Anda di halaman 1dari 9

RITUAL BELO KAMPUNG PADA MASYARAKAT SUKU ASLI ANAK RAWA DI

KAMPUNG PENYENGAT
KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK
Oleh : Intan Mulyana
Email : intanmulyanna08@gmail.com
Pembimbing : Dra. Risdayati, M.Si
Email : risdayati@lecturer.unri.ac
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jl. HR . Soebrantas Km. 12,5 Simpang. Baru, Pekanbaru, 28293 –
Tel/Fax 1761-63277

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Penyengat Kecamatan Sungai Apit
Kabupaten Siak. Latar belakang mengangkat masalah ini adalah membahas tentang Ritual
Belo Kampung Masyarakat Suku Asli Anak Rawa, Ritual Belo kampung ini berguna untuk
menjaga masyarakat dan kampung dari musibah, serta wabah penyakit. Skripsi ini bertujuan
untuk menganalisa pelaksanaan dari pelaksanaan ritual Belo Kampung ini, serta mengetahui
makna dari ritual Belo Kampung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Data yang digunakan berupa metode primer dan sekunder. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
semuanya menjawab permasalahan penelitian mengenai Ritual Belo Kampung . Adapun
informan penelitan ini adalah masyarakat Kampung Penyengat yang terdiri dari Bomo,
Pemangku Adat, Masyarakat suku asli Anak Rawa, Tokoh Agama, Kepala Desa, Masyarakat
yang bukan suku asli Anak Rawa. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa
pelaksanaan Ritual ini terdiri dari pra ritual, pelaksanaan ritual dan pasca ritual, yang
berlangsung selama satu hari .

Kata Kunci : Belo Kampung, Ritual, Suku Asli Anak Rawa

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 1


TRADITION OF BELO KAMPUNG IN THE COMMUNITY OF THE ORIGINAL
CHILDREN'S GIFT IN PENYENGAT VILLAGE DISTRICT OF SUNGAI APIT SIAK
DISTRICT
By: Intan Mulyana
Email: intanmulyanna08@gmail.com
Advisor: Dra. Risdayati, M.Sc
Email: risdayati@lecturer.unri.ac
Departement of Sociology faculty of Social and Political Sciences
Riau University
Bina Widya Campus, Jl. HR. Soebrantas Km. 12.5 Simpang. Baru,
Pekanbaru, 28293 - Tel / Fax 1761-63277

Abstract
This research was conducted in Penyengat Village, Sungai Apit District, Siak
Regency. The background of raising this issue is to discuss the Tradition Belo of the
Indigenous People of the Swamp Children Village, the Belo Tradition village, which is useful
for protecting communities and villages from calamities, and epidemics. This thesis aims to
analyze the implementation of the Belo Kampung ritual implementation, as well as knowing
the meaning of the tradition of Belo Kampung. This research is a qualitative research with a
descriptive approach. The data used are in the form of primary and secondary methods. Data
collection techniques were carried out by the method of observation, interviews, and
documentation, all of which answered research problems regarding the Tradition Belo
Kampung. The research informants were the people of Penyengat Village which consisted of
Bomo, Adat Stakeholders, Indigenous People of the Rawa Children, Religious Leaders,
Village Heads, Communities who were not native to the Swamp Children. Based on the
results of the study, it was found that the implementation of this Tradition consisted of pre-
ritual, tradition implementation and post-ritual, which lasted for one day.

