PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara yang kaya akan Sumber Daya nya, baik Manusia maupun Alam. Di
yang terdiri dari Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi. Hal yang perlu digaris
bawahi adalah poin kedua yaitu Kesehatan, jika kesehatan tidak berjalan
Bidang kesehatan adalah sarana utama bagi setiap Individu yang hidup
itu, dunia pendidikan perlu melahirkan Insan – Insan yang mampu bersaing
Masyarakat sebagai salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu
1
tersebut. Karena dengan interaksi, maka dengan sendirinya hal – hal lain akan
berinteraksi selama kurang lebih seminggu di Masyarakat baru sama hal nya
Morowali Utara yang menjadi lokasi KKLP STIK – Indonesia Jaya Palu
2017. Desa yang memiliki kultur unik, Masyarakat yang ramah serta letak
atmosfer desa ini berbeda dari desa di kecamatan lain. Tempat ini menjadi
B. DASAR PELAKSAAN
2
C. TUJUAN PELAKSAAN
1. Tujuan Umum
kuliah.
2. Tujuan Khusus
Maralee
beradaptasi.
Pendidikan.
D. MANFAAT
3
1. Bagi Mahasiwa :
dilapangan.
kesehatan.
sehat.
1. Waktu Pelaksanaan
dilaksanakan dalam jangka waktu selama ± 2 bulan hari yang dimulai dari
4
2. Tempat Pelaksanaan
Sulawesi Tengah.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. DESAIN
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu Tahun Ajaran 2017 / 2018
KKLP yang telah di sepakati oleh Kepala – Kepala Desa dan disahkan oleh
B. PENGUMPULAN DATA
5
Untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat tentang keadaan
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu Tahun ajaran 2017 / 2018 yaitu
Door ( pintu ke pintu ) atau melakukan tanya jawab dengan cara kunjungan
C. PENGOLAHAN DATA
bentuk tabel atau tabulasi dengan bantuan kalkulator agar lebih mudah
membacanya / menganalisanya.
D. ANALISA DATA
dilakukan analisa data dengan cara di jabarkan dalam bentuk kata – kata
masalah yang sedang terjadi pada masyarakat untuk di tindak lanjuti agar
6
BAB III
A. SEJARAH DESA
Desa Sampeantaba sebelumnya bernama Desa Sampea Taba, terdiri dari dua
suku kata yang terpisah. “Sampea” berartiTempat jemuran sedangkan kata
“Taba” berarti Lemak Kerbau atau Sapi. Jadi kataSampea Taba berarti Tempat
Jemuran Lemak Kerbau atau sapi. Asal mula nama Sampea Taba berasal dari
bahasa suku Towatu yaitu salah satu suku yang berada di kabupaten Morowali dan
saat ini Bahasa Suku Towatu banyak di jumpai di Desa Emea dan Ungkaya
sebagai salah satu bahasa yang cukup Populer. Seiring perputaran Waktu sekitar
Tahun 1992 nama Desa Sampea Taba berubah nama menjadi Desa Sampeantaba,
ada penambahan hurup N diantara kata Sampea dengan Taba sehingga menjadi
7
satu kata yang tidak terpisah. Perubahan ini bermula sejak datangnya masyarakat
Transmigrasi di beberapa Desa di Kecamatan Wita Ponda yang dulunya bernama
Kecamatan Bungku Tengah, salah satunya masyarakat transmigrasi yang
bedomisili di Desa Laantula Jaya. Masyarakat desa Laantula jaya mayoritas
didominasi oleh suku Jawa dan sangat sering berinteraksi lansung dengan
masyarakat yang ada di Desa Sampeantaba. Teman-teman suku jawa sangat sulit
menyebut terpisah kata Sampea Taba dan ada yang beranggapan bahwa paling
bagus jika menyebut sampentaba yang di tambahkan hurup N dan memiliki
makna sebutan penghormatan. Sampean berarti “Anda” yang di ucapkan menurut
tata bahasa jawa kata kata Sampean itu adalah bahasa Halus suku jawa. Hingga
akhirnaya Nama Sampeantaba tercatat menjadi Desa yang resmi di kecamatan
Wita Ponda Kabupaten Morowali.
Asal mula penduduk desa sampeantaba yang didominasi oleh suku toraja,
bukan suku yang berasal dari salah satu suku yang ada di Kabupaten Morowali.
