangunan Teknik Sipil Universitas Sarjanawiyata
jenis agregat halus dan kasar. Pengujian berat Tamansiswa Yogyakarta
jenis akan mempengaruhi perhitungan dalam Mix
Design Beton. Jumlah material yang digunakan KUAT TEKAN BETON
dan berat beton akan ditentukan dalam berat jenis
agregat. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per
Berat jenis agregat dapat dihitung dengan satuan luas,yang menyebabkan benda uji beton
rumus (Tjokrodimuljo, 2007) : hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu
yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan
Wb beton tergantung pada perbandingan dari material
Bj  .......................................................(2) penyusun beton tersebut. Faktor air semen akan
Wa mempengaruhi kekuatan beton yang dibuat.
Banyaknya air yang digunakan selama proses
Dimana :
hidrasi akan mempengaruhi kekuatan beton jika
Wb = berat butir agregat
air terlalu banyak, maka air akan membuat
Wa = berat air dengan volume air yang sama
rongga-rongga di beton, jika air terlalu sedikit,
dengan volume butir agregat
maka akan mneyebabkan kelecakan atau
4. Pembuatan Mix Design Beton dan Pengujian
kemudahan pelaksanaan tidak tercapai. Untuk
Slump
menentukan kuat tekan beton dinyatakan dengan
Komposisi campuran limbah batu alam dengan
rumus :
pasir dan pasta semen (mix design) mengacu
pada SNI 03-2834-2000. Kuat tekan yang
P
direncanakan sebesar 19,3 MPa (K 225). Besar F'c  ....................................................(3)
nilai slump yang direncanakan berkisar 7,5 cm – A
15 cm. Benda uji menggunakan silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Kebutuhan Dimana :
komposisi campuran beton dalam 1 buah silinder F’c = Kuat tekan beton (Mpa)
beton dapat dilihat pada Tabel 1. P = Beban maksimum (Kg)
A = Luas penampang benda uji (cm²)
Tabel 1. Komposisi Bahan Campuran Beton
Komposisi Volume 1 Volume 1 HASIL DAN PEMBAHASAN
m3 Silinder
Air (kg) 234,5 1,2 Benda uji agregat halus berasal dari sungai
Semen (kg) 372,5 1,9 Kali Mambu yang tidak jauh dari Laboratorium
Pasir (kg) 654,3 3,6 Bahan Bangunan Teknik Sipil UST. Daerah
Kerikil (kg) 983,5 5,2 gradasi dari sampel pasir dapat dilihat pada
Super 3773,9 20 Gambar 2.
Plastisizer (ml)
Berat Total (kg) 2245 11,9
JUMLAH BENDA UJI

162
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 3. Grafik Kuat Tekan Beton


Gambar 2. Gradasi Agregat Halus
Berdasar pada Tabel 5 dan Gambar 3
Gambar 2 menunjukkan gradasi pasir dari terdapat anomali data pada pengujian beton umur
sampel pasir Kali Mambu berada pada daerah 2 28 hari, sehingga data kuat tekan beton pengujian
(agak kasar). Pengujian kadar air meliputi pada sampel 2 (additive Superplastisizer) dan
pengujian kadar air agregat sesungguhnya dan sampel 3 (tanpa additive Superplastisizer) tidak
kadar airagregat dalam keadaan SSD. Hasil digunakan.
pengujian kadar air agregat dapat di tunjukkan Kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada
pada Tabel 3. penelitian ini adalah 19,30 Mpa. Persentase grafik
kuat tekan beton pada umur 3, 7 dan 28 hari
Tabel 3. Hasil Uji Kadar Air Agregat terhadap kuat tekan beton yang disyaratkan dapat
dilihat pada Gambar 4.
Kadar Air (%)
Kondisi Agregat Agregat
Agregat Halus
Kasar
Sesungguhnya 1,7 1,5
SSD 3,6 3,2

Pengujian Berat Jenis meliputi pengujian


kadar air agregat halus dan agregat kasar. Hasil
pengujian berat jenis agregat dapat di tunjukkan
pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Berat Jenis Agregat


Agregat Berat Jenis
Agregat Halus 2,45
Agregat Kasar 2,42
Gambar 4. Persentase Kuat Tekan Beton Rerata
Pengujian kuat tekan beton dilaksanakan
Terhadap Kuat Tekan Beton yang
pada umur beton 3, 7 dan 28 hari. Benda uji
Disyaratkan (f’c)
berupa silinder beton berdimensi 150 mm x 300
mm. Jumlah silinder beton yang diuji sebanyak 9 Gambar 4 menunjukkan persentase kuat
silinder untuk beton dengan additive tekan beton dengan additive Superplastisizer
Superplastisizer dan 3 silinder beton tanpa pada umur 3, 7 dan 28 hari secara berturut – turut
additive Superplastisizer yang diuji pada umur 28. sudah mencapai 83,12 %, 119,30 % dan 142,28
Hasil dari pengujian dapat dilihat pada Tabel 5 % dari kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c).
dan Gambar 3. Beton tanpa additive Superplastisizer pada
umur 28 hari persentase kuat tekan mencapai
Tabel 5. Hasil uji Kuat Tekan
133,48 % dari kuat tekan beton yang disyaratkan
Betonadditive Superplastisizer
(f’c). Kuat tekan ini lebih rendah daripada kuat
(Kode : AS)
Benda Benda Benda Kuat Tekan
tekan beton pada umur 28 hari yang
Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rerata menggunakan additive Superplastisizer.
Umur 3 16.99 15.85 15.29 16.04 Pada prinsipnya produk beton dengan limbah
Umur 7 22.08 22.65 24.35 23.02 batu alam sebagai substitusi aggregat kasar
Umur 28 24.91 - 30.01 27.46 memiliki potensi aplikasi yang sama dengan beton
Tanpa additive Superplastisizer normal, namun produk beton ini memiliki
(Kode : TAS) keunggulan dari waktu pengerasan yang lebih
Umur 28 25.48 26.04 - 25.76 cepat serta harga yang relatif murah
Kemungkinan aplikasi yang paling lazim
adalah penggunaan produk tersebut sebagai
163
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

beton bertulang pada rumah tembokan sederhana KESIMPULAN


(non-engineered masonry house). Pada proses
rehabilitasi bencana, aplikasi produk beton ini Berdasarkan hasil penelitian beton kuat awal
memungkinkan untuk dikombinasikan dengan tinggi dengan menggunakan limbah batu candi
inovasi sistem struktur yang telah digunakan dapat ditarik kesimpulan bahwa kuat tekan beton
dalam tahap rekonstruksi pasca bencana gempa rerata dengan additive pada umur 7 hari (23,02
Yogyakarta 2006. Inovasi sistem struktur tersebut Mpa) sudah melampaui kuat tekan beton yang
adalah rumah dome (Lihat Gambar 5). disyaratkan (f’c) = 19,30 Mpa (119,30 %).
Kuat tekan beton rerata dengan
menggunakan additive Superplastisizer pada
umur 28 hari adalah 27,46 Mpa (142,28 %).
Persentase beton terhadap kuat tekan beton
yang disyaratkan (f’c) pada umur 28 hari tanpa
additive Superplastisizer adalah 133,48 %
dimana lebih rendah daripada kuat tekan beton
pada umur 28 hari dengan menggunakan additive
Superplastisizer (142,28 %).
Aplikasi dilapangan beton dari limbah batu
alam candi dapat digunakan sebagai beton
bertulang pada rumah sederhana (non-
engineered masonry house) dan rumah dome.
Gambar 5. Rumah Dome di Kec. Prambanan Biaya pembuatan beton kuat tekan awal
Yogyakarta tinggi dengan limbah batu candi per/m 3 lebih
murah 17,7 % dari beton normal.
Nilai kuat tekan awal yang dicapai pada umur
7 hari telah melebihi kuat tekan beton yang DAFTAR PUSTAKA
disyaratkan (f’c), maka bekesting akan semakin
cepat dilepas dan rumah dapat segera dihuni oleh Al-Manaseer, Akhtem., Hassoun, M. N. 2012. Structural
keluarga terdampak bencana. Oleh karena itu, Concrete Theory and Design. Wiley. New York.
penggunaan material dan sistem konstruksi yang Annisa, A.N. 2016. Pengaruh Penggunaan Limbah Batu
tepat akan mampu menunjang percepatan Onyx Sebagai Pengganti Aggregat Kasar. Malang.
pemulihan pasca bencana. Universitas Brawijaya.
Aprilianti, S. 2012. Analisis Pengaruh Beton Dengan
Perbandingan biaya pembuatan beton kuat Bahan Admixture Napthalene dan Polycarboxilate
tekan awal tinggi dari limbah batu alam candi Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Jurnal
yang ditambah dengan bahan additive dengan Konstruksia. Vol 3: 2.
beton normal dengan ditambah bahan additive Gusanti, W. 2014. Tinjauan Kuat Tekan dan Modulus
dapat dilihat pada Tabel 6. Elastisitas Beton Dengan Menggunakan Limbah
Batu Candi Sebagai Pengganti Aggregat Kasar.
Tabel 6. Rencana Anggaran Biaya per 1 m 3 Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Beton f’c = 19,3 MPa Harjawinata, J. 2017. Pengaruh Penambahan
Biaya/m3 Beton Superplastisizer dan Abu Sekam Padi Sebagai
Biaya/m3 Bahan Pengganti Semen Terhadap Kuat Tekan
dari Limbah Batu
Komponen Alam Candi
Beton Normal Beton. Yogyakarta. Universitas Teknologi
(Rp) (Rp) Yogyakarta.
Portland Cement Association. 2016. Design and Control
Semen of Concrete Mixtures. -. New York
372,545.45 388,000.00
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007. Teknologi Beton. Biro
Pasir Penerbit Teknik Sipil. Yogyakarta.
66,770.25 162,500.00
Zuraidan, S. dan Jatmiko, R.A. 2007. Pengaruh
Kerikil Penggunaan Limbah Pecahan Batu Marmer
27,941.01 178,750.00
Sebagai Alternatif Pengganti Agregat Kasar Pada
Additive Kekuatan Beton. Jurnal Rekayasa Perencanaan.
196,272.71 196,272.71
Tukang Vol 3: 3.
Batu 90,000.00 90,000.00 -, Peraturan Kepala BNPB No 11 Tahun 2008.
Kepala Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Tukang 10,000.00 10,000.00 Bencana. Jakarta
Pekerja 420,000.00 420,000.00 -,SNI 19-2454-2002. Tatacara Operasional Teknik
Mandor 33,000.00 33,000.00 Pengelolaan Sampah Perkotaan. -. Jakarta
-, SNI 03-2834-2000. Tata cara pembuatan rencana
Jumlah 1,216,529.42 1,478,522.71
campuran beton normal.-.Jakarta

Pada Tabel 6 menunjukkan harga pembuatan


beton dengan bahan limbah batu lebih murah Rp
261.993,29 atau sebesar 17,7 % dibandingkan
dengan beton normal dari batu pecah.
164
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

STUDI KARAKTERISTIK MEKANIS TANAH LATERIT STABILISASI


KAPUR DAN SEMEN

L. Caroles1, Y. T. Todingrara2 dan M. Tumpu3


Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Papua, Manokwari 1
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XVII, Manokwari2
Mahasiswa Progam Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar 3

Jalan Gunung Agung Salju Amban Manokwari


E-mail: luckycaroles1977@gmail.com

ABSTRAK

Sebagian wilayah di jayapura seperti desa Besum mengandung batuan kapur dalam jumlah yang
besar. Sedangkan di Kabupaten Marauke khususnya Mindiptana merupakan daerah yang memiliki jenis
tanah laterit. Pembangunan jalan di atas tanah laterit yang tidak memiliki sifat mekanis yang cukup untuk
mendukung beban kendaraan membutuhkan perhatian khusus. Penggunaan semen dan kapur merupakan
metode yang banyak digunakan untuk meningkatkan sifat mekanis tanah. Mengoptimalkan pemakaian
material local dapat mengefisiensikan biaya pembangunan infrastruktur jalan. Kuat tekan merupakan salah
satu sifat mekanis yang penting untuk mendukung beban. Untuk mendapatkan kuat tekan yang tinggi di
perlukan komposisi kapur dan semen pada campuran tanah yang sesuai. Penelitian ini merupakan salah
satu bagian dari serangkaian usaha untuk meningkatkan kuat tekan tanah laterit dengan menggunakan
material yang mudah diperoleh di wilayah Papua seperti semen Portland komposit dan kapur. Kapur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kapur padam. Beban monotonik pada pengujian kuat tekan diterapkan
untuk mengevaluasi campuran tersebut.

Kata kunci: tanah laterit, semen portland komposit, batuan kapur, kuat tekan

ABSTRACT

Some areas in Jayapura such as Besum possess huge amount of lime stones, while in Merauke district
specifically at Mindiptana, laterite soils are the most common to be found. Road construction on laterite soil
which seizes insufficient mechanical properties to support vehicle load requires an exclusive concern.
Cement and lime used was widely applicated to intensify the mechanical properties of laterite soil.
Optimizing the usage of local material could efficiently diminish the cost on road construction. Compressive
strength is one of the most important mechanical properties to support loads. To obtain a high compressive
strength, a suitable lime stone and cement composition was needed. This research was one part of many
effort to increase the compressive strength of laterite soil using easily obtained materials in Papua such as
Portland cement composite and lime stone. Lime stone used in this research was Calcium Hydroxide.
Monotonic load on compressive test was conducted to evaluate the composition.

Keywords: laterite soil, portland composite cement, lime stone, compressive strength

PENDAHULUAN mengakibatkan perubahan sifat-sifat tanah asli


tersebut. Disamping itu, stabilisasi tanah
Seiring dengan bertambahnya suatu diperlukan dalam rangka memperbaiki sifat-sifat
kawasan, kebutuhan untuk pembangunan tanah yang mempunyai daya dukung rendah,
indeks plastisitas tinggi, pengembangan (swelling)
prasarana semakin bertambah, khususnya untuk
bangunan jalan yang sangat dirasakan oleh tinggi dan gradasi yang buruk menjadi lebih baik
seluruh lapisan masyarakat. Pembukaan akses untuk dasar suatu bangunan khususnya untuk
jalan, kadang harus melewati beberapa kondisi jalan.
tanah yang kurang memenuhi syarat subgrade Stabilisasi tanah atau perbaikan tanah yang
bangunan. dikenal dalam rekayasa geoteknik secara umum
Perbaikan tanah pada lapis tanah dasar terbagi dalam tiga kategori, yaitu cara mekanis,
(subgrade) dengan stabilisasi merupakan salah cara kimia, dan cara fisik. Cara mekanis
satu pilihan untuk mengatasi kondisi tersebut. didasarkan atas usaha-usaha mekanis, seperti
Stabilisasi tanah dimaksudkan untuk memperbaiki kompaksi dan California Bearing Ratio (CBR).
sifat-sifat tanah asli dengan cara antara lain Melalui cara yang paling umum digunakan
menambahkan suatu bahan tertentu yang kerapatan tanah akan meningkat, kompresibilitas
tanah berkurang, yang kemudian diikuti pula
165
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dengan peningkatan kapasitas daya dukung dan Tabel 2. Komponen oksida semen PCC
stabilitas tanah. Pada cara kimiawi, suatu bahan SNI 15-7064-2004
Senyawa kimia Semen PCC
aditif berupa binders (semen, kapur, abu terbang) Standar
dicampurkan dalam tanah yang kemudian akan MgO 6,0 maks 0,97
mengubah properties dan kekuatan tanah.
SO3 4,0 maks 2,16
Sedangkan pada cara fisik, suatu bahan
Keausan 5,0 maks 1,98
perkuatan seperti geotekstil dimasukkan atau
disusun pada lapisan tanah untuk memperkuat
Tabel 3. Sifat fisik semen PCC
tanah. Dalam penelitian tugas akhir ini metode
SNI 15-7064-
stabilisasi yang digunakan yaitu dengan
Karakteristik Material 2004 Hasil
menambahkan bahan campuran. Pemilihan Standar
bahan tambahan harus mempertimbangkan Kadar air (%) 12 maks 11,5
karakteristik tanah dasar sehingga tepat guna. Kehalusan 280 min 382
Aspek ekonomis juga harus menjadi acuan Pengembangan, %
penentuan metode perbaikan tanah. Bahan 0,8 maks -
(maks)
campuran yang di coba gunakan adalah kapur Kuat Tekan
dan semen karena mudah didapatkan. a. 3 hari (kg/cm2) 125 min 185
Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk di
b. 7 hari (kg/cm2) 200 min 163
daerah tropis atau subtropis dengan tingkat
pelapukan tinggi pada batuan basa sampai c. 28 hari (kg/cm2) 250 min 410
batuan ultrabasa yang didominasi oleh Waktu Pengerasan
(Vicat tes)
kandungan logam besi. Tanah ini mengandung
a. Pengerasan
mineral-mineral lempung yang relative tinggi awal,menit
45 min 132,5
utamanya illite dan montmorilonite, sehingga b. Pengerasan
potensi kerusakannya relatif besar jika dilakukan 375 min 198
akhir,menit
pekerjaan konstruksi pada tanah seperti ini. Waktu ikat palsu 50 min -
Dengan kandungan mineral lempung dan unsur Suhu Hidrasi 7 hari,
65
logam, tanah ini dapat dimanfaatkan untuk kal/gr
berbagai kebutuhan baik pada pekerjaan Konsistensi Normal (%) 25,15
konstruksi, industri, maupun lainnya, namun perlu Berat jenis 3,13
kajian mendalam terhadap karakteristik detail dan
kemungkinan perbaikannya sebelum digunakan. Pekerjaan Laboratorium
Berdasarkan hal tersebut peneliti berinisiatif Pengujian mekanika tanah dilakukan di
melakukan penelitian menggunakan tanah laterit Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
yang distabilisasi dengan kapur dan semen. Sipil Universitas Hasanuddin yaitu:
1. Pengujian sifat fisik (kadar air, berat jenis,
METODE batas-batas atterberg, analisa saringan).
Tanah Laterit dan Semen Portland Komposit 2. Pengujian sifat mekanis tanah Kompaksi
Tanah laterit yang digunakan pada penelitian (Pemadatan) dan California Bearing Ratio
ini diambil dari daerah Mindiptana-Merauke. (CBR)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Jumlah Sampel Penelitian
adalah tanah laterit yang berasal dari desa
Besum, Jayapura. Sedangkan kapur yang Tabel 4. Jumlah sampel penelitian
digunakan adalah jenis kapur padam. Semen Waktu Pemeraman
PCC adalah semen yang digunakan dalam No. Variasi Campuran Tanpa
24 jam
pengujian. Tabel 1 menunjukan hasil pengujian diperam
kandungan senyawa kimia pada tanah laterit. 85% Tanah Asli + 12%
1 2 2
Tabel 2 dan 3 menunjukan hasil pengujian Kapur + 3% semen
komponen oksida serta sifat fisik semen PCC 84% Tanah Asli + 12%
2 2 2
Kapur + 4% semen
dengan menggunakan SNI 15-7064-2004.
83% Tanah Asli + 12%
3 2 2
Tabel 3. Sifat kimia tanah laterit Kapur + 5% semen
Unsur Kandungan (%) 82% Tanah Asli + 12%
4 2 2
Kapur + 6% semen
SiO2 73,74
Al2O3 17,49 Jumlah 16 sampel
Fe2O3 5,61
TiO2 1,82 Sampel pengujian yang dimaksud adalah
MgO 0,70 untuk pengujian CBR dimana berat sampel yang
ZrO2 0,23 dibutuhkan sebanyak 6000 gram, dan
K2O 0,14 ditambahkan dengan kapur dan semen sesuai
SO3 0,10
persentase benda uji tiap variasi campuran pada
Cl 0,05
Tabel 4.
166
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pengujian Sampel Penelitian Hasil Pengujian Kompaksi Tanah Stabilisasi


Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi 2 Dari Gambar 1 pada pengujian pemadatan
bagian pengujian yaitu pengujian untuk tanah asli standar (proctor test) diperoleh kadar air
dan tanah yang telah distabilisasi. mengikuti maksimum pada tanah asli adalah Wopt = 23,31
Standar yaitu ASTM, AASHTO, SNI dan USCS. % dan berat isi kering maksimumnya γdmkas =
Tabel 5 dan 6 masing-masing memperlihatkan 1,552 gr/cm3. Penambahan air untuk sampel CBR
standar pengujian karakteristik sifat fisik tanah sebesar 602 ml.
dan karakteristik mekanik tanah.

Tabel 5. Standar metode pengujian sifat fisik


tanah
Standar/Metode
No Jenis Pemeriksaan
Uji
Pemeriksaan Klasifikasi
1 AASHTO M145
Tanah
Pemeriksaan Analisa
2 ASTM D 422
Saringan
Pemeriksaan Batas-batas
Atterberg
3 Batas Cair (LL) ASTM D-423 C
Batas Plastis (PL) ASTM D-424
Batas Susut (SL) ASTM D-427 Gambar 5. Hubungan kadar air dan berat isi kering
SNI 03-1964- dengan persentase 12% kapur dan 3%
4 Pemeriksaan Berat Jenis
2008 semen
SNI 03-2832-
5 Kompaksi
1992 Tabel 7 memperlihatkan tabel rekapitulasi
hasil pengujian kompaksi untuk seluruh variasi
Tabel 6. Standar metode pengujian sifat mekanis benda uji. Tabel 8 memperlihatkan rekapitulasi
tanah penambahan air untuk benda uji CBR.
Jenis pemeriksaan Standar/Metode uji
Kompaksi ASTM D-698 Tabel 7. Hasil pemeriksaan kompaksi yang
California Bearing Ratio distabilisasikan dengan kapur dan semen
ASTM D-1833 dmaks
(CBR) Variasi Campuran opt (%)
(gr/cm3)
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanah Asli 31,05 1,45
Karakteristik Tanah Laterit Tanah Asli + 12% Kapur +
23,31 1,552
3% Semen
Berdasarkan hasil pengujian analisa Tanah Asli + 12% Kapur +
22,70 1,561
4% Semen
saringan dimana tanah yang lolos saringan
Tanah Asli + 12% Kapur +
No.200 lebih besar dari 76,03%, maka tanah 22,32 1,571
5% Semen
dapat diklasifikasikan pada kelompok A- 4; A-5; A- Tanah Asli + 12% Kapur +
6;A-7. Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan 21,95 1,630
6% Semen
batas-batas Atterberg tanah dapat di kategorikan
A-7-5 dimana nilai batas cair > 41%, nilai indeks Dari Tabel 7, dapat dilihat setiap
plastisitas >11% dan nilai batas plastis >30% penambahan bahan penstabilisasi yaitu kapur dan
maka tanah termasuk lempung dengan plastisitas. semen kadar air optimunnya semakin menurun
Tabel 7. Karakteristik tanah laterit sedangkan berat isi kering maksimumnya
Hasil semakin naik.
No Karakteristik Material
Pemeriksaan
1 Klasifikasi Tanah A-7-6 Tabel 8. Rekapitulasi penambahan air untuk
benda uji CBR
> 30% lolos Penambahan Air
2 Analisa saringan Variasi Campuran
No.200 (ml)
3 Tanah Asli 925
Batas-batas Atterberg
Batas cair (LL) 46,10 % Tanah Asli + 12% Kapur + 3%
602
Batas Plastis (PL) 24,31 % Semen
Indeks Plastisitas (PI) 21,79 % Tanah Asli + 12% Kapur + 4%
579
Semen
4 Berat Jenis 2,61 Tanah Asli + 12% Kapur + 5%
563
Kompaksi Semen
5 ɤdry 1,45 gr/cm3 Tanah Asli + 12% Kapur + 6%
546
Wopt 31,05% Semen
167
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pada Tabel 8, dapat dilihat setiap


penambahan bahan penstabilisasi kapur dan
semen nilai penambahan airnya semakin
menurun. Gambar 2 memperlihatkan hubungan
kadar air optimum dan berat isi kering.

Gambar 3. Hubungan nilai CBR dengan variasi


campuran

Tabel 9. Rekapitulasi nilai CBR


Nilai CBR
Gambar 2. Hubungan kadar air optimum dan berat
isi kering No Variasi Campuran %
Tanpa Peram
Pada Gambar 2 menunjukkan hubungan Peram 24Jam
kadar air optimum dan berat isi kering berbanding TA + 12 Kapur + 3%
S1 44,46 67,26
Semen
terbalik. Dimana pada tanah asli memiliki kadar
TA + 12 Kapur + 4%
air optimum sebesar 31,05% dan berat isi kering S2 52,44 69,16
Semen
maksimumnya sebesar 1,45 gr/cm 3. Pada variasi TA + 12 Kapur + 5%
campuran tanah asli dan 12% kapur, dan 3% S3 58,90 70,11
Semen
semen memiliki kadar air optimum sebesar TA + 12 Kapur + 6%
23,31% dan berat isi kering maksimumnya S4 63,84 73,91
Semen
sebesar 1,55 gr/cm3. Kemudian pada variasi
campuran tanah asli, 12% kapur dan 4% semen KESIMPULAN DAN SARAN
memiliki kadar air optimum sebesar 22,70% dan
berat isi kering maksimumnya sebesar 1.56
gr/cm3. Pada tanah asli, 12% kapur, dan 5% Dari hasil pengujian karakteristik sifat fisik
semen memiliki kadar air optimum lebih kecil dari tanah asli maka diperoleh menurut USCS
variasi sebelumnya yaitu 22,32% dan berat isi termasuk dalam klasifikasi CL yaitu lempung
kering maksimum sebesar 1,57 gr/cm3. plastisitas rendah, sedangkan menurut AASHTO
Selanjutnya variasi campuran tanah asli, 12% termasuk dalam klasifikasi A-7-6 yaitu klasifikasi
kapur, dan 6% semen memiliki kadar air optimum tanah berlempung.
sebesar 21,95% dan berat isi kering yang lebih Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium,
besar dari variasi campuran sebelumnya yaitu tentang pengaruh kapur terhadap tanah stabilisasi
1,63 gr/cm3. kapur dan semen terhadap sifat mekanis tanah,
maka dapat disimpulkan :
Hasil Pengujian California Bearing Ratio (CBR) 1. Dari hasil pengujian kompaksi setelah
Tanah Stabilisasi distabilisasi dengan kapur dan semen,
menunjukkan bahwa semakin besar kadar
Gambar 3 memperlihatkan hubungan antara semen dengan kadar campuran kapur 12%
nilai CBR dengan seluruh variasi campuran yang maka kepadatan kering maksimumnya
digunakan dalam penelitian ini baik yang tidak di semakin meningkat namun nilai kadar air
peram maupun yang di peram selama 24 jam. optimumnya semakin menurun. Hal ini
Dari Gambar 3 menunjukkan hubungan disebabkan karena kapur dan semen memiliki
antara penetrasi dan pembebanan diperoleh daya pengikat yang tinggi, dimana mampu
semakin lama di peram atau didiamkan sampel mempercepat pengkristalan selama proses
variasi campuran penstabilisasi kapur dan semen hidrasi pada tanah sehingga lapisan tanah
maka semakin besar nilai CBRnya. Dan semakin tidak mudah tembus air.
besar persentase penambahan semen pada 2. Dari hasil pengujian CBR dapat disimpulkan
campuran tanah asli dan 12% kapur dapat bahwa semakin lama umur peram maka
meningkatkan nilai CBR. semakin besar nilai CBR pada suatu
Berdasarkan hasil pengujian CBR yang campuran tanah yang telah distabilisasi kapur
diperlihatkan pada Gambar 3, maka rekapitulasi dan semen.
nilai CBRuntuk semua variasi campuran dalam
penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 9.

168
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Sebagai saran untuk peneliti selanjutnya Hardiyatmo, C. H. (2010). Mekanika Tanah 1.


adalah : Gadjah Mada University Press: Jakarta.
1. Untuk mengantisipasi kebutuhan dilapangan Mario, Samuel. (2016). Stabilisasi Tanah
dan kemudahan para praktisi teknis Lempung Dengan Menggunakan Abu
diharapkan adanya penelitian lebih lanjut Gunung Vulkanik Ditinjau Dari Nilai
untuk jenis tanah yang lain dengan California Bearing Ratio. University Of
menggunakan bahan stabilisasi yang lain. Sumatra utara: Medan.
2. Diperlukan lebih dari satu sampel pada Olugbenga O Amu, Oluwole F.B., dan Iyiola A.K.,
masing-masing durasi pemeraman agar dapat 2011, The Suitability and Lime Stabilization
membandingkan data penelitian sehingga Requirement of Some Lateritic Soil
diperoleh hasil yang cukup akurat. Samples as Pavemen, Int. J. Pure Appl.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang Sci. Technol., 2(1), pp. 29-46.
penambahan hari pemeraman untuk melihat Penuntun Praktikum Mekanikah Tanah,
batas nilai maksimum CBR pada setiap Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan
variasi campuran. Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
UCAPAN TERIMA KASIH Suardi, Enita. (2005). Kajian Kuat Tekan Bebas
Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan
Ucapan Terima Kasih kami sampaikan Additive Semen Dan Kapur. Politeknik
kepada seluruh pihak yang telah membantu Negri Padang: Padang.
hingga terselesainya penelitian ini terutama SNI 03-1742-1989. Panduan pengujian kepadatan
kepada Kepala Laboratorium Mekanika Tanah ringan untuk tanah. Standar Nasional
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Indonesia. Bahan Konstruksi Bangunan
Universitas Hasanuddin Dan Rekayasa Sipil.
SNI 03-1743-1989. Panduan pengujian kepadatan
DAFTAR PUSTAKA berat untuk tanah. Standar Nasional
Indonesia. Bahan Konstruksi Bangunan
Dan Rekayasa Sipil.
ASTM, Annual Books of ASTM Standards, SNI 03-1967-1990. “Metode pengujian batas cair
Volume 04.08 Soil and Rock (I): D420- tanah dengan alat Cassagrande”.
D5611, 2004. SNI 03-6887-2002. “Metode pengujian kuat tekan
Afryana. 2009. Studi Daya Dukung Lapis Pondasi bebas campuran tanah-semen”.
Stabilisasi Tanah Lempung dengan Sekam SNI 1964:2008. “Cara uji berat jenis tanah tanah”.
Padi. Skripsi Universitas Lampung: Revisi dari SNI 03-1964-1990.
Lampung. SNI 1966:2008. “Cara uji penentuan batas plastis
Amu, O.O., et. al., 2011, Geotechnical properties dan indeks plastisitas tanah”. Revisi dari
of lateritic soil stabilized with sugarcane SNI 03-1966-1990.
straw Ash, American Journal Of Scientific SNI 3423:2008. “Cara uji analisis ukuran butir
And Industrial Research © 2011, Science tanah”. Revisi dari SNI 03-3423-1994.
Huβ, http://www.scihub.org/AJSIR ISSN:
2153-649X doi:
10.5251/ajsir.2011.2.2.323.331, pp 323-
331.
Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanika Tanah). Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta
Bowles, J.E. (1995). Alih Bahasa Ir. Johan Kelana
Putra Edisi Kedua. Sifat-Sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga.
Chen, F.H., (1975). Foundation On Expansive
Soil. Elsevier Science Publishing Company,
New York.
Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip
Rekayasa Geoteknik) Jilid I. PT. Erlangga:
Jakarta
Fookes, P.G., 1997, Tropical Residual Soils : A
Geological Society Engineering Group
Working Party Report. Geological Society
Professional Handbooks: London.
Hary Christady Hardiyatmo, (2002), “Teknik
Pondasi I edisi kedua”. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta
169
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

170
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

STUDI PENINGKATAN JALAN MARTOPURO – SEMUT DAN


PURWOSARI – PUNTIR STA 2+100 – 3+100, KABUPATEN PASURUAN
Elvin Engga Pradana 1, Annur Ma’ruf2

1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITN Malang
2) Doesn Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang

Email: elvinengga629@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan pertambangan menjadi sumber utama perekonomian Desa Puntir sehingga banyak terlihat
kendaraan jenis truck terutama pada Jl. Martopuro – Semut dan Purwosari – Puntir sehingga kondisi
pada jalan tersebut mengalami kerusakan. Berdasarkan fungsinya, ruas Jl. Martopuro – Semut dan
Purwosari – Puntir merupakan jalan kelas III dengan panjang dan lebar jalan untuk Jl. Martopuro – Semut
adalah 4,5 km dan 4,5 m. Sedangkan panjang dan lebar jalan untuk Jl. Purwosari – Puntir adalah 2,6 km
dan 3,5 m dan untuk lokasi yang ditinjau adalah sepanjang 1 km.
Untuk menunjang studi ini diperlukan data CBR, Lalu Lintas Harian, dan Harga Satuan Pekerjaan
Kabupaten Pasuruan. Metode yang digunakan pada perencanaan perkerasan lentur ini adalah Metode
Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2017 dan perhitungan rencana anggaran biayanya mengacu
pada Analisa Harga Satuan Dasar Tahun 2017.Perencanaan perkerasan lentur dengan umur rencana 20
tahun didapatkan tebal perkerasan lentur yaitu AC-WC setebal 40 mm, AC-BC setebal 60 mm, AC-Base
setebal 145 mm, dan LPA Kelas A setebal 300 mm. Besar perkiraan rencana anggaran biaya perkerasan
lentur untuk Jl. Martopuro Semut adalah Rp.1.597.031.549 dan untuk Jl. Purwosari – Puntir adalah
Rp.1.619.018.789 dengan biaya total sepanjang 1 km adalah Rp.3.216.047.248 sudah termasuk PPN
10%.

Kata kunci: perkerasan lentur, biaya.

ABSTRACT

Mining activities have become the main source of the economy of Puntir Village so that there are many
truck types, especially on Jl. Martopuro - Semut and Purwosari - Break so that the conditions on the road
are damaged. Based on its function, section Jl. Martopuro - Semut and Purwosari - Puntir is a class III
road with the length and width of the road for Jl. Martopuro - Semut is 4.5 km and 4.5 m. While the length
and width of the road for Jl. Purwosari - Puntir is 2.6 km and 3.5 m and for the location reviewed is 1
km.To support this study, data on CBR, Daily Traffic and Work Unit Prices in Pasuruan Regency are
needed. The method used in this flexible pavement planning is the 2017 Road Pavement Design Manual
Method and the calculation of the budget plan refers to the Analysis of Basic Unit Prices in 2017.Flexible
pavement planning with a 20-year plan life obtained flexible pavement thickness of 40 mm AC-WC, 60
mm AC-BC thickness, 145 mm AC-Base, and 300 mm thick Class A LPA. Large estimate of the flexible
pavement cost budget plan for Jl. Martopuro Semut is Rp. 1,597,031,549 and for Jl. Purwosari - Puntir is
Rp. 1,619,018,789 with a total cost of 1 km is Rp. 3,216,047,248 including 10% PPN.

Keywords: flexible pavement, cost.

PENDAHULUAN masyarakat didaerah tersebut. Sehingga dalam


kegiatan penambangan tersebut banyak terlihat
Jalan merupakan kompenen penting kendaraan jenis truck yang berlalu lalang di
yang digunakan masyarakat untuk berpindah jalan raya untuk mengangkut hasil tambang
dari suatu lokasi ke lokasi lain. Jalan juga masyarakat Jalan Martopuro – Semut dan
berperan penting dalam pertumbuhan Purwosari - Puntir merupakan akses dari Kab.
masyrakat di daerah pedesaan ataupun di Pasuruan menuju tempat pariwisata khususnya
perkotaan. Desa Puntir merupakan daerah gunung bromo dan agrowisata Bakti Alam.
pertambangan mulai dari batu, pasir, dan tanah. Dengan fungsi jalan raya yang sangat penting
Kegiatan pertambangan tersebut adalah dalam rangka menggerakkan roda
merupakan sumber utama perekonomian perekonomian masyarakat didaerah puntir dapat

171
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dilihat aktifitas transportasi dan lalu lintas jalan


raya yang padat. Jalan Martopuro – Semut dan
Purwosari - Puntir merupakan jalan kolektor
dengan kelas III dengan ukuran lebar 4,5 M
untuk Jalan Martopuro – Semut dan panjang 4,5
KM sedangkan untuk Jalan Purwosari – Puntir
memiliki lebar 3,5 M dan panjang 2,6 KM, dan
Gambar 2. Kondisi Eksisting lokasi studi
lokasi yang ditinjau adalah sepanjang 1 KM
terdiri dari 0,5 KM pada Jalan Martopuro – Metode penelitian yang dilakukan dalam studi
Semut dan 0,5 KM pada Jalan Purwosari – ini adalah dengan melakukan pengumpulan
Puntir. Jalan tersebut merupakan akses ke data, berupa data LHR, DCP, Gambar Lokasi
kawasan pertambangan dan agro wisata. Studi, dan Daftar Harga Satuan Bahan Upah
dan Peralatan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1)
Mengetahui seberapa besar peningkatan tebal
perkerasan yang dibutuhkan di Jalan Martopuro
– Semut dan Purwosari - Puntir dengan metode
Bina Marga dengan umur rencana 20 tahun dan
mengetahui kapasitas Jalan purwosari – puntir.
(2)Berapa besar rencana anggaran biaya yang
dibutuhkan untuk Jalan Martopuro – Semur dan
Purwosari – Puntir.

METODE

Perencanaan peningkatan kapasitas


jalan ini dilakukan di ruas Jalan Martopuro –
Semut dan Purwosari - Puntir, Kabupaten Gambar 3. Bagan Alir Metode Penelitian
Pasuruan dengan meningkatkan struktur
perkerasan lentur dengan standar Bina Marga. REKAPITULASI DATA

Lalu lintas harian rata-rata


Lalu lintas harian rata-rata didapatkan
dengan cara melakukan survey volume lalu
lintas. Akan tetapi, didalam studi ini survey
hanya dilakukan selama 16 jam sehingga perlu
dilakukan perhitungan konversi volume lalu
lintas menjadi 24 jam. Berdasarkan Kasan,
Muhammad, untuk survey 16 jam di jalan
kolektor pada hari kerja data yang terpenuhi
adalah 92,43%. Sedangkan pada hari libur data
yang terpenuhi adalah 91,53%. Dari jurnal
tersebut maka penulis mengasumsikan bahwa
data yang terpenuhi pada hari kerja adalah 91%,
dan data yang terpenuhi pada hari libur adalah
Gambar 1. Lokasi Penelitian 90%.

Berikut adalah contoh perhitungan konversi


volume lalu lintas dari 16 jam menjadi 24 jam
untuk sepeda motor pada hari Minggu:

Sepeda motor (16 jam) = 726 kend/hari.

Data terpenuhi = 90%

Data belum terpenuhi = 100 – 90 = 10%

Sepeda Motor (8 jam) = (726 x 10) / 100

172
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

= 73 kend/hari. Sepeda Motor = 853 + 799 + 885 = 846


kend/hari.
Sepeda Motor (24 jam) = 726 + 73

= 799 kend/hari. Jumlah Total


Kendaraan
kend/hari (kend/hari)
Berikut ini contoh Perhitungan Konversi 16 Jam
Menjadi 24 Jam (Sabtu, Minggu, dan Rabu) Sepeda
Tabel 1. Konversi 16 Jam ke 24 Jam Motor 846
Kendaraan
Jumlah Jumlah Jumlah Ringan 349
1672
kend/hari kend/hari kend/hari Total Truck 2 As 190
Kendaraan
16 Jam 8 Jam 24 Jam (kend/hari)
(91%) (9%) (100%) Truck 3 As 263
Sepeda Bis Besar 23
783 70 853
Motor
Kendaraan
314 28 342
Ringan
1615 Faktor pertumbuhan lalu-lintas
Truck 2 As 150 14 164
Truck 3 As 213 19 232 Pertumbuhan lalu lintas dilihat dari
perbandingan nilai pertumbuhan lalu lintas rata-
Bis Besar 22 2 24
rata jumlah pertahun. Namun dikarenakan tidak
didapatkannya data pertumbuhan lalu lintas dari
badan terkait, untuk menentukan nilai faktor laju
Jumlah Jumlah Jumlah pertumbuhan lalu lintas (i) digunakan data
Kendaraa kend/hari kend/hari kend/hari Total pertumbuhan kendaraan provinsi Jawa Timur 5
n 16 Jam 8 Jam 24 Jam (kend/hari)
tahun kebelakang yaitu tahun 2012, 2013, 2014,
(90%) (10%) (100%)
Sepeda
2015, dan 2016.
726 73 799
Motor
Kendaraa
Tabel 2 Pertumbuhan lalu lintas provinsi jawa
361 36 397 timur
n Ringan
Truck 2 1557
118 12 130
As
Truck 3
186 19 205
As
Bis Besar 24 2 26

Jumlah Jumlah Jumlah


kend/hari kend/hari kend/hari Total
Kendaraan Sumber: Dinas PU Bina Marga Kab/Kota dan
16 Jam 8 Jam 24 Jam (kend/hari)
(91%) (9%) (100%) Dinas
Sepeda Berikut adalah contoh perhitungan pertumbuhan
812 73 885
Motor lalu lintas rata-rata pada tahun 2012 – 2016:
Kendaraan
283 25 308 i = LHRn-1 – LHRn
Ringan LHRn-1 x 100%
1843
Truck 2 As 254 23 277 1. Pertumbuhan lalu lintas tahun 2012-
Truck 3 As 324 29 353 2013:
i = 12.160.000 – 11.530.000 x 100%
Bis Besar 18 2 20 = 5,18%
12.160.000
2. Pertumbuhan lalu lintas tahun 2013-
Setelah didapatkan konversi volume lalu lintas 2014:
menjadi 24 jam, dari ketiga hari pengamatan i = 14.900.000 – 12.160.000 x 100%
tersebut dirata-ratakan untuk mendapatkan lalu = 18,39%
lintas harian rata-rata. Berikut adalah contoh 14.900.000
perhitungan untuk sepeda motor: 3. Pertumbuhan lalu lintas tahun 2014-
2015:

173
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

i = 14.810.000 – 14.900.000 x 100% = - Tabel 4 Faktor pertumbuhan rata-rata lalu lintas


0,61% umur rencana 20 tahun ruas jalan Martopuro-
14.810.000 Semut dan Purwosari-Puntir
4. Pertumbuhan lalu lintas tahun 2015-
2016: Faktor
Pertumbuhan
Jenis Pertumbuhan
i = 16.650.000 – 14.810.000 x 100% = No
Kendaraan
Lalu Lintas (i)
Lalu Lintas
11,05% %
(R)
16.650.000
Pertumbuhan rata-rata setiap kendaraan (%) Sepeda
1 8,50 20,162
setiap tahunnya, yaitu: Motor
i rata-rata mobil penumpang Kendaraan
2 8,50 20,162
5,18 + 18,39 + (-0,61) + 11,05 = 8,50% Ringan
4 3 Truck 2 As 8,50 20,162
4 Truck 3 As 8,50 20,162
5 Bis Besar 8,50 20,162
Tabel 3 Pertumbuhan rata-rata lalu lintas
provinsi jawa timur
Distribusi arah dan Distribusi lajur
Pertumbuhan Lalu Lintas (i) %
Jumlah Faktor distribusi arah (DD) untuk jalan
Tahun Kendaraan 2012 2013 2014 2015
Rata dua arah umumnya adalah 0,50 kecuali pada
Bermotor - - - -
2013 2014 2015 2016
- rata lokasi-lokasi yang jumlah kendaraan niaga
cenderung lebih tinggi pada suatu arah tertentu.
2012 11530000
Untuk faktor distribusi lajur dapat dilihat pada
2013 12160000 tabel 2.9 berikut:
2014 14900000 5,18 18,39 -0,61 11,05 8,50
Tabel 5 Faktor distribusi lajur
2015 14810000
Jumlah
Kendaraan Niaga Pada Lajur
2016 16650000 Lajur
Desain (% terhadap populasi
Setiap
kendaraan ringan)
Arah
Berikut adalah contoh perhitungan faktor
pertumbuhan lalu lintas. Pertumbuhan lalu lintas 1 100
selama umur rencana dihitung dengan faktor 2 80
pertumbuhan kumulatif (Cumulatif Growth
3 60
Factor) sebagaimana pada rumus 2.3 berikut:
4 50
R =
Dari tabel diatas diambil jumlah lajur 1 untuk
Keterangan: setiap arah dan menghasilkan kendaraan niaga
R = Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas pada lajur desain 100% terhadap populasi
kumulatif. kendaraan niaga.
i = Laju pertumbuhan lalu lintas tahunan Beban standar komulatif atau cumulatif single
(%). axle (CESA4)
UR = Umur rencana (tahun). Berikut adalah contoh perhitungan Beban
Standar Kumulatif atau Cumulatif Equivalent
Umur rencana (UR) = 20 tahun. Single Axle (CESA4) umur rencana 20 tahun,
Laju pertumbuhan lalu lintas (i) = 8,5% dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
R = 2.6 sebagai berikut:

= ESATH-1 = (𝝨LHRJK x VDFJK) x


365 x DD x DL x R
= 20,162
Keterangan:

ESATH-1 = Kumulatif lintas sumbu


standar ekivalen (equivalent
standard axie) pada tahun
pertama
LHRJK = Lintas harian rata-rata tiap
jenis kendaraan niaga (satuan
kendaraan per hari)

174
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

VDFJK = Faktor Ekivalen Beban CESA4 = Kumulatif beban sumbu


(Vehicle Damage Factor) tiap standar ekivalen
jenis kendaraan niaga Tabel 2.5 = ESA4 sepeda motor + ESA4
dan Tabel 2.6 mobil penumpang + ESA4
DD = Faktor distribusi arah Truk 2 sumbu + ESA4 truck 3
DL = Faktor distribusi lajur Tabel sumbu + ESA4 bus besar
2.3 = 0 + 0 + 1.137.140,309 +
CESAL = Kumulatif beban sumbu 7.483.409.763 + 87.256.013
standar ekivalen selama umur = 8.707.806,085
rencana
R = Faktor pengali pertumbuhan Tabel 7 Hasil perhitungan beban standar
lalu lintas kumulatif komulatif atau cumulatif equivalent single axle
(cesa4) umur rencana 20 tahun
Perhitungan LHRT rencana 20 tahun:
Jenis LHR- VDF-
LHRT setelah tahun ke n = LHRTn ( 1 + i )n-1 No DD DL R ESA
Kendaraan Sumbu JK JK

Jenis Kendaraan = Sepeda Motor


Sepeda
LHRT = 846 kend/hari 1
Motor
1.1
859
0 0,5 100 20,162
0
i = 0,085 2
Kendaraan
1.1 0 0,5 100 20,162
Ringan 355 0
LHRTT10TH = LHRT ( 1 + i )n-1
= 846 x (1 + 0,085)20-1 3 Truck 2 As 1.2 1,6 0,5 100 20,162
193 1137140,309
= 859 kend/hari 4 Truck 3 As 1.22
268
7,6 0,5 100 20,162
7483409,763
5 Bis Besar 1.2 1 0,5 100 20,162
Tabel 6 Perhitungan LHRT pada umur rencana 24 87256,01325

20 tahun Jumlah 8707806,085


1699

LHR Umur Rencana 20 Traffic multiper (TM)


Jenis Tahun Traffic Multiper (TM) lapisan aspal di Indonesia
(kend/
Kendaraan
hari) berkisar antara 1,8 sampai 2, sehingga diambil
i LHRT nilai tengahnya yaitu 1,9.
Sepeda Cumulatif equivalent single axle (CESA5)
0,085 859 Berikut adalah contoh perhitungan
Motor 846
Kendaraan CESA5 dengan menggunakan rumus 2.7
0,085 355
Ringan 349 sebagai berikut:
Truck 2 As 190 0,085 193
CESA5 = (TM x CESA4)
Truck 3 As 263 0,085 268 Keterangan :
Bis Besar 23 0,085 24 CESA = Cumulative Equivalent Standard Axles
Jumlah TM = Traffic Multiplier
1672 1699
Kendaraan
Umur Rencana 20 Tahun:
Jenis Kendaraan = Truck 2 sumbu.
VDFJK = 1,6 (truck 2 sumbu sedang) CESA5 = (TM x CESA4)

VDFJK didapatkan dari tabel 2.12. = (1,9 x 8.707.806,085)


VDFJK untuk sepeda motor dan mobil
penumpang adalah 0, truck 2 sumbu adalah 1,6, = 16.544.832
truck 3 sumbu adalah 7,6, dan bus besar adalah
Menentukan tipe perkerasan
1.