Keywords: Belo Kampung, Indigenous Children of Swamp, Tradition

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 2


Pendahuluan Kegiatan ini sudah ada sejak zaman
Indonesia merupakan negara nenek moyang. Salah satunya yang
kepulauan yang terdapat banyak pulau- terdapat di Kampung penyengat kecamatan
pulau. Indonesia juga negara yang kaya sungai apit. Masyarakat penyengat
akan keberagaman Suku, agama, ras, merupakan masyarakat Suku Asli Anak
budaya dan bahasa daerah. Dimana Suku Rawa yang masih menjaga kelestarian
bangsa memiliki kebudayaan yang budaya. Mereka masih mempercayai
berbeda-beda antara satu dengan yang manfaat yang ada pada Ritual Belo
lainnya. Banyaknya keragaman budaya di Kampung ini. Ritual Belo Kampung ini
Indonesia memberikan gambaran bahwa dilaksanakan satu tahun sekali dalam bulan
setiap Suku yang ada memiliki identitas besar. Mereka menyebut hari raya orang
dan kekhasan yang menunjukkan Suku Asli adalah tujuh liku/likur.
perbedaan-perbedaan dari setiap Suku. Peneliti memilih Ritual Belo
Budaya merupakan suatu kebiasaan yang Kampung ini sebagai bahan kajian untuk
mengandung nilai-nilai penting yang diteliti karena melihat keberadaan Ritual
diwariskan dari generasi kegenerasi. Belo Kampung saat ini bukan semata-mata
Warisan tersebut harus dijaga agar tidak hasil warisan saja melainkan juga
luntuk atau hilang sehingga dapat merupakan hasil keteguhan hati
dipelajari dan dilestarikan oleh generasi masyarakat Kampung penyengat untuk
berikutnya. Budaya dapat menggambarkan mempertahankan budaya mereka sesuai
arah berpikir dan pada masyarakat proses sejak dulu hingga sekarang menjaga
tradisional pola pikir dapat dilihat dari keaslian budaya mere ka. Oleh sebab itu
mitos yang berkembang. peneliti tertarik mengadakan penelitian
Masyarakat Kampung Penyengat dengan judul “Ritual Belo Kampung
Kecamatan Sungai Apit dulunya dapat Pada Masyarakat Suku Asli Anak Rawa
dikatakan sebagai komunitas adat terpencil di Kampung Penyengat Kecamatan
karena akses jalan menuju Kampung Sungai Apit Kabupaten Siak”
Penyengat belum ada melalui jalur darat. Rumusan Masalah
Perkembangan zaman dan teknologi
membuat Kampung ini sekarang mudah Berdasarkan latar belakang masalah
untuk dikunjungi melalui jalur darat. diatas, maka dapat ditetapkan rumusan
masalah yang menjadi pokok
Mayoritas penduduk Kampung penelitian adalah :
Penyengat ialah masyarakat pedalaman 1. Bagaimana bentuk pelaksanaan
yang disebut dengan Suku Asli Anak Ritual Belo Kampung diKampung
Rawa. Penduduk yang mendiami penyengat?
Kampung Penyengat ini berjumlah 1.501 2. Apa makna dari Ritual Belo
jiwa dan 303 rumah dengan mata Kampung diKampung penyengat?
pencaharian sebagian besar ialah petani Tujuan Penelitian
dan nelayan. Rata-rata daerah ini memiliki
struktur tanah gambut yang dapat ditanami 1. Untuk mengetahui bentuk
dengan berbagai macam palawija seperti pelaksanaan Ritual Belo Kampung
sawit, kelapa, karet, dan nenas. Kampung di Kampung Penyengat
penyengat juga memiliki pelabuhan 2. Untuk mengetahui makna dalam
nelayan dan sebagai daerah penghasil Laut proses Ritual Belo Kampung pada
yang besar, ini disebabkan Kampung masyarakat di Kampung Penyengat
Penyengat yang berbatasan langsung
dengan selat panjang. Kampung Penyengat
mempunyai tradisi yang diberi nama
Ritual Belo Kampung.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 3


