Anda di halaman 1dari 50

MONOGRAF

Pesona Kearifan Budaya Megalitik Masyarakat Etnik


Kaili Sebagai Sumber Belajar Sejarah

Dr. Misnah, S.Pd. M.Pd

PT. PENA PERSADA KERTA UTAMA


i
MONOGRAF
Pesona Kearifan Budaya Megalitik Masyarakat Etnik
Kaili Sebagai Sumber Belajar Sejarah

Penulis:
Dr. Misnah, S.Pd. M.Pd

Editor
D. Bahri, S.P.M.Pd
Drs. Rizali, M.Si

ISBN :

Design Cover :
Yanu Fariska Dewi

Layout :
Hasnah Aulia

PT. Pena Persada Kerta Utama


Redaksi:
Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah. Email: penerbit.penapersada@gmail.com
Website: penapersada.id. Phone: (0281) 7771388

Anggota IKAPI: 178/JTE/2019

All right reserved


Cetakan pertama: 2022

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa
izin penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis diberikan kemudahan dalam penyusunan buku
monograf ini.
Buku monograf ini merupakan pembahasan pada satu
topik atau satu bidang ilmu yang disesuaikan dengan
kompetensi dan kemampuan penulis dibidang Pendidikan
khususnya Pembelajaran Sejarah berbasis kearifan lokal.
Pesona kearifan budaya Megalitik pada masyarakat etnik
Kaili di Sulawesi Tengah menjadi sebuah kajian yang menarik
sebagai sumber pembelajaran Sejarah di Sulawesi Tengah.
Selain itu buku monograf ini bisa menjadi bahan acuan bagi
akademisi, praktisi pendidikan, lembaga pendidikan baik
ditingkat SD, SMP, SMA dan sampai perguruan tinggi.
Secara teknis, buku monograf disusun dan dilengkapi
oleh beberapa elemen, seperti menyediakan metodologi,
termuat data, teori mutakhir, ada kesimpulan dan ada juga
daftar pustaka.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak atas kerja samanya mulai dari awal sampai
selesainya buku ini. Dan penulis menyadari bahwa penulisan
buku Monograf ini masih jauh dari sempurna sehingga segala
masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat penulis harapkan.

Palu, Oktober 2022

Dr. Misnah, S.Pd., M.Pd

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................. iii


DAFTAR ISI................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
BAB II INVENTARISASI BUDAYA MEGALITIK DI
KABUPATEN SIGI .......................................................... 8
BAB III FUNGSI LUMPAG BATU PADA SITUS
MEGALITH DI KABUPATEN SIGI ............................ 29
BAB IV PENINGGALAN MEGALITH SEBAGAI
SUMBER BELAJAR SEJARAH .................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 41
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................... 43

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pesona Megalitik di Sulawesi Tengah


1. Permasalahan Pesona Kearifan Budaya Megalitik
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki peradaban
kebudayaan berupa peninggalan pada zaman arkeolog
berupa situs megalitikum yang identik dengan sebutan
Vatu Nonju (lumpang Batu), sebagai salah satu bentuk
kebudayaan pada masa lalu yang memberikan
gambaran kehidupan terhadap aktivitas masyarakat
Kabupaten Sigi Pada zaman lampau. Peninggalan
megalitik yang ada di Kabupaten Sigi Provinsi
Sulawesi Tengah yang menjadi obyek riset terletak
pada dua (2) wilayah Kecamatan Sigi Kota yaitu Desa
Watunonju dan Kecamatan Sigi Biromaru yaitu desa
Loru. Desa Watunonju terletak di Kecamatan Sigi
Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah
yang memiliki penduduk asli Watunonju berasal
dari Sigimpu (benar-benar Sigi) yaitu suatu daerah di
bagian Palolo sekitar 28 km dari Desa Watunonju.
Dahulu daerah Watunonju merupakan hutan dan
ketika itu daerah Watunonju belum dihuni oleh
manusia. Manusia zaman itu hidup berkelompok dan
selalu tinggal berpindah-pindah atau nomaden, tetapi
ketika telah tumbuh pengetahuan tentang bercocok
tanam mereka umumnya tinggal di daerah
pegunungan.

Menurut penuturan warga setempat Kelompok


manusia yang akan menjadi penduduk Watunonju
adalah suatu kelompok yang bernamakan Hilonga.
1
Mereka hidup di daerah Sigimpu. Pekerjaan mereka
yaitu berburu binatang serta bercocok tanam. Sebagai
kebiasaan setelah panen, mereka mengadakan pesta
syukuran yang bernama Movunja (pesta panen).
Kemudian untuk kelengkapan acara, sebelum memulai
pesta mereka berburu binatang sampai ke bukit yang
banyak batu berlubang, menyerupai lesung. Ketika
mereka ingin memulai pesta syukuran terjadi bencana
banjir karena terjadinya semburan lumpur dari dalam
tanah. Banjir itu pun membuat genangan air yang luas
dan disebut danau Ranotiko (sekarang ini, danau itu
telah menjadi lembah). Bencana itu banyak memakan
korban jiwa. Beruntungnya orang yang tidak mengikuti
pesta itu selamat dari bencana. Menurut hasil
penelitian, orang-orang yang selamat segera melarikan
diri ke daerah Lindu, daerah Palolo, daerah Bodi
Lemontasi, Vatung Gede dan ada juga yang lari menuju
perbukitan yang semula mereka temukan ketika
berburu (daerah Watunonju).

Orang-orang dari kelompok Hilonga yang lari ke


perbukitan itu (daerah Watunonju) mengadakan
upacara adat yang mereka sebut Mampasulemanu.
Upacara itu bertujuan untuk mengetahui tentang
masalah layak atau tidak layak mereka tinggal menetap
di Watunonju. Upacara itu dipimpin oleh tetua adat
mereka, dan hasil akhirnya yaitu mereka layak tinggal
di daerah itu. Seluruh daerah itu awalnya merupakan
hutan, akan tetapi karena mereka tinggal kini separuh
dari hutan itu merupakan tempat pemukiman mereka.
Daerah itupun mereka namakan Watunonju (bahasa
Suku Kaili yang berarti lumpang batu) kerena banyak
mereka temukan lumpang batu atau batu yang
2
berlubang. Akhirnya mereka merupakan cikal bakal
penduduk Watunonju