ESATH-1(4) = (LHRJK x VDFJK) x 365 x DD Untuk menentukan tipe perkerasan


(analisis discounted whole of life cost) dapat
x DL/100 x R
= (193 x 1,6) x 365 x 0,5 x 1 x dilihat pada tabel 2.14. Pemilihan jenis
20,162 perkerasand dilihat dari perhitungan yaitu:
= 1.137.140,309 1. Umur rencana = 20 tahun
2. CESA4 = 8.707.806,085
Sehingga ESA dalam 20 tahun pangkat
4 diantara 30-200 juta ESA4 dan menggunakan

175
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

jenis perkerasan AC tebal ≥ 100 mm dengan


lapis fondasi berbutir bagan desain 3B:

Tabel 8 Pemilihan jenis perkerasan


Perkerasan
Perkerasan Lentur
Kaku
Beban lalu lintas pada lajur rencana
CBR Tanah Kelas Kekuatan dengan umur rencana 40 tahun (juta
Uraian Struktur Fondasi
dasar Tanah Dasar ESA5) Stabilisasi
(%) <2 2- 4 > Semen(6)
Tebal minimum perbaikan tanah dasar
≥6 SG6 Perbaikan tanah dasar dapat berupa Tidak diperlukan perbaikan
5 SG5 stabilassi semen atau material - - 100
4 SG4 timbunan pilihan (sesuai persyaratan 100 150 200 3c 00
3 SG3 Spesifikasi Umum, Devisi 3– 150 200 300
2,5 SG2.5 Pekerjaan Tanah) 175 250 350
(pemadatan lapisan ≤ 200 mm tebal
Tanah ekspansif (potensi pemuaian > 5%) gembur)
Lapis Penopang(4)(5)
400
1000
500
1100
600
1200
Berlaku
ketentuan
Gambar 5 Perbandingan antara eksisting dan
Perkerasan yangsama
diatas tanah
lunak(2)
SG1(3)
- atau – lapis penopang dangeogrid(4)(5) 650 750 850 dengan
fondasijalan
jalan baru
Tanah gambut dengan HRS atau perkerasan
DBST untuk perkerasan untuk jalan Lapis penopang berbutir(4)(5) 1000 1250 1500 lentur
raya minor (nilai minimum –
ketentuan lain berlaku) Rencana anggaran biaya
Menentukan struktur perkerasan Perhitungan rencana anggaran biaya akan
Dari pemilihan perkerasan diatas dihitung berdasarkan tebal perkerasan lentur
didapatkan AC dengan lapisan berbutir maka yang telah dihitung di Bab IV. Lebar jalan 5,5
dipilih tabel Bagan Desain – 3B Desain meter dengan lebar bahu masing-masing 1
Perkerasan Lentur – aspal dengan Lapis meter, dan total panjang jalan 7100 meter.
Pondasi Berbutir. Ketebalan setiap lapisan adalah sebagai berikut:
Tabel 9 Menentukan struktur perkerasan 1. AC-WC = 40 mm
2. AC BC = 60 mm
3. AC Base = 145 mm
4. Fondasi Agregat Kelas A= 300 mm
Tabel 10 Rencana anggaran biaya
perkerasan lentur jalan Martopuro-semut

Dalam tabel 2.21 ini didapatkan tebal lapisan


struktur perkerasan dari perhitungan CESA5
yaitu:

1. Umur rencana = 20 tahun.


2. CESA5 = 16.544.832
3. CBR yang mewakili rencana = 4,750%
Maka tebal lapis perkerasan yang
didapatkan adalah:

1. ACWC = 40 mm
2. AC BC = 60 mm
3. AC Base = 145 mm
4. Fondasi Agregat Kelas A = 300 mm

Gambar 3 Penampang Tebal Lapis Perkerasan

176
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 11 rencana anggaran biaya perkerasan diharapkan dapat mencari sumber data yang
lentur jalan Purwosari-Puntir akurat untuk mempermudah proses
pengambilan data, serta data yang diperoleh
lebih lengkap

Daftar pustaka
Anonim. 2014. Pedoman Kapasitas Jalan
Indonesia Kapasitas Jalan Luar Kota.
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Fitri, Aprilia, dkk. 2015. Kajian Perencanaan
Peningkatan Jalan Tembus Jl. Ambarawa
– Jl. Sukarno Hatta Bawean Semarang.
Skripsi. Dipublikasikan. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Kasan, Muhammad. Analisis Fluktuasi Lalu
Lintas Kota Palu (Studi Kasus: Kota Palu
Bagian Barat). Jurnal. Palu: Universitas
Kesimpulan Tadulako.
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Hasil analisis perencanaan perkerasan Binamarga 2017. Manual Desain
lentur dan rencana anggaran biaya ruas Jl. Perkerasan 2017.
Martopuro – Semut dan Jl. Purwosari – Puntir Kementerian Pekerjaan Umum SKBI.
Kabupaten Pasuruan adalah sebagai berikut: 2.3.26.1987, UDC.625.73 (02), SNI 1732-
1989 F,. 1987. Petunjuk Perencanaan
1. Kapasitas jalan baru yang didapat Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
adalah 2356 skr/jam dan arus lalu lintas dengan Metode Analisa Komponen.
(Q) sebesar 195 skr/jam, sehingga nilai Jakarta : Yayasan Badan Penerbitan P.U.
derajat kejenuhan yang didapat adalah Nufus, Hayatun. 2015. Tinjauan Tebal
0,083. Sedangkan kapasitas jalan Perkerasan Lentur Jalan Simpang Buloh
eksisting yang didapat adalah 1989 – Line Pipa STA 0+000 – 6+017, Pemkot
skr/jam dan arus lalu lintas (Q) sebesar Lhokseumawe. Skripsi. Dipublikasikan.
195 skr/jam, sehingga nilai derajat Lampung: Universitas Lampung.
kejenuhan yang didapat adalah 0,098, Pekerjaan Umum. Jakarta : Menteri Pekerjaan
maka kapasitas jalan memenuhi Umum dan Perumahan Republik
dikarenakan nilai derajat kejenuhan Indonesia.
tidak melewati batas yang ditentukan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tebal perkerasan lentur dengan lebar Nomor 34. 2006. Tentang Jalan
jalan 5,5 meter adalah: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor
a. ACWC = 40 mm 11/PRT/M/2011. 2011. Tentang Pedoman
b. AC BC = 60 mm Penyelenggaraan Jalan Khusus.
c. AC Base =145 mm Departemen Pekerjaan Umum. Petunjuk
d. Fondasi Agregat Kelas A =300 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
mm Jalan Raya Dengan Metode Analisa
2. Besar perkiraan rencana anggaran Komponen SKBI – 2.3.26.1987. Yayasan
biaya perkerasan lentur untuk Jl. Badan Penerbit PU.
Martopuro – Semut sepanjang 0,5 km Puspitasari, Fiaraning Rizky. 2018.
adalah Rp. 1.597.031.459 dan Jl. Perencanaan Peningkatan Jalan Dan
Purwosari – Puntir sepanjang 0,5 km Rencana Anggaran Biaya Pada Ruas
adalah Rp. 1.619.018.789 dan total Tempursari – Pasirian Kabupaten
rencana anggaran biaya sepanjang 1 Lumajang. Skripsi. Dipublikasikan.
KM adalah Rp. 3.216.047.248 sudah Malang: Institut Teknologi Nasional.
termasuk PPN 10%. Sukirman Silvia. (1999). Perkerasan Lentur
Jalan Raya. Jakarta : Nova.
Saran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38.
2004. Tentang Jalan.
Adapun saran yang diberikan penulis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22.
pada skripsi ini adalah, mahasiswa yang akan 2009. Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
mengambil skripsi dengan tema perencanaan Jalan.
perkerasan lentur dengan metode bina marga,

177
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

178
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN CAMPURAN AGREGAT


KASAR OLAHAN LIMBAH PLASTIK DAN BATU PECAH
Supratikno1, Ratnanik2
Universitas Widya Dharma1
Universitas Widya Dharma2
Email: Supratikno.sipil@gmail.com

ABSTRAK

Bermula dari melihat plastik-plastik bekas dimana-mana dan merupakan limbah yang
membahayakan lingkungan karena tidak dapat terurai, terjadilah suatu pemikiran bagaimana jika
limbah plastik itu dapat dimanfaatkan. Ada dua keuntungan yang didapatkan dari sini, selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan dapat juga bernilai komersial yang tentunya bermanfaat bagi
kita semua. Seperti kita ketahui bahwa beton merupakan salah satu bahan bangunan selain baja dan
kayu. Secara umum beton terbuat dari campuran semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (batu
pecah) ditambah air secukupnya. Limbah plastik akan diolah dengan cara dibakar dan ditumbuk
menyerupai agregat yang akan menggantikan sebagian atau keseluruhan dari batu pecah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agregat olahan limbah plastik sebagai pengganti sebagian
atau keseluruhan agregat kasar batu pecah beton ditinjau dari kuat tekan. Dan tentunya merupakan
salah satu inovasi baru di dunia Teknik Sipil Struktur. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen dengan pengujian di laboratorium. Pengujian antara lain kuat tekan pada umur
14 hari dan 28 hari dengan penggantian agregat olahan limbah plastik 0%, 25%, 50 %, 75 % dan
100% terhadap batu pecah. Adukan beton menggunakan metode American Concrette Institute (ACI)
dan faktor air semen 0.6. Benda uji dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pada masing-masing
variasi dibuat 3 sampel diuji umur beton 14 hari dan 7 sampel( 0 dan 25%), 5 sampel (50%), 6
sampel (75 dan 100%) diuji pada umur beton 28 hari. Hasil pengujian sifat beton yang ditinjau
menunjukkan, bahwa nilai kuat tekan beton maksimal nilai fas =0.6 adalah sebesar 12.24 MPa
mengalami penurunan kuat tekan sebesar 63.81 % terhadap variasi penambahan olahan limbah
plastik terbesar.

Kata Kunci: botol plastik, Olahan limbah plastik, Kuat Tekan Beton

ABSTRACT

Starting from seeing used plastics everywhere and is waste that is harmful to the environment
because it cannot decompose, there is a thought what if plastic waste can be utilized. There are two
advantages to be gained from this, besides being able to reduce environmental pollution can also be
of commercial value which is certainly beneficial for all of us. As we know that concrete is one of the
building materials other than steel and wood. In general, concrete is made from a mixture of cement,
fine aggregate (sand), coarse aggregate (broken stone) plus enough water. Plastic waste will be
processed by burning and pounding like an aggregate which will replace part or all of the broken
stone. This study aims to determine the effect of processed waste plastic aggregate as a substitute for
part or all of the coarse aggregate of concrete crushed stone in terms of compressive strength. And of
course is one of the innovations in the world of Civil Engineering Structures. The research method
used is an experimental method with laboratory testing. Test included compressive strength at the
age of 14 days and 28 days with the replacement of processed waste plastic aggregate 0%, 25%,
50%, 75%, and 100% against broken stones. Concrete mix using the American Concrete Institute
(ACI) method and 0.6 cement water factor. Test object with a diameter of 15 cm and a height 30 cm.
In each variation made 3 samples tested 14 days of concrete age and 7 samples (0 and 25%), 5
samples (50%), 6 samples (75% and 100%) were tested at 28 days of concrete age. The results of
the testing of the concrete properties that were reviewed showed that the maximum concrete
compressive strength value of cement water factor (fas) 0.6 was 12.24 MPa and decreased
compressive strength by 63.81% against the variation of the addition of the largest processed plastic
waste.

Keywords: plastic bottle, processed plastic waste, concrete press strength

179
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN 7. Setiap variasi dibuat 3 benda uji ( 14


hari), 7 benda uji (0 dan 25%), 5
Limbah plastik merupakan sesuatu yang bendauji ( 50%), 6 banda uji ( 75 dan
membahayakan lingkungan karena tidak dapat 100%) sehingga jumlah total benda
diurai jika ditimbun di tanah. Selain mencemari uji = ( 3x5 ) + (7 x 2) + 5 + ( 2 x 6 ) =
lingkungan akan mengakibatkan banjir jika 46 benda uji
dibuang di sungai. Hal inilah yang membuat 8. Nilai Slump sesuai dengan variasi dan
inisiatif bagaimana jika limbah tersebut umur rencana ( Tabel IV.7)
dimanfaatkan sebagai sesuatu yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk
bermanfaat. Pola pemikiran kami diwujudkan
mengetahui seberapa besar penurunan kuat
ke suatu penelitian tentang bahan dasar
tekan dan modulus elastisitas beton yang
beton. Secara umum beton terdiri dari 3 (tiga)
dihasilkan dengan menggunakan campuran
bahan penyusun (semen, agregat halus dan
olahan limbah plastik dan batu pecah,
agregat kasar). Langkah selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat
mencermati tentang agregat kasar yang
memberikan sumbangan pemikiran kepada
umumnya berupa split/kerikil ataupun koral.
perencana beton dalam mencari alternatif
Plastik berat jenisnya sangat ringan dan
bahan agregat kasar yang lain selain batu
beterbangan bila terkena angin, rasanya
pecah dan kerikil.
tidaklah mungkin jika plastik kita potong-
potong langsung dicampur ke adukan beton.
METODE
Untuk itu plastik tersebut dipanaskan dan
setelah dingin dipecah-pecah menyerupai Pada penelitian ini dipakai metode
agregat kasar.ditumbuk agar bisa menyerupai eksperimen. Pelaksaanan penelitian
agregat kasar (split). Tentunya tidaklah Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik
sesempurna jika agregat kasar dipakai bahan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
yang umum dipakai, namun seberapakah
penurunan kekuatan jika dipakai agregat kasar A. Bahan Penelitian
dari olahan limbah plastik.Rumusan masalah Bahan-bahan yang digunakan pada
dalam penelitian ini adalah bagaimana penelitian ini adalah sebagai berikut:
membuat suatu barang tidak bermanfaat a) Air yang digunakan diambil dari
bahkan membahayakan akan dijadikan suatu Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
yang bermanfaat dan bernilai komersial serta Fakultas Teknik Universitas
bagaimana pengaruh variasi agregat olahan Muhammadiyah Surakarta.
limbah plastik terhadap kuat tekan dan b) Semen yang digunakan pada
modulus elastis beton.Batasan masalah dalam penelitian ini semen Portland jenis I
penelitian ini adalah sebagai berikut : denan merk Semen Gresik, produksi
1. Jenis pengujian berupa kuat tekan Gresik Jawa Timur.
dan modulus elastisitas beton c) Agregat halus (pasir) dari daerah
2. Agregat kasar dari olahan limbah Selo Boyolali
plastik (OLP) dengan jumlah OLP = 0 d) Agregat kasar batu pecah dari
%, 25%, 50%, 75% dan 100% dari daerah Boyolali.
berat agregat kasar e) Agregat kasar olahan limbah plastik.
3. Semen yang digunakan pada Proses pembuatannya yaitu plastik
penelitian ini adalah semen portland dipanasi diatas anglo dengan areng
type I dengan merek Semen Gresik memakai tempat roti bekas, setelah
produksi Gresik Jawa Timur dingin dipecah-pecah menyerupai
4. Air yang digunakan diambil dari lokasi agregat kasar.
pemeriksaan yaitu Laboratorium
Bahan Bangunanm Fakultas Teknik B. Peralatan Penelitian
Jurusan Sipil Universitas Peralatan yang digunakan dalam
Muhammadiyah Surakarta. penelitian ini tersedia di Laboratorium yang
meliputi : timbangan, ayakan standar, mesin
5. Perencanaan campuran
penggetar ayakan (siever), mesin keausan
menggunakan cara ACI dengan fas =
agregat Los Angelese, gelas ukur, picrometer,
0,6
oven, desictor, kerucut abram’s, cetakan
6. Benda uiji dibuat silinder beton silinder, mesin uji kuat tekan dan modulus
dengan diameter 15 cm, tinggi 30 cm elastis beton, mesin pengaduk/molen
dan di uji pada umur 14 hari dan 28 (concrete mixer), tongkat baja, kerucut conus.
hari

180
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pelaksanaan Penelitian. batu pecah dan modulus halus


1. Pemeriksaan Bahan butirnya.
1a) Pemeriksaan Kadar lumpur 2. Perancangan campuran beton
pada pasir. Tujuan Perhitungan rencana campuran
pemeriksaan ini adalah untuk beton bertujuan untuk menentukan
mengetahui kandungan lumpur proporsi bahan pembentuk beton
pada pasir sehingga diperoleh yaitu: semen, agregat halus (pasir),
kualitas beton yang bermutu. agregat kasar (olahan limbah plastik),
1b). pemeriksaan zat organik pada dan air, sehingga Akan menghasilkan
pasir. Pemeriksaan zat organik beton yang berkwalitas baik, serta
dalam pasir bertujuan untuk mudah dikerjakan. Penelitian ini
mengetahui sifat kandungan menggunakan metode ACI (American
bahan organik yang terdapat Concrete Institute) sebagai perencana
pada pasir sehingga dapat dasar campuran.
diketahui kelayakannya sebagai 3. Pengujian nilai slump
campuran beton. Pengujian nilai slump ini
1c). Pemeriksaan saturated dimaksudkan untuk mendapatkan
surface dry (SSD) pasir. kekentalan beton Segar. Pengujian
Pemeriksaan ini bertujuan untuk dilakukan dengan menggunakan
mengetahui kekeringan pasir kerucut Abram’s yaitu berbentuk
yang sebenarnya (kekeringan kerucut dengan diameter atas 10 cm,
permukaan) yang dapat diameter bagian bawah 20 cm dan
digunakan campuran beton. tinggi 30 cm dengan bagia atas
1d). Pemeriksaan spesific gravity maupun bawah berlubang.
dan absorption pasir. 4. Pembuatan benda uji
Pemeriksaan ini bertujuan untuk Pembuatan benda uji sesuai
mengetahui berat jenis dan dengan perhitungan proporsi
daya penyerapan air oleh pasir. campuran beton yang telah
1e). Pemeriksaan gradasi pasir. direncanakan dan telah diuji slump-
Pemeriksaan gradasi pasir nya. Setiap variasi dibuat 3 benda uji
bertujuan untuk mengetahui dengan fas 0,45 dan 0,55, masing-
distribusi ukuran butiran pasir masing dengan umur 14 hari dan 28
modulus halus butirnya. hari sehingga jumlah total benda uji
1f). Pemeriksaan keausan agregat adalah 60 buah.
kasar. Pemeriksaan ini 5. Perawatan beton
bertujuan utuk mengetahui Perawatan beton dimaksudkan
keausan agregat kasar dan untuk permukaan beton Segar selalu
mengetahui daya tahan agregat lembab, sejak adukan beton
terhadap degradasi atau dipadatkan sampai beton dianggap
perpecahan. Semakin kecil nilai cukup keras. Perawatan beton yang
abrasi maka semakin baik dilakukan pada penelitian ini adalah
agregat tersebut unt5uk dengan Cara merendamn silinder
digunakan sebagai campuran beton di dalam bak yang berisi air
beton. sampai beton berumur 14 dan 28 hari.
1g). Pemeriksaan spesific gravity 6. Pemeriksaan berat jenis
dan absorption batu pecah. Sebelum pengujian benda uji,
Pemeriksaan ini bertujuan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
untuik mengetahui berat jenis berat jenis, berat jenis dapat diketahui
dan daya penyerapan air oleh dengan Cara menghitung dan
agregat kasar. mengukur tinggi serta diameter benda
1h). Pemeriksaan berat satuan uji, sehingga dapat diketahui berat
volume batu pecah. dan volume benda uji tersebut.
Pemeriksaan berat satuan 7. Pengujian kuat tekan benda uji dan
volume batu pecah ini bertujuan modulus elastis beton
untuk mengetahui berat agregat
tiap satuan volume. Setelah beton berumur 14 dan 28 hari
1i). Pemeriksaan grdasi batu maka dilakukan pengujian kuat tekan dan
pecah. Pemeriksaan gradasi modulus elastis beton dengan tujuan
batu pecah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kuat tekan dan
mengetahui distribusi ukuran

181
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

modulus elastis dengan jalan memberikan c) Saturated Surface Dry (SSD)


beban kepada benda uji sampai hancur. merupakan pemeriksaan kwadaan
pasir sydah dalam kategori atau
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN belum. Langkah yang dilakukan
adalah dengan pwnurunan puncak
A. Pengujian Agregat kerucut pasir lebih kurang separoh
1. Pengujian Agregat Halus dari tinggi kerucut conus. Jika
Tabel 1. Hasil pengujian agregat pasir setelah kerucut conus diangkat
Materi Pengamatan Hasil tetapi masih memmentuk kerucut,
pengujian berarti pasir masih basah (belum
a) Kandun Warna Kuning mencapai SSD). Pengujian yang
gan dilakukan ini diperoleh penurunan
bahan pasir rata-rata sebesar 3.53 cm,
organic
sedangkan tinggi pasir mula-mula
b) Kadar Kadar lumpur 3%
lumpur
7.6 cm. keadaan ini membuktikan
c) SSD Penurunan 3,52 cm bahwa penurunan pasir masih
d) Spesific Bj kering 2,12 gr/cm3
bbasah. Jadi pasir harus diangin-
grafity anginkan sebelum digunakan
Bj permukaan 2,18 gr/cm3
dan sebagai campuran beton.
jenuh air 3,09 %
absorbsi d) Untuk mendeteksi agregat halus
Penyerapan
(pasir), maka dilihat dalam aturan
e) Gradasi Modulus halus 2,53
bahwa berdasarkan berat
pasir butir Batas jenisnya, agregat dibagi menjadi
Pemeriksaan gradasi tiga macam, yaitu: agregat ringan
gradasi pasir daerah II (mempunyai berat jenis kurang
dari 2.0 gr/cm3), agregat normal
Tabel 1 dapat dijelaskan sebagai (mempunyai berat jenis antara 2.5
berikut: – 2.7 gr/cm3) dan agregat berat
a) Pasir nerupakan agregat halus. (mempunyai berat jenis rata-rata
Untuk mengetahui kandungan zat 2.7 gr/cm3). Dalam penelitian ini
dalam pasir di teteskan larutan hasil pengujian agregat halus
NaOH selama waktu 24 jam. (pasir) diperoleh bahwa berat jenis
Setelah diadakan pengamatan, rata-rata 2.12 gr/cm 3. Dapat
ternyata di peroleh larutan disimpulkan bahwa agregat halus
berwarna kuning. Alat yang (pasir) dalam penelitian ini masuk
dipakai nuntuk mendeteksi dalam kategori diatas agregat
bernama Hellige Tester yang ringan dan di bawah agregat
menunjukkan warna tersebut normal. Untuk itu masih
sesuai No.2. Dapat diartikan memenuhi untuk bahan susun
bahwa pasir sedikit mengandung beton.
bahan organik dan layak sebagai e) Moduluh Halus Butir (MHB) yang
campuran beton. disyaratkan berkisar antara 1.5
b) Pasir diadakan pengujian untuk sampai dengan 3.8. Dalam
mengetahui kadarlumpunya. Hasil penelitian ini pengujian MHB pasir
yang diperoleh adalah sebesar 3 sebesar 3.09, sehingga
% yang berarti kandungan lumpur memenuhin syarat untuk
tersebut tidak melebihi yang campuran beton.
disyaratkan, yaitu sebesar 5 %.

Tabel 2. Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat pasir


Ukuran Berat Persentase Persentase Batas
Berat Persentase
lubang Koreksi tertahan berat komulatif gradasi
pasir lolos
ayakan terkoreksi tertahan berat daerah II
No
Mm Gram Gram Gram % % % %

1 9,5 0 0 0 0 0 100 100

2 4,15 13 0,80 13,80 2,76 2,76 97.23 90-100

182
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

3 2,36 33 2,03 35,03 7,00 9,76 90.23 75-100

4 1,18 79 4,86 83,86 16,77 26,53 73.46 55-90

5 0,6 85 5,23 90,23 18,04 44,58 55.41 35-59

6 0,3 140 8,61 148,6 29,72 74,30 25.69 8-10

7 0,15 99 6,09 105,09 21,01 95,32 4.67 0-10

8 Pan 22 1,35 23,35 4,67 - 0 -

471 499,96 253.25

2. Pengujian Agregat Kasar


Tabel 3. Hasil Pengujian Agregat Batu Pecah

Materi pengujian Pengamatan Hasil


Bj kering 2.20 gr/cm3
a) Specific grafity dan
Bj Jenuh kering muka 2.28 gr/cm3
absorbs
Penyerapan 0,50 %
b) Keausan Keausan 36,7 %
c) Berat satuan volume Rata-rata satuan volume 1,6 gr/cm3
7,23
Modulus halus butiran
d) Gradasi batu pecah Memenuhi batas gradasi diameter 40
Pemeriksaan gradasi batu pecah
mm

Tabel 3 dapat dijelaskan sebagai memiliki daya serap air oleh batu
berikut: pecah sebesar 0.50 %. Hal ini
dikarenakan batu pecah memiliki
a) Hasil pengujian berat jenis pori atau rongga udara yang kecil
agregat kasar (batu pecah) yang sehingga daya serap airnya
digunakan dalam penelitian mi rendah
sebesar 2.20 gr/cm 2. Disimpulkan
bahwa agregat tersebut diatas e) .Hasil pengujian berat satuan
agregat ringan dan di bawah volume batu pecah didapatkan
agregat normal, sehingga masih sebesar 1.6 gr/cm3, berarti
memenuhi sebagai bahan susun tennasuk dalam agregat normal,
beton. yaitu 1.2 sampai 1.6 gr/cm 3.

b) Hasil pengujian modulus halus f) Mencari SSD batu pecah yaitu


butir (MHB) batu pecah diperoleh dengan membandingkan berat
sebesar 7.23. Dalam ketentuan batu pecah yang tidak kedap air di
MHB batu pecah berkisar antara 5 udara dalam keadaan jenuh air
sampai dengan 8, sehingga MHB dan permukaan kering kepada
batu pecah dalam penelitian ini berat air dengan volume yang
masih memenuhi syarat. Sama di udara, nilai SSD kerikil
sebesar 2.28 gr/cm 3.
c) Kekerasan dari butir-butir agregat
kasar yang diperiksa dengan 3. Pengujian Agregat Olahan
mesin pengaus Los Angeles
Limbah Plastik
harus memenuhi syarat yaitu tidak
boleh terjadi kehilangan berat Tabel 4. Hasil Pengujian Agregat Kasar
lebih dan 40 %. Hasil pengujian Olahan Limbah Plastik
didapat nilai keausan 36.7 %, jadi
agregat kasar batu pecah ini Materi
Pengamatan Hasil
pengujian
memenuhi syarat yang digunakan
a) Specific Bj kering
sebagai bahan uji beton. 1.34 gr/cm3
grafity Bj Jenuh
2.01 gr/cm3
dan kering muka
d) Agregat batu pecah yang 20 %
absorbs Penyerapan
digunakan pada penelitian ini

183
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

b) Berat Rata-rata Tabel 7. Hasil Pemeriksaan kuat tekan beton


satuan satuan 1.21 gr/cm3 pada umur 14 hari dan 28 hari dengan fas 0.6
volume volume Variasi Kuat tekan beton ( Mpa)
7,45 Penambahan
MHB fas = 0,6
c) Gradasi Memenuhi Olahan
Pemeriksaan
olahan batas Limbah
gradasi
limbah gradasi Plastik Umur 14 hari Umur 28 hari
olahan limbah
plastik diameter
plastik
40 mm 0 % 9,82 12,24

Dari Tabel.5 diatas dapat diketahui hal-hal 25 % 9,48 10,14


sebagai berikut: 50 % 5,13 5,38
a) Olahan Limbah Plastik memiliki
berat jenis jenuh kering muka 2.01 75 % 4,47 4,82
gr/cm3, berarti batu merah tidak
termasuk agregat normal (2.4-2.7 100 % 4,20 4,43
kg/cm3).

b) Berat satuan volume olahan


limbah plastik adalah 1.21 gr/cm3, KESIMPULAN
berarti telah memenuhi
persyaratan berat satuan volume Semakin besar penambahan olahan
nonnal (1.2-1.6 gr/cm3). limbah plastik pada campuran beton, semakin
kecil berat jenis betonnya di mana nilai kuat
c) Modulus halus butir pada batu tekan beton maksimal untuk fas = 0.60 adalah
merah 7.45, berarti telah sebesar 12.24 MPa mengalami penurunan
memenuhi persyaratan MHB kuat tekan sebesar 63.81% terhadap variasi
nonnal (5 - 8). penambahan olahan limbah plastic terbesar.

d) Agregat olahan limbah plastik UCAPAN TERIMA KASIH


yang digunakan pada penelitian
ini memiliki daya serap air sebesar Ucapan Terima Kasih yang sebesar-
20 %. Hal ini dikarenakan olahan besarnya kami sampaikan kepada
limbah plastik memiliki rongga kemenristekdikti atas Dana yang telah
udara atau pori-pori yang besar diberikan untuk penelitian ini.
sehingga daya serap airnya tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengujian Slump
Tabel 5. Hasil Pengujian Nilai Slump ACI. 1979. State Of Art Report On High
Variasi Nilai Slump Rata-rata ( cm ) Stength Concrete, ACI Material Journal
Penambahan fas = 0,6 Committee Report, ACI Committee 363,
Olahan Limbah Umur 28 United States of America.
Umur 14 hari
Plastik hari ASTM, 1992, Standart Specification for
0 % 8,4 8,4 Concrete Agregates, American Society
25 % 8,2 8,2 for Testing Materials, ASTM C 33,
50 % 7,9 7,9 Philadelphia.
75 % 7,7 7,7 BPPU, 1982, Persyaratan Umum Bahan
100 % 7,1 7,1
Bangunan di Indonesia (PUBl 1982),
B. Pengujian Berat Jenis Beton Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan berat jenis rata-
rata beton berumur 14 hari dan 28 hari dengan
PU, Bandung.
fas = 0.6 Darmanto, 1998, Tinjauan Kuat Desak Beton
Variasi Berat jenis beton (gr/cm3) Dengan Agregat Pecahan Genteng
Penambahan fas = 0,6 "Press" Beton, Tugas Akliir, Jurusan
Olahan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Umur 28
Limbah Umur 14 hari Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
hari
Plastik Dipohusodo I., 1996, Struktur Beton Bertulang
0 % 2,35 2,38 Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03, PT
25 % 2,20 2,26 Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
50 % 2,07 2,08 DPU, 1991. StandarSKSNIM-62—1990-03:
75 % 1,93 1,96 Metoda Pembuatan danPerawatan
100 % 1,84 1,85
Benda Uji di Laboratorium, Direktorat
C. Pengujian Kuat Tekan Beton

184
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Penyelidikan Masalah Bangunan, Peleburan Besi, Tugas Akhir, Jurusan


Bandung. Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
DPU.1991. Standar SKSNI T-l5—1990-03: Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Subakti, A., 1995, Teknologi Beton Dalam
Normal, Direktorat Penyelidikan Masalah Praktek, Institut Teknologi Sepuluh
Bangunan Bandung November, Surabaya.
Gambhir, M.I., 1986, Concrete Tecnology, Susanto, K., 1998. Pengaruh Pemakaian Batu
Mc Graw Hill, New Delhi Apung Sebagai Pengganti Agregat
Murdock L.J. dan K.M. Brook, 1986. Bahan Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton,
dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil.
Nawy, E.G. 1990. Beton Bertulang Suatu Fakultas teknik Universitas
Pendekatan Dasar, PT. Eresco, Bandung Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Setyowati, R. 2001, Uji Kuat Tekan dan Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton,
Modulus Elastisitas Beton dengan Variasi Penerbit Nafitri, Yogyakarta
Agregat Halus Pasir dan Limbah Serbuk

185
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

186
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH KARAKTERISTIK TATA GUNA LAHAN TERHADAP


MODEL SISTEM DRAINASE DI WILAYAH PERKOTAAN
KABUPATEN PINRANG

A.St.Nurfadilah Ruslan1, Muh.Saleh Pallu2, Mary Selintung3 dan Farouk Maricar4

Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin


Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin
Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin
Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin
E-mail : fadilahruslan80@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tata guna lahan terhadap sistem drainase
sebagai upaya pencegahan banjir di wilayah perkotaan Kabupaten Pinrang. Lingkup penelitian ini meliputi
pengamatan dan observasi di lapangan, analisis data lapangan berdasarkan hasil pengumpulan data dan
pemetaan, difokuskan pada sebagian Kecamatan Watang Sawitto dan sebagian Kecamatan Paleteang
Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan untuk mendapatkan data yang relevan dari berbagai sumber
berupa Lembaga baik Lembaga pemerintah ataupun swasta. Hasil dari penelitian ini adalah perubahan tata
guna lahan di wilayah perkotaan Kabupaten Pinrang sangat dipengaruhi oleh fungsi lahan perkebunan,
permukiman, dan lahan yang belum diusahakan. Perubahan fungsi ini mempengaruhi pemanfaatan lahan
sehingga turut mempengaruhi system drainase dengan meningkatnya debit banjir rencana (Q) di wilayah
perkotaan Kabupaten Pinrang.

Kata kunci: Tata guna lahan, sistem drainase, pencegahan banjir.

ABSTRACT

This study aims to analyze changes in land use of the drainage system as a flood prevention effort in
the urban area of Pinrang Regency. The scope of this study includes observations and observations in the
field, field data analysis based on the results of data collection and mapping, focused on part of Watang
Sawitto District and part of Paleteang District, Pinrang Regency, South Sulawesi Province to obtain relevant
data from various sources in the form of Institutions both government and private institutions. The results of
this study are that changes in land use in the urban area of Pinrang Regency are strongly influenced by the
function of plantation land, settlements, and land that has not been cultivated. Changes in this function affect
land use so that it also influences the drainage system by increasing the planned flood discharge (Q) in the
urban area of Pinrang Regency.

Keywords : land use, drainage system, flood prevention.

PENDAHULUAN lainnya menimbulkan dampak yang cukup


signifikan terhadap perubahan nilai limpasan
Penggunaan lahan adalah suatu aktivitas permukaan, yang dampak lanjutnya berpengaruh
manusia pada lahan yang langsung berhubungan pada sistem drainase. Meningkatnya kawasan
dengan lokasi dan kondisi lahan (Sugiono, 2002). terbangun secara langsung berakibat
Penggunaan lahan adalah wujud atau bentuk meningkatnya koefisien pengaliran (C) dan
usaha kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah intensitas hujan yang tinggi menjadikan debit
pada satu waktu dan merupakan salah satu limpasan permukaan dari air hujan menjadi
permasalahan tentang penggunaan lahan saat semakin besar, sehingga menyebabkan
ini. Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi terjadinya banjir dan banyaknya lahan yang telah
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari tertutup oleh lapisan beton sehingga tidak dapat
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) dilewati oleh aliran air dan akhirnya menyebabkan
menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif genangan. Terjadinya perubahan guna lahan di
(masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan kawasan perkotaan ini menambah laju limpasan
itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh keperluan permukaan yang terjadi.
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang Setiap perkembangan kota harus diikuti
makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya dengan perbaikan sistem drainase. Drainase
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. perkotaan melayani pembuangan kelebihan air
Perubahan tata guna lahan yang diakibatkan oleh pada suatu kota mengalirkannya melalui muka
pertumbuhan kota dan perkembangan sektor
187
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tanah (surface drainage) atau bawah muka tanah berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan
(sub surface drainage). Drainase perkotaan harus (Sugiono, 2002).
terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian
banjir kota dan lain-lain (Hasmar, Hasyim, 2002: C. Sistem Drainase
19). Sistem drainase yang baik dapat mencegah Drainase perkotaan adalah sebagai suatu
terjadinya banjir pada suatu perkotaan pada saat tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
musim hujan dan menjaga cadangan air tanah baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
pada musim kemarau. Pengelolaan limpasan air maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan /
hujan berlebih yang baik dapat mengubah hal lahan tidak terganggu ( Surupin, 2004 ). Drainase
tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna jalan dibedakan menjadi drainase permukaan dan
seperti sumber daya air untuk kota tersebut. drainase bawah permukaan. Drainase permukaan
Persoalan-persoalan eksisting berkaitan ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari
dengan sistem drainase di kota Pinrang secara permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju
umum adalah terjadi genangan setiap hujan dengan aman dan efisien. Dalam menetapkan
turun, perubahan tata guna lahan, tidak sesuai suatu sistem drainase perlu diperhatikan secara
dengan RTRW, pertumbuhan penduduk yang seksama kondisi hidrotopografinya, pengaruh
meningkat, partisipasi masyarakat yang kurang pasang surut, letak titik pengeluaran, sistem
optimal, penanganan drainase bersifat parsial, jaringan yang sudah ada, tata guna lahan yang
dan sistem pembuangan air hujan yang masih akan direncanakan serta kondisi pelaksanaan dan
menjadi satu dengan sistem pembuangan air pengoperasian kelebihan air pada umumnya, baik
kotor mengakibatkan terjadinya pengendapan air hujan, air kotor atau air lebih lainnya yang
sampah yang menghambat laju aliran air, mengalir keluar dari kawasan yang bersangkutan.
sehingga sering terjadi penggenangan di saluran. Drainase dalam kota mempunyai fungsi
Masalah yang terjadi yaitu perubahan tata antara lain untuk mengalirkan genangan air atau
guna lahan produktif di Kota Pinrang dari areal banjir ataupun air hujan dengan cepat dari
persawahan menjadi areal terbangun berupa permukaan jalan dan untuk mencegah aliran air
permukiman dan perkantoran, yang yang berasal dari daerah lain atau daerah di
mengakibatkan berkurangnya lahan resapan dan sekitar jalan yang masuk ke daerah perkerasan
menjadikan limpasan menjadi besar pada daerah jalan ( Hadirhardjaja, 1997).
Kota Pinrang. Secara khusus, perubahan Genangan air di permukaan jalan
berdampak kepada banjir dan genangan yang memperlambat kendaraan dan memberikan andil
cenderung meningkat dari waktu ke waktu. terjadinya kecelakaan akibat terganggunya
pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika
KAJIAN TEORI air memasuki struktur jalan, perkerasan dan tanah
dasar menjadi lemah, dan hal ini akan
A. Analisis Curah Hujan menyebabkan konstruksi jalan lebih peka
Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu terhadap kerusakan akibat lalu lintas.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan besaran Metode yang tepat dalam menghitung curah
yang sangat penting dalam sistem DAS tersebut, hujan rencana dengan periode ulang tertentu
berdasarkan kondisi hidrotopografinya, pengaruh
karena hujan merupakan masukan utama ke
pasang surut, letak titik pengeluaran, sistem
dalam suatu DAS. Maka pengukuran hujan harus
jaringan yang sudah ada, tata guna lahan yang
dilakukan dengan secermat mungkin. Untuk akan direncanakan serta kondisi pelaksanaan dan
memperoleh data-data atau perkiraan besaran pengoperasian Dalam penelitian ini digunakan
hujan yang baik terjadi dalam suatu DAS, maka Perhitungan hujan rencana dengan digunakan
diperlukan sejumlah stasiun Metode Gumble. Debit rencana dihitung dengan
hujan.(Triatmodjo,2010) formula Rational Mononobe :
B. Karakteristik Tata Guna Lahan Q = 0,278 x C x I x A
Menurut Kivell (1993), kualitas lahan
……………………………(1)
merupakan kendala fisik yang menjadi hambatan
besar dan membatasi aktivitas pembangunan.
Dimana :
Keterbatasan kemampuan lahan menunjukkan
bahwa tidak semua upaya pemanfaatan lahan C = Koefisien Run Off
dapat didukung oleh lahan tersebut. Kemampuan I = Intensitas Hujan Rencana (mm/jam)
lahan untuk dapat mendukung upaya A = Luas daerah tangkapan air (km 2)
pemanfaatannya, akan sangat tergantung dari
faktor-faktor fisik dasar yang terdapat pada lahan
tersebut, baik berupa lingkungan hidrologi,
geomorfologi, geologi, dan atmosfir (Anthony J.
Catanese, 1992).Penggunaan lahan adalah suatu
aktivitas manusia pada lahan yang langsung

188
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

METODE PENELITIAN 2. Analisa intensitas curah hujan.

Tahapan yang dilakukan untuk mengetahui


perubahan nilai koefisien pengaliran (c) setiap
tahunnya adalah menentukan nilai koefisien
pengaliran pada setiap penggunaan lahan di
suatu DAS kemudian mencari rata-ratanya. Hal
tersebut akan menyebabkan peningkatan pada
nilai koefisien pengaliran, sehingga
mempengaruhi kenaikan nilai limpasan
permukaan.
Adapun data-data yang akan diinventarisasi
pada observasi ini adalah : a.) kondisi topografi,
dimensi saluran eksisting dan data-data
pendukung lainnya. b.) Melalui kuesioner,
Gambar 1. Peta Kabupaten Pinrang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan
informasi tentang perubahan tata guna lahan
pada daerah penelitian. c.) Data dokumentasi,
bertujuan untuk mendapatkan data dari lembaga
dan/atau instansi yang terkait dengan kebutuhan
data penelitian. Adapun data-data tersebut
berupa: luas wilayah, master plan drainase,
RTRK, dan data-data terkait lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Curah hujan


Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi
dan makin besar periode ulangnya makin tinggi
pula intensitasnya. Hasil perhitungan curah hujan
rata – rata pada empat stasiun dalam kurun waktu
dari tahun 2006 hingga 2017 pada empat stasiun
dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 2. Lokasi penelitian
Koefisien Limpasan (c)
Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Pinrang Untuk nilai C (koefisien limpasan) pada
tepatnya pada Kecamatan Watang Sawitto dan kajian ini menggunakan nilai koefisien limpasan,
Kecamatan Paleteang Propinsi Sulawesi Selatan C yang ditetapkan oleh SNI 03-2415-1991. nilai C
yang merupakan wilayah perkotaan (Gambar 1 yang digunakan dalam perhitungan dapat dilihat
dan Gambar 2). pada Tabel 2. Karakteristik tata guna lahan, yaitu
Lokasi ini di pilih atas dasar pertimbangan luas dan jenis tata guna tanah yang sangat
terjadi perubahan tata guna lahan pada kawasan berpengaruh terhadap koefisien aliran dan
perkotaan akibat perubahan penggunaan lahan. kapasitas infiltrasi. (SNI 2456 : 2016 tentang Tata
Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana).
dalam penelitian ini adalah data primer dan data Berdasarkan SNI 03-2415-1991 Metode Rasional
sekunder. Data primer adalah data yang secara praktis berlaku untuk luas DAS hingga
diperoleh secara langsung dari objek penelitian, 5000 hektar. Luas wilayah perkotaan Kabupaten
meliputi : Gambaran umum lokasi penelitian, Pinrang adalah 4.325, 69 Ha masih memenuhi
Pengukuran dimensi saluran. Sedangkan data persyaratan batasan luas daerah tangkapan aliran
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui (DTA) menurut metode rasional. Hasil Analisa
dokumentasi data yang ada pada dinas/instansi dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
terkait yang berhubungan dengan lokasi Perhitungan nilai C berdasarkan
penelitian, meliputi : studi kepustakaan, topografi, penggunaan lahan tahun 2012 dan rencana
tata guna lahan, data curah hujan, peta sistem penggunaan lahan 2032 dapat dilihat pada
drainase. Gambar 3.
Langkah-langkah pengerjaan studi secara
garis besar adalah sebagai berikut:

1. Menentukan koefisien pengaliran


berdasarkan perubahan tata guna lahan.
189
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 1. Curah Hujan Rata – rata pada Empat pada hasil perhitungan perubahan penggunaan
Stasiun lahan dan intensitas curah hujan rata – rata pada
empat stasiun yang terjadi selama kurun waktu
sejak tahun 2006 hingga 2017.