Masyarakat suku toraja yang ada di Desa sampeantaba awal mulanya berasal dari
daerah Sampalawa salah satu Desa yang saat ini berada di wilayah kecamatan
Bungku Pesisir Kabupaten Morowali. Mereka berdomisili dan bercocok tanam
layaknya seorang Petani, mereka hidup dan berkeyakinan melaksanakan syariat
agama Islam yang di bawah oleh salah satu Tokoh DI/TII Sulawesi Selatan yakni
Kahar Muzakkar dan berhasil menyebarkan doktrin agama hingga ke Desa
Sampalawa, ritual pelaksanaan agama menganut sistem hukum islam. Siapa yang
mencuri pasti di potong tangan, siapa yang berzina pasti di rajam. Hingga
akhirnya pada tahun 1940 an sering terjadi bentrok antara pengikut DI/TII dengan
TNI atas dasar amant UUD 1945 untuk menyadarkan pengikut DI/TII mengakui
Pancasila sebagai dasar negara. Bentrok yang terjadi antara TNI dengan pengikut
DI/TII berlansung cukup lama dan tidak ada titik temu dalam hal perundingan.
Selaku raja Bungku yang bekuasa dan berkewajiban memberikan kenyamanan
buat rakyatnya mengambil kebijakan untuk mengundang masyarakat toraja yang
ada di sampalawa dan memberikan arahan untuk tidak memaksakan hukum islam
berlaku di sulawesi tengah. Kearifan dan pendekatan yang dilakukan raja bungku
8
diterima dengan baik oleh para pengikut DI/TII yang berasal dari Desa
Sampalawa. Olehnya itu raja bungku mengeluarkan kebijakan untuk
memindahkan sebahagian penduduk Sampalawa keberapa Desa, termasuk Desa
Atananga, lasampi dan Sampeantaba. Di Desa Sampeantaba inilah masyarakat
bercocok tanam dan menjadi warga yang baik mengikuti aturan yang berlaku
sesuai Perundang undangan yang berlaku hingga saat ini.
Desa Sampeantaba resmi menjadi desa pada tahun 1958 yang di pimpi oleh
kepala Desa Yang bernama H.Thalib, sekitar tahun 1945 atau sebelum tahun 1945
sudah ada masyarakat yang tinggal dan bercocok tanam namun masih menjadi
bagian dari Desa Emea. Atas dasar peraturan dan kebijakan pemerintah (Top
down police) yang sejalan dengan kehendak masyarakat (bothen up planning)
telah memenuhi persyaratan pemekaran Desa maka di anggap layak Desa Emea di
mekarkan menjadi dua Desa yaitu Desa Emea dan desa Sampeantaba.
Selama kurun waktu terbentuknya Desa Sampeantaba hingga tahun 2013 ini,
pernah dipimpin oleh enam Kepala Desa yang pertama bernama Bapak H.
Thalib.masa jabatan kepala desa tersebut dari 18 Mei 1958 dan berakhir masa
jabatan sampai dengan 11 Mei 1978. Pada tahun 1978itu juga di adakan pemilihan
lagi dan terpilihlah kepala Desa Sampeantaba yang Kedua yang bernamaKotte
Sulingallo.Denagan Masa jabatan 18 mei 1978 dan berakhir 18 Mei 1992. Setelah
masa jabatan Bapak Kotte Sulingallo berakhir maka diadakanlah pemilihan kepala
desa yang Ketiga kalinya dan dimenangkan oleh Bapak Sirompa D.Dengan masa
jabatan 05 Oktober 1992 s/d 05 Oktober 1995. Adapun Kepala Desa yang ke
Empat Desa Sampeantaba adalah Bapak Jafar Salea. Masa jabatan beliau selaku
Kepala Desa dari 5 Oktober 1995dan berahir 5 Oktober 2000. Kepala Desa yang
Kelima dipimpin oleh Bapak Misi Tato dengan masa jabatan 8 Februari 2000 dan
berakhir 8 Februarai 2011. Kepala Desa yang ke Enam adalah seorang pewaris
pejuang perempuan Raden Adjeng Kartini dan beliau ini salah satu Kepala Desa
perempuan yang ada di Sampeantaba bernama IbuRabia dengan masa jabatan 8
maret 2012 dan akan berakhir 8 maret 2017. Adapun Kelapa Desa yang terakhir
yang menjabat sekarang bernama Bapak Zulkifli dengan masa jabatan 27
9
Oktober 2017 dan berakhir 27 Oktober 2023. Itulah ke Tujuh kepala Desa yang
telah memimpin Desa Sampeantaba dan memberikan kontribusi positif terhadap
perekembangan desa hingga saat ini.
