Anda di halaman 1dari 8

Studi Analisis Situs Taman Megalitik Watunonju Sebagai Cagar Budaya Di

Lembah Kabupaten Sigi

Analysis Study of the Watunonju Megalithic Park Site as a Cultural Heritage


in the Valley of Sigi Regency
Amaliah
amaliahismail099@gmail.com
Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako Jalan Soekarno Hatta, Tondo, Kec. Mantikulore, Kota Palu Sulawesi Tengah

ABSTRAK
Lembah di Kabupaten Sigi tepatnya di Desa Watunonju ternyata memiliki subuah kearifan lokal
yakni cagar budaya Taman Megalith Watunonju yang merupakan saksi bisu dari bukti tentang kehidupan
orang tua dulu dengan kehidupan bercocok tanam. Taman Megalith ini dahulu ditemukan oleh Kruyt
seorang misionaris dengan misi sebagai penginjilan daerah namun misionaris tersebut menemukan salah
satu dari cagar budaya Watunonju yakni Vatunonju yang dikenal sebagai Lumpang Batu pada tahun 1898.
Kemudian pada tahun 1972 Tim Pra Survey Kebudayaan Sulawesi Tengah meneliti kembali Taman
Megalith Watunonju sehingga terbukti akan adanya penemuan dari Kruyt Bersama juru bicaranya di tahun
1898. Lalu kemudian tahun 1976 dibuatlah pembersihan serta pemugaran di taman ini, dan juga
pelindungannya dengan Undang-Undang R.I No. 5 Tahun 1992. Selain Lumpang Batu yang menjadi saksi
bisu ada juga Lumbung yang lebih menguatkan akan kehidupan orang tua dulu dalam zaman bercocok
tanam serta juga batu Dakon yang membuktikan akan pengetahuan penanggalan baik dengan
menghubungkan bulan dan batu dakon dengan cara melalui penglihatan. Dan juga akan kepercayaan
anamisme pada orang tua dahulu.

Kata kunci: Taman Megalith Watunonju, Cagar Budaya, Zaman Bercocok Tanam, Lumpang Batu,
Batu Dakon, Lumbung, Penemuan, Megalitik

ABSTRACT

A valley in Sigi County in the country of Watunonju turned out to have a local wisdom reserve of the
megalith Watunonju Park that provides a deaf witness to the evidence of old people's life through the life
of agriculture. This megalith park was originally discovered by Kruyt a missionary with a mission to
evangelize the area but the missionary discovered one of the Watunonju's Vatunonju reserves known as a
spring stone in 1898. Then in 1972 the pre-survey of culture Sulawesi was reviewing the megalith

1
Amaliah: Studi Analisis Situs Taman Megalitik Watunonju Sebagai Cagar Budaya Di Lembah
Kabupaten Sigi.

Watunonju Park and proving to be a discovery of kruyt with his spokesman in 1898. And then in 1976 there
was the park's cleansing and restoration, as well as its protection, with the 5-year RI law, 1992. Besides the
stone mortar that bears silent witness, some granaries gave added strength to the life of old in the days of
cultivation as well as to the dakons that gave evidence of good reckoning by linking the moon and the
dakons by way of sight. And also in the animism of old people.

Keywords: Watunonju Megalith Park, Cultural Heritage, Age of Agriculture, Lumpang Batu, Dakon
Stone, Granary, Discovery, Megalithic