Kajian Teori Tradisi merupakan kebiasaan,
dalam pengertian paling sederhana adalah
Konsep Kebudayaan suatu yang telah dilakukan sejak lama dan
menjadi bagian dari kehidupan suatu
Di dalam kehidupan sehari-hari,
kelompk masyarakat tertentu. Biasanya
orang begitu sering membicarakan soal
berbentuk kebudayaan, waktu dan agama
kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari-
yang sama. Hal yang paling mendasar dari
hari orang tak mungkin tidak berurusan
tradisi adalah adanya informasi yang
dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari
diteruskan dari generasi ke generasi baik
orang melihat dan menggunakan bahkan
tertulis maupun (sering kali) lisan, karena
kadang-kadang merusak kebudayaan.
tanpa adanya ini tadisi dapat punah.
kebudayaan sebenarnya secara khusus dan
Tradisi juga dapat dikatakan yang
lebih teliti dipelajari oleh antropologi
mengacu pada adat atau kebiasaannya
budaya. Masyarakat juga merupakan orang
yang turun temurun, atau peraturan yang
yang hidup bersama yang menghasilkan
dijalankan masyarakat. Jadi secara
suatu kebudayaan. tidak ada masyarakat
langsung bila adat dan tradisi disadingkan
yang tidak mempunyai kebudayaan dan
dengan struktur masyarakat melahirkan
sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa
makna kuno, kolot, tanpa pengaruh.
masyarakat sebagi wadah dan
pendukungnya. Ritual
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat
terdiri dari unsur-unsur besar maupun Ritual adalah bentuk atau metode
unsur-unsur kecil yang merupakan bagian tertentu dalam melakukan upacara
dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai keagamaan atau upacara penting, atau tata
kesatuan. Melville J. Herskovits cara dan bentuk upacara. Makna dasar dari
mengajukan empat unsur pokok Ritual ini menyiratkan bahwa disatu sisi,
kebudayaan, yaitu : aktifitas Ritual berbeda dari aktifitas biasa,
terlepas dari ada atau tidaknya nuansa
1. Alat-alat teknologi keagamaan atau kekhidmatannya. Disisi
2. Sistem ekonomi lain, aktifitas Ritual berbeda dengan
3. Keluarga aktifitas teknis dalam hal ada atau tidaknya
4. Kekuasaan politik. 1 sifat seremonial. 2
Ritual Belo Kampung yang juga Dalam Ritual Belo Kampung
merupakan produk dari sebuah Masyarakat Suku Anak Rawa pada saat
kebudayaan tempatan erat kaitannya sekarang tidak mengalami perubahan jika
dengan religi yang masih dianut dan dibandingkan dengan Ritual Belo
diyakininya. Menurut Emile Dhurkheim, Kampung yang dilaksAnakan dahulunya.
yang dikutip oleh Kontjoroningrat bahwa “ Sampai saat ini Ritual Belo Kampung
suatu religi itu adalah suatu sistem yang masyarakat Suku Anak Rawa Masih ada
berkaitan dengan keyakinan-keyakinan sentuhan-sentuhan dari ajaran animisme
dan upacara –upacara yang keramat, seperti penggunaan mantra percaya kepada
artinya yang terpisahkan dari pantang. roh-roh nenek moyang dan menyembah
Keyakinan-keyakinan dan upacara yang pohon yang disebut dengan pohon punak
beorientasi kepada suatu komunitas moral, atau pohon kehidupan.
yang disebut umat”.

Tradisi

2
Muhaimin AG. 2001. Islam Dalam Bingkai
1
Kontjoroningrat. 1985. Ritual Peralihan Di Budaya Lokal Potret Dari Cirebon . Ciputan :
Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka. Hlm :95 Logos Hlm:113