Tabel 2. Nilai koefisien limpasan yang digunakan


dalam perhitungan

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 4 (empat)


data stasiun curah memiliki perbedaan curah
hujan maksimum tahunan. Pada stasiun Langnga
curah hujan yang terdata relatif lebih rendah
dibandingkan dengan data curah hujan yang
tercatat di stasiun Sawitto. Grafik pada Gambar 3
merupakan variasi dan rata – rata data curah
Sumber : Hasil Analisa
hujan dari keempat stasiun yang ada.
Tabel 3. Karakteristik Tata Guna Lahan

Gambar 3. Grafik Curah Hujan

Kapasitas drainase
Peningkatan debit banjir merupakan dampak
dari perubahan tata guna lahan pada Kawasan
perkotaan di Kabupaten Pinrang. Hal ini terlihat
190
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 4. Luas Lahan Menurut Penggunaanya di DAFTAR PUSTAKA


Kecamatan wilayah kota Kabupaten Pinrang
Tahun 2012 Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB
Press. Bogor.

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan


Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Siswanto dan Joleha. 2001. Sistem Drainase


Resapan Untuk Meningkatkan Pengisian
(Recharge) Air Tanah. Jurnal Natur
Indonesia III (2): 129–137.

Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Usaha


Nasional. Surabaya.

Sunjoto. 1990. Pengembangan Sistem Drainase


di Indonesia. Yogyakarta.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang


Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi.

Gambar 3. Perbandingan Penggunaan Lahan

KESIMPULAN

Peningkatan lahan terbangun mengakibatkan


peningkatan koefisien limpasan permukaan akan
menyebabkan peningkatan pada nilai koefisien
pengaliran, sehingga mempengaruhi kenaikan
nilai limpasan permukaan. Dari hasil pembahasan
dan analisa yang telah dilakukan pada bab dapat
disimpulkan bahwa perubahan tata guna lahan
akan mempengaruhi nilai koefisien limpasan
permukaan dari tiap-tiap variasi tata guna lahan.
Nilai koefisien ini cenderung meningkat dari tahun
ke tahun, yang diakibatkan oleh fenomena
pesatnya pembangunan fisik di Kota Pinrang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak


– pihak yang telah membantu dalam hal
penyediaan data dan melakukan penelitian
diantaranya Kepala Dinas dan jajaran Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kabupaten Pinrang, Dinas Pertanian dan
Hortikultura Kabupaten Pinrang, Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Pinrang, dan Dinas PSDA Kabupaten Pinrang.

191
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

192
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENGARUH PENEMPATAN ARAH KOLOM PADA BANGUNAN


BERTINGKAT BANYAK DENGAN DENAH L TERHADAP KEKAKUAN
STRUKTUR
Chanif Fachriza1, Atika Ulfah Jamal2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia 1,2

Jl. Kaliurang km 14.5, Sleman, Yogyakarta 55584, Indonesia


E-mail: fachriza03@gmail.com

ABSTRAK

Kolom merupakan elemen yang penting dalam sebuah struktur gedung karena jika terjadi keruntuhan
pada kolom dapat menyebabkan keruntuhan total dari keseluruhan bangunan. Pada perencanaan kolom
banyak kemungkinan variasi bentuk penampang dan penempatan yang bisa digunakan. Faktor konfigurasi
struktur gedung berhubungan dengan denah juga dapat mempengaruhi perilaku struktur selama terjadinya
gempa. Oleh karena itu, perlu ditinjau nilai kekakuan efektif pada bangunan bertingkat banyak dengan
denah L dengan penempatan arah kolom yang dibedakan.Pada penelitian ini, dimodelkan empat buah
bangunan denah berbentuk L, masing-masing menggunakan penampang kolom persegi panjang dan bujur
sangkar. Model 1 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah X
sumbu global, model 2 menggunakan kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah Y sumbu
global, model 3 menggunakan kolom persegi panjang ditempatkan kombinasi, dan model 4 menggunakan
kolom bujur sangkar. Pemodelan dilakukan pada program ETABS 2013 untuk kemudian akan dibandingkan
nilai kekakuan efektif struktur dari hasil pushover analysis berdasarkan metode FEMA 440.Hasil analisis
disimpulkan model yang memiliki nilai kekakuan paling besar pada arah x adalah model 1 sebesar
67150,625 kN/m, sedangkan pada arah y paling besar adalah model 2 sebesar 58022,272 kN/m, hal ini
berkaitan dengan arah memanjang penampang kolom memberikan nilai kekakuan yang besar pada struktur.
Pada model 3 menunjukkan kekakuan secara optimal pada kedua arah dengan nilai kekakuan pada arah x
sebesar 59090,788 kN/m pada arah y sebesar 55111,289 kN/m, artinya tidak besar di satu arah tetapi juga
tidak kecil di arah lainnya. Pada model 4 kekakuan pada arah x sebesar 62162,726 kN/m arah y sebesar
53578,25 kN/m.

Kata kunci: pushover, kurva kapasitas, kekakuan, inersia

ABSTRACT

Columns are an important element in a building structure because if a collapse occurs in the column it
can cause a total collapse of the entire building. In column design, there are many possible variations in
cross-section shape and placement that can be used. Configuration factors for building structures related to
floor plans can also influence the behavior of structures during an earthquake. Accordingly, it is necessary to
review the value of structural stiffness in multy-storey L-shaped buildings with a distinguished of column
placement direction.In this study, four L-shaped planes were modeled, each using a rectangular and square
column cross section. Model 1 uses a rectangular column cross-section placed lengthwise in the direction of
the global axis X, model 2 uses a rectangular column placed lengthwise in the direction of the global axis Y,
model 3 uses a rectangular column placed combination, and model 4 uses a square column. Modeling was
carried out on the 2013 ETABS program and then compared the effective stiffness value of the structure
from the results of pushover analysis based on the FEMA 440 method.The results of the analysis concluded
that the model that has the greatest stiffness value in the direction of x is model 1 at 67150,625 kN / m, while
in the direction of y the largest is model 2 at 58022,272 kN / m, this is related to the placement of longitudinal
section of column will give a large stiffness value in the structure. In model 3 shows optimal stiffness in both
directions with stiffness values in the x-direction of 59090.788 kN / m in the direction y of 55111,289 kN / m,
meaning that it is not large in one direction but also not small in the other direction. In model 4 the stiffness in
the direction of x is 62162,726 kN / m in the y-direction of 53578.25 kN / m.

Keywords: pushover, capacity curve, stiffness, inertia.

PENDAHULUAN masuk, sehingga kapasitas kolom lebih kuat dari


Proses perencanaan struktur gedung tahan balok. Kapasitas kolom dipengaruhi oleh
gempa tidak lepas dari konsep kolom kuat balok kombinasi beban aksial dan momen inersia yang
lemah, dimana sendi plastis direncanakan terjadi bekerja pada penampang kolom.
di balok untuk meratakan energi gempa yang
193
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pada perencanaan kolom banyak dan tulangan tranvesal menggunakan baja


kemungkinan variasi bentuk penampang dan dengan kuat tarik 240 MPa.
penempatan yang digunakan. Asroni (2010) Model struktur gedung rangka beton
menyatakan kolom bersengkang persegi panjang bertulang dengan ketinggian 9 lantai dan tinggi
dan bujur sangkar merupakan jenis kolom yang antar lantai 3,9 m berfungsi sebagai hotel.
paling banyak digunakan karena pelaksanaan Menggunakan respon spektrum wilayah
yang mudah dan harga pembuatannya murah. Yogyakarta pada kondisi tanah sedang. Analisis
Dengan variasi bentuk penampang dan struktur dilakukan dengan bantuan program
penempatan kolom maka memberikan pengaruh ETABS 2013, dimodelkan dalam 3 Dimensi (3D)
yang berbeda terhadap nilai momen inersia. sebagai struktur open frame, tumpuan dimodelkan
Selain struktur kolom dan mekanisme berperilaku sebagai jepit.
penyaluran gaya-gaya dalam, faktor konfigurasi Objek yang digunakan dalam penelitian ini
struktur gedung secara keseluruhan dapat adalah empat buah bangunan dengan denah
mempengaruhi perilaku struktur selama terjadinya berbentuk L, masing-masing model menggunakan
gempa. Fransisca (2016) menyatakan saat ini bentuk penampang kolom dan arah penempatan
struktur gedung dengan ketidak beraturan yang berbeda namun dengan luas penampang
(irregular) konfigurasi menjadi salah satu pilihan yang sama. Model 1 menggunakan penampang
guna mengatasi permasalahan terbatasnya lahan kolom persegi panjang ditempatkan memanjang
yang tersedia dalam lingkup perkotaan, Sebagai pada arah X sumbu global bangunan, model 2
contoh dari ketidak beraturan tersebut adalah menggunakan penampang kolom persegi panjang
konfigurasi dengan denah berbentuk L. ditempatkan memanjang pada arah Y sumbu
Menurut Widodo (2012) Struktur irregular global bangunan, model 3 menggunakan
kurang aman dalam merespon gempa pada penampang kolom persegi panjang ditempatkan
bangunan karena dalam 1 arah beban gempa, secara kombinasi, dan model 4 menggunakan
terdapat massa bangunan yang berada pada penampang kolom bujur sangkar. Berikut gambar
strong axis dan massa sebaliknya berada pada denah bangunan semua model yang dapat dilihat
posisi weak axis. pada Gambar 2 hingga Gambar 5.

Gerakan Tanah
Strong Axis Block →
←Weak Axis Block

Gaya Gempa Efektif


Gambar 6. Denah Bangunan Irregular

Dengan dilatar belakangi hal tersebut, maka


perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh
Penempatan Arah Kolom pada Bangunan
Bertingkat Banyak dengan Denah L Terhadap
Kekakuan Struktur.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui perbandingan kurva kapasitas dan
nilai kekakuan efektif struktur gedung dengan
konfigurasi bentuk L yang menggunakan Gambar 2. Denah Bangunan Model 1
penampang kolom persegi panjang dan
penampang kolom bujur sangkar.

METODE

Data dalam penelitian ini merupakan data


yang diasumsikan sendiri dan disesuaikan
dengan persyaratan berdasarkan peraturan SNI
1726:2012 untuk perencanaan beban gempa,
PPPURG 1987 untuk pembebanan gravitasi,
serta SNI 2847:2013 untuk perencanaan dimensi
elemen-elemen struktur. Mutu beton yang
digunakan dalam perencanaan adalah 30 MPa.
Baja tulangan untuk tulangan longitudinal
menggunakan baja dengan kuat tarik 300 MPa
194
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

.................................................. (1)

........................................................ (2)

1. ...................................................................... U
ntuk T < T0, digunakan persamaaan
berikut
............................ (3)
2. ...................................................................... U
ntuk perioda yang lebih besar dati T0
tetapi lebih kecil darti TS, maka Sa = SDS.
3. ...................................................................... U
ntuk perioda lebih besar dari TS,
digunakan persamaan berikut
................................................... (4)
Gambar 3. Denah Bangunan Model 2
dimana:
SDS = parameter respons spektral percepatan
desain pada perioda pendek
SD1 = parameter respons spektral percepatan
desain pada perioda 1 detik
T = perioda getar fundamental struktur

Gambar 4. Denah Bangunan Model 3


Gambar 6. Kurva Respon Spektrum
Kombinasi respons untuk geser dasar ragam
(Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang
dihitung (V) menggunakan prosedur gaya statik
ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan 0,85
V/Vt.
........................................................ (5)

............................................ (6)

...................................................... (7)

dimana:
Cs = koefisien respons spektrum
W = berat seismik efektif
V = gaya lateral desain total
Cvx = faktor distribusi vertikal
Gambar 5. Denah Bangunan Model 4

Analisis linier respon spektrum untuk Analisis statik nonlinier pushover digunakan
preliminary design, kurva respon spektrum disain untuk memperoleh kurva kapasitas (capacity
ditentukan dengan mengacu pada beberapa curve) menggambarkan hubungan gaya geser
ketentuan pada SNI 1726:2012 Pasal 6.4. dasar perpindahan, kurva tersebut akan
dimodifikasi menjadi kurva bilinier untuk

195
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
J
mengetahui kekakuan efektif (Ke) struktur seperti
terlihat pada Gambar 7 berikut. J

I
I

775 mm

Gambar 8. Penampang Kolom Persegi Panjang dan


Bujur Sangkar
Dimensi kolom ini perlu dicek terhadap nilai
inersia dalam kaitannya dengan nilai kekakuan
Gambar 7. Modifikasi Kurva Bilinier (FEMA 440,
2005) elemen.
Menurut Paulay dan Priestley (1992)
Kekakuan merupakan kemiringan respon elastis
linier pada beban sekitar 75%Vy karena nilai
kekakuan efektif mendekati gaya geser pada saat
leleh. Kolom Persegi Panjang

................................................... (8)

dimana:
Vy = geser saat leleh pertama
Δy = simpangan saat leleh pertama
Kekakuan merupakan kemampuan struktur
untuk menerima beban tanpa mengalami
deformasi atau defleksi, Struktur yang memiliki
nilai kekakuan kecil lebih mudah mengalami
deformasi dan defleksi dibanding dengan struktur Dapat dilihat pada kolom persegi panjang
yang mempunyai nilai kekakuan besar nilai inersia arah memanjang pada penampang
(Firmansyah, 2012). Menurut Kenneth-Belanger kolom yang disimbolkan dengan lebih besar
(1981), persamaan kekakuan sebagai berikut. daripada nilai inersia arah memendek pada
penampang kolom yang disimbolkan dengan
.......................................................... (9) sehingga pada arah memanjang kolom nilai
kekakuan juga lebih besar dibanding arah
dimana:
memendek kolom.
E = modulus elastisitas
I = inersia Kolom Bujur Sangkar
L = panjang bentang
Nilai kekakuan berbanding lurus dengan
modulus elastisitas dan momen inersia tetapi
berbanding terbalik dengan ukuran bentangnya,
hal ini berarti semakin besar nilai inersia maka
kekakuan struktur semakin besar sehingga akan
dapat menahan terjadinya deformasi namun
struktur yang terlalu kaku bisa menjadi getas dan
patah seketika.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kolom bujur sangkar nilai inersia pada
kedua arah penampang kolom yang disimbolkan
Untuk perhitungan estimasi dimensi kolom dengan dan sama besar, sehingga nilai
dilakukan dengan cara trial-error sehingga kekakuan juga sama besar pada kedua arah.
diperoleh estimasi dimensi yang sesuai Hasil pushover analysis yaitu berupa kurva
persyaratan SNI 1726:2012, untuk kolom bujur kapasitas kemudian akan diperoleh hasil lain
sangkar dengan dimensi B = 930 mm dan H = berupa nilai daktilitas simpangan. Berikut
930 mm sedangkan untuk kolom persegi panjang merupakan perbandingan kurva kapasitas hasil
dengan dimensi B = 755 mm dan H = 1116 mm. pushover analysis dari semua model yang ditinjau
pada arah x dan arah y.

196
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 2. Gaya dan Simpangan Model 2


S Model 2
T Arah X Arah Y
E Displ Base Force Displ Base Force
P
(mm) (Kn) (mm) (Kn)
0 0,8 0,0 1,4 0,0
1 71,0 4058,2 71,6 4152,3
2 89,1 5101,5 141,8 8304,7
3 161,1 8793,3 148,3 8691,4
4 232,5 11073,0 220,5 12566,1
5 307,7 12815,6 295,2 14868,7
Gambar 9. Perbandingan Kurva Kapasitas Arah X 6 380,1 14097,6 367,7 16257,6
Semua Model
7 452,9 15344,0 444,7 17529,7
8 531,1 16646,4 525,0 18864,8
9 605,0 17884,1 610,8 20279,3
10 678,1 19069,1 681,7 21388,3
11 702,8 19449,5 703,4 21717,3

Model 2dapat menahan gaya geser dasar


arah y paling besar disbanding model lain sebesar
21717,3 kN namun pada arah sebaliknya yaitu
arah x paling kecil dalam menahan gaya geser
dasar sebesar 19449,5 kN.

Tabel 3. Gaya dan Simpangan Model 3


Gambar 10. Perbandingan Kurva Kapasitas Arah Y S Model 3
Semua Model T Arah X Arah Y
E Displ Base Force Displ Base Force
Besarnya gaya geser dasar dan simpangan P
pada titik acuan untuk semua model dapat dilihat (mm) (Kn) (mm) (Kn)
pada Tabel 1 hingga Tabel 4 berikut. 0 0,8 0,0 1,4 0,0
1 71,0 4247,1 71,6 3944,8
Tabel 4. Gaya dan Simpangan Model 1 2 100,2 6011,6 132,9 7391,0
S Model 1 3 172,1 9650,5 205,6 11055,5
T Arah X Arah Y 4 243,1 11972,6 277,2 13397,4
E Displ Base Force Displ Base Force 5 319,1 13606,3 347,5 14713,7
P
(mm) (Kn) (mm) (Kn) 6 394,2 14941,6 421,7 15939,0
0 0,8 0,0 1,5 0,0 7 478,6 16371,7 502,5 17224,1
1 71,0 4815,5 71,7 3556,5 8 552,7 17620,4 587,8 18619,1
2 93,1 6333,4 129,4 6479,3 9 629,9 18911,6 663,2 19810,6
3 163,7 10747,8 200,5 9780,7 10 702,8 20085,5 703,4 20412,1
4 234,4 13451,2 272,9 12051,4
5 307,5 14995,6 345,1 13467,0 Pada model 3 dimana kolom persegi panjang
6 414,7 16946,1 423,6 14762,0 ditempatkan secara kombinasi memanjang arah y
untuk bentang yang memanjang arah x dan
7 492,9 18385,4 503,1 16027,5
penempatan kolom memanjang arah x untuk
8 568,0 19737,9 576,9 17163,5 bentang yang memanjang arah y, Akibat
9 642,4 21028,6 653,5 18296,1 pushover arah x dapat menahan gaya geser
10 702,8 22035,4 703,5 19013,1 dasar sebesar 20085,5 kN pada arah y dapat
menahan gaya geser dasar sebesar 20412,1 kN.
Model 1dapat menahan gaya geser dasar Berbeda dengan model lain, pada model 3 gaya
arah x paling besar disbanding model lain sebesar geser dasar dapat ditahan secara optimal pada
22035,4 kN namun pada arah sebaliknya yaitu kedua arah, artinya tidak besar di satu arah tetapi
arah y paling kecil dalam menahan gaya geser juga tidak kecil di arah lainnya. Hal ini terjadi
dasar sebesar 19013,1 kN. karena bagian memanjang pada penampang
kolom persegi panjang yang memiliki kekakuan
yang besar, ditempatkan memanjang pada
bentang struktur yang pendek yang kurang kaku.

197
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Begitu pada arah sebaliknya sehingga struktur Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui
dapat menahan gaya geser yang besar dan untuk pembebanan arah x kondisi leleh tercapai
optimal di kedua arah. pada saat gaya lateral Vy = 12558,0 kN dan
menghasilkan simpangan ∆y = 187 mm, sehingga
Tabel 4. Gaya dan Simpangan Model 4 dapat diperoleh nilai kekakuan efektif melalui
S Model 4 persamaan berikut.
T Arah X Arah Y
E Displ Base Force Displ Base Force
P
(mm) (Kn) (mm) (Kn)
0 0,8 0,0 1,4 0,0 Untuk model lain, nilai daktilitas simpangan
1 71,0 4412,8 71,6 3837,4 dihitung dengan cara yang sama sehingga
2 110,1 6870,3 137,1 7417,8 perhitungan daktilitas simpangan model 1 hingga
3 181,7 10693,8 207,5 10951,0 4 arah x dan arah y dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.
4 252,1 12983,8 280,3 13327,0
5 324,1 14376,2 355,8 14765,3
6 399,3 15688,4 426,4 15946,7
7 473,2 16941,5 517,6 17375,0 Tabel 5. Kekakuan Efektif Semua Model
Ke (kN/m)
8 555,7 18369,9 608,2 18798,4 Arah
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
9 631,8 19672,8 682,9 19935,5
X 67150,6 56079 59090,8 62162,7
10 702,3 20819,2 703,4 20238,5 Y 49624,9 58022,3 55111,3 53578,3
11 702,8 20826,4
Perbandingan nilai kekakuan dari semua
Pada model 4 dimana digunakan kolom nilai model yang ditinjau pada arah x dan arah y yang
kekakuan pada arah x sebesar 62162,726 kN/m dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
lebih besar daripada arah y 53578,25 kN/m. Hal
tersebut terjadi karena pada model 4 dimana
digunakan kolom bujur sangkar, yang berarti
penampang kolom di kedua arah memiliki inersia
yang sama sehingga kekakuan dipengaruhi dari
bentang struktur dimana bentang struktur
memanjang pada arah x memiliki nilai inersia
yang besar sehingga pada arah tersebut lebih
kaku daripada arah sebaliknya yaitu pada arah y.
Besarnya nilai kekakuan efektif semua model
diperoleh dari modifikasi kurva kapasitas menjadi
kurva bilinier, modifikasi dapat dilakukan dengan Gambar 12. Perbandingan Kekakuan Semua Model
Pada Arah X
metode displacement modification (FEMA 440)
yang sudah built-in pada program ETABS 2013,
telebih dahulu dilakukan input parameter
percepatan gempa pada perioda pendek 0,2 detik
(SS) serta parameter percepatan gempa pada
perioda 1 detik (S1) sesuai dengan SNI
1726:2012. Hasil modifikasi kurva bilinier pada
model 1 arah x diperlihatkan pada Gambar 11
berikut.

Gambar 13. Perbandingan Kekakuan Semua Model


Pada Arah Y
Model yang memiliki nilai kekakuan paling
besar pada arah x dibandingkan dengan model
yang lainnya adalah model 1 dimana pada model
tersebut menggunakan kolom persegi panjang
ditempatkan memanjang arah x sumbu global
bangunan sebesar 67150,625 kN/m. Berdasarkan
Gambar 13 dapat disimpulkan model yang
memiliki nilai kekakuan paling besar pada arah y
dibandingkan dengan model yang lainnya adalah
Gambar 11. Modifikasi Kurva Bilinier Arah X Model 1 model 2 dimana menggunakan kolom persegi
198
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

panjang ditempatkan memanjang arah y sumbu DAFTAR PUSTAKA


global bangunan sebesar 58022,3 kN/m.
Berdasarkan Gambar 12 dan Gambar 13, Arnold, C., Reitherman, R., 1982, Building
dapat disimpulkan bahwa model 3 dimana Configuration and Seismic Design, John
penempatan kolom persegi panjang Wiley & SOns, New York.
dikombinasikan memanjang arah y untuk bentang
yang memanjang arah x dan penempatan kolom Asroni, Ali. 2010, Kolom, Fondasi dan Balok T
memanjang arah x untuk bentang yang Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.
memanjang arah y, menunjukkan kekakuan
secara optimal pada kedua arah dengan nilai Badan Standarisasi Nasional, 2012, Tata cara
kekakuan pada arah x sebesar 59090,788 kN/m perencanaan ketahanan gempa untuk
dan nilai kekakuan pada arah y sebesar
banguna gedung. (SNI 03-1726-2012),
55111,289 kN/m, artinya tidak besar di satu arah
tetapi juga tidak kecil di arah lainnya. Jakarta.
Hal ini terjadi karena bagian memanjang
pada penampang kolom persegi panjang yang Badan Standarisasi Nasional, 2013, Tata cara
memiliki inersia besar akan memberikan perhitungan struktur beton untuk bangunan
kekakuan yang besar, ditempatkan memanjang gedung. (SNI 03-2847-2013), Jakarta.
pada bentang struktur yang pendek dimana
memiliki inersia yang kecil dan kurang kaku Departemen Pekerjaan Umum, 1987,
sehingga kekakuan dapat optimal di kedua arah. Perancangan Pembebanan Untuk Rumah
Pada model 4 dimana digunakan kolom bujur dan Gedung (PPPURG). Jakarta.
sangkar menunjukkan nilai kekakuan pada arah x
sebesar 62162,7 kN/m lebih besar daripada Dewi, A.N.K., 2017, Evaluasi Kinerja Seismik
kekakuan arah y sebesar 53578,3 kN/m, hal ini
Gedung Rusunawa Jongke Dengan Analisis
karena penampang kolom di kedua arah memiliki
inersia yang sama sehingga nilai kekakuan Pushover Menggunakan Program SAP2000,
dipengaruhi dari bentang struktur dimana bentang Tugas Akhir, Universitas Islam Indonesia,
struktur memanjang pada arah x sehingga lebih Yogyakarta.
kaku dibandingkan arah sebaliknya yaitu arah y.
Ertanto, R., Giri, D., dan Putra, D., 2015, Analisa
KESIMPULAN Perbandingan Perilaku Struktur Pada
Pada model 3 dimana penempatan kolom Gedung dengan Variasi Bentuk Penampang
persegi panjang dikombinasikan memanjang arah Kolom Beton Bertulang, Jurnal Ilmiah
y untuk bentang yang memanjang arah x dan Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil,
penempatan kolom memanjang arah x untuk Universitas Udayana.
bentang yang memanjang arah y, menunjukkan
gaya geser dasar dan kekakuan efektif secara American Society of Civil Engineers, 2005,
optimal pada kedua arah dibandingkan dengan
Improvement of Nonlinear Static Seismic
model lainnya, artinya tidak besar di satu arah
tetapi juga tidak kecil di arah lainnya. Analysis Procedures, Federal Emergency
Hal ini terjadi karena bagian memanjang Management Agency (FEMA 440),Virginia.
pada penampang kolom persegi panjang yang
memiliki inersia besar akan memberikan Fransisca, D.M., 2016, Studi Performa Struktur
kekakuan yang besar, ditempatkan memanjang Gedung Bertingkat Ketidakberaturan Torsi
pada bentang struktur yang pendek dimana Berdasarkan Perencanaan Urutan Sendi
memiliki inersia yang kecil dan kurang kaku Plastis Dengan Pushover Analysis, Tugas
sehingga kekakuan dapat optimal di kedua arah. Akhir, Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Berdasarkan tinjauan nilai kekakuan tersebut,
maka penempatan kolom persegi panjang secara Krisnamurti, Wiswamitra, K.A., dan Kriswardhana,
kombinasi dianjurkan terhadap dengan denah W., 2013, Pengaruh Variasi Bentuk
bentuk L.
Penampang Kolom Terhadap Perilaku
Elemen Struktur Akibat Beban Gempa,
UCAPAN TERIMA KASIH
Jurnal Rekayasa Sipil Vol.7 No.1, Universitas
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jember, Jember.
seluruh pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan dalam penelitian ini. Paulay, T., Priestly, M.J.N., 1992, Seismic Design
of Reinforced Concrete and Masonry
Buildings, John Wiley & SOns, New York.

199
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Sudarsana, K., Putra, D.A.A., Dewi, A.I.L., 2011,


Pengaruh Bentuk Penampang Kolom
Terhadap Kinerja Struktur Beton Bertulang,
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.20 No.1,
Universitas Udayana, Bali.

Widodo, 2012, Seismologi Teknik dan Rekayasa


Kegempaan, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.

200
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENENTUAN SEBARAN ALIRAN AIR BAWAH PERMUKAAN


DI GEDUNG KAMPUS B UNHASY DALAM UPAYA
PERENCANAAN STRUKTUR PONDASI
Meriana Wahyu Nugroho1, Fatma Ayu Nuning F.A2
Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang1
Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang2

Jombang
E-mail: wahyun@ringin-contong.com

ABSTRAK

Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) saat ini memilki gedung B sebagai sarana prasarana kampus yang
difungsikan sebagai gedung perkuliahan, ruang dosen, acara seminar, laboratorium, dll. Gedung B Unhasy
dibangun diatas tanah dengan struktur pondasi tiang pancang kedalaman sampai meter. Tahap penimbunan
merupakan tahapan yang tidak pernah lepas dari proses konstruksi. Akibat dari penimbunan ini maka air
pori dalam tanah akan mengalir dan mengakibatkan volume dari tanah tersebut mengecil, istilah ini sering
disebut dengan konsolidasi. Selain konsolidasi tanah perlu juga diketahui kondisi permukaan bawah tanah
(subsurface), terutama untuk menentukan prakiraan keberadaan akuifer airtanah. Untuk mendapatkan
informasi yang tepat digunakan dengan survei geofisika, salah satunya dengan metode geolistrik. Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan 5 titik geolistrik (VES) dengan
kedalaman 50 meter yang dibuat menjadi 2 (dua) buah lintasan yaitu, lintasan J-1, J-2, J-3 dan lintasan J-4,
J-2, J-5 untuk di buat model penampang dalam 2D. Pada lintasan J-1, J-2, J-3 terdapat dua buah akuifer air
tanah, begitu juga dengan lintasan J-4, J-2, J-5.

Kata kunci: Konsolidasi, Penurunan Tanah, Akuifer, Geolistrik

ABSTRACT

Hasyim Asy'ari University (Unhasy) currently has building B as a campus infrastructure that functions as
a lecture building, lecturer room, seminar, laboratory, etc. Unhasy Building B was built on the ground with the
pile foundation structure depth to meters. The hoarding stage is a stage that is never separated from the
construction process. As a result of this stockpiling, the pore water in the soil will flow and cause the volume
of soil to shrink, this term is often referred to as consolidation. In addition to land consolidation, it is also
necessary to know subsurface conditions, especially to determine the estimated presence of groundwater
aquifers. To get the right information used by geophysical surveys, one of them is by geoelectric method.
The research method used by researchers is to use 5 geoelectric points (VES) with a depth of 50 meters
which is made into 2 (two) tracks, namely, the J-1, J-2, J-3 and J-4 paths, J- 2, J-5 to create a cross
sectional model in 2D. On the J-1, J-2, J-3 path there are two groundwater aquifers, as well as the J-4, J-2,
J-5 paths.

Keywords: Consolidation, Soil Reduction, Aquifer, Geoelectricity


penurunan yang diijinkan dapat menyebabkan
PENDAHULUAN kerusakan structural pada bangunan.
Penambahan beban diatas permukaan tanah
Beberapa tahun silam Unhasy membangun dapat menyebabkan lapisan tanah dibawahnya
sarana prasarana kampus guna memenuhi jumlah mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut
mahasiswa yang terus bertambah. Banyak gedung disebabkan oleh adanya deformasi partikel tanah,
atau bangunan yang dibangun diatas lahan relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari
kampus Unhasy, salah satunya adalah gedung B dalam pori, dan sebab-sebab lain.
Unhasy. Gedung B Unhasy dibangun diatas tanah Proses pemampatan tanah ini lebih dikenal
dengan struktur pondasi tiang pancang kedalaman dengan istilah konsolidasi, dengan kata lain
sampai meter. Setelah pembangunan gedung B konsolidasi adalah proses keluarnya air pori dalam
Unhasy selesai terdapat permasalahan yaitu rongga pori akibat adanya beban yang bekerja.
ditemukan penurunan pondasi pada kontruksi Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung
bangunan. Penurunan pada bangunan adalah dalam satu arah saja, yaitu arah vertical, karena
suatu hal yang umum terjadi karena sifat lapisan yang mendapat tambahan beban itu tidak
pemampatan tanah akibat beban diatasnya. Akan dapat bergerak dalam arah horizontal (ditahan
tetapi penurunan yang berlebihan atau melebihi oleh tanah disekelilingnya). Dalam keadaan seperti
ini pengaliran air juga akan berjalan terutama

201
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

dalam arah vertikal saja, hal ini disebut one arus (𝐼) yang mengalir pada rangkaian, namun
dimensional consolidation (konsolidasi satu arah). terhambat oleh resistor (𝑅). Besarnya Nilai beda
Pada saat konsolidasi berlangsung, gedung potensial (𝑉) dapat diperoleh melalui pengukuran
atau bangunan diatas lapisan tersebut akan di kedua ujung resistor. Hubungan antara beda
menurun (settle). Dalam bidang teknik sipil ada potensial, arus dan hambatan dinyatakan dengan
dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, persamaan.
yaitu : V = I R …………………………………….. (1)
1. Besarnya penurunan yang terjadi
Penurunan (settlement) dibagi menjadi 2
(dua) kelompok besar yaitu (a) Penurunan
konsolidasi (consolidation settlement), yang
merupakan hasil dari perubahan volume tanah
jenuh air akibat dari keluarnya air yang menempati
pori-pori tanah. (b) Penurunan segera (immediate
settlement), yang merupakan akibat dari deformasi
elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa Gambar 1. Arus yang dialirkan pada material
adanya perubahan kadar air. konduktif berbentuk silinder
2. Kecepatan penurunan tersebut
Pada tanah lempung air mengalir dengan Tujuan dari penyelidikan geolistrik ini untuk
lambat sehingga pengaliran air pori ke luar mendapatkan informasi kondisi bawah permukaan
sebagai akibat dari kenaikan tekanan air pori tanah, dari informasi kondisi bawah permukaan
selesai dengan lama. Oleh sebab itu penurunan tanah ini akan diperkirakan keberadaan dan
konsolidasi pada tanah lempung biasanya jauh kedalaman dari suatu akuifer air tanah. Dengan
lebih besar dan lama dibandingkan dengan melakukan pengukuran geolistrik sebanyak 5
penurunan segera. (lima) titik VES (vertical electrical sounding).
Selain konsolidasi tanah perlu juga diketahui Peneliti akan menyajikan hasil dari penyelidikan
kondisi permukaan bawah tanah (subsurface), tanah yang meliputi 5 (lima) titik VES.
terutama untuk menentukan prakiraan keberadaan
akuifer airtanah. Akuifer berarti lapisan yang METODE
berada dibawah permukaan tanah dan
mengandung air, sehingga merupakan suatu Lokasi dan Obyek Penelitian
bentuk formasi geologi yang dapat menyimpan
dan mengalirkan air pada periode tertentu. Lokasi penelitian dilaksanakan di gedung B
(Acworth, 2011). Universitas Hasyim Asy’ari Tebireng Jombang.
Informasi yang akurat sangat diperlukan untuk
mengetahui tentang kondisi akuifer permukaan
bawah tanah terutama dilahan gedung B Unhasy
berdiri. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan
survei geofisika, salah satunya dengan metode
geolistrik.
Metode geolistrik adalah metode geofisika
yang digunakan untuk mengetahui keadaan
geologi bawah permukaan melalui resistivitas
batuan. Prinsip kerjanya, yaitu mengalirkan arus
ke bawah permukaan bumi sehingga diperoleh
beda potensial yang selanjutnya memberikan
informasi nilai resistivitas batuan bawah
Gambar 2. Lokasi Penelitian
permukaan.
Resistivitas batuan diperoleh dengan Lingkup Pekerjaan
mengasumsikan bumi sebagai medium homogen
isotropis. Asumsi ini menganggap perbedaan Pengukuran geolistrik ini dilaksanakan pada
resistivitas dan ketebalan medium adalah tanggal 15 Juli 2018. Pekerjaan pengukuran
homogen isotropis sehingga resistivitas yang geolistrik dilakukan sebanyak 5 (lima) titik VES
terukur merupakan resistivitas semu (apparent (vertical electrical sounding) yang telah ditentukan.
resistivity). Namun, kenyataannya bumi sebagai
medium memiliki perbedaan lapisan dengan
resistivitas yang berbeda untuk setiap lapisannya.
Oleh sebab itu, nilai resistivitas sebenarnya
berkaitan dengan resistivitas semu.
Ilustrasi sederhana tentang metode
geolistrik dimulai dengan meninjau sebuah
rangkaian seri antara baterai dengan resistor.
Keberadaan baterai tersebut akan menghasilkan
202
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tahap-Tahap Penelitian I

Desain V
Metode Penelitian
penelitian A M N B
eksperime

Data utama adalah data hasil r1 r2


pengujian lapangan (sondir).
Data-data tersebut akan
diolah dan dijadikan dasar r3 r4
dalam melakukan
eksperimen di laboratorium
untuk mencapai tujuan
dalam penelitian ini. Gambar 3 . Konfigurasi elektroda arus dan
potensial

2 Metode penelitian yang digunakan oleh


peneliti adalah dengan menggunakan 5 titik
1 geolistrik (VES) yang dibuat menjadi 2 (dua) buah
lintasan yaitu, lintasan J-1, J-2, J-3 dan lintasan J-
Data primer dari
4, J-2, J-5 untuk di buat model penampang dalam
Data sekunder dengan
desaign as bulit drawing Pengujian sondir 2D.

3 Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian
dianalisis Dari hasil 5 titik geolistrik (VES) maka dibuat
dan diuji menjadi 2 (dua) buah lintasan yaitu, lintasan J-1, J-
2, J-3 dan lintasan J-4, J-2, J-5 untuk di buat
model penampang dalam 2D.
Metode Penelitian Geolistrik 1. Lintasan J-1, J-2 dan J-3
Lintasan J-1,J-2 dan J-3 berarah barat –
Metode geolistrik merupakan salah satu timur dengan panjang lintasan 283 meter dengan
metode geofisika yang dapat memberikan kedalam vertical 50 meter.
gambaran susunan dan kedalaman lapisan
batuan, dengan mengukur sifat kelistrikan batuan
[Priyanto 1989 dalam Kalmiawan et al, 2000].
Dalam pendugaan resistivitas kita
menggunakan asumsi bahwa:
1. Di bawah permukaan bumi, terdiri dari lapisan-
lapisan dengan ketebalan tertentu kecuali
lapisan terbawah memiliki ketebalan yang tidak
berhingga.
2. Bidang batas antar lapisan merupakan bidang
yang horizontal.
3. Setiap lapisan bersifat homogen isotropis. Yang Pada lintasan ini diperkirakan ada dua buah
dimaksud dengan homogen isotropis adalah akuifer air tanah dengan nilai resistivitas 14 – 70
apabila arus kontinu yang mengalir serba sama Ωm. Akuifer airtanah 1 terdapat pada titik J-1
di semua tempat dan yang sifatnya terhadap kdengan kedalam maksimal sekitar 50 m dari
arus listrik serba sama di semua arah. bawah permukaan tanah dan pada titik J-2 dengan
Sehingga nilai resistivitas pada lapisan tersebut kedalaman maksimal sekitar 10 meter dari bawah
serba sama di semua arah. permukaan tanah. Akuifer 2 berada di titik J-3
Dalam metode resistivitas arus listrik dengan kedalaman antar 15 – 50 meter dibawah
berfrekuensi rendah dialirkan ke dalam tanah dan permukaan tanah dengan arah pelamparan 80
distribusi potensialnya diukur dengan elektroda meter kearah barat dari titik J-3. Litologi akuifer di
potensial. Variasi resistivitas diturunkan dari hasil dominasi oleh satuan batu pasir.
pengukuran beda potensial tersebut. Pengukuran
resistivitas ini menggunakan 4 elektroda, masing- 2. Lintasan J-4, J-2 dan J-5
masing 2 elektroda arus (C1 dan C2) dan 2 Lintasan J-4,J-2 dan J-5 berarah utara –
elektroda potensial (P1 dan P2). selatan dengan panjang lintasan 235 meter
dengan kedalam vertical 50 meter dari bawah
permukaan tanah.

203
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Nugroho, Meriana Wahyu. Nuning, Fatma Ayu F.A.


Maya, Khadijah. 2018. Analisis Struktur
Lapisan Bawah Permukaan dengan Metode
Geolistrik dalam Perencanaan Pondasi.
Lamongan : Universitas Islam Lamongan.
Zahara Saidatul. 2014. Kontrol Penurunan Tanah
Akibat Timbunan Pada Titik Dengan Bore
Log Test No. BH-II Bandar Udara Kuala
Lintasan J-4, J-2 dan J-5 mempuyai arah Namu.
lintasan utara – selatan, seperti lintasan J-1, J-2
dan J-3, lintasan J-4, J-2 dan J-5 diperkirakan
mempuyai 2 akuifer dengan nilai resistivitas antara
14 – 70 Ωm. Akuifer 1 pada lintasan ini terdapat
sepanjang titik J-4, J-2 dan J-5 dengan kedalam
antar 1 – 5 meter dari permukaan tanah. Akuifer 2
diperkirakan terletak pada titilk J-4 dengan
kedalaman antara 10 – 30 meter dari bawah
permukaan tanah dengan arah pelamparan makin
menipis kearah selatan sejauh 60 meter dari titik J-
4. Litologi akuifer di dominasi oleh satuan batu
pasir.

KESIMPULAN

1. Dari hasil pengukuran geolistrik 2D di kampus


UNHASY JOMBANG dengan sampai
kedalaman 50 meter bawah permukaan tanah,
dapat diketahui bahwa secara umum terdapat 4
akuifer yang terindentifikasikan dari 2 lintasan
yang ada.
2. Pada lintasan J-1, J-2 dan J-3 terdapat 2 buah
akuifer air tanah. Akuifer airtanah 1 terdapat
pada titik J-1 kdengan kedalam maksimal
sekitar 50 m dari bawah permukaan tanah dan
pada titik J-2 dengan kedalaman maksimal
sekitar 10 meter dari bawah permukaan tanah.
Akuifer 2 berada di titik J-3 dengan kedalaman
antar 15 – 50 meter dibawah permukaan tanah
dengan arah pelamparan 80 meter kearah
barat dari titik J-3
3. Pada lintasan J-4, J-2 dan J-5 terdapat 2 buah
akuifer air tanah. Akuifer 1 pada lintasan ini
terdapat sepanjang titik J-4, J-2 dan J-5 dengan
kedalam antar 1 – 5 meter dari permukaan
tanah. Akuifer 2 diperkirakan terletak pada titilk
J-4 dengan kedalaman antara 10 – 30 meter
dari bawah permukaan tanah dengan arah
pelamparan makin menipis kearah selatan
sejauh 60 meter dari titik J-4

DAFTAR PUSTAKA

Braja M. Noor Endah. Indra Surya B. Mochtar


1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip
Rekayasa Geoteknik). Erlangga.
Fahriani Ferra. 2015. Analisis Daya Dukung Tanah
dan Penurunan Pondasi pada Daerah
Pesisir Pantai Utara Kabupaten Bangka.
Bangka Belitung
Karl Terazaghi, Ralph B. Peck 1993. Mekanika
Tanah Dalam Praktek Rekayasa. Erlangga

204
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN IREGULER L BERTINGKAT


BANYAK AKIBAT PENEMPATAN ARAH KOLOM

Ekawati Mei Handayani1, Atika Ulfah Jamal2


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia 1,2
Jalan Kaliurang km 14,5, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
E-mail: handayani.eka288@gmail.com

ABSTRAK

Perencanaan bangunan struktur bertingkat banyak di daerah rawan gempa harus memegang erat
konsep bangunan tahan gempa. Bangunan tahan gempa yang mampu menahan redaman getaran gempa
memiliki nilai periode struktur yang kecil. Nilai periode struktur bangunan berbanding terbalik terhadap
kekakuan struktur, sedangkan kekakuan struktur bangunan berbanding lurus terhadap momen inersia
bangunan. Maka perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengaruh perletakan arah kolom terhadap
perilaku struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur yang dimaksud yaitu periode struktur bangunan,
berat total bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Pada penelitian ini terdapat 4 buah model bangunan. Model 1 menggunakan penampang kolom bujur
sangkar. Model 2 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah X
sumbu global bangunan. Model 3 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan
memanjang pada arah Y sumbu global bangunan. Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan. Analisis struktur menggunakan
program bantu ETABS V.13 dan analisis dinamika struktur menggunakan metode respon spektrum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai periode struktur bangunan terkecil terjadi pada bangunan
model 4. Periode struktur bangunan model 1, 2, dan 3 lebih besar dari model 4, berturut-turut sebesar
1,3915%, 8,777%, dan 7,036%. Simpangan antar lantai terbesar terjadi pada model 2 arah X senilai 48,9
mm dan arah Y senilai 55,55 mm. Ketidakberaturan horizontal yang terjadi berupa torsi tipe 1b arah X pada
model 2 dan arah Y pada model 3.

Kata kunci: Kolom, Simpangan Horizontal, Ketidakberaturan Horizontal

ABSTRACT

Design of multi storeys structure building in earthquake-prone areas must hold the concept of
earthquake resistant buildings closely. Earthquake resistant buildings that are able to withstand earthquake
vibration attenuation have a small structural period value. The period value of building structure is inversely
proportional to the stiffness of the structure, while the stiffness of the building structure is directly proportional
to the moment of building inertia. Therefore, it is essential to concret a research for analyze the effect of
column direction placement on the behavior of structures in earthquake-prone areas. Structure of behavors
there are the value of period structure, total weight of structure, interstory drift and horizontal structural
irregularities.
In this study the building was modeled into 4 building. Model 1 used a cross section of a square column.
Model 2 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the building's global X
axis. Model 3 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the global axis of
the building. Model 4 used a rectangular column cross section placed in the direction of X and in the
direction of the global axis of the building. Structural analysis used the ETABS V.13 auxiliary program and
structural dynamics analysis using the spectrum response method.
The results showed that the value of the smallest buiding structure period occurred in model 4. The
period of building structure of models 1, 2, and 3 was greater than model 4, respectively 1.3915%, 8.777%,
and 7.036%. The largest intersection occurs at 2-way model X with value 48.9 mm and direction Y with value
55.55 mm. Horizontal irregularities that occur is torsional irregularities type 1b in model 2 and direction Y in
model 3.