Demikian kehidupan masyarakat Watunonju


berkembang hingga saat ini dan dengan demikian
kedua Desa ini yaitu Desa Watunonju dan Desa Lore
merupakan desa yang banyak ditemukan peninggalan
kebudayaan dan hingga saat ini masyarakat
pendukung kebudayaan megalitik ini dikenal dengan
suku Kaili masih tetap menjaga kelestarian peninggalan
budaya megalith tersebut. Kebudayaan megalitik
merupakan bentuk peninggalan pada zaman lampau
dari zaman prasejarah yang digunakan sebagai tempat
untuk pemujaan terhadap kepercyaaan nenek moyang
pada zaman lampau, yang dimanifestasikan melalui
pemujaan terhadap batu –batu yang berukuran besar
yang memiliki nuansa-nuansa sakral pada masa lalu.
Konsep budaya ini bersifat mistis yang terus
terwariskan melalui tutur lisan sebagai bentuk cagar
budaya yang masih tetap bertahan hingga saat ini
sebagai sebuah bentuk peninggalan pada masa
lampau.(Simon et al., 2021)

Megalitik yang terletak pada dua (2) Desa ini


merupakan sebuah peninggalan yang memiliki
keunikan dalam bentuk memiliki nilai-nilai tradisi lisan
yang tetap bertahan hingga saat ini yaitu menurut cerita
legenda bahwa peninggalan megalitik ini memiliki
kekuatan sakral yang dapat digunakan oleh masyarakat
pada kegiatan-kegiatan keagamaan pada zaman
lampau sebelum masuknya ajaran kepercayaan atau
agama di wilayah Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi
Tengah. Dari sisi bentuk bahwa kebudayaan megalitik
3
tersebut memilki ciri khas dari sisi lubang yang terdiri
dari 2 sampai 3 lubang pada satu sisih lumpang batu
yang ada di area situs di Desa Loru dan Desa
Watunonju.

Kebudayaan megalith di era modernisasi dan


derasnya perkembangan ilmu dan pengetahuan
mengalami pergeseran terhadap kepedulian generasi
muda terhadap peninggalan kebudayaan yaitu
megalith bergeser pada nilai-nilai yang bernuansa nilai-
nilai meninggalkan rasa kecintaan generasi muda
terhadap budaya-budaya hasil peninggalan pada masa
lampau. Globalisasi adalah masalah yang dihadapi saat
ini yang bergerak cepat dan mempengaruhi seluruh
tatanan kehidupan bagi umat manusia, hal ini
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai sebuah tantangan yang harus siap
dihadapi oleh generasi muda dan menjadi ancaman
yang berdampak negative jika tidak memiliki filter atau
penyaring.(Puspita Ratri & Najicha, 2022). Meyikapi hal
tersebut untuk menumbuhkan rasa kecintaan generasi
muda terhadap kebudayaan sehingga melalui kajian
riset ini menjadi sebuah penelusuran yang menarik
untuk melakukan pendokumentasian, inventarisasi
terhadap peninggalan megalith dalam bentuk
kebudayaan megalith atau lumpang batu di wialyah
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

4
2. Urgensi Penelitian
Urgensi penelitian ini adalah melakukan
dokumentasi dan inventarisasi terhadap peninggalan
kebudayaan megalith yang ada di Wilayah Kabupaten
Sigi yaitu peninggalan megalith hal ini disebabkan
karena pentingnya sebagai bentuk pewarisan
peninggalan budaya kepada generasi muda melalui
pendokumentasia dan inventarisasi, karena mengingat
pewarisan budaya tutur lisan yang akan diuraikan oleh
para informan merupakan hasil tradisi fork lore (tradisi
tutur lisan) yang perlu dituliskan dan didokumen-
tasikan. Mengingat wilayah Kabupaten Sigi Provinsi
Sulawesi Tengah sebagai wilayah yang berada pasa
zona merah, sehingga pentingnya melakukan
pemotretan hasil peninggalan kebudayaan megalith
tersebut dan akan digunakan menjadi sumber belajar
sejarah di Sulawesi Tengah.

Menurut penuturan Arman Huzar (2020) awal


mula lumpang batu di Watunonju, pertama kali diteliti
oleh dua orang ilmuan sekaligus misioner Belanda yang
pernah mengkristenkan Sulawesi Tengah terutama di
Kabupaten Poso yaitu ketika Indonesia dijajah oleh
Belanda. Mereka adalah Albert Qruit dan Adrian.
Setelah mereka mengajarkan agama Kristen di Poso
mereka lalu mengajarkan agama Kristen di Palu.
Setelah itu ia meneruskan misinya ke daerah Sigi
Biromaru. Namun misi mereka ditentang oleh Raja
Karanjalemba yang mempunyai wibawa dan pengaruh
yang kuat pada masa itu. Dua orang misioner tersebut
pun akhirnya pergi dari Watunonju karena keberanian
Raja Karanjalemba. Tetapi Albert Qruit dan Adrian
pergi tidak dengan tangan kosong, mereka sempat
5
mengadakan penelitian yang pertama kali terhadap
peninggalan arkeolog di daerah Watunonju yang
berada di Kecamatan Sigi Biromaru tersebut yaitu
penelitian terhadap lumpang batu pada tahun 1898
Masehi. Khusus orang Sulawesi Tengah yang pertama
kali meneliti adalah Masyudin Masyuda (seorang
budayawan Sulawesi Tengah) pada tahun 1972. Peneliti
yang kedua yaitu Dr. Herry Sukendar pada tahun 1975,
beliau menemukan empat belas buah lumpang batu,
beliau memelihara batu-batu tersebut dengan membuat
lembaga kebudayaan di Watunonju pada tahun 1978
dan dikembangkan lagi tahun 1979. Tahun 1983 Desa
Watunonju pun diresmikan oleh Hariyati Subagyo
(mentri sosial saat itu) sebagai suatu objek sejarah.

Menilik dari hal tersebut di atas maka riset ini


sangat penting untuk dilakukan dan dijadikan sebagai
sumber literature, sumber bacaan berbasis sejarah lokal
yang ter inventarisasi dari hasil pemotretan terhadap
peninggalan kebudayaan megalith atau lumpang batu
/ Vatu Nonju. Wilayah Kabupaten Sigi dengan memilih
dua Desa ini disebabkan oleh masarakat pendulung
kebudayaan ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai
kebudayaan sebagai wujud bentuk penghargaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esah sebagai wujud ucap
rasa syukur.