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 4


Konsep Kepercayaan saling berhubungan satu sama lain sebagai
suatu kesatuan. Karakteristik dari sistem
Animisme adalah :
Animisme berasal dari bahasa latin 1. Sistem terdiri dari banyak bagian
“anima” yang mengandung arti atau komponen
kepercayaan kepada makhluk-makhluk 2. Komponen-komponen sistem
halus (spiritual beings). Manusia pada saling berhubungan satu sama lain
umumnya mempunyai naluri ingin tahu dalam suatu pola saling
terutama tentang sekeliling alam yang bergantungan.
mereka diami. Manusia melayu pada 3. Kebutuhan sistem lebih dari
zaman purbakala juga mempunyai sifat sekedar penjumlahan dari
yang sama. Tetapi karena manusia purba komponen-komponennya. Artinya
tidak memahami tentang fenomena alam dalam pengertian sistem yang
dan kejadian maka mereka memberikan terpenting bukan soal kuantitas
tafsiran terhadap sesuatu kejadian suatu komponen sistem, tetapi soal
mengikuti fahaman mereka. Menurut J.G kualitas dari komponen suatu
Frazer seorang ahli antropologi, apabila sistem keseluruhan.
manusia purba tidak dapat menerangkan
tentang sebab dan akibat sesuatu kejadian Kebutuhan fungsional yaitu AGIL ,
tabii maka mereka mengatakan bahwa akronim dari Adaptation- menjamin
kejadian itu berpuncak dari pada kuasa penggunaan sumberdaya dilakukan secara
sihir, tetapi apabila sihir itu tidak efektif dalam meraih tujuan tertentu, Goal
ditanggapi, maka dikatakan pula di sebalik attaiment – sebuah sistem harus
alam yang nyata ada makhluk halus yang menentukan tujuannya dan brusaha
mempunyai kekuasaan yang luar biasa. mencapai tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan itu, intgration- dengan
Dinamisme membangun landasan yang kondusif bagi
terciptanya kordinasi yang baik antar
Dinamisme, yaitu bentuk religi
elemen sistem, dan Latent of maintenance-
berdasarkan kepercayaan pada kekuatan
memelihara stabilitas keseluruhan dan
sakti ada dalam segala hal yang luar biasa,
berbagai macam yang diciptakan sistem. 3
dan terdiri dari kegiatan-kegiatan
keagamaan yang berpedoman pada Interaksionisme Simbolik
kepercayaan tersebut. Pada masa sokrates
ditumbuhkan dan dikembangkan, yaitu Konsep interaksionisme simbolik
dengan menerapkan nya terhadap bentuk ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer
atau form. Form adalah anasir atau bagian sekitar tahun 1939. Dalam lingkup
pokok dari sesuatu jiwa segabai bentuk sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih
yang memberi hidup kepada materi atau dahulu dikemukakan oleh George Herbert
tubuh. Aktifitas kehidupannya dan alam Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh
sebagai sumber dasar daripada benda. blumer guna mencaai tujuan tertentu. Teori
Dinamisme yang mengajarkan bahwa tiap- ini memiliki ide yang baik, tetapi tidak
tiap benda atau makhluk mempunyai mana terlalu dalam dan spesifik sebagimana
bahwa mana tidak hanya bisa terdapat diajukan G.H.Mead.
pada benda, orang, dan hewan, melainkan
juga situasi atau keadaaan tertentu. Interaksi simbolik didasarkan pada
ide tentang individu dan interaksinya
Sistem sosial dengan masyarakat. Dalam konteks ini,
Menurut Talcott Parsons, yaitu bahwa 3
Ranjabar, Jacobus. 2013, Sistem Sosial Budaya
sistem selalu terdiri dari unsur-unsur yang Indonesia. Bandung : Alfabeta Bandung. Hlm 7-8

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 5


makna dikontruksikan dalam proses nyata. Observasi dilakukan dengan cara
interaksi dan proses tersebut bukanlah pengamatan langsung yang meliputi
suatu medium netral yang memungkinkan pengamatan terhadap aktivitas kebudayaan
kekuatan-kekuatan sosial memainkan dan tradisi di Kampung Penyengat
perannya,melainkan justru merupakan
substansi sebenarnya dari organisasi sosial Wawancara
dan kekuatan sosial.
Secara umum yang dimaksud
Metode Penelitian wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksankan
Jenis Penelitian dengan tanya jawab lisan, sepihak,
berhadapan muka dan dengan arah tujuan
Penelitian ini tergolong ke dalam yang telah ditentukan .
penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif
diartikan sebagai pendekatan yang Pertanyaan yang diajukan saat wawancara
menghasilkan data, tulisan dan tigkah laku adalah seputar permasalahan yang
yang dapat diamati. Penelitian deskriptif berkaitan dengan Ritual Belo Kampung ,
digunakan untuk menggambarkan apa kebiasaan masyarakat Suku Asli Anak
yang sedang diteliti dan berusaha untuk Rawa, asal usul Suku Asli Anak Rawa,
memberikan gambaran yang jelas dan makna-makna yang terkandung pada tiap
mendalam tentang apa yang teliti dan kegiatan di pelaksanaan Ritual Belo
menjdai pokok permasalahan. Kampung ini.