B. DEMOGRAFI DESA
Dusun I : 305Jiwa
Dusun II : 315Jiwa
Dusun III : 290 Jiwa
Dusun IV : 282 Jiwa
Dusun V : 259 Jiwa
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sampeantaba :
10
terdiri dari 3 (Tiga) RT Dusun Dusun II,terdiri dari 3 (Tiga) RT, Dusun III terdiri
dari 2 ( Dua)RT, dan Dusun IV terdiri dari II (dua ) RT
1 Laki-laki 602 51 %
11
6 20-24 tahun 64 49 9,6 %
12 50-54 tahun 30 25 %
2 Tamat SD 303 25 %
5 D1 48 4%
6 D2 45 4%
7 D3 -
12
8 S1 113 9
9 S2 3 0,25 %
10 S3 - -
2. Tanah bengkok/parabon - -
13
14 Tanah Perkuburan 11 Ha Dusun II
1 TK 1 Dusun III
JUMLAH 3
14
5 Penjahit 2 Dusun II, IV
7 Mebeller 1 Dusun II
14 Bumdes - Desa
15
1 Ayam Kampung 1168 Dusun I,II,III,IV
4 Domba -
6 Kuda -
Jumlah 1458
3 Orkes Dangdut -
Jumlah 2 Grup
Kuatnya kehidupan beragama dan budaya Gotong royong sangat terlihat pada
kehidupan sehari-hari ini disebabkan karena 90 % warga Desa Sampeantaba
muslim, selain itu kesamaan sejarah, bahasa, lingkungan menjadikan ikatan
kekeluargaan dan rasa kesetiakawanan sosial anatara warga Desa Sampeantaba
cukup tinggi.
16
Hal ini terbukti dengan tingginya partisipasi masyarakat baik di bidang
pemerintahan maupun di bidang pembangunan kemasyarakatan dalam
meningkatkan kesejahteraan bersama.
a. Prasarana peribadatan :
Mesjid : 1 Unit
Mushalah : 2 Unit
Pura :- Unit
Gereja : 1 Unit
Wihara : - Unit
b. Prasarana Olah Raga :
Puskesmas : - unit
Polindes : 1 unit
Posyandu : - unit
Praktek Dokter : 1 unit
d. Prasarana Pendidikan :
SD/MI : 1 unit
SMA : 1 Unit
TK : 1 unit
PAUD : 1 unit
TPA : 4 unit
e. Sarana prasarana transportasi :
17
Jalan Kabupaten : 70 KM
Jalan Desa : 4 KM
Jalan Dusun : 8,2 KM
Kondisi ekonomi di Desa Sampeantaba tidak lepas dari adanya potensi sumber
daya alam yang dapat mendukung proses peningkatan kesejahteraan masyarakat,
hal ini terlihat dari luas tanah sawah di Desa Sampeantaba yaitu 312 Ha, Selain itu
masyarakat Sampeantaba memiliki lahan perkebunan sawit seluas 150 Ha.sebagai
lahan bertani yang sebagian besar penduduk Desa Sampeantaba bermata
pencaharian petani dengan padi sebagai komodoti unggulan yang dapat memicu
dan menggerakan pertumbuhan dan perkembangan desa.