2
PENDAHULUAN harus membedakan besar kecilnya suatu batu
tersebut.
Cagar budaya adalah sesuatu yang bersifat
Dari pengertian megalitik, dapat kita ketahui
benda yang mempunyai nilai nilai kehidupan
bahwa Vatunonju termasuk dalam yang namanya
dimana perlu untuk dilestarikan adanya sebagai
Situs Megalitik dimana sebuah warisan budaya
pembelajaran dalam segala aspek positif, bukan
yang harus terus dijaga dan dilestarikan
sebagai hanya pengabadian benda. Sehingga
sebagaimana mestinya. Hal ini tercantum dalam
adanya cagar budaya di lembah Kabupaten Sigi
Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang
yakni yang disebut-sebut Vatunonju yang terus
Cagar Budaya dan Undang-Undang No. 5 Tahun
dilestarikan sebagai kearifan lokal sebagai bentuk
2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dari kedua
pembelajaran bagi generasi selanjutnya.
Undang-Undang ini sangat mermanfaat sebagai
Cagar budaya Lumpang Batu (Vatunonju)
pelestarian agar suatu peninggalan dapat menjadi
ini terletak di Desa Watunonju, Kecamatan Sigi
budaya dan dapat menjadi kearifan lokal yang
Biromaru, Kabupaten Sigi. Yang pada dasarnya
terus dikenal dari generasi ke generasi melalui
dahulu desa ini adalah hutan belantara dimana
penjagaan peninggalan-peninggalan purbakala.
para orang orang terdahulu yang tinggal di
Peninggalan merupakan suatu hal yang
gunung di atas desa Watunonju. Hutan inilah
sangat sensitif jika dilupakan, dalam peninggalan
yang menjadi tempat orang orang terdahulu untuk
barang-brang terdahulu kita bisa belajar dan tanpa
berburu hewan dikarenakan mereka melalui
orang-orang terdahulu kita tidak bisa apa-apa.
proses berpindah pindah sampai akhirnya
Sehingga dalam hal ini sebagai rasa
menetap di bukit dan menjalani kehidupan
penghormatan akan orang-orang terdahulu. Dan
dengan bercocok tanam dan juga berburu.
dari peninggalan ini dapat diketahui kehidupan
Lumpang Batu (Vatunonju) merupakan
orang terdahulu itu seperti apa, yakni ternyata
bagian dari megalitik. Megalit berasal dari bahasa
mereka mereka pada saat 3000 tahun lalu sudah
Yunani yang secara etimologi diistilahkan
mulai memasuki kehidupan berkediaman dan
megalithik, berasal dari dua buah kata, yaitu mega
bercocok tanam ditandai dengan penemuan
artinya besar, dan litos berarti batu. Sebagai kata
Lumpang Batu ini.
benda, megalit merupakan batu-batu besar yang
Dalam hal inilah pemerintah membangun
dimanfaatkan pada kebudayaan kuno sebagai
Cagar Budaya: Taman Megalitik Vatunonju
monumen atau bagian dari bangunan. Sedang
sebagai bukti bentuk pelestarian budaya pada
sebagai kata sifat, megalit menekankan adanya
masyarakat terutama para anak-anak remaja yang
hal-hal yang berhubungan atau ditandai oleh
sebagai penerus bangsa agar mengetahui akan
adanya bangunan prasejarah yang dibuat dari batu
suatu kehadiran dari kearifan lokal tersebut. Dan
besar (Prasetyo, 2016:1). Dapat disimpulkan
juga dalam hal penulisan ini juga memiliki tujuan
bahwa megalitik adalah batu prasejarah
sama. Semua hal ini ditandai dari batu batu yang
peninggalan yang memiliki tujuan sacral, tanpa

3
Amaliah: Studi Analisis Situs Taman Megalitik Watunonju Sebagai Cagar Budaya Di Lembah
Kabupaten Sigi.

ditinggalkan dan dan suatu cerita akan Situs Taman Megalith Watunonju pertama
peninggalan tersebut. kali ditemukan Dr. A. C. Kruyt pada tahun 1898,

METODE PELAKSANAAN

Penelitian ini dirancang dengan


menggunakan pendekatan kualitatif melalui
pendekatan ini penulis memperoleh pengalaman
turun ke lapangan langsung, menemui juru kunci
untuk mewawancara, mendapatkan penghayatan,
cerita sejarah, dan mendokumentasi lokasi,
pada waktu itu menemukan 2 (dua) buah lumping
setelah itu penulis melakukan studi pustaka
batu. Kemudian tahun 1972 Tim Pra Survey
dengan mencari jurnal-jurnal online. Lalu
Kebudayaan Sulawesi Tengah dipimpin oleh
melakukan olah data secara deskriptif-kualitatif.
Masyhuddinmasyhuda BA. (Asisten II Bid.
Kebudayaan) menemukan lumping batu 17 (tujuh
HASIL DAN PEMBAHASAN
belas). Tahun 1976 Pusat Penelitian Purbakala
Lembah Kabupaten Sigi merupakan salah
dan Peninggalan Nasional (Sekarang Pusat
satu wilayah di Sulawesi Tengah tepatnya di Desa
Arkeologi Nasional) dipimpin oleh Dr. Haris
Watunonju yang memiliki peninggalan sejarah
Sukendar meneliti Situs Taman Megalith
yakni situs megalit sebagai cagar budaya kearifan
Watunonju. Dari hasil temuan dan penelitian
lokal. Melalui situs ini dapat diketahui tentang
tersebut, maka Direktorat Perlindungan dan
adanya peradaban orang-orang terdahulu yaitu
Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
peradaban atau zaman bercocok tanam dan
Ditjen – Kebudayaan DEPDIKBUD
berburu. Serta dengan situs ini juga dapat dilihat melaksanakan pemugaran yang dimulai tahun
bahwa penduduk setempat pada masa ini masih 1978/1979 sampai selesai dipugar tahun anggran
tetap mempertahankan peninggalan ini sebagai – 1983/1984 (Data Papan Situs Taman Megalith
Benda Cagar Budaya Seperti yang tercantum
Watunonju, Dilindungi Undang-Undang R.I No.
jelas dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010
5 Tahun 1992).
tentang Cagar Budaya dan Undang-Undang No. 5 Gambar 1 Papan Informasi
Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Dalam hasil dan pembahasan ini beberapa hal Dr. A. C. Kruyt adalah seorang misionaris dengan
yang akan terbahas yakni Lumpang Batu misi sebagai penginjil yang singgah di Desa
(Vatunonju), Hal Mistis Yang Melekat Pada
Watunonju bersama juru bicaranya dan
Peninggalan Watunonju, Lumbung (Gampiri),
menemukan batu itu (Vatunonju) (Tahun 1898)
dan Batu Dakon.
batu tersebut awalnya terletak tepat di depan
rumah lalu dia singgahi rumah tersebut dan