3. Pendekatan Metodologis
Kajian riset ini mendeskripsikan, menganalisis,
peristiwa yang berkaitan dengan peradaban
kebudayaan megalith lumpang batu pada situs
megalith, kepercayaan masyarakat pendukung
sebelum masuknya agama, dengan menggunakan
6
metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan menggunakan observasi atau
pengamatan langsung terhadap peradaban masyarakat
pendukung kebudayaan pada situs lumpang batu,
wawancara kepada para informan yaitu took adat,
anggota adat, pemuda dan generasi muda yang
memiliki pengetahuan tentang situs megalith lumpang
batu tersebut dan dokumentasi. Teknik analisis data
penulis menggunakan data reduction, data display, dan
penarikan kesimpulan.(Miles, M. B., & Huberman,
1992)

7
BAB II
INVENTARISASI BUDAYA
MEGALITIK DI KABUPATEN SIGI

A. Inventarisasi Situs Megalith Desa Loru


Desa Loru secara administratif terletak di wilayah
Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi yang terletak di
wilayah administratif Provinsi Sulawesi Tengah, yang
memiki nilai-nilai budaya peninggalan zaman lampau
yang terkenal dengan sebutan masyarakat setempat yaitu
Vatu Nonju. Pemaknaan arti kata Vatu Nonju adalah Vatu
artinya batu, Nonju artinya tempat menumbuk hasil
pertanian atau biji-bijian. Sehingga Vatu Nonju artinya
adalah batu berlubang yang digunakan untuk menumbuk
hasil pertanian, atau biji-bijian. (Mariati, 2022). Pernyataan
yang lainya yang diungkapkan oleh informan yaitu
menjelaskan bahwa Vatu yang memilki arti batu, Nonju
adalah Tempat untuk menyimpan hasil pertanian yang
digunakan masyarakat pada zaman lampau untuk
upacara adat sesembahan yang pada zaman lampau
masyarakat sebelum memeluk agama Islam. (Satiria,
2022). Berdasarkan hasil penelusuran data melalui
informan dapat di simpulkan bahwa Vatu Nonju adalah
batu sebagai wadah, atau tempat yang digunaan oleh
masyarakat pada zaman lampau untuk melaksanakan
upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan animism
dan dinamisme pada zaman megalitik sebelum
masyarakat memeluk agama Islam, dan digunakan oleh
masyarakat pada zaman lampau untuk menumbuh hasil –
hasil pertanian. Pada kenyataan yang terjadi saat ini kita
bisa menampilkan dan melihat jenis Vatu Nonju dan
lengkap dengan jenis ukuran sebagai berikut yang akan
diuraikan melalui gambar sebagai berikut:
8
Gambar 1. Bentuk asli Vatu Nonju
(Dokumentasi Misnah 2022)

Berdasarkan hasil pengambilan dokumentasi pada


gambar 1 berdasarkan data di lapangan jenis lumpang
batu yang dikenal masyarakat desa Loru dengan sebutan
Vatu Nonju memiliki ukuran panjang yaitu 100 cm,
ukuran tinggi 32 cm, kedalaman diameter lubang 11 cm,
dan ukuran lebar diameter lubang 17 cm. Lumpang batu
ini pada area yang terletak di Desa Loru yang terletak di
wilayah perbukitan dan tetap dijaga dan di pelihara
melalui penjaga situs lumpang batu yang berdomisili
dekat area situs vatu Nonju tersebut.

Gambar 2. Bentuk asli Vatu Nonju atau lumping batu


daerah Loru (Dokumentasi Misnah 2022).

9
Ukuran pada gambar 2 merupakan jenis lumpang
batu yang memiliki ikuran yang utuh dengan jenis ukuran
panjang 32 cm, ukuran tinggi 8 cm, bentuk kedalaman
diameter lubang 2 cm, dan lebar diameter lubang 7 cm.

Gambar 3. Bentuk asli Vatu Nonju atau Lumpang Batu


(Dokumenatsi Misnah 2022)

Gambar pada lumpang batu gambar 3 memiliki


bentuk ukuran dengan panjang 32 cm, ukuran lebar 21 cm,
tinggi 8 cm, kedalaman diameter lubang 2 cm, dan lebar
diameter lubang 7 cm. Pada gambar 3 berdasarkan
ukuranya bahwa batu tersebut telah mengalami keretakan
di area pingiran batu dan jenis batu ini ditumbuhi jenis
bunga liar yang hidup secara alami di area situs lumpang
batu Vatu Nonju.

10
Gambar 4. Bentuk asli Vatu Nonju dengan ukuran yang
berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Situs Vatu Nonju pada gambar 4 ini memberikan


gambaran berkaitan dengan ukuran panjang 113 cm,
ukuran lebar 49 cm dan tinggi 9 cm, hal ini memberikan
gambaran terkait kondisi riil situs. Dalam hal ini Vatu
Nonju pada gambar 4 terlihat6 lebih besar dari yang
lainnya. dan kedalaman diameter lubang 10 cm dengan
lebar diameter lubang 7 cm.

Gambar 5. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang


berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

11
Ukuran situs lumpang batu pada gambar 5 ini
memberikan penjelasan mengenai ukuran panjang yaitu
90 cm, ukuran tinggi 45 cm, kedalaman diameter ukuran
lumpang batu 11 cm, dan lebar dengan ukuran diameter
lubang 16 cm. Bentuk Vatu Nonju atau lumping batu yang
terdapat dalam gambar 5 ini terlihat sangat berbeda dari
lumping batu yang lainnya. Dimana dibagian samping
batu lebih tinggi dibandingkan bagian samping lainnya.

Gambar 6. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang


berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Gambar yang berkaitan dengan nomor 6


memberikan penjelasan tentang ukuran panjangnya yaitu
123 cm, dengan lebar 100 cm, ukuran kedalaman diameter
lubang 10 cm dan lebar diameter lubang berukuran 6 cm.

12
Gambar 7. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang
berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Berkaitan dengan gambar nomor 7 tersebut di atas,


memberikan gambaran ukuran panjang lumpang batu
yaitu 144 cm, ukuran lebar yaitu 97 cm, kedalaman
diameter lubang 10 cm dengan ukuran lebar diameter
lubang 8 cm. Bentuk Vatu Nonju pada gambar 7 terlihat
sedikit berbeda dari bentuk Vatu Nonju yang lainnya,
pada gambar 7 bentuk lumping batu lebioh lonjong.

Gambar 8. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang


berbeda (Dokumentasi Misnah (2022)

13
Berdasarkan gambar nomor 8 yang ada di atas
memberikan penjelasan terkait ukuran panjang lumpang
batu yaitu 48 cm, ukuran tingginya 15 cm, ukuran lubang
terdiri dari 3 lubang yang memilki keunikan dan kekhasan
tersendiri berdasarkan ukuranya masing-masing. Bentuk
Vatu Nonju atau lumping batu pada gambar 8 terlihat
lebih kecil dari yang lainnya.

Gambar 9. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang


berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Ukuran gambar 9 memberikan penjelasan sebagai


berikut yaitu panjang 90 cm, ukuran tinggi 56 cm,
kedalaman lubang dengan diameter 8 cm, dan diameter
lubang yaitu 5 cm. Bentuk Vatu Nonju atau lumping batu
pada gambar 9 berbentuk seperti mulut Gunung Berapi.