Keywords: Column, Drift, Horizontal Irregularities

205
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

PENDAHULUAN METODE
Perencanaan bangunan struktur tahan gempa
harus memenuhi persyaratan yang ada pada SNI Metode yang digunakan dalam penelitian ini
1726-2012 Tata Cara Perencanaan Untuk Struktur adalah metode analisis komperatif. Pada penelitian
Bangunan Gedung dan Non Gedung. Bila suatu ini digunakan satu jenis model gedung berbentuk L
bangungan bertingkat mengalami gempa, maka yang tidak diberi dilatasi pada struktur. Fungsi
bangunan tersebut akan mengalami gerakan ke bangunan adalah hotel yang memiliki 9 lantai
arah vertikal maupun horizontal secara bolak-balik. dengan masing-masing tingkat memiliki tinggi yang
Gerakan yang paling membahayakan adalah sama. Bangunan berada di wilayah Bandung
gerak arah horizontal, karena dapat menyebabkan dengan jenis tanah sedang.
struktur mengalami deformasi horizontal atau Dimensi elemen-elemen struktur awal
simpangan. didesain sesuai dengan ketentuan yang ada di
Salah satu elemen struktur yang harus dalam SNI 2847:2013. Luas penampang kolom
diperhatikan dalam perencanaanya adalah persegi panjang model 2, model 3, dan model 4
kolom bangunan. Kolom berfungsi menerima adalah sama. Dimensi untuk balok, dan pelat
seluruh beban dan meneruskannya ke pondasi. adalah sama.
Berdasarkan jenis penampangnya kolom biasanya Pada penelitian ini bangunan dibagi menjadi 4
terbagi menjadi 3, yaitu penampang kolom persegi buah model bangunan. Model 1 menggunakan
panjang, bujur sangkar, dan lingkaran. Perbedaan penampang kolom bujur sangkar. Model 2
bentuk penampang dapat memberikan pengaruh menggunakan penampang kolom persegi panjang
yang berbeda terhadap nilai momen inersia. ditempatkan memanjang pada arah X sumbu
Momen inersia penampang berhubungan dengan global bangunan. Model 3 menggunakan
simpangan, jika momen inersia penampang kecil penampang kolom persegi panjang ditempatkan
maka struktur akan kurang kaku dan simpangan memanjang pada arah Y sumbu global bangunan.
akan semakin besar (Ertanto, 2015). Menurut Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
Supit dkk. (2013), orientasi elemen struktur panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y
merupakan faktor desain tentang penempatan sumbu global bangunan. Berikut adalah gambar-
elemen struktur. Orientasi kolom terhadap salah gambar denah bangunan yang digunakan.
satu sumbu koordinat pada bangunan bertingkat
banyak sangat berpengaruh pada kekuatan
kolomnya.
Selain struktur kolom serta penempatannya,
dari hasil penyelidikan pasca-gempa telah
mengarahkan pengamatan bahwa bangunan
dengan konfigurasi tidak teratur lebih rentan
mengalami kerusakan dibanding dengan
bangunan yang memiliki konfigurasi bangunan
teratur (Elnashai, 2008). Struktur gedung dengan
ketidakberaturan contohnya bangunan dengan
denah berbentuk L menjadi pilihan akibat
keterbatasan lahan di perkotaan (Meillia, 2016).
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka Gambar 1. Denah Bangunan Model 1
perlu adanya penelitian untuk menganalisis
pengaruh perletakan arah kolom terhadap perilaku
struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur
yang dimaksud yaitu periode struktur, berat total
bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar
lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai
adalah mengetahui pengaruh penempatan arah
kolom terhadap periode struktur bangunan, berat
total bangunan, gaya geser dasar, simpangan
antar lantai dan ketidakberaturan horizontal
bangunan akibat adanya beban gempa pada
bangunan irreguler L menggunakan kolom bujur
sangkar dan persegi panjang.

Gambar 2. Denah Bangunan Model 2

206
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

sesuai dengan Pasal 4.1.2 (SNI 03-1726


2012)
Besar simpangan antar lantai tidak boleh
melebihi simpangan antar lantai ijin sesuai dengan
Pasal 7.12.1, Tabel 16 pada SNI 03-1726-2012.
Pengaruh simpangan yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menghitung perilaku struktur
terhadap ketidakberaturan horizontal, salah
satunya ialah ketidakberaturan torsional.
Ketidakberaturan horizontal terbagi menjadi 5 yaitu
ketidakberaturan torsional, ketidakberaturan sudut
dalam, ketidakberaturan diskontinuitas diafragma,
Gambar 3. Denah Bangunan Model 3 ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap
bidang, dan ketidakberaturan sistem non paralel.
Pada penelitian ini dilakukan dengan
beberapa tahap, yaitu studi literatur, preliminary
design, pembebanan struktur, analisis struktur
menggunakan software, analisis hasil penelitian,
pembahasan hasil penelitian, dan penarikan
kesimpulan. Bagan alir pelaksanaan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 5 dan bagan alir
analisis struktur gedung tahan gempa pada
Gambar 6.
Mulai

Gambar 4. Denah Bangunan Model 4 Studi Literatur

Pada penelitian ini akan membandingkan Preliminary Design


hasil data dari hasil analisis menggunakan
software ETABS V.13 berupa nilai periode struktur
bangunan, berat total bangunan, gaya geser Memodelkan Struktur Memodelkan Struktur
dengan Kolom Bujur dengan Kolom Persegi
dasar, simpangan antar lantai, dan
Sangkar (Model 1) Panjang
ketidakberaturan horizontal. Pembebanan struktur
direncanakan menggunakan acuan beban mati,
beban hidup, dan beban gempa. Dalam Model 2 Model 2 Model
menentukan beban mati dan beban hidup dari
suatu gedung telah ditetapkan pada Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG
Pembebanan Struktur
1987). Beban gempa direncanakan sesuai dengan
pedoman dalam SNI 1726:2012. Digunakan
metode analisis dinamik, yaitu respon spektrum.
Analisis Struktur Menggunakan Software
Analisis dibantu dengan menggunakan program
bantu, yaitu ETABS V.13.
Berdasarkan SNI 1726:2012, penentuan
simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus Kontrol Desain:
dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat 1.Simpangan
massa di tingkat teratas dan terbawah yang bangunan
dan Antar Lantai
ditinjau. Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) Tidak 2.Ketidakberaturan
(mm) harus ditentukan sesuai dengan rumus: Horizontal

........................................................ (1) Ya

Hasil Penelitian
dimana:
= faktor amplifikasi defleksi dalam ,
Pembahasan Hasil Penelitian
= defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada
pasal ini yang ditentukan dengan analisis
elastis, Kesimpulan
= faktor keutamaan gempa yang ditentukan
Selesai 207
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 5. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

Mulai model 4 menghasilkan analisis yang lebih aman.


Nilai periode struktur bangunan pada setiap model
memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai periode
Perencanaan Fungsi Bangunan struktur bangunan dapat dilihat pada Tabel 1
berikut.
Perhitungan Pembebanan Struktur Tabel 1. Periode Struktur Bangunan
Periode Struktur
Estimasi Dimensi Struktur Model Bangunan Bangunan Hasil
ETABS V.13
Analisis Beban Gempa Model 1 1,581
Dengan Respon Spektrum Model 2 1,709
Model 3 1,677
Perbandingan Vsatik dengan Model 4 1,559
Vdinamik (0,85Vsta/Vd)

Memasukan Faktor Pengali


Respon Baru ke ETABS V.13

Tidak
Kontrol Vd ≥
0,85 Vs

Ya

Kombinasi Pembebanan

Analisis Struktur ETABS V.13

Gambar 7. Periode Struktur Bangunan

Kontrol Desain: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai


Tidak 1.Simpangan periode struktur bangunan terkecil terjadi pada
bangunan dan Antar
Lantai bangunan model 4. Periode struktur bangunan
2.Ketidakberaturan
Horizontal model 1, 2, dan 3 lebih besar dari model 4,
berturut-turut sebesar 1,3915%, 8,777%, dan
7,036%. Dapat dikatakan jika bangunan model 4
memiliki kekakuan struktur bangunan yang lebih
Ya kecil. Hal tersebut sesuai dengan rumus sebagai
berikut.
Selesaia
......................................................... (2)
Gambar 6. Bagan Alir Analisis Struktur Gedung ....................................................... (3)
Tahan Gempa

....................................................... (4)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, bangunan yang didesain Dengan T adalah Periode getar struktur (s),
ditempatkan dengan arah kolom yang berbeda adalah Frekuensi sudut dalam (rad/s), k adalah
mengahasilkan perilaku struktur yang berbeda- Kekakuan struktur (kg/cm), m adalah Massa
beda dari parameter yang telah ditetapkan pada struktur (kg), E adalah Modulus Elastisitas, I
penelitian ini. Dari empat jenis model bangunan,

208
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

adalah Momen Inersia (cm 4), dan L adalah Model Gaya Geser dasar dinamik
Panjang Bentang (cm). Bangunan FX (kN) FY (kN)
Dari Rumus 2, 3, dan 4 dapat dikatakan, apabila
nilai momen inersia besar maka periode getar Model 2 4236,0497 4529,113
akan semakin kecil, karena besar nilai momen Model 3 4605,5763 4484,3984
inersia berbanding lurus dengan kekakuan. Pada
Model 4 4890,4568 5026,3943
penelitian ini digunakan bangunan ireguler
sehingga mencari nilai inersia bangunan
menggunakan alat bantu AUTOCAD. Hasil yang Gaya geser dasar dinamik arah X bangunan
diperoleh nilai inersia arah y sebesar 1,2338 x model 2 lebih kecil 11,7 % dari model 1, bangunan
1017 mm dan arah X sebesar 2,1393 x 1017 mm. model 3 lebih kecil 2,74 % dari model 1, dan
Pada bangunan model 4 kolom ditempatkan bangunan model 4 lebih besar 3,238 % dari model
memanjang arah X untuk bentang yang 1.
memanjang arah Y dan penempatan kolom Gaya geser dinamik arah Y bangunan model
memanjang arah Y untuk bentang yang 2 lebih kecil 1,92 %, dari model 1, model 3 lebih
memanjang arah X. Hal tersebut diharapkan agar kecil 1,92 % dari model 1, dan model 4 lebih besar
bangunan model 4 memiliki kekakuan yang dapat 8,16 % dari model 1.
menahan gaya gempa dari dua arah bangunan.
Tabel 5. Gaya Geser Dasar Statik
Diketahu nnilai momen inersia kolom pada
masing-masing model bangunan sebagai berikut. Model Gaya Geser Dasar Statik
Bangunan FX (kN) FY (kN)
Model 1 6042,448 6042,448
Tabel 2. Momen Inersia Kolom
Ukuran Dimensi Model 2 6038,607 6038,607
Model
I (m4) Model 3 6038,716 6038,716
Bangunan b (m) h (m)
Model 1 1,25 1,25 0,2543 Model 4 6040,685 6040,685
Model 2 0,958 1,631 0,5649
Untuk gaya geser statik nilai gaya geser
Model 3 1,631 0,958 0,1145
terbesar pada bangunan model 1 dengan nilai
K1 0,958 1,631 0,5649 6042,45 kN dan terkecil pada bangunan 2 dengan
Model 4
K2 1,631 0,958 0,1145 nilai 6038,607 kN.
Periode getar berpengaruh pada besarnya
Berat bangunan dihitung menggunakan gaya geser dasar dinamik dan statik. Gaya geser
program bantu ETABS V.13 masing-masing model dasar bedasarkan SNI 03-1726-2012, gaya geser
dapat dilihat pada Tabel 3. dasar statik dihitung berdasarkan rumus:

V= CSW ........................................................ (5)


Tabel 3. Berat Total Bangunan
Model Bangunan Berat Total Bangunan (kN) Koefisien Cs ditentukan dengan menggunakan
Model 1 160617,96 persamaan-persamaan berikut
Model 2 160515,86
Model 3 160518,77 ................................................... (6)
Model 4 160571,12

.................................................... (7)
Dari hasil perhitungan berat total bangunan
terbesar terjadi pada bangunan model 1 dan yang
terkecil pada bangunan model 2. ........................................................ (8)
Periode dan berat total bangunan
mempengaruhi nilai gaya geser dasar. Gaya
geser dasar dinamik yang diperoleh dari analisis Apabila digunakan CS2, maka dari Rumus 7
menggunakan program ETABS V.13 dapat dilihat dapat dilihat semakin besar nilai periode (T), nilai
pada Tabel 4. CS2 semakin kecil. Semakin kecil nilai CS2 akan
semakin kecil nilai V karena nilai V berbanding
lurus dengan nilai Cs sesuai dengan persamaan 5.
Tabel 4. Gaya Geser Dasar Dinamik Namun, nilai gaya geser dasar berbanding terbalik
Model Gaya Geser dasar dinamik terhadap nilai periode struktur bangunan. Nilai
Bangunan FX (kN) FY (kN) berat bangunan berbanding lurus terhadap nilai
gaya dasar.
Model 1 4732,0593 4616,2322

209
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Nilai simpangan antar lantai terbesar terjadi Simpangan Antar Lanatai Arah Y Simpangan
pada bangunan model 2 arah X dan arah Y (mm) Antar Lantai
Lantai
Model Model Model Model Ijin, Δa
masing-masing senilai 48,9 mm dan 55,55 mm, 1 2 3 4 (mm)
sedangkan nilai bangunan simpangan antar lantai
3 41,8 52,25 42,35 31,9 61,5385
yang paling kecil terjadi di bangunan model 4.
Bangunan dengan model 4, yaitu menggunakan 2 32,45 41,25 31,35 23,65 61,5385
penampang kolom persegi panjang ditempatkan 1 13,2 17,6 12,65 9,9 61,5385
pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan
dinyatakan lebih aman dari kerusakan bangunan
akibat simpangan yang berlebih. Posisi kolom
persegi panjang yang dikombinasikan
menghasilkan momen inersia yang besar. Momen
inersia yang besar menghasilkan kekakuan
bangunan yang lebih besar, akibatnya nilai
periodenya semakin kecil. Nilai periode yang
semakin kecil mengakibatkan besarnya gaya
geser dasar, sehingga nilai skala gaya yang
dihasilkan akan lebih kecil dari bangunan model
yang lain. Jika nilai skala gaya kecil maka nilai
simpangan bangunan yang dihasilkan juga kecil.
Karena faktor pengali gempa pada analisis metode
respon spektrum semakin kecil.

Tabel 6. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah


X
Simpangan Antar Lanatai Arah X
Simpangan
(mm)
Lantai Antar Lantai
Model Model Model Model
Ijin, Δa (mm)
1 2 3 4
9 28,05 33,55 26,4 22,55 61,5385
Gambar 8. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
8 31,35 37,95 30,8 24,75 61,5385 X
7 35,75 42,9 36,3 27,5 61,5385
6 39,6 46,2 40,7 30,8 61,5385
5 42,35 48,95 45,1 31,9 61,5385
4 42,35 47,85 47,3 31,9 61,5385
3 39,05 42,9 44 29,15 61,5385
2 30,25 31,9 35,75 22,55 61,5385
1 12,65 13,2 15,4 9,35 61,5385

Tabel 7. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah


Y
Simpangan Antar Lanatai Arah Y Simpangan
(mm) Antar Lantai
Lantai
Model Model Model Model Ijin, Δa
1 2 3 4 (mm)
9 30,25 31,35 37,4 28,05 61,5385
8 34,1 36,85 40,15 30,25 61,5385
7 38,5 44 44 33 61,5385
6 42,35 49,5 46,75 35,2 61,5385
Gambar 9. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
5 45,65 53,9 48,4 36,3 61,5385
Y
4 45,1 55,55 47,3 35,75 61,5385

210
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051
Tabel 8. Perhitungan Torsi Arah X

Lantai δB(mm) δg(mm) δavarg(mm) δMax 1.2δAvarg 1.4δAvarg ket δMax/1.2δAvarg

9 62,8 39,1 50,95 62,8 61,14 71,33 Torsi 1b 1,0550


8 56,7 35,1 45,9 56,7 55,08 64,26 Torsi 1b 1,0597
7 49,8 30,7 40,25 49,8 48,3 56,35 Torsi 1b 1,0631
6 42 25,9 33,95 42 40,74 47,53 Torsi 1b 1,0628
5 33,6 20,8 27,2 33,6 32,64 38,08 Torsi 1b 1,0597
4 24,7 15,4 20,05 24,7 24,06 28,07 Torsi 1b 1,0539
3 16 10,1 13,05 16 15,66 18,27 Torsi 1b 1,0439
2 8,2 5,2 6,7 8,2 8,04 9,38 Torsi 1b 1,0402
1 2,4 1,5 1,95 2,4 2,34 2,73 Torsi 1b 1,0519

Tabel 9. Perhitungan Torsi Arah Y

Lantai δA(mm) δD(mm) δavarg(mm) δMax 1.2δAvarg 1.4δAvarg ket δMax/1.2δAvarg

9 32,4 63,7 48,05 63,7 57,66 67,27 Torsi 1b 1,2205


8 28,8 56,9 42,85 56,9 51,42 59,99 Torsi 1b 1,2245
7 24,9 49,6 37,25 49,6 44,7 52,15 Torsi 1b 1,2313
6 20,8 41,6 31,2 41,6 37,44 43,68 Torsi 1b 1,2346
5 16,5 33,1 24,8 33,1 29,76 34,72 Torsi 1b 1,2371
4 12,1 24,3 18,2 24,3 21,84 25,48 Torsi 1b 1,2380
3 7,9 15,7 11,8 15,7 14,16 16,52 Torsi 1b 1,2293
2 4,1 8 6,05 8 7,26 8,47 Torsi 1b 1,2142
1 1,2 2,3 1,75 2,3 2,1 2,45 Torsi 1b 1,1995

Dari hasil perhitungan torsi diketahui jika Lantai Eksentrisitas Arah X (m)
bangunan model 2 pada arah X dan model 3 pada Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
arah Y terjadi torsi tipe 1b. Faktor terjadinya torsi
2 0,201 0,222 0,187 0,200
diakibatkan dari perbedaan yang signifikan antara
simpangan antar lantai tingkat maksimum pada 1 0,164 0,174 0,157 0,163
sebuah ujung struktur dengan simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
Tabel 11. Eksentrisitas Arah Y
Menurut Nugroho (2015), pada bentuk
Lantai Eksentrisitas Arah Y (m)
bangunan yang tidak beraturan dapat
mengakibatkan perilaku berbeda pada struktur. Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Perilaku tersebut berupa adanya eksentrisitas 9 0,364 0,359 0,364 0,363
antar pusat massa dan pusat kekakuan pada 8 0,219 0,212 0,223 0,218
bangunan sehingga bangunan mengalami torsi. 7 0,209 0,202 0,215 0,208
Adanya eksentrisitas antara pusat massa
6 0,199 0,192 0,206 0,197
bangunan dengan pusat rotasi bangunan,
sehingga beban lateral pusat beban tidak tepat 5 0,189 0,181 0,197 0,187
dengan pusat kekakuan elemen vertikal beban 4 0,178 0,171 0,186 0,177
lateral. Berikut adalah hasil perhitungan 3 0,167 0,161 0,175 0,166
eksentrisitas bangunan. 2 0,155 0,151 0,161 0,154
1 0,141 0,140 0,143 0,140
Tabel 10. Eksentrisitas Arah X
Lantai Eksentrisitas Arah X (m)
Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
9 0,604 0,610 0,589 0,605
8 0,364 0,381 0,343 0,362
7 0,340 0,361 0,320 0,338
6 0,315 0,339 0,294 0,314
5 0,290 0,315 0,268 0,288
4 0,263 0,289 0,242 0,261
3 0,233 0,258 0,215 0,232
211
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 11. Eksentrisitas Arah Y

Dari Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat


jika eksentrisitas terbesar bangunan arah X terjadi
pada bangunan model 2 dan untuk arah Y
eksentrisitas terbesar terjadi pada bangunan model
3. Sehingga benar jika eksentrisistas bangunan
dan besarnya simpangan antar lantai bangunanan
dapat menyebabkan terjadinya torsi pada suatu
bangunan.
Selain ketidakberaturan torsional,
ketidakberaturan horizontal yang terjadi pada
semua model bangunan adalah ketidakberaturan
sudut dalam. Berdasarkan pedoman FEMA 451B
dan SNI 03-1726-2012 sebuah bangunan memiliki
ketidakberaturan sudut dalam apabila nilai Py >
Gambar 10. Eksentrisitas Arah X 0,15 Ly dan Px > 0,15 Lx. Dengan Py dan Px
adalah proyeksi denah sudut dalam arah X dan
arah Y, sedangkan Lx dan Ly adalah denah sudut
dalam luar arah X dan Y. 4 buah bangunan yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki denah
struktur yang sama, sehingga semua model
bangunan memiliki ketidakberaturan sudut dalam.

Tabel 12. Rekapitulasi Perhitungan Ketidakberaturan Sudut Dalam


Model Px Py Lx Ly 0,15 Lx 0,15 Ly Ketidakberaturan Sudut Dalam
Bangunan (m) (m) (m) (m) (m) (m) Arah X Arah Y
Model 1 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA
Model 2 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA
Model 3 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA
Model 4 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA

KESIMPULAN Terjadi ketidakberaturan torsi 1b pada bangunan


model 2 dan model 3. Selain akibat besarnya
Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur simpangan, torsi terjadi karena besarnya
bangunan akibat beban gempa menggunakan eksentrisitas yang dihasilkan antara pusat massa
metode respon spektrum terhadap bangunan dan pusat rotasi bangunan. Terjadi
dengan penempatan arah yang berbeda dapat ketidakberaturan sudut dalam.
diambil kesimpulan, yaitu nilai periode getar Berdasarkan dari analisis terhadap variabel
struktur hasil ETABS V.13 terbesar terjadi pada terikat, bangunan model 4 lebih aman menahan
bangunan model 2 dan yang terkecil terjadi pada simpangan berlebihan yang dapat mengakibatkan
bangunan model 4. Nilai tersebut mempengaruhi kerusakan struktur bangunan.
nilai koefisien respon seismik, gaya geser dasar
dinamik, gaya geser dasar statik, skala gaya, dan
nilai eksponen statik ekivalen per lantai. UCAPAN TERIMA KASIH
Simpangan terbesar terjadi pada bangunan
model 2 pada arah X maupun arah Y bangunan. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak
Akibat simpangan yang cukup besar, maka terjadi yang telah membantu penelitian ini hingga selesai.
torsi arah X pada bangunan model 2, sedangkan
untuk arah Y terjadi pada bangunan model 3.
212
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI 03-


1726-2012 Tata Cara Perencanaan Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). SNI 03-
2847-2013 Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung. Jakarta.
Building Seismic Safety Council. (2006). NEHRP
Recommended Seismic Provisions: Design
Examples (FEMA 451). Federal Emergency
Management Agency. Washington, D. C.
Departemen Pekerjaan Umum. (1987). PPPURG
1987 Pedoman Perencanaan Pembebanan
Indonesia untuk Rumah dan Gedung.
Yayasan Badan Pekerjaan Umum. Jakarta.
Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. (2008).
Fundamental of Earthquake Engineering.
Willey. Hongkong.
Ertanto, R., Giri, D., Putra, D. (2015). Analisa
Perbandingan Perilaku Struktur pada Gedung
dengan Variasi Bentuk Penampang Kolom
Beton Bertulang. Jurnal Ilmiah Elektronik
Infrastruktur Teknik Sipil. Denpasar.
Gosh, S.K. and Fanella, D.A. (2003). Seismic and
Wind Design of Concrete Buildings.
International Code Council. United States.
Meillia, D. (2016). Studi Performa Struktur Gedung
Bertingkat Ketidakberaturan Torsi
Berdasarkan Perencanaan Urutan Sendi
Plastis dengan Pushover Analysis. Skripsi.
Jakarta : Fakultas Teknik Universitas Mercu
Buana.
Nugroho, F. (2015). Evaluasi Kinerja Bangunan
Renana Gedung Hotel A.N.S dengan Dilatasi
(Model B2) di Daerah Rawan Gempa. Jurnal
Momentum. Vol. 17 No.2. Padang.
Supit, N. W. A., Sumajouw, M. D. J., Tamboto, W.
J., Dapas, S. O. (2013). Respon Dinamis
Struktur Bangunan Beton Bertulang
Bertingkat Banyak Dengan Variasi Orientasi
Sumbu Kolom. Jurnal Sipil Statik. Vol. 1
No.11. Manado.

213
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

214
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

“SECONDARY TERRITORY” SEBAGAI BATAS ZONA AKTIFITAS


DALAM RUANG PUBLIK
Studi Kasus ; Taman Merbabu, Kota Malang

Daim Triwahyono1, Ghoustanjiwani Adi Putra2


Prodi Arsitektur, Institut Teknologi Nasional Instansi1,2
Jl. Bendungan Sigura-guraa no: 2 Malang
E-mail: Daimtri@gmail.com

ABSTRAK

Secondary Territory dalam ruang publik dapat dipahami sebagai zona area yang terdiri dari aktifitas-
aktifitas yang seragam dan terbentuk secara teratur oleh kelompok pengguna tertentu (Altman dalam
Porteus, 1977). Taman Merbabu Malang merupakan salah satu ruang publik dengan karakteristik fisik dan
tipologi fungsi yang bervarian, dengan adanya karakteristik fisik dan tipologi fungsi yang bervarian ini
memungkinkan ruang publik memiliki bentuk dan pola Secondary Territory yang bervarian. Pre-eleminaries
Research ini bertujuan untuk melakukan identifikasi bentuk dan pola Secondary Territory pada studi kasus:
Taman Merbabu, Kota Malang. Metode pengumpulan data menggunakan unobstrusive dengan analisa
deskriptif dan analisa foto tematik. Dari Pre-eleminaries Research ini ditemukan hipotesa “semakin bervarian
karakteristik fisik dan tipologi fungsi maka akan semakin bervarian zona aktifitas yang membentuk
Secondary Territory”

Kata kunci: Teritori, Secondary Territory, Teritori Sekunder, Aktifitas, Ruang Publik

ABSTRACT

Secondary territory in public space can be understood as a zone that consist of one a kind activities that
formed rapidly by certain user groups (Altman in Porteus, 1977). Merbabu Park Malang is one of the public
spaces with variant physical characteristics and variant typology of functions, because of this variant allows
public space to have a variant secondary territory shape and pattern. This Pre-eleminaries Research aims to
identify secondary territory patterns in selected case study: Merbabu Park, Malang. An unobstrusive
methods are used for collecting data process and descriptive analysis with thematic photo analysis are used
for data display process. From this Pre-eleminaries Research hypothesis was found "the more varied
physical characteristics and function typologies and the more varied zone of activity that forms the secondary
territory”

Keywords: Teritori, Secondary Territory, Teritori Sekunder, Aktifitas, Ruang Publik

PENDAHULUAN ruang publik juga berfungsi sebagai ruang


sosialisasi masyarakat kota.
Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang-ruang pada
Kota dituntut menjadi lebih responsif akan kota yang bersifat publik dan terbuka untuk siapa
kebutuhan ruang baik ruang privat maupun ruang saja bagi masyarakat urban, salah satunya adalah
publik. Hal ini disebabkan adanya pertumbuhan ruang terbuka skala kota seperti Taman Merbabu
populasi kota yang makin meninggkat yang kota Malang.
secara praktis jumlah kebutuhan ruang privat dan Taman ini mempunyai fasilitas untuk seluruh
publik juga kan semakin meningkat. keluarga, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia.
Kebutuhan ruang publik sebagai ruang Fasilitas tersebut antara lain jogging track,
komunal bersama adalah kebutuhan vital bagi lapangan futsal mini, taman bacaan, arena
keberlangsungan sosial sebuah kota. olahraga lansia, WiFi, arena bermain pasir,
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua playground dan juga memiliki 300 lubang biopori.
di Jawa Timur setelah Surabaya, kota ini menjadi Berbagai fasilitas ini bisa diartikan sebagai
salah satu kota yang memiliki citra sebagai kota setting spasial atau karakteristik fisik pada ruang
bunga. Hal ini tidak terlepas dari potensi kota publik yang dirancang untuk menampung
Malang dengan keberadaan taman-taman berbagai jenis aktivitas pengguna. Dengan ragam
kotanya yang beragam sebagai salah satu ruang fasilitas pada ruang publik ini memungkinkan
terbuka publik yang selain berfungsi sebagai terbentuknya teritori pada ruang publik tersebut.

215
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tujuan satu sama lain baik aktivitas secara individu


Tujuan dari penelitian ini adalah: maupun aktivitas secara berkelompok.
1. Mengidentifikasi bentuk dan pola Julian Edney (1974) mendefinisikan
Secondary Territory pada studi kasus: teritorialitas sebagai sesuatu yang berkaitan
Taman Merbabu, Kota Malang. dengan karakteristik fisik, tanda kepemilikan baik
2. Mencari hipotesa mengenai keterkaitan berupa tanda fisik maupun non fisik. Dimana
karakteristik fisik dan tipologi fungsi terkait didalamnya terdapat sifat dominasi, kendali,
teritori untuk dikembangkan kedalam konflik, keamanan, tuntutan akan sesuatu, dan
penelitian-penelitian selanjutnya. pertahanan. Sedangkan menurut (Brown and
Altman, 1981) teritorialitas sendiri dapat bagi
Kajian Teori menjadi tiga jenis, yaitu :
Rob Krier (1979) mengartikan ruang publik
ditinjau dari dimensi fisik terbangun yaitu sebagai 1. Teritorial primer
ruang yang berada dan terbangun dengan Merupakan zona kepemilikan yang
direncanakan diantara bangunan perkotaan dimiliki serta dipergunakan secara khusus
maupun kawasan tertentu. Rob Krier bagi pemiliknya. Pelanggaran dan
menjelaskan secara fisik bahwa ruang publik pemakaian tanpa seijin personal dan
adalah ruang yang terbentuk antar massa kelompok tertentu terhadap teritori utama
bangunan (Krier, 1979). ini akan mengakibatkan timbulnya
Pengertian ruang publik ini hampir sama perlawanan dari pemiliknya dan
dengan Eko Budihardjo yang mengartikan ketidakmampuan untuk mempertahankan
bahwa ruang publik adalah ruang yang berada di teritori jenis ini akan mengakibatkan
luar bangunan atau berada pada ruang masalah yang serius terhadap aspek
terbuka. Krier lebih senang menyebut ruang psikologis pemiliknya. Sifat teritorial
publik sebagai ruang kota, karena dapat di akses primer atau teritorial primer adalah privat.
oleh masyarakat kota.
Sedangkan dalam (Sunaryo, 2004). Ruang 2. Teritorial Sekunder
publik dapat dikatakan sebagai wadah interaksi adalah zona kepemilikan bisa dalam
sosial masyarakat dan ruang dimana semua bentuk tertulis dengan kebijakan tertentu
lapisan masyarakat bertemu dan berinteraksi – maupun tidak tertulis berupa kesepakatan
bahwa ruang publik potensial sebagai katalisator kelompok tertentu. Teritorial ini dapat
pembentuk ikatan sosial dalam sebuah bebas digunakan oleh orang lain yang
komunitas. masih di dalam kelompok ataupun orang
Ruang publik pada sebuah kawasan yang mempunyai kepentingan yang sama
potensial sebagai ruang bersama dimana pelaku- kepada kelompok itu. Sifat teritorial
pelaku aktivitas dari berbagai fungsi dalam sekunder adalah semi-publik.
kawasan bertemu dan berinteraksi.
Dalam bukunya yang berjudul “Public 3. Teritorial umum.
Space”, Stephen Carr memaparkan bahwa makna Teritori ini dapat digunakan oleh setiap
sebuah ruang publik adalah sebuah panggung orang dengan mengikuti aturan-aturan
yang terbentang dengan segala bentuk aktifitas yang lazim di kelompok tertentu dimana
dan pergerakan manusia didalamnya, interaksi teritorial umum itu berada dan digunakan
sosial, dan sebuah ruang yang berfungsi sebagai secara sementara dalam jangka waktu
sarana permainan dan relaksasi. lama maupun singkat. Sifat kepemilikan
Masih dalam “public Space” Menurut Carr teori umum ini adalah publik.
ruang terbuka publik juga dapat diartikan sebagai
ruang wadah aktivitas sosial yang dianggap (Yupardhi, 2015) menjelaskan masing-
sebagai fasilitas kota dan juga secara langsung masing teritori baik yang dimiliki oleh individu
mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat maupun kelompok tertentu memiliki tatanan
kota. khusus yang menunjukkan bagaimana individu
Ruang terbuka publik juga merupakan wadah lain atau kelompok lain yang mampu memahami
dari kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual kondisi dan kepemilikan yang berlaku pada ruang
(aktifitas yang telah menjadi kebiasaan) oleh tersebut. Berbagai bentuk penandaan teritori
kelompok masyrakat tertentu, ruang ini digunakan untuk menghindari ambiguitas status
mempertemukan sekelompok masyarakat dalam dalam sebuah ruang.
rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun Kehadiran fisik individu maupun kelompok
dalam aktifitas kegiatan yang bersifat periodik. tertentu merupakan hal yang paling kuat untuk
Dari beberapa pengertian yang diajukan menandakan suatu wilayah adalah teritorinya.
oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan Selain fisik penandaan lain berupa non fisik
bahwa ruang terbuka publik adalah ruang terbuka seperti bahasa nonverbal atau simbolisme
yang berada diluar bangunan yang mewadahi tertentu menjadi yang paling sering digunakan
aktivitas kebutuhan manusia dalam bersosialisasi
216
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

untuk menyikapi individu atau kelompok lain untuk


mengakses teritori tersebut. Teknik analisis data
Teknik analisi data yang dipakai dalam
menganalisis data Pengolahan data dilakukan
dengan 4 jenis tahapan antara lain:
1. Analisis taksonomi
Data sekunder berupa foto-foto, sketsa grafis
dan mapping dikelompokan menurut kriteria-
kriteria dan substansi yang sama sehingga
didapat sebuah pengelompokan foto-foto dan
sketsa grafis yang sesuai dengan kategori
Gambar 1. Setting spasial dan karakteristik fisik dan substansi terpilih.
spasial membentuk teritori sekunder
2. Data display
Selain setting spasial dan karakteristik fisik Data-data pada penelitian kualitatif yang
tertentu sekumpulan Aktifitas oleh sekelompok telah dikodekan (dikelompokan menurut
pengguna ruang publik tertentu juga mampu kriteria dan substansi tertentu) dan dilakukan
memberikan suatu teritori yang bersifat temporal proses penyajian data yang lebih
(sementara). Hal ini dikarenakan aktifitas yang representative dengan tampilan grafis yang
dilakukan pengguna tersebut juga bersifat lebih runut.
temporal (sementara). 4. Analisa foto realis
Analisa foto realis adalah teknik penyajian
data yang telah dikelompokavvvn dari
analisis taksonomi dan data display kedalam
bentuk analisa grafis.
5. Analisa deskriptif
Analisa deskriptif adalah analisa untuk
menilai karakteristik suatu data. Data yang
telah di display atau disajikan dalam bentuk
foto dan grafis di deskripsikan sesui tematik
Gambar 2. Teritori Sekunder yang terbentuk dari yang dipilih.
aktifitas temporal (sementara). Kelompok
pengguna tertentu berkumpul di ruang Teknik penarikan kesimpulan
publik berupa trotoar jalan. Teknik penarikan kesimpulan menggunakan
metode deduktif, yaitu metode penarikan
METODE kesimpulan dari kesimpulan umum menuju
kesimpulan yang lebih khusus. Pada studi awal ini
Proses pengumpulan data Sekunder hasil penelitian awal tidak hanya sekedar
1. Studi Dokumen Studi dukumen dilakukan menyajikan hasil data display dan foto realis,
untuk mendapatkan data sekunder dalam tetapi menyajikan sesuatu yang mempunyai
bentuk dokumen, arsip, peta, denah, layout makna, mencari dan menemukan pola dan
dan prosposal perencanaan hubungan-hubungan serta membuat temuan-
2. Unobtrusive method, yaitu metode temuan baru dalam studi kasus. Temuan ini bisa
pengumpulan data menggunakan audio dalam berupa hipotesa yang dapat digunakan
visual materials (kamera, recorder, dan untuk penelitian lanjutan.
kuisioner).
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Melaksanakan observasi awal untuk
mendapatkan gambaran mengenai Ruang publik menurut Rob Krier (1979) ada 2
karakteristik lokasi yang akan diteliti. bentuk, yaitu:
1. Memanjang (the street).
4. Observasi adalah metode pengumpulan Pola memanjang (the street) adalah ruang
data melalui pengamatan dengan publik yang memiliki dimensi dan ukuran
menggunakan panca indera manusia. Pada yang lebih panjang pada kedua sisinya
tahap ini bisa langsung melakukan dibandingkan kedua sisi lainnya. Ruang yang
pengumpulan data atau hanya sekedar berbentuk seperti ini memiliki kecenderungan
meninjau lokasi penelitian. membentuk pola sirkulasi yang linear, satu
arah dan sejajar. Contoh ruang publik yang
memiliki bentuk seperti ini adalah jalan,
sungai,koridor, dll
217
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

2. Persegi (the square), yaitu ruang yang sangat tergantung pada pola dan susunan massa
memiliki dimensi yang hampir sama pada bangunan
seluruh sisinya, memiliki kecenderungan
membentuk pola sirkulasi ke segala arah, Sedangkan Menurut sifatnya, ruang publik terbagi
acak, dan organik. Pada umumnya ruang menjadi 2 jenis, yaitu:
publik seperti ini dalam wujud lapangan, 1. Ruang publik tertutup : adalah ruang
taman, dan lain-lain. publik yang terdapat di dalam suatu
bangunan.
Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya 2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik
ruang publik adalah ruang terbuka, Rustam Hakim yang berada di luar bangunan yang
(1987) mengatakan bahwa, ruang umum pada sering juga disebut ruang terbuka (open
dasarnya merupakan suatau wadah yang dapat space)
menampung aktivitas tertentu dari 3. Ruang publik semi terbuka: yaitu ruang
masyarakatnya, baik secara individu maupun publik yang memiliki sifat dua duanya
secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini yaitu terbuka dan tertutup.

1. Deskripsi Ruang Publik

 Batas Timur
Batas timur ruang publik adalah ruas jl. Guntur
yang lasung berseberangan dengan taman hutan
kota Malabar.
 Batas Barat
Batas barat ruang publik adalah ruas jl Merbabu
barat yang langsung menyambung ke ujung jalan
merbabu barat yaitu simpang balapan.
 Batas Utara
Batas utara ruang publik adalah ruas jl merbabu
utara yang berseberangan dengan permukiman
dan berberapa guesthouse seperti Amalia
guesthouse dan Merbabu guesthouse
 Batas Selatan
Batas selatan ruang publik adalah ruas jl merbabu
selatan yang berseberangan dengan resto dapur
coklat dan permukiman penduduk

Gambar 3. Deskripsi Taman Merbabu Malang

 Lokasi merbabu Family Park terletak di  Fasilitas yang bisa dinikmati di Merbabu
Jalan Merbabu, Kota Malang. Yang Family Park cukup lengkap, diantara
berjarak sekitar 3 km arah utara dari alun- playground dengan beragam sarana
alun Merdeka Kota Malang, tidak jauh permainan anak, alat olahraga permanen,
dari Jalan Ijen Boulevard. Merbabu area untuk terapi kesehatan, jogging
Family Park merupakan taman yang track, arena bermain dengan pasir pantai,
dibangun hasil kerja sama Pemerintah lapangan futsal, pedestrian untuk difabel
Kota Malang dengan PT. Beiersdorf dan tempat duduk untuk bersantai.
Indonesia (BDF), melalui program (ngalam.id,2017)
corporate social responsibility (CSR).
 Taman seluas 3.924 meter persegi ini, 1.1. Tipologi bentuk Ruang publik
diresmikan pada tanggal 14 Juni 2014  Dari sifatnya ruang publik ini bersifat
lalu oleh Wali Kota Malang, jadi belum terbuka atau open space.
ada setahun hingga sekarang. Merbabu  Dari tipologi bentuk taman merbabu dapat
Family Park dibuat sebagai taman digolongkan kedalam jenis ruang publik
dengan konsep taman keluarga yang dengan bentuk campuran yaitu persegi
ramah untuk berbagai segmen usia. (square) dan namun berpola memanjang
 Merbabu Family Park selain dimanfaatkan (linear)
sebagai taman keluarga, tempat ini juga  Bentuk persegi (Square) karena memiliki
menjadi lahan ruang terbuka hijau (RTH) pola dan kecenderungan orientasi ruang
yang berfungsi untuk penghijauan publik ini kesegala arah.
lingkungan kota.
218
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

 Sedangkan Bentuk linear mengikuti 4


ruas penjuru jalan pada ruang publik yaitu
jl. Guntur dan Jl. Merbabu yang memiliki 3
sisi mengelilingi ruang publik.

2. Karakteristik Fisik dan Karakteristik Sosial Taman Merbabu Bagian Barat

Taman merbabu di bagian Barat


didominasi setting spasial lapangan
Futsal dan Fitness outdoor. Dimana
pada bagian barat taman ini sering
dipakai untuk kegiatan olahraga yaitu
futsal.

2.1. Karakteristik fisik dan setting


spasial:
Karakteristik fisik didominasi dengan
unsur hardscpae berupa pekerasan
tanah (hard soil) untuk media lapangan
futsal. Menurut pengguna awalnya
lapangan tertutup oleh rumput ketika
awal pembukaan taman ini, namun
karena kurang perawatan lapangan
menjadi gersang, pengguna juga
mengeluhkan apabila turun hujan
lapangan menjadi becek dan licin.

Selain lapangan futsal pada sisi barat ini


juga terdapat outdoor fitness yang cukup
ramai ketika weekend. Setting spasial di
dominasi hardscape berupa pekerasan
batu alam.

2.2. Karakteristik sosial:


Penggunaan ruang publik di sisi barat ini
pada weekday dari pukul 15:00 hungga
21:00 didominasi oleh pengguna anak-
anak dan remaja rentang usia 10-20 th
untuk bermain futsal. Penggunaan akan
meningkat pada hari weekend yaitu
sabtu dan minggu.

Sedangkan penggunaan ruang publik


untuk fasilitas fitness ramai dipagi hari
rentang waktu 06:00 hingga 09:00 dan
meningkat pada pukul 15:00 hingga
18:00 hingga berangsur berkurang
hingga pukul 20:00

Pada weekend penggunaan diduga akan


semakin meningkat.

Gambar 3. Karakteristik fisik spasial dan karakteristik sosial pada taman merbabu bagian barat Sumber: (Google
Earth, 2018 dan analisa pribadi)

219
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

 Aktifitas kelompok olahraga outdoor


2.3. Teritori Sekunder Taman Merbabu adalah ragam aktifitas yang terjadi
Bagian Barat karena ada nya setting spasial berupa
Teritori sekunder taman merbabu bagian ruang terbuka dengan peralatan
barat terbentuk dari adanya aktifitas-aktifitas fitness terbuka. Secara tidak langsung
secara berkelompok oleh kelompok tertentu setting spasial dan aktifitas ini
dengan karakteristik setting spasial tertentu yaitu: membentuk teritori sekunder.
 Aktifitas para pengguna alat olahraga
1. Aktifitas kelompok futsal terbuka ini akan membentuk personal
 Aktifitas kelompok futsal adalah space diantara kelompok pengguna,
ragam aktifitas yang terjadi karena sehingga menyebabkan adanya teritori
ada nya setting spasial berupa sekunder yang bersifat semi publik.
lapangan futsal. Secara tidak  Pengguna ruang publik lain yang tidak
langsung setting spasial dan aktifitas memiliki aktifitas yang sejenis tidak
ini membentuk teritori sekunder. bisa menggunakan setting spasial
karena memiliki aktifitas yang berbeda
2. Aktifitas kelompok olahraga outdoor

3. Karakteristik Fisik dan Karakteristik Sosial Taman Merbabu Bagian Tengah

Gambar 4. Karakteristik fisik spasial dan karakteristik sosial pada taman merbabu bagian
Tengah Sumber: (Google Earth, 2018 dan analis pribadi)

3.1. Karakteristik fisik dan setting spasial batu alam, paving block, grass block. Sedangkan
Karakteristik fisik dan spasial dari ruang publik softscape pada spasial juga di dominasi oleh
yaitu taman Merbabu bagian tengah sangat rumput gajah mini, perdu, dan berberapa tanaman
bervarian. Spasial didominasi oleh hardscape bertajuk kecil.
berupa perkerasan tanah (hardsoil) yang ditutup
dengan pasir putih dan pekerasan jalan berupa
220
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Sedangkan setting spasial dari ruang publik terbentuk oleh pengguna jogging
taman merbabu bagian tengah ini didominasi oleh track dengan aktifitas lari/jogging
permaian sarana anak seperti jungkat-jungkit, bersifat teritori umum karena tidak
perosotan, tempat bermain pasir, dll. memiliki penguasaan secara fungsi
seutuhnya.
3.2. Karakteristik sosial  Aktifitas pijat refleksi
Sedangkan karakteristik sosial pada Aktifitas pijat refleksi merupakan
ruang publik taman merbabu bagian aktiftas minor dalam ruang publik, hal
tengah ini didominasi oleh pengguna ini dikarenakan setting spasial untuk
berusia 3-12 tahun dikarenakan setting pijat refleksi bukan menjadi fungsi
spasial yang lebih menonjol pada ruang ruang publik yang utama, melainkan
publik bagian tengah ini adalah dengan hanya tambahan. Aktifitas pijat
fungsi taman bermain anak sehingga refleksi tidak memiliki teritori secara
pengguna anak-anak dengan usia 3-12 privat semua jenis pengguna
tahun jauh lebih banyak daripada diperbolehkan dalam mengakses
pengguna dengan usia lain. setting spasial pijat refleksi.
 Aktifitas-aktifitas yang membentuk
3.3. Teritori Sekunder Taman Merbabu personal space. Aktifitas-aktifitas
Bagian Tengah yang membentuk personal space
Teritori sekunder taman merbabu bagian adalah ragam aktifitas tambahan
tengah terbentuk dari adanya aktifitas-aktifitas yang terbentuk akibat adanya aktifitas
secara berkelompok oleh kelompok tertentu mayor dan minor pada ruang publik.
dengan karakteristik setting spasial tertentu yaitu: Aktifitas yang terbentuk ini adalah
aktifitas parkir.
1. Aktifitas kelompok bermain anak
 Aktifitas kelompok bermain anak
adalah ragam aktifitas yang terjadi
karena ada nya setting spasial berupa
sarana permainan anak. Secara tidak
langsung setting spasial dan aktifitas
ini membentuk teritori sekunder, hal
ini disebabkan penggunaan ruang
dan setting spasial hanya untuk
kelompok pengguna tertentu yaitu
anak-anak dengan kriteria usia 2-12
Gambar 6. Aktifitas parkir sebagai
tahun.
personal space aktifitas yang terbentuk
dari adanya ruang publik di luar ruang
publik taman merbabu tepi utara

KESIMPULAN

Dari pre-eliminaries research ini dapat


diambil kesimpulan antara lain:
1. Karakteristik fisik dan setting spasial
membentuk pola aktifitas
2. Dari pola aktifitas yang terbentuk dapat di
Gambar 5. Aktifitas kelompok bermain identifikasi teritori yang paling dominan
anak pada ruang publik taman merbabu adalah teritori sekunder.
bagian tengah 3. Semakin barvariatif karakteristik fisik dan
setting spasial ruang publik maka akan
 Aktifitas jogging track. Pengguna semakin bervarian teritori sekunder pada
jogging track akan membentuk ruang publik tersebut
personal space diantara kelompok 4. Dari Pre-eleminaries Research ini
pengguna lainya seperti pejalan kaki , ditemukan hipotesa “semakin bervarian
sehingga menyebabkan adanya karakteristik fisik dan tipologi fungsi maka
teritori sekunder yang bersifat semi akan semakin bervarian zona aktifitas
publik. Pengguna ruang publik lain yang membentuk Secondary Territory”
yang tidak memiliki aktifitas yang 5. Aktifitas-aktifitas baru yang tidak
sejenis memang masih bisa terencana membentuk personal space
menggunakan setting spasial akan muncul sebagai aktifitifitas yang
walaupun memiliki aktifitas yang terbentuk akibat adanya aktifitas mayor
berbeda. Teritori sekunder yang dan minor pada ruang publik.
221
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

DAFTAR PUSTAKA

Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)


Yupardhi, t. H (2015) Penandaan teritori dan
invasinya Terhadap ruang publik (Study
Kasus Mall Pasar Baru dan Istana Plaza
Bandung). Bali, Institut Seni Indonesia.
Buku
Brown, B.B. (1987). Territoriality. In D. Stokols & I.
Altman (eds.) Handbok of environmental
psychology (vol 1). (pp. 505-531). New York:
WileyInterscience.