4
bertanya tentang batu itu lalu nenek pemilik batu, setelah kembali ke kampung mereka
rumah berkata itu adalah Nonjuvatu yang bercerita bahwa mereka telah menemukan
digunakan nenek kami dahulu untuk menumbuk Nonjuvatu.
bahan makanan seperti padi, kedele, dan tanaman
lading kacang-kacangan. 2. Hal Mistis Yang Melekat Pada

Peninggalan Situ Taman Megalith

Watunonju

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


“gaib” adalah tidak kelihatan; tersembunyi; tidak
nyata hilang; lenyap tidak diketahui sebab-
sebabnya (halnya dan sebagainya).
Gambar 2 Vatunonju Temuan Kruyt
Hal mistis yang melekat pada peninggalan
1. Lumpang Batu (Vatunonju)
ini ialah pada saat para pemburu menemukan batu
Lumpang batu ini dulunya dipergunakan
tersebut mereka melihat sekelompok orang-orang
oleh orang tua kita dulu untuk menumbuk bahan
kecil yang berkerumun mengelilingi batu
makanan. Cara pembersihannya rutin setiap hari
tersebut, orang kecil tersebut biasa disebut
jadi disamping membersihkan sekitar
dengan yang namanya tuyul. Pada dasarnya
pekarangannya, juga membersihkan lumpangnya
orang-orang dahulu memiliki agama tetapi masih
dengan cara manual baik membersihkan cara
berpatokan pada hal-hal anamisme apa yang
kering maupun basah (Pak Husen Juru Kunci,
mereka buat mereka selalu bersentuhan dengan
2023). Sebenarnya dalam pembersihan lumpang
hal-hal gaib (Pak Husen Juru Kunci, 2023).
batu ini dilakukan tiga hari sekali tetapi kalau
Terdapat juga pantangan-pantangan saat di
hujan maka dibersihkan setiap hari karena
Situs Taman Megalith Watunonju yakni tidak
mengindari lumut pada batu dikarenakan air
diperkenankan memakai baju berwarna kuning
hujan yang tertampung pada lubang lumping
saat berkunjung dikarenakan makhluk yang ada
batu.
di tempat tersebut menyukai warna kuning dan di
Menurut para arkeologi setelah meneliti,
daerah tersebut masih mengkeramatkan warna
dinyatakan bahwa lumpang batu ini sudah ada di
kuning. Tidak diperkenankan saat adzan
desan Watunonju ini sekitar era 3000 tahun yang
berkumandang orang-orang masih rebut
lalu, berarti sudah ada semenjak sebelum masehi.
berkeliaran di sekitar situs tersebut kalaupun ada
Lumpang batu ini terakhir digunakaan sekitar
camping untuk penelitian maka harus diam dan
tahun 1950an.
tenda lelaki dan perempuan dipisahkan tidak
Awal mula lumpang batu ditemukan pertama
boleh adanya perkumpulan lelaki dan perempuan
sekali oleh orang-orang di desa Watunonju saat
saat menjelang magrib sampai malam. Tidak
mereka sedang berburu lalu menemukan lumpang