18
BAB IV
A. DATA
2. Data Sekunder
19
Adapun data yang kami peroleh dari hasil wawancara dari
lembar observasional, dimana kami mengambil jumlah sampel sebesar 60 %
dari jumlah populasi 139 KK yaitu sebesar 83 KK
1. Air Bersih
No Air Bersih Jumlah Persentase
1 Yang memiliki air bersih 83 KK 100
2 Yang tidak memiliki air bersih - KK 0
Jumlah 83 KK 100
Tabel 1 Jumlah Kepemilikan Air Bersih
2. Jamban
No Jamban Jumlah Persentase
1 Yang memiliki jamban 83 KK 100
2 Yang tidak memiliki jamban - KK -
Jumlah 83 KK 100
Tabel 3 Jumlah Kepemilikan Jamban
3. Tempat Sampah
No Tempat Sampah Jumlah Persentase
1 Yang memiliki tempat sampah 60 KK 72,28
2 Yang tidak memiliki tempat 23 KK 27,71
sampah
Jumlah 83 KK 100
Tabel 4 Jumlah Kepemilikan Tempat Sampah
4. Pemanfaatan Pekarangan/TOGA
No TOGA Jumlah Persentase
1 Yang memiliki TOGA 1 KK 1,2
2 Yang tidak memiliki TOGA 82 KK 98,79
Jumlah 83 KK 100
20
Tabel 5 kepemanfaatan TOGA
B. IDENTIFIKASI MASALAH
21
desa namun juga sebagai penunjuk dan alat mempermudah komunikasi di
Masyarakat. Adapun yang masuk dalam masalah yang kami angkat adalah :
1. Masih belum ada papan pengenal jalan
2. Masih belum ada batas dusun
3. Belum ada pengenal desa
Selain data diatas, kami juga mengelompokkan serta
mengkaji masalah yang ada diremaja dan masyarakat yaitu tentang
pergaulan yang ada di Desa Maralee. Hal ini bermaksud memberikan
pendidikan kesehatan serta moralitas kepada masyarakat tentang kesadaran
terhadap kesehatan dan lingkungan.
C. PRIORITAS MASALAH
22
A. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Dari sekian banyak masalah kesehatan yang kami temukan di
desa Lobu, ada beberapa alternatif yang digunakan untuk memecahkan
masalah kesehatan tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Membuat Lubang Sampa percontohan pada masyarakat, yang bertempat
di tiga dusun Desa Maralee
2. Memberikan penyuluhan pada Masyarakat dan anak SD tentang PHBS
terutama dalm hal mencuci tangan dengan baik dan benar
3. Memberikan penyuhan pada masayarakat tentang pentingnya melakukan
Imunisasi serta pemenuhan gizi anak
4. Membuatkan pekarangan percontohan dengan ditanami Tanami Obat
Keluarga (TOGA).
5. Membuat sarana dan prasarana desa
6. Melakukan penyuluhan Bahaya Narkoba da HIV / AIDS
7. Melakukan senam dan jalan sehat pada lansia
8. Melakukan Tensi gratis
9. Melaksanakan bakti sosisal
23
4. Membuatkan pekarangan percontohan dengan ditanami Tanami Obat
Keluarga (TOGA).
5. Membuat sarana dan prasarana desa
6. Melakukan penyuluhan Bahaya Narkoba da HIV / AIDS
7. Melakukan senam dan jalan sehat pada lansia
8. Melakukan Tensi gratis
9. Melaksanakan bakti sosisal
BAB V
1. Observasi
3. Bidang Produksi
24
5. Kebersihan dan Kesehatan
6. Program Extra
dapat diselesaikan.
berikut :
1. Observasi
masalah yang ada di lokasi KKLP Kecamatan Petasia Barat dan yang akan
25
Bidang ini merupakan bidang program kerja yang berbentuk fisik
Mondowe)
(Maralee)
(Tiu)
Desa (Tiu)
26
3. Bidang Produksi
berupa;
27
b. Penyuluhan NAPZA yang di lakukan di 7 Desa ( Tiu, Maralee,
Mondowe)
28
yang ada. Kegiatan posyandu ini dilaksanakan di tiap balai desa (Tiu,
pada bayi.
Sampalowo.
6. Program ekstra
terdiri dari :
a. Pertandingan Futsal
29
1) Futsal tingkat Kecamatan yang diikuti oleh 8 tim serta
d. Lomba Lari Karung yang diikuti oleh masyarakat dan siswa siswi SD
Moleono.
i. Jalan Santai yang diikuti oleh masyarakat dan perangkat Desa dan
30
Kegiatan yang telah di programkan mahasiswa KKLP STIK - IJ Palu
di Kec. Petasia barat, Kab. Morowali Utara dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang telah ditargetkan untuk lebih jelas program kerja dan realisasi target
yang telah disepakati karena secara umum masyarakat pada pagi hari
dan Poskesdes.
31
2. Masyarakat desa tempat KKLP dapat bekerjasama dengan mahasiswa
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
2. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam suatu kecamatan
direncanakan
Lapangan Plus tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai
B. SARAN
ada.
33
4. Untuk mencapai sasaran Desa yang berhasil guna dan berdaya guna,
34