Williams, K., & Green, S. (2001). Literature review


of public space and local environments for
the cross cutting review. Prepared for
Department of Transport, Local Government
and Regions.

Höjer, M., Gullberg, A., Pettersson, R., & Ahlroth,


S. (2011). Images of the future city: time and
space for sustainable development: Springer
Verlag.

222
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ANALISIS PEMILIHAN MATERIAL DAN PENCAHAYAAN PADA


LABORATORIUM KLINIK PRODIA SURABAYA
(Kajian Terapan Eko-Interior)

Angga Jesslyn1, Jessica Christina Sugianto2


Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra1.2
Jl. Siwalankerto no. 121-131 Surabaya
E-mail: ajesslyn12@yahoo.co.id

ABSTRAK

Laboratorium Prodia merupakan salah satu laboratorium yang terletak di Jalan Diponegoro nomor 149-
151, Surabaya. President Director Dr. Dewi Muliaty, M.Si. mengungkapkan bahwa laboratorium ini
merupakan bangunan laboratorium swasta di Indonesia yang menerapkan konsep green building. Green
building adalah bangunan berkelanjutan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan
pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan kesehatan penghuninya.
Lingkup penggolongan bangunan berkelanjutan ini tidak hanya sebatas aktivitas semata, tetapi juga meliputi
kebijakan pihak manajemen dalam melakukan pemilihan lokasi, pemilihan material, serta pengaturan
pencahayaannya. Untuk mengkajinya digunakan metode penelitian kualitatif dengan metode analisis
deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi data lapangan dan studi literatur. Hasil dari
penelitian ini adalah pertama material yang digunakan di Laboratorium Prodia ini menggunakan prinsip
ekologi desain yang hemat energi, dapat didaur ulang, dan memperhatikan dari segi kesehatan mengingat
bangunan ini adalah laboratorium dan harus bersih. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kelebihan
dan kekurangan material yang digunakan. Hasil yang kedua ialah laboratorium ini memakai material utama
kaca yang mana dapat memaksimalkan pencahayaan alami yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian
energi.

Kata kunci: Berkelanjutan, eko-interior, material, pencahayaan

ABSTRACT

Prodia Laboratory is one of the laboratories located at Diponegoro Street 149 -151, Surabaya. President
Director Dr. Dewi Muliaty, M.Sc. revealed that laboratory is a private laboratory building in Indonesia that
applies the concept of green building. Green building is a sustainable building with energy efficient from the
design, construction, and operation, until the maintenance operations has a healthy qualified. The scope of
this sustainable building classification is not only limited to activities, but also includes the management's
policies in conducting location selection, material selection, and lighting arrangements. Data processing
methods such as qualitative research methods are used with descriptive analysis methods. Data collection
methods use field data observations and literature studies. The results of this study are the first material
used in the Prodia Laboratory using the principle of design ecology that is energy efficient, recyclable, and in
terms of health, considering that this building is a laboratory and must be clean. In this study will be
discussed about the advantages and disadvantages of the material used. The second result is that this
laboratory uses the main glass material which can maximize natural lighting which aims to reduce energy
consumption.

merupakan salah satu penyebab terjadinya


pemanasan global karena berpotensi
PENDAHULUAN memproduksi emisi gas karbon lebih dari 40%
(Ervianto, 2012). Penggunaan material yang
Di zaman dimana unsur bumi sudah tidak ramah lingkungan pada bangunan tentunya
tercemar oleh zat, energi, dan komponen lainnya akan berdampak terhadap lingkungan sekitar dari
yang mengakibatkan lingkungan sudah tidak bangunan tersebut. Tidak heran dampak
berfungsi lagi sebagai mana mestinya, terjadilah terhadap pembangunan konstruksi langsung
isu-isu mengenai pemanasan global yang terkena pada masalah pemanasan global.
menyebabkan kerusakan pada bumi semakin Seorang senator asal Amerika dikutip dari salah
parah. Aktivitas manusia sebagai salah satu satu sumber media sosial, bernama Al Gore
makhluk konsumtif menyebabkan terjadinya menyatakan bahwa dunia kini dalam kondisi
proses pencemaran sehingga bumi menjadi terancam dampak pemanasan global. Lahan
planet yang tidak sehat lagi. Bangunan hijau yang seharusnya dikembangkan menjadi
223
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

paru-paru kota kini sudah menjelma menjadi ilmu yang memperlajari tentang hubungan timbal
bangunan-bangunan tinggi terutama di kota-kota balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
besar. Arsitektur berkelanjutan yang ekologis dapat
Dari permasalahan ini muncullah gerakan dikenali dengan cara sebagai berikut: tidak
inovasi yang disebut green building atau menghabiskan bahan lebih cepat daripada
bangunan hijau dengan terapan eco-interior pada tumbuhnya kembali bahan tersebut oleh alam,
laboratorium klinik Prodia di Surabaya yang menggunakan energi terbarukan secara optimal,
merupakan green building swasta pertama di dan menghasilkan sampah yang dapat
Indonesia. Konsultan Perencana Pembangunan dimanfaatkan sebagai sumber bahan baru (Heinz
Graha Prodia dari PT Archimetric, Ivan Priatman, Frick, 2007). Prinsip utama arsitektur ekologis
mengatakan, ada lima standar penilaian bagi adalah menghasilkan keselaran antara manusia
gedung yang akan memperoleh sertifikat hijau dengan lingkungan alamnya.
dari LEED, yakni performa bangunan dari segi
lokasi, dan cara mengurangi pengaruh terhadap
lingkungan sekitar, bagaimana mereduksi
pemakaian air bersih, performa dalam efisiensi
energi, standar pemakaian material yang ramah
lingkungan, serta kualitas dalam ruangan yang
meliputi kualitas udara, interior, dan akses
terhadap penerangan alami. Dari latar belakang
tersebut, maka dilakukan penelitian pada objek
laboratorium klinik Prodia tentang penggunaan
material serta sistem pencahayaan untuk
mengetahui perfoma bangunan berdasarkan
parameter eko-interior.

METODE Gambar 1. Pola pikir desain arsitektur ekologis


(Heinz Frick, 2007)
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan metode analisis Arsitektur ekologis mencerminkan adanya
deskriptif. Metode penelitian kualitatif ini perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber
dilakukan dengan memberikan, menguraikan, alam yang terbatas. Secara umum, arsitektur
dan memaparkan gambaran atau diskripsi ekologis dapat diartikan sebagai penciptaan
tentang bagaimana perancangan dikatakan lingkungan yang lebih sedikit mengkonsumsi
sebagai bangunan yang berkelanjtuan, kajian kekayaan alam. Eko-desain dalam terapan
berbagai material yang tergolong bertujuan untuk rancang bangunan arsitektur disebut dengan eko-
menghemat energi serta pencahayaan yang arsitektur, begitu pula dengan interior disebut
optimal dalam laboratorium. dengan eko-interior. Kedua hal ini mengandung
Metode pengumpulan data menggunakan hal yang sama hanya perbedaan fokus terdapat
observasi data lapangan dan studi literatur. dalam lingkup eksterior atau interior.
Metode observasi data lapangan yaitu meliputi Dengan pendekatan eko-interior, desainer
pengamatan bangunan dan sekitarnya. Sumber interior berusaha merencanakan perwujudan cipta
data dalam penelitian ini adalah foto yang ruang sehat, ramah lingkungan, beradab, dan
diambil secara langsung, kajian pustaka, dan berbudaya melalui pemilihan bahan bangunan
data lapangan. Kemudian data dianalisa untuk (pembentuk dan pelengkap ruang), penentuan
memenuhi implementasi eko-interior. sistem pencahayaan, dan penentuan sistem
Aspek Eko-Interior yang diteliti dalam penghawaan.
penelitian ini adalah material bangunan dan Grha Prodia Surabaya bertempat di Jalan
pencahayaan dalam bangunan. Peneliti Diponegoro nomor 149-151, Surabaya ini didaulat
menganalisis material yang digunakan dalam sebagai laboratorium pertama di Indonesia yang
bangunan dan kaitannya dengan eko-interior. menerapkan konsep green building. Green
Pencahayaan alami dan buatan yang berkaitan building adalah konsep untuk ‘bangunan
dengan prinsip eko-interior juga dikaji dalam berkelanjutan’ dan mempunyai syarat tertentu,
penelitian ini. yaitu lokasi, sistem perencanaan dan
perancangan, renovasi dan pengoperasian, yang
HASIL DAN PEMBAHASAN menganut prinsip hemat energi serta harus
berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan
Ekologi berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’
social (Heinz Frick, 2007).
dan ‘logos’. Oikos berarti rumah tangga atau cara Grha Prodia Surabaya didesain hanya
bertempat tinggal, dan logos berarti ilmu atau menempati 50% dari lahan dan sisanya
bersifat ilmiah. Ekologi dapat diartikan sebagai dipergunakan untuk landscaping dan green proof.
224
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Bangunan ini menempati lahan seluas ± 1051.85


m2 dan taman seluas ± 131.96 m 2, dengan
bangunan sebanyak 9 lantai. Bangunan ini telah
didesain sedemikian rupa agar dapat menghemat
pemakaian energi listrik. Selain itu, material yang
yang dipilih juga telah diseleksi secara ketat untuk
memenuhi persyaratan standar bangunan
berkelanjutan misalnya mengutamakan material
local dan material alami (prodia.co.id).
Dalam pengaplikasian eko-interior, bahan
atau material bangunan dalam mewujudkan
ruang sebagai pembentuk maupun pelengkap
ruang menjadi sesuatu hal yang memegang Gambar 3. Fasad tampak samping (google.co.id,
peranan penting. Pemilihan material yang 2018)
berorientasi pada ekologi desain atau green
materials memerlukan pertimbangan mengenai Lantai di area drop off menggunakan semen
karakter material itu sendiri. dan paving.
Mengenai material ekologis, Wulfram I.
Ervianto (2010) menyatakan: Material ekologis
yaitu material yang bersumber dari alam dan tidak
mengandung zat-zat yang mengganggu
kesehatan, misalnya batu alam, kayu, bambu,
tanah liat. Material yang digolongkan jenis ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: eksploitasi
dan produksinya menggunakan energi sesedikit
mungkin; tidak mengalami transformasi bahan
sehingga dapat dikembalikan ke alam; eksploitasi,
produksi, penggunaan, dan pemeliharaannya
tidak mencemari lingkungan; bersumber dari
Gambar 4. Area drop off (dokumen pribadi,
sumber alam lokal (hlm. 51).
Pertimbangan dalam pemilihan bahan 2018)
tersebut berlaku untuk unsur pembentuk ruang
Dinding di area receptiont menggunakan
maupun pelengkap ruang. Bahan-bahan tersebut
material alami yaitu kayu yang diaplikasikan
meliputi kayu, veneers, plastik, tekstil, kulit, karpet
seperti roncetan. Kayu dipilih karena penggunaan
dan permadani, keramik, batu, brick, vinyl dan
material alami lebih ramah lingkungan karena
linoleum, bahan finishing paints, varnishes),
wallpapers, panel akustik, logam, kaca, dan lain- dalam proses produksinya menghasilkan energi
lain. Semua bahan tersebut memiliki kelebihan yang sedikit, racun yang dihasilkan dari proses
dan kekurangan yang apabila kurang cermat produksi juga lebih sedikit, dan menghasilkan
dalam pemilihannya akan berdampak pada polusi yang lebih sedikit pada lingkungan.
ketidaknyamanan bahkan gangguan kesehatan
pengguna ruang dan ketidakseimbangan
lingkungan (Ervianto, 2010).

Gambar 5. Area receptiont (dokumen pribadi,


Gambar 2. Tampak facade (google.co.id, 2018) 2018)

225
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 6. Area receptiont (dokumen pribadi, Gambar 8. Area main entrance (dokumen
2018) pribadi, 2018)
Lantai di area receptiont menggunakan
material keramik yang mengkombinasikan warna
netral yaitu putih, abu- abu, dan hitam.
Sedangkan di area lainnya (tetap di lantai 1)
menggunakan material keramik polos bewarna
putih. Keramik yang di dominasi warna putih ini
turut berperan dalam penghematan energi karena
dapat memantulkan cahaya, sehingga tidak
memerlukan banyak lampu. Serta keramik dapat
menciptakan kesan dingin.

Gambar 9. Area tunggu (dokumen pribadi, 2018)

Dibagian plafon, laboratorium ini


menggunakan gypsum board. Material ini dipilih
karena bahan bangunan ini tidak mengandung
zat kimia yang mengganggu kesehatan
mengingat bangunan ini adalah laboratorium.
Perabot yang digunakan di lantai 1 banyak
menggunakan material kayu dan juga multiplex
dengan laminasi HPL.
Gambar 7. Area receptiont (dokumen pribadi, Grha Prodia Surabaya didesain hanya
2018) menempati 50% dari lahan dan sisanya
dipergunakan untuk landscaping dan green proof.
Dinding di lantai 1 juga menggunakan
Grha Prodia Surabaya memiliki ruang terbuka
material yang hemat energi yaitu kaca. Kaca di
hijau sebanyak 22% dari luas tanah yang
beberapa bagian ini memiliki fungsi untuk tersedia. Dapat dilihat dari beberapa tanaman
menghemat penggunaan elektrisiti untuk rindang yang mengelilingi bangunan, membuat
bangunan, terutama dari segi pencahayaan dan iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan
lampu. Sementara dinding di area tempat tunggu sekitar, lingkungan tampak tenang, karena
menggunakan multiplek yang dilaminasi dengan beberapa vegetasi dapat digunakan sebagai
HPL bermotif kayu. HPL memiliki kelebihan penahan kebisingan (prodia.co.id).
berupa pengerjaan yang lebih bersih daripada
menggunakan cat duco, karena material ini di
lem pada multipleks (bildeco.com). Oleh sebab
itu HPL dipilih karena mengingat tempat ini
adalah laboratorium yang dituntut tingkat
kebersihannya yang tinggi.

226
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

menghemat penggunaan energi listrik untuk


lampu. Pada siang hari dapat menghemat hingga
Kelebihan dan kekurangan material 100% pemakaian energi listrik untuk lampu dan
Tabel 1. yang pada malam hari dapat menghemat 40%
digunakan di Laboratorium Prodia pemakaian energi listrik untuk lampu. Jadi,
Nama Kelebihan Kekurangan penggunaan energi listrik untuk lampu menjadi
Material lebih optimal dan efisien.
Keramik • Tahan terhadap • Lapisan atas Selain itu, penggunaan material keramik dan
noda, lebih keramik gipsum keduanya sama-sama dapat menurunkan
mudah mudah suhu di dalam ruangan sehingga di dalam
dibersihkan tergores ruangan terasa sejuk dan dingin. Dengan
apabila terkena • Keramik demikian, suhu AC dapat diatur seoptimal
kotoran tergolong mungkin sesuai dengan kebutuhan sehingga AC
• Tahan terhadap tipis tidak terlalu dingin sehingga penggunaan energi
air listrik untuk AC juga dapat dihemat.
• Mudah Dalam pengaplikasian eko-interior,
didapatkan banyaknya bukaan pada suatu bangunan akan
• Harga murah membantu bangunan dalam memanfaatkan
pencahayaan alami. Namun perlu beberapa
Kayu • Material alam • Mahal
pertimbangan untuk menentukan bukaan pada
• Tidak
suatu bangunan, karena faktor cuaca dan arah
mengeluarkan
hadap akan menentukan pencahayaan dalam
racun
ruang. Tentunya pada bangunan tidak bisa
• Dapat didaur
mengandalkan pencahayaan alami sepenuhnya,
ulang dan
karena pada malam hari tidak terdapat matahari,
dipakai kembali sehingga memanfaatkan pencahayaan buatan.
Gypsum • Tidak • Tidak tahan Sistem pencahayaan dalam interior
Board mengandung terhadap air memegang peranan penting, karena dengan
asbestos yang sistem pencahayaan yang bisa mengakomodasi
dapat kebutuhan untuk mendukung aktivitas yang di
menyebabkan lakukan di dalam ruang akan memaksimalkan
kanker produktivitas. Sistem pencahayaan yang
• Tidak mudah diinginkan melalui perancangan dengan
terbakar pencahayaan melalui perancangan dengan
• Pada ruangan pencahayaan natural maupun artifisial. Untuk
ber-AC, gypsum mengakomodasi masing-masing kebutuhan
lebih cepat cahaya yang diperlukan pada tiap aktivitas
beraklimatisasi diperlukan perhatian yang cermat dalam
untuk membuat menentukan jenis dan tingkat pencahayaan.
ruangan lebih Sistem pencahayaan yang terlalu banyak dan
cepat dingin terlalu kurang juga akan berdampak pada
Kaca • Tahan terhadap • Perawatan berkurangnya produktivitas dan kenyamanan
tempered perubahan suhu kaca harus pengguna ruang.
• Aman lebih rutin Hal pertama yang harus dipelajari oleh
digunakan karena kaca desainer interior adalah penggunaan cahaya
karena jika lebih cepat natural termasuk di dalamnya analisis tentang
iklim, site, refleksi luar cahaya dan refleksi dalam
cahaya serta kebutuhan pengguna ruang.
sampai pecah, kotor jika
pecahan kaca terkena debu Semakin banyak cahaya natural masuk ke dalam
tempered akan ruang, semakin sedikit pencahayaan listrik
diperlukan dan semakin sedikit energi dikonsumsi.
berbentuk
serbuk kecil dan Cara termudah adalah dengan bukaan besar,
kaca bening, dan skylight.
tidak tajam
Matahari terik akan terjadi di jam 10.00
• Dapat
am-14.00 pm, terutama dari arah timur.
menghemat
Sedangkan pada bangunan Lab Prodia,
energi listrik
menghadap ke arah timur laut, sehingga
menyebabkan sisi bangunan sebelah kanan akan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat terasa panas di pagi hingga siang hari.
disimpulkan bahwa penggunaan material kaca
memberikan dampak positif untuk Laboratorium
Prodia yaitu penggunaan material kaca dapat
227
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

memperlihatkan efek cahaya yang masuk dengan


pertimbangan arah cahaya datang sehingga
cahaya masuk dapat dimaksimalkan.

Gambar 10. Arah mata angin dan arah hadap


matahari (google.co.id, 2018)

Pada bagian main entrance pencahayaan Gambar 13. Alur vertical pada jendela (Pilatowicz,
yang masuk cukup terang di pagi dan siang hari.
1995)
Material kaca menggunakan kaca bening.
Selain itu ventilasi ini menggunakan material
tinted glass atau kaca warna, sehingga meredam
panas saat cahaya matahari masuk ke dalam
ruang.

Bukaan terletak di sebelah kanan yang


menghadap ke arah timur bangunan. Pada area
ini akan terasa sangat panas di siang hari (9.00-
13.00) . Bukaan jendela yang besar pada
bangunan membuat cahaya matahari masuk
sangat intens. Namun pada saat hari menjelang
Gambar 11. Main Entrance (dokumen pribadi, sore (14.30-17.00) intensitas cahaya akan mulai
2018) berkurang.
Bukaan besar dibagian main entrance ini Pada jendela ini menggunakan float glass atau
membuat banyaknya cahaya natural yang masuk
kaca bening. Kaca ini tidak berwarna dan memiliki
ke dalam ruang, ini merupakan prinsip dari
bangunan eko-interior. Tetapi cahaya matahari permukaan sangat bersih. Kaca ini tidak terlalu
langsung (direct sunshine) menyilaukan dan dapat merdam panas, oleh karena itu area ini
berdampak pada ketidaknyamanan dan cukup panas di siang hari. Bukaan lebar membuat
berkurangnya visibilitas. Untuk mengatasi hal cahaya natural masuk dalam bangunan, dimana
tersebut digunakan teknik refleksi cahaya akan menghemat energi listrik disiang hari.
matahari sehingga cahaya yang masuk ke dalam
ruang dapat menyebar dan soft.

Gambar 12. Ventilasi (dokumen pribadi, 2018)


Gambar 14. Jendela kanan (dokumen pribadi,
Bangunan ini menggunakan teknik
2018)
refrelksi cahaya pada ventilasi di bagian
mainentrace. Ventilasi ini merupakan ventilasi Terdapat tempat duduk untuk tamu di area ini,
horisontal, dimana alur horisontal pada jendela sehingga pada saat siang hari pengunjung lab
efektif saat matahari tinggi di langit (Pilatowicz, akan merasa kepanasan, dikarenakan letak
1995:55). Teknik refleksi cahaya pada Gambar 13
228
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tempat duduk tepat membelakangi jendela. Akan Gambar 16. Jendela bagian kiri (dokumen
menyebabkan kesilauan pada tamu yang sedang pribadi, 2018)
membaca atau menulis pada saat duduk di
tempat tersebut di siang hari. (Pilatowicz, Saat staf lab duduk di tempat ini tidak akan
terlalu merasa panas, karena pelayanan ini
1995:55)
dilakukan pagi hingga siang hari saja (7.00–
12.00), dimana intensitas cahaya yang kuat
adalah di sore hari pada area ini. Pengunjung
yang duduk pada saat mendaftar juga tidak
merasa panas karena aktivitas yang dilakukan
cepat. Disisi bangunan sebelah kiri ini juga
menggunakan bukaan lebar yang sesuai
dengan prinsip eko-interior.
Penentuan sistem pencahayaan
artifisial juga membutuhkan pertimbangan
yang baik dalam menganalisis kegiatan
terhadap kebutuhan cahaya. Pencahayaan
artifisial yang nyaman dapat dicapai dengan
mempertimbangkan zona pencahayaan (
dalam kebutuhan aktivitas spesifik ) dan
Gambar 15. Tempat duduk tamu (dokumen membuat variasi yang sesuai dengan
pencahayaan yang bersifat ambient. accent,
pribadi, 2018)
dan task. Pertimbangan instalasi, jenis, dan
intensitas pencahayaan juga menjadi hal
Bukaan yang terletak di sebelah kiri yang
penting dalam usaha efisiensi dan konservasi
menghadap ke arah barat laut bangunan. Pada
energi.
sisi ini akan terasa panas di sore hari, karena
Penggunaan pencahayaan buatan
matahari akan mulai bergerak ke arah barat pada
tentunya sangat intens penggunaannya di
saat sore menjelang malam. Namun pada saat
malam hari. Namun di pagi hingga sore hari
siang hari paparan cahaya matahari tidak
pun lampu tetap dinyalakan di bagian dalam
sepansas bukaan di sebelah kiri. Pada jendela ini
bangunan, dimana tidak terdapat bukaan yang
sama dengan jendela sebelah kiri menggunakan
memungkinkan pencahayaan alami dapat
float glass atau kaca bening.
masuk ke dalam ruang.
Cahaya natural yang masuk ke dalam ruang
juga dapat dikontrol melalui seleksi bahan.
Pemilihan bahan yang selektif juga
mempengaruhi dalam mengantisipasi dampak
transmisi radiasi dari cahaya matahari yang
terefleksi melalui suatu permukaan. Sehingga Accent
Lighting
karakteristik cahaya dan bahan serta reaksi
keduanya perlu diperhatikan untuk mendapatkan
cahaya natural yang cukup aman untuk
kesehatan. Penggunaan material kaca pada Gambar 17. Area layanan pelanggan
bangunan merupakan pemilihan bahan yang tepat (dokumen pribadi, 2018)
dalam meredam panas cahaya yang masuk
dalam bangunan, serta aman bagi kesehatan Penggunaan lampu pada area lobby ini
penghuni. (Frick, 1998:50) menggunakan pencahayaan accent lighting,
dimana cahay ini berfungsi untuk
mempertegas tekstur kayu pada lobby .
Pencahayaan ini tepat digunakan pada area
ini, karena pencahayaan ini berfungsi sebagai
aksen untuk menonjolkan material tersebut.
Berkaitan dengan eko-interior, lampu ini tidak
terlalu menguras energi listrik.

229
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Cahaya Alami cahaya alami n cahaya


seluruh ruang alami
(sebagian)
Terapan Memaksimalka Memaksimalk
Cahaya Alami n penggunaan an
dan Sumber cahaya alami penggunaan
Daya cahaya alami
Terbarukan
Secara garis besar bukaan lebar pada
lobby Laboratorium Prodia memberikan
dampak positif dengan memperbanyak cahaya
Gambar 18. Selasar lantai 1 (dokumen alami yang masuk dalam bangunan, karena
pribadi, 2018) semakin banyak cahaya alami yang masuk,
maka semakin sedikit pemakaian energi listrik.
Penggunaan pencahayaan buatan pada
Laboratorium Prodia juga digunakan dalam
ruang dan kebutuhan aktivitas yang tepat.
Selain itu intensitas cahaya pada lampu tidak
terlalu kuat, dimana energi yang dikeluarkan
tidak banyak.

Gambar 19. Downlight (listrikdirumah.com, KESIMPULAN


2018)
Lampu downlight adalah sebuah Pada Laboratorium Prodia di Jalan
Diponegoro Surabaya, dapat dikatakan
perangkat yang dibuat menggunakan konsep
menggunakan material: kaca dan kayu untuk
memanfaatkan karakteristik dari cermin. Teknik
dinding, gypsum board untuk plafon, serta
pencahayaan yang dimiliki oleh downlight
keramik untuk lantai. Penggunaan material di
dapat dikatakan sangat sederhana, yaitu hanya
bangunan ini memberikan dampak positif terkait
membelokkan sebaran cahaya disekeliling
dengan penghematan energi dan kesehatan
lampu yang sebelumnya mengarah ke samping
lingkungan mengingat tempat ini adalah
menjadi ke bagian bawah ruangan. Dalam hal
laboratorium. Serta memenuhi standar material
ini, downlight bisa dikatakan sebagai perangkat
ramah lingkungan.
yang memodifikasi output cahaya lampu. Jadi,
Penghematan energi listrik juga terlihat
output cahaya lampu dijadikan sebagai input,
dimodifikasi perilaku sebaran cahayanya, maka pada banyaknya bukaan lebar di area lobby,
terbentuklah output cahaya baru dengan sehingga memungkinkan banyaknya
intensitas lebih tinggi. Sebuah konsep pencahayaan alami yang masuk dalam ruang.
memaksimalkan cahaya lampu yang Ventilasi vertikal pada setiap bukaan lebar akan
sederhana dan murah, dan sangat efektif merefleksikan cahaya yang masuk dalam
dalam mengefisiensikan pemakaian daya. bangunan, sehingga ruang tidak terasa panas.
(Badan Standarisasi Nasional, 2001) Penggunaan lampu downlight dalam bangunan
Lampu pada lab. ini menggunakan juga memberi dampak positif dikarenakan lampu
lampu downlight dengan intensitas cahaya downlight sangat efektif dalam meminimalkan
minim, sehingga tidak menimbulkan pengeluaran daya listrik.
pengeluaran energi listrik yang berlebihan.
Tabel 2. Terapan pencahayaan pada UCAPAN TERIMA KASIH
Laboratorium Prodia Surabaya
Sistem Siang Sore Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Pencahayaan pihak Universitas Kristen Petra Surabaya yang
Terapan Bola Menggunakan Menggunaka telah memberikan kesempatan bagi penulis
Lampu lampu n lampu untuk membuat jurnal ini. Selain itu penulis juga
Konvensional fluorescent fluorescent mengucapkan terima kasih kepada dosen
sepanjang hari sepanjang pembimbing yaitu Dra. Sriti Mayang Sari, M.Sn
yang telah memberikan pengarahan dan saran
hari
yang berarti sehingga penulis dapat
Terapan Menggunakan Menggunaka menyelesaikan jurnal ini dengan baik dan tepat
Lampu Hemat lampu hemat n lampu waktu.
Energi energi hemat energi
sepanjang hari sepanjang
hari
Terapan Menggunakan Menggunaka
230
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

DAFTAR PUSTAKA Sudarwani, M. Maria. Penerapan Green


Architecture dan Green Building sebagai
Badan Standarisasi Nasional, 2001, SNI 6575. Upaya Pencapaian Sustainable Architecture.
Tata Cara Perancangan Sistem Retrieved from
Pencahayaan Buatan Pada Bangunan https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/
Gedung, Jakarta : BSN articl e/viewFile/90/87.

Ervianto, W.I. (2010). Selamatkan Bumi Melalui SNI 03-2396-2001. 2001. Tata Cara
Konstruksi Hijau. Yogyakarta: ANDI. Perancangan Sistem PencahayaaN
Alami pada Bangunan Gedung.
Frick, H. & Suskiyatno, FX. B. (2007). Dasar-
dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Tregenza, Peter & Michael Wilson. (2011).
Kanisius & Bandung: ITB. Daylighting, Architecture and Lighting
Design. London: Routledge Taylor & Francis
Krishan, Arvind, et al. (2001). Climate
Group.
Responsive Architecture; A Design
Handbook for Energy Efficient Building. Tata
McGraw-Hill. New Delhi.

Kusumarini, Yusita. (2003). Eko-Interior dalam


Pendekatan Perancangan Interior.
Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/2
17809 -none.pdf

Larasati, Dwinita. (2007). Sustainable Housing in


Indonesia. Netherlands: Delft University of
Technology.

Latifah, Nur Laela (2015). Fisika Bangunan 1.


Griya Kreasi. Bandung.

Lechner.N. (2007). Heatting, Cooling, Lighting,


Edisi ke 1 Jakarta: Rajawali Press.

Manurung, Parmonangan. (2012). Pencahayaan


Alami dalam Arsitektur. Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Pilatowicz, Grazyna. 1995. E-co Interiors. United


States of America: by John Wiley & Sons,
Inc.

231
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

232
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

ANALISIS PERKEMBANGAN TAMAN KOTA DENGAN PENDEKATAN


EKOLOGI DESAIN
Studi Kasus 6 Taman Kota Paling Diminati di Surabaya
Gabriella F. Widjaja1, Karunika M. D. Prabhaswari2, Stefanie Magdalena3, Crecia Mirella4
Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra 1,2,3,4
Jalan Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: gabriellafebe@yahoo.co.id

ABSTRAK

Surabaya sekarang ini sedang digencarkan dengan banyaknya pembangunan dan pengembangan
taman kota sebagai salah satu upaya pelayanan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan kota Surabaya. Taman kota merupakan suatu wujud ruang publik yang
nyaman bagi masyarakat serta memberikan banyak manfaat bagi kota Surabaya. Hadirnya taman-taman
yang hijau dan rindang hampir di setiap sudut kota membuat Surabaya menjadi salah satu kota paling bersih
di Indonesia. Selain itu, kualitas udara yang baik menyebabkan penurunan angka penyakit serta suhu udara
juga menurun. Namun dari berbagai manfaat yang didapat, diperlukan juga pembangunan taman kota
dengan pendekatan ekologi desain yang berkelanjutan. Oleh karena itu dilakukan analisa apakah taman-
taman kota di Surabaya ini sudah menerapkan aspek ekologi yang berkelanjutan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi lapangan terhadap 6 taman yang paling diminati di Kota
Surabaya yaitu Taman Bungkul, Taman Flora, Taman Prestasi, Taman Apsari, Taman Pelangi, dan Taman
Lansia, metode komparatif, dan juga dokumentatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa taman kota di
Surabaya masih kurang dalam pengembangan ekologi yang berkelanjutan.

Kata kunci: RTH, taman kota, ekologi desain berkelanjutan, Surabaya

ABSTRACT

Surabaya is currently being intensified with the many development and development of city parks as
one of the efforts to service Green Open Space (RTH) conducted by the Sanitation and Landscaping
Department of Surabaya City. City Park is a form of public space that is comfortable for the community and
provides many benefits for the city of Surabaya. The presence of green and shady gardens in almost every
corner of the city makes Surabaya one of the cleanest cities in Indonesia. In addition, good air quality causes
a decrease in the number of illnesses and also decreases in air temperature. But from the various benefits
obtained, it is also necessary to develop city parks with a sustainable ecological design approach. Therefore,
it is analyzed whether the city parks in Surabaya have applied sustainable ecological aspects. The parks that
will be studied are the 6 most popular parks in Surabaya, namely Bungkul Park, Flora Park, Prestasi Park,
Apsari Park, Pelangi Park, and Lansia Park. The method used in this research is field observation,
comparative, and documentative methods. This study explains that city parks in Surabaya are still lacking in
sustainable ecological development.

Keywords: green open space, city park, sustainable ecology design, Surabaya

PENDAHULUAN kota di Surabaya sudah banyak diperbaiki dan


dikembangkan menjadi taman yang lebih baik
Jaman sekarang banyak perkotaan besar yang sehingga masyarakat dapat menggunakan
sudah mengembangkan dan membuat fasilitas fasilitas taman kota tersebut. Dilansir dari
taman kota. Fasilitas taman kota ini merupakan liputan6.com bahwa taman kota Surabaya
taman yang dibangun oleh pemerintah untuk memiliki keunggulan pada penataan lingkungan
sarana rekreasi keluarga, olahraga dan juga yang lebih hijau dan asri serta partisipasi
sebagai fasilitas yang dapat membantu masyarakat yang tinggi dalam menjaga
penghijauan kota dimana hal tersebut dibutuhkan lingkungannya dibandingkan dengan negara
oleh kota-kota besar. Saat ini taman kota mulai Singapura bahkan pemerintah Singapura tertarik
banyak dikunjungi oleh masyarakat seperti anak untuk belajar mengenai penataan lingkungan
sekolah, orang dewasa dan keluarga. Terdapat khususnya pertamanan di Surabaya. Dalam
banyak fasilitas yang disediakan seperti taman berita tersebut disebutkan juga bahwa Surabaya
bermain dan fasilitas duduk untuk menunggu dan memenangkan penghargaan Special Mention Lee
melihat anaknya bermain. Kuan Yew World City Prize 2018.

Di Surabaya, terdapat beberapa taman yang Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) dalam
paling diminati seperti Taman Bungkul. Taman skripsi milik Mahardi (2013) secara ekologis RTH
233
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

berfungsi dalam menciptakan iklim mikro (suplai Ketersediaan fasilitas di taman kota
oksigen, memperbaiki kualitas udara dan suplai digunakan untuk memenuhi fungsi sosial,
air bersih), konservasi tanah dan air serta budaya, dan ekonomi dengan tujuan
pelestarian habitat satwa. Selain itu perencanaan dapat mewadahi kegiatan sosial, budaya,
sarana kota seperti RTH, pedestrian atau trotoar dan ekonomi pengguna taman tersebut.
seharusnya mempertimbangkan iklim kota Fasilitas yang dimaksud adalah tempat
tersebut di mana semua orang menginginkan duduk, fasilitas bermain untuk anak,
iklim mikro yang lebih teduh, segar dan nyaman tempat makan atau kios, panggung
dari sengatan matahari. Hal tersebut dapat terbuka dan gazebo.
diperoleh dengan penanaman vegetasi yang 2. Kondisi Fasilitas
cukup luas pada ruang terbuka karena mahkota Kondisi fasilitas menekankan pada
pohon dapat mereduksi radiasi matahari. kondisi nyata fasilitas yang tersedia,
Penanaman vegetasi dengan kerapatan yang tingkat keterawatan dan umur dari
sesuai mampu memperbaiki kualitas udara fasilitas tersebut. Kondisi dari fasilitas ini
dengan menyerap polutan dari kendaraan dan berpengaruh pada nilai estetika atau
mengeluarkan O2. Penutupan vegetasi pada keindahan taman kota.
permukaan tanah dapat memperbaiki 3. Ketersediaan Vegetasi
kemampuan resapan air ke tanah. Keberadaan Ketersediaan vegetasi menekankan
vegetasi yang sudah asri perlu dirawat dan pada jenis vegetasi, jumlah pohon dan
dilestarikan tanpa harus ditebang tetapi tingkat keterawatan vegetasi yang ada di
ditingkatkan perannya menjadi RTH yang lebih taman tersebut, dimana fungsi ekologi
baik sesuai kondisi, fungsi, persyaratan dan dan estetika sangat berkaitan dengan
peraturan yang ada. Sehingga memungkinkan elemen ini. Menurut Dahlan (1992) fungsi
terjadi siklus ekosistem pada area yang dari ekologi taman kota berupa peredam
dihijaukan untuk mencapai tujuan pembangunan kebisingan, paru-paru kota, penahan
yang berkelanjutan secara utuh. Oleh karena itu, angin, pelestarian air tanah, penyerap
pada RTH dan trotoar perlu adanya penanaman CO2 dan penghasil O2 berkaitan dengan
vegetasi agar dapat meningkatkan peran RTH keberadaan vegetasi di taman.
dan trotoar tidak hanya sebagai ruang terbuka Sedangkan fungsi estetika membuat
dan sarana pejalan kaki tetapi juga sebagai RTH tumbuhan sebagai elemen untuk
yang punya nilai ekonomi, ekologi, estetis dan memberikan estetika atau keindahan
edukasi. (Widigdo dan Canadarma, 2010) sebuah taman melalui bentuk, jenis, dan
peletakan tanaman.
Memang banyak taman kota telah dikembangkan, 4. Aksesibilitas
tetapi perlu adanya pemikiran terhadap Terdapat dua aspek aksesibilitas, yaitu
pengembangan taman kota dengan pendekatan aksesibilitas internal (di dalam kawasan
ekologi yang berkelanjutan. Maka dari itu, dalam taman) dan aksesibilitas eksternal (di
penelitian ini dilakukan analisis terhadap luar kawasan taman). Aksesibilitas
beberapa taman kota di Surabaya, untuk internal memfokuskan pada sarana
mengetahui apakah taman kota sudah memenuhi prasarana yang ada di dalam taman
standar ekologi yang berkelanjutan. Selain itu, seperti jalan setapak, pedestrian dan trek
penulis juga memberikan beberapa literatur terkait lari. Sedangkan aksesibilitas eksternal
standar pendekatan ekologis yang seharusnya. memfokuskan pada transportasi seperti
jalan dan waktu tempuh menuju taman
TINJAUAN PUSTAKA juga transportasi yang mendukung.
Menurut Budihardjo (1997) dalam
Menurut Frick (2006) menyatakan bahwa bukunya, aspek aksesibilitas berkaitan
taman kota merupakan tempat di daerah dengan fungsi sosial taman kota agar
perkotaan yang difungsikan sebagai tempat dapat digunakan oleh semua pengguna
manusia beristirahat dan juga sebagai paru-paru dengan baik (Hariadi, 2015).
kota. Agar taman kota dapat menjadi tempat yang
nyaman maka dibutuhkan ketersediaan dan Menurut Dirjentaru (2008) berdasarkan
perawatan vegetasi dan fasilitas. Menurut fungsinya Ruang Terbuka Hijau memiliki 2
Budihardjo (1997), taman kota memiliki fungsi fungsi utama yaitu fungsi secara intrinsik dan
estetika, ekologi, ekonomi, dan sosial budaya ekstrinsik. Fungsi intrinsik menyangkut fungsi
(Hariadi, 2015). Berdasarkan empat fungsi ekologis sedangkan fungsi ekstrinsik
tersebut Frick (2006) dalam bukunya menyatakan menyangkut fungsi sosial, ekonomi, budaya
elemen fisik yang dibutuhkan taman kota untuk dan estetika. Secara sosial fungsi RTH
memenuhi fungsinya yaitu : adalah sebagai fasilitas untuk umum dengan
fungsi rekreasi, pendidikan dan olahraga
1. Ketersediaan Fasilitas sebagai wadah untuk menjalin komunikasi
antar warga di kota tersebut. Secara fisik,
234
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

RTH berfungsi sebagai paru-paru kota, udara adalah tanaman berdaun jarum, pola
pelindung sistem air, peredam bunyi, percabangan horizontal, dan tekstur batang
membatasi jumlah pembangunan bangunan, yang kasar. Tanaman jenis ini akan
dan melindungi kota dari polusi udara. melakukan transpirasi atau pelepasan uap
Sedangkan secara estetika RTH berfungsi air ke udara.
untuk mengikat elemen antar gedung di d. Penahan Angin
dalam kota, memberikan ciri-ciri dalam Keberadaan tanaman diperlukan dalam
bentuk kota, dan unsur penting dalam memanipulasi kecepatan angin. Tanaman
penataan arsitektur kota (Imansari dan akan membelokkan arah angin atau
Khadiyanta, 2015). menghalangi angin. Adanya tanaman
Menurut Utomo (2013) dalam jurnal yang dengan komposisi tinggi yang berbeda-
berjudul Surabaya Sebagai Kota Taman atau beda dapat mengurangi kecepatan angin
“Green City” milik Widigdo dan Canadarma sebesar 40–50%. Selain itu dahan yang
(2010) Ruang Terbuka Hijau harus lentur, tidak mudah gugur, dan tajuk yang
merupakan: tidak terlalu rapat dapat mengurangi 10%
1. Area perlindungan berlangsungnya fungsi kecepatan angin.
ekosistem dan penyangga kehidupan Berikut adalah tabel kriteria penilaian
2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, fungsi ekologis dan kriteria karakter fisik dan
kesehatan, keserasian dan kehidupan komposisi tanaman untuk fungsi ekologis.
lingkungan tanaman untuk fungsi ekologis.
3. Sarana rekreasi Tabel Kriteria penilaian fungsi ekologis
4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan
terhadap berbagai macam pencemaran Variabel Kriteria Penilaian
baik di darat, perairan maupun udara
1. Tajuk rapat dan massa daun
5. Sarana penelitian dan pendidikan serta
rapat (DPU Dirjen Bina
penyuluhan bagi masyarakat untuk Marga 1996)
membentuk kesadaran lingkungan
6. Tempat berlindung plasma nuftah 2. Berdaun tebal (Grey dan
7. Sarana untuk mempengaruhi dan Deneke 1978)
memperbaiki iklim mikro Peredam Bising
3. Struktur cabang dan batang
8. Pengaturan tata air besar (Grey dan Deneke
1978)
Tidak hanya peran secara fisik, RTH sebagai 4. Berdaun jarum (Grey dan
bentuk dari pembangunan infrastruktur juga harus Deneke 1978)
memperhatikan fungsi ekologis. Menurut Mahardi Modifikasi Suhu 1. Ketinggian kanopi lebih dari
(2013) ada beberapa kriteria yang harus (Peneduh) 2 meter (Simonds 1983)
diperhatikan dari segi ekologis yaitu: 2. Bentuk tajuk lebar, bulat,
a. Peredam Bising dome, irregular (DPU Dirjen
Tanaman yang dapat mengontrol Bina Marga 1996)
3. Massa daun padat (DPU
kebisingan memiliki peran penting.
Dirjen Bina Marga 1996)
Tanaman yang efektif untuk meredam 4. Daun tebal (Carpenter et al.
kebisingan adalah tanaman yang tinggi 1975)
dengan daun yang padat dan jarak Kontrol 1. Kerapatan daun rendah
penanaman tiap tanaman juga Kelembaban Udara (Bianpoen et al. 1989)
berpengaruh. Kebisingan dapat direduksi 2. Berdaun jarum atau kasar
sebesar 10 dB. (Grey dan Deneke 1978)
b. Modifikasi Suhu (Peneduh) 3. Tekstur batang kasar (Grey
Suhu lingkungan dipengaruhi oleh radiasi dan Deneke 1978)
matahari sehingga adanya tanaman 4. Jumlah daun banyak
(Carpenter et al. 1975)
sebagai media penangkap radiasi dapat
Penahan Angin 1. Tanaman tinggi (Carpenter
menurunkan suhu lingkungan. Keefektifan et al. 1975)
tanaman dalam menangkap radiasi 2. Daunnya tidak mudah
bergantung pada kepadatan daun, bentuk gugur (Dahlan 1992)
daun, dan pola cabang. Sedangkan 3. Massa daun rapat (DPU
tanaman yang dapat menghalangi sinar Dirjen Bina Marga 1996)
matahari dan menurunkan suhu yaitu 4. Berdaun tebal (DPU Dirjen
tanaman yang bertajuk lebar, berdaun lebat Bina Marga 1996)
dan memiliki tinggi lebih dari 2 meter. Sumber: Firdha Mahardi, 2013
c. Pengontrol Kelembaban Udara
Kelembaban udara dapat dipengaruhi oleh
intensitas jatuhnya air hujan. Tanaman
yang efektif untuk mengontrol kelembaban
235
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Tabel 2. Kriteria karakter fisik dan 1. Desain dengan material yang ramah
komposisi tanaman untuk fungsi lingkungan, ciri-cirinya adalah tidak
ekologis merusak lingkungan, material terbuat
dari alam, dapat diurai oleh asam
Variabel Kriteria
2. Manajemen limbah taman serta
Peredam Bising 1. Tajuk rapat dan massa pengelolaan taman
daun rapat 3. Tata ruang dengan fungsi yang baik
2. Berdaun tebal 4. Sesuai tidaknya dengan kondisi
3. Struktur cabang dan batang setempat
besar 5. Area yang dapat dipakai untuk
4. Daun rindang dan ringan pengembangan selanjutnya
5. Ditanam dengan kombinasi 6. Dapat menampung beberapa aktivitas
pohon dan semak 7. Jenis pohon dilihat dari kerapatan
6. Terdapat variasi tajuk daun dimana dapat mengisolasi/
secara vertical
menghadang sinar matahari dan bising
7. Terdapat kombinasi
dengan dinding peredam dari luar
8. Ditanam ke dekat tepi jalan 8. Fasilitas yang ada serta kondisinya
Modifikasi Suhu 1. Ketinggian kanopi lebih dari
(Peneduh) 2 meter Pemilihan objek penelitian berdasarkan
2. Bentuk tajuk spreading, pada taman-taman yang paling diminati oleh
bulat, dome, irregular masyarakat Surabaya. Objek penelitian
tersebut antara lain:
3. Massa daun padat 1. Taman Bungkul
4. Daun tebal Taman Bungkul terdapat di Jalan
5. Kelompok tanaman dengan Taman Bungkul, Darmo, Wonokromo
tajuk saling bersinggungan Surabaya. Taman dengan luas ±900 m²
6. Ditanam secara memiliki konsep Sport and Entertaiment.
berkesinambungan/ teratur Taman Bungkul memberikan fasilitas
Kontrol 1. Kerapatan daun rendah berolahraga seperti skateboard, jogging
Kelembaban Udara 2. Berdaun jarum atau kasar
track, bicycle track dan terdapat open stage
3. Tekstur batang kasar
4. Jumlah daun banyak di tengah taman.
5. Jarak antar tanaman tidak Fasilitas yang terdapat di Taman
terlalu rapat / renggang Bungkul meliputi area bermain anak, air
Penahan Angin 1. Dahan kuat tapi cukup mancur, area/ track olahraga. Pada taman ini
lentur dapat ditemukan fasilitas penyediaan kran air
2. Tanaman tinggi siap minum dan juga toilet umum dan toilet
3. Daunnya tidak mudah bagi orang difabel.
gugur Penerapan pendekatan ekologi desain
4. Massa daun rapat / tebal yang digunakan pada taman ini yaitu:
5. Ditanam berbaris dan
1) Terdapat tempat duduk di sekeliling
membentuk massa dengan
jarak <3 meter
open stage dengan material
6. Terdiri dari beberapa lapis bebatuan sehingga ramah
tanaman lingkungan.
7. Barisan tanaman 2) Termasuk salah satu taman yang
membentuk garis diagonal bersih di mana tidak terlihat sampah-
dari arah datang angin sampah yang berserakan.
8. Komposisi tanaman 3) Terdapat pembagian jenis sampah
dengan ketinggian berbeda (organik, plastik, kertas).
Sumber: Firdha Mahardi, 2013
4) Pepohonan yang terdapat di area
HASIL DAN PEMBAHASAN taman bermain cukup rimbun
sehingga dapat menahan panas
Peneliti melakukan observasi terhadap sinar matahari yang masuk.
6 objek taman kota yang dijadikan sebagai 5) Pada area open stage dan sport
sample dari keseluruhan taman di Surabaya. area, sinar matahari dapat masuk
Sample tersebut berdasarkan taman kota secara maksimal karena memang
yang paling banyak diminati dan fungsi dari area tersebut yang
menghijaukan Kota Surabaya yang dilansir membutuhkan cahaya maksimal.
dari liputan6.com. Berdasarkan dengan 6) Tidak terdapat lahan untuk
standar yang ada sehingga didapatkan pengembangan taman karena letak
acuan yang digunakan untuk melakukan dari taman yang berada di jalan
komparasi yaitu : besar dan sudah dikelilingi dengan
banyak gedung.
236
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Konsep dari Taman Bungkul dibuat d. Penggunaan material semen, batu bata dan
sehingga pepohonan melindungi alur jalan pipa besi untuk fasilitas duduk sehingga
dan area taman tersebut. Posisi dari taman memudahkan perawatan.
yang berada di jalan raya menyebabkan e. Adanya pembagian jenis sampah organik,
faktor kebisingan tidak dapat dihindari saat plastik, dan kertas.
berkunjung ke taman ini.
Tidak tersedia lahan untuk memperluas luasan
taman karena lokasi yang memanjang dan
terletak bersebelahan dengan jalan dan sungai.