14
Gambar 10. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang
berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Ukuran gambar 10 memberikan gambaran dengan


ukuran panjang 123 cm, ukuran lebar 103 cm, tingginya 97
cm, diameter lubang 17 cm, dan kedalaman ukuran
diameter lubangnya yaitu 12 cm. Bentuk Vatu Nonju pada
gambar 10 terlihat berbeda dengan salah satu sisi batu
yang lebih tinggi posisinya.

Gambar 11. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model yang


berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

15
Ukuran gambar 10 memberikan penjelasan yaitu
ukuran panjang lumpang batu adalah 124 cm, ukuran
lebarnya yaitu 100 cm, ukuran kedalaman diameter
lubangnya 10 cm, dan lebar diameter lumpang batunya
yaitu 17 cm.

Berdasarkan uraian pemetaan inventarisasi gambar


lumpang batu yang ada di Desa Loru, Kecamatan Sigi
Biromaru, Provinsi Sulawesi tengah memberikan
gambaran bahwa adanya sebelas (11) buah lumpang batu
yang sesuai dengan bentuk ukuran panjang, kedalaman
lubang dan diameter berdasarkan ukuran masing-masing
lumpang batu. Kondisi riil lumpang batu ada beberapa
mengalami retak atau pecah, dan hal ini disebabkan oleh
pengaruh letak geografis, lingkungan dan kondisi alam
yang ada di wilayah Kabupaten Sigi. Berdasarkan hasil
inventarisasi yang ada di sebelas (11) gambar ukuran
lumpang batu tersebut memiliki keunikan dan kekhasan
tersendiri sebagai bentuk peninggalan kebudayaan zaman
lampau yang berkaitan dengan peninggalan megalitikum.

Megalitikum berasal dari bahasa yunani yaitu mega


artinnya besar dan lithos artinya batu. Megalitikum
merupakan Zaman batu besar, Karena pada zaman ini
manusia sudahdapat membuat dan meningkatkan
kebudayaan yang terbuat dari batu besar. (Darwin,2011).

Persebaran Megalitikum di Indonesia terkumpul


sebanyak 22 wilayah persebaran situs yang menunjukan
kehadiran lokasi keberadaan megalitik. hal ini diartikan
bahwa wilayah-wilayah di luar itu kemungkinan
disebabkan oleh tidak adanya data peninggalan megalitik
atau karena penelitian belum menjangkau ke tempat
16
itu.adapun data yang dikumpulkan dari hasil penelitian
para peneliti untuk lokasi persebaran situs megalit 7
daerah persebaran situs terbanyak di Indonesia yaitu Jawa
Barat (80 situs), Nusa Tenggara Timur (78 situs), (Bali 66
Situs), Jawa Timur (62 situs), Jawa Tengah (50 situs), dan
Sulawesi Tengah (42 situs). (Prasetyo,2013). Salah satu
peninggalan zaman megalitikum di wilayah Sulawesi
Tengah adalah Vatu Nonju atau Lumpang Batu yang
sedang dibahas dalam buku ini.
1. Inventarisasi Situs Lumpang Batu di Desa Vatu
Nonju

Gambar 12. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Gambar lumpang batu yang ada pada nomor 13


merupakan gambar lumpang batu yang ada di desa
Vatu Nonju yang tampak bersih dan di rawat sebagai
benda cagar budaya yang pertama kali ditemukan
melalui kajian goresan pena Dr. Kruyt.

17
Gambar 13. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model
yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Tertera pada gambar 13 lumpang batu yang


terletak di situs cagar budaya Vatu Nonju dengan
ukuran panjang 77 cm, lebar 50 cm, tinggi 33 cm, dan
kedalaman lubang 10 cm. Vatu Nonju pada gambar 13
terlihat lebih kecil dari biasanya.

Gambar 14. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

18
Lumpang Batu pada gambar 14 merupakan
lumpang batu yang masih berada pada area situs cagar
budaya Desa Bora, dan Nampak lumpang batu tersebut
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh akibat
cuaca dan pengaruh alam terjadinya gempa bumi di
area Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah sehingga
ada beberapa benda cagar budaya ini mengalami
kersusakan atau pecah. Ukuran vatu Nonju ini memiliki
panjang 50 cm, lebar 28 cm, dan kedalaman lubang 12
cm.

Gambar 15. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu yang tertera pada gambar 15 ini,


merupakan lumpang batu yang beradsa di area situs
cagar budaya pariwisata desa Bora yang memiliki
ukuran panjang 78 cm, kedalaman lubang 12 cm, dan
diameter lubang 18 cm.

19
Gambar 16. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model
yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu pada gambar 16 adalah lumpang


baru yang memikiki ciri dan ukuran dengan panjang 57
cm, lebar 45 cm, tinggi 20 cm dan kedalaman lubang 5
cm dengan diameter lubang 13 cm.

Gambar 17. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu pada gambar 17 memiliki i ukuran


dengan panjang 75 cm, lebar 54 cm, tinggi 25 cm dan
kedalaman lubang 10 dengan diameter lubang 14 cm.
Untuk ketinggian hancur lubang 10 cm

20
Gambar 18. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model
yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 64 cm, lebar 58 cm, tinggi 58 cm dan kedalaman
lubang 12 cm dengan diameter lubang 17 cm.

Gambar 19. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 101 cm, lebar 81 cm, tinggi 38 cm dan
kedalaman lubang 13 cm dengan diameter lubang 19
cm.

21
Gambar 20. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model
yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu (Rusak) ini memiliki ukuran


dengan panjang 60 cm, lebar 38 cm, tinggi 39 cm dan
kedalaman lubang 13cm dengan diameter lubang 18
cm. Untuk ketinggian hancur lubang 5 cm dengan
diameter hancur lubang 13 cm.

Gambar 21. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 65 cm, lebar 48 cm, tinggi 29 cm. Serta memilki
3 lubang yaitu :

22
a. Lubang 1 memiliki kedalaman 0,3 cm dengan
diameter lubang 6 cm
b. Lubang 2 memiliki kedalaman 1 cm dengan diameter
lubang 6 cm
c. Lubang 3 memiliki kedalaman 0,5 cm dengan
diameter lubang 5 cm

Gambar 22. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 112 cm, lebar 95 cm, tinggi 36 cm dan
kedalaman lubang 14 cm dengan diameter lubang 8
cm

23
Gambar 23. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model
yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu (Rusak) ini memiliki ukuran


dengan panjang 72 cm, lebar 55 cm, tinggi 15 cm dan
kedalaman lubang 10 cm dengan diameter lubang 16
cm. Untuk ketinggian hancur lubang 5 cm dengan
diameter hancur lubang 7 cm.