Lokasi Penelitian Analisis Data


Penelitian ini dilakukan di Teknik yang digunakan dalam
Kampung Penyengat Kecamatan Sungai penelitian adalah teknik analisa deskriptif
Apit Kabupaten Siak. Peneliti memilih kualitatif, dimana hal tersebut didasarkan
lokasi di Kampung Penyengat karena di pada beberapa pendapat yang menyatakan
Kampung tersebut terdapat adanya tradisi bahwa analisa data merupakan proses
Ritual Belo Kampung yang sudah ada memberi arti pada data. Dengan demikian
sejak lama dan peneliti tertarik untuk analisa data tersebut terbatas pada
mengangkat tradisi di Kampung itu. penggambaran, penjelasan dan penguraian
secara mendalam dan sistematis tetang
keadaan yang sebenarnya.Penganalisasian
data dalam penelitian ini dilakukan sejak
Subjek Penelitian
muala diperolehnya data diawal kegiatan
Subjek penelitian yang telah penelitian dan berlangsung terus sepanjang
tercermin dalam fokus penelitian penelitian. Data yang telah diperoleh akan
ditentukan secara sengaja, subyek dikumpulkan untuk dijadikan bahan
penelitian ini menjadi informan yang akan masukan yang akan digunakan sebagai
memberikan berbagai informasi yang bahan bukti dalam pelaksanaan penelitian
diperlukan selam proses penelitian. ini.Penelitian ini didukung dengan
pelaksanaan kegiatan wawancara secara
Teknik Pengumpulan Data mendalam. Dari hasil wawancara tersebut
diperoleh keterangan-keterangan berupa
Observasi tanggapan dan hasil pengamatan
Observasi adalah suatu teknik responden terhadap objek yang menjadi
untuk mengumpulkan data di lapangan fokus penelitian. Dari sini akan
dengan melihat dan mengamati secara menghasilkan analisa yang diakhiri dengan
cermat agar dapat data yang akurat dan kesimpulan dan saran-saran.

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 6


Pembahasan berdasarkan mimpi yang didapatkan dari
seorang bomo, mimpi tersebut
Pelaksanaan Ritual Belo Kampung memberikan pertanda ataupun isyarat agar
Suku Asli Anak Rawa di Kampung masyarakat Kampung penyengat segera
Penyengat melakukan Ritual Belo Kampung sebelum
terjadinya bencana.
Perubahan pada masyarakat
tradisional yang biasanya dipengaruhi Waktu Pelaksanaan
oleh masuknya arus globalisasi, seperti
yang dikemukan oleh Hannerz, 4 dimana Ritual Belo Kampung pada
Hannerz mengemukakan ada empat masyarakat Suku Asli Anak Rawa ini
kemungkinan yang akan terjadi dari dilaksAnakan dalam satu kali setahun.
pengaruh globalisasi dimasa yang akan Belo Kampung dilaksanakan ketika
datang. Pertama, homogenisasi global, seorang bomo telah mendapatkan isyarat
dimana kultur barat akan mendominasi dalam mimpi untuk melakukan Belo
seluruh dunia. Pada masyarakat Suku Asli Kampung atau dilaksanakan pada hari ke
Anak Rawa perubahan pada zaman tidak 27 puasa.
mempengarhi tradisi ataupun adat istiadat
yang ada pada mereka. Suku Asli Anak
Rawa merupakan Komunitas Adat
Tempat Pelaksanaan
Terpencil yang terdapat di Riau. Suku Asli
Anak Rawa bermukim di daerah Kampung Dalam pelaksanaan Ritual Belo
Penyengat, berada di wilayah kecamatan Kampung dilaksAnakan didua tempat di
Sungai Apit Kabupaten Siak, Provinsi darat dan di Laut. Didarat pelaksaannya
Riau. Masyarakat Suku Asli Anak Rawa berada dibawah pohon punak. Pohon
merupakan masyarakat yang mempunyai punak ini dipercaya sebagai tempat tinggal
nilai-nilai kehidupan yang berkaitan nenek moyang atau roh zaman dahulu
dengan adat istiadat maupun kepercayaan yang biasa menjaga Kampung. Tempat
yang sangat kuat. Masyarakat Suku asli yang ke dua yaitu di Laut. Laut juga
mempunyai suatu tradisi yang dilakukan dipercaya masyarakat Suku Asli sebagai
satu kali dalam satu tahunnya, tradisi ini tempat roh-roh zaman dahulu
merupakan tradisi yang gunanya untuk bersemayam. Tidak hanya di darat, di Laut
menjaga Kampung dari wabah penyakit juga bisa mendatangkan bahaya bagi
ataupun menjaga Kampung dari gangguan masyarakat Kampung penyengat dan
dari roh-roh jahat. Tradisi ini disebut perlunya diadakan Ritual Belo Laut untuk
Ritual Belo Kampung. Ritual Belo meminta pertolongan kepada roh nenek
Kampung ini terdiri dari dua pelaksanaan moyang yang menjaga Laut agar
yakni pertama pelaksanaan Belo Kampung masyarakat penyengat tenang untuk
darat dan yang kedua pelaksanaan Belo mencari rezeki di Laut.
Kampung Laut. Belo Kampung merupakan
rangkaian dari acara Ritual Belo Kampung Tata Cara Pelaksanaan Ritual Belo
yang dilaksAnakan di awal sebelum Kampung
pelaksanaan Belo Laut. Ritual Belo
Kampung ini dilaksanakan pada satu kali Masyarakat Suku Asli Anak Rawa
dalam satu tahun yang biasanya memiliki nilai-nilai kehidupan yang
dilaksAnakan dalam 27 hari puasa berkaitan dengan tradisi dan Adat istiadat
ramadhan. Ritual ini dilaksanakan yang diwariskan secara turun temurun dan
dipercayai menjadi sebuah nilai khusus
yang menggambarkan identitas mereka dan
4
Nanang Martono. Sosiologi perubahan harus dijaga. Seiring dengan
sosial.Raja Grafindo Persada:Jakarta.2012. perkembangan zaman dan sentuhan-
Hlm.105