Gambar 1. Area Taman Bungkul (Dokumentasi


pribadi, 2018)

2. Taman Prestasi Gambar 3. Sistem ekologis pada Taman Prestasi


(Dokumentasi pribadi, 2018)

3. Taman Flora

Gambar 2. Area Taman Prestasi (Dokumentasi pribadi,


2018)
Lokasi taman berada di Jalan Ketabang Kali,
Genteng, Surabaya yang memiliki luasan ±6000 Gambar 4. Area Taman Flora (Dokumentasi pribadi,
m2. Mayoritas pengunjung taman ini meliputi anak 2018)
sekolahan dan juga keluarga. Fasilitas yang
tersedia yaitu mushola, toilet umum dan toilet Taman Flora merupakan salah satu
difabel, taman bermain, fasilitas duduk, wisata taman kota di Surabaya yang berada di Jalan
perahu Kalimas, Boardband Learning Center Raya Manyar, Baratajaya, Gubeng, Surabaya.
(BLC), gazebo, open stage serta jalur difabel. Dari Taman Flora ini memiliki luasan yang cukup
segi keamanan, terdapat pagar dengan tinggi besar yaitu 2,4 Hektar. Pada Taman Flora
±130cm di sepanjang taman serta railing terdapat berbagai jenis pohon dan beberapa
pembatas taman dan sungai sehingga dapat jenis fauna. Taman ini banyak dikunjungi
dikategorikan aman bagi pengunjung dari segi terutama oleh keluarga yang ingin bersantai
aktivitas . Namun dengan bentuk taman yang dan menghabiskan waktu bersama dan juga
memanjang yang tidak disertai dengan adanya anak-anak sekolahan baik untuk kunjungan
CCTV, menyebabkan keamanan taman kurang studi ataupun untuk mengisi waktu luangya.
terjamin sepenuhnya. Taman Flora dibedakan menjadi tiga
Penerapan pendekatan ekologi desain yang bagian (dibagi secara vertikal). Bagian paling
digunakan pada taman ini yaitu: kiri terdiri dari area kandang fauna, area
a. Pemanfaatan ulang air sungai untuk bermain anak, dan air mancur. Penataan
penyiraman tanaman dengan cara seperti ini menyebabkan banyak orang
menyedot air sungai menggunakan pompa menghabiskan waktu lama pada area ini. Di
yang kemudian disalurkan melalui selang bagian tengah, banyak terdapat fasilitas yang
(cara manual) dan sprinkler tanaman (cara ditujukan untuk para keluarga yang
otomatis). berkunjung. Maka pada bagian ini tidak
b. Komposter sampah organik yang dibuat banyak didapati area bermain karena ditujukan
dari pipa peralon dan tong sampah plastik. untuk menjalin hubungan dengan keluarga.
c. Adanya pohon-pohon tinggi dan lebat Sedangkan bagian paling kanan dari taman ini
sehingga mengurangi sinar matahari dan tidak banyak dikunjungi padahal terdapat area
volume angin yang masuk.
bermain pasir, perpustakaan, dan area
olahraga yang merupakan area yang cukup
penting dari Taman Flora ini di mana
237
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

merupakan taman yang memiliki tujuan 4. Taman Apsari


edukatif. Maka dari itu, perlu adanya pemikiran
terhadap penataan area-area tersebut
sehingga dapat dimanfaatkan dengan
maksimal oleh orang yang berkunjung ke
taman tersebut.
Penerapan pendekatan ekologi desain
yang digunakan pada taman ini yaitu :
a. Penggunaan material batu bata, semen
dan besi untuk fasilitas duduk
memudahkan perawatannya.
b. Terdapat pembagian tempat sampah
organik, plastik dan kertas.
c. Alur jalan yang mengelilingi pepohonan
memudahkan masyarakat menikmati
pepohonan.
d. Taman ini memiliki lingkungan yang Gambar 7. Area Taman Apsari (Dokumentasi
pribadi, 2018)
terlihat cukup bersih secara keseluruhan,
tetapi di bagian sudut taman terdapat Lokasi taman ini berada di Jalan Apsari,
tempat pembuangan sampah akhir Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Taman
sehingga menimbulkan bau tidak sedap dengan luasan ±5000m 2 memiliki ikon
dan juga merusak pemandangan. tersendiri yaitu dengan adanya monumen
patung Suryo dan Joko Dolog. Pengunjung
e. Terdapat area untuk penanaman bibit baru didominasi oleh remaja, orang dewasa dan
yang dapat digunakan untuk keluarga. Fasilitas yang tersedia yaitu bilik
pengembangan taman. toilet umum, area bermain, fasilitas duduk,
f. Kebisingan tidak dapat dihindari. dan lapangan futsal.
Penerapan pendekatan ekologi desain
yang digunakan pada taman ini yaitu:
Komposter sampah organik berupa daun
kering yang dibuat dari pipa paralon dan tong
sampah plastik.
a. Kurangnya pepohonan tinggi dan lebat
sehingga media yang dapat mengurangi
sinar matahari dan volume angin yang
masuk sedikit.
b. Penggunaan material semen dan besi
untuk fasilitas duduk sehingga
memudahkan perawatan.
c. Adanya pembagian jenis sampah
Gambar 5. Kandang rusa di Taman Flora
organik, plastik, dan kertas.
(Dokumentasi pribadi, 2018)
d. Tersedia lahan untuk dikembangkan
kedepanya yang terletak di daerah dekat
lapangan futsal.

Gambar 6. Area Perpustakaan Taman Flora


(Dokumentasi pribadi, 2018)
Gambar 8. Pengolahan sampah di Taman Apsari
(Dokumentasi pribadi, 2018)

238
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

6. Taman Lansia 7. Taman Pelangi

Gambar 11. Area Taman Pelangi (Dokumentasi


Gambar 9. Area Taman Lansia (Dokumentasi pribadi, pribadi, 2018)
2018)
Taman Pelangi berada di Jalan Ahmad Yani,
Lokasi taman ini berada di Jalan Gayungan, Surabaya. Adanya air mancur dengan
Kalimantan, Gubeng, Surabaya. Taman penggunaan warna lampu dan bentuk yang
dengan luasan ±2000m 2 ini memiliki menyerupai pelangi menyebabkan taman ini
pengunjung yang didominasi oleh orang memiliki ikon yang dapat menarik masyarakat
dewasa (usia diatas 35 tahun) dan lansia. Surabaya. Letak taman yang berada di tengah-
Fasilitas yang tersedia yaitu bilik toilet umum, tengah salah satu jalan utama di Surabaya,
area bermain, fasilitas duduk, dan area pijat membuat taman ini lebih dikenal oleh masyarakat.
akupresur. Dari segi keamanan untuk lansia Penataan ruangnya cukup jelas dengan adanya
dan difabel kurang diperhatikan karena pembagian area yang mudah dipahami oleh
banyaknya retakan pada permukaan jalan pengunjung yang datang.
serta adanya leveling antara taman dan Penerapan pendekatan ekologi desain yang
trotoar. digunakan pada taman ini yaitu:
Penerapan pendekatan ekologi desain a. Peletakan pohon yang mengelilingi area
yang digunakan pada taman ini yaitu: taman menyebabkan taman ini terasa sejuk
a. Komposter sampah organik yaitu daun dan juga mengurangi jumlah sinar matahari
kering yang dibuat dari pipa paralon dan yang masuk.
tong sampah plastik. b. Luasan taman yang tidak terlalu luas
b. Banyaknya pepohonan tinggi dan lebat menyebabkan taman ini mudah dikelola. Hal
yang berada di tepi taman sehingga ini menyebabkan Taman Pelangi dapat
area duduk lebih rindang. dikatakan cukup bersih.
c. Penggunaan material semen untuk c. Karena luasan yang sempit maka tidak
fasilitas duduk sehingga memudahkan terdapat area untuk pengembangan taman.
perawatan. d. Suara bising tidak dapat dihindari karena
Adanya pembagian jenis sampah organik, berada di tengah-tengah jalan raya.
plastik, dan kertas.
KESIMPULAN

Upaya pemerintah dalam mengelola Ruang


Terbuka Hijau di Surabaya memperlihatkan hasil
yang cukup signifikan sehingga banyak warga
kota Surabaya telah menikmati fasilitas ini.
Pengelolaan taman oleh pemerintah Surabaya
sudah mulai bergerak ke arah ekologi desain
atau sistem berkelanjutan. Pengelolahan taman
diatur sedemikian rupa sehingga tanaman di tiap
taman terawat dengan baik.
Namun, bila dilihat dari data yang telah
didapatkan selama observasi, upaya
Gambar 10. Pengolahan sampah di Taman Lansia pengembangan ekologi yang berkelanjutan
(Dokumentasi pribadi, 2018) masih kurang. Hal ini dikarenakan pengolahan
sistem ekologi desain yang masih belum merata
di setiap taman. Contohnya, komposter sampah
organik yang belum ada di beberapa taman.
Selain itu, aksesibilitas dan struktur jalan di
beberapa taman masih kurang diperhatikan
dilihat dari banyaknya retakan di jalan taman

239
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

lansia, dan juga kurang jelasnya letak pintu Jakarta. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
masuk. Bogor. 111 hlm.

Sehingga dapat dikatakan bahwa Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor :


pengembangan taman kota di Surabaya masih Ghalia Indonesia
belum memenuhi standar ekologi sepenuhnya
dan diperlukan adanya upaya pengembangan Widigdo, W. & Canadarma, I K. (2010). Surabaya
yang lebih baik lagi. Sebagai Kota Taman atau “Green City”.
Seminar Nasional Arsitektur (di) Kota “Hidup
UCAPAN TERIMA KASIH dan Berkehidupan” di Surabaya. Universitas
Kristen Petra. Surabaya
Terima kasih kepada Dr. Yusita Kusumarini,
S.Sn., M.Ds. selaku pembimbing dalam proses
penelitian dan penyusunan artikel ilmiah ini
sehingga artikel ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anri Syaiful. 8 Juli 2018. “Ketika Taman Kota


Surabaya Disebut Lebih Hijau ketimbang
Singapura” diakses pada tanggal 15 Oktober
2018 from
<https://www.liputan6.com/regional/red/3582
628/ketika-taman-kota-surabaya-disebut-
lebih-hijau-ketimbang-singapura>

Ernawati, R. (2015). Optimalisasi Fungsi Ekologis


Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota
Surabaya. EMARA Indonesian Journal of
Architecture, 1 (2), 60-68.

Frick, Heinz. (2006). Arsitektur Ekologis: Konsep


Arsitektur Ekologis di Iklim Tropis,
Penghijauan Kota dan Kota Ekologis, dan
Energi Terbarukan. Jogjakarta: Kanisius.

Hariyadi, F. (2015). Identifikasi Kualitas Fisik


Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Publik
(Kasus: Bagian Wilayah Kota I, II, III Kota
Semarang). Jurnal Bumi Indonesia, 4(3), 1-
14.

Ibnu Anshari. 20 Juni 2013. “6 Taman Kota yang


Hijaukan Surabaya” diakses pada tanggal
15 Oktober 2018 from
https://www.liputan6.com/citizen6/read/6178
34/6-taman-kota-yang-hijaukan-surabaya

Imansari, N. & Khadiyanta, P (2015). Penyediaan


Hutan Kota dan Taman Kota sebagai Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut
Preferensi Masyarakat di Kawasan Pusat
Kota Tangerang. Jurnal Ruang, 1(3), 101-
110.

Karismawan, R. & Mahendra, S.M. (2012). Kajian


Kualitas Taman-Taman Kota Eks-Lahan
SPBU di Surabaya Dilihat dari Perspektif
Pengguna. Proceeding Seminar CITIES
2012. 126-137. ITS. Surabaya.

Mahardi, F. (2013). Evaluasi Fungsi Ekologis dan


Estetika Pada Beberapa Taman Kota di
240
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

DAPUR SEBAGAI DASAR PENATAAN RUANG DALAM


MEMPERTAHANKAN KONDISI TERMAL HUNIAN DI DAERAH DINGIN
Debby Budi Susanti1, Gaguk Sukowiyono2
Prodi Arsitektur ITN Malang1,2
E-mail: budisusantidebby@gmail.com

ABSTRAK

Dapur merupakan salah satu ruang yang tidak bisa dihilangkan keberadaannya dalam sebuah
rumah tinggal. Fungsi utama sebuah ruang dapur dalam sebuah rumah tinggal adalah sebagai tempat
memasak dan menyiapkan makanan. Dalam perkembangannya saat ini, dapur tidak hanya berfungsi
sebagai tempat memasak saja, tetapi anggota keluarga lainnya juga seringkali berkumpul dan mengobrol di
dalam ruang dapur. Hal ini merupakan pengaruh dari kondisi kenyamanan termal yang ada di dalam ruang
dapur. Sama halnya dengan wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang berada di ketinggian ±
600-1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2300-2500 mm per tahun dengan suhu
rata-rata 21.7ºC dan kelembaban relatif 75-98%. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi lingkungan daerah
tersebut berhawa dingin sehingga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan termal huniannya. Sumber
panas yang berada pada tungku ruang dapur merupakan unsur penunjang kondisi kenyamanan termal yang
ada dalam hunian di daerah dingin. Hal ini yang kemudian menjadi pusat penataan ruang-ruang lainnya
dalam sebuah rumah tinggal. Dalam perolehan data obyek penelitian dilakukan observasi lapangan
terhadap pengukuran kondisi luar dan dalam selanjutnya disimulasikan dan dianalisa secara diskriptif serta
dikaji dengan dukungan data pustaka dan hasil penelitian yang pernah dilakukan.

Kata kunci: dapur, kenyamanan termal, penataan ruang

ABSTRACT

The kitchen is one of space that cannot be eliminated in a residential house. The main function of a
kitchen space in a house is as a place to cook and prepare food. In its current development, the kitchen does
not only function as a cooking place, but other family members also often gather and chat in the kitchen
room. This is an influence from the thermal comfort conditions in the kitchen room. Similar to Poncokusumo
Subdistrict, Malang Regency is at an altitude of ± 600-1200 m above sea level with an average rainfall of
2300-2500 mm per year with an average temperature of 21.7ºC and a relative humidity of 75-98%. This
illustrates that the environmental conditions of the area are cold so it is very influential on the thermal comfort
of the occupancy. The heat source in the kitchen room furnace is an element supporting the thermal comfort
conditions that exist in residential areas in cold areas. This then became another center for spatial planning
in a residential house. In obtaining research object data, field observations were carried out on the
measurement of external and internal conditions which were then simulated and analyzed descriptively and
studied with the support of library data and the results of research that had been carried out.

Keywords: kitchen, thermal comfort, spatial planning

PENDAHULUAN komponen-komponen alam yang mengelilinginya.


Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya
Manusia selalu berusaha untuk membuat dukungan dari lingkungan di sekitarnya, baik
hunian tempat tinggalnya terasa nyaman dalam lingkungan alami dan lingkungan binaan, serta
menunjang semua aktifitasnya ketika berada di lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik.
rumah. Kondisi sebuah hunian sangat ditentukan Semuanya turut mempengaruhi pola perilaku
oleh kebutuhan pemiliknya. Sehingga kondisi kehidupan manusia yang membutuhkan interaksi
hunian selalu berbeda antara yang satu dengan dengan lingkungan sekitarnya.
yang lain. Hal ini akan terlihat pada hunian pada
masyarakat yang dibangun secara pribadi Penentu dari kondisi fisik hunian selain faktor
(pemukiman tradisional). Kondisi ini berbeda budaya, faktor penting lainnya yang harus
dengan hunian yang dibangun secara massal dipertahankan adalah kondisi kenyamanan termal
oleh developer. di dalam hunian. Karena secara harfiahnya
manusia dapat beradaptasi dalam batas suhu
Kemampuan manusia untuk tinggal dan tertentu saja. Faktor kenyamanan termal
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya juga bangunan turut mempengaruhi kondisi fisik
turut menentukan kondisi hunian yang dimilikinya. hunian, mulai dari bentuk bangunan, penataan
Membahas tentang lingkungan, tidak bisa lepas ruang, sampai dengan pemilihan material
dari pembahasan tentang manusia beserta bangunan. Kondisi lingkungan alam yang berbeda
241
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

pada setiap wilayah menyebabkan tuntutan kondisi sosial budaya masyarakat pada suatu
penyesuaian kondisi fisik bangunan. lokus penelitian, terutama yang memiliki
karakteristik yang menyerupai lokus studi
Kondisi zona nyaman suhu udara dalam terkait.
ruangan di Indonesia berkisar antara 22,5-26 ºC 3. Manfaat penelitian bagi pemerintah :
(Kotta, Husni : 2008). Sehingga pada hunian di Memberikan informasi mengenai karakteristik
daerah dingin penghuni rumah membutuhkan suatu daerah dan adat istiadatnya yang
elemen ruangnan yang dapat berfungsi sebagai merupakan sumber kekayaan nusantara dan
penghangat. Wilayah Kecamatan Poncokusumo asset bagi pariwisata daerah setempat.
Kabupaten Malang berada pada ketinggian ± 600- 4. Manfaat penelitian bagi masyarakat :
1200 m di atas permukaan laut dengan curah Memberikan informasi mengenai
hujan rata-rata 2300-2500 mm per tahun dengan kenyamanan termal, budaya dan tradisi yang
suhu rata-rata 17ºC hingga 21.7ºC dan bisa dikembangkan sebagai potensi
kelembaban rata-rata antara 75% hingga 95% . daerahnya.
Kecepatan angin per tahun berkisar antara ± 3-5 5. Manfaat bagi pengembang dan perancang
m/s. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi bangunan : Perlu mempertimbangkan
lingkungan daerah tersebut berhawa dingin pengaruh orientasi tapak terhadap matahari
sehingga sangat berpengaruh terhadap pada rancangan penataan ruang dapur pada
kenyamanan rumah tinggalnya. Salah satu perumahan.
penunjang penghangat yang umumnya terdapat 6. Manfaat bagi para akademisi dan perancang
dalam sebuah hunian adalah ruang dapur. bangunan : Menyadarkan perlunya
Sehingga posisi ruang dapur seringkali dijadikan pertimbangan orientasi bangunan terhadap
sebagai pusat dari aktifitas dan penataan ruang matahari pada zoning dan atau detail
yang ada dalam hunian. penataan dapur untuk mendekati kondisi
nyaman termal secara pasif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari sejauh mana peranan ruang dapur TINJAUAN PUSTAKA
dapat mempengaruhi penataan ruang hunian
dalam upaya untuk mempertahankan kondisi Dapur dalam bahasa Jawa disebut pawon,
kenyamanan termal bagi penghuninya, terutama mengandung dua pengertian pertama, bangunan
pada hunian di daerah dingin. rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan
masak-memasak dan kedua, da-pat diartikan
TUJUAN DAN SASARAN tungku. Kata pawon berasal dari kata dasar awu
yang berarti abu, mendapat awalan-pa dan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari akhiran-an, yang berarti tempat. Dengan
sejauh mana peranan ruang dapur dapat demikian, pawon (pa+awu+an) yang berarti
mempengaruhi penataan ruang hunian dalam tempat awu atau abu. Dalam budaya Jawa
upaya untuk mempertahankan kondisi menurut Pasurdi Suparlan, konsep tentang sistem
kenyamanan termal bagi penghuninya, terutama klasifikasi mengenai alam semesta dan isinya
pada hunian di daerah dingin. Meliputi : terdapat konsep dikotomi antara yang baik dan
buruk, bersih dan kotor. Oleh karena itu dalam
1. Mengetahui dan membandingkan kondisi sistem klasifikasi itu ma-ka kakus (jamban atau
termal ruang dapur dalam masing-masing kamar kecil) maupun dapur letaknya selalu di
rumah. belakang. Oleh karena dapur dianggap tempat
2. Memberi gambaran kinerja termal dapur kotor, maka dalam hal membuat bangunan dapur
dalam masing-masing rumah tersebut akibat tidak begitu di-perhatikan seperti halnya kalau
dari desain penataan ruangnya. membuat rumah induk. Menurut Daldjoeni (1985)
3. Menganalisa penyebab perbedaan kondisi pada umumnya bangunan dapur adalah
termal antar dapur pada tiap rumah. bangunan tambahan, dan biasanya bangunan
4. Menyampaikan dan menyadarkan pengaruh dapur di-buat sesudah bangunan rumah selesai.
orientasi pada kondisi termal dalam dapur Dapur atau pawon sebagai bangunan tambahan,
pada pengguna. tidak dianggap sebagai bangunan pokok atau
penting, dan konstruksi bangunan dapur sangat
Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan oleh pihak- sederhana. Oleh karena itu untuk membuat dapur
pihak sebagai berikut: tidak diperlukan persyaratan yang rumit seperti
akan membuat rumah induk yang memerlukan
1. Manfaat penelitian bagi para peneliti perhitungan waktu (primbon).
selanjutnya Menurut Koentjaraningrat, terdapat
2. Sebagai pijakan dan landasan teori bagi kepercayaan pada orang Jawa bahwa dapur
penelitian tentang peranan ruang dapur adalah bagian rumah yang paling lemah
dalam desain ruang hunian dalam disebabkan dapur merupakan tempat perempuan,
mempertahankan kenyamanan termal bagi dan perempuan dianggap mahkluk yang paling
penghuninya serta hubungannya dengan lemah atau disebut liyu Arti kata liyu, dalam
242
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Bausastra Jawa-Indonesia (1980), dapat diartikan Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian
capai atau lelah. Dari arti kata ini dapat dimaknai atas agak sulit karena akan memperberat atap.
bahwa bekerja di dapur akan capai/lelah. Dalam Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat
membuat dapur atau pawon ada yang masih diperbesar dengan beberapa cara, misalnya
menggunakan perhitungan-perhitungan Jawa. rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas
Misalnya, oleh karena dapur dianggap sebagai reflektif juga akan memperbesar tahan panas.
tempat perempuan maka untuk membangun
dapur harus dimulai saat neptune nyaine (hari Karakteristik utama pada iklim tropis lembab
pasaran kelahiran istri), misalnya Senin Pon, menurut Evans (1980) antara lain mempunyai
Selasa Wage dan sebagainya. Supaya dalam fluktuasi suhu udara rata-rata harian dan tahunan
menggunakan dapur diberi keselamatan, ada relatif kecil. Dengan tidak adanya perbedaan yang
juga yang meng-gunakan perhitungan yaitu jatuh signifikan pada suhu udara dan kelembaban
tiba lara ( tiba = jatuh, lara = mati), jadi dapur atau udara pada dua musim dan dua waktu (siang
pawon diartikan sebagai tempat barang mati, atau dangan malam), menjadikan kondisi lingkungan
tempat buangan. sepanjang hari tidak nyaman (discomfort). Hal ini
berakibat pada proses evaporasi (berkeringat)
Dalam budaya jawa, Pawon atau dapur pada permukaan kulit tubuh manusia yang tidak
tradisional dalam budaya Jawa merupakan mudah dihapus karena tingginya suhu udara dan
representasi dari tata kehidupan sehari-hari kelembaban udara yang terjadi akibat tingginya
masyarakat Jawa, baik dari tata letaknya, fung- intensitas radiasi matahari yang disertai dengan
sinya, dan isinya. Pawon atau dapur tradisional kondisi langit yang berawan sepanjang tahun.
juga menegaskan adanya deskriminasi seks
dalam pembagian kerja. Untuk memperoleh kondisi kenyamanan
termal pada bangunan di daerah berhawa dingin
Indonesia termasuk negara yang beriklim sistem struktur dan konstruksi bangunan
tropis lembab. Karakteristik iklim tropis lembab mempunyai peran sangat penting dalam
mempunyai derajat kelembaban dan curah hujan memprotek kondisi lingkungan luar, selain itu
yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalah aliran panas dari luar (panas matahari) maupun
banyak terdapat bukaan dan naungan berupa dari dalam (rancangan perapian, manusia,
sosoran. Sepanjang tahun mempunyai peralatan, elemen bangunan) merupakan salah
temperatur rata-rata yang tinggi, sehingga satu faktor penentu dalam terjadinya kondisi
memepengaruhi bangunan mempunyai bukaan termal. Selain itu pemakaian material bangunan
yang mempertimbangkan aliran udara. Kondisi diupayakan dapat menahan panas diwaktu siang
tersebut berhubungan dengan diurnal yang hari untuk dilepas pada malam hari (tahanan
rendah ser 8°C, akibat variasi temperatur yang besar dan hantaran besar).
rendah. Radiasi matahari bervariasi dengan
kondisi sering berawan. Adapun suhu udara panas dalam bangunan
dapat dihasilkan dari panas perapian yang
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan terletak dalam ruang pawaon, sehingga tuntutan
syarat-syarat khusus dalam perancangan kenyaman termal dalam bangunan dapat
bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada terpenuhi. Besar kecilnya tingkat panas yang
beberapa factor- faktor spesifik yang hanya masuk ke bangunan sangat ditentukan oleh sifat,
dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, jenis, dan karakter dari material penghantar panas
sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, yang digunakan sebagai penghasil panas.
fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai
estetika bangunan yang terbentuk akan sangat Kondisi nyaman menurut ASHRAE, adalah
berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain kenyamanan termal seseorang yang
yang berbeda kondisi iklimnya. mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan
termal, yang dalam konteks sensasi digambarkan
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan sebagai kondisi dimana seseorang tidak
thermal terutama adalah mengurangi perolehan merasakan kepanasan maupun kedinginan pada
panas, memberikan aliran udara yang cukup dan lingkungan tertentu. Faktor-faktor yang
membawa panas keluar bangunan serta mempengaruhi menurut Allard (1998) adalah
mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung lingkungan secara fisik (physical environment)
matahari maupun dari permukaan dalam yang dan non-fisik (non- physical environment).
panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan
menggunakan bahan atau material yang METODE
mempunyai tahan panas yang besar, sehingga
laju aliran panas yang menembus bahan tersebut Data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: data primer
akan terhambat. Permukaan yang paling besar dan data sekunder. Data primer adalah data yang
menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan diperoleh langsung di lapangan, sedangkan data
atap umumnya mempunyai tahanan panas dan sekunder adalah data yang melengkapi data
kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. primer yang diperoleh dari instansi terkait berupa
243
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

buku/dokumen/catatan yang diteliti atau suatu bersantai hingga berkumpulnya kerabat dan
hasil penelitian. saudara pada saat musim lebaran.

Untuk mendapatkan data yang tepat dan Memanfaatkan perapian yang ada di ruang
dapat mendukung proses analisis, maka ada dapur sebagai media penghangat sudah menjadi
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kebiasaan warga sekitar. Melihat kondisi wilayah
pengambilan data, yaitu: menentukan faktor sekitar yang berudara dingin, tak hayal jika tungku
pengaruh, menentukan jenis data apa yang yang berbahan bakar kayu dijadikan sebagai
dibutuhkan, menentukan sumber-sumber data media untuk menghangatkan diri sekaligus
yang relevan, menentukan cara mendapatkan menaikan suhu didalam rumah. Mayoritas warga
data dan alat yang digunakan untuk mendapatkan
data tersebut. berpendapat jika mereka seringkali
memanfaatkan suhu hangat di ruang dapur
Bahan yang dikumpulkan dan selanjutnya tersebut untuk menghangatkan diri. Mayoritas
digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah warga pada dusun ini lebih memilih untuk datang
sebagai berikut: menghampiri sumber panas ketimbang mereka
membiarkan energi panas tersebut menyebar
 Sketsa perkembangan denah rumah. keseluruh bagian rumah. Hal ini didasarkan dari
 Sketsa interior ruang dapur. pola-pola ruang yang terbentuk pada rumah
 Sketsa elemen bukaan dalam rumah. warga. Mereka sengaja memposisikan ruang-
 Wawancara dengan pemilik rumah. ruang privatnya berdekatan dengan ruang pawon
untuk dapat menikmati suhu hangat yang
Obyek penelitian yang dikaji adalah ruang dapur bersumber dari ruang dapur tersebut di dalam
yang digunakan tidak hanya untuk aktivitas ruang tempat anggota keluarga beristirahat dan
memasak saja tetapi juga aktivitas lain, serta berkumpul.
posisinya berada di daerah yang mudah
dijangkau dari arah akses hunian dan terlihat
langsung dari luar. Obyek tersebut dipilih karena
dianggap memiliki kondisi yang berbeda dari pola
peletakan pawon pada Arsitektur Jawa asli,
dimana biasanya pawon diletakkan pada area
yang sulit dijangkau dari luar. Pengamatan obyek
penelitian juga dilihat bagaimana peranan posisi
ruang dapur untuk pengaturan peletakan ruang
lainnya. Selain itu juga diteliti ruangan dapur
dapat mempertahankan kenyamanan termal
hunian.
Denah
HASIL DAN PEMBAHASAN 2
1. Aktivitas Sehari-Hari Warga Denah 1
Aktivitas sehari-hari warga sebagian besar
dihabiskan di area sawah atau ladang karena
sebagian besar warga bermata pencaharian
sebagai petani atau buruh tani. Aktivitas mereka
di dalam rumah dimulai lagi ketika sudah pulang Gambar 1.
dari sawah atau ladangnya, yaitu sekitar pukul Contoh Denah Responden
13.00 WIB. Aktivitas yang biasa dilakukan warga
setelah pulang dari bekerja di sawah atau ladang Pada Gambar 1 terlihat bahwa posisi dapur
adalah beristirahat sambil bercengkerama dengan selalu diletakkan pada area yang berdekatan
keluarga. dengan ruangan tempat anggota keluarga
berkumpul, bercengkerama dan beristirahat.
Alasan yang mendasari dapur tersebut
Ruang dapur dianggap sebagai ruangan yang
menjadi pusat berkumpul ialah karena fungsi dari
dapat menunjang kenyamanan termal hunian.
dapur tersebut yang sangat dekat dengan ruang
Kondisi ruang dapur yang selalu hangat karena
makan sehingga kegiatan memasak dan sarapan
ada perapian dianggap sebagai ruangan yang
menjadi satu ruang. Kondisi dapur yang
sesuai untuk dijadikan sumber termal bagi ruang
cenderung hangat di pagi hari dikarenakan
hunian.
minim-nya ventilasi udara pada dapur sehingga
mengakibatkan sirkulasi udara dingin lebih lambat
masuk ke dalam dapur. Kegiatan berkumpul
biasa dilakukan pada waktu makan, waktu
244
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Sebagian besar masyarakat di Kecamatan terbentuk pada rumah warga, yang mana pola
Poncokusumo, Kabupaten Malang memiliki mata tata ruang rumah mereka beberapa diantara nya
pencaharian sebagai petani atau buruh tani di ada yang membiarkan udara panas dari pawon
ladang atau sawah sekitar tempat tinggalnya. untuk dapat menyebar keseluruh bagian ruang
Aktivitas yang dilakukan mereka di dapur diawali ada juga yang tidak. Sebagian diantaranya yang
pagi hari ketika bangun tidur dan menyiapkan tidak lebih.
makan pagi bagi anggota keluarganya. Kondisi
ruang dapur yang hangat karena pengaruh 2. Kondisi Fisik Bangunan dan Dapur
tungku atau perapian di ruang dapur merupakan
sumber penghasil termal di dalam hunian. Kondisi bangunan pada lokasi penelitian
sebagian besar sudah bersifat permanen dengan
Keluaran suhu yang diakibatkan oleh menggunakan material dari bahan batu bata dan
pengoperasian dapur berperan sekali dalam kayu. Sedangkan untuk bahan penutup lantai
meningkatkan suhu di dalam rumah. Besar terbuat dari keramik dan plesteran semen. Sifat
tidaknya pengaruh yang diberikan tergantung bahan akan sangat menentukan dalam
pada posisi dapur terhadap rumah. Letak dapur terciptanya tingkat kenyamanan di dalam
tersebut mempengaruhi sekali pola sebaran dan bangunan, kemampuan bahan dalam merespon
konsentrasi penghangatan yang terjadi pada kondisi lingkungan luar harus sesuai, apakah
rumah. bahan tersebut dapat cepat melepas dan
menyerap panas atau lambat dalam menyerap
Sebagian besar masyarakat di daerah dan melepas panas, hal ini tergantung pada
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang konstruksi dari bahan tersebut. Semakin tebal dan
masih menggunakan 2 (dua) macam perapian, padat konstuksi suatu bahan, maka semakin
yaitu tungku yang masih menggunakan bahan lambat dalam merespon kondisi lingkungan.
bakar kayu dan kompor gas yang sudah Dengan pemilihan material bangunan yang
menggunakan bahan bakar elpiji. Tungku yang terbuat dari bahan permanen diharapkan mampu
menggunakan bahan bakar kayu biasanya mempertahankan kondisi termal bangunan agar
dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan tidak mudah terpengaruh kondisi udara di luar
bersenda gurau ketika anggota keluarga rumah dengan temperatur udara yang lebih
berkumpul di rumah. Bahkan ada sebagian rendah dan kelembaban udara yang tinggi.
masyarakat yang mempunyai kebiasaan juga
untuk menemui tamunya di ruang dapur.

Kondisi ruang dapur yang bersifat non formal


dianggap sebagai ruang yang nyaman untuk
berkumpul karena terkesan lebih santai dan
kekeluargaan bila dibandingkan dengan ruangan
lainnya. Sehingga ruang-ruang yang digunakan
untuk beristirahat anggota keluarga diletakkan
berdekatan dan mudah dijangkau dari ruang
dapur.

Selain itu fungsi ruang dapur sebagai ruang


untuk mengolah dan menyiapkan makanan juga
merupakan salah satu faktor yang menjadikan
ruang dapur harus mudah dijangkau dari ruang-
ruang lain di dalam sebuah hunian.

Memanfaatkan pawon sebagai media


penghangat sudah menjadi kebiasaan warga Gambar 2 Kondisi fisik rumah penduduk
sekitar. Melihat kondisi wilayah sekitar yang
berudara dingin, tak hayal jika pawon dijadikan Pada Gambar 2, terlihat kondisi rumah
sebagai media untuk menghangatkan diri penduduk yang memiliki kondisi fisik yang sudah
sekaligus menaikan suhu didalam rumah. permanen dengan penutup lantai dari bahan
Mayoritas warga berpendapat jika mereka plesteran semen. Masyarakat di lokasi penelitian
seringkali menggunakan pawon tersebut untuk berpendapat bahwa dengan penutup lantai dari
menghangatkan diri. Namun sedikit warga yang bahan plesteran semen mampu menahan naiknya
menggunakannya untuk menurunkan suhu kelembaban yang tinggi dan suhu udara yang
rumah. Mayoritas warga pada dusun ini lebih cenderung rendah dari luar rumah.
memilih untuk datang menghampiri sumber panas
ketimbang mereka membiarkan energi panas Pada rumah-rumah di daerah Kecamatan
tersebut menyebar keseluruh bagian rumah. Hal Poncokusumo pada umumnya memiliki jarak
ini didasarkan dari pola-pola ruang yang antara lantai dengan plafond yang tidak terlalu
245
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tinggi, dengan ketinggian maksimal 3 m. Hanya bagi penghuninya. Sebagian besar rumah
sedikit rumah penduduk yang memiliki ketinggian penduduk di daerah sana mengatur posisi ruang
jarak antara plafond dan lantai rumah yang lebih dapur menyatu dengan rumah induknya. Hanya
dari 3 m. Aktifitas para ibu di dalam ruangan sekitar 40% dari jumlah rumah responden yang
dapur dengan rentang waktu yang cukup panjang, memisahkan ruang dapur dengan rumah induk,
yaitu mulai bangun tidur pagi sampai dengan dengan alasan karena kondisi ruang dapur yang
siang hari menyebabkan udara panas yang cenderung terlihat kotor dan agar asap yang
dihasilkan dari tungku di dapur terperangkap di dihasilkan dari tungku di ruang dapur tidak
dalam rumah sampai saat malam hari. Sensasi mengganggu udara di dalam rumah. Untuk dapur
udara yang dihasilkan dari tungku dapur sebagai dengan kondisi demikian biasanya mempunyai
akibat dari kondisi itu membuat sensasi udara bukaan yang luas sehingga aliran udara dari luar
hangat di dalam rumah yang menjadikan dan ke dalam memiliki sirkulasi yang lancar.
kenyamanan termal di dalam rumah dapat Berbeda dengan ruang dapur yang menyatu
dinikmati oleh seluruh anggota keluarga ketika dengan ruang induk. Rumah dengan ruang dapur
saatnya mereka beraktifitas di dalam rumah. yang demikian biasanya memiliki jumlah bukaan
yang minim. Sehingga pemilik rumah sengaja
membuat udara panas yang dihasilkan dari
tungku ruang dapur mulai pagi hari sampai siang
hari terperangkap di dalam rumah dan membuat
kondisi temperatur udara di dalam rumah menjadi
hangat sampai malam hari. Hal ini juga
disebabkan karena masyarakat di sana terbiasa
memakai baju atau pakaian dari bahan yang tipis
selama beraktifitas di dalam rumah. Sehingga
untuk menghangatkan tubuhnya mereka
cenderung mengharapkan efek udara panas dari
tungku di ruang dapur.

Tidak heran pula bahwa masyarakat di sana


lebih suka berkumpul, makan dan bercengkerama
di daerah dapur. Sehingga mereka biasa
menggabungkan ruang dapur dengan ruang
makan atau bahkan dengan ruang keluarga
sekalipun. Jadi area ruang dapur dapat dikatakan
juga sebagai salah satu ruang penting bagi
kegiatan bersosialisasi masyarakat di lokasi
penelitian. Sesuai dengan kecenderungan bahwa
orang atau sekelompok lebih memilih untuk
berkumpul dan bersosialisasi di area yang
dianggap memiliki kondisi nyaman dan tidak
terlalu formal, sehingga terkesan lebih santai dan
akrab. Hal ini juga disebabkan karena tradisi
masyarakat di daerah pedesaan yang lebih
menyukai aktifitas berkelompok daripada aktifitas
individu seperti yang lazim dilakukan masyarakat
di daerah perkotaan.