Gambar 23. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

24
Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan
panjang 118 cm, lebar 69 cm, tinggi 48 cm dan
kedalaman lubang 14 cm dengan diameter lubang 19
cm.

Gambar 24. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu (Tidak Memiliki Lubang) ini


memiliki ukuran dengan panjang 76 cm, lebar 45 cm
dan tinggi 28 cm

Gambar 25. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

25
Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan
panjang 140 cm, lebar 91 cm, tinggi 41 cm dan
kedalaman lubang 11,2 cm dengan diameter lubang
17 cm.

Gambar 26. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 95 cm, lebar 78 cm, tinggi 64 cm dan
kedalaman lubang 13 cm dengan diameter lubang 13
cm.

Gambar 27. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)

26
Lumpang Batu (Rusak) ini memiliki ukuran
dengan panjang 75 cm, lebar 84 cm, tinggi 47 cm dan
kedalaman lubang 12 cm dengan diameter lubang 17
cm. Untuk ketinggian lubang hancur 17 cm dengan
diameter lubang hancur 17 cm.

Gambar 28. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Misnah 2022)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi diambil pada Rabu,
9 November 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 55 cm, lebar 40 cm, tinggi 25 cm dan
kedalaman lubang 5 cm dengan diameter lubang 9
cm.

27
Gambar 29. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model
yang berbeda (Dokumentasi Msnah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 34 cm, lebar 63 cm, tinggi 40 cm dan
kedalaman lubang 10 cm dengan diameter lubang 16
cm.

Gambar 30. Bentuk asli Vatu Nonju dengan model


yang berbeda (Dokumentasi Msinah 2022)

Lumpang Batu ini memiliki ukuran dengan


panjang 87 cm, lebar 55 cm, tinggi 36 cm dan
kedalaman lubang 12 cm dengan diameter lubang 18
cm.

28
BAB III
FUNGSI LUMPAG BATU PADA SITUS
MEGALITH DI KABUPATEN SIGI

A. Fungsi Megalith di Desa Loru


Kajian mengenai fungsi lumpang batu (Vatu Nonju)
yang ada di Desa Loru menarik untuk dikaji yaitu
berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa
fungsi atau manfaat situs megalit lumpang batu yang ada
di Desa Loru akan diuraikan sebagai berikut:

Menurut ketua adat Desa Loru Kacandipa (2022)


menjelaskan mengenai fungsi lumpang batu yaitu
Lumpang batu yang dikenal oleh masyarakat Desa Loru
denagn sebutan Vatu Nonju memilkiki fungsi untuk
digunaan oleh masyarakat untuk menumuk hasil-hasil
pertanian, karena masyarakat di Desa Loru merupakan
maayarakat yang hidup dari hasil pertanian sehingga
hasil-hasil pertanian yang berlimpah ruang akan di olah
melalui lumpang batu dan pemberian nama di dusun 3
(tiga) sebagai area pemukiman situs megalith di berikan
penamaan dusun Vatu Nonju.(Kacandipa, 2022).

Menurut kajian riset Nurul Laili (2022) dengan tema


lumpang batu dan batu dakon di Kabupaten Lebak Banten
menguraikan hasil temuan kajianya bahwa lumpang batu
merupakan peninggalan megalith yang mengambarkan
tentang kemapanan sosial pada kehiodupan masyarakat
yang mengalami perkembangan pada aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan perekonomian melalui system
bercocok tanam, dan lumpang batu tersebut sebagai
wadah yang sakral yang memilki keterkaitan dengan
nilai-nelai religi sebagai tempat untuk pemujaan dan jga
29
digunakan sebagai tempat untuk menumbuk hasil-hasil
pertanian.(Laili, 2021). Mengenai uraian kajian riset-riset
yang berada di daerah yang lainya memberikan gambaran
kepada kita saat ini, bahwa segala aktivitas-aktivitas
kehidupan sosial kemasyarakatan, religi, bercocok tanam
atau kehidupan perekonomian maasyarakat pendukung
kehidupan kebuayaan pada zaman lampau, akan
tergambarkan pada bentuk-bentuk peninggalan-
peninggalan kebudayaan yang hingga saat ini bisa kita
lihat dalam bentuk artefak-artefak peningga;an megaliti.

Untuk memperkuat data temuan di lapangan dan


singkronoisasi hasil wawancara di temukan data bahwa
data- data yang ditemukan dilapangan memberikan
sebuah asumsi bahwa aktivitas-aktivitas masyarakat
pendukung kebudayaan lumpang batu pada zaman
lampau tidak akan terpisahkan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan nilai-nilai mistik, nilai-nilai sakral, religi
dan kehidupan masyarakat pendukungnya dalam
melakukan pemunuhan kebutuhan hidup melalui system
bercocok tanam. Sehingga kita memiliki gambaran bahwa
peradaban pada zaman lampau memiliki nilai-nilai
peradaban yang sangat tinggi melalui bentuk penonggalan
kebudayaan yang ditinggalkan sampai hingga saat ini.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan oleh ketua adat


di Desa Loru bahwa memberikan kejelasan kehidupan
masyarakat pada zaman lampau pada aktivitas
masyarakat yang mendiami wilayah desa Loru
merupakan masyarakat yang hidup melalui hasil
pertanian, dan terbukti di area situs megalith lumpang
batu ini ditemukan ada 12 situs lumpang batu yang ada di
area pemukiman masyarakat. Informasi yang bisa
30
diperoleh juga mengenai fungsi lumpang batu ini akan
diuraikan oleh penjaga situs megalit Vatu Nonju yaitu
sebagai berikut:

Menurut Iswan (2022) memberikan penjelasan


bahwa bentuk peninggalan kebudayaan masyarakat yaitu
masyarakat Etnik Kaili sebagai masyarakat pendukung
kebudayaan megalith yang terletak di desa Loru,
Kecamatan Sigi Biromaru bahwa lumpang batu tersebut
ditetapkan melalui surat keputusan (SK) tepatnya pada
tahun 1992 yang zaman dahulu area ini merupakan hitan
belantara dan seinring dengan perkembangan zaman
wilayah ini menjadi kawasan yang dikelolah oleh
pemerintah melalui pelestarian situs lumpang batu kantor
cagar budaya yang menjadi wilayah cagar budaya
Sulawesi Selatan, kemudian dipindahkan ke Gorontalo
yang akan direncanakan pada Tahun 2023 akan di
pindahkan menjadi cagar budaya Provinsi Sulawesi
Tengah. Fungsi Lumpang batu ini digunakan untuk
menumbuk hasil-hasil bahan makanan, obat-obatan, biji-
bijian, dan hasil pertanian.(Iswan, 2022)