5
Amaliah: Studi Analisis Situs Taman Megalitik Watunonju Sebagai Cagar Budaya Di Lembah
Kabupaten Sigi.

boleh menginjak atau menduduki lumpang batu Sumatrakarya Hoop tahun 1932 bahwa
ataupun benda bersejarah yang ada di situs pendapat dari Max Ebert tentang batu dakon
tersebut seperti juga batu dakon, cukup dipegang adalah berkaitan sebagai batu pengorbanan bagi
saja tidak apa apa. Dan selalu menghargai tempat tokoh yang meninggal, sedangkan Josep
tersebut. Dechelette berpendapat bahwa batu dakon
memiliki beberapa fungsi, seperti diantaranya
3. Lumbung (Gampiri) sebagai batu pengorbanan, batu peringatan,
Selain Vatunonju ada juga peninggalan orang ataupun yang terkait dengan karakter keagamaan
tua dulu yaitu lumbung. Menurut KBBI lumbung dan simbolik (Prasetyo, 2015). Berbeda dengan
adalah tempat menyimpan hasil pertanian penjelasan kedua ahli di atas, menurut
(umumnya padi), berbentuk rumah panggung dan Hasanuddin dan Stephen pada tahun 2015 bahwa
berdinding anyaman bambu; rangkiang. di daerah Soppeng dan Sewo di Sulawesi Selatan,
Lumbung atau orang Kaili menyebutnya batu dakon mempunyai fungsi yang berikatan
sebagai Gampiri yang digunakan sebagai tempat dengan pertanian yaitu untuk menghitung masa
penyimpanan bahan makanan seperti padi, tanam dalam setahun. Sehingga batu dakun
kedelai, jagung yang mau ditumbuk. dipergunakaan sebagai sarana yang baik dalam
menghitung waktu yang baik pada aktivitas
pertanian.
Berbeda dengan fungsi dan pengertian yang
dijelaskan oleh Pak Husen Juru Kunci Situs
Taman Megalith Watunonju yakni batu dakon
digunakan sebagai alat untuk menerawang
penentu waktu baik dalam bercocok tanam atau
Gambar 3 Gampiri Peninggalan Asli
dalam melakukan kegiatan kegiatan lainnya di
daerah Watunonju. Adapun mengapa orang tua
4. Batu Dakon
dulu menggunakan batu dakon ini sebagai
Batu dakon adalah sebuah batu yang
penentu penaggalan yang baik karena mereka saat
digunakan pada orang tua dahulu sebagai alat
itu masih berzaman batu yakni hal apapun itu
yang berhubungan dengan mistis. Tetapi batu
melihat dari batu dengan bersentuhan dengan
dakon ini masih jadi perbincangan bahkan
bulan di langit yang disesuaikan dengan
perdebatan tentang fungsinya di beberapa daerah.
penglihatan.
Buku Megalithic Remains in South

6
Gambar 4 Batu Dakon

SIMPULAN situs tersebut, yakni tidak boleh rebut saat adzan


magrib berkumandang.
Situs Taman Megalith Watunonju
merupakan cagar budaya yang berada di
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Sigi sebagai kearifan lokal, situs
tersebut memuat beberapa peninggalan yang Hartati, U., Sumiyatun, & Prasetyo, A. B. (2020).
Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar
masih sampai sekrang dilestarikan untuk
Sejarah Lokal. DIAKRONIKA, 150.
generasi-generasi selanjutnya. Peninggalan
Swastiwi, A. W. (2022). INVENTARISASI
bersejarah ini sangat memberi pelajaran dan PRAKTEK TRADISIONAL
hikmah baik itu dalam kehidupan sehari hari MASYARAKAT SEBAGAI METODE
KONSERVASI CAGAR BUDAYA
sampai pada kehidupan beragama dan juga tata
BERBASIS KEARIFAN
krama. TRADISIONAL DI KEPULAUAN
Situs ini tidak hanya sekedar megalith RIAU. Borobudur, 55.
yang sudah berumur ribuan tahun tetapi juga Agustinova, D. E. (2022). STRATEGI
merupakan peninggalan yang sacral dimana tidak PELESTARIAN BENDA CAGAR
BUDAYA MELALUI DIGITALISASI.
boleh melawan pantangan-pantangan yang ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan
berada di dalam situs ini. Sejarah, 2.
Peninggalan yang ditinggalkan bukan Husen, P. (2023, Oktober 7). Situs Taman
hanya Lumpang Batu tetapi ada juga Lumbung Megalith Watunonju. (Amaliah,
Interviewer)
dan Batu Dakon yang menggambarkan ciri khas
Iriyanto, N., & Rajab, U. H. (2019).
dari desa Watunoju tersebut, bahkan keadaan
MEGALITIK DALAM DINAMIKAKE
pantangan-pantangan yang berada di daerah MASYARAKATAN DI PULAU. Jurnal
tersebut seperti situasi keadaan magrib Pusaka, 36.

berpengaruh juga pada lingkungan yang berada di Ismail, Windayanti, & Lumangino, W. D. (2023).
PEMANFAATAN SITUS MEGALIT

7
Amaliah: Studi Analisis Situs Taman Megalitik Watunonju Sebagai Cagar Budaya Di Lembah
Kabupaten Sigi.

SEBAGAI MEDIAPEMBELAJARAN
SEJARAHINDONESI DI SMA
NEGERI 3 PALU. Jurnal Review
Pendidikan dan Pengajaran, 179-180.
Laili, N. (2021). LUMPANG BATU DAN BATU
DAKON DI KABUPATEN LEBAK
BANTEN:INDIKASI BERCOCOK
TANAM MASA LAMPAU. JURNAL
PANALUNGTIK, 149.

Anda mungkin juga menyukai