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 7


sentuhan mordenisasi dalam masyarakat bertujuan menjaga nilai-nilai tradisi dari
tidak membuat masyarakat Suku Asli lupa zaman dahulu hingga sekarang agar tidak
akan tradisi budaya mereka yang dari dulu hilang dalam perkembangan zaman. Selain
sejak nenek moyang sudah dilestarikan. itu Ritual ini diadakan untuk menghormati
proses pelaksanaan Ritual diperlukan yang nenek moyang yang sudah bersedia
namanya sesajen, sesajen merupakan membantu menjaga Kampung dari marah
bagian dari Ritual yang sangat penting bahaya.
untuk melakukan sebuah permohonan atau
persembahan kepada roh nenek moyang. Sanksi
Masyarakat Suku asli Anak rawa sebelum
Adat istiadat (custom) adalah tata
melakukan Ritual Belo Kampung
kelakuan yang berupa aturan-aturan yang
mempersiapkan sesajen untuk
mempunyai sanksi lebih keras anggota
persembahan diantaranya berupa ayam
masyarakat yang melanggar adat istiadat
Kampung yang disembelih dan setelah itu
akan mendapatkan sanksi hukuman, baik
dimasak dengan utuh. Selain itu, sebagian
formal atau pun informal. 5
dari masyarakat Suku asli Anak rawa
membuat rumah adat atau masjid dari Sanksi merupakan hukuman atau bentuk
pelepah sagu. Rumah adat ini diartikan pelanggaran perintah yang sengaja tidak
sebagai tempat tinggal nenek moyang dipatuhi. Dalam pelaksanaan Ritual Belo
terdahulu. Kain empat warna merupakan Kampung terdapatnya aturan dan sanksi
kain yang digunakan sebagai syarat yang harus dijalankan oleh orang-orang
perlengkapan Ritual Belo Kampung. Kain yang terlibat didalam Ritual Belo
empat warna ini terdiri dari warna merah, Kampung.
kuning, hitam dan putih. kain empar warna
ini memiliki arti dan makna tersendiri. Norma
Warna merah memiliki arti keberanian
yang bermakna raja yang berdiri diatas, Norma merupakan pedoman atau
warna kuning memiliki arti Laut yang ketentuan berperilaku dan berinteraksi
bermaknakan penghormatan kepada antara manusia didalam suatu kelompok
penguasa Laut atau roh nenek moyang masyarakat dalam menjalani kehidupan
penjaga Laut, warna hitam memiliki arti bersama. Bagi individu ataupun kelompok
tanah yang bermaknakan penghormatan masyarakat yang melanggar norma-norma
kepada tuan tanah atau tanah adat yang ada yang berlaku didalam masyarakat maka
diKampung penyengat, dan yang terakhir akan dikenakan sanksi yang berlaku.
warna putih memiliki arti angin yang Norma memiliki kekuatan dan sifatnya
bermaknakan anginlah yang membawa memaksa. Dalam pelaksanaan Ritual Belo
datang wabah penyakit dan angin pula Kampung juga terdapat aturan norma yang
yang akan membawa pergi wabah penyakit sengaja dibuat untuk dipatuhi dan wajib
itu. dijalankan untuk masyarakat Kampung.
peraturan yang harus dipatuhi setelah
Tujuan dilakukannya Ritual Belo Kampung yaitu
seseorang dilarang untuk melakukan
Ritual Belo Kampung tujuan aktivitas keluar masuk hutan untuk bekerja
utamanya adalah untuk mencegah ataupun yang lainnya seperti menebang
datangnya hal-hal yang dianggap buruk pohon. Bagi masyarakat yang bekerja
seperti wabah penyakit atau datangnya sebagai nelayan dilarang untuk menebar
penyakit musiman. Ritual ini bertujuan jaring atau menangkap ikan dilaut.
memanggil roh nenek moyang untuk
bersedia menjaga Kampung dari hal yang 5
Abdulisyani, 2007. Sosiologi Skematika, Teori dan
tidak diinginkan dan juga Ritual ini terapan. Jakarta : PT Bumi AksaraAmbo,upe. Hlm
56