Informasi juga diperoleh melalui Sanati Mantan


anggota adat Desa Loru menguraikan bahwa : bentuk
peninggalan masyarakat masa lampau sebagai bentuk
peninggalan kebudayaan zaman megalitikum sebagai
bentuk peninggalan masyarakat zaman lampau dalam
bentuk kebudayaan masyarakat pada zaman lampau yang
digunakan untuk kegiatan berkaitan dengan perayaan
upacara-upacara adat masyarakat etnik Kaili, sebagai
bentuk kepercayaan masyarakat yang masih memegang
kepercayaan animisme dan dinamisme sebagai bentuk
penghormatan terhadap kepercyaaan masyarakat
31
terhadap roh atau arawah nenek moyang dan
menggunakan lumpang batu atau Vatu Nonju sebagai
symbol-simbol penghargaan terhadap perayaan upacara
adat dengan menggunakan symbol batu atau vatu nonju
untuk menyimpan hasil-hasil pertanian sebagai bentuk
penghormatan terhadap alam dan nenek moyang sebelum
masuknya agama Islam.(Sanati, 2018).

Informasi yang dipeoleh melalui penelusuran data


memberikan penjelasan bahwa peninggalan megalith
yang ada di situs megalith di desa Loru, merupakan
bentuk peninggalan masyarak pendukung kebudayaan
setempat sebagai bentuk peninggalan yang merupakan
peninggalan megalitik yang berupa batu besar atau Vatu
Nonju yang digunakan oleh masyarakat pada beberapa
aktivitas kehidupan kemasyarakatan yaitu : sebagai
tempat atau wadah untuk menumbuk hasil-hasil
pertanian yaitu biji-bijian, obat-obatan tradisional,
digunakan masyarakat untuk aktivitas sosial pada
pelaksanaan upoacara-upacar adat, dan sebagai bentuk
tempat yang digunakan oleh masyarakat pendukung
kebudayan tersebut berkaitan dengan kepercayaan
terhadap roh atau arwah nenek moyang sebelum
masuknya ajaran agama Islam di desa Loru. Bentuk
peninggalan lumpang batu ini sebagai bentuk peninggalan
yang unik karena beberapa wilayah yang mendiami
wilayah Kabupaten Sigi salah satu tempat ditemukanya
situs ini yaitu berada di desa Loru, Kecamatan Sigi
Biromaru Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah jenis
lumpang batu 11 buah.

32
Bentuk peninggalan kebudayaan masyarakat
padaputaran sejarah yang ada di Sulawesi Tengah
memiliki keragaman dan keunikan dari setiap daerah atau
wilayah yang masih sangat kurang ditemukan dalam
bentuk tulisan, kebayakan ditemukan melalui informasi
tradisi tutur secara lisanyaitu memberikan informasi
mengenai bentuk peninggalan sejarah dalam bentuk
lumpang batu yang digunakan untuk mengolah atau
menumbuk bahan-bahan makanan dari hasil-hasil
pertanian masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.
1. Fungsi Megalith di Desa Vatu Nonju
Situs megalith lumpang batu yang terletak di desa
Vatu Nonju saat ini sebagai situs lumpang batu yang
terletak di desa Watunonju, kecamatan Sigi Kota. Situs
megalith taman purbakala yang terletak di Desa Vatu
Nonju merupakan sebuah area situs budaya
megalitikum yang berada di area taman purbakala
berbentuk peninggalan lumpang batu. Peninggalan
megalitik lumpang batu ini merupakan bentuk
peninggalan yang digunakan oleh masyarakat
pendukung kebudayaan tersebut sebagai alat untuk
mengelah jenis-jenis makanan, digunakan oleh
masyarakat pendukung kebudayaan tersebut untuk
menumbuk bahan-bahan makanan. (Iswan Surya Putra,
2022). Fungsi lain yang dtemukan melalui hasil
penelusuran wawancara dengan ketua adat Desa Bora
menjelaskan bahwa peninggalan lumpang batu yang
terletak di desa Vatu Nonju merupakan tempat
masyarakat saat melakukan pesta panen hasil
pertanian, sebagai ucapan rasa syukur masyarakat pada
zaman lampau area tempat situs lumpnag batu tersebut
digunakan oleh masyarakat untuk melaksanakan
upacara adat sebagai ucapan rasa syukur terhadap hasil
33
pertanian dan pelaksanaan pesta panen tersebut
dilaksanakan pada area situs megalith lumpang batu
tersebut, dan lumpang batu tersebut digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan hasil-hasil pertanian
masyarakat sebagai bentuk pemujaan terhadap
kepercayaan nenek moyang zaman lampau sebelum
mengenal masuknya Islam di wilayah lembah
Kabupaten Sigi pada masa lampau.(Manota, 2020).

Berdasarkan uraian penjelasan yang ada di atas


dapat memberikan gambaran bahwa peninggalan
kebudayaan megalith lumpang batu yang terletak di
Desa Vatu Nonju tersebut menggambarkan tingginya
peradaban masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut pada zaman lampau, dan melalui hasil tradisi
lisan yang dituturkan oleh para informan memberikan
gambaran bahwa peradaban masyarakat tersebut
sangat nampak pada aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan hubungan interaksi masyarakat dengan alam
sudah terjalin dengan sangat baik yaitu melalui
upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh
masyarakat sekitar, sebagai bentuk ucapan rasa syukur
yang mendalam bagi masyarakat pendukung
kebudayaan tersebut melalui upacara-upacara adat
yang dilaksanakan pada area situs megalitik dan hasil-
hasil pertanian tersebut pdiolah menjadi bahan-bahan
makanan yang bermanfaat bagi penduduk sekitar
dengan cara memanfatkan lumpang batu atau Vatu
Nonju tersebut untuk mengolahnya. Masyarakat
mengolah makanan dengan cara menumbuk biji-bijian,
padi atau hasil panen yang lainnya dalam Vatu Nonju
atau lumpang batu.

34
BAB IV
PENINGGALAN MEGALITH SEBAGAI
SUMBER BELAJAR SEJARAH

Provinsi Sulawesi Tengah khususnya di Kecamatan Sigi


Biromaru adalah wilayah yang memiliki bentuk peninggalan
yang memiliki nilai-nilai sejarah dan keunikan keragaman
yaitu lumpang batu (Vatu =Batu, Nonju = Menumbuk) Batu
untuk menumbuk hasil-hasil pertanian yang tersebar ke
beberapa daerah yaitu Desa Loru, Desa Bangga dan Desa
Watunonju. Peninggala ini penting untuk dijaga dan
dipelihara dan dilindungi sebagai wujud kebudayaan masa
lampau yang akan menjadi sumber laboratorium bagi
pendidikan ilmu pengetahuan sosial (P.IPS). Bentuk
peninggalan ini penting sebagai sumber belajar bagi para
pelajar, mahasiswa yang akan menngunakan sebagai sumber
belajar sejarah lokal di Sulawesi Tengah bagi pengembangan
akademik dan bidang pendiodikan berbasis budaya daerah.