Gambar 3 Kondisi Ketinggian Rumah

Dalam mencapai kenyamanan termal yang lebih


baik, menurut Fisk (1981) diduga manusia
membentuk adaptasi dan transformasi pada
lingkungannya secara tidak sadar, berdasarkan
pengalamannya terhadap panas. Sehingga dalam
mencapai kenyamanan manusia akan berupaya
melakukan aktivitas di dalam ruang atau mencari
tempat yang memungkinkan untuk memperoleh
kenyamanan, dimana panas tidak dirasakan.
Demikian juga dengan kondisi rumah penduduk di
wilayah Kecamatan Poncokusumo. Mereka
mengatur kondisi fisik rumahnya agar nyaman
246
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gambar 4. Contoh dapur yang biasa dipakai


untuk berkumpul dan bersosialisasi

Arah hadap bangunan sangat berpengaruh


terhadap sirkulasi angina dan pencahayaan alami
suatu bangunan. Berdasarkan pengamatan di
Kecamatan Poncokusumo sebagian besar rumah
warga memiliki rumah dengan arah hadap ke
barat dengan presentase 50% disusul dengan
arah hadap utara dengan presentase 40%
sedangkan arah hadap selatan dengan
presentase 10%. Arah hadap rumah warga
tersebut diakibatkan oleh ketersediaan lahan yang
mampu mereka beli ataupun didapat dari warisan
secara turun temurun sehingga kurang
memperhatikan faktor pengaruh arah hadap
terhadap sirkulasi udara dan pencahayaan alami.
Pengaruh jumlah bukaan pada rumah sangat
Arah hadap rumah sangat berpengaruh berpengaruh terhadap perbedaan suhu di dalam
terhadap sirkulasi udara yang berdampak pada dengan suhu di luar rumah diakibatkan dari
kenaikan atau penurunan suhu baik di luar sirkulasi udara di dalam rumah yang tidak
ruangan maupun di dalam ruangan. Mengingat tersirkulasi dengan baik sehingga udara panas
posisi geografis Kecamatan Poncokusumo berada ketika siang hari tidak langsung masuk ke dalam
di iklim tropis yang memiliki tingkat kelembaban rumah begitupun dengan angina dingin ketika
yang tinggi dan perubahaan cuaca yang cukup malam hari tidak langsung masuk ke dalam
signifikan ketika siang hari dan malam hari. rumah sehingga membuat perbedaan Ti dan To
Dikarenakan sebagian rumah yang memiliki arah cukup signifikan.
hadap ke barat memiliki kecenderungan terkena
paparan sinar matahari secara langsung ketika Jumlah bukaan juga sangat berpengaruh
sore hari. terhadap kelembaban relatif di dalam dan diluar
rumah. Menurut pengamatan yang dilakukan,
3. Pengaruh Ruang Dapur Terhadap Suhu terjadi perbedaan yang cukup signifikan terhadap
Bangunan kelembaban relatif di dalam dan diluar ruangan
ketika siang hari dikarenakan jumlah bukaan.
Kondisi temperatur udara di dalam rumah Mengingat kondisi iklim tropis di Indonesia
juga ditentukan oleh kondisi bukaan yang ada di memiliki tingkat kelembaban relatif yang cukup
dalam rumah. Besar tidaknya pengaruh yang tinggi.
diberikan tergantung pada jumlah bukaaan
rumah. Letak dapur tersebut mempengaruhi Pada pola pengoperasian singkat pawon
sekali pola sebaran dan konsentrasi berperan hanya sebatas untuk pengunaan ringan
penghangatan yang terjadi pada rumah. Pada berkala, rata-rata pengoperasian dilakukan
kasus dilapangan kami menemukan perbedaan sebanyak 1-3 kali pengaktifan dengan jangka
suhu yang cukup signifikan antara suhu diluar waktu tertentu kurang dari 30 menit. Pada
rumah dengan suhu di dalam rumah. pengoperasian sedang atau beberapa waktu,
dapur cenderung digunakan untuk menghagatkan
makanan hingga memasak makanan dengan
waktu relatif singkat dari 30 hingga 60 menit.

247
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pengoperasian berat yang berlangsung hingga 8. Prijotomo, 1999. Griya Dan Omah,
lebih dari 1 jam, mengandalkan dapur untuk Penelusuran Makna dan Signifikasi di
bekerja secara maskimal dan intensif, sehingga Arsitektur Jawa. Universitas Kristen Petra
menaikan suhu disekitar secara signifikan. Namun Surabaya
penggunaan lebih dari satu jam hanya di saat
tertentu saja jika warga sedang ada acara tahlil, 9. Rapoport, Amos. 1982. The Meaning of The
syukuran, dan makan bersama. Built Environment. London

KESIMPULAN 10. Santosa, M. Nastiti, S. dan Sudarmo, E.


1987. Aspek Kepadatan Dan Bentuk
Dapur tersebut masih menjadi alat utama Lingkungan Permukiman pada Penggunaan
untuk kebutuhan masak memasak warga, Energi Alam. Laboratorium Sains Bangunan.
walaupun sebagian besar warga telah mengenal Jurusan Arsitektur. ITS. Surabaya.
kompor gas. Dengan presentase hampir 90%
warga yang menggunakan dapur, dapur memiliki 11. Sasongko, Ibnu. 2005. Pembentukan
fungsi lain seperti untuk berkumpul dengan Struktur Ruang Permukiman Berbasis
keluarga dan tetangga hingga sebagai salah satu Budaya (Studi Kasus: Desa Puyung -
elemen penghangat ruangan ketika suhu Lombok Tengah). Universitas Kristen Petra
lingkungan dingin. Surabaya

Dapur sebagai elemen penghangat ruangan 12. Van Straaten, JF. 1980. Passive Cooling and
dapat maksimal menghangatkan jika memenuhi Heating Through Building Design. Dalam
kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah posisi seminar Passive and Low Energy Cooling,
dapur terhadap bangunan utama yang terletak Heating and Dehumidification. University of
satu atap dengan bangunan utama. Hasil Miami. Florida.
pengamatan yang telah dilakukan membuktikan
bahwa hawa panas yang ditimbulkan dapur dapat 13. Waani, Judy O. 2012. Teori Makna
maksimal menghangatkan ruangan jika dapur Lingkungan Dan Arsitektur. Media Matrasan
berada satu atap dengan bangunan utama vol. 9 no. 1.
dengan sensasi termal yang dirasakan saat dapur
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Pancawati. 2010. Peran Perapian


Dalam Rumah Tinggal Masyarakat Tengger.

2. Evans, Martin. 1980. Housing, Climate and


Comfort. The Architectural Press. London.

3. Givoni, B. 1998. Climate Considerations in


Building and Urban Design. Van Nostrand
Reinhold. New York.

4. Indeswari, Ayu. 2013. Dinamika Dalam


Pemanfaatan Ruang Bersama Pada
Perrmukiman Madura Medalungan Di Baran
Randugading Malang. Arskon Jurnal
Arsitektur dan Konstruksi. Volume 2 No. 1.

5. Kartono, J. Lukito. 2005. Konsep Ruang


Tradisional Jawa Dalam Konteks Budaya.
Universitas Kristen Petra Surabaya

6. Lippsmeier, Georg. 1997. Bangunan Tropis.


Penerbit Erlangga. Jakarta

7. Nuryanto. 2011. Fungsi Dan Makna


Pawon Pada Arsitektur Rumah Tradisional
Masyarakat Sunda. Universitas Brawijaya.
Malang

248
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

IMPLEMENTASI EKO-INTERIOR PADA NOTARIS FELICIA IMANTAKA


WORKSPACE
Fausta Ottoni Sasi1, Laurensia Devina Wijaya2
Program Studi Desain Interior
Universitas Kristen Petra1,2
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: faustaottonisasii@gmail.com

ABSTRAK

Di masa kini, masih banyak pembangunan yang hanya bersifat sementara dan hanya mengedepankan
infrastruktur semata tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya, khususnya di
lingkungan perkotaan. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab isu Global Warming di Indonesia.
Seiring waktu, berbagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut mulai dilakukan dengan berbagai prinsip
dan pertimbangan. Bangunan Kantor Notaris Felicia Imantaka merupakan salah satu kantor di kota
Surabaya yang bekerja di bidang jasa layanan hak dan kewajiban personal. Desain bangunan kantor ini
belum menerapkan prinsip desain yang ramah lingkungan. Penggunaan material dalam bangunan hanya
memperhatikan visualisasi saja tanpa memikirkan dampak terhadap lingkungannya, dan kualitas
pencahayaan dan penghawaan pada bangunan juga belum maksimal. Perencanaan perancangan interior
Kantor Notaris Felicia Imantaka ini menerapkan 8 aspek eko-interior yang terdiri dari Organisasi Ruang,
Pemilihan Material, Sistem Pencahayaan, Sistem Penghawaan, Sanitasi Air, Polusi dalam Ruang, Emisi
Elektromagnetik, dan Manajemen Sampah dalam Ruang. Perancangan ini dilakukan dengan menggunakan
metode Design Thinking yang terdiri dari 5 tahapan yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test.
Perancangan ini dilakukan untuk mendukung usaha pembangunan yang berkelanjutan sekaligus
meningkatkan produktivitas setiap karyawan dengan maksimal. Sehingga, hasil perancangan dapat
digunakan sebagai acuan desain berkelanjutan yang menerapkan aspek eko-interior untuk mengatasi isu
kerusakan lingkungan.

Kata kunci: Eko-Interior, Sustainable Design, Workspace

ABSTRACT

In this present day, there are still many developments that are only temporary and only prioritize
infrastructure without regard to their impact on the surrounding environment, especially in urban
environments. This condition is one of the causes of the Global Warming issue in Indonesia. Over time,
various solutions to overcome these problems began with various principles and considerations. The building
of Felicia Imantaka's Notary Office is one of the offices in Surabaya that works in the field of service rights
and personal obligations. The design of this office building has not applied the principles of sustainable
design. The use of materials in the building only pay attention to visualization without thinking about the
impact on the environment, the quality of lighting and airing on buildings is also still less than optimal. Interior
design of Notary Office Felicia Imantaka applies 8 aspects of eco-interior consisting of Space Organization,
Material Selection, Lighting Systems, Air Conditioning Systems, Water Sanitation, Indoor Pollution,
Electromagnetic Emissions, and Waste Management in Space. This design is using the Design Thinking
method consists of 5 stages, namely Empathize, Define, Ideate, Prototype, and Test. This design is carried
out to support sustainable development efforts while at the same time increasing the productivity of each
employee. Thus, the results of this design can be used as a reference for sustainable design that applies the
eco-interior aspects to help address the issue of existing environmental damage.

Keywords: Eco-Interior, Sustainable Design, Workspace

PENDAHULUAN politik, dan sosial menyebabkan semakin


berkurangnya jumlah lahan hijau yang ada dan
Isu global warming yang terjadi karena pada akhirnya berdampak pada kerusakan
kerusakan lingkungan sudah tidak asing lagi bagi lingkungan. Jumlah bangunan tinggi, pabrik,
masyarakat di Indonesia. Global warming sendiri perhotelan, pusat perbelanjaan dan perkantoran
disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari factor yang semakin bertambah dan juga berdampak
lingkungan maupun faktor manusianya. pada lingkungan karena adanya aktivitas
Pembangunan juga menjadi salah satu penggunaan energi dan material dalam jumlah
penyebab meningkatnya pemanasan global. besar mempengaruhi kelangsungan hidup
Banyaknya pembangunan gedung karena manusia pada generasi mendatang.
tuntutan dari berbagai bidang seperti ekonomi,
249
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kantor Notaris Felicia Imantaka merupakan kurun waktu yang sama maupun kurun
kantor yang bergerak dalam hal pelayanan waktu yang berbeda secara
masyarakat di bidang keperdataan. Bangunan berkesinambungan.
kantor terletak di perumahan Dharma Husada
Indah II, Surabaya. Kantor Notaris Felicia 4. Meningkatkan dan melestarikan
Imantaka dipercaya masyarakat dalam fasilitas kemampuan dan fungsi ekosistem untuk
dan pelayanannya yang memuaskan hingga saat memasok, melindungi, serta mendukung
ini. Bangunan kantor yang baik harus dapat sumber alam bagi kehidupan secara
memenuhi persyaratan desain seperti berkesinambungan.
kenyamanan, keamanan, kesehatan, dan aspek 5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang
keberlanjutannya untuk jangka panjang. Kantor memperhatikan kelestarian fungsi dan
Notaris Felicia Imantaka masih kurang kemampuan ekosistem untuk mendukung
memperhatikan kualitas sistem pencahayaan kehidupan, baik masa kini maupun masa
dan penghawaan serta aspek kesehatan pada yang akan datang
desain kantor sehingga mempengaruhi
produktivitas kerja dalam kantor. Untuk itu, Pembangunan berkelanjutan memerlukan
diperlukan perancangan interior bangunan kantor dukungan faktor ekologi, ekonomi, dan sosial
yang mempertimbangkan aspek eko-interior agar sebagai pendekatan yang holistik. (Kusumarini,
bangunan sesuai dengan persyaratan 2007). Pendekatan ekologi dalam perancangan
pembangunan berkelanjutan dan dapat desain interior diwujudkan dari penerapan eko-
meningkatkan produktivitas pengguna. interior. Kajian eko-interior mengarah pada hal
yang lebih spesifik yang berkaitan dengan
Pembangunan berkelanjutan menurut “Our aktivitas manusia dalam ruang serta dampaknya
Common Future” yang dipublikasikan oleh terhadap lingkungan dan manusia itu sendiri.
Brundtland Commission (1987) merupakan
konsep pembangunan yang dapat memenuhi Eko-Interior mengandung hal yang sama
kebutuhan sekarang tanpa kompromi dengan secara holistik dengan eko-arsitektur hanya
kemampuan generasi mendatang untuk berbeda pada lingkup fokusnya. Empat asas
memenuhi kebutuhannya. Pembangunan pembangunan berkelanjutan yang ekologis
berkelanjutan memiliki arti sudah tercapainya menurut Frick (Frick, 2006), antara lain:
keadilan sosial dari generasi ke generasi. Dilihat
dari pengertian lainnya, pembangunan 1. Menggunakan bahan baku alam yang tidak
berkelanjutan sebagai pembangunan nasional lebih cepat daripada alam mampu
yang melestarikan fungsi dan kemampuan membentuk penggantinya.
ekosistem. 2. Menciptakan sistem yang menggunakan
sebanyak mungkin energi terbarukan.
Pembangunan berkelanjutan adalah 3. Mengijinkan hasil sambilan (potongan,
semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem sampah, dan sebagainya.) saja yang dapat
alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas dimakan atau yang merupakan bahan
fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan mentah untuk produksi bahan lain.
manfaat bagi kehidupan umat manusia. Hal ini 4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan
bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat keanekaragaman biologis. Prinsipnya yaitu
secara keseluruhan, tetapi juga untuk memperhatikan peredaran dan rantai bahan
kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. dan prinsip pencegahan.

Pembangunan berkelanjutan haruslah bisa Eko-interior sendiri memiliki 8 aspek


mencerminkan tindakan yang melestarikan pembahasan dan parameter yaitu organisasi
lingkungan alam. Berikut ini adalah beberapa ruang, pemilihan material, sistem pencahayaan,
ciri-ciri pembangunan berkelanjutan: sistem penghawaan, sanitasi air, polusi dalam
ruang, emisi elektromagnetik, dan manajemen
1. memberi kemungkinan pada kelangsungan sampah dalam ruang. (Kusumarini, 2007)
hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan
kemampuan ekosistem yang Organisasi ruang berorientasi pada terapan
mendukungnya, baik secara langsung analisa kegiatan dan kebutuhan ruang,
maupun tidak langsung. pengelompokan ruang, sisi penentu ruang,
2. Memanfaatkan sumber daya alam dengan sirkulasi dan aksesibilitas, serta arah objek
memanfaatkan teknologi yang tidak rancang bangun arsitektur-interior terhadap arah
merusak lingkungan. edar matahari dan angin.

3. Memberikan kesempatan kepada sektor dan Pemilihan material berorientasi pada terapan
kegiatan lainnya untuk berkembang bahan bangunan yang ekologis memenuhi syarat
bersama-sama di setiap daerah, baik dalam eksploitasi dan produksi dengan energi sesedikit
mungkin dan keadaan entropi serendah mungkin,
250
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

tidak mengalami transformasi yang tidak dapat untuk diambil kesimpulan masalah apa saja yang
dikembalikan kepada alam, dan lebih banyak ada di Kantor Notaris Felicia Imantaka,
berasal dari sumber alam lokal. Surabaya.

Sistem pencahayaan berorientasi pada terapan 3. Ideate


upaya konservasi energi dengan pencermatan Melakukan brainstorming untuk
dalam penentuan jenis dan tingkat pencahayaan, menghasilkan sebanyak mungkin ide atau solusi
teknik refleksi cahaya natural, teknik reduksi masalah dengan mengumpulkan gagasan secara
panas dan silau, serta menggunakan sumber spontan setelah memahami segala
daya energi terbarukan. permasalahan, pengguna dan juga
kebutuhannya di tahap empathize dan juga
Sanitasi air berorientasi pada terapan upaya setelah menganalisis segala data yang telah
sirkulasi antara sumber air bersih dan manajemen ditemukan pada tahap define. Pada tahap ini,
buangannya. Polusi ruang berorientasi pada peneliti diharapkan dapat mengidentifikasi suatu
terapan upaya meminimalkan dampak dan ide atau solusi untuk memecahkan
mengantisipasi berkembangnya polutan dalam permasalahan yang ada serta mencari alternatif -
ruang yang bersifat kimiawi, biologis, dan fisikal. alternatif yang memungkinkan sebagai salah satu
tolok ukur pemecahan masalah.
Emisi elektromagnetik berorientasi pada
terapan upaya mengantisipasi radiasi teknik 4. Prototype
berupa medan listrik buatan, medan magnet Mengidentifikasi solusi terbaik untuk masalah
buatan, dan medan magnet buatan statis. pencahayaan. Kemudian perancangan
disimulasikan dengan penggunaan software
Manajemen sampah berorientasi pada
dalam bentuk 3D-nya menggunakan aplikasi
terapan usaha yang dilakukan dalam penanganan
Sketchup. Dalam menjalankan proses tahap ini
sisa produk sehari-hari, pengelompokan jenis
nantinya akan ada suatu perbaikan dan juga
sampah, dan pengolahan sampah.
persetujuan guna untuk meninjau ulang
Oleh karena itu, penerapan eko-interior pada berdasarkan solusi pemecahan masalah yang
perancangan interior Kantor Notaris Felicia telah ditemukan pada tahap sebelumnya.
Imantaka ini diperlukan untuk mewujudkan Dengan adanya tahap prototype, peneliti dapat
perancangan interior bangunan kantor yang mengetahui dengan lebih jelas dan pasti
sesuai dengan persyaratan pembangunan mengenai masalah atau kendala yang ada dan
berkelanjutan sebagai salah satu upaya memiliki perspektif yang lebih baik lagi tentang
mengatasi isu kerusakan lingkungan tersebut. permasalahan yang ada.

METODE 5. Test
Pada tahap ini merupakan pengujian
Metode yang digunakan dalam perancangan perancangan pencahayaan dari hasil prototype
ini menggunakan Design Thinking Process untuk mengetahui pencahayaan yang masih
George Kembel untuk mencapai sebuah hasil ide kurang dan perlu diperbaiki. Perubahan dan
desain produk usaha (Waloszek, 2012) yang penyempurnaan dibuat untuk menyingkirkan
terbagi dalam 5 tahap: masalah yang masih ada. Tahap test ini
dilakukan dengan menggunakan solusi terbaik
1. Empathize yang telah diidentifikasi selama tahap prototype.
Mengeksplorasi data-data literatur untuk Tahap ini merupakan tahap akhir dari 5 tahap
mendapatkan pemahaman empatik tentang design thinking.
desain interior kantor dan eko-interior melalui e-
book, literatur, dan buku serta melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengamatan. Setelah itu, dilanjutkan dengan
kunjungan ke Kantor Notaris Felicia Imantaka, 1. Deskripsi Objek Perancangan
Surabaya. Tahap ini sangat penting dalam Kantor Notaris Felicia Imantaka merupakan
proses desain yang berpusat kepada manusia. kantor yang bergerak dalam hal pelayanan
Empathize mempengaruhi proses pada tahap masyarakat di bidang keperdataan. Bangunan
berikutnya karena pada tahap ini pula kantor terletak di salah satu perumahan elite di
pemahaman yang baik dan tepat harus Surabaya. Bangunan kantor memiliki luas
ditemukan sehingga dapat mendasari bangunan ±400m2 yang terdiri dari 2 lantai.
pengembangan rancangan penelitian. Lantai 1 digunakan untuk aktivitas dan keperluan
2. Define kantor, sedangkan lantai 2 digunakan untuk
Mengumpulkan dan mengelompokkan aktivitas pribadi pemilik (Ibu Felicia).
berbagai informasi dan data-data yang telah
1.1. Orientasi Bangunan
didapat selama tahap empathize untuk dianalisis,
kemudian diidentifikasi secara rinci dan detail
251
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Bangunan ini menghadap ke arah utara sehingga penggunaan benda-benda transparan seperti
pada siang dan sore hari tidak banyak cahaya kaca dan bahan yang digunakan pada tangga
matahari yang masuk melalui bukaan dan yang terbuat dari stainless.
menyebabkan ruangan terasa lebih sejuk.
Karena minimnya intensitas cahaya matahari
yang dapat masuk, bangunan ini pada pagi dan
siang hari terasa kurang penerangan terutama di
bagian ruang tengah dan ruang bagian belakang.
Karena itu, diperlukan pencahayaan tambahan
salah satunya adalah lampu.

Arah angin datang tidak langsung


mengenai bangunan kantor karena terhalang
oleh bangunan rumah disekitarnya sehingga
sistem penghawaan alami tidak bisa maksimal.
Gambar 3. Tampak Dalam Bangunan
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)

1.4. Kondisi Sekitar

Bangunan kantor terletak di suatu


perumahan elit di Surabaya. Bangunan-bangunan
di sekitarnya sebagian besar merupakan rumah
warga sehingga tingkat kebisingan sangat
minimum. Kondisi seperti ini cukup strategis untuk
kantor karena dapat meningkatkan konsentrasi
dan kinerja.

Gambar 1. Orientasi Bangunan Kantor


(Sumber: Google)

1.2 Bentuk Bangunan

Bentuk bangunan kantor ini cenderung


geometris jika dilihat dari bentukan-bentukan
yang ada hampir secara keseluruhan berkarakter
garis dan kotak. Tampak depan bangunan ini
terlihat modern karena material pagarnya Gambar 4. Kondisi Sekitar Bangunan Kantor
menggunakan stainless steel dan bentukannya (Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
yang terlihat dari pengembangan bentuk segitiga.
Elemen pendukung interior seperti pintu dan 1.5. Elemen Interior
jendelanya pun memiliki bentuk serba geometris.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
bangunan kantor ini mengaplikasikan elemen
interior sebagai berikut:

a. Lantai

Lantai pada ruang depan hingga ke ruang


tengah menggunakan lantai marmer berukuran
40x40 cm berwarna putih, sedangkan untuk
ruang arsip di bagian belakang menggunakan
lantai tegel berukuran 30x30 cm berwarna coklat.

Gambar 2. Bentuk Bangunan Kantor (Sumber:


Dokumen Pribadi, 2017)

1.3 Gaya Interior

Desain interior bangunan kantor memiliki


konsep modern yang ditampilkan dengan
252
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Gaya interior yang digunakan adalah “Fresh


Modern– Bright and Open” Modern lebih
mengacu pada orientasi fungsi dan bentukan
yang sederhana, kuat dengan elemen desain
garis yang bersih, ruang terbuka, sedikit variasi
warna dengan sedikit aksen, permainan garis-
garis yang tegas, serba kotak dan terkesan
bersih. Sifat ruang: terbuka, simple, bersih,
terkesan lebih luas.

3. Aspek Desain Eko-Interior


Eko-interior pada bangunan kantor ini
diimplementasikan dengan menggunakan
pertimbangan 8 aspek bahas eko-interior
Gambar 5. Elemen Interior Lantai (Sumber: Dokumen menurut Kusumarini, 2007:
Pribadi, 2017)
3.1. Organisasi Ruang
b. Dinding
Dinding pada ruangan menggunakan cat Pengorganisasian ruang pada interior kantor
berwarna putih. Dinding pada kamar mandi di desain dengan menggunakan pertimbangan
menggunakan keramik kamar mandi berukuran pola aktivitas sehari-hari, kebutuhan kerja dan
kecil berwarna putih dan abu-abu yang disusun sistem kerja pada kantor untuk memudahkan
sedemikian rupa. akses sirkulasi pengguna dari satu ruang ke
ruang lainnya. Organisasi ruang juga di desain
sesuai dengan pertimbangan aspek bahas eko-
interior menurut Kusumarini, 2007

Organisasi ruang dipengaruhi oleh


perencanaan pola hubungan ruang seperti
gambar dibawah ini:

Gambar 6. Elemen interior Dinding (Sumber: Dokumen


Pribadi, 2017)

c. Plafond
Bangunan ini memiliki plafon gypsum
berwarna putih dan tidak memiliki banyak
levelling serta motif yang menciptakan kesan
ruang lebih terang, luas, dan juga lebih bersih.

Gambar 7. Elemen Interior Plafond (Sumber: Dokumen


Pribadi, 2017)

2. Konsep dan Gaya Desain


Konsep yang digunakan dalam perancangan
ini adalah “Bright & Open“ yang diambil Gambar 8. Pola Hubungan Ruang
berdasarkan permasalahan ruang yang
Organisasi ruang juga mempengaruhi
ditemukan. Konsep ini bertujuan untuk
memaksimalkan sistem pencahayaan dan perancangan pola sirkulasi yang di rancang
penghawaan yang baik pada kantor untuk dengan menggunakan pertimbangan sirkulasi
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. pengguna sehari-hari dalam kantor.
Konsep ini diterapkan pada interior bangunan
dengan acuan desain sesuai persyaratan aspek
bahas eko-interior.
253
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

terdapat bukaan jendela antar ruang meeting


yang bersebelahan. Pencahayaan pada
ruangan ini menjadi kurang karena tidak
terdapat bukaan yang membantu masuknya
sinar matahari.

f. Kamar Mandi
Kamar mandi berada di sisi timur laut
bangunan ini. Tidak terdapat jendela pada
kamar mandi sehingga penghawaan dan
pencahayaan alami belum maksimal.
Letaknya di sisi pinggir mengurangi efisiensi
karena sedikit jauh dari ruangan publik.

g. Ruang Arsip
Ruang arsip berada di sisi barat daya
bangunan. Tidak terdapat bukaan selain
pintu kaca yang terhubung dengan ruang
Gambar 9. Pola Sirkulasi Ruang
kerja karyawan bagian belakang sehingga
pencahayaan alami tidak dapat masuk ke
ruangan

3.2. Pemilihan Material

Pemilihan material pada elemen interior


(lantai, dinding, plafon) dan material furniture di
desain sesuai dengan pertimbangan aspek bahas
Gambar 10. Layout Plan
eko-interior menurut Kusumarini, 2007.

a. Lobby 1. Lantai
Lobby berada pada sisi utara bangunan yang Lantai pada setiap ruang menggunakan
langsung menghadap ke jalan sehingga material yang ramah lingkungan seperti:
ruangan lobby mendapatkan pencahayaan
matahari dari arah timur pada pk 12.00 – 14.-  Penutup lantai linoleum : linoleum terbuat
00 dengan intensitas yang tergolong normal / dari 100% bahan alami yaitu minyak biji
flax yang dicampur dengan serbuk gabus
sedang.
 dan direkatkan pada media kanvas
b. Ruang Kerja Pemilik  Lantai keramik : dapat meningkatkan
Ruang kerja pemilik terletak di sisi barat laut ketahanan terhadap air dan mengatasi
bangunan. Tidak terdapat bukaan selain kelembaban sehingga cocok digunakan
pintu pada ruangan ini. Namun, untuk lantai kamar mandi.
pencahayaan dibantu oleh warna interior
ruangan yang cukup terang.

c. Ruang Karyawan Depan


Ruang kerja karyawan bagian depan terletak
pada sisi barat bangunan. Pencahayaan dan
penghawaan alami ruangan ini didapat
melalui bukaan dari arah utara yang
terhubung langsung dengan lobby.

d. Ruang Karyawan Belakang


Ruang kerja karyawan bagian belakang
berada di sisi tenggara bangunan. Ruangan
ini tidak memiliki bukaan jendela sehingga
tidak mendapatkan pencahayaan alami.

e. Ruang Meeting
Ruang meeting terletak di sisi timur
Gambar 11. Floor Plan
bangunan. Ruang meeting tidak memiliki
bukaan langsung menghadap ke luar namun
254
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

2. Dinding Bangunan menghadap ke utara


Elemen interior dinding di desain dengan menyebabkan cahaya alami yang masuk ke
menggunakan material kayu, kaca, dan dinding dalam bangunan tergolong normal dan tidak
batu bata dengan finishing cat yang ramah terlalu panas. Pencahayaan alami yang paling
lingkungan dan low maintenance. Salah satunya maksimal terjadi antara pukul 12.00 - 14.30.
yaitu pemilihan jenis kaca rayban pada partisi
ruang untuk mengurangi panas sinar matahari 6. Pencahayaan buatan
yang masuk. Pencahayaan buatan diperlukan untuk
memaksimalkan pencahayaan di beberapa ruang
3. Plafon terutama ruangan yang tidak terkena sinar
Plafon ruangan menggunakan material matahari karena tidak memiliki jendela.
gypsum board yang ramah lingkungan, tahan api Pencahayaan buatan menggunakan lampu jenis
dan baik bagi kesehatan. Pengaplikasian gypsum downlight yang sudah dilengkapi dengan
board juga sangat mudah dan hasil finishing-nya teknologi hemat energi sehingga dapat
terlihat lebih rapi dibandingkan triplek meminimalkan biaya dan ramah terhadap
lingkungan.

3.4. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan pada interior kantor di


desain sesuai dengan pertimbangan aspek
bahas eko-interior menurut Kusumarini, 2007.

Gambar 12. Plafond Plan

4. Furniture
Material yang digunakan pada furniture
antara lain :
 Kayu dengan finishing aqua wood yang Arah sirkulasi udara
berbahan dasar air dan 100% bebas
Gambar 14. Sistem Penghawaan
formaldehyde dan ramah lingkungan
 Kaca, dengan jenis reflective glass yang a. Penghawaan alami
permukaannya dapat memantulkan energi Penghawaan alami masuk ke dalam
panas matahari dan ramah lingkungan. bangunan melalui jendela-jendela di ruangan sisi
 depan bangunan yang menggunakan sistem
3.3. Sistem Pencahayaan adjustable sehingga penghawaan alami dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Penghawaan
Sistem pencahayaan pada interior setiap
alami di sisi tengah dalam bangunan dibantu
ruang di desain sesuai dengan pertimbangan
dengan ketinggian plafon dan void yang
aspek bahas eko-interior menurut Kusumarini,
terhubung dengan lantai 2 sehingga dapat
2007.
meningkatkan sirkulasi udara untuk ruang-ruang
di sekitarnya.

b. Penghawaan buatan
Penghawaan buatan di setiap ruang
menggunakan AC dengan teknologi energy
saving dan low voltage operation untuk
meningkatkan kesegaran udara dalam ruang.
Penghawaan buatan pada kamar mandi
menggunakan exhaust fan agar sirkulasi udara
tetap terjaga meskipun tidak ada bukaan alami.
Arah datang sinar matahari

Gambar 13. Sistem Pencahayaan

5. Pencahayaan alami
255
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

3.5. Sanitasi Air dari luar bangunan yang masuk melalui


bukaan jendela. Penggunaan pendingin
Sistem sanitasi air pada interior kantor di ruangan (AC) yang dilengkapi dengan filter
desain sesuai dengan pertimbangan aspek bahas pembersih udara dan penambahan tanaman
eko-interior menurut Kusumarini, 2007 dapat membantu mengatasi polusi ruangan
ini.

b. Ruang Kerja Pemilik


Polusi dalam ruang kerja pemilik berasal dari
material furniture kayu. Karena tidak adanya
bukaan jendela yang dapat membantu mengatasi,
penggunaan pendingin udara yang dilengkapi
dengan filter pembersih udara dapat membantu
mengatasi polusi yang terdapat di ruangan ini.

c. Ruang Karyawan
Polusi dalam ruang kerja karyawan bagian
depan ini berasal dari polusi pada lobby, dari
material furniture seperti kayu serta material pada
karpet. Pendingin ruangan yang dilengkapi
dengan filter pembersih udara akan sangat
membantu mengatasi polusi dalam ruangan ini.
Penambahan tanaman-tanaman pada ruangan
juga dapat membantu.

d. Ruang Meeting
Polusi pada ruang meeting berasal dari
material furniture seperti kayu dan fabric. Polusi
Gambar 15. Sanitasi Air tersebut dapat diatasi dengan penggunaan
pendingin ruangan yang dilengkapi dengan filter
a. Air yang dibutuhkan disalurkan ke 4 titik pembersih udara.
pada bangunan yaitu pada kamar mandi
bawah (Lantai 1), kamar mandi atas (Lantai e. Kamar Mandi
2), dapur lantai 1 & dapur lantai 2. Polusi dalam kamar mandi diperoleh dari
b. Sumber air bersih yang digunakan berasal sisa hasil pembuangan (grey water). Ruang
dari PDAM Surabaya. Terdapat 2 tandon air kamar mandi bersifat tertutup dan juga lembab
yang terletak di atas (Tandon air gravitasi sehingga seringkali menyebabkan bau, namun hal
yang dialirkan dengan memanfaatkan tersebut dapat diatasi dengan adanya exhaust fan
sistem gravitasi) dan tandon air yang dan pemilihan material keramik yang tidak banyak
terletak di bawah. menyebabkan bau.
c. Sumber air dari PDAM digunakan untuk
aktivitas memasak, mencuci pakaian e. Ruang Arsip
menggunakan mesin cuci, flushing pada Polusi dalam ruang arsip berasal dari
toilet, wastafel dan shower kamar mandi. material furniture seperti kayu dan fabric, selain
d. Air yang telah digunakan menjadi grey water itu polusi juga disebabkan oleh banyaknya arsip-
dan disalurkan ke sumur resapan untuk arsip yang sudah lama disimpan dalam ruangan
dibersihkan agar tidak mencemari alam dan sehingga menimbulkan debu-debu. Polusi
selanjutnya akan disalurkan lagi ke tanah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan
dan pembuangan air. pendingin ruangan yang dilengkapi dengan filter
e. Air hujan ditampung dan dimanfaatkan pembersih udara.
kembali untuk menghemat pemakaian air
dan digunakan pada air PDAM mati
3.7 Emisi Elektromagnetik

3.6. Polusi dalam Ruang Emisi elektromagnetik pada interior kantor di


Penanganan polusi dalam ruang pada desain sesuai dengan pertimbangan aspek bahas
interior kantor di desain sesuai dengan eko-interior menurut Kusumarini, 2007.
pertimbangan aspek bahas eko-interior menurut
Kusumarini, 2007. a. Lampu: Penggunaan lampu jenis LED yang
ramah lingkungan dengan jumlah yang
a. Lobby sesuai dengan kebutuhan.
Polusi dalam lobby berasal dari polusi
udara luar, asap kendaraan, dan bau-bau
256
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

b. TV : Jarak pandang pengguna tergolong dalam kantor tersebut. Perancangan interior


aman dan sesuai yaitu 1 – 1.8 meter untuk kantor Notaris Felicia Imantaka ini berfokus untuk
ukuran TV 25” dengan menggunakan TV meningkatkan kualitas sistem pencahayaan dan
merek LG 22” 22MT48AF-PT. sistem penghawaan sesuai dengan persyaratan
eko –interior untuk mengatasi permasalahan
c. Kulkas: Penggunaan kulkas mini dari penghawaan dan pencahayaan pada beberapa
Panasonic [NR-AK5ED]. Dengan sistem ruang. Selain itu, perancangan juga
terbaru yang eco-friendly dapat membantu mempertimbangkan aspek kesehatan pengguna
mengontrol emisi elektromagnetik untuk dengan menggunakan material yang ramah
energi listrik dan biaya pengeluaran listrik lingkungan dan berkelanjutan.
tiap bulannya.
Dengan adanya perancangan yang
d. AC: AC yang digunakan adalah AC mengimplementasikan aspek eko-interior ini
Panasonic UV Series CS-UV5SKP yang diharapkan dapat meminimalkan masalah
menggunakan sistem Low Voltage sehingga lingkungan, sosial, ekonomi dan mendukung
dapat membantu menghemat emisi desain bangunan yang berkelanjutan.
elektromagnetik dan pengeluaran biaya listrik
tiap bulannya dengan jumlah dan kebutuhan UCAPAN TERIMA KASIH
besar pK yang disesuaikan dengan besar
ruangan. Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Ibu Yusita Kusumarini selaku
e. Komputer: Jarak pandang standar dari mata dosen mata kuliah Eko Desain, Ibu Sherly De
ke monitor adalah 50-70m untuk mata Yong selaku Kepala Studio mata kuliah Desain
normal agar mata tidak mudah lelah dan Interior & Styling 2, Bapak Andereas Pandu
perih. Dengan penggunaan yang bijaksana, Setiawan selaku pembimbing mata kuliah Desain
dapat membantu mengatasi jumlah emisi Interior & Styling 2, Ibu Laksmi Kusuma Wardani
elektromagnetik dan pengeluaran biaya listrik selaku dosen mata kuliah Seminar sekaligus
tiap bulannya pembimbing dalam penulisan ini yang telah
memberikan waktu dan tenaganya sehingga
penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik dan
3.8 Manajemen Sampah dalam Ruang tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah
Tempat pembuangan sampah di dalam terlibat dan membantu dalam penulisan ini
ruang dibedakan menurut jenis sampah, yaitu : sehingga penulisan dapat terlaksana

a. Sampah basah DAFTAR PUSTAKA


Sampah basah umumnya berasal dari
bungkus makanan dan minuman karyawan dan Brundtland, G.H. (1987). Report of The
klien yang datang. Sampah yang terkumpul pada World Commission on Environment and
tempat sampah di dalam ruang dibuang ke Development, The United Nation.
pembuangan di depan bangunan kantor dan
dilakukan pemungutan sampah akhir oleh Frick, Heinz dan FX. Bambang Suskiyatno.
pemerintah. (1998). Dasar-Dasar Eko Arsitektur.
Yogyakarta: Kanisius.
b. Sampah kering
Sampah kering umumnya berasal dari Frick, Heinz, dan Mulyani, Tri Hesti . (2006).
kertas-kertas tidak terpakai, tissue kering, plastik, Arsitektur Ekologis. Jogjakarta: Kanisius.
dan sebagainya. Sampah yang terkumpul pada
tempat sampah di dalam ruang dibuang ke Kusumarini, Yusita. 2007. Kajian terapan eko-
pembuangan di depan bangunan kantor dan interior pada bangunan berwawasan
dilakukan pemungutan sampah akhir oleh lingkungan studi obyek: Rumah Dr. Heinz
pemerintah. Frick di Semarang; kantor PPLH di
Mojokerto; perkantoran Graha Wonokoyo di
KESIMPULAN Surabaya. Institut Teknologi Bandung,
Bandung
Perancangan Kantor Notaris Felicia Imantaka
ini menggunakan penerapan eko - interior yang Larasati, Dwinita. (2007). Sustainable Housing in
terdiri dari 8 aspek kajian berupa organisasi Indonesia. Netherlands: Delft University of
ruang, pemilihan material, sistem pencahayaan, Technology.
sistem penghawaan, sanitasi air, polusi dalam
ruang, emisi elektromagnetik, dan manajemen Papanek, Victor. (1982). Design for The Real
sampah dalam ruang yang diterapkan pada World: Human Ecology and Social Change.
beberapa bagian ruang penting yang terdapat di London: Granada Publishing Limited.
257
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pilatowicz, Grazyna. (1995). Eco-Interiors. United


States of America: by John Wiley & Sons,
Inc.

Saputro, Anke Dwi , ed. 100. Tahun Ikatan Notaris


Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu,
Sekarang, dan di Masa Datang. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2008

Soemarwoto, Otto. (1983). Ekologi Lingkungan


hidup dan Pembangunan. Djambatan :
Jakarta

Sugandhy, Aca dan Hakim, Rustam. 2007.


Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.
Bumi Aksara.

Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan Dengan


Menerapkan ISO 1400. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.

258
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL SEBAGAI BAHAN


PENGGANTI BATU BATA

Studi kasus: Rumah Botol Ridwan Kamil,Bandung dan Gedung Pameran


EcoARK Taipei,Taiwan

Anastasia Lubalu1, Jocelyn Salim2


Program Studi Desain Interior
Universitas Kristen Petra1,2
Jalan Siwalankerto no. 121-131, Surabaya
E-mail: tasya.lubalu422@gmail.com

ABSTRAK

Sampah merupakan salah satu permasalahan serius di Indonesia yang tidak ada habisnya, terutama di
daerah perkotaan. Salah satu jenis sampah yang sering ditemui di sekitar lingkungan yaitu limbah botol kaca
dan plastik. Selain jumlah limbah botol yang meningkat setiap harinya, limbah botol juga sulit untuk terurai,
sehingga mengakibatkan terganggunya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Di sisi lain, biaya untuk
bahan membangun sebuah bangunan mahal sehingga memerlukan alternatif-alternatif bahan lain dengan
biaya terjangkau tetapi memiliki kualitas yang baik. Dari dua permasalahan diatas, dibutuhkan sebuah
inovasi yang dapat mengurangi permasalahan jumlah limbah botol dengan cara mengelolanya menjadi
bahan bangunan yang baru. Objek pada penelitian ini adalah Rumah Botol milik Ir. Ridwan Kamil yang
berada di kota Bandung dan sebuah bangunan pameran EcoARK yang berada di kota Taipei, Taiwan.
Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif yaitu pendekatan kualitatif. Dari studi kasus
perbandingan antara dua bangunan dengan material limbah botol yang berbeda ini, diharapkan dapat lebih
mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing material serta dapat menjadi acuan saat
mendesain sebuah bangunan di Indonesia dengan memperhatikan penggunaan bahan baku yang ramah
lingkungan.

Kata kunci: Limbah botol; alternatif material; eko-desain.

ABSTRACT

Garbage is one of the serious problems in Indonesia that is endless, especially in urban areas. One type of
garbage that is often found around the environment is waste glass bottles and plastic. Apart from increasing
the amount of bottle waste every day, waste bottle is also difficult to decompose resulting in disruption of
cleanliness and environmental health. On the other hand, the cost of build a building is expensive so that it
requires alternative materials at an affordable cost but have a good quality. From the two problems above, it
requires an innovation that can reduce the problem of the amount of bottle waste by managing it into new
building materials. The object of this research is the Bottle House owned by Ir. Ridwan Kamil in Bandung
and an EcoARK exhibition building located in Taipei, Taiwan. The research method that used is a descriptive
method that is qualitative approach. From a comparative case study between these two buildings with
different bottles of waste material, it is expected to have more information about the advantages and
disadvantages from each materials and can be a reference when designing a building in Indonesia by paying
attention to the use of raw materials that are environmentally friendly.

Keywords: Bottle waste; material alternatives; eco-design.

PENDAHULUAN diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.


Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi
Salah satu permasalahan di seluruh dunia tiga jenis, yaitu sampah organik (dapat terurai),
terutama Indonesia adalah sampah. Sampah sampah anorganik (tidak terurai) dan beracun
memiliki hubungan yang sangat erat dengan (B3).
kehidupan manusia. Hal tersebut terjadi karena
meningkatnya jumlah penduduk, tingkat aktifitas, Dari tiga jenis sampah diatas, sampah
tingkat sosial ekonomi, pola dan gaya kehidupan, anorganik merupakan sampah yang harus
serta kemajuan teknologi. Menurut Wikipedia, diperhatikan. Hal tersebut dikarenakan sampah
sampah merupakan material sisa yang tidak anorganik termasuk sampah yang tidak mudah
259
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

membusuk, seperti plastik wadah pembungkus Analisis data bersifat kualitatif, disimpulkan
makanan, kertas, botol, kaca, gelas bekas dengan masing-masing aspek eko-interior
minuman,dsb. Bila sampah tersebut tidak segera sebagai acuan untuk proses perbandingan
diolah atau dibiarkan maka akan berdampak pada analisa terapan pada kedua objek rancang
kesehatan, kualitas udara dan air, lingkungan bangun adalah sebagai berikut (dikembangkan
sosial serta ekonomi. Pengelolaan sampah dari Kusumarini): pemilihan material, sistem
diperlukan untuk mengubah sampah menjadi pencahayaan, dan sistem penghawaan.
material yang memiliki nilai ekonomis dan juga Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk
untuk mengolah sampah menjadi material yang paragraf berupa deskripsi penerapan aspek eko-
tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. interior pada rumah botol Ridwan Kamil,
Pameran EcoArk dan beberapa tabel yang telah
Di sisi lain, semakin hari jumlah penduduk diolah oleh peneliti berupa perbandingan antara
khususnya di Indonesia semakin meningkat, dua bangunan. Hasil analisis juga akan
namun tidak diimbangi dengan jumlah rumah mendasari kesimpulan dan saran.
tinggal atau bangunan yang memadai. Hal
tersebut diakibatkan oleh mahalnya bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
pembangunan sebuah rumah tinggal atau
gedung. Karena itu dibutuhkan sebuah alternatif Material dari limbah botol dibagi atas dua
bahan bangunan dengan harga terjangkau tetapi jenis yang dapat digunakan lagi dengan cara
dengan kualitas yang baik. melakukan 3R (reduce,recycle,reuse). Berikut
pemaparan karakteristik bahan dan cara
Dari dua permasalahan diatas dapat mengelolah limbah botol,serta konstruksi agar
digabungkan untuk menjadi sebuah inovasi yang bisa menjadi elemen dinding pengganti batu
baru dengan memanfaatkan limbah botol yang bata:
mencemari lingkungan menjadi sebuah bahan
bangunan yang memadai. A. LIMBAH BOTOL KACA

Objek yang dikaji adalah bangunan yang  Karakteristik bahan:


memanfaatkan limbah botol kaca dan plastik,
yaitu rumah botol kaca milik Ir. Ridwan Kamil, 1. bersifat cair namun memiliki kepadatan
yang berlokasi di jalan Cigadung 7/28 Bandung, yang tinggi dan memiliki struktur amorf.
Indonesia yang telah meraih green design award 2. tahan panas,tahan tekanan dan bersih.
dari Asia Building Construction Information (BCI) 3. dapat menerima penyinaran dari berbagai
Asia dan Pameran EcoArk, yang berlokasi di jalan panjang gelombang.
Yumen St., Zhongshan no. 1, Taipei City 104, 4. bersifat kedap udara dan kelembaban
Taiwan (R.O.C.) yang merupakan bangunan 5. Absorptive properties,intensitas cahaya
teringan di dunia. yang masuk kedalam akan berkurang
kerena adanya penyerapan sepanjang
Tujuan dari penelitian ini dapat dilihat Dari tebal kaca.
Hasil analisa studi kasus dengan membandingkan 6. Refractive properties,sifat memantulkan
dua bangunan yang menggunakan material cahaya yang jatuh pada permukaan kaca
limbah botol yang berbeda yaitu untuk tersebut.
mengetahui kelebihan dan kekurangan masing 7. tidak mempunyai plastisitas pada suhu
masing material serta dapat menjadi acuan saat normal, namun mempunyai elastisitas pada
mendesain sebuah bangunan di Indonesia suhu tinggi
dengan memperhatikan penggunaan bahan baku 8. Jika gaya yang diterima oleh kaca melebihi
yang ramah lingkungan. batas kemampuan kaca maka kaca itu
akan rusak
METODE 9. Kekakuan yang relatif tinggi
10. Mudah mengalami kerusakan. Jika kaca
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
menerima beban terlalu tinggi.
dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kaca)
Dalam penelitian ini penulis melakukan eksplorasi
literatur yang berkaitan dengan eko-desain dan
 Cara pengolahan Menggunakan kerangka
literature lainnya yang berhubungan dengan topik
besi
yang dibahas. Analisis data dilakukan dengan
Alat Bahan:
membandingkan teori yang ada dengan
1. Besi siku
membandingkan fakta yang ada di lapangan.
2. Botol kaca
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
3. Lem kaca
menyimpulkan sebuah deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, actual dan akurat
Langkah-langkah pembuatan:
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki. 1. Siapkan botol kaca yang telah terkumpul,
bersihkan dan keringkan .
260
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

2. Tutup setiap lobang botol kaca dengan kayu


sebagai sumbatan menggunakan lem
perekat.
3. Buatkan kerangka besi sesuai ukuran yang
telah ditentukan.kerangka tersebut yang
akan menjadi penyangga untuk botol-botol
tersebut menempel.
4. Pasang kerangka besi tersebut pada area
yang ingin dipasang.
5. Kemudian rangkai botol kaca tersebut,susun
secara rapi.
6. Rekatkan antar celah botol kaca satu dengan Gambar 2. Contoh konstruksi menggunakan semen
lainnya menggunakan lem kaca. Sumber: www.semenmerahputih.com

Dinding dari botol kaca ini, harus dilapisi


lagi dengan kaca dari dalam, karena  Studi kasus Rumah Botol Ridwan Kamil,
keadaannya yang kurang rapat,berbeda dengan Bandung
dinding botol kaca yang konstruksinya
menggunakan semen.