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 8


6.1 Kesimpulan kebudayaan Ritual Belo Kampung
ini kepada generasi selanjutnya
Ritual Belo Kampung merupakan suatu agar pengetahuan yang telah ada
tradisi yang ada di Kampung Penyengat. tidak semakin punah dan terus
dari zaman nenek moyang hingga sekarang digali lagi .
tradisi Ritual Belo Kampung tetap terjaga. 3. Kepada generasi muda agar bisa
Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan meluangkan waktunya untuk terus
Ritual Belo Kampung sebagai berikut : mempelajari mengenai Ritual Belo
Kampung dan mencetukan
1. Pelaksanaan Ritual Belo
gagasan baru dalam pelaksanaan
Kampung tersebut
tradisi ini agar lebih dipermudah
dilaksanakan dalam 1 kali
kembali pelaksanaannya.
setahun pada hari ke 27 puasa
4. Kepada pemerintah Kampung
ramadhan atau mereka
diharapkan agar semakin gencar
menyebutnya dengan hari raya
dalam mempertahankan
7 likur.
kebudayaan yang ada di Kampung
2. Tradisi Ritual Belo Kampung
Penyengat seperti Ritual Belo
ini hanya dilaksanakan oleh
Kampung ini ini, karna hal tersebut
masyarakat Suku Asli Anak
telah menjadi keunikan tersendiri
Rawa. Tujuan Ritual Belo
yang belum dikembangkan kepada
Kampung dilaksanakan untuk
khalayak ramai, serta bisa menjadi
menjaga Kampung dari wabah
ciri khas daerah dan bahkan dapat
penyakit datang. Wabah
dijadikan sebagai kebudayaan yang
penyakit ini dipercayai
khas dari Kampung Penyengat.
datangnya dari makhluk gaib
yang jahat. Daftar Pustaka
3. Makna dari Ritual Belo
Kampung ini merupakan Koentjaraningrat. (1985). Ritual Peralihan
sebagai wadah silaturahmi Di Indonesia. Jakarta :
ataupun penghormatan kepada PN Balai Pustaka
roh nenek moyang Suku Asli Muhaimin AG. 2001. Islam Dalam
Anak Rawa yang senantiasa Bingkai Budaya Lokal
menolong menjaga kampung Potret Dari Cirebon .
dari roh jahat. Ciputan : Logos
6. 2 Saran
Ranjabar, Jacobus. 2013, Sistem Sosial
Dari penelitian yang dilakukan ada Budaya Indonesia.
beberapa saran yang dapat diberikan oleh Bandung : Alfabeta
penulis sebagaimana berikut : Bandung.
Nanang Martono. 2012, Sosiologi
1. Kepada seluruh masyarakat agar perubahan sosial.
terus bisa mempertahankan Jakarta: Raja Grafindo
kebudayaan yang ada supaya tidak Persada
musnah oleh pergantian waktu
dalam kehidupan, serta terus Isyani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika,
berbangga dengan kebudayaan Teori dan terapan.
yang telah dijaga. Jakarta : PT Bumi
2. Kepada tokoh adat diharapkan AksaraAmbo,upe.
untuk bisa mewarisi ilmu dan
pengetahuannya mengenai sejarah
dari Suku Asli Anak Rawa, dan

JOM FISIP Vol. 6: Edisi II Juli – Desember 2019 Page 9

Anda mungkin juga menyukai