Pemanfaatan situs peninggalan kebudayaan megalith


sebagai sumber belajar yang dapat mengambarkan
bagaimana kehidupan masyarakat pada zaman lampau
berkaitan dengan sebuah peristiwa yang dihubungkan
dengan fungsi lumpang batu situs megalith tersebut pada
zamannya. Situs megalith yang ada di Kabupaten Sigi ini juga
merupakan potret masa lampau yang dapat digunakan
sebagai tempat pariwisata yang memiliki nilii-nilai
pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan warisan-
warisan leluhur yang memilki nilai-nilai veliew pada
aktivitas kehidupan masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut. Melalui kegiatan ini akan menghasilkan kecintaan

35
mahasiswa, peserta didik terhadap bentuk peradaban sebagai
warisan budaya sehingga sebagai generasi muda pelanjut
tongkat estafet pembangunan generasi muda dapat menjaga,
memelihara dan menghindari terhadap pengrusakan
peninggalan kebudayaan Vatu Nonju sebagai bentuk
implementasi pelestarian budaya.

Melalui situs peninggalan megalith di Kabupaten Sigi


tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan menarik bagi mahasiswa, para pelajar
dan mengajarkan mereka tentang benda-benda cagar budaya
yang ada di lingkungan daerah atau tempat tinggal para
mahasiswa dan pesrta didik. Untuk lebih jelasnya pemanfaat
situs megalith sebagai sumber belajar bisa diperjelas melalui
tampilan voto sebagai berikut:

Gambar 31. Pemanfaatan Vatu Nonju Sebagai Sumber


Belajar (Dokumentasi Misnah 2022)

36
Gambar 32. Mahasiswa Memanfaatkan Sebagai Sumber
Belajar (Dokumentasi Misnah 2022)

Gambar 33. Penulis dan Siswa sedang mendengarkan


narasumber menjelaskan mengenai Vatu Nonju
(Dokumentasi Misnah 2022)

Pemanfaatan peninggalan megalith yang terletak di


Kabupaten Sigi dengan memperkenalkan mahasiswa, pelajar,
peserta didik terhadap kekayaan hasil kebudayaan daerah
sebagai aset daerah yang harus tetap dijaga kelestrianya
sebagai bentuk pewarisan budaya kepada generasi muda

37
melalui proses pendidikan. Pembelajaran akan menjadi lebih
bermakna dan lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini
dikarenakan mahasiswa, pelajar, peserta didik dapat melihat
langsung hasil peninggalan kebudayaan megalitikum, yang
awalnya mereka hanya menghayalkan saja, namun dengan
diadakan kunjungan ke situs-situs bersecajah mahasiswa,
pelajar, peserta didik dapat merasakan proses pembelajaran
yang kontekstual.

38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Peninggalan kebudayaan kearifan lokal yaitu
lumpang batu atau Vatu Nonju yang terletak di dua (2)
Desa yaitu desa Loru dan desa Watunonju memiliki
pesona yang sangat menarik dari segi nilai-nilai estetika
yang memiliki keunikan-keunikan dalam bentuk lubang-
lubang yang terdiri dari satu, dua dan tiga lubang yang
terukir pada 1 buah lumpang batu. Selain dari segi
kesenian atau estetikan dari segi tradisi lisan budaya tutur
bahwa nilai-nilai budaya kearifan lokal lumpang batu ini
memiliki unsur-unsur cerita lisan yang memiliki
keterkaitan yang erat yaitu antara sistem religi, kehidupan
perekonomian melalui sistem bercocok tanam dan nilai-
nilai sakral yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan
yang lainya, sehingga hal ini menjadi nilai-nilai yang
tinggi untuk dipromosikan sebagai nilai-nilai sejarah yang
berpotensi untuk melakukan pengemangan pada bidang
pariwisata baik pariwisata lokal, nasional maupun
internasonal, sehingga ini menjadi aset Desa, aset
Kabupaten , daerah yang perlu menjadi perjatian
pemerinta daerah maupun Provinsi untuk melakukan
pengembangan. Dari segi pendidikan peninggalan megalit
lumpang batu ini menjadi sumber belajar bagi siswa dan
mahasiswa baik pada tingkat persekolahan maupun pada
tingkat Universitas.

39
B. Saran – Saran
Untuk pengembangan potensi pariwisata situs
megalith Desa Loru dan desa Watunonju membutuhkan
perhatian khusus untuk pengembangan potesi daerah
sehingga menjadi Desa, Kabupaten, Provinsi yang bisa
mengembangkan nilai-nilai budaya berbasis asset daerah
asset budaya dan perhatian pemerintah khusisnya Dinas
pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembangan
materi ajar berbasis muatan lokal bagi pseerta didik
sebagai bentuk pewarisan budaya daerah.

40
DAFTAR PUSTAKA

Iswan. (2022). Manfaat Situs Vatu Nonju Dimanfaatkan


Masyarakat Pendukung Kebudayaan Setempat.
Iswan Surya Putra. (2022). Fungsi Peninggalan Megalith di Desa
Vatu Nonju.
Kacandipa. (2022). Fungsi Lumpang Batu di Desa Loru.
Arman Huzar. (2020). Peningalan Zaman Megalitikum
Watunonju
Laili, N. (2021). Lumpang Batu dan Batu Dakon di Kabupaten
Lebak Banten: Indikasi Bercocok Tanam Masa Lampau.
Panalungtik, 4(2), 141–152. https://doi.org/10. 24164/
pnk.v4i2.63
Manota. (2020). Hasil Panen dan Lumpang Batu.
Mariati. (2022). Arti Kata Vatu Nonju.
Darwin. (2011). Salam Indonesia
Miles, M. B., & Huberman, A. . (1992). Qualitative Data
Analysis: An Expanded Sourcebook, 2nd edn, , Thousand
Oaks. (Sage Publications (ed.)).
Puspita Ratri, E., & Najicha, F. U. (2022). Urgensi Pancasila
Dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Pada Generasi
Muda Di Era Globalisasi. Jurnal Global Citizen : Jurnal
Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 11(1), 25–33.
https://doi.org/10.33061/jgz.v11i1.7455
Prasetyo. (2013). Persebaran dan Bentuk-Bentuk Megalit
Indonesia

41
Sanati. (2018). Manfaat Situs Megalit Sebagai Bentuk Kepercayaan
Masyarakat Sebelum Masuknya Agama Islam.
Satiria. (2022). Deskripsi Vatu Nonju.
Simon, Dully, S., Yulianto, T., & Wibowo, A. P. (2021).
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia.
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia, 1(1), 65–77.