Gambar 3. Tampak Depan Rumah Botol Ridwan Kamil


Sumber: www.money.smart.id

Gambar 1. Contoh konstrukti menggunakan kerangka


Objek yang akan dikaji merupakan rumah
Besi. Sumber: www.media.rooang.com botol kaca milik Ir. Ridwan Kamil, yang berlokasi
di jalan Cigadung 7/28 Bandung. Rumah ini
 Menggunakan bantuan perekat memanfaatkan limbah botol kaca sebagai elemen
semen dinding. Pada pengkajian ini, akan melakukan
Alat & Bahan: penelitian efek material botol kaca bekas yang
1. Campuran semen diterapkan sebagai dinding terhadap
2. Botol kaca pencahayaan, penghawaan serta efek yang
3. Pasir ditimbulkan .

Pemilihan Material
Langkah-langkah pembuatan:
1. Mengumpulkan botol yang memiliki bentuk
Material pada bangunan ini yang akan
dan ukuran yang sama.
diteliti adalah material botol kaca. material botol
2. Setelah botol tersebut terkumpul,isi botol-
kaca menggunakan botol kaca bekas minuman
botol tersebut dengan pasir, tujuan
berenergi (reuse) dengan jenis kaca Rayban.
pengisian pasir agar botol kaca tersebut
Perletakan material botol kaca ini
lebih tahan untuk menopang beban
mempertimbangkan orientasi bangunan sehingga
sekaligus menghindari ada kotoran
ketika material tersebut diaplikasikan kedalam
maupun binatang kecil yang masuk.
ruangan, dapat mencapai tingkat kenyamanan
Kemudian sisakan 1-2 centimeter untuk
ditutup menggunakan adonan semen. yang sesuai. Sekitar 60 % dari bagian Rumah
3. Langkah berikutnya susun botol-botol yang Botol dibalut oleh 30.000 botol kaca bekas
sudah terisi pasir tersebut secara silang minuman berenergi.
antara botol bagian bawah dan botol
bagian atas,hal ini dikerenakan diameter
botol yang berbeda.dengan posisi tersebut
posisi botol lebih rapat dan saling
mengunci.
4. Kemudian rekatkan antar botol
menggunakan campuran semen dan
pasir.kemudian plester dinding sampai rata
menggunakan campuran semen dan pasir.

261
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

pada botol bekas tersebut sehingga penghawaan


pada ruang tersebut tetap nyaman.

Pada lantai 1, area ruang tamu (Main-


Entrance), botol bekas digunakan sebagai dinding
partisi sekaligus menjadi celah ventilasi, sehingga
dapat menyalurkan udara untuk masuk ke dalam
ruangan karena terdapatnya celah-celah ventilasi
Gambar 4. Jenis botol kaca coklat (rayban) di antara susunan botol tersebut.
Sumber: www.indotranding.com
Pada lantai 2, penyusunan botol kaca
Jenis kaca botol minuman berenergi adalah disusun menggunakan modul secara silang, pada
kaca rayban yang memiliki sifat Absorber yaitu area yang tidak diberi modul botol kaca, akan
kemampuan untuk membatasi pandangan dari berfungsi sebagai bukaan untuk sirkulasi udara
salah satu arah, mampu untuk mengurangi efek yang masuk ke dalam bangunan. Karena lantai ini
sinar matahari panas yang masuk ke dalam adalah zona ruangan privat seperti, ruang
ruangan dan mampu untuk menyaring intensitas keluarga, ruang makan, dan kamar tidur, maka di
cahaya, tergantung dari tebalnya kaca tersebut. butuhkan pengaturan bukaan sirkulasi udara.
Kaca rayban memiliki kemampuan untuk Sirkulasi udara pada lantai 2, dapat diatur melalui
menahan panas dan sinar matahari sampai 55%, jendela yang ada di belakang secondary skin.
sehingga mengurangi beban pendingin ruangan
dan menjaga privasi penghuninya. Selain itu botol
bekas minuman berenergi ini dipilih sebagai
material dinding partisi dikarenakan botol
minuman berenergi ini,memiliki efek warna estetik
yang mirip dengan warna kayu, sifat kaca yang
tebal serta material dari limbah bekas yang tidak
dipakai lagi. Dengan menggunakan botol kaca
tersebut, cahaya yang masuk kedalam ruang
akan menghasilkan patern sendiri yang estetik.
Gambar 6. View area Ruang Tamu (Main
Sistem Penghawaan Entrance) Sumber: www.money.smart.id

Sistem Pencahayaan

Secara keseluruhan pencahayaan pada rumah


ini menggunakan pencahayaan alami secara
efektif, hal ini di tunjukan melalui fasad bangunan
yang memiliki banyak bukaan kaca secara
maksimal dengan mempertimbangkan arah
orientasi bangunan. Karena bukaan terdapat pada
Gambar 5. View area outdoor Kolam Renang Sumber: bagian barat, yang memiliki sinar matahari panas,
www.money.smart.id sehingga dengan adanya botol bekas ini dapat
berfungsi untuk menyaring cahaya matahari sore
Secara keseluruhan Penghawaan pada yang masuk ke dalam ruangan secara efektif .
rumah ini memanfaatkan penghawaan alami,
penghawaan alami pada rumah ini dibantu
dengan inner court dan kolam renang pada area
tengah bangunan. Kolam renang yang di
tempatkan pada daerah Inner Court, juga dapat
membantu penghawaan udara ke dalam
bangunan. Uap air yang terkena hembusan angin
akan ikut masuk ke dalam bangunan, menjadikan
bangunan terasa sangat sejuk walaupun kondisi Gambar 7. View area Kamar Tidur utama
cuaca di luar sangat panas. Sumber: www.money.smart.id

Selain itu dengan penggunaan botol kaca Selain itu untuk mendukung pencahayaan
rayban radiasi sinar matahari tidak langsung dalam ruang, inner court diletakan pada area
masuk kedalam ruang, melainkan terperangkap tengah bangunan untuk membantu masuknya

262
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

cahaya matahari kedalam ruangan. Dengan 1. Plastik Thermoplast


penggunaan material botol bekas jenis kaca Plastik yang dapat di daur ulang, yaitu jika
rayban, unsur cahaya dapat dimaksimalkan dipanaskan lagi memiliki sifat plastis sehingga
sebagai pencahayaan alami ruang pada siang dapat dicetak lagi.
2. Plastik Thermoset
hari. (Sumber : Mahesha,Indraguna,dkk,2014).
Plastik yang tidak dapat di daur ulang, jika
dipanaskan akan langsung mengeras dan
Orientasi bangunan
menjadi arang

 Karakteristik bahan

1. Massa jenis kecil berkisar antara 0,9 -


2 gr/cm
2. Tahan terhadap bahan kimia baik
(asam, basa, garam)
3. Sifat isolasi terhadap arus listrik sangat
baik
Gambar 8. Tampak bangunan bagian barat 4. Sifat isolasi terhadap panas baik
Sumber: www.money.smart.id 5. Sifat mudah dikerjakan, misal dirol,
dipres dan dituang
Orientasi bangunan Rumah Botol ini 6. Mempunyai permukaan yang padat
mengarah ke arah Utara dan Selatan sehingga dan halus serta mudah diwarnai
radiasi panas matahari langsung memapari 7. Pembuatannya relatif murah
bagian Timur bangunan pada pagi hari dan 8. Kekuatan mekanisnya kecil
9. Sifatnya tahan panasnya kurang
bagian Barat bangunan pada sore hari. Cahaya (kecuali beberapa jenis)
matahari sore yang menjadi kendala pada 10. Sifat muai panasnya besar
bangunan ini dapat disikapi dengan baik, dengan 11. Kekerasannya kurang dan tidak tahan
penggunaan modul botol bekas pada dinding goresan
area Barat. 12. Mudah retak pada suhu kamar
13. Daya penyerapan airnya relatif tinggi
(P. Pandey, S, Gotmare, S &
Wankhade, Prof. S.A, 2017)

 Cara pengolahan Menggunakan bantuan


perekat semen
Alat & Bahan:
1. Campuran semen
2. Pasir
3. Tali/kawat
4. Botol plastik

Langkah-langkah pembuatan:
1. Botol diisi dengan pasir dan air hingga
penuh dan padat kemudian ditutup
(untuk mencegah kebakaran)
Gambar 9. Diagram analisis tapak dalam 2. Disusun menggunakan bahan
Sumber: Penulis (2018) campuran semen
3. Direkatkan satu sama lain
Karena penggunaan botol bekas dengan menggunakan tali/kawat
jenis kaca rayban sebagai elemen dinding, 4. kemudian plester dinding sampai rata
mampu menyaring panasnya radiasi dari cahaya menggunakan campuran semen dan
matahari sore yang masuk ke dalam bangunan. pasir.
Sehingga kondisi kenyamanan termal dan visual
di dalam ruangan tetap terasa nyaman meski
intensitas cahaya matahari sore yang mengenai
bangunan pada sisi Barat cukup tinggi.

B. LIMBAH BOTOL PLASTIK

Material plastik secara garis besar


dikelompokan menjadi 2 bagian utama yaitu:

263
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pemilihan material

Gambar 10. Contoh konstruksi botol plastic


menggunakan semen. Sumber:
http://www.mongabay.co.id

 Menggunakan struktur
bambu
Alat & Bahan:
1. Bambu Gambar 13. Material dinding pada bangunan
2. Botol plastic Sumber: www.enexpopark.taipei

Langkah-langkah pembuatan: Proses pola kerja EcoArk:


1. Pada bagian bawah botol-botol plastik
dilubangi 1. Recycle
2. Memasukkan botol plastik yang telah Proses pengumpulan botol-botol plastic
dilubangi kedalam bambu bekas, dan dikumpulkan di sebuah lokasi
3. Dirakit pada pondasi pipa beton yang daur ulang.
ditanam kedalam tanah dan memperkuat 2. Remould
struktur silang dari rangka bambu Proses pembentukan kembali botol plastik
hasil daur ulang menjadi bentuk standar,
agar bisa disusun dengan rapi dan
membentuk suatu pola yang solid.
3. Assemble
Proses penyusunan botol yang bentuknya
sudah standard, sehingga menjadi sebuah
pola yang solid yang bisa disusun menjadi
sebuah dinding yang kokoh.
4. Modularize
Gambar 11. Contoh konstruksi botol plastik Botol yang sudah disusun solid, kemudian
menggunakan struktur bambu. Sumber:
dilapisi dengan bahan penguat, sehingga
http://www.home.co.id
plastik sebagai bahan utama terlindungi
 Studi kasus Pameran EcoArk di Taipei, dan anti api.
Taiwan 5. Build
Sebelumnya diberikan kerangka besi
terlebih dahulu untuk memberi kekuatan
pada bangunan. Bahan yang sudah jadi,
kemudian disusun dan jadilah sebuah
gedung pameran EcoArk yang disebut
sebagai gedung yang cukup kuat untuk
menahan kekuatan alam seperti gempa
bumi, angin topan, termasuk api.

(sumber:http://www.ilmusipil.com/membuat
Gambar 12. Tampak Depan Pameran -gedung-dari-botol-plastik-bekas)
EcoArk Sumber: http://www.enexpopark.taipei

264
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Setelah dirakit menjadi panel persegi


panjang datar, poli-batu bata yang dilapisi dengan
film api dan tahan air. Fasad melengkung dan
transparan EcoARK terbuat dari panel-panel
modular yang disekrup dan dipasang ke rangka
baja struktural. (sumber:
https://petmat.cz/petribute/ecoark/)

Gambar 14. Bentuk dari batu-bata POLLI


Sumber:
www.enexpopark.taipei

Fasad bangunan dan dinding diisi dengan


botol PET (polyethylene terephthalate) tanpa
beban. Bata POLLI adalah botol PET dengan
bentuk interlocking baru yang sangat spesifik. Ini Gambar 17. Variasi ukuran batu-bata POLLI
diproduksi dari botol PET daur ulang - ini dicuci, Sumber:
dipotong, dan dicairkan kembali menjadi butiran www.enexpopark.taipei
yang membentuk bahan dasar untuk bata POLLI.
(Jalaluddin, M, 2017) Paviliun EcoArk secara luas dipuji sebagai
patokan untuk masa depan bangunan hijau dan
Untuk membuat semua batu bata POLLI menganut mantra "Reduce, Reuse and Recycle".
yang diperlukan untuk Eco Ark, total 1,5 juta botol Hal ini yanng membuat lingkaran ekonomi terjadi
PET didaur ulang. Beratnya 50 persen lebih dalam kenyataan. (Sumber:http://www.miniwiz
sedikit daripada bangunan konvensional, namun c .com/solution_detail.php)
Untuk menambah stabilitas tambahan pada
dinding, batu bata POLLI perlu di lem dengan Sistem pencahayaan
sejumlah kecil silikon di antara botol-botol. (A.
Patel, Dr. P, Shah, A & Patel, H, 2016)

Gambar 15. Konstruksi bentuk teknik Batu-bata


POLLI. Sumber: www.enexpopark.taipei

Bentuk dari bata POLLI ini terinspirasi dari


Gambar 18. Pencahayaan EcoArk saat siang
bentuk sarang lebah yang merupakan konstruksi dan malam hari. Sumber:
teknik yang kuat. Bata POLLI ini dipasang dengan http://www.enexpopark.taipei
sistem knock back, sehingga bisa di buka
(bongkar-pasang). Karena bangunan ini bisa Transparansi poli-batu bata memungkinkan
dibongkar pasang, sehingga bangunan ini cahaya alami untuk menerangi interior di siang
menjadi bangunan semi permanen yang dapat hari. Sistem tenaga surya dan angin
disusun kembali di daerah tertentu lainnya. menghasilkan listrik yang dibutuhkan untuk
menyalakan 40.000 LED yang menerangi
bangunan di malam hari.
(Sumber:https://taiwantoday.tw/news.php?unit=1
0 &post=17783)

Selain itu cahaya alami juga masuk ke


dalam bangunan EcoArk melalui bukaan-bukaan
pada plafon.

Gambar 16. Sistem konstruksi batu-bata POLLI


Sumber: www.enexpopark.taipei
265
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Sistem penghawaan Kekurangan limbah botol plastik:


1. Tidak dapat berdiri sendiri (membutuhkan
kerangka tambahan).
2. Sifat muai panasnya besar (jika
dibandingkan dengan kaca)
3. Tingkat kekerasan material kurang dan
tidak tahan goresan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa limbah


botol kaca dan plastik dapat menggantikan batu
bata sebagai material dinding. Hanya saja
diperlukan teknik, konstruksi, serta analisa
Gambar 19. Sistem Penghawaan pada EcoArk orientasi bangunan yang tepat guna menciptakan
Sumber: www.enexpopark.taipei bangunan yang kokoh dan dapat melakukan
aktivitas dalam ruang secara efektif.
Bangunan ini hanya memanfaatkan
penghawaan alami. Bangunan tetap sejuk tanpa KESIMPULAN
AC berkat ventilasi alami. Udara di dalam poli-
batu bata juga menyediakan isolasi dari panas Berdasarkan hasil analisis yang sudah
dan air hujan (Screen of falling water) yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
dikumpulkan dan digunakan kembali untuk limbah botol bekas kaca dan plastik dapat
mendinginkan bangunan. menjadi material pengganti batu bata untuk
membangun sebuah bangunan. Selain itu dari
Selain itu pendinginan ruangan juga diatur kajian ini penulis dapat mengetahui kelebihan dan
dari arah bangunan yang menghadap datangnya kekurangan dari masing-masing limbah botol kaca
angin. Angin akan masuk ke celah bawah dan plastik, yaitu limbah botol kaca memiliki
bangunan yang sengaja dibuat miring dan kelebihan karena struktur material yang lebih
selanjutnya dialirkan ke seluruh ruangan. kokoh jika dibandingkan dengan botol plastik.
Namun limbah botol kaca juga memiliki
Dari hasil dan pembahasan antara dua kekurangan pada bobot yang lebih berat,
material limbah botol yang berbeda, penulis sedangkan kelebihan dari limbah botol plastik
mendapatkan pengetahuan mengenai kelebihan yaitu memiliki sifat yang ringan sehingga dapat
dan kekurangan dari masing-masing dipindah dengan mudah (dapat dibongkar pasang
material,yaitu: dan moveable). Dari kajian tersebut diketahui
bahwa diperlukan adanya teknik, konstruksi, serta
Kelebihan limbah botol kaca: analisa arah orientasi bangunan yang tepat
sehingga penggunaan material lebih efektif.
1. Kaca botol bersifat absorber, yaitu
kemampuan untuk membatasi pandangan UCAPAN TERIMA KASIH
satu arah sehingga mengurangi beban
pendingin ruang dan menjaga privasi Penulis mengucapkan terima kasih kepada
penghuni pihak Universitas Kristen Petra Surabaya selaku
2. Isolator yang baik instansi yang telah memberikan kesempatan bagi
3. Material reflective properties yaitu sifat penulis untuk membuat jurnal ini.Penulis juga
memantulkan cahaya pada permukaan mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing yaitu Dr. Laksmi Kusuma Wardani,
Kekurangan limbah botol kaca: S.Sn., M.Ds. yang telah memberikan pengarahan
1. Bersifat kaku dan saran yang berarti sehingga penulis dapat
2. Berat menyelesaikan jurnal ini dengan baik dan tepat
waktu.
Kelebihan limbah botol plastik:
1. Transparan (memudahkan cahaya masuk). DAFTAR PUSTAKA
2. Ringan (sehingga movable atau dapat
Artikel dalam Jurnal (Jurnal Primer)
dibongkar pasang).
3. dapat dibentuk dengan mudah (sehingga Farellya, F, Mayang Sari, S & Melinda Frans, S,
bentukan dan konstruksi interlocking lebih (2017). Penerapan Eko-Interior pada
variatif). Restoran Merah Putih di Bali, Jurnal Intra,
Vol. 5; no. 2, 197–200.
Mahesha,Indraguna,dkk,(2014).Kajian Manfaat
Material Botol Bekas sebagai Elemen
Dinding terhadap

266
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Kenyamanan Thermal & Visual Ditinjau dari R. Junghare, Miss. T, V. Tiwari, Prof. A, (2017).
Aspek Sustainable, Jurnal Reka karsa ITN , Applications of Plastic Waste as Construction
Vol. 2; no. 3. Material, International Journal For Engineering
Applications and Technology, Vol. 3; no. 2,
Suharti,Ayu.Gurnarti,Anita.Hasan,Azharie,(2014). 13-19
Penga ruh Penambahan Tumbukan Limbah
Botol Kaca Sebagai Bahan Subtitusi Agrerat Artikel dalam Web Online
Halus Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur
Beton, Jurnal Bentang , Vol. 2; no. 1. EcoArk. Berkas dibuka pada 8 November 2018.
http://www.enexpopark.taipei/archive.aspx?ui
Jalaluddin, M, (2017). Use of Plastic Waste in d=22 4
Civil Constructions and Innovative
Decorative Material (Eco- Friendly), MOJ EcoArk. Berkas dibuka pada 8 November 2018.
Civil Eng 3(5): 00082. DOI: https://petmat.cz/petribute/ecoark/
10.15406/mojce.2017.03.00082
EcoArk. Berkas dibuka pada 8 November 2018.
A. Patel, Dr. P, Shah, A & Patel, H, (2016). Waste http://www.miniwiz.com/solution_detail.php
Plastic Bottles Offering Innovative Building
Materials with Sustainable Application, National Geographic spotlights Taipei’s EcoARK.
International Journal of Innovative and Berkas dibuka pada 8 November 2018.
Emerging Research in Engineering , Vol. 3; https://taiwantoday.tw/news.php?unit=10&po
no. 3, 38-45 st=17 783

P. Pandey, S, Gotmare, S & Wankhade, Prof. Membuat Gedung dari Botol Plastik Bekas.
S.A, (2017). Waste Plastic Bottle as Berkas
Construction Material, International dibuka pada 8 November 2018.
Advanced Research Journal in Science, http://www.ilmusipil.com/membuat-gedung-
Engineering and Technology, Vol. 4; no. 3 dari-botol-plastik-bekas

Kaca. Berkas dibuka pada tanggal 7 November


2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Kaca

267
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

268
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

KARAKTERISTIK SPASIAL BANGUNAN PADA


PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KOTA MALANG
Objek Studi: Kampung Warna-Warni Jodipan dan
Kampung Muria, Kota Malang

Putri Herlia Pramitasari1, Suryo Tri Harjanto2, Bambang Joko Wiji Utomo3
Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Insitut Teknologi Nasional Malang 1, 2, 3

E-mail: putri_herlia@lecturer.itn.ac.id

ABSTRAK

Banyaknya rumah di lokasi permukiman padat penduduk dengan penataan yang tidak teratur dan
sporadis, khususnya di daerah bantaran sungai menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kota Malang
untuk dilakukan strategi kontrol energi bangunan agar tercapai kehidupan yang efisien energi, layak, dan
sehat bagi penghuni. Penelitian ini difokuskan pada karakteristik spasial bangunan permukiman padat
penduduk pada kampung warna-warni Jodipan dan kampung muria di Kota Malang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif dengan analisis perbandingan. Teknik
pengumpulan data primer melalui observasi lapangan, survei (wawancara dan kuesioner), serta
pengumpulan data sekunder melalui kajian studi literatur. Tingginya kepadatan bangunan dari rumah deret
pada objek studi ditandai dengan building coverage ratio dan rasio lantai bangunan 100%, serta indeks
keterbukaan spasial 0-26% yang merupakan pengaruh dari kondisi lingkungan, sosial, dan budaya yang
terbentuk khususnya bangunan hunian di daerah pinggiran sungai. Hal ini tentu dapat dijadikan bahan
evaluasi oleh Pemerintah Kota Malang dalam membuat kebijakan dan strategi yang implementatif dalam
tata atur spasial bangunan hunian dan densitas kawasan agar memenuhi kriteria bangunan layak huni dan
efisien energi.

Kata kunci: rumah deret, karakteristik spasial, permukiman padat

ABSTRACT

The number of houses in densely settlements with irregular and sporadic arrangements, especially in
the riverbanks has become concerned by the Government of Malang City for building energy control
strategies to achieve an energy efficient, feasible and healthy life for occupants. This study focuses on the
characteristics of densely settlements in the colorful villages of Jodipan and kampung muria in Malang City.
The method used in this study, namely qualitative and quantitative methods with comparative analysis.
Techniques for collecting primary data, surveys (interview and questionnaires), also secondary data
collection through literature study. High density of buildings from the row house of case study is indicated by
the building coverage ratio and floor area ratio of 100%, as well as a spatial openness index of 0-26% which
is a consequence of environmental, social and cultural conditions of housing building in riverbanks. It can be
used to make evaluation of policies and strategies by the Government of Malang City for building spatial
planning and urban density to fulfill feasible and energy efficient buildings criteria.

Keywords: row houses, spatial characteristics, dense settlements

PENDAHULUAN lingkungan sebagai upaya untuk mengembalikan


fungsi RTH (Ruang Terbuka Hijau) pada area
Kebutuhan hunian rumah tinggal bagi bantaran sungai.
penduduk Kota Malang semakin meningkat, Zuraida dan Latiefa, U. (2013) menjelaskan
khususnya kalangan menengah ke bawah. bahwa rumah deret merupakan rumah yang
Fenomena yang terjadi saat ini banyak bersebelahan dan berdempetan di sisi samping
permukiman padat penduduk yang kurang kanan dan kiri dan tidak mempunyai ruang
memenuhi kriteria ramah lingkungan khususnya terbuka diantaranya, dimana biasanya terdapat
rumah deret di daerah bantaran sungai. pada rumah berukuran kecil (luas bangunan kecil
Karakteristik spasial bangunan pada rumah dan lahan kecil). Rumah deret banyak dijumpai
bantaran sungai ini penting untuk dikaji lebih pada Rumah Sangat Sederhana (RSS), Rumah
lanjut terhadap pemenuhan kriteria hunian ramah Sederhana (RS), dan rumah kampung.

269
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Perkampungan padat penghuni dan kumuh menentukan batas antara tempat tinggal dan
yang terdapat pada area bantaran Sungai Brantas pemisahan antara rumah-rumah tetangga.
Kota Malang diantaranya terdapat di sebagian Desain hunian yang ramah lingkungan tentu
Kelurahan Oro-oro Dowo dan Jodipan, dimana memberikan dampak positif terhadap lingkungan
sangat memungkinkan terjadinya penurunan termal perkotaan. Pertimbangan rasio ketinggian
kulitas lingkungan di Kota Malang (Rofiana, V. total terhadap luas lantai, tinggi bangunan, jarak
2015). Oleh karena itu, objek studi penelitian kali bangunan, dan ruang terbuka berpengaruh pula
ini mengambil lokasi rumah deret bantaran sungai terhadap lingkungan termal perkotaan (Lee, S.,
di Kelurahan Oro-oro Dowo dan Kelurahan Ha, J., dan Cho, H. 2017).
Jodipan Kota Malang.
Green Building Council Indonesia (2014) METODE
menjelaskan bahwa rumah ramah lingkungan
merupakan rumah yang bijak dalam tata guna
Mix-method berupa gabungan metode
lahan, efisien air dan energi, memperhatikan
kualitatif dan kuantitatif digunakan sebagai
konservasi material lokal, serta aman dan sehat
metode penelitian ini dengan menggunakan
bagi penghuni. Karakteristik spasial bangunan
analisis perbandingan. Pengumpulan data primer
yang memenuhi kriteria ramah lingkungan,
dilakukan melalui survei (wawancara dan
diantaranya area vegetasi minimum 30% dari luas
kuesioner) dan observasi lapangan, serta
tanah dan kebutuhan luasan ruang minimal 9 m 2
pengumpulan data sekunder melalui kajian studi
per orang pada bangunan rumah.
literatur dari buku, peraturan, maupun artikel
Azad, S. P., Morinaga, R., dan Kobayashi, H.
ilmiah terkait.
(2018) menjelaskan bahwa karakteristik spasial
Variabel penelitian yang digunakan,
seperti lansekap, tipe bangunan, tinggi bangunan,
diantaranya jumlah penghuni, luas tapak, luas
ruang terbuka, dan estetika mempengaruhi
bangunan, ruang terbuka, orientasi bangunan,
kepadatan bangunan. Kepadatan adalah
sirkulasi ruang, fungsi ruang, organisasi ruang,
kombinasi dari lingkungan binaan (perumahan)
dan hubungan ruang. Selanjutnya, variabel
dan populasi penduduk. Pada aspek fisik,
tersebut dianalisis tingkat kepadatan bangunan
kepadatan bangunan mempengaruhi tata letak
melalui penentuan rasio building coverage
perumahan, bentuk bangunan, dan struktur kota.
bangunan, rasio luas lantai bangunan, dan indeks
Aspek yang terkait dengan kepadatan bangunan,
keterbukaan spasial bangunan terhadap
diantaranya luas tapak, tinggi bangunan,
pemenuhan kriteria spasial bangunan yang ramah
sempadan bangunan, rasio luas lantai bangunan,
lingkungan. Koefisien R2 dijadikan sebagai
rasio building coverage bangunan. Rasio luas
indikator penentu signifikansi data, dimana
lantai bangunan merupakan gambaran fenomena
semakin mendekati angka satu (1), maka akurasi
kondisi lingkungan, sosial, dan budaya,
data semakin kuat dan signifikan.
sementara rasio building coverage bangunan
Lokasi penelitian sebagaimana pada
digunakan untuk menunjukkan hubungan antara
Gambar 1 dilakukan pada RW 02 Kampung
lahan terbangun dengan lahan tidak terbangun.
Warna-Warni, Kelurahan Jodipan dan RW 04
Uesugi, M., dan Asami, Y. (2016)
Kampung Muria, Kelurahan Oro-Oro Dowo,
menjelaskan bahwa unit hunian merupakan
Malang, dimana kondisi permukiman padat
variabel spasial terbaik dalam pengumpulan data
penduduk dan tepat berbatasan dengan bantaran
terkait aspek rumah tangga. Atribut sosio-
sungai sehingga memiliki kompleksitas
demografi, seperti ras dan usia sangat
permasalahan terkait kelayakan hunian.
memungkinkan untuk dijadikan variabel penelitian
Pengambilan objek sample sebanyak 50 hunian
pada pengembangan penelitian lebih lanjut.
pada tiap kampung.
Hwang, J-E, dan Choi, J-W. (2003)
menjelaskan bahwa denah bangunan
menunjukkan karakteristik spasial ruang dilihat
dari simpul unit ruang dan hubungan antarruang
sebagai konektivitas antarsimpul unit ruang.
Aspek ruang terbuka menjadi hal penting
pula untuk dikaji sebagai penentu bangunan
Jl. Gatot
rumah tinggal ramah lingkungan. Ruang terbuka Subroto
adalah komponen vital dari tata ruang perumahan
termasuk balkon, taman, dan area komunal
(Azad, S. P., Morinaga, R., dan Kobayashi, H.
2018). Area ini menyediakan ruang pribadi bagi
penghuni untuk bermain, bersantai, U
berkomunikasi, dan menikmati elemen alami a)
berupa penghijauan sehingga lebih menarik.
Ruang terbuka juga dapat berfungsi untuk

270
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Hutan
Malabar

Jl. Brigjend Slamet


Riyadi
Jl. Muria

a)

U
b)

Gambar 1. Lokasi objek penelitian; a) Kampung


warna-warni, Kelurahan Jodipan, b)
Kampung Muria, Kelurahan Oro-oro
Dowo, Kota Malang (Analisis penulis,
2018)

HASIL DAN PEMBAHASAN b)


Gambar 2. Organisasi ruang tipe kurang dari 30 m2
Orientasi Bangunan pada objek studi; a) Rumah pada
Orientasi bangunan permukiman bantaran Kampung Muria, b) Rumah pada
Kampung Jodipan (Analisis penulis, 2018)
sungai pada Kampung Warna-warni Jodipan
sebagian besar membujur ke arah Utara-Selatan,
Bangunan tipe 30-45 m2 memiliki pembagian
sedangkan bangunan permukiman objek studi
zonasi ruang sebagaimana terlihat pada Gambar
pada Kampung Muria sebagian besar melintang
3, dimana pada objek studi Kampung Muria
ke arah Utara-Selatan. Orientasi bangunan
terdapat dua varian model zonasi fungsi ruang
banyak membelakangi orientasi sungai yang
publik, semi-publik, dan privat disesuaikan
dilalui dan tata ruang dibuat tanpa
dengan bentuk tapak; semakin panjang bagian
mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan
depan tapak, maka penggunaan fungsi publik dan
termal perkotaan.
privat besar kemungkinan bersebelahan.
Penyediaan ruang usaha pada area publik tidak
Fungsi Ruang
ditemukan pada kedua objek studi.
Tipe bangunan yang didapat dari objek
sample dapat dikategorisasikan diantaranya tipe
bangunan kurang dari 30 m 2, 30-45 m2, 46-60 m2,
dan lebih dari 60 m2.
Fungsi ruang terbagi dalam ruang yang
bersifat publik, semi-publik, dan privat. Ruang
publik diwadahi dalam ruang tamu dan teras.
Sedangkan ruang semi-publik, diantaranya ruang
keluarga dan dapur. Ruang tidur dan toilet
termasuk jenis ruang yang bersifat privat.
Pengelompokan fungsi ruang tiap jenis tipe
a)
bangunan memiliki karakteristik yang berbeda-
beda bergantung karakteristik penghuni.
Pembahasan zonasi fungsi ruang dibatasi pada
lantai satu bangunan karena lantai atas bangunan
untuk bangunan yang bertingkat banyak bersifat
semi-publik dan privat.
Bangunan tipe kurang dari 30 m 2 memiliki
pembagian zonasi ruang publik, semi-publik, dan
privat sebagaimana terlihat pada Gambar 2
dengan fungsi publik pada area terdepan dari
tapak. Pada Kampung Muria terdapat juga fungsi b)
tambahan sebagai ruang usaha, seperti warung
Gambar 3. Organisasi ruang tipe 30-45 m2 pada
atau toko yang bersifat publik. Tapak bangunan
objek studi; a) Rumah pada Kampung
juga memiliki bentuk dan ukuran panjang dan Muria, b) Rumah pada Kampung Jodipan
lebar bangunan yang tipikal, baik pada objek studi (Analisis penulis, 2018)
Kampung Muria maupung Kampung Jodipan.
271
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Penyediaan ruang usaha pada zonasi area


publik pada kedua objek studi banyak dijumpai
pada bangunan tipe 46-60 m2 sebagaimana
terlihat pada Gambar 4. Banyak penghuni rumah
membuka usaha warung atau toko, maupun
penjahit. Zonasi ruang privat banyak yang
berdekatan dengan ruang publik pada kedua
objek studi, sementara hirarki zonasi fungsi ruang
publik, semi-publik, dan privat secara jelas dapat b)
dijumpai pada objek studi pada Kampung Muria.
Gambar 5. Organisasi ruang tipe lebih dari 60 m2
pada objek studi; a) Rumah pada
Kampung Muria, b) Rumah pada
Kampung Jodipan (Analisis penulis, 2018)

Kepadatan Bangunan
Karakteristik spasial bangunan banyak
berpengaruh terhadap kepadatan bangunan yang
pada akhirnya berdampak langsung terhadap
lingkungan termal perkotaan. Hal ini dapat dilihat
dari luas tapak, luas lantai bangunan total, rasio
a) luas lantai bangunan, rasio building coverage
bangunan, serta indeks keterbukaan spasial pada
objek studi.
Luas tapak pada bangunan objek studi
Kampung Jodipan sebagaimana terlihat pada
Gambar 6 didominasi dengan luasan bangunan
30-45 m2, sementara pada Kampung Muria
banyak didominasi luas tapak lebih dari 60 m 2.
Secara keseluruhan, rumah deret pada objek
studi banyak didominasi dengan luasan tapak 30-
45 m2 bergantung demografi penduduk.
b)
Gambar 4. Organisasi ruang tipe 46-60 m2 pada
objek studi; a) Rumah pada Kampung
Muria, b) Rumah pada Kampung Jodipan
(Analisis penulis, 2018)

Model organisasi ruang pada tipe bangunan


lebih dari 60 m 2 pada objek studi Kampung Muria
memiliki banyak varian, diantaranya dapat terlihat
pada Gambar 5. Semakin besar luasan tapak,
maka organisasi ruang semakin beragam
disesuaikan dengan kebutuhan penghuni. Ruang
usaha juga banyak dijumpai pada tipe ini,
terutama pada objek studi Kampung Muria.
Gambar 6. Luas tapak pada objek studi (Analisis
penulis, 2018)
a)
Objek studi bangunan tipe lebih dari 60 m 2
tidak banyak dijumpai pada Kampung Jodipan;
berbanding terbalik dengan objek studi pada
Kampung Muria dimana lebih dari 50% objek studi
memiliki tipe bangunan lebih dari 60 m 2 (lihat
Gambar 7). Kampung Jodipan banyak dijumpai
tipe bangunan 15-60 m2, sedangkan jumlah unit
bangunan pada tipe bangunan kurang dari 60 m 2
pada Kampung Muria semakin sedikit. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh faktor karakteristik
penghuni, baik dari jumlah anggota keluarga
maupun profesi. Aspek lingkungan, sosial, dan
budaya juga turut berperan dalam penentuan luas

272
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

lantai bangunan. Lokasi Kampung Muria yang bangunan terhadap luas tapak secara
terletak di tengah kota dan kawasan sekitar keseluruhan.
banyak perumaha elit tentu berdampak pula
dalam peningkatan kesejahteraan penduduk,
dimana tingkat kesejahteraan penduduk di
Kampung Muria relatif lebih tinggi dibanding
Kampung Jodipan.

Gambar 9. Rasio luas lantai bangunan pada objek


studi (Analisis penulis, 2018)

Perbandingan luasan lantai dasar terbangun


terhadap luas tapak dapat dilihat pada Gambar
10, dimana rasio luas lantai dasar terbangun pada
Gambar 7. Luas lantai bangunan total pada objek Kampung Jodipan sebesar 100%, sedangkan
studi (Analisis penulis, 2018) 46% unit rumah pada Kampung Muria memiliki
rasio building coverage kurang dari 100%,
Kebutuhan luasan ruang per orang pada selebihnya 56% memiliki rasio building coverage
bangunan objek studi sebanyak 72-92% telah 100%. Rasio luas lantai dasar bangunan pada
memenuhi kriteria ramah lingkungan (lihat kedua objek studi banyak yang memiliki rasio
Gambar 8), yaitu melebihi luasan lantai 9 sebesar 100% dengan besaran sama dengan
m2/orang sesuai kriteria rumah ramah lingkungan luas tapak sehingga penyediaan ruang terbuka
oleh Green Building Council Indonesia (2014). sangat minim.
Namun, tata ruang dan perabot juga dapat dikaji
lebih lanjut untuk memastikan bahwa kebutuhan
luasan lantai tiap orang sudah memenuhi kriteria
ramah lingkungan, yaitu minimal 9 m 2.

Gambar 10. Rasio building coverage pada objek studi


(Analisis penulis, 2018)

Indeks keterbukaan spasial dapat dilihat


Gambar 8. Luas lantai tiap orang pada objek studi pada Gambar 11, dimana ruang terbuka berupa
(Analisis penulis, 2018) teras, balkon, atau taman sebanyak 96-100% dari
unit hunian objek studi kurang dari 30% (0-26%).
Rasio luas lantai bangunan dihitung dari Hal ini banyak dipengaruhi oleh tuntutan
besaran luas lantai bangunan total terhadap luas kebutuhan ruang yang besar, sementara terbatasi
tapak, dimana 48-68% unit bangunan memiliki oleh luasan tapak yang kecil sehingga seluruh
rasio luas lantai bangunan sebanyak 100% pada luas tapak dijadikan sebagai area terbangun
kedua objek studi (lihat Gambar 9). Jumlah tanpa mempertimbangkan penyediaan ruang
bangunan bertingkat lebih dari satu lantai terbuka. Pentingnya pemanfaatan ruang terbuka
berjumlah sekitar 30-42% pada kedua objek studi. sekecil apapun dapat memberikan kontribusi
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lantai positif terhadap penghijauan dan dapat
bangunan pada kedua objek studi rata-rata difungsikan sebagai area bersantai ataupun ruang
sebanyak satu lantai. Kampung Jodipan banyak komunal yang pada akhirnya berdampak positif
dijumpai bangunan berlantai satu. Hal ini tentu terhadap lingkungan termal perkotaan.
banyak dipengaruhi aspek ekonomi, sosial, Penyediaan ruang terbuka spasial pada rumah
budaya, dan lingkungan dari tiap objek studi. deret diharapkan memenuhi target minimal 30%
Kebutuhan ruang yang besar menjadi alasan dari luas tapak yang dapat dijadikan sebagai
terkuat warga untuk membangun luasan lantai strategi pendinginan bangunan untuk mencapai
kawasan nyaman termal.
273
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan, ISSN: 2406 – 9051

Pemerintah Kota Malang perlu mengkaji dan


mengevaluasi lebih lanjut dalam penentuan
strategi dan kebijakan perencanaan spasial
bangunan dan tata atur densitas kawasan hunian
pada kawasan bantaran sungai secara solutif dan
aplikatif agar memenuhi kriteria bangunan yang
ramah lingkungan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim penulis mengucapkan banyak terima


Gambar 11. Indeks keterbukaan spasial pada objek kasih sebesar-besarnya pada Allah Swt., keluarga
studi (Analisis penulis, 2018) atas dukungan moril yang diberikan, serta Bapak
Ketua RW 04 Kampung Muria, Kelurahan Oro-
KESIMPULAN Oro Dowo, Malang dan Ketua RW 02 Kampung
Warna-Warni, Kelurahan Jodipan sebagai mitra
Karakteristik spasial bangunan pada rumah terkait dalam pelaksanaan penelitian, serta LPPM
deret pada objek studi banyak dipengaruhi oleh ITN Malang sebagai pemberi dana hibah
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan
sekitarnya. Zonasi fungsi ruang publik, semi- baik.
publik, dan privat makin beragam dan kompleks
seiring dengan bertambahnya luasan tapak DAFTAR PUSTAKA
disesuaikan dengan kebutuhan ruang penghuni,
khususnya tipe bangunan lebih dari 60 m 2 yang Azad, S. P., Morinaga, R., dan Kobayashi, H.
banyak dijumpai pada rumah deret Kampung (2018). Effect of Housing Layout and Open
Muria. Di sisi lain, zonasi fungsi ruang pada tipe Space Morphology on Residential
bangunan rumah deret Kampung Muria dan Environments –Applying New Density Indices
Kampung Jodipan dengan luasan lantai total for Evaluation of Residential Areas Case
kurang dari 60 m 2 terlihat semakin sederhana dan Study: Tehran, Iran. Journal of Asian
jelas untuk pembagian zonasi ruang publik, semi- Architecture and Building Engineering, 17 (1),
publik, dan privat dengan banyak menyediakan 79-86.
ruang usaha, seperti warung, toko, ataupun jasa Green Building Council Indonesia. (2014).
menjahit sebagai tambahan fungsi ruang publik. GREENSHIP HOMES Version 1.0. Direktorat
Orientasi bangunan rumah deret banyak yang Pengembangan Perangkat Penilaian Green
membelakangi orientasi sungai dan dibangun Building Council Indonesia.
tanpa perencanaan desain matang yang Hwang, J-E, dan Choi, J-W. (2003). Managing
mempertimbangkan dampak pembangunan and Retrieving Spatial Information in
rumah deret terhadap lingkungan termal Architectural Floor Plan Databases. Journal
perkotaan. of Asian Architecture and Building
Karakteristik spasial pada rumah deret tentu Engineering, 2 (1), 123-129.
berpengaruh terhadap kepadatan bangunan, baik Lee, S., Ha, J., dan Cho, H. (2017). Spatial and
dari aspek luas lantai bangunan total, luas tapak, Temporal Effects of Built Environment on
rasio building coverage bangunan, rasio luas Urban Air Temperature in Seoul City, Korea:
lantai bangunan, serta indeks keterbukaan spasial An Application of Spatial Regression Models.
pada objek studi. Terdapat perbedaan tipe Journal of Asian Architecture and Building
bangunan rumah deret pada Kampung Jodipan Engineering, 16 (1), 123-130.
banyak dijumpai luasan lantai total bangunan 15- Rofiana, V. (2015). DAMPAK PEMUKIMAN
60 m2, sedangkan pada Kampung Muria lebih dari KUMUH TERHADAP KELESTARIAN
50% unit objek studi banyak memiliki luasan lantai LINGKUNGAN KOTA MALANG (Studi
total bangunan lebih dari 60 m 2. Luas tapak 30-45 Penelitian di Jalan Muharto Kel Jodipan Kec
m2 banyak dijumpai pada kedua objek studi, Blimbing, Kota Malang). IJPA-The
sementara jumlah unit rumah dengan luasan Indonesian Journal of Public Administration,
tapak lebih dari 45 m2 pada Kampung Jodipan 2 (1), 40-57.
semakin sedikit. Rasio building coverage Uesugi, M., dan Asami, Y. (2016). A Block-Level
bangunan dan rasio luas lantai bangunan pada Estimation of Residential Characteristics
rumah deret objek studi tergolong tinggi, yaitu Using Survey and Spatial Microdata. Urban
100% dengan indeks keterbukaan spasial 0-26% and Regionla Planning Review, 3, 123-145.
(kurang dari 30 m 2) dari luasan tapak sehingga Zuraida dan Latiefa, U. (2013). Pengaruh Pola
dapat dinyatakan belum memenuhi kriteria rumah Penataan Ruang Rumah Deret Terhadap
ramah lingkungan. Pengoptimalan Angin. Simposium Nasional
Teknologi Terapan (SNTT). A13-A17.
274

Anda mungkin juga menyukai