42
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dr. Misnah, S.Pd.M.Pd, adalah Calon Guru Besar Pada


Kampus Universitas Tadulako Provinsi Sulawesi Tengah, dan
anak pertama dari pasangan Djufri Potabuga (alm) dan
Mariati Marahudo. Penulis dilahirkan di Desa Loru
Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah pada tanggal 9 September
1979. Penulis sekarang telah dianugrahi tiga putra yaitu :
Moh. Fadil Wirayuda, Raditya Wahyu Nugraha dan Gibran
Algazali. Penulis adalah dosen tetap pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) pada program
studi pendidikan sejarah di Universitas Tadulako (Untad)
Sulawesi Tengah. Penulis saat ini di Tahun 2021-2025 sebagai
ketua program studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (P.IPS) dan Magister Pendidikan Sejarah Pacsasarjana
Universitas Tadulako, Sekaligus sebagai ketua Asosiasi
Perkulmpulan Ahli Sejarah Se Sulawesi Periode 2022-2026.
Penulis juga saat ini menjabat sebagai ketua Asosiasi Guru
Penulis Indonesia Untuk wilayah Sulawesi Tengah.

Keahlian penulis adalah pada pengembangan kearifan lokal


pada pembelajaran Sejarah dan Pembelajaran IPS yang ada di
Sulawesi Tengah. Memporoleh sarjana Pendidikan Sejarah
dari universitas Tadulako (Untad), Master Pendidikan dari

43
Universitas Negeri Makassar ((UNM), dan Tahun 2014
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana
jenjang S3 Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI) Bandung
, pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(P.IPS) dan mengapai gelar Doktor di Tahun 1018. Selain aktif
dalam kegiatan akademik di universitas Tadulako, penulis
juga menjadi pemakalah dalam berbagai kegiatan seminar
Nasional dan Internasional, lokakarya dan narasumber
dalam pengembangan pembelajaran sejarah lokal. Beberapa
karya diantaranya adalah Se Ekspo Internasional Seminar
Pendidikan IPS Dalam Merespon Isu-isu Ekologis 18 Agustus
2014, Seminar On Etnhopedagogy Kearifan Lokal sebagai
sumber Pembelajaran Sejarah lokal 14 November 2015
Banjarmasin, Internasional comprence On Education teachers
training And education faculty Leaders Tadulako University “
Phylosopy Of Hintuwu And Katuwua as Learning Sources In
Teaching IPS Subject Among Kulawi Indigenous People’’ Mei
2017 dan Preversing Culture Wisdom Of Nosialampale By Means
Ethno Pedagogical Approach In Teaching Of History, Advanced
Science Letters 2017, dan Environmental preservation through
Customary Law of local Givu Wisdom in ethnic Kaili Central
Sulawesi 2018.

Karya Terbaru penulis pada kurun waktu 5 tahun terakhir


penulis memiliki dokumen jurnal dan Proceding
Internasional terindeks skopus ada 15 dokumen jurnal dan
Proceding terindeks skopus yang tercatat di scopus.com,
selain itu Karya- karya yang dimiliki oleh penulis dan publis
di Tahun 2018 yaitu sebagai berikut: (1), Jurnal terakreditasi
pada Sinta 1 Jurnal Paramitha dengan judul Integrating
Nosampesuvu Values In history Learning as a Conflick
Resolusion in Central Sulawesi, Pada Tahun 2021. Paramita
Historical Studies Journal. Jurnal Nasional Terakreditasi

44
sinta 2 yaitu dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran
dan Gaya Berfikir Terhadap hasil Belajar nata Kuliah
Filsafat Pendidikan Jurnal Teknologi Pendidikan Vol, 20.
No. 3 Desember 2018, (2), Philosophy Of Sintuwu And
Katuwua as Laerning Sources In Teaching Social Science
Subject Among Kulawi Indegeneus People. Advances In
Social Science, Volume 174, 2018, (3), Preserving Culture
Wisdom Of Nosialampale By Means Ethno Pedagogical
Approach In Teaching Of Hisory. Advanced Science Letters
Vol. 24, No 11, November 2018. (4), memiliki hak Cipta
Poster Hibah Doktor dengan judul Nilai-Nilai Kearifan
Lakal Etnik kaili Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah
Lokal di SMA di Kabupaten Sigi. Dengan Nomer Sertifikat
000134462, 9 February 2019. (karya dapat di akses di akun
misnah. Geogle Scholar dan Geogle Sinta)

Karya-karya di 2019 adalah (1) Environmental Preservation


Through Customary Law Of Local Givu in Wisdom Erhnic Kaili
Central Celebes. Proses Reviuer dari UPM Malaysia Jurnal
Pertanika, (2), Implementation Of Examples Strategi On
Historical Tradision Of Indonesia Pre mass Society. Prodiding
Internasional terindeks pada tahap menunggu Bublish. (3),
Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal Dengan Pendekatan
Etnopedagogy Ditinjau Dari Prespektif Kurikulum. Jurnal
Paedagogia IAIN, sekarang pada tahap edit untu publish. (4)
Jurnal Teknologi Pendidikan Sinta 2, dengan judul Pengaruh
Media Pembelajaran Situs Lumpang Batu Terhadap hasil
Belajar Siswa SMA, Tulisan ini pada reviuer Eksternal.

Tanpa disadari selama ini, melihat fenomenah realita historis


mengalami berbagai kecemasan mendalam dan keprihatinan
terhadap masalah-masalah sosial-budaya. Kendala pada
pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal di Sulawesi Tengah

45
adalah tidak adanya sumber bahan ajar, guru sejarah belum
memiliki wawasan dalam mengintegrasikan nilai-nilai
kearifan lokal dalam pembelajaran, materi atau bahan ajar
kearifan lokal belum terdokumentasi dalam struktur
kurikulum sejarah lokal di Sulawesi Tengah. Hal ini
berpengaruh bagi pewarisan budaya lokal bagi siswa yang
ada di Sulawesi Tengah. Pertimbangan faktor-faktor tersebut,
yang diperkuat dengan hasil-hasil diskusi yang dilakukan
dengan guru-guru, kolega, telah mendorong penulis untuk
melakukan riset-riset tentang kearifan lokal di Sulawesi
Tengah dengan harapan dapat memberi kontribusi terhadap
resolusi dan dapat mengembangkan pendidikan bagi siswa
dan masyarakat di Sulawesi Tengah

46

Anda mungkin juga